Anda di halaman 1dari 32

Visi: Pada tahun 2023 menghasilkan Ners yang unggul dalam menerapkan ilmu dan

teknologi keperawatan lanjut usia.

TUGAS PRAKTIK KEPERAWATAN KELUARGA


Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga dalam Tahap Tumbuh
Kembang Keluarga dengan Anak Remaja

Program Studi : Program Sarjana Terapan dan Program Studi Pendidikan


Profesi Ners Program Profesi
Mata Kuliah : Keperawatan Keluarga
Dosen Pembimbing : Eska Riyanti K,SKp,MKM
Kelas/Semester : Tingkat III / VI (Enam)
Kelompok : 4 (Empat)
Nama Mahasiswa : Atii’ah Dwiningtyas (P3.73.20.2.17.005)

PRODI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TAHUN AKADEMIK 2018/2019

1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaykum Warohmatullahi Wabarokaatuh
Pertama-tama, marilah senantiasa kita memanjatkan puji dan syukur atas
kehadirat Allah Swt, karena atas berkah limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kita
masih diberikan kekuatan, kesehatan, dan kesempatan untuk masih dapat bekerja demi
dunia dan akhirat kita. Tak lupa pula kita menyampaikan sholawat dan salam kepada
Rosulullah Saw, beserta sahabat dan keluarganya sekalian, yang sang Murobbi tebaik
kita di dunia dan akhirat.
Dalam makalah ini, kami membahas mengenai Asuhan Keperawatan Keluarga
Dengan Tumbuh Kembang Anak Remaja. Makalah ini bersumber dari berbagai referensi
berupa buku dan artikel ilmiah.
Semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman dan bermanfaat bagi pembaca
semua. Terima kasih.
Wassalamu’alaykum warohmatullahi wabarokaatuh.

Jakarta, 03 April 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

JUDUL

……………………………………………………….......................................

.i

KATA PENGANTAR

………………………………………………………............... ii

DAFTAR

ISI……………………………………………………………………........... iii

PEMBAHASAN ........................................................................

..................................... 1

A. Konsep Anak Usia

Remaja…………………………………………………… 1

1. Pengertian Anak Usia

Remaja ...................................................................... 1

2. Karakteristik Anak Usia

Remaja .................................................................. 1

3. Masalah – Masalah yang Terjadi pada Keluarga dengan

Tahap Perkembangan Anak Usia


Remaja ............................................................... 6

4. Masalah – Masalah Kesehatan pada Anak Usia

Remaja ............................. 7

5. Intervensi Spesifik pada Anak Usia

Remaja ................................................ 8

B. Konsep Asuhan Kepeawatan Keluarga dalam Tahap

Tumbuh Kembang Anak Usia Remaja

……………………………………………........................ 10

1. Pengkajian ...............................................................................

..................... 11

3
2. Diagnosa

Keperawatan ............................................................................

.... 13

3. Intervensi .................................................................................

.................... 18

4. Implementasi ...........................................................................

.................... 20

5. Evaluasi ....................................................................................

................... 24

DAFTAR PUSTAKA
..............................................................................................
...... iv

4
PEMBAHASAN
ISI

A. Konsep Anak Usia Remaja


1. Pengertian Anak Usia Remaja
Remaja merupakan salah satu tahap perkembangan manusia
yang memiliki karakteristik yang berbeda bila dibandingkan
dengan tahap perkembangan lainnya, karena pada tahap ini
seseorang mengalami peralihan dari masa anak-anak ke
dewasa. Masa remaja adalah masa dimana terjadinya krisis
identitas atau pencarian identitas diri. Karakteristik psikososial
remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini
sering menimbulkan banyak masalah pada diri remaja. Transisi
dari masa anak-anak dimana selain mneingkatnya kesadaran diri
(self consciousness) terjadi juga perubahan secara fisik, kognitif,
sosial maupun emosional pada remaja sehingga remaja
cenderung mengalami perubahan emosi ke arah yang negatif
menjadi mudah marah, tersinggung bahkan agresif. Perubahan-
perubahan karakteristik pada masa remaja tersebut, ditambah
dengan faktor-faktor eksternal seperti kemiskinan, pola asuh
yang tidak efektif dan gangguan mental pada orang tua
diprediksi sebagai penyebab timbulnya masalah-masalah remaja
(Pianta, 2005 dalam Santrock, 2007).
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescence (kata
bendanya adolescenta yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa.
Adolescence artinya berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal,
kejiwaan dan sosial serta emosional. Hal ini mengisyaratkan kepada hakikat
umum, yaitu bahwa pertumbuhan tidak berpindah dari satu fase ke fase lainya
secara tiba-tiba, tetapi pertumbuhan itu berlangsung setahap demi setahap (Al-
Mighwar, 2006).

2. Karakteristik Anak Usia Remaja

1
Remaja dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun
kemudian. Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab serta kebebasan yang
lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa.

Menurut Wong (2009), karakteristik perkembangan remaja dapat dibedakan


menjadi :
a. Perkembangan Psikososial
Teori perkembangan psikososial menurut Erikson dalam Wong (2009),
menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja menghasilkan
terbentuknya identitas. Periode remaja awal dimulai dengan awitan pubertas
dan berkembangnya stabilitas emosional dan fisik yang relatif pada saat atau
ketika hampir lulus dari SMU. Pada saat ini, remaja dihadapkan pada krisis
identitas kelompok versus pengasingan diri.
Pada periode selanjutnya, individu berharap untuk mencegah otonomi dari
keluarga dan mengembangkan identitas diri sebagai lawan terhadap difusi
peran. Identitas kelompok menjadi sangat penting untuk permulaan
pembentukan identitas pribadi. Remaja pada tahap awal harus mampu
memecahkan masalah tentang hubungan dengan teman sebaya sebelum
mereka mampu menjawab pertanyaan tentang siapa diri mereka dalam
kaitannya dengan keluarga dan masyarakat.
1) Identitas kelompok
Selama tahap remaja awal, tekanan untuk memiliki suatu kelompok
semakin kuat. Remaja menganggap bahwa memiliki kelompok adalah hal
yang penting karena mereka merasa menjadi bagian dari kelompok dan
kelompok dapat memberi mereka status. Ketika remaja mulai
mencocokkan cara dan minat berpenampilan, gaya mereka segera
berubah. Bukti penyesuaian diri remaja terhadap kelompok teman sebaya
dan ketidakcocokkan dengan kelompok orang dewasa memberi kerangka
pilihan bagi remaja sehingga mereka dapat memerankan penonjolan diri
mereka sendiri sementara menolak identitas dari generasi orang tuanya.
Menjadi individu yang berbeda mengakibatkan remaja tidak diterima dan
diasingkan dari kelompok.
2) Identitas Individual

2
Pada tahap pencarian ini, remaja mempertimbangkan hubungan yang
mereka kembangkan antara diri mereka sendiri dengan orang lain di masa
lalu, seperti halnya arah dan tujuan yang mereka harap mampu dilakukan
di masa yang akan datang. Proses perkembangan identitas pribadi
merupakan proses yang memakan waktu dan penuh dengan periode
kebingungan, depresi dan keputusasaan. Penentuan identitas dan
bagiannya di dunia merupakan hal yang penting dan sesuatu yang
menakutkan bagi remaja. Namun demikian, jika setahap demi setahap
digantikan dan diletakkan pada tempat yang sesuai, identitas yang positif
pada akhirnya akan muncul dari kebingungan. Difusi peran terjadi jika
individu tidak mampu memformulasikan kepuasan identitas dari berbagai
aspirasi, peran dan identifikasi.
3) Identitas peran seksual
Masa remaja merupakan waktu untuk konsolidasi identitas peran
seksual. Selama masa remaja awal, kelompok teman sebaya mulai
mengomunikasikan beberapa pengharapan terhadap hubungan
heterokseksual dan bersamaan dengan kemajuan perkembangan, remaja
dihadapkan pada pengharapan terhadap perilaku peran seksual yang
matang yang baik dari teman sebaya maupun orang dewasa. Pengharapan
seperti ini berbeda pada setiap budaya, antara daerah geografis, dan
diantara kelompok sosioekonomis.
4) Emosionalitas
Remaja lebih mampu mengendalikan emosinya pada masa remaja
akhir. Mereka mampu menghadapi masalah dengan tenang dan rasional,
dan walaupun masih mengalami periode depresi, perasaan mereka lebih
kuat dan mulai menunjukkan emosi yang lebih matang pada masa remaja
akhir. Sementara remaja awal bereaksi cepat dan emosional, remaja akhir
dapat mengendalikan emosinya sampai waktu dan tempat untuk
mengendalikan
Emosinya sampai waktu dan tempat untuk mengekspresikan dirinya
dapat diterima masyarakat. Mereka masih tetap mengalami peningkatan
emosi, dan jika emosi itu diperlihatkan, perilaku mereka menggambarkan
perasaan tidak aman, ketegangan, dan kebimbangan.
b. Perkembangan Kognitif

3
Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Wong (2009), remaja
tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual, yang merupakan ciri periode
berpikir konkret; mereka juga memerhatikan terhadap kemungkinan yang
akan terjadi. Pada saat ini mereka lebih jauh ke depan. Tanpa memusatkan
perhatian pada situasi saat ini, mereka dapat membayangkan suatu rangkaian
peristiwa yang mungkin terjadi, seperti kemungkinan kuliah dan bekerja;
memikirkan bagaimana segala sesuatu mungkin dapat berubah di masa depan,
seperti hubungan dengan orang tua, dan akibat dari tindakan mereka, misalnya
dikeluarkan dari sekolah. Remaja secara mental mampu memanipulasi lebih
dari dua kategori variabel pada waktu yang bersamaan. Misalnya, mereka
dapat mempertimbangkan hubungan antara kecepatan, jarak dan waktu dalam
membuat rencana perjalanan wisata. Mereka dapat mendeteksi konsistensi
atau inkonsistensi logis dalam sekelompok pernyataan dan mengevaluasi
sistem, atau serangkaian nilai-nilai dalam perilaku yang lebih dapat dianalisis.
c. Perkembangan Moral
Teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam Wong (2009), masa
remaja akhir dicirikan dengan suatu pertanyaan serius mengenai nilai moral
dan individu. Remaja dapat dengan mudah mengambil peran lain. Mereka
memahami tugas dan kewajiban berdasarkan hak timbal balik dengan orang
lain, dan juga memahami konsep peradilan yang tampak dalam penetapan
hukuman terhadap kesalahan dan perbaikan atau penggantian apa yang telah
dirusak akibat tindakan yang salah. Namun demikian, mereka
mempertanyakan peraturan-peraturan moral yang telah ditetapkan, sering
sebagai akibat dari observasi remaja bahwa suatu peraturan secara verbal
berasal dari orang dewasa tetapi mereka tidak mematuhi peraturan tersebut.
d. Perkembangan Spiritual
Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua atau otoritas yang lain,
beberapa diantaranya mulai mempertanyakan nilai dan ideal keluarga mereka.
Sementara itu, remaja lain tetap berpegang teguh pada nilai-nilai ini sebagai
elemen yang stabil dalam hidupnya seperti ketika mereka berjuang melawan
konflik pada periode pergolakan ini. Remaja mungkin menolak aktivitas
ibadah yang formal tetapi melakukan ibadah secara individual dengan privasi
dalam kamar mereka sendiri. Mereka mungkin memerlukan eksplorasi
terhadap konsep keberadaan Tuhan. Membandingkan agama mereka dengan

4
orang lain dapat menyebabkan mereka mempertanyakan kepercayaan mereka
sendiri tetapi pada akhirnya menghasilkan perumusan dan penguatan
spiritualitas mereka.

e. Perkembangan Sosial
Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus membebaskan diri
mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang mandiri
dari wewenang orang tua. Namun, proses ini penuh dengan ambivalensi baik
dari remaja maupun orang tua. Remaja ingin dewasa dan ingin bebas dari
kendali orang tua, tetapi mereka takut ketika mereka mencoba untuk
memahami tanggung jawab yang terkait dengan kemandirian.
1) Hubungan dengan orang tua
Selama masa remaja, hubungan orang tua-anak berubah dari
menyayangi dan persamaan hak. Proses mencapai kemandirian sering kali
melibatkan kekacauan dan ambigulitas karena baik orang tua maupun
remaja berajar untuk menampilkan peran yang baru dan menjalankannya
sampai selesai, sementara pada saat bersamaan, penyelesaian sering kali
merupakan rangkaian kerenggangan yang menyakitkan, yang penting
untuk menetapkan hubungan akhir. Pada saat remaja menuntut hak
mereka untuk mengembangkan hak-hak istimewanya, mereka sering kali
menciptakan ketegangan di dalam rumah. Mereka menentang kendali
orang tua, dan konflik dapat muncul pada hampir semua situasi atau
masalah.
2) Hubungan dengan teman sebaya
Walaupun orang tua tetap memberi pengaruh utama dalam sebagian
besar kehidupan, bagi sebagian besar remaja, teman sebaya dianggap lebih
berperan penting ketika masa remaja dibandingkan masa kanak-kanak.
Kelompok teman sebaya memberikan remaja perasaan kekuatan dan
kekuasaan.
a) Kelompok teman sebaya
Remaja biasanya berpikiran sosial, suka berteman, dan suka
berkelompok. Dengan demikian kelompok teman sebaya memiliki
evaluasi diri dan perilaku remaja. Untuk memperoleh penerimaan

5
kelompok, remaja awal berusaha untuk menyesuaikan diri secara total
dalam berbagai hal seperti model berpakaian, gaya rambut, selera
musik, dan tata bahasa, sering kali mengorbankan individualitas dan
tuntutan diri. Segala sesuatu pada remaja diukur oleh reaksi teman
sebayanya.
b) Sahabat
Hubungan personal antara satu orang dengan orang lain yang
berbeda biasanya terbentuk antara remaja sesama jenis. Hubungan ini
lebih dekat dan lebih stabil daripada hubungan yang dibentuk pada
masa kanak-kanak pertengahan, dan penting untuk pencarian identitas.
Seorang sahabat merupakan pendengar terbaik, yaitu tempat remaja
mencoba kemungkinan peran-peran dan suatu peran bersamaan,
mereka saling memberikan dukungan satu sama lain.

3. Masalah – Masalah yang Terjadi pada Keluarga dengan Tahap


Perkembangan Anak Usia Remaja
Ketidakmatangan dalam hubungan keluarga seperti yang ditunjukkan oleh
adanya pertengkaran dengan anggota-anggota keluarga,terus menerus mengritik
atau buat komentar-komentar yang merendahkan tentang penampilan atau
perilaku anggota keluarga, sering terjadi selama tahun-tahun awal masa remaja.
Pada saat ini hubungan keluarga biasanya berada pada titik rendah. (Sarwono.
2011)
Hubungan keluarga yang buruk merupakan bahaya psikologis pada setiap
usia, terlebih selama masa remaja karena pada saat ini anak laki-laki dan
perempuan sangat tidak percaya pada diri sendiri dan bergantung pada keluarga
untuk memperoleh rasa aman. Yang lebih penting lagi, mereka memerlukan
bimbingan atau bantuan dalam menguasai tugas perkembangan masa remaja.
Kalau hubungan-hubungan keluarga ditandai dengan pertentangan, perasaan-
perasaan tidak aman berlangsung lama, dan remaja kurang memiliki kesempatan
untuk mengembangkan pola perilaku yang tenang dan lebih matang. Remaja yang
hubungan keluarganya kurang baik juga dapat mengembangkan hubungan yang
buruk dengan orang-orang diluar rumah. Meskipun semua hubungan, baik dalam
masa dewasa atau dalam masa kanak-kanak, kadang-kadang tegang namun orang
ang selalu mengalami kesulitan dalam bergaul dengan orang lain dianggap tidak

6
matang dan kurang menyenangkan. Hal ini menghambat penyesuaian sosial yang
baik. (Sarwono. 2011)
Masa remaja dikenal banyak orang sebagai masa yang indah dan penuh
romantika, padahal sebenarnya masa ini merupakan masa yang penuh dengan
kesukaran. Bukan hanya bagi dirinya tetapi bagi keluarga dan lingkungan sosial.
Masa ini akan membuat remaja mengalami kebingungan disatu pihak masih anak-
anak, tetapi dilain pihak harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi ini
membuat mereka dalam kondisi konflik, sehingga akan terlihat bertingkah laku
aneh, canggung dan kalau tidak dikontrol dengan baik dapat menyebabkan
kenakalan. Dalam usahanya mencari identitas diri, mereka sering membantah
orang tuanya, karena memulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-
nilai sendiri yang berbeda dengan orang tuanya. (Sarwono. 2011)
Pendapat orang tua tidak lagi dapat dijadikan pegangan, meskipun sebenarnya
mereka juga belum memiliki dasar pegangan yang kuat. Orang yang dianggap
penting dalam masa ini adalah teman sebaya. Mereka berusaha untuk mengikitu
pendapat dan gaya teman-temannya karena dianggap memiliki kesamaan dengan
dirinya. Karenanya sering kali remaja terlibat dalam geng-geng, dengan menjadi
anggota geng mereka akan saling memberi dan mendapat dukungan mental.
Beberapa kasus terakhir seperti geng-geng motor yang terlibat kegiatan
merupakan bentuk dari kecenderungan tersebut. Mereka akan berani melakukan
tindakan-tindakan kejahatan ketika dilakukan dalam kelompok dan tidak akan
berani melakukannya secara individual. Masalah lain yang sering mengganggu
anak remaja adalah masalah yang berkaitan dengan organ reproduksi (seksual).
Satu sisi mereka sudah mencapai kematangan seksual, yang menyebabkan mereka
memiliki dorongan untuk pemuasan tetapi disisi lain kebudayaan dan norma
sosial melarang pemuasan kebutuhan seksual diluar pernikahan. Padahal untuk
menikah banyak persyaratan yang harus dipenuhi, bukan hanya kemampuan
dalam melakukan hubungan seksual, tetapi diperlukan ekonomi, kematangan
psikologi, dan sebagainya.syarat-syarat ini sangat berat dan mungkin belum
dicapai pada usia remaja. Oleh karena itu, para remaja mencari kepuasan dalam
bentuk khayalan, membaca buku atau menonton film porno. Meskipun tingkah
laku ini sebenarnya tetap melanggar norma masyarakat, tetapi mereka
melakukannya dengan sembunyi-sembunyi. (Sarwono. 2011)

7
Untuk menghadapi situasi ini orang tua harus lebih bijaksana dalam
menyikapi, cara yang tepat dilakukan adalah dengan mengurangi control secara
bertahap terhadap anaknya, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi diri sendiri
secara bertahap sampai akhirnya dewasa. (Sarwono. 2011)

4. Masalah – Masalah Kesehatan pada Anak Usia Remaja


Pada tahap ini kesehatan fisik anggota keluarga biasanya baik. Tapi promosi
kesehatan tetap menjadi hal yang penting. Faktor-faktor resiko harus
diidentifikasi dan dibicarakan dengan keluarga, seperti pentingnya gaya hidup
keluarga yang sehat mulai dari usia 35 tahun, resiko penyakit jantung koroner
meningkat dikalangan pria dan pada usia ini anggota keluarga yang dewasa mulai
merasa lebih rentan terhadap penyakit sebagai bagian dari perubahan-perubahan
perkembangan dan biasanya mereka ini lebih menerima strategi promosi
kesehatan. Sedangkan pada remaja, kecelakaan terutama kecelakaan mobil
merupakan bahaya yang amat besar, dan patah tulang dan cedera karena atletik
juga umum terjadi . (Mubarak, Dkk. 2009)
Penyalahguanaan obat-obatan dan alkohol, keluarga berencana, kehamilan
yang tidak dikehendaki, dan pendidikan dan konseling seks merupakan bidang
perhatian yang relevan. Dalam mendiskusikan topik ini dengan keluarga, perawat
dapat terjebak dalam perselisihan atau masalah antara orang tua dan kaum muda,
remaja biasanya mencari pelayanan kesehatan mencakup uji kehamilan,
menggunakan obat-obatan, uji AIDS, keluarga berencana, dan aborsi, diagnosis
dan perawatan penyakit kelamin. Agaknya telah menjadi trend yang sah bagi
remaja untuk menerima perawatan kesehatan tanpa ijin orang tua. Bila orang tua
diikutsertakan maka dilakukan wawancara terpisah sebelum mereka dikumpulkan
(Setiadi. 2008)
Kebutuhan kesehatan yantg lain adalah dalam bidang hubungan dan bantuan
untuk memperkokoh hubungan perkawinan dan hubungan remaja dengan orang
tua. Konseling langsung yang bersifat menunjang atau mulai rujukan ke sumber-
sumber dalam komunitas untuk konseling, dan juga pendidikan yang bersifat
rekreasional, dan pelayanan lainnya mungkin diperlukan, pendidikan promosi
kesehatan umum juga diindikasikan. (Mubarak, Dkk. 2009)

8
5. Intervensi Spesifik pada Anak Usia Remaja
Menurut Mubarak, 2009, hal 90, Intervensi / peran perawat pada tahap ini
adalah mengarahkan keluarga pada peningkatan dan pencegahan penyakit. Hal
yang dapat dilakukan secara spesifik yaitu sebagai berikut :
a) Penyuluhan tentang penyakit kardiovaskuler pada usia lanjut;
b) Penyuluhan tentang obat-obatan terlarang, minuman keras, seks;
c) Pencegahan kecelakaan pada remaja; serta
d) Membantu terciptanya komunikasi yang lebih efektif antara orang tua dengan
anak remajanya
Peran perawat dalam peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit pada
tahap keluarga dengan anak remaja menurut Stanhope (1998, Hal.52) yaitu
sebagai berikut :
a) Guru tentang faktor-faktor kesehatan
b) Guru dalam isu-isu pemecahan masalah mengenai alkohol dan merokok, diet
dan gerak badan
c) Fasilitator keterampilan interpersonal dengan anak belasan tahun bersama
orang tua
d) Penolong langsung, konsultan atau pihak yang merujuk ke sumber-sumber
kesehatan mental
e) Konsultan keluarga berencana
f) Pihak yang merujuk ke bagian yang ditularkan melalui seksual
g) Peserta dalam organisasi masyarakat untuk pengendalian penyakit.

9
B. Konsep Asuhan Kepeawatan Keluarga dalam Tahap Tumbuh Kembang Anak
Usia Remaja
MODEL Family Center Nursing FRIEDMAN 2014

PENGKAJIAN KELUARGA
PENGKAJIAN ANGGOTA
 Identifikasi data demografi
 Pengumpulan data KELUARGA
dan sosiokultural
 Validasi data
 Riwayat & tahap  Pengorganisasian data  Fisik
perkembangan keluarga  Pencatatan data  Mental
 Lingkungan  Emosional
 Struktur keluarga  Sosial
 Fungsi keluarga  Spiritual
 Stres dan mekanisme koping
 Pemfis (head to toe)
 Harapan keluarga

 Analisis data
 Merumuskan diagnosis DIAGNOSIS KEP KELUARGA
 Validasi diagnosis
 Prioritas

PERENCANAAN

1. Menetapkan tujuan
2. Identifikasi sumber daya keluarga
3. Memilih intervensi yang sesuai
4. Prioritaskan intervensi

IMPLEMENTASI

Melalui sumber-sumber yang dimiliki keluarga

EVALUASI

1. Kemampuan keluarga melakukan 5 tugas kesehatan keluarga


2. Tingkat kemandirian keluarga
3. Budaya hidup sehat keluarga
Gambar 1 Bagan proses keperawatan sebagai kerangka kerja askep keluarga

10
1. Pengkajian
Tahap pertama pada asuhan keperawatan keluarga, yaitu perawat melakukan
pengkajan dengan menggunakan formulır yang dapat digunakan pada semua
tahap perkembangan keluarga ( Suprajitno, 2004, hal. 37).

Menurut Suprajitno ( 2004, hal 38 ) meskipun demikian perawat perlu


melakukan pengkajian fokus pada tahap perkembangan yang dadasarkan oleh:

a. Dalam tiap tahap perkembangan keluarga, karakteristik keluarga akan berbeda


karena ada perubahan anggota keluarga ( dapat bertambah atau berkurang)

b. Pada tiap tahap perkembangan, keluarga mempunyai tugas perkembangan


keluarga yang harus dilakukan.

c. Pada tiap tahap perkembangan keluarga, kewajiban keluarga berbeda.

Pengkajian data fokus keluarga dengan anak usia remaja dalam Suprajitno
( 2004, hal. 37) melaputi :

1) Bagaimana karakteristik teman disekolah atau di lingkungan rumah

2) Bagaimana kebiasaan anak menggunakan waktu luang

3) Bagaimana perilaku anak selama dirumah

4) Bagaimana hubungan antara anak remaja dengan adıknya, dengan teman


sekolah atau bermain

5) Siapa saja yang berada dirumah selama anak remaja dırumah

6) Bagaimana prestasi anak disekolah dan prestasa apa yang pernah


diperoleh anak

7) Apa kepatan diluar rumah selain disekolah, berapa kali berapa lama, dan
dimana

8) Apa kebasaan anak dirumah

9) Apa fasilıtas yang digunakan anak secara bersamaan atau sendri

11
10) Berapa lama waktu yang disediakan orang tua untuk anak

11) Siapa yang menjadi figur bagı anak

12) Seberapa peran yang menjadi figur bagi anak

13) Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga

Contoh

1) AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala:Kesulitan untuk tidur.Tidak merasa beristirahat dengan baik.
2) SIRKULASI
Tanda:
Edema umum jaringan, denyut perifer lemah, tidak tetap, atau cepat.
Hipertensi umum terjadi pada kadar gejala putus obat awal namun dapat
menjadi labil/mengarah pada hipotensi.
Takikardia umum terjadi selama gejala putus obat akut.
3) INTEGRITAS EGO
Gejala:Perasaan bersalah/malu, membela diri mengenai kebiasaan minum,
penolakan, rasionalisasi.
4) ELIMINASI
Gejala:Diare, nyeri abdomen atas menetap dan nyeri tekan yang menyebar
ke bagian belakang(inflamasi pankreas).
5) MAKANAN/CAIRAN
Gejala:Mual/muntah
Tanda:Distensi gaster, asites, pembesaran ginjal,pembuangan massa otot,
rambut yang kering, kelenjar saliva membengkak, inflamasi rongga mulut,
kapiler rapuh, bising usus berubah-ubah.
6) NEUROSENSORI
Gejala:Sakit kepala, pusing, pandangan buram
7) PERNAFASAN
Gejala:Riwayat merokok masalah pernafasan kronis/kambuh.
Tanda:Takipnea(tingkat hiperaktif dari penggunaan alkohol).
8) INTERAKSI SOSIAL
Gejala:Sering bolos sekolah, berkelahi dengan orang lain.

12
9) PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala:Tidak menghiraukan dan/ menyangkal alkohol, atau tidak mampu
untuk menghentikan kebiasaan minum meski telah berulang kali mencoba.

2. Diagnosa Keperawatan
Pada tahap ini ada beberapa kegiatan yang perlu dilakukan perawat sebagai
berikut (Suprajitno, 2004, Hal 42-47) :

a. Pengelompokan Data

Kegiatan ini tidak berbeda dengan analisis dan sintesis pada asuhan
keperawatan klanık. Perawat mengelompokan data hasil pengkajian dalam
data subjektif dan obyektif setap kelompok dagnosis keperawatan

b. Perumusan Dagnosis Keperawatan

Perumusan diagnosis keperawatan dapat diarahkan kepada sasaran


individu atau keluarga. Komponen diagnosis keperawatan meliputi masalah
(problem), penyebab (etiologi), dan tanda (sign).

Perumusan diagnosis keperawatan keluarga menggunakan aturan yang


sudah disepakati, terdiri dari:

1) Masalah (problem,P) adalah suatu pemyataan tidak terpenuhinya


kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota (
individu ) keluarga

2) Penyebab ( etiologi, E) adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan


masalah dengan mengacu kepada lima tugas keluarga, yaitu mengenal
masalah, mengambil keputusan yang tepat, merawat anggota keluarga,
memelihara lingkungan, atau memanfaatkan fasılıtas pelayanan kesehatan

3) Tanda ( sign, S) adalah sekumpulan data objektuf dan data subjektif yang
diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak yang
mendukung masalah dan penyebab.

13
Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga
kelompok yaitu:

1) Diagnosis Aktual

Diagnosis aktual yaitu masalah keperawatan yang sedang dialami oleh


keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat

2) Diagnosis Resiko

Diagnosis resiko yaitu masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi


tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadı dengan
cepat apabila tidak segera mendapat bantuan perawat.

3) Diagnsoa Potensial

Dagnosis potensial yaitu suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika


keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan
mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat
ditingkatkan.

Masalah keperawatan sampai saat ini masih menggunakan daftar masalah


keperawatan yang dibuat oleh asosiasi perawat Amenka (NANDA) yang
meliputi masalah aktual, risiko atau resiko tinggi, dan potensial. Penyebab
merujuk pada tugas keluarga dibidang kesehatan, yaitu mengenal masalah
kesehatan, mengambil keputusan untuk tindakan, merawat anggota keluarga,
memodifikasi lingkungan, atau memanfaatkan fasılitas layanan kesehatan
sesuai data yang telah dikumpulkan dalam pengkajan. Sedang tanda dapat
dituliskan atau tidak karena telah diidentifikasi pada angka awal.

Daftar masalah keperawatan (NANDA) yang dapat digunakan sebagai


berikut :

1) Gangguan proses keluarga


2) Gangguan pemeliharaan keschatan
3) Perubahan kebutuhan nutrisi : kurang atau lebih dari kebutuhan tubuh
4) Gangguan peran menjadi orang tua
5) Gangguan pola eliminasi

14
6) Kondisi sanıtasi yang tidak mememuhi syarat kesehatan
7) Gangguan kesehatan peran
8) Gangguan pola seksual
9) Ketidakmampuan antisipasi dukungan berkepanjangan
10) Konflik pengambilan keputusan
11) Adaptası kedukaan yang tidak fungsional
12) Potensial berkembanganya koping keluarga
13) Koping keluarga tidak efektif
14) Gangguan manajemen pemeliharaan rumah
15) Hambatan intraksi sosial
16) Defisit pengetahuan
17) Konflik peran keluarga
18) Resiko perubahan peran orang tua
19) Resiko tejadi trauma
20) Resiko tinggi perilaku kekerasan
21) Ketidakberdayaan
22) Terjadinya isolasi sosial

c. Penilaian (skoring) Diagnosis Keperawatan

Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosis keperawatan lebih


dari satu. Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh
Bailon dan Maglaya (1978).

Proses skoringnya dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan :

1) Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat

2) Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggı dan dikalıkan dengan bobot

Skor yang diperoleh X bobot

Skor tertinggi

3) Jumlah skor untuk semua kreteria ( skor maksimum sama dengan jumlah
bobot, yaitu 5)
15
Penentuan prioritas sesuai dengan kreteria skala:

1) Untuk kretera pertama, prioitas utama diberikan pada tidak atau kurang
sehat karená perlu tindakan segera dan biasanya didasari oleh keluaraga

2) Untuk kreteria kedua perlu diperhatikan:

(a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi, dan tindakan untuk


menangani masalah

(b) Sumber daya keluarga: fisik, keuangan, tenaga

(c) Sumber daya perawat: pengetahuan, keterampılan, waktu

(d) Sumber daya lingkungan: fasılıtas, organisasi, dan dukungan

3) Untuk kreteria ketiga perlu diperhatikan:

(a) Kepelikan dan masalah yang berhubungan dengan penyakit atau


masalah

(b) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu

(c) Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk memperbaiki
masalah

(d) Adanya kelompok yang beresiko untuk dicegah agar tidak aktual dan
menjadi parah.

4) Untuk kreteria keempat, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana


keluarga menilai masalah keperawatan tersebut.

Skala untuk menentukan Prioritas Asuhan Keperawatan Keluarga.


(Susanto, 2012, p. 63)

Kriteria SKOR Hasil Pembenaran


SIFAT MASALAH
(bobot = 1)
- Tidak sehat 3
- Ancaman 2
kesehatan 1

16
- Krisis atau
keadaan
sejahtera
KEMUNGKINAN
MASALAH DAPAT
DIUBAH (bobot = 2)
- Dengan mudah 2
- Hanya sebagian 1
- Tidak dapat 0
POTENSIAL
MASALAH DAPAT
DICEGAH (bobot =
1) 3
- Tinggi 2
- Cukup 1
- Rendah
MENONJOLKAN
MASALAH (bobot =
1) 2
- Masalh berat,
harus segera 1
ditangani
- Ada masalah,
tapi tidak perlu 0
segera ditangani
- Masalah tidak
dirasakan
Total

d. Penyusunan prioritas diagnosa keperawatan

Proritas didasarkan pada diagnosa keperawatan yang mempunyai skor


tertinggi dan disusun berurutan sampai yang mempunyai skor terendah.
Namun, perawat perlu mempertimbangkan juga persepsi keluarga tahadap
masalah keperawatan mana yang perlu diatası

17
Contoh Diagnosa :
Diagnosa1 : Pola napas tidak efektif yang ditandai dengan obstuksi
trakeobronkial.
Diagnosa 2 : Penurunan curah jantung yang ditandai dengan perubahan tahanan
vascular sistemik, perubahan tingkat; ritme; konduksi elektrikal.
Diagnosa 3 : Perubahan sensori-perseptual yang ditandai dengan disorientasi
tempat/waktu atau orang, perubahan respon umum pada stimuli; respon
emosional yang berlebihan,perubahan pada tingkah laku, rasa takut atau cemas.
Diagnosa 4 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang ditandai dengan
berat badan 20% dibawah berat normal,konjungtiva dan membran mukosa pucat,
tonus otot lemah dan turgor kulit menurun,adanya neuropati.
Diagnosa 5 : Ansietas yang ditandai dengan perasaan tidak adekuat, malu, rasa
benci terhadap diri sendiri, dan penyesalan yang dalam,meningkatnya
ketegangan, prihatin, takut terhadap hal-hal yang tidak spesifik.

3. Intervensi
Perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan khusus yang
didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kreteria dan standar yang
mengacu pada penyebab Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan yang
beronentası pada kretera dan standar ( Suprajitno, 2004, hal. 49).

Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga, meliputi kegiatan-kegatan


yang bertujuan ( Suprajitno, 2004, hal. 49):

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan


kebutuhan keschatan dengan cara :

1) Memberi informasi yang tepat

2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan kelarga tentang keschatan

3) Mendorong sikap emosi yang mendukung upaya kesehatan

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan


cara :

1) Mengidentfikas konsekuensinya bila ndak melakukan tındakan

18
2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dumlıkı dan ada di sekitar keluarga

3) Mendiskusikan tentang konsekuensi tipe tindakan

c. Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit,


dengan cara

1) Mendemonstrasikan cara perawatan

2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada durumah

3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan

d. Membantu keluarga untuk memelihara (memodifikasi langkungan) yang


dapat meningkatkan kesehatan keluarga dengan cara

1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga

2) Melakukan perubahan lingkungan bersama keluarga seoptimal mungkin

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada


disekitarnya, dengan cara :

1) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di sektar lingkungan keluarga

2) Membantu keluarga menggunakan fasılitas keschatan yang ada

Hal penting dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan yaitu (Suprajitno,


2004, hal 50) :

a. Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah, dan mempunyai jangka waktu yang
sesuai dengan kondisı klien

b. Kritena hasil hendaknya dapat diukur dengan alat ukur dan diobservasi
dengan pancaindra perawat yang objektif

c. Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimilıkı
oleh keluarga dan mengarah ke kemandıran klien sehingga tingkat
ketergantungan dapat dıminimalasası.

Standar III Perencanaan menurut PPNI


a. Menentukan tujuan jangka panjang yang berorientasi pada keluarga.

19
b. Menentukan tujuan jangka pendek yang berorientasi pada keluarga.
c. Menentukan criteria keberhasilan yang memungkinkan untuk dicapai
keluarga.
d. Menentukan strategi intervensi meliputi:
1) Menguatkan budaya keluarga yang mendukung kesehatan keluarga saat
ini,
2) Menegosiasikan budaya keluarga yang lebih menguntungkan kesehatan
keluarga,
3) Merestrukturisasi budaya keluarga yang merugikan kea rah yang
menguntungkan kondisi kesehatan keluarga.
e. Menentukan bentuk terapi keperawatan keluarga yang paling dibutuhkan saat
ini.
f. Menentukan bentuk kolaborasi dan rujukan yang diperlukan dalam rangka
mengoptimalkan Perilaku Hidup Bersih Sehat dan Berbudaya (PHBSB).

4. Implementasi
Ketika akan melakukan implementasi harus melakukan kontrak terlebih
dahulu dengan keluarga sasaran yang meliputi kapan dilaksanakan, berapa lama
waktu yang diperlukan, topik yang akan didiskusakan, sapa yang akan dilibatkan,
anggota keluarga yang mendapatkan informasi, atau ada peralatan yang harus
disiapkan oleh keluarga.

Standar IV Pelaksanaan Tindakan (Implementasi)

a. Pengkajian lanjutan untuk memastikan bahwa intervensi yang direncanakan


masih sesuai dan dapat dilaksanakan saat ini.
b. Memulai strategi implementasi sesuai budaya keluarga yang mendukung
keadaan kesehatannya, dilanjutkan dengan negosiasi budaya dan
restrukturisasi budaya yang sangat diperlukan sesuai kondisi kesehatannya
saat ini.
c. Melakukan terapi keperawatan keluarga meliputi aspek berikut.
1) Kognitif, keluarga mampu meningkatkan pengetahuan.
2) Afektif, keluarga mampu menilai keberhasilan atau adanya tanda-tanda
bahaya dalam diri mereka sendiri dan menentukan skap untuk bertindak.

20
3) Psikomotor, keluarga mampu mendemonstrasikan, menunjukkan perilaku
atau budaya sehari-hari yang harus dilakukan sebagai gaya hidupnya.
d. Pemanfaatan potensi sumber-sumber pendukung lokal yang dimiliki keluarga
dan keluarga besarnya termasuk lingkungan sekitarnya (fisik, sosial, simbolik)
dengan arif dan bijaksana.
e. Memerhatikan tumbuh-kembang keluarga, struktur keluarga, dan keinginan
keluarga.
f. Meminimalkan risiko hambatan yang dapat menimbulkan komplikasi atau
putus obat.
g. Menerapkan manajemen risiko terhadap terapi keperawatan yang diberikan
kepada keluarga.

Dari perencanaan gangguan proses keluarga yaitu penulis melakukan


implementasi sebagai berikut : memberikan konseling mengenai faktual tentang
gangguan proses keluarga, membantu keluarga untuk memilih keputusan yang
tepat, membagikan strategi untuk mengelola persepsi remaja mengenai oenolakan
orang tua, membantu melakukan perubahan lingkungan yang ada di keluarga
seoptimal mungkin, , membantu keluarga merujuk pada kelompok pendukung.,
sesuai dengan kebutuhan.

Contoh:
Diagnosa 1 : Pola napas tidak efektif.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 24 jam dapat
mempertahankan pola nafas yang efektif dengan tingkat pernafasan dalam
jangkauan normal, paru-paru yang bersih, bebas dari sianosis dan gejala-gejala
hipoksia lainnya.
Intervensi :
1. Pantau tingkat atau kedalaman dan pola pernafasan sesuai petunjuk. Catat
periode apnia
R/ : Pengkajian yang berulang kali sangat penting karena kadar toksisitas
mungkin berubah secara drastic.
2. Tinggikan kepala tempat tidur.
R/ : Menurunkan kemungkinan aspirasi, diafragma bagian bawah untuk
meningkatkan inflasi baru

21
3. Dorong untuk latihan batuk atau nafas dalam dan perubahan posisi yang
sering
R/ : Memudahkan ekspansi paru dan mobilitasi sekresi untu mengurangi
resiko apelektasi atau pneumonia

Diagnosa 2 : Penurunan curah jantung


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 24 jam dapat
menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal pasien, mendemonstrasikan
peningkatn toleransi aktifitas.
Intervensi :
1. Pantau tanda-tanda vital sering selama gejala putus zat akut
R/ : Hipertensi seringkali terjadi pada fase gejala putus zat akut,
hipereksitabilitas yang berlebihan, diikuti dengan pelepasan katekolamin dan
peningkatan tahanan vaskular parifer
2. Pantau frekuensi jantung, dokumentasikan iregularitas
R/ : Penyalahgunaan alkohol jangka panjang mungkin mengakibatkan GJK.
3. Siapkan atau bantu dalam resusistasi jantung-paru
R/ : Penyebab kematian selama tahap gejala henti alcohol akut meliputi
disritmia jantung, depresi atau henti pernafasan, sedasi berlebihan dan inveksi
masif mortalitas untuk DTS yang tidak dikenali sebanyak 5% sampai 25%.

Diagnosa 3 : Perubahan sensori-perseptual


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 24 jam dapat
menghasilkan atau mempertahankan tingkat kesadaran yang umum, melaporkan
berkurangnya halusinasi .
Intervesi :
1. Kaji tingkat kesadaran, kemampuan bicara, tangkapan terhadap stimuli
R/ : Bicara mungkin kacau, respon terhadap perintah mungkin menunjukkan
ketidak mampuan untyuk berkonsentrasi atau defisit atau koordinasi otot
2. Obserfasi respon tingkah laku misalnya ; hiperaktifitas, disorientasi, kacau
mintal, tidak dapat tidur, dan peka rangsang
R/ : Hiperaktifitas karena gangguan SSB dapat berakselerasi dengan tepat.
Tidak dapat tidur umumnya mengarah kepada kehilangan efek sedatif dari
alcohol yang umumnya dikonsumsi sebelum tidur.

22
3. Catat awitan halusinasi
R/ : halusinasi auditorius dilaporkan lebih membahayakan pasien.
Halusianasi visual lebih sering terjadi pada malam hari. Pasien sering terlihat
mengambil udara, berteriak minta pertolongan karena merasa terancam.

Diagnosa 4 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 24 jam dapat
mendemontrasikan berat badan yang stabil atau peningkatan berat badan progresif
yang mengacu pada nilai laboratorium yang normal dan tidak ditemukannya
malnutrisi
Intervensi :
1. Catat adanya rasa mual atau muntah dan diare
R/ : Mual atau muntah merupakan tanda-tanda pertama yang sering muncul
dari reaksi alcohol dan mungkin berhubungan dengan tercapainya masukan
nutrisi yang adekuat.
2. Kaji kemampuan untuk makan sendiri
R/ : Tremor, gangguan mental dan halusinasi mungkin berhubungan dengan
pencernaan nutrisi dan menunjukkan perlunya bantuan
3. Berikan makanan yang mudah dicerna atau sedikit tapi sering tapi dapat
ditoleransi
R/ : Dapat menurunkan distres, mungkin juga meningkatkan masukan dan
toleransi terhadap nutrisi, maka diet sebaiknya diadaptasi untuk memberikan
kalori yang diperlukan bagi perbaikan sel dan restorasi penyimpanan energi.

Diagnosa 5 : Ansietas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 24 jam dapat
mengutarakan penurunan rasa takut dan ansietas sampai pada tingkat yang dapat
diterima, mengutarakan perasaan adanya peningkatan kontrol terhadap
kehidupannya sendiri, menunjukkan kemampuan dalam pemecahan masalah dan
sumber-sumber secara efektif
Intervensi :
1. Identifikasi penyebab ansietas

23
R/ : Individu dalam fase akut henti alkohol mungkin tidak dapat atau
menerima apa yang telah terjadi, kecemasan mungkin dapat disebabkan
karena keadaan fisik ataupun kondisi lingkungan
2. Informasikan pasien mengenai apa yang dilakukan oleh perawat
R/ : Meningkatnya perasaan percaya mungkin meningkatkan kerja sama dan
menurunkan ansietas
4. Orientasikan pasien pada lingkungan secara terus menerus
R/ : Pasien mungkin mengalami periode bingung akibat mengkatnya
ansietas.

5. Evaluasi
Standar V Evaluasi

a. Tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai keluaraga.


b. Keluarga mampu menjelaskan tanda dan gejala dari masalah kesehatan yang
dihadapi.
c. Keluarga mampu memprediksi komplikasi yang akan terjadi.
d. Keluarga telah merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan.
e. Keluarga telah memodifikasi lingkungan (fisik, sosial, simbolik) sehingga
mendukung upaya kesehatan.
f. Keluarga telah memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah
kesehatannya.
g. Keluarga memiliki perilaku hidup bersih, sehat, dan berbudaya.
h. Keluarga dapat mandiri dalam mengatasi masalah kesehatannya.

Kriteria evaluasi yang dicapai keluarga sesuai dengan gangguan proses


keluarga sesuai dengan yang diharapkan menurut Moorhead (2016, P. 216)
berdasarkan NOC:

Tabel 2.1

Kriteria hasil NOC Fungsi Keluarga

Hasil
No Indikator
Awal Hasil Tujuan
1 Melibatkan 4

24
anggota
keluarga dalam
pemecahan
masalah
Anggota
keluarga bisa
2 4
menerima ide-
ide baru
Anggota
keluarga bisa
3 4
saling
mendukung
Anggota
keluarga bisa
4 4
saling
membantu

Tabel 2.2

Kriteria hasil NOC Kinerja Pengasuh Remaja

Hasil
No Indikator
Awal Hasil Tujuan
Menunjukkan
model peran
1 4
untuk integritas
pribadi
Memberikan
kesempatan
2 dilakukannya 4
aktivitas
keluarga
3 Anggota 4
keluarga bisa
saling

25
mendukung
Membantu
remaja untuk
4 4
mengatasi emosi
secara kostruktif

Tabel 2.3

Kriteria hasil NOC Normalisasi Keluarga

Hasil
No Indikator
Awal Hasil Tujuan
Memenuhi
kebutuhan
1 4
psikososial
anggota keluarga
Memenuhi
kebutuhan
2 4
psikososial
anggota keluarga
Mempertahakan
3 aktivitas dan 4
rutinitas yang tepat
Menyediakan
aktivitas yang
sesuai dengan usia
4 4
dan kemampuan
yang terkena
dampak

Keterangan :

1. Tidak pernah menujukkan

2. Jarang menujukkan

3. Kadang-kadang menujukkan

26
4. Sering menujukkan

5. Selalu menujukkan

27
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mighwar, M. 2006. Psikologi Remaja. Bandung: Cv Pustaka Setia

Friedman, M. Vicky, R., & Elaine, G. 2014. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset,
Teori, & Praktik. Jakarta : EGC

Harmako.2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

Mubarak, Dkk. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas: Konsep Dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika

Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10


editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.

Sarwono. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada

Setiadi. 2008. Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga Edisi Pertama. Yogyakarta:
Graha Ilmu

Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga . EGC : Jakarta

Susanto. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi Pada Praktik Asuhan
Keperawatan Keluarga. jakarta: CV Trans info medika.

Wong, D. L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Wilkinson, J., & Ahern, n. R. (2013). Buku Saku Diagnosis keperawatan edisi 9
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC.

iv

Anda mungkin juga menyukai