Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA USIA


REMAJA”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga
Dosen pengampu : Elis Novianti, S. Kep., Ners., M. Kep.,

Disusun Oleh :
KEPERAWATAN TK. IIIA
INA NURHASANAH
KAISA DIEN NABILA
PUPUT KARTIKASARI
VIRDA RAHMASARI
WULAN LUJENG LESTARI PUTRI

STIKES MUHAMMADIYAH CIAMIS


PRODI S1 KEPERWATAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
Jalan K.H Ahmad Dahlan No.20 Ciamis, Kecamatan Ciamis, Kabupaten
Ciamis, Jawa Barat 46216
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “askep keluarga pada usia remaja”. Meskipun masih banyak
kekurangan didalamnya.

Dan juga berterima kasih atas beberapa pihak yang telah membantu dan
memberi tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai pengertian,
struktur, ciri-ciri kepribadian dan perilaku manusia dan beberapa hal yang
bersangkutan dengan materi tersebut. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Ciamis, 18 April 2022

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan....................................................................................................2
C. Sistematika Penulisan.............................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................3
TINJAUAN TEORI................................................................................................................3
A. Definisi...................................................................................................................3
B. Peran, Tanggung Jawab, dan Masalah Orang Tua..................................................3
C. Tugas Perkembangan Keluarga..............................................................................4
D. Masalah-Masalah yang Terjadi Pada Keluarga dengan Tahap Perkembangan
Anak  Usia Remaja........................................................................................................6
E. Masalah Kesehatan.................................................................................................8
F. Peran Perawat.........................................................................................................9
G. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Usia Remaja.................................................10
H. Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Usia Remaja..............................................16
BAB III...............................................................................................................................32
PENUTUP..........................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak usia sekolah disebut sebagai masa akhir anak-anak sejak usia 6
tahun. Anak merupakan individu tersendiri yang bertumbuh dan berkembang
secara unik dan tidak dapat diulang setelah usianya bertambah. Anak adalah
seseorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum pernah kawin (menikah)
(UU No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak).
Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami
peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik
emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah
(Hurlock, 1998). Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah
psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat
terjadinya perubahan sosial (TP-KJM, 2002).
Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang
batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang
dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai
patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang
dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan
bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah
(atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan
sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap
menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan
anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat
diukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam
perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-kadang
diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk
bersikap mandiri dan dewasa.
Usia sekolah dan remaja merupakan masa untuk membentuk pribadi
menjadi manusia dewasa. Banyak permasalahan yang dialami pada kedua masa
itu. Perawat dalam hal ini memiliki peran penting guna mewujudkan kesehatan
yang luhur. Dari paparan tersebut, maka dibuatlah makalah ini.

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tahapan perkembangan remaja
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan keluarga pada usia remaja

C. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan Makalah ini, yaitu :

Bab I Pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, tujuan penulisan serta
sistematika

Bab II Tinjauan teori terdiri dari Pengertian, etiologi, factor predisposisi, faktir
presipitasi, klasifikasi ansietas, mekanisme koping, manisfestasi klinik,
penetalaksanaan , dan konsep asuhan keperaatan kecemasan pada keperawatan
jiwa.

Bab III  Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran


BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus
kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun,
meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih
awal atau lebih lama jika anak masih tinggal dirumah hingga berumur 19 atau 20
tahun ( Friedman, 1998, hal. 124).
Dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir saat anak berusia
19-20 tahun. Keluarga dengan anak remaja berada dalam posisi dilematis,
mengingat anak sudah mulai menurun perhatiannya terhadap orang tua
dibandingkan dengan teman sebayanya. Pada tahapan ini seringkali ditemukan
perbedaan pendapat antara orang tua dan anak remaja, apabila hal ini tidak
diselesaikan akan berdampak pada hubungan selanjutnya. ( diadaptasi dari Duval,
dalam Setiawati & Dermawan, 2008, hal. 20).
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya
berakhir sampai pada usia 19 sampai 20 tahun, pada saat anak meninggalkan
rumah orang tuanya. Tujuan keluarga adalah melepas anak remaja dan memberi
tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri
menjadi lebih dewasa ( Mubarak, 2009, hal. 89 ).
Berlangsung di usia 13-19 tahun (selama 6-7 tahun). Metamorfosis:
pergeseran yang luar biasa pada pola-pola hubungan antar generasi, pergeseran
dimulai dengan kematangan fisik remaja, sejalan dengan peran orangtua
memasuki pertengahan hidup (Preto, 1988, dalam perawatindonesia.org, 2010).

B. Peran, Tanggung Jawab, dan Masalah Orang Tua


Tidak perlu dikatakan bahwa orang tua mengasuh remaja merupakan tugas
paling sulit saat ini.  Namun demikian, orang tua perlu tetap tegar menghadapi
ujian batas-batas yang tidak masuk akal tersebut, yang telah terbentuk dalam
keluarga ketika keluarga mengalami proses  ”melepaskan”. Duvall (1977) juga
mengidentifikasi tugas-tugas perkembangan yang penting karena masa ini yang
menyelaraskan kebebasan dengan bertanggung jawab ketika remaja menjadi
matang dan mengatur diri mereka sendiri. Friedman (1957) juga mendefinisikan
bahwa tugas orang tua selama tahap ini adalah belajar menerima penolakan tanpa
meninggalkan anak ( Friedman, 1988, hal. 125 )
Ketika orang tua menerima remaja apa adanya, dengan segala kelemahan
dan kelebihan mereka, dan ketika mereka menerima sejumlah peran mereka pada
tahap perkembangan ini tanpa konflik atau sensitivitas yang tidak pantas, mereka
membentuk pola untuk semacam menerima diri yang sama. Hubungan antara
orang tua dan remaja seharusnya lebih mulus bila orang tua merasa produktif,
puas, dan dapat mengendalikan kehidupan mereka sendiri ( Kidwell et al, 1983)
dan orang tua/keluarga berfungsi secara fleksibel (Preto, 1988, dalam Friedman,
1988, hal. 125 ).
Schultz (1972) dan lain-lain telah mengungkapkan pandangan mereka
bahwa kompleksitas kehidupan mereka yang meningkat telah membuat peran
orang tua tidak jelas. Orang tua merasa berkompetensi dengan berbagai kekuatan
sosial dan institusi mulai dari otoritas sekolah dan konselor hingga keluarga
berencana dan seks pra nikah dan pilihan kumpul kebo. Faktor-faktor lain
menambah pengaruh mereka yang semakin berkurang tersebut. Karena adanya
spesialisasi jabatan profesi, orang tua tidak lagi bisa membantu anak-anak mereka
dengan rencana-rencana untuk bekerja. Mobilitas penduduk dan kurangnya
hubungan orang dewasa yang kontinu bagi remaja dan orang tua, selain
ketidakmampuan banyak orang tua untuk mendiskusikan masalah-maslah pribadi,
seks, dan masalah-masalah yang berkaitan dengan obat-obatan secara terbuka dan
tidak menghakimi bersama anak-anak mereka memberikan kontribusi pada
masalah-masalah orang tua-remaja ( Friedman, 1988, hal. 125 ).

C. Tugas Perkembangan Keluarga


Tugas perkembangan yang pertama dan utama adalah menyeimbangkan
kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja matur dan semakin mandiri.
Orang tua harus mengubah hubungan mereka dengan remaja putri atau putranya
secara progresif dari hubungan dependen yang dibentuk sebelumnya kearah suatu
hubungan yang makin mandiri. Pergeseran yang terjadi dalam hubungan anak dan
orang tua ini salah satu hubungan khas yang penuh dengan konflik-konflik
sepanjang jalan ( Friedman, 1998, hal. 126).
Agar keluarga dapat beradaptasi dengan sukses selama tahap ini, semua
anggota keluarga, khususnya orang tua, harus membuat “perubahan sistem” utama
yaitu, membentuk peran-peran dan norma-norma baru dan “membiarkan” remaja.
Kidwell dan kawan-kawan (1983) meringkas perubahan yang diperlukan
ini “secara paradoks sistem keluarga yang dapat membiarkan anggotanya adalah
sistem yang akan bertahan dan menghasil sistem itu sendiri secara efektif pada
generasi-generasi berikutnya” ( Friedman, 1998, hal. 126).
Orang tua yang dalam upaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka
sendiri, tidak membiarkan anak-anaknya, seringkali menemukan “revolusi”. Oleh
remaja bila perpisahan berlangsung kemudian. Orang tua dapat juga mempercayai
anak agar mandiri secara prematur, dengan menyampaikan kebutuhan-kebutuhan
ketergantungannya. Dalam hal ini remaja ini dapat gagal mencapai kemandirian
(Wright an Leahey, 1984, dalam Friedman, 1998, hal. 126).
Menyangkut tiga tahap terakhir, hubungan perkawinan juga merupakan
pusat perhatian. Tugas perkembangan keluarga yang kedua bagi pasangan suami
istri adalah memfokuskan kembali hubungan perkawinan (Willson, 1988). Banyak
sekali pasangan suami istri yang telah begitu terikat dengan berbagai tanggung
jawab sebagai orang tua sehingga perkawinan tidak lagi memainkan suatu peran
utama dalam kehidupan mereka. suami biasanya menghabiskan banyak waktu
diluar rumah, karena bekerja dan melanjutkan karirnya, sementara itu, istrinya
juga bekerja sementara mencoba meneruskan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga
dan tanggung jawab sebagai orang tua. Dalam situasi seperti ini, hanya tersisa
sedikit waktu dan energy untuk hubungan perkawinan ( Friedman, 1998, hal.
126).
Akan tetapi disisi lain, karena anak-anak lebih bertanggung jawab
terhadap mereka sendiri, pasangan suami istri meninggalkan rumah untuk meniti
karir mereka atau dapat menciptakan kesenangan-kesenangan perkawinan setelah
anaknya telah meninggalkan rumah (postparental). Mereka dapat mulai
membangun pondasi untuk tahap siklus kehidupan keluarga berikutnya
( Friedman, 1998, hal. 126).
Tugas perkembangan keluarga yang ketiga yang mendesak adalah untuk
para anggota  keluarga, khususnya orang tua dan remaja, untuk berkomunikasi
secara terbuka. Karena adanya kesenjangan antara generasi, komunikasi terbuka
seringkali hanya merupakan suatu cita-cita, bukan suatu realita. Orang tua yang
berasal dari keluarga dengan berbagai masalah terbukti seringkali menolak dan
memisahkan diri dari anak mereka paling tua, sehingga mengurangi saluran-
saluran komunikasi terbuka yang mungkin telah ada sebelumnya ( Friedman,
1998, hal. 126).
Mempertahankan etika dan standar keluarga merupakan tugas-tugas
perkembangan keluarga lainnya (Duvall dan Miller, 1985). Meskipun aturan-
aturan dalam keluarga belum diubah, etika dan standar moral keluarga belum
tetap dipertahankan oleh orang tua. Remaja sangat sensitive terhadap
ketidakcocokan antara apa dikatakan dengan apa yang dipraktekkan. Namun
demikian, orang tua dan anak-anak dapat belajar dari satu sama lain dalam
masyarakat yang majemuk dan berubah dengan cepat saat ini. Transformasi nilai
dari kaum muda juga mentransformasikan keluarga. Adopsi gaya hidup yang
lebih bebas dan sederhana melambangkan transformasi nilai yang mempengaruhi
setiap tahap kehidupan keluarga (Yankelowich, 1975, dalam Friedman, 1998, hal.
126).

D. Masalah-Masalah yang Terjadi Pada Keluarga dengan Tahap


Perkembangan Anak  Usia Remaja
Ketidak matangan dalam hubungan keluarga seperti yang ditunjukkan oleh
adanya pertengkaran dengan anggota-anggota keluarga,terus menerus mengritik
atau buat komentar-komentar yang merendahkan tentang penampilan atau
perilaku anggota keluarga, sering terjadi selama tahun-tahun awal masa remaja.
Pada saat ini hubungan keluarga biasanya berada pada titik rendah.
Hubungan keluarga yang buruk merupakan bahaya psikologis pada setiap
usia, terlebih selama masa remaja karena pada saat ini anak laki-laki dan
perempuan sangat tidak percaya pada diri sendiri dan bergantung pada keluarga
untuk memperoleh rasa aman. Yang lebih penting lagi, mereka memerlukan
bimbingan atau bantuan dalam menguasai tugas perkembangan masa remaja.
Kalau hubungan-hubungan keluarga ditandai dengan pertentangan, perasaan-
perasaan tidak aman berlangsung lama, dan remaja kurang memiliki kesempatan
untuk mengembangkan pola perilaku yang tenang dan lebih matang. Remaja yang
hubungan keluarganya kurang baik juga dapat mengembangkan hubungan yang
buruk dengan orang-orang diluar rumah. Meskipun semua hubungan, baik dalam
masa dewasa atau dalam masa kanak-kanak, kadang-kadang tegang namun orang
ang selalu mengalami kesulitan dalam bergaul dengan orang lain dianggap tidak
matang dan kurang menyenangkan. Hal ini menghambat penyesuaian sosial yang
baik.
Masa remaja dikenal banyak orang sebagai masa yang indah dan penuh
romantika, padahal sebenarnya masa ini merupakan masa yang penuh dengan
kesukaran. Bukan hanya bagi dirinya tetapi bagi keluarga dan lingkungan sosial.
Masa ini akan membuat remaja mengalami kebingungan disatu pihak masih anak-
anak, tetapi dilain pihak harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi ini
membuat mereka dalam kondisi konflik, sehingga akan terlihat bertingkah laku
aneh, canggung dan kalau tidak dikontrol dengan baik dapat menyebabkan
kenakalan. Dalam usahanya mencari identitas diri, mereka sering membantah
orang tuanya, karena memulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-
nilai sendiri yang berbeda dengan orang tuanya.
Pendapat orang tua tidak lagi dapat dijadikan pegangan, meskipun
sebenarnya mereka juga belum memiliki dasar pegangan yang kuat. Orang yang
dianggap penting dalam masa ini adalah teman sebaya. Mereka berusaha untuk
mengikitu pendapat dan gaya teman-temannya karena dianggap memiliki
kesamaan dengan dirinya. Karenanya sering kali remaja terlibat dalam geng-geng,
dengan menjadi anggota geng mereka akan saling memberi dan mendapat
dukungan mental. Beberapa kasus terakhir seperti geng-geng motor yang terlibat
kegiatan merupakan bentuk dari kecenderungan tersebut. Mereka akan berani
melakukan tindakan-tindakan kejahatan ketika dilakukan dalam kelompok dan
tidak akan berani melakukannya secara individual. Masalah lain yang sering
mengganggu anak remaja adalah masalah yang berkaitan dengan organ reproduksi
(seksual). Satu sisi mereka sudah mencapai kematangan seksual, yang
menyebabkan mereka memiliki dorongan untuk pemuasan tetapi disisi lain
kebudayaan dan norma sosial melarang pemuasan kebutuhan seksual diluar
pernikahan. Padahal untuk menikah banyak persyaratan yang harus dipenuhi,
bukan hanya kemampuan dalam melakukan hubungan seksual, tetapi diperlukan
ekonomi, kematangan psikologi, dan sebagainya.syarat-syarat ini sangat berat dan
mungkin belum dicapai pada usia remaja. Oleh karena itu, para remaja mencari
kepuasan dalam bentuk khayalan, membaca buku atau menonton film porno.
Meskipun tingkah laku ini sebenarnya tetap melanggar norma masyarakat, tetapi
mereka melakukannya dengan sembunyi-sembunyi.
Untuk menghadapi situasi ini orang tua harus lebih bijaksana dalam
menyikapi, cara yang tepat dilakukan adalah dengan mengurangi control secara
bertahap terhadap anaknya, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi diri sendiri
secara bertahap sampai akhirnya dewasa.

E. Masalah Kesehatan
Pada tahap ini kesehatan fisik anggota keluarga biasanya baik. Tapi
promosi kesehatan tetap menjadi hal yang penting. Faktor-faktor resiko harus
diidentifikasi dan dibicarakan dengan keluarga, seperti pentingnya gaya hidup
keluarga yang sehat mulai dari usia 35 tahun, resiko penyakit jantung koroner
meningkat dikalangan pria dan pada usia ini anggota keluarga yang dewasa mulai
merasa lebih rentan terhadap penyakit sebagai bagian dari perubahan-perubahan
perkembangan dan biasanya mereka ini lebih menerima strategi promosi
kesehatan. Sedangkan pada remaja, kecelakaan terutama kecelakaan mobil
merupakan bahaya yang amat besar, dan patah tulang dan cedera karena atletik
juga umum terjadi (Friedman, 1998, hal. 127).
Penyalahguanaan obat-obatan dan alkohol, keluarga berencana, kehamilan
yang tidak dikehendaki, dan pendidikan dan konseling seks merupakan bidang
perhatian yang relevan. Dalam mendiskusikan topik ini dengan keluarga, perawat
dapat terjebak dalam perselisihan atau masalah antara orang tua dan kaum muda,
remaja biasanya mencari pelayanan kesehatan mencakup uji kehamilan,
menggunakan obat-obatan, uji AIDS, keluarga berencana, dan aborsi, diagnosis
dan perawatan penyakit kelamin. Agaknya telah menjadi trend yang sah bagi
remaja untuk menerima perawatan kesehatan tanpa ijin orang tua. Bila orang tua
diikutsertakan maka dilakukan wawancara terpisah sebelum mereka dikumpulkan
(Friedman, 1998, hal. 127).
Kebutuhan kesehatan yantg lain adalah dalam bidang hubungan dan
bantuan untuk memperkokoh hubungan perkawinan dan hubungan remaja dengan
orang tua. Konseling langsung yang bersifat menunjang atau mulai rujukan ke
sumber-sumber dalam komunitas untuk konseling, dan juga pendidikan yang
bersifat rekreasional, dan pelayanan lainnya mungkin diperlukan, pendidikan
promosi kesehatan umum juga diindikasikan (Friedman, 1998, hal. 127).

F. Peran Perawat
Peran perawat pada tahap ini adalah mengarahkan keluarga pada
peningkatan dan pencegahan penyakit. Penyuluhan tentang penyakit
kardiovaskuler pada usia lanjut, penyuluhan tentang obat-obatan terlarang,
minuman keras, seks, pencegahan kecelakaan pada remaja, serta membantu
terciptanya komunikasi yang lebih efektif antara orang tua dengan anak remajanya
( Mubarak, 2009, hal. 90 ).

Peran perawat dalam peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit pada tahap
keluarga dengan anak remaja menurut Stanhope (1998, Hal. 52):
1. Guru tentang faktor-faktor kesehatan
2. Guru dalam isu-isu pemecahan masalah mengenai alkohol dan merokok, diet
dan gerak badan
3. Fasilitator keterampilan interpersonal dengan anak belasan tahun bersama
orang tua
4. Penolong langsung, konsultan atau pihak yang merujuk ke sumber-sumber
kesehatan mental
5. Konsultan keluarga berencana
6. Pihak yang merujuk ke bagian penyakit yang ditularkan melalui seksual
7. Peserta dalam organisasi masyarakat untuk pengendalian penyakit.

G. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Usia Remaja


1. Pengkajian
Tahap pertama pada asuhan keperawatan keluarga, yaitu perawat melakukan
pengkajian dengan menggunakan formulir yang dapat digunakan pada semua
tahap perkembangan keluarga ( Suprajitno, 2004, hal. 37 ).
Menurut Suprajitno ( 2004, hal. 38 ) meskipun demikian perawat perlu
melakukan pengkajian fokus pada tiap perkembangan yang didasarkan oleh:
a. Dalam tiap tahap perkembangan keluarga, karakteristik keluarga akan
berbeda karena adda perubahan anggota keluarga ( dapat bertambah atau
berkurang )
b. Pada tiap tahap perkembangan, keluarga mempunyai tugas perkembangan
keluarga yang harus dilakukan.
c. Pada tiap tahap perkembangan keluarga, kewajiban keluarga berbeda.

Pengkajian data fokus keluarga dengan anak usia remaja dalam Suprajitno
(2004, hal. 37 ) meliputi:
a. Bagaimana karakteristik teman disekolah atau di lingkungan rumah
b. Bagaimana kebiasaan anak menggunakan waktu luang
c. Bagaimana perilaku anak selama dirumah
d. Bagaimana hubungan antara anak remaja dengan adiknya, dengan teman
sekolah atau bermain
e. Siapa saja yang berada dirumah selama anak remaja dirumah
f. Bagaimana prestasi anak disekolah dan prestasi apa yang pernah diperoleh
anak
g. Apa kegiatan diluar rumah selain disekolah, berapa kali, berapa lama, dan
dimana
h. Apa kebiasaan anak dirumah
i. Apa fasilitas yang digunakan anak secara bersamaan atau sendiri
j. Berapa lama waktu yang disediakan orang tua untuk anak
k. Siapa yang menjadi figur bagi anak
l. Seberapa peran yang menjadi figur bagi anak
m. Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga
2. Diagnosa Keperawatan
Perumusan diagnosis keperawatan keluarga menggunakan aturan yang sudah
disepakati, terdiri dari:
a. Masalah (problem, P ) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota
( individu ) keluarga
b. Penyebab ( etiologi, E ) adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan
masalah dengan mengacu kepada lima tugas keluarga, yaitu mengenal
masalah, mengambil keputusan yang tepat, merawat anggota keluarga,
memelihara lingkungan, atau memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
c. Tanda ( sign, S ) adalah sekumpulan data objektif dan data subjektif yang
diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak yang
mendukung masalah dan penyebab.

Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga kelompok


yaitu:
a. Diagnosis aktual
Diagnosis aktual yaitu masalah keperawatan yang sedang dialami oleh
keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat
b. Diagnosis resiko
Diagnosis resiko yaitu masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi
tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan
cepat apabila tidak segera mendapat bantuan perawat

c. Diagnosis potensial
Diagnosis potensial yaitu suatu keadaaan sejahtera dari keluarga ketika
keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai
sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan.

Masalah keperawatan sampai saat ini masih menggunakan daftar


masalah keperawatan yang dibuat oleh asosiasi perawat Amerika ( NANDA )
yang meliputi masalah aktual, resiko atau resiko tinggi, dan potensial.
Penyebab merujuk pada tugas keluarga dibidang kesehatan, yaitu mengenal
masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk tindakan, merawat anggota
keluarga, memodifikasi lingkungan, atau memanfaatkan fasilitas layanan
kesehatan sesuai data yang telah dikumpulkan dalam pengkajian. Sedang
tanda dapat dituliskan atau tidak karena telah diidentifikasi pada angkah awal.

Daftar masalah keperawatan (NANDA) yang dapat digunakan sebagai berikut:


a. Gangguan proses keluarga
b. Gangguan pemeliharaan kesehatan
c. Perubahan  kebutuhan nutrisi: kurang atau lebih dari kebutuhan tubuh
d. Gangguan peran menjadi orang tua
e. Gangguan pola eliminasi
f. Kondisi sanitasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan
g. Gangguan penampilan peran
h. Gangguan pola seksual
i. Ketidakmampuan antisipasi dukungan berkepanjangan
j. Konflik pengambilan keputusan
k. Adaptasi kedukaan yang tidak fungsional
l. Potensial berkembanganya koping keluarga
m. Koping keluarga tidak efektif
n. Gangguan manajemen pemeliharaan rumah
o. Hambatan intraksi social
p. Defisit pengetahuan
q. Konflik peran keluarga
r. Resiko perubahan peran orang tua
s. Resiko terjadi trauma
t. Resiko tinggi perilaku kekerasan
u. Ketidakberdayaan
v. Terjadinya isolasi sosial
d. Penilaian ( skoring ) diagnosis keperawatan
Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosis keperawatan lebih dari
satu. Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon
dan Maglaya ( 1978 ).
e. Proses skoringnya dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan:
1. Tentukan skornya sesuai dengan kreteria yang dibuat perawat
2. Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot
3. Skor yang diperoleh  X bobot
4. Skor tertinggi
Jumlah skor untuk semua kreteria ( skor maksimum sama dengan jumlah
bobot, yaitu 5 )
f. Penentuan prioritas sesuai dengan kreteria skala:
Untuk kreteria pertama, prioritas utama diberika pada tidak atau kurang sehat
karena perlu tindakan segera dan biasanya didasari oleh keluaraga
Untuk kreteria kedua perlu diperhatikan:
1. Pengetahuan yang ada sekarang, tekhnologi, dan tindakan untuk
menangani masalah
2. Sumber daya keluarga: fisik, keuangan, tenaga
3. Sumber daya perawat: pengetahuan, keterampilan, waktu
4. Sumber daya lingkungan: fasilitas, organisasi, dan dukungan

Untuk kreteria ketiga perlu diperhatikan:


1. Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah
2. Lamanya masalah yang berhububgan dengan jangka waktu
3. Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk memperbaiki
masalah
4. Adanya kelompok  yang berisiko untuk dicegah agar tidak aktual dan
menjadi parah.

Untuk kreteria keempat, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana


keluarga menilai masalah keperawatan tersebut.

g. Penyusunan prioritas diagnosis keperawatan


Prioritas didasarkan pada diagnosa keperawatan yang mempunyai skor
tertinggi dan disusun berurutan sampai yang mempunyai skor terendah.
Namun, perawat perlu mempertimbangkan juga persepsi keluarga terhadap
masalah keperawatan mana yang perlu diatasi segera.
h. Perencanaan Keperawatan Keluarga
Perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan khusus yang
didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kreteria dan standar yang
mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan
yang berorientasi pada kreteria dan standar ( Suprajitno, 2004, hal. 49 ).
Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga, meliputi kegiatan-kegiatan
yang bertujuan ( Suprajitno, 2004, hal. 49 ) :
1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai maslah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara:
a. Memberi informasi yang tepat
b. Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan
c. Mendorong sikap emosi yang mendukung upaya kesehatan
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,
dengan cara :
a. Mengidentifikasi konsekuensinya bila tidak melakukan tindakan
b. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki dan ada di sekitar
keluarga
c. Mendiskusikan tentang konsekuensi tipe tindakan
3. Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang
sakit, dengan cara :
a. Mendemonstrasikan cara perawatan
b. Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah
c. Mengawasi keluarga melakukan perawatan
4. Membantu keluarga untuk memelihara (memodifikasi lingkungan) yang
dapat meningkatkan kesehatan keluarga dengan cara :
a. Menemukan seumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
b. Melakukan perubahan lingkungan bersama keluarga seoptimal
mungkin
5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
disekitarnya, dengan cara :
a. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di sekitar lingkungan
keluarga
b. Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

Hal penting dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan ( Suprajitno,


2004, hal. 50 ) :

a. Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah, dan mempunyai jangka waktu


yang sesuai dengan kondisi klien
b. Kriteria hasil hendaknya dapat diukur dengan alat ukur dan diobservasi
dengan pancaindra perawat yang objektif
c. Rencana tindakan disesuaikan dengan sunber daya dan dana yang dimiliki
oleh keluarga dan mengarah ke kemandirian klien sehingga tingkat
ketergantungan dapat diminimalisasi
3. Rencana Keperawatan Keluarga
Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga, meliputi kegiatan-kegiatan
yang bertujuan ( Suprajitno, 2004, hal. 49 ) :
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai maslah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara:
1) Memberi informasi yang tepat
2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan
3) Mendorong sikap emosi yang mendukung upaya kesehatan
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,
dengan cara :
1) Mengidentifikasi konsekuensinya bila tidak melakukan tindakan
2) Mengidentifikasi sumber - sumber yang dimiliki dan ada di sekitar
keluarga
3) Mendiskusikan tentang konsekuensi tipe tindakan
c. Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang
sakit, dengan cara :
1) Mendemonstrasikan cara perawatan
2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah
3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan
d. Membantu keluarga untuk memelihara (memodifikasi lingkungan) yang
dapat meningkatkan kesehatan keluarga dengan cara :
1) Menemukan seumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
2) Melakukan perubahan lingkungan bersama keluarga seoptimal mungkin
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
disekitarnya, dengan cara :
1) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di sekitar lingkungan
keluarga
2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

H. Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Usia Remaja


Identitas Umum Keluarga

1. Identitas Kepala Keluarga


Nama                    : Tn. N
Umur                    : 46 tahun
Agama                  : Islam
Suku                     : Sunda
Pendidikan           : SMP
Perkerjaan            : Buruh
Alamat                 : Pahauran RT 02 RW 6, Dusun Sindangsari, Kecamatan
Banjarsari, Kabupaten Ciamis
No. Telpon           : -

2. Komposisi Keluarga
No Nama L/P Umur Hub. Klg Perkerjaan Pendidikan
1 Tn. N L 46 Ayah kandung Buruh SMP
2 Ny. R P 45 Ibu kandung IRT SMP
3 An. D L 25 Anak kandung Swasta SMK
4 An. S P 15 Anak kandung Pelajar SMP
3. Genogram
KET:
: Tn. N
: Ny. R
: An.D
: An. S
4. Type Keluarga
a. Jenis Type Keluarga : Tipe Tradisional;  Nuclear family/Keluarga inti,
dimana terdiri dari Kepala keluarga, ibu dan anak.
b. Masalah Yang terjadi dg type tersebut : Tidak terjadi masalah pada
keluarga Tn. S dengan tipe keluarga ini.
5. Suku Bangsa
a. Asal Suku Bangsa : Sunda
b.  Tidak  ada Budaya Yang bertentangan dengan Kesehatan
6. Agama dan Kepercayaan Yang Mempengaruhi Kesehatan
Perempuan tidak boleh memotong kuku dan potong rambut pada saat
menstruasi.
7. Status Sosial Ekonomi Keluarga
a.  Anggota yang keluarga yang mencari nafkah : Tn. N dan Ny. R
b. Penghasilan : Rp. 3.000.000,00/bulan
c. Upaya lain : Bertani
d. Harta benda yang dimiliki: Motor 2 buah, Kulkas, TV
e. Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan : Rp 2.500.000,00/bulan

8. Aktivitas Rekreasi Keluarga


Biasanya berlibur ke tempat-tempat wisata setiap 1 tahun sekali, dan
menonton TV di rumah di waktu senggang.
9. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga dengan Anak Remaja (families with teenagers)
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya
Keluarga belum memberikan kebebasan secara penuh dan bertanggung
jawab kepada anak remajanya, keluarga belum membangun dengan efektif
komunikasi terbuka antara orang tua dan anaknya, serta keluarga belum
melakukan secara penuh perubahan sistemperan dan peraturan untung
tumbuh kembang keluarga.
c. Riwayat kesehatan keluarga inti
1) Riwayat kesehatan keluarga saat ini
Keluarga mengatakan saat ini setiap anggota keluarganya dalam
keadaan sehat-sehat saja. Hanya ada beberapa anggota keluarga yang
sering terkena sakit seperti Tn. N yang menderita Diabetes.
2) Riwayat penyakit keturunan
Keluarga mengatakan penyakit keturunan yang ada pada anggota
keluarganya yaitu Diabetes yang dimiliki oleh Tn. N dari keluarga
sebelumnya.
3) Riwayat kesehatan masing – masing anggota keluarga
No Nama BB Umu Keadaan Imunisasi BCG Masalah Tindakan yang
r /Polio/ DPT /
kesehatan kesehatan telah dilakukan
HB / Campak

1 Tn. N 70 46 Lengkap Diabetes Berobat ke


kg Bidan Setempat
/ Puskesmas
2 Ny. R 53 45 Lengkap - -
kg
3 An. D 47 25 Lengkap - -
kg
4 An.S 45 15 Lengkap - -
kg
4) Sumber Pelayanan Kesehatan Yang Dimanfaatkan
Puskesmas dan Bidan Setempat
5) Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya
Keluarga mengatakan pada keluarga sebelumnya tidak memiliki
masalah kesehatan yang serius baik dari pihak Suami maupun Istri.
Hanya pada pihak keluarga Tn. N yang mempunyai riwayat penyakit
Diabetes

Pengkajian Lingkungan
1. Karakteristik rumah
a. Luas rumah : 7 X 12 meter persegi
b. Type rumah : Rumah Konvensional
c. Kepemilikan : Milik Sendiri
d. Jumlah dan ratio kamar / ruangan : Terdapat 3 buah kamar tidur, 1 ruangan
tamu, 1 ruangan keluarga, 1 ruangan dapur bersih, 1 dapur kotor, dan 1
kamar mandi/wc
Denah Rumah
KAMAR
MANDI/WC
DAPUR KOTOR

DAPUR BERSIH

R. KELUARGA KAMAR 3

KAMAR 2

R. TAMU

KAMAR 1

e. Ventilasi / jendela : Terdapat 13 ventilasi dan 10 Jendela yang berada di


Rumah keluarga Tn. S
f. Pemanfaatan ruangan : Ruang tamu digunakan untuk apabila ada tamu
yang berkunjung, Ruang tengah / keluarga digunakan keluarga untuk
bersantai dan menonton TV, Ruang Dapur digunakan untuk memasak dan
makan bersama keluarga.
g. Septic tank : Ada, letak dibelakang rumah berjarak 1 meter dari rumah
h. Sumber air minum : air sumur
i. Kamar Mandi / WC : Terdapat 1 buah kamar mandi, dan 1 buah Wc.
j. Sampah limbah RT : Sampah dibakar dibelakang rumah, jaraknya sekitar
6 meter dari rumah.
k. Kebersihan lingkungan : Lingkungan didalam maupun dilingkungan luar
rumah tidak tampak kotor, dan terlihat bersih.
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
a. Kebiasaan : Di lingkungan RW keluarga Tn. S selalu mengadakan
kegiatan Gotong royong setiap 1 bulan sekali, serta mengadakan yasinan
setiap jumat malam.
b. Aturan / kesepakatan : Kesepekatan di lingkungan RW tersebut setiap
kepala keluarga atau anggota keluarga yang lainnya harus mengikuti
kegiatan gotong royong dilingkungan tersebut.
c. Budaya : Budaya yang berada di sekitar lingkungan keluarga Tn. N rata-
rata merupakan budaya Sunda
d. Mobilitas geografis keluarga : Sejak pertama kali menikah sudah tidak
tinggal dengan orang tua baik sebelah laki-laki maupun perempuan, dan
sudah menetap di Banjarsaru. Dan selama ini belum pernah berpindah
rumah.
e. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga biasa berkumpul di waktu senggang, dan interaksi dimasyarakat
dilakukan setiap hari.
f. System pendukung keluarga
Keluarga mengatakan tidak memiliki BPJS dan jaminan kesehatan
lainnya.
3. Struktur Keluarga
a. Pola / cara komunikasi keluarga : Keluarga berkomunikasi secara terbuka,
menggunakan bahasa sunda, komunikasi secara langsung didalam rumah,
frekuensinya tergantung pertemuan setiap anggota keluarga.
b. Struktur kekuatan keluarga : Kekuatan keluarga dipegang oleh Kepala
keluarga. Keputusan yang diambil dalam keluarga dipegang oleh Tn. N.
Model kekuatan atau kekuasaan yang digunakan keluarga dalam membuat
keputusan menggunakan musyawarah dan kadang-kadang langsung
diambil keputusan oleh kepala keluarga.
c. Struktur peran ( peran masing – masing anggota keluarga ) :
1) Tn N : Sebagai kepala keluarga bertanggung jawab dalam mengatur
rumah tangga dan bekerja untuk menafkahi setiap anggota
keluarganya.
2) Ny R : berperan sebagai ibu rumah tangga didalam rumah, serta
membantu kepala keluarga dalam bekerja.
3) An. D  : Sebagai anak pertama, bekerja di luar kota
4) An. M : sebagai anak yang kedua atau bungsu, sekarang sedang
sekolah dibangku kelas 2 SMP
d. Nilai dan norma keluarga
Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan dengan nilai
dan norma yang berlaku di masyarakat, serta nilai dalam agama yang
dianut oleh keluarga.
4. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Keluarga merasakan perasaan saling memiliki setiap anggota keluarga,
serta berusaha mengembangkan sikap saling menghargai.
b. Fungsi sosialisasi
1) Kerukunan hidup dalam keluarga
Keluarga cukup rukun dan perhatian dalam membina hubungan rumah
tangga.
2) Interaksi dan hubungan dalam keluarga
Interaksi dalam keluarga cukup baik, walaupun An. S tidak terlalu
sering berinteraksi dengan anggota keluarga lainnya karena sering
berada diluar rumah.
c.  Anggota keluarga yang dominan dalam mengambil keputusan
Keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan adalah Tn. N
d. Kegiatan keluarga waktu senggang
Menonton Tv di rumah, pergi kerumah tetangga, atau bepergian ke tempat
wisata.
e. Partisipasi dalam kegiatan social
Kegiatan gotong royong setiap bulan dan yasinan setiap minggu.
4.  Fungsi Perawatan Kesehatan
Disini keluarga sudah mengetahui masalah kesehatan yang terjadi pada salah
satu anggota keluarga. Keluarga sudah mengambil keputusan dalam masalah
kesehatan yang terjadi pada Tn. N dengan pergi ke puskesmas atau bidan,
untuk mengatasi masalah kesehatannya. Keluarga kurang memperhatikan
dalam merawat anggota keluarga yang sakit, apalagi selama anggota keluarga
yang sakit tidak mengganggu aktivitas sehari-harinya. Keluarga sudah baik
dalam memilihara lingkungan rumah baik didalam rumah itu sendiri, maupun
disekitar lingkungan luar rumah. Dalam menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan keluarga lebih memilih pergi berobat yang lebih dekat dengan
rumahnya.
5. Fungsi reproduksi
a. Perencanaan jumlah anak : 2 orang anak satu laki – laki dan satu
perempuan.
b. Akseptor: ya, yang digunakan pil KB lamanya sekitar 3 bulan terakhir.
c. Keterangan lain : Sebelumnya Ny. R menggunakan menggunakan
kontrasepsi suntik selama 12 tahun mulai dari setelah kelahiran anak
kedua.
6. Fungsi ekonomi
a. Upaya pemenuhan sandang pangan : upaya pemenuhan kebutuhan
sandang pangan dipenuhi oleh Tn. N sebagai kepala keluarga serta dibantu
oleh Ny. R
b. Pemanfaatan sumber dimasyarakat : -

7. Stress Dan Koping Keluarga


a. Stressor jangka pendek
Keluarga merasa kecewa dengan prestasi anak An. S yang akhir-akhir ini
menurun dari sebelumnya.
b. Sressor jangka panjang
Penyakit Diabetes yang seing kali mengganggu pekerjaannya
c. Respons keluarga terhadap stressor
Keluarga berharap anaknya yang kedua prestasinya kembali meningkat.
Dan keluarga menganggap sudah terbiasa dengan penyakit Diabetes yang
dialami Tn. N karena merupakan penyakit keturunan.
d. Strategi koping
Keluarga biasanya berdiskusi dalam menghadapi masalah.
e. Strategi adaptasi disfungsional
Tn. N menganggap penyakit Diabetes yang dideritanya adalah penyakit
biasa, karena merupakan keturunan.
8. KEADAAAN GIZI KELUARGA
a. Pemenuhan gizi : Pemenuhan gizi keluarga dilakukan oleh Ny. R dengan
menyediakan pemenuhan kebutuhan makan 3 kali sehari.
b. Upaya lain : Tidak ada upaya lain yang dilakukan.
9. HARAPAN KELUARGA
a. Terhadap masalah kesehatan
Keluarga mengatakan harapan agar setiap anggota keluarganya selalu
sehat dan tidak pernah menderita sakit yang parah.
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada
Keluarga berharap pelayanan kesehatan Puskesmas yang ada didaerahnya
agar kualitasnya lebih baik dari sekarang, dan dalam penggunaan
pengobatan dengan menggunakan Jamkesmas agar lebih dimudahkan.
10. Pemeriksaan Fisik
No Variabel Nama anggota keluarga
Tn. S Ny. L An. Y An. M
1 Riwayat Diabetes Melitus - - -
penyakit saat
ini
2 Keluhan yang Terkadang Pusing, - - -
11. dirasakan Sering BAK
3 Tanda dan - - - -
gejala
4 Riwayat Diabetes Mellitus - - -
penyakit
sebelumnnya
5 Tanda – tanda 125/90 110/90 110/80 100/75
vital mmhg mmhg mmhg mmhg
S=36,5 S=36,5 S=36,5 S=36,5
RR=21 RR=18 RR=19 RR=18
N=95 N=80 N=80 N=80
6 Sistem Inspeksi : Pada - - -
kardiovaskuler bagian dada tidak
terdapat lesi,
jaringan parut,
terlihat iktus
kordis di mid
klavikula iktus
kordis ke 5
Palpasi : teraba
iktus kordis di mid
clavikula
interkosta ke 5
JVP : 6 cm
Perkusi :
batas jantung
interkosta ke 2-5
strenum kiri,
interkosta 2-3
sternum kanan
Auskultasi :
terdengar bunyi S2
di intercosta 2
sternum kiri dan
kanan.
Dan terdengar
bunyi S1 di
intercosta ke-5 di
samping
sternum  dan mid
klavikula kiri.
7 Sistem - - - -
Respirasi
8 System GI - - - -
Tract
9 System - - - -
Persyarafan
10 System - - - -
Muskulokeletal
11 Sistem - - - -
Genetalia
Tipologi Masalah Kesehatan
N DAFTAR MASALAH KESEHATAN
O
1 KURANG/TIDAK SEHAT
-
2 ANCAMAN
Penyakit keturunan Diabetes Pada Tn. N
3 DIFISIT
Kurang Pengetahuan tentang Tugas dan Perkembangan Keluarga

12. Daftar Masalah Pengkaian Khusus Berdasarkan 5 Tugas Keluarga


N KRITERIA PENGKAJIAN
O
1 Mengenal        Keluarga telah mengenal masalah kesehatan yang
Masalah terjadi pada anggota keluarga yang mempunyai
masalah pada kesehatannya.
       Keluarga belum mengetahui tentang tugas
perkembangan keluarga saat ini.
       Keluarga belum memiliki pengetahuan yang benar
tentang pertumbuhan dan perkembangan serta masalah
yang biasa terjadi pada anak remaja.
2 Mengambil        Keluarga mengambil keputusan dengan membawa
Keputusan anggota keluarga yang sakit ke Puskesmas atau Bidan.
yang tepat        Keluarga belum mengambil keputusan untuk
meningkatkan proses keluarga
       Keluarga belum bisa mengambil keputusan karena
kurangnya pengetahuan tentang kondisi saat ini.
3 Merawat        Keluarga belum mampu merawat anggota keluarga
anggota yang sakit, karena hanya beranggapan harus merawat
keluarga yang anggota keluarga yang sakit apabila anggota keluarga
sakit ataupun yang sakit tidak lagi mampu melakukan aktivitas
punya masalah dengan baik.
4 Memodifikasi        Terkait masalah kesehatan yang terjadi sekarang
lingkungan keluarga belum melakukan modifikasi lingkungan,
karena dirasakan keluarga tidak perlu.
       Keluarga belum melakukan modifikasi lingkungan
khususnya secara psikologis, terkait kesiapan untuk
meningkatkan proses keluarga.
5 Memanfaatkan        Keluarga telah memanfaatkan fasilitas pelayanan
sarana kesehatan, baik berupa pergi ke Bidan maupun
kesehatan Puskesmas.

13. DAFTAR MASALAH


N DATA ETIOLOGI PROBLEM
O
1. Ds : Ketidakmampuan Ketidakefektifan
-Keluarga mengatakan Keluarga dalam Manajemen Regimen
didalam keluarganya ada merawat anggota Terapeutik Keluarga
yang memilki riwayat keluarga yang Pada Keluarga Tn.N
penyakit keturunan sakit
berupa Diabetes Melitus
-Keluarga mengatakan
bahwa Tn. N sering
mengalami pusing dan
sering BAK, apabila
gejalanya berat dibawa ke
tenaga kesehatan.
Do:
-Penyakit diabetes Tn. N
sering kambuh karena
keluarga hanya
melakukan perawatan
kesehatan pada saat Tn. N
apabila sakitnya
mengganggu aktivitasnya.
TD= 125/90
mmhg
S=36,5
RR=21
N=95
2. Ds : Kesiapan
- Kekuatan keluarga Meningkatkan Proses
dipegang oleh Kepala Keluarga
keluarga. Keputusan yang Pada keluarga Tn. S
diambil dalam keluarga
dipegang oleh Tn. S.
- Model kekuatan atau
kekuasaan yang
digunakan keluarga dalam
membuat keputusan
menggunakan
musyawarah dan kadang-
kadang langsung diambil
keputusan oleh kepala
keluarga.
Do:
-Saat ini keluarga berada
dalam tahap
perkembangan keluarga
dengan anak remaja.
- Interaksi dalam keluarga
cukup baik, walaupun An.
S tidak terlalu sering
berinteraksi dengan
anggota keluarga lainnya
karena sering berada
diluar rumah.
- Anggota Keluarga yang
dominan dalam
pengambilan keputusan
adalah Tn. N
3. Ds: Ketidakmampuan Defisiensi Pengetahuan
- Keluarga tidak keluarga dalam tentang tugas
mengetahui secara pasti mengenal masalah perkembangan
mengenai kegiatan anak keluarga serta
remajanya. pertumbuhan dan
- Keluarga merasa kecewa perkembangan remaja
dengan prestasi anak An. Pada Keluarga Tn.S
S yang akhir-akhir ini
menurun dari
sebelumnya.
- Pemenuhan gizi
keluarga dilakukan oleh
Ny. R dengan
menyediakan pemenuhan
kebutuhan makan 3 kali
sehari. Tidak ada upaya
lain yang dilakukan.

Do:
-Saat ini keluarga berada
dalam tahap
perkembangan keluarga
dengan anak remaja.
- keluarga belum
mengetahui secara baik
mengenai pertumbuhan
dan perkembangan pada
anak remaja
- Interaksi dalam keluarga
cukup baik, walaupun An.
S tidak terlalu sering
berinteraksi dengan
anggota keluarga lainnya
karena sering berada
diluar rumah.
14.  SKORING
a. Ketidakefektifan Manajemen Regimen Terapeutik Keluarga
KRITERIA SKOR Hasil Pembenaran
SIFAT MASALAH -pada Tn N sering
(bobot= 1) 3 2/3x1= mengalami gejala pada
o   Tidak sehat 2 2/3 penyakitnya yaitu
o   Ancaman kesehatan 1 Diabetes
o   Krisis atau keadaan
sejahtera
KEMUNGKINAN -karena keluarga
MASALAH DAPAT 1/2x2= mengatakan apabila
DIUBAH (bobot=2) 2 1 sudah mengganggu
o   Dengan Mudah 1 aktivitas Tn.N keluarga
o   Hanya Sebagian 0 baru membawa ke
o   Tidak dapat tenaga kesehatan
PONTESIAL MASALAH -karena keluarga sudah
DAPAT DICEGAH 2/3x1= mampu mengenal
(bobot= 1) 3 2/3 masalah dan mampu
o   Tinggi 2 mengambil keputusan
o   Cukup 1 tetapi belum mampu
o   Rendah melakukan perawatan
MENONJOLNYA 1/2x1= - Tidak sedang dalam
MASALAH (bobot= 1) ½ keadaan yang
o   Masalah berat, harus segera 2 membahayakan
ditangani kesehatan Tn. N
o   Ada masalah, tapi tidak 1
perlu segera ditangani
o   Masalah tidak dirasakan 0

b. Kesiapan Meningkatkan Proses Keluarga


KRITERIA SKOR Hasil Pembenaran
SIFAT MASALAH (bobot = 1) 1/3x1 -pengambilan
o   Tidak sehat 3 = keputusan dalam
o   Ancaman kesehatan 2 1/3 keluarga biasanya
o   Krisis atau keadaan sejahtera 1 dilakukan oleh Tn.N
dengan musyawarah
KEMUNGKINAN MASALAH -karena keluarga
DAPAT DIUBAH (bobot=2) 2/2x2 sepertinya mempunyai
o   Dengan Mudah 2 = keinginan untuk
o   Hanya Sebagian 1 2 membangun hubungan
o   Tidak dapat 0 keluarganya menjadi
lebih baik
PONTENSIAL MASALAH -keluarga dalam
DAPAT DICEGAH (bobot= 1) 2/3x1 keadaan baik untuk
o   Tinggi 3 = meningkatkan proses
o   Cukup 2 2/3 keluarga
o   Rendah 1
MENONJOLNYA MASALAH -keluarga berkeinginan
(bobot= 1) untuk meningkatkan
o   Masalah berat, harus segera 2 proses keluarga
ditangani 1/2x1 menjadi lebih baik
o   Ada masalah, tapi tidak perlu 1 =
segera ditangani 1/2
o   Masalah tidak dirasakan 0

c. Defisiensi Pengetahuan
KRITERIA SKOR Hasil Pembenaran
SIFAT MASALAH (bobot= 1) -Keluarga harus
o   Tidak sehat 3 1/3x1= ditingkatkan
o   Ancaman kesehatan 2 1/3 pengetahuan untuk
o   Krisis atau keadaan sejahtera 1 meningkatkan tugas
perkembangan
keluarga
KEMUNGKINAN MASALAH -latar belakang
DAPAT DIUBAH (bobot=2) 2/2x2= pendidikan keluarga
o   Dengan Mudah 2 2 adalah SMP dan
o   Hanya Sebagian 1 SMK
o   Tidak dapat 0
PONTESIAL MASALAH -keluarga mau diajak
DAPAT DICEGAH (bobot= 1) 2/3x1= dalam bekerjasama
o   Tinggi 3 2/3 (kooperatif)
o   Cukup 2
o   Rendah 1
MENONJOLNYA MASALAH -klien belum
(bobot= 1) 1/2x1= mengetahui tentang
o   Masalah berat, harus segera 2 ½ proses dan tugas
ditangani perkembangan
o   Ada masalah, tapi tidak perlu 1 keluarga saat ini.
segera ditangani
o   Masalah tidak dirasakan 0

15. RENCANA TINDAKAN


No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan
1 Ketidakefektifan Manajemen -kaji tingkat  -untuk
manajemen regimen pengetahuan mengetahui
regimen terapeutik tentang tingkat
terapeutik keluarga penyakit DM pengetahuan
keluarga b.d efektif dengan -berikan penkes -agar keluarga
kerumitan kreteria hasil: tentang DM lebih
regimen Ds: -kaji tingkat mengetahui
terapeutik -klien pengetahuan tentang Diabetes
mengatakan setelah penkes Melitus
sudah bisa - untuk
menentukan mengetahui
keputusan tingkat
yang pengetahuan
diambilnya setelah penkes

2 Kesiapan Peningkatan -kaji tingkat -untuk


peningkatan proses perkembangan mengetahui
proses keluarga keluarga keluarga tingkat
b.d Perubahan dengan perkembangan
fungsi setiap kreteria hasil -berikan -agar keluarga
anggota keluarga penjelasan mengetahui
keluarga sesuai mengetahui fungsi dan fungsi dan tugas
tahap perubahan tugas tiap tiap anggota
perkembangan fungsi setiap anggota keluarga sesuai
keluarga anggota keluarga sesuai dengan tahap
keluarga dengan tahap perkembangann
sesuai tahap perkembangan ya
perkembangan
3 Defisiensi Pengetahuan -kaji tingkat - mengetahui
pengetahuan b.d keluarga pengetahuan seberapa jauh
Kurang meningkat keluarga pengetahuan
terpajannya dengan mengenai keluarga
Informasi kreteria hasil: pertumbuhan mengenai
mengenai -keluarga dan masalah tersebut
pertumbuhan lebih perkembangan
dan mengetahui bio-psiko-sosial
perkembangan dan pada anak
bio-psiko-sosial memahami remaja serta
pada anak mengenai masalahnya
remaja serta pertumbuhan -berikan penkes -agar keluarga
masalahnya dan tentang tugas mengetahui
perkembangan perkembangan tentang
bio-psiko- psikososial perkembangan
sosial pada pada keluarga psikososial
anak remaja -kaji tingkat remaja
serta pengetahuan
masalahnya setelah -untuk
dilakukan mengetahui
penkes seberapa jauh
pengetahuan
keluarga setelah
dilakukan
penkes

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pengkajian askep menemukan beberapa data maupun masalah yang
berhubungan dengan perkembangan keluarga dengan anak usia remaja, seperti
disini kami menemukan bahwa orangtua masih memakai pengambilan keputusan
sepihak tanpa mengajak anak remajanya untuk mendiskusikan apa yang ada
dipikirannya. Disini juga tampak bahwa keluarga belum mengetahui mengenai
tugas dan perkembangan keluarga yang pada saat ini berada pada tahap
perkembangan keluarga denagan anak usia remaja. Pada keluarga ini juga
ditemukan penyakit yang berkaitan dengan masalah kesehatan didalam keluarga
pada tahap perkembangan anak usia remaja serta tugas dan peran perawat
didalamnya. Dari sini kami mencoba untuk menyusun diagnosis keperawatan
yang tepat serta merencanakan intervensi yang akan dilakukan nanti untuk
mengatasi masalah yang terjadi serta meningkatkan keluarga dalam
menyelesaikan tugas dan tahap perkembangan keluarga saat ini.

Peran perawat pada tahap ini adalah mengarahkan keluarga pada


peningkatan dan pencegahan penyakit. Penyuluhan tentang penyakit
kardiovaskuler pada usia lanjut, penyuluhan tentang obat-obatan terlarang,
minuman keras, seks, pencegahan kecelakaan pada remaja, serta membantu
terciptanya komunikasi yang lebih efektif antara orang tua dengan anak
remajanya.

B. Saran
Perawat mengetahui fungsi dan peran seorang perawat dan disarankan
berkerja dengan memperhatikan fungsi dan perannya tersebut. Askep remaja
sangat penting dalam tahap perkembangan usia remaja.

C. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai