Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KESEHATAN MENTAL PADA ANAK BROKEN HOME

Tugas ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kesejahteraan
Keluarga

Dosen Pengampu :

Dr. Yenni Idrus, M. Pd

Oleh :

Nama : Indah Kurnia

NIM : 21075017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS PARIWISATA DAN PERHOTELAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “KESEHATAN MENTAL PADA
ANAK BROKEN HOME” dapat kami selesaikan dengan baik. Penulis berharap makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang pengantar teknologi
informasi yang bisa kita pelajari salah satunya dari komputer. Begitu pula atas limpahan
kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada kami sehingga makalah ini
dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun melalui
media internet .

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada kedua
orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, dosen pembimbing
kami, Dr. Yenni Idrus, M. Pd. dan juga kepada teman-teman seperjuangan yang membantu
kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT.
Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang membangun
bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf.
penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya
makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Padang, Kamis 23 Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
2.1. Pengertian Remaja.......................................................................................................3
2.2. Pengertian Broken Home............................................................................................4
2.3. Faktor – Faktor Penyebab Broken Home....................................................................5
2.4. Dampak Broken Home................................................................................................5
2.5. Gangguan Kejiwaan Pada Seorang Broken Home......................................................8
2.6. Solusi Meminimalisir Dampak Negatif Terhadap Remaja Broken Home..................8
BAB III.....................................................................................................................................11
PENUTUP................................................................................................................................11
3.1. Kesimpulan................................................................................................................11
3.2. Saran..........................................................................................................................11
DAFTAR PUSAKA.................................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Broken home merupakan situasi dan kondisi kelaurga yang tidak lagi terdapat
keharmonisan sebagaimana banyak diharapakan orang. Rumah tangga yang
damai, rukun dan sejahtera tidak bisa didapatkan lagi karena adanya keributan
karena persoalan yang gagal dicarikan titik temu antara suami/istri. Broken home
dapat terlihat dari aspek struktur kelengkapan unsure keluarga. Terkadang
struktur keluarga tidak lengkap karena faktor meninggal, terkadang karena ada
gangguan pada struktur keluarga. Kasus perceraian dalam rumah tangga juga
biasa dikenal dengan sebutan “Broken home”. Akibat dari broken home pastinya
sangat berpengaruh kepada hubungan antara orang tua dan anak baik dari segi
komunikasi, mental, psikologis dan pendidikan sang anak. Anak-anak yang
dimaksud disini mulai dari kecil, remaja hingga dewasa. Ketika hubungan antara
orang tua dan anak baik-baik saja maka kebahagiaan yang sepenuhnya akan di
dapatkan oleh anak.

Sebagai makhluk sosial, mungkin tak jarang kita temui sebagai anak remaja yang
frustasi atau depresi karena beragam masalah yang muncul dengan berbagai
alasan, faktor utamanya adalah orang tua. Sebagai remaja, tentunya kita tak asing
lagi dengan kata “Broken Home” atau keluarga yang tidak harmonis. Kata inilah
yang biasanya menyelimuti rasa takut para remaja saat ini, Ketika kedua orang
tua mereka sedang berbeda pendapat atau berselisih paham. Maka remaja
merupakan masa dimana seorang sedang mengalami saat kritis sebab ia akan
menginjak ke masa dewasa. Remaja berada dalam masa peralihan. Dalam masa
peralihan itu pula remaja sedang mencari identitasnya atau mencari jati diri.
Dalam proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan
dirinya, remaja membutuhkan perhatian dan bantuan dari orang yang dicintai dan
dekat dengannya terutama orang tua atau keluarganya. Seperti yang telah
diketahui bahwa fungsi keluarga adalah memberi pengayoman sehingga
menjamin rasa aman maka dalam masa kritisnya remaja sungguh-sungguh
membutuhkan realisasi fungsi tersebut.
Menurut WHO remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari
menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai mencapai kematangan
seksual, mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-
anak menjadi dewasa, serta peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang
penuh kepada keadaan yang relative lebih mandiri.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Broken Home ?

2. Apa saja faktor-faktor penyebab Broken Home ?

3. Apa saja dampak Broken Home terhadap Perkembangan Anak (remaja)

4. Bagaimana cara mengatasi kelurga yang Broken Home ?

5. Bagaimana cara meminimalisir dampak negatif terhadap Anak (remaja)


broken home?

1.3. Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan supaya orang tua lebih memperhatikan


perkembangan anak dan tidak hanya mementingkan egonya masing-masing
seperti berpisah atau bercerai, karena sikap orang tua itu sangat berpengaruh pada
perkembangan anak terutama remaja. Dan setiap anak akan selalu membutuhkan
dukungan dari kedua orangtuanya dan ingin lengkap mendapatkan kasih sayang
dari kedua orangtuanya langsung. Selain itu tujuan utama dari penulisan makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas mata pelajaran Ilmu Kesejahteraan Keluarga
yang diberikan oleh guru bidang studi Pendidikan kesejahteraan keluarga
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Remaja

Rentang usia remaja adalah 10 tahun sampai 21 tahun menurut beberapa ahli.
Fase remaja adalah fase peralihan dari fase anak-anak menuju masa dewasa.
Karakteristik yang bisa dilihat adalah adanya banyak perubahan yang terjadi baik
itu perubahan fisik maupun psikis. Perubahan fisik yang dapat dilihat adalah
perubahan pada karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada,
perkembangan pinggang untuk anak perempuan sedangkan anak laki-laki
tumbuhnya kumis, jenggot serta perubahan suara yang semakin dalam. Perubahan
mentalpun mengalami perkembangan. Pada fase ini pencapaian identitas diri
sangat menonjol, pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis.

Remaja adalah periode perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa


dewasa. Perkembangan ini meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan
dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi pada perubahan dalam
hubungannya dengan orang tua dan citacita mereka. Remaja merupakan masa
yang labil, dimana mereka sedang mencari jatidiri mereka, dan merekalah yang
menentukan mau ke arah mana mereka esok hari.

Istilah remaja mengandung arti yang cukup luas, menurut Piaget (dalam
Muhammad Ali dan M. Astori) mengatakan bahwa: Remaja masih suatu usia
dimana individu menjadi terintegrasi kedalam masyarakat dewasa dan suatu usia
dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang
lebih tua melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar. Masa remaja
merupakan masa transisi yang menginginkan sesuatu yang baru. Sedangkan
menurut Sarlito Wirawan Sarwono, “Remaja adalah periode peralihan kemasa
dewasa” dimana mereka seyogyanya mulai mempersiapkan diri menuju
kehidupan dewasa.

Jadi remaja adalah individu yang berumur 12 sampai 21 tahun dimana seorang
mengalami saat kritis sebab akan menginjak masa dewasa, remaja berada dalam
masa peralihan dari anak-anak kemasa dewasa.
2.2. Pengertian Broken Home

“Broken home merupakan istilah dimana suatu keluarga yang tidak harmonis
sehingga harus mengalami perpecahan”

Broken home adalah kurangnya perhatian dari keluarga atau kurangnya kasih
sayang dari orang tua sehingga membuat mental seorang anak menjadi frustasi,
brutal dan susah diatur. Broken home sangat berpengaruh besar pada mental
seorang pelajar hal inilah yang mengakibatkan seorang pelajar tidak mempunyai
minat untuk berprestasi. Broken home juga bisa merusak jiwa anak sehingga
dalam sekolah mereka bersikap seenaknya saja, tidak disiplin di dalam kelas,
mereka selalu berbuat keonaran dan kerusuhan hal ini dilakukan karena mereka
cuma ingin cari simpati pada teman-teman mereka bahkan pada guru-guru
mereka. Untuk menyikapi hal semacam ini kita perlu memberikan perhatian dan
pengerahan yang lebih agar mereka sadar dan mau berprestasi.

Istilah “broken home” biasanya digunakan untuk menggambarkan keluarga yang


berantakan akibat orang tua tidak lagi peduli dengan situasi dan keadaan keluarga
di rumah. Orang tua tidak lagi perhatian terhadap anak-anaknya, baik masalah di
rumah, sekolah, sampai pada perkembangan pergaulan anak-anaknya di
masyarakat.

Orang tua adalah panutan dan teladan bagi perkembangan remaja terutama pada
perkembangan psikis dan emosi, orang tua adalah pembentukan karakter yang
terdekat. Jika remaja dihadapkan pada kondisi “Broken Home” dimana orang tua
mereka tidak lagi menjadi panutan bagi dirinya maka akan berdampak besar pada
perkembangan dirinya. Dampak psikis yang dialami oleh remaja yang mengalami
broken home, remaja menjadi lebih pendiam, pemalu, bahkan despresi
berkepanjangan. Faktor lingkungan tempat remaja bergaul adalah sarana lain jika
orang tua sudah sibuk dengan urusannya sendiri. Jika remaja berada di
lingkungan pergaulan yang negatif, karena keadaannya labil maka tidak menutup
kemungkinan remaja akan tercebur dalam lembah pergaulan yang tidak baik
Namun, broken home dapat juga diartikan dengan kondisi keluarga yang tidak
harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun, damai, dan sejahtera
karena sering terjadi keributan serta perselisihan yang menyebabkan pertengkaran
dan berakhir pada perceraian yang menimbulkan dampak yang sangat besar
terutama bagi anak-anak.

2.3. Faktor – Faktor Penyebab Broken Home

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan broken home adalah:

1. Terjadinya perceraian diantara kedua orang tua yang menyebabkan


dampak psikologi terhadap anak yang biasanya mendapatkan kasih sayang
dari kedua orang tuanya, namun kini setelah kedua orang tuanya berpisah
membuat anak kesepian dengan keadaan ini.
2. Ketidak dewasaan sikap orang tua terhadap masalah yang sedang dihadapi
mereka sehingga anak selalu menjadi korban dari pertengkaran kedua
orang tuanya.
3. Orang tua yang kurang memiliki rasa tanggung jawab sehingga selalu
membiarkan keadaan anak-anak dirumah sehingga keadaan lahir maupun
batin anak-anak yang tidak menjadi perhatian kedua orang tuanya karena
kesibukan pekerjaan kedua orang tuanya.
4. Jauh dari agama Allah SWT, sehingga disaat terjadi masalah yang sangat
berat menimpa pada kedua orang tuanya tidak ada pegangtan batin pada
kedua orang tuanya sehingga Allah SWT tidak dijadikan curahan hati
disaat mereka tertimpa masalah.
5. Adanya masalah ekonomi, salah satunya juga masalah ekonomi yang yang
sangat minimal dari keadaan kedua orang tuan ataupun keadaan ekonomi
yang salah satu sangat besar antara suami maupun istri, sehingga sering
terjadi percekcokan diantara mereka.

2.4. Dampak Broken Home

1. Dampak Positif Broken Home

Dalam hubungan nikah yang sudah sangat jelek, yang pertengkarannya sudah
sangat parah, kebanyakan anak-anak akan memilih supaya mereka bercerai. Demi
kesehatan jiwa anak-anak akan lebih tentram sewaktu dilepaskan dari suasana
seperti itu. Pada waktu orang tua tidak tinggal bersama-sama dengan mereka
rasanya lebih tenang karena tidak harus menyaksikan pertengkatan. Akhirnya,
mereka lebih mantap, lebih damai hidupnya dan lebih bisa berhubungan dengan
orang tuanya sacara lebih sehat.

Ada sisi positif dari anak korban perceraian atau broken home, misalnya

 Anak cepat dewasa


 Punya rasa tanggungjawab yang baik, bisa membantu ibunya.

Memang ada anak yang bisa jadi nakal luar biasa, tapi ada yang kebalikannya
justru menjadi anak yang sangat baik dan bertanggungjawab. Anak-anak ini
akhirnya didorong kuat untuk mengambil alih peran orang tua yang tidak ada lagi
dalam keluarganya. Secara luar kita melihat sepertinya baik menjadi dewasa, tapi
sebetulnya secara kedewasaan tidak terlalu baik karena dia belum siap untuk
mengambil alih peran orang tuanya itu.

2. Dampak Negatif Broken Home


1) Perkembangan Emosi.
Emosi merupakan situasi psikologi yang merupakan pengalaman subjektif yang
dapat dilihat dari reaksi wajah dan tubuh. Perceraian adalah suatu hal yang harus
dihindari, agar emosi anak tidak menjadi terganggu. Perceraian adalah suatu
penderitaan atau pengalaman dramatis bagi anak. Perceraian orangtua membuat
tempramen anak terpengaruh, pengaruh yang tampak secara jelas dalam
perkembangan emosi itu membuat anak menjadi pemurung, pemalas (menjadi
agresif) yang ingin mencari perhatian orang tua / orang lain. Mencari jati diri
dalam suasana rumah tangga yang tumpang dan kurang serasi.Peristiwa
perceraian itu menimbulkan ketidakstabilan emosi. Ketidakberartian pada diri
remaja akan mudah timbul, sehingga dalam menjalani kehidupan remaja merasa
bahwa dirinya adalah pihak yang tidak diharapkan dalam kehidupan ini. Remaja
yang kebutuhannya kurang dipenuhi oleh orang tua, emosi marahnya akan mudah
terpancing.

2) Perkembangan Sosial Remaja.

Dampak keluarga Broken Home terhadap perkembangan sosial remaja adalah:


 Perceraian orang tua menyebabkan ketidakpercayaan diri terhadap
kemampuan dan kedudukannya, dia merasa rendah diri menjadi takut
untuk keluar dan bergaul dengan temanteman. Anak sulit menyesuaikan
diri dengan lingkungan.
 Anak yang dibesarkan dikeluarga pincang, cenderung sulit menyesuaikan
diri dengan lingkungan, kesulitan itu datang secara alamiah dari diri anak
tersebut.
 Dampak bagi remaja putri yang tidak mempunyai ayah berperilaku
dengan salah satu cara yang ekstrim terhadap laki-laki, mereka sangat
menarik diri pasif dan minder kemungkinan yang kedua terlalu aktif,
agresif dan genit.
3) Perkembangan Kepribadian

Perceraian ternyata memberikan dampak kurang baik terhadap perkembangan


kepribadian remaja. Remaja yang orang tuannya bercerai cenderung menunjukan
ciri-ciri :

a. Berperilaku nakal

b. Mengalami depresi

c. Melakukan hubungan seksual secara akti

d. Kecenderungan pada obat-obat terlarangKeadaan keluarga yang tidak


harmonis, tidak stabil atau berantakan (broken home) merupakan faktor penentu
bagi perkembangan kepribadian remaja yang tidak sehat.

Efek efek kehidupan seseorang broken home, antara lain :

 Academic Problem, seorang yang mengalami broken home akan menjadi


orang yang malas belajar, dan tidak bersemangat berprestasi.
 Behavioural Problem, mereka mulai memberontak, kasar, masa bodoh,
memiliki kebiasaan merusak, seperti mulai merokok, minum minum, judi,
lari ketempat pelacuran.
 Sexual Problem, krisis kasih mau coba ditutupi dengan mencukupi
kebutuhan hawa nafsu
 Spritual Problem, mereka kehilangan father’s figure (Figur seorang ayah)
sehingga Tuhan, pendeta, atau orang orang rohani hanya bagian dari
sebuah sandiwara kemunafikan

2.5. Gangguan Kejiwaan Pada Seorang Broken Home

a. Broken Heart : si pemuda merasakan kepedihan dan kehancuran hati sehingga


memandang hidup ini sia sia dan mengecewakan. Kecenderungan ini membentuk
si pemuda tersebut menjadi orang yang krisis kasih sayang dan biasanya lari
kepada yang bersifat keanehan sexual. Misalnya: sex bebas, homo sex, lesbian,
jadi simpanan irang, tertarik dengan isteri orang, atau suami orang dan lainnya.

b. Broken Relation : si pemuda merasa bahwa tidak ada orang yang perlu di
hargai, tidak ada orang yang dapat dipercaya serta tidak ada orang yang dapat
diteladani. Kecenderungan ini membentuk si pemuda menjadi orang yang masa
bodoh terhadap orang lain, ugal ugalan, cari perhatian, kasar, egois, dan tidak
mendengar nasihat orang lain, cenderung “semau gue”.

c. Broken Values : si pemuda kehilangan ”nilai kehidupan” yang benar. Baginya


dalam hidup ini tidak ada yang baik, benar, atau merusak yang ada hanya yang
”menyenangkan” dan yang ”tidak menyenangkan”, pokoknya apa saja yang
menyenangkan saya lakukan, apa yang tidak menyenangkan tidak saya lakukan.

2.6. Solusi Meminimalisir Dampak Negatif Terhadap Remaja Broken Home

Agar para remaja yang sedang mencari jati diri tidak semakin terjerumus,
tentunya
diperlukan peranan orang tua. Selain itu, dibutuhkan pengawasan ketat dari
pihaksekolah dan itu menjadi kunci keberhasilan pencegahan kenakalan remaja
baik sebagai akibat broken home maupun akibat hal lainnya. Peran orang tua
dirumah dan peran sekolah menjadi kunci keberhasilan pencegahan moral remaja
akibat pengaruh pergaulan bebas. Kasih sayang dan perhatian orang tua adalah
langkah pertama.
 Berbasis Pendidikan Formal.
Ruang kedua bagi anak/remaja adalah pendidikan formal. Disini mereka bergelut
dengan waktu, menumpahkan sebagian besar energinya untuk mendalami
berbagai ilmu pengetahuan, bekalnya di kemudian hari ketika terjun di
masyarakat. Institusi pendidikan juga memiliki peran penting melanjutkan estapet
orang tua dalam mendidik dan membimbing anak-anaknya. Karena itulah,
pendidikan formal harus berjalan maksimal.

 Berbasis Masyarakat atau Sosial


Masyarakat adalah tempat dimana orang-orang dengan berbagai latar belakang
membentuk sebuah sistem. Mereka hidup bersama dalam satu komunitas yang
teratur. Dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang
berada dalam kelompok tersebut. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah
suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitasentitas. Masyarakat adalah sebuah
komunitas yang saling tergantung satu sama lain. Pencerahan berbasis masyarakat
ini diharapkan dapat menggugah, mendorong dan menggerakkan masyarakat
untuk sadar, peduli, dan aktif terhadap remaja yang mengalami broken home.

Tentunya sangat banyak faktor penyebab remaja terjerumus ke dalam hal - hal
negatif dalam masa peralihannya. Namun, salah satu penyebab utama mengapa
remaja seperti itu adalah kurangnya perhatian dan kasih saying orang tua. Hal ini
bisa jadi disebabkan oleh terlalu sibuknya kedua orang tua mereka dengan
pekerjaan, sehingga perhatian dan kasih sayang kepada anaknya hanya
diekspresikan dalam bentuk materi saja. Padahal materi tidak dapat mengganti
dahaga mereka akan kasih sayang dan perhatian orang tua. Pada dasarnya setiap
orang menginginkan pengakuan, perhatian, pujian, dan kasih sayang dari
lingkungannya, khususnya dari orang tua atau keluarganya, karena secara alamiah
orang tua dan keluarga memiliki ikatan emosi yang sangat kuat. Pada saat
pengakuan, perhatian, dan kasih sayang tersebut tidak mereka dapatkan di rumah,
maka mereka akan mencarinya di tempat lain. Salah satu tempat yang paling
mudah mereka temukan untuk mendapatkan pengakuan tersebut adalah di
lingkungan teman sebayanya. Sayangnya, kegiatan-kegiatan negatif kerap
menjadi pilihan anak-anak broken home tersebut sebagai cara untuk mendapatkan
pengakuan eksistensy. Benarkah seluruh fenomena itu sekadar persoalan
psikologis, ataukah justru lebih bercorak sosiologis? Apabila problem tersebut
dilihat dari perspektif psikologistis, maka penilaian yang muncul adalah kaum
remaja tersebut sedang melampiaskan hasrat tersembunyinya. Dalam bahasa
psikoanalisis Sigmund Freud (1856-1939), kaum remaja itu lebih mengikuti
kekuatan id (dorongan-dorongan agresif) ketimbang superego (hati nurani).
Keberadaan ego (keakuan) mereka gagal untuk memediasi agresivitas menjadi
aktivitas sosial yang dapat diterima dengan baik dalam kehidupan sosial
(sublimasi). Namun, pendekatan psikologis itu sekadar mampu mengungkap
persoalan dalam lingkup individual. Itu berarti nilai-nilai etis yang berdimensi
social cenderung untuk dihilangkan. Agar para remaja yang sedang mencari jati
diri tidak semakin terjerumus, tentunya diperlukan peranan orang tua. Selain itu,
dibutuhkan pengawasan ketat dari pihak sekolah dan itu menjadi kunci
keberhasilan pencegahan kenakalan remaja baik sebagai akibat broken home
maupun akibat hal lainnya. Peran orang tua di rumah dan peran sekolah menjadi
kunci keberhasilan pencegahan moral remaja akibat pengaruh pergaulan bebas.
Kasih sayang dan perhatian orang tua adalah langkah pertama. Dalam kondisi dan
situasi apapun, orang tua harus selalu mendampingi anak-anaknya. Pasalnya,
sudah banyak korban dari pergaulan bebas adalah anak yang broken home,
mereka mencari pelarian auntuk menghindar dari kenyataan yang dihadapi.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari semua pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa broken home yang
marak terjadi dikalangan masyarakat besar yang sangat merugikan faktor
psikologi anak yang menjadi korban rusaknya rumah tangga orang tuanya.
Banyak orang tua yang merasa dirinya paling berjasa karena telah melahirkan dan
membesarkannya, tidak segan- segan menghakimi berbagai persoalan dan
permasalahan yang dihadapi atau dilakukan anak. Bahkan, tidak jarang orang tua
hanya berfungsi reproduksi, setelah itu proses pendidikan dan bimbingan
dikuasakan kepada pembantu rumah tangga. Ini banyak terjadi pada keluarga -
keluarga di kota besar yang sibuk di perbudak pekerjaan sehingga hak- hak anak
atas kasih sayang, pendidikan, dan bimbingan terabaikan. Muncullah istilah
Broken Home, dimana anak mencari tempat pelarian yang mereka tidak
didapatkan dari orang tuanya.Sebagai seorang anak atau remaja dimana
kehidupannya mengalami keadaan Broken Home harus menghadapi keadaan
tersebut dengan positif, agar tidak terjerumus kedalam pergaulan yang salah,
beberapa hal menghadapi broken home dengan positif, diantaranya :
1.Ttariklah pelajaran positif dari masalah tersebut

2. Dekatkan pada Tuhan

3. Jangan menghakimi semua orang karena keadaan tersebut

3.2. Saran
Bagi para orang tua, renungkanlah bunyi frase “Anakmu bukan anakmu”.
Anakmu adalah amanah Allah SWT kepada kedua orang tuanya. Artinya, suatu
saat pasti akan diminta dan kembali kepada-Nya sebagai Sang Pemilik Sejati.
Orang tua berkewajiban mendidik dan membimbingnya. Maka dari itu berikanlah
pendidikan yang baik, kasih sayang, dan perhatian penuh untuknya agar tercipta
keluarga yang harmonis, rukun dan damai.Sebagai Anak atau remaja yang berda
dalam kondisi keluarga yang broken home, harus menyikapi dan menghadapi
keadaan tersebut dengan sikap yang positif agar tidak terjerumus keprgaulan yang
merugikan diri sendiri dan orang lain.

DAFTAR PUSAKA

Bintang, J. (2016, Februari 10). Solusi Meminimalisir Dampak Negatif Terhadap Remaja
Broken Home. Retrieved from jelagabintang.blogspot.com:
https://jelagabintang.blogspot.com/2016/02/solusi-meminimalisir-dampak-
negatif.html?showComment=1640252628493#c7058039830508816640
Diananda, A. (2018). Psikologi Remaja dan Permasalahanya. Jurnal Pendidikan dan
Pemikiran Islam, 246-257.
Imron Muttaqin, B. S. (2019). Aanalisis Faktor penyebab dan dampak keluarga broken home.
Jurnal Studi Gender dan Anak, 245-256.
Nandy. (2021, Mei 24). Pengertian Broken Home, Penyebab, Dampak & Cara
Mengatasinya. Retrieved from gramedia.com: https://www.gramedia.com/best-
seller/broken-home/
https://www.slideshare.net/dianmantikha/makalah-filsafat-pendidikan-ian
http://blogriyani.blogspot.com/2011/12/broken-home-di-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai