1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaykum Warohmatullahi Wabarokaatuh
Pertama-tama, marilah senantiasa kita memanjatkan puji dan syukur atas
kehadirat Allah Swt, karena atas berkah limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kita
masih diberikan kekuatan, kesehatan, dan kesempatan untuk masih dapat bekerja demi
dunia dan akhirat kita. Tak lupa pula kita menyampaikan sholawat dan salam kepada
Rosulullah Saw, beserta sahabat dan keluarganya sekalian, yang sang Murobbi tebaik
kita di dunia dan akhirat.
Dalam makalah ini, kami membahas mengenai Asuhan Keperawatan Keluarga
Dengan Tumbuh Kembang Anak Remaja. Makalah ini bersumber dari berbagai referensi
berupa buku dan artikel ilmiah.
Semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman dan bermanfaat bagi pembaca
semua. Terima kasih.
Wassalamu’alaykum warohmatullahi wabarokaatuh.
Penulis
2
DAFTAR ISI
JUDUL
……………………………………………………….......................................
.i
KATA PENGANTAR
………………………………………………………............... ii
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………........... iii
PEMBAHASAN ........................................................................
..................................... 1
Remaja…………………………………………………… 1
Remaja ...................................................................... 1
Remaja .................................................................. 1
Remaja ............................. 7
Remaja ................................................ 8
……………………………………………........................ 10
1. Pengkajian ...............................................................................
..................... 11
3
2. Diagnosa
Keperawatan ............................................................................
.... 13
3. Intervensi .................................................................................
.................... 18
4. Implementasi ...........................................................................
.................... 20
5. Evaluasi ....................................................................................
................... 24
DAFTAR PUSTAKA
..............................................................................................
...... iv
4
PEMBAHASAN
ISI
1
Remaja dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun
kemudian. Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab serta kebebasan yang
lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa.
2
Pada tahap pencarian ini, remaja mempertimbangkan hubungan yang
mereka kembangkan antara diri mereka sendiri dengan orang lain di masa
lalu, seperti halnya arah dan tujuan yang mereka harap mampu dilakukan
di masa yang akan datang. Proses perkembangan identitas pribadi
merupakan proses yang memakan waktu dan penuh dengan periode
kebingungan, depresi dan keputusasaan. Penentuan identitas dan
bagiannya di dunia merupakan hal yang penting dan sesuatu yang
menakutkan bagi remaja. Namun demikian, jika setahap demi setahap
digantikan dan diletakkan pada tempat yang sesuai, identitas yang positif
pada akhirnya akan muncul dari kebingungan. Difusi peran terjadi jika
individu tidak mampu memformulasikan kepuasan identitas dari berbagai
aspirasi, peran dan identifikasi.
3) Identitas peran seksual
Masa remaja merupakan waktu untuk konsolidasi identitas peran
seksual. Selama masa remaja awal, kelompok teman sebaya mulai
mengomunikasikan beberapa pengharapan terhadap hubungan
heterokseksual dan bersamaan dengan kemajuan perkembangan, remaja
dihadapkan pada pengharapan terhadap perilaku peran seksual yang
matang yang baik dari teman sebaya maupun orang dewasa. Pengharapan
seperti ini berbeda pada setiap budaya, antara daerah geografis, dan
diantara kelompok sosioekonomis.
4) Emosionalitas
Remaja lebih mampu mengendalikan emosinya pada masa remaja
akhir. Mereka mampu menghadapi masalah dengan tenang dan rasional,
dan walaupun masih mengalami periode depresi, perasaan mereka lebih
kuat dan mulai menunjukkan emosi yang lebih matang pada masa remaja
akhir. Sementara remaja awal bereaksi cepat dan emosional, remaja akhir
dapat mengendalikan emosinya sampai waktu dan tempat untuk
mengendalikan
Emosinya sampai waktu dan tempat untuk mengekspresikan dirinya
dapat diterima masyarakat. Mereka masih tetap mengalami peningkatan
emosi, dan jika emosi itu diperlihatkan, perilaku mereka menggambarkan
perasaan tidak aman, ketegangan, dan kebimbangan.
b. Perkembangan Kognitif
3
Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Wong (2009), remaja
tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual, yang merupakan ciri periode
berpikir konkret; mereka juga memerhatikan terhadap kemungkinan yang
akan terjadi. Pada saat ini mereka lebih jauh ke depan. Tanpa memusatkan
perhatian pada situasi saat ini, mereka dapat membayangkan suatu rangkaian
peristiwa yang mungkin terjadi, seperti kemungkinan kuliah dan bekerja;
memikirkan bagaimana segala sesuatu mungkin dapat berubah di masa depan,
seperti hubungan dengan orang tua, dan akibat dari tindakan mereka, misalnya
dikeluarkan dari sekolah. Remaja secara mental mampu memanipulasi lebih
dari dua kategori variabel pada waktu yang bersamaan. Misalnya, mereka
dapat mempertimbangkan hubungan antara kecepatan, jarak dan waktu dalam
membuat rencana perjalanan wisata. Mereka dapat mendeteksi konsistensi
atau inkonsistensi logis dalam sekelompok pernyataan dan mengevaluasi
sistem, atau serangkaian nilai-nilai dalam perilaku yang lebih dapat dianalisis.
c. Perkembangan Moral
Teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam Wong (2009), masa
remaja akhir dicirikan dengan suatu pertanyaan serius mengenai nilai moral
dan individu. Remaja dapat dengan mudah mengambil peran lain. Mereka
memahami tugas dan kewajiban berdasarkan hak timbal balik dengan orang
lain, dan juga memahami konsep peradilan yang tampak dalam penetapan
hukuman terhadap kesalahan dan perbaikan atau penggantian apa yang telah
dirusak akibat tindakan yang salah. Namun demikian, mereka
mempertanyakan peraturan-peraturan moral yang telah ditetapkan, sering
sebagai akibat dari observasi remaja bahwa suatu peraturan secara verbal
berasal dari orang dewasa tetapi mereka tidak mematuhi peraturan tersebut.
d. Perkembangan Spiritual
Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua atau otoritas yang lain,
beberapa diantaranya mulai mempertanyakan nilai dan ideal keluarga mereka.
Sementara itu, remaja lain tetap berpegang teguh pada nilai-nilai ini sebagai
elemen yang stabil dalam hidupnya seperti ketika mereka berjuang melawan
konflik pada periode pergolakan ini. Remaja mungkin menolak aktivitas
ibadah yang formal tetapi melakukan ibadah secara individual dengan privasi
dalam kamar mereka sendiri. Mereka mungkin memerlukan eksplorasi
terhadap konsep keberadaan Tuhan. Membandingkan agama mereka dengan
4
orang lain dapat menyebabkan mereka mempertanyakan kepercayaan mereka
sendiri tetapi pada akhirnya menghasilkan perumusan dan penguatan
spiritualitas mereka.
e. Perkembangan Sosial
Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus membebaskan diri
mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang mandiri
dari wewenang orang tua. Namun, proses ini penuh dengan ambivalensi baik
dari remaja maupun orang tua. Remaja ingin dewasa dan ingin bebas dari
kendali orang tua, tetapi mereka takut ketika mereka mencoba untuk
memahami tanggung jawab yang terkait dengan kemandirian.
1) Hubungan dengan orang tua
Selama masa remaja, hubungan orang tua-anak berubah dari
menyayangi dan persamaan hak. Proses mencapai kemandirian sering kali
melibatkan kekacauan dan ambigulitas karena baik orang tua maupun
remaja berajar untuk menampilkan peran yang baru dan menjalankannya
sampai selesai, sementara pada saat bersamaan, penyelesaian sering kali
merupakan rangkaian kerenggangan yang menyakitkan, yang penting
untuk menetapkan hubungan akhir. Pada saat remaja menuntut hak
mereka untuk mengembangkan hak-hak istimewanya, mereka sering kali
menciptakan ketegangan di dalam rumah. Mereka menentang kendali
orang tua, dan konflik dapat muncul pada hampir semua situasi atau
masalah.
2) Hubungan dengan teman sebaya
Walaupun orang tua tetap memberi pengaruh utama dalam sebagian
besar kehidupan, bagi sebagian besar remaja, teman sebaya dianggap lebih
berperan penting ketika masa remaja dibandingkan masa kanak-kanak.
Kelompok teman sebaya memberikan remaja perasaan kekuatan dan
kekuasaan.
a) Kelompok teman sebaya
Remaja biasanya berpikiran sosial, suka berteman, dan suka
berkelompok. Dengan demikian kelompok teman sebaya memiliki
evaluasi diri dan perilaku remaja. Untuk memperoleh penerimaan
5
kelompok, remaja awal berusaha untuk menyesuaikan diri secara total
dalam berbagai hal seperti model berpakaian, gaya rambut, selera
musik, dan tata bahasa, sering kali mengorbankan individualitas dan
tuntutan diri. Segala sesuatu pada remaja diukur oleh reaksi teman
sebayanya.
b) Sahabat
Hubungan personal antara satu orang dengan orang lain yang
berbeda biasanya terbentuk antara remaja sesama jenis. Hubungan ini
lebih dekat dan lebih stabil daripada hubungan yang dibentuk pada
masa kanak-kanak pertengahan, dan penting untuk pencarian identitas.
Seorang sahabat merupakan pendengar terbaik, yaitu tempat remaja
mencoba kemungkinan peran-peran dan suatu peran bersamaan,
mereka saling memberikan dukungan satu sama lain.
6
matang dan kurang menyenangkan. Hal ini menghambat penyesuaian sosial yang
baik. (Sarwono. 2011)
Masa remaja dikenal banyak orang sebagai masa yang indah dan penuh
romantika, padahal sebenarnya masa ini merupakan masa yang penuh dengan
kesukaran. Bukan hanya bagi dirinya tetapi bagi keluarga dan lingkungan sosial.
Masa ini akan membuat remaja mengalami kebingungan disatu pihak masih anak-
anak, tetapi dilain pihak harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi ini
membuat mereka dalam kondisi konflik, sehingga akan terlihat bertingkah laku
aneh, canggung dan kalau tidak dikontrol dengan baik dapat menyebabkan
kenakalan. Dalam usahanya mencari identitas diri, mereka sering membantah
orang tuanya, karena memulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-
nilai sendiri yang berbeda dengan orang tuanya. (Sarwono. 2011)
Pendapat orang tua tidak lagi dapat dijadikan pegangan, meskipun sebenarnya
mereka juga belum memiliki dasar pegangan yang kuat. Orang yang dianggap
penting dalam masa ini adalah teman sebaya. Mereka berusaha untuk mengikitu
pendapat dan gaya teman-temannya karena dianggap memiliki kesamaan dengan
dirinya. Karenanya sering kali remaja terlibat dalam geng-geng, dengan menjadi
anggota geng mereka akan saling memberi dan mendapat dukungan mental.
Beberapa kasus terakhir seperti geng-geng motor yang terlibat kegiatan
merupakan bentuk dari kecenderungan tersebut. Mereka akan berani melakukan
tindakan-tindakan kejahatan ketika dilakukan dalam kelompok dan tidak akan
berani melakukannya secara individual. Masalah lain yang sering mengganggu
anak remaja adalah masalah yang berkaitan dengan organ reproduksi (seksual).
Satu sisi mereka sudah mencapai kematangan seksual, yang menyebabkan mereka
memiliki dorongan untuk pemuasan tetapi disisi lain kebudayaan dan norma
sosial melarang pemuasan kebutuhan seksual diluar pernikahan. Padahal untuk
menikah banyak persyaratan yang harus dipenuhi, bukan hanya kemampuan
dalam melakukan hubungan seksual, tetapi diperlukan ekonomi, kematangan
psikologi, dan sebagainya.syarat-syarat ini sangat berat dan mungkin belum
dicapai pada usia remaja. Oleh karena itu, para remaja mencari kepuasan dalam
bentuk khayalan, membaca buku atau menonton film porno. Meskipun tingkah
laku ini sebenarnya tetap melanggar norma masyarakat, tetapi mereka
melakukannya dengan sembunyi-sembunyi. (Sarwono. 2011)
7
Untuk menghadapi situasi ini orang tua harus lebih bijaksana dalam
menyikapi, cara yang tepat dilakukan adalah dengan mengurangi control secara
bertahap terhadap anaknya, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi diri sendiri
secara bertahap sampai akhirnya dewasa. (Sarwono. 2011)
8
5. Intervensi Spesifik pada Anak Usia Remaja
Menurut Mubarak, 2009, hal 90, Intervensi / peran perawat pada tahap ini
adalah mengarahkan keluarga pada peningkatan dan pencegahan penyakit. Hal
yang dapat dilakukan secara spesifik yaitu sebagai berikut :
a) Penyuluhan tentang penyakit kardiovaskuler pada usia lanjut;
b) Penyuluhan tentang obat-obatan terlarang, minuman keras, seks;
c) Pencegahan kecelakaan pada remaja; serta
d) Membantu terciptanya komunikasi yang lebih efektif antara orang tua dengan
anak remajanya
Peran perawat dalam peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit pada
tahap keluarga dengan anak remaja menurut Stanhope (1998, Hal.52) yaitu
sebagai berikut :
a) Guru tentang faktor-faktor kesehatan
b) Guru dalam isu-isu pemecahan masalah mengenai alkohol dan merokok, diet
dan gerak badan
c) Fasilitator keterampilan interpersonal dengan anak belasan tahun bersama
orang tua
d) Penolong langsung, konsultan atau pihak yang merujuk ke sumber-sumber
kesehatan mental
e) Konsultan keluarga berencana
f) Pihak yang merujuk ke bagian yang ditularkan melalui seksual
g) Peserta dalam organisasi masyarakat untuk pengendalian penyakit.
9
B. Konsep Asuhan Kepeawatan Keluarga dalam Tahap Tumbuh Kembang Anak
Usia Remaja
MODEL Family Center Nursing FRIEDMAN 2014
PENGKAJIAN KELUARGA
PENGKAJIAN ANGGOTA
Identifikasi data demografi
Pengumpulan data KELUARGA
dan sosiokultural
Validasi data
Riwayat & tahap Pengorganisasian data Fisik
perkembangan keluarga Pencatatan data Mental
Lingkungan Emosional
Struktur keluarga Sosial
Fungsi keluarga Spiritual
Stres dan mekanisme koping
Pemfis (head to toe)
Harapan keluarga
Analisis data
Merumuskan diagnosis DIAGNOSIS KEP KELUARGA
Validasi diagnosis
Prioritas
PERENCANAAN
1. Menetapkan tujuan
2. Identifikasi sumber daya keluarga
3. Memilih intervensi yang sesuai
4. Prioritaskan intervensi
IMPLEMENTASI
EVALUASI
10
1. Pengkajian
Tahap pertama pada asuhan keperawatan keluarga, yaitu perawat melakukan
pengkajan dengan menggunakan formulır yang dapat digunakan pada semua
tahap perkembangan keluarga ( Suprajitno, 2004, hal. 37).
Pengkajian data fokus keluarga dengan anak usia remaja dalam Suprajitno
( 2004, hal. 37) melaputi :
7) Apa kepatan diluar rumah selain disekolah, berapa kali berapa lama, dan
dimana
11
10) Berapa lama waktu yang disediakan orang tua untuk anak
Contoh
1) AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala:Kesulitan untuk tidur.Tidak merasa beristirahat dengan baik.
2) SIRKULASI
Tanda:
Edema umum jaringan, denyut perifer lemah, tidak tetap, atau cepat.
Hipertensi umum terjadi pada kadar gejala putus obat awal namun dapat
menjadi labil/mengarah pada hipotensi.
Takikardia umum terjadi selama gejala putus obat akut.
3) INTEGRITAS EGO
Gejala:Perasaan bersalah/malu, membela diri mengenai kebiasaan minum,
penolakan, rasionalisasi.
4) ELIMINASI
Gejala:Diare, nyeri abdomen atas menetap dan nyeri tekan yang menyebar
ke bagian belakang(inflamasi pankreas).
5) MAKANAN/CAIRAN
Gejala:Mual/muntah
Tanda:Distensi gaster, asites, pembesaran ginjal,pembuangan massa otot,
rambut yang kering, kelenjar saliva membengkak, inflamasi rongga mulut,
kapiler rapuh, bising usus berubah-ubah.
6) NEUROSENSORI
Gejala:Sakit kepala, pusing, pandangan buram
7) PERNAFASAN
Gejala:Riwayat merokok masalah pernafasan kronis/kambuh.
Tanda:Takipnea(tingkat hiperaktif dari penggunaan alkohol).
8) INTERAKSI SOSIAL
Gejala:Sering bolos sekolah, berkelahi dengan orang lain.
12
9) PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala:Tidak menghiraukan dan/ menyangkal alkohol, atau tidak mampu
untuk menghentikan kebiasaan minum meski telah berulang kali mencoba.
2. Diagnosa Keperawatan
Pada tahap ini ada beberapa kegiatan yang perlu dilakukan perawat sebagai
berikut (Suprajitno, 2004, Hal 42-47) :
a. Pengelompokan Data
Kegiatan ini tidak berbeda dengan analisis dan sintesis pada asuhan
keperawatan klanık. Perawat mengelompokan data hasil pengkajian dalam
data subjektif dan obyektif setap kelompok dagnosis keperawatan
3) Tanda ( sign, S) adalah sekumpulan data objektuf dan data subjektif yang
diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak yang
mendukung masalah dan penyebab.
13
Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga
kelompok yaitu:
1) Diagnosis Aktual
2) Diagnosis Resiko
3) Diagnsoa Potensial
14
6) Kondisi sanıtasi yang tidak mememuhi syarat kesehatan
7) Gangguan kesehatan peran
8) Gangguan pola seksual
9) Ketidakmampuan antisipasi dukungan berkepanjangan
10) Konflik pengambilan keputusan
11) Adaptası kedukaan yang tidak fungsional
12) Potensial berkembanganya koping keluarga
13) Koping keluarga tidak efektif
14) Gangguan manajemen pemeliharaan rumah
15) Hambatan intraksi sosial
16) Defisit pengetahuan
17) Konflik peran keluarga
18) Resiko perubahan peran orang tua
19) Resiko tejadi trauma
20) Resiko tinggi perilaku kekerasan
21) Ketidakberdayaan
22) Terjadinya isolasi sosial
2) Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggı dan dikalıkan dengan bobot
Skor tertinggi
3) Jumlah skor untuk semua kreteria ( skor maksimum sama dengan jumlah
bobot, yaitu 5)
15
Penentuan prioritas sesuai dengan kreteria skala:
1) Untuk kretera pertama, prioitas utama diberikan pada tidak atau kurang
sehat karená perlu tindakan segera dan biasanya didasari oleh keluaraga
(c) Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk memperbaiki
masalah
(d) Adanya kelompok yang beresiko untuk dicegah agar tidak aktual dan
menjadi parah.
16
- Krisis atau
keadaan
sejahtera
KEMUNGKINAN
MASALAH DAPAT
DIUBAH (bobot = 2)
- Dengan mudah 2
- Hanya sebagian 1
- Tidak dapat 0
POTENSIAL
MASALAH DAPAT
DICEGAH (bobot =
1) 3
- Tinggi 2
- Cukup 1
- Rendah
MENONJOLKAN
MASALAH (bobot =
1) 2
- Masalh berat,
harus segera 1
ditangani
- Ada masalah,
tapi tidak perlu 0
segera ditangani
- Masalah tidak
dirasakan
Total
17
Contoh Diagnosa :
Diagnosa1 : Pola napas tidak efektif yang ditandai dengan obstuksi
trakeobronkial.
Diagnosa 2 : Penurunan curah jantung yang ditandai dengan perubahan tahanan
vascular sistemik, perubahan tingkat; ritme; konduksi elektrikal.
Diagnosa 3 : Perubahan sensori-perseptual yang ditandai dengan disorientasi
tempat/waktu atau orang, perubahan respon umum pada stimuli; respon
emosional yang berlebihan,perubahan pada tingkah laku, rasa takut atau cemas.
Diagnosa 4 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang ditandai dengan
berat badan 20% dibawah berat normal,konjungtiva dan membran mukosa pucat,
tonus otot lemah dan turgor kulit menurun,adanya neuropati.
Diagnosa 5 : Ansietas yang ditandai dengan perasaan tidak adekuat, malu, rasa
benci terhadap diri sendiri, dan penyesalan yang dalam,meningkatnya
ketegangan, prihatin, takut terhadap hal-hal yang tidak spesifik.
3. Intervensi
Perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan khusus yang
didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kreteria dan standar yang
mengacu pada penyebab Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan yang
beronentası pada kretera dan standar ( Suprajitno, 2004, hal. 49).
18
2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dumlıkı dan ada di sekitar keluarga
a. Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah, dan mempunyai jangka waktu yang
sesuai dengan kondisı klien
b. Kritena hasil hendaknya dapat diukur dengan alat ukur dan diobservasi
dengan pancaindra perawat yang objektif
c. Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimilıkı
oleh keluarga dan mengarah ke kemandıran klien sehingga tingkat
ketergantungan dapat dıminimalasası.
19
b. Menentukan tujuan jangka pendek yang berorientasi pada keluarga.
c. Menentukan criteria keberhasilan yang memungkinkan untuk dicapai
keluarga.
d. Menentukan strategi intervensi meliputi:
1) Menguatkan budaya keluarga yang mendukung kesehatan keluarga saat
ini,
2) Menegosiasikan budaya keluarga yang lebih menguntungkan kesehatan
keluarga,
3) Merestrukturisasi budaya keluarga yang merugikan kea rah yang
menguntungkan kondisi kesehatan keluarga.
e. Menentukan bentuk terapi keperawatan keluarga yang paling dibutuhkan saat
ini.
f. Menentukan bentuk kolaborasi dan rujukan yang diperlukan dalam rangka
mengoptimalkan Perilaku Hidup Bersih Sehat dan Berbudaya (PHBSB).
4. Implementasi
Ketika akan melakukan implementasi harus melakukan kontrak terlebih
dahulu dengan keluarga sasaran yang meliputi kapan dilaksanakan, berapa lama
waktu yang diperlukan, topik yang akan didiskusakan, sapa yang akan dilibatkan,
anggota keluarga yang mendapatkan informasi, atau ada peralatan yang harus
disiapkan oleh keluarga.
20
3) Psikomotor, keluarga mampu mendemonstrasikan, menunjukkan perilaku
atau budaya sehari-hari yang harus dilakukan sebagai gaya hidupnya.
d. Pemanfaatan potensi sumber-sumber pendukung lokal yang dimiliki keluarga
dan keluarga besarnya termasuk lingkungan sekitarnya (fisik, sosial, simbolik)
dengan arif dan bijaksana.
e. Memerhatikan tumbuh-kembang keluarga, struktur keluarga, dan keinginan
keluarga.
f. Meminimalkan risiko hambatan yang dapat menimbulkan komplikasi atau
putus obat.
g. Menerapkan manajemen risiko terhadap terapi keperawatan yang diberikan
kepada keluarga.
Contoh:
Diagnosa 1 : Pola napas tidak efektif.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 24 jam dapat
mempertahankan pola nafas yang efektif dengan tingkat pernafasan dalam
jangkauan normal, paru-paru yang bersih, bebas dari sianosis dan gejala-gejala
hipoksia lainnya.
Intervensi :
1. Pantau tingkat atau kedalaman dan pola pernafasan sesuai petunjuk. Catat
periode apnia
R/ : Pengkajian yang berulang kali sangat penting karena kadar toksisitas
mungkin berubah secara drastic.
2. Tinggikan kepala tempat tidur.
R/ : Menurunkan kemungkinan aspirasi, diafragma bagian bawah untuk
meningkatkan inflasi baru
21
3. Dorong untuk latihan batuk atau nafas dalam dan perubahan posisi yang
sering
R/ : Memudahkan ekspansi paru dan mobilitasi sekresi untu mengurangi
resiko apelektasi atau pneumonia
22
3. Catat awitan halusinasi
R/ : halusinasi auditorius dilaporkan lebih membahayakan pasien.
Halusianasi visual lebih sering terjadi pada malam hari. Pasien sering terlihat
mengambil udara, berteriak minta pertolongan karena merasa terancam.
Diagnosa 5 : Ansietas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 24 jam dapat
mengutarakan penurunan rasa takut dan ansietas sampai pada tingkat yang dapat
diterima, mengutarakan perasaan adanya peningkatan kontrol terhadap
kehidupannya sendiri, menunjukkan kemampuan dalam pemecahan masalah dan
sumber-sumber secara efektif
Intervensi :
1. Identifikasi penyebab ansietas
23
R/ : Individu dalam fase akut henti alkohol mungkin tidak dapat atau
menerima apa yang telah terjadi, kecemasan mungkin dapat disebabkan
karena keadaan fisik ataupun kondisi lingkungan
2. Informasikan pasien mengenai apa yang dilakukan oleh perawat
R/ : Meningkatnya perasaan percaya mungkin meningkatkan kerja sama dan
menurunkan ansietas
4. Orientasikan pasien pada lingkungan secara terus menerus
R/ : Pasien mungkin mengalami periode bingung akibat mengkatnya
ansietas.
5. Evaluasi
Standar V Evaluasi
Tabel 2.1
Hasil
No Indikator
Awal Hasil Tujuan
1 Melibatkan 4
24
anggota
keluarga dalam
pemecahan
masalah
Anggota
keluarga bisa
2 4
menerima ide-
ide baru
Anggota
keluarga bisa
3 4
saling
mendukung
Anggota
keluarga bisa
4 4
saling
membantu
Tabel 2.2
Hasil
No Indikator
Awal Hasil Tujuan
Menunjukkan
model peran
1 4
untuk integritas
pribadi
Memberikan
kesempatan
2 dilakukannya 4
aktivitas
keluarga
3 Anggota 4
keluarga bisa
saling
25
mendukung
Membantu
remaja untuk
4 4
mengatasi emosi
secara kostruktif
Tabel 2.3
Hasil
No Indikator
Awal Hasil Tujuan
Memenuhi
kebutuhan
1 4
psikososial
anggota keluarga
Memenuhi
kebutuhan
2 4
psikososial
anggota keluarga
Mempertahakan
3 aktivitas dan 4
rutinitas yang tepat
Menyediakan
aktivitas yang
sesuai dengan usia
4 4
dan kemampuan
yang terkena
dampak
Keterangan :
2. Jarang menujukkan
3. Kadang-kadang menujukkan
26
4. Sering menujukkan
5. Selalu menujukkan
27
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mighwar, M. 2006. Psikologi Remaja. Bandung: Cv Pustaka Setia
Friedman, M. Vicky, R., & Elaine, G. 2014. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset,
Teori, & Praktik. Jakarta : EGC
Mubarak, Dkk. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas: Konsep Dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika
Setiadi. 2008. Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga Edisi Pertama. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Susanto. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi Pada Praktik Asuhan
Keperawatan Keluarga. jakarta: CV Trans info medika.
Wilkinson, J., & Ahern, n. R. (2013). Buku Saku Diagnosis keperawatan edisi 9
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC.
iv