DOSEN PENGAMPU :
Dr. Dian Novita Siswanti S.Psi., M.Si., M.Psi., Psikolog
Tri Sugiarti, S.Psi, M.Pd.
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022/2023
KATA PENGANTAR
Emosi merupakan perasaan yang terjadi ketika seseorang berada dalam suatu kondisi atau
terlibat dari suatu interaksi yang penting baginya. Emosi ditandai dengan perilaku yang
mencerminkan rasa senang atau tidak senang dari seseorang yang sedang berada dalam
suatu kondisi atau interaksi. Pada masa kanak-kanak awal, kehidupan emosi dan
kepribadian anak-anak memperlihatkan perkembangan yang berarti. Seiring dengan
proses ini, dunia mereka yang dulunya kecil ini menjadi terbuka lebih lebar. Selain
pengaruh relasi keluarga, kawan-kawan sebaya mulai berperan dalam perkembangan
anak-anak untuk mengisi kehidupan sehari-hari.
1.1.3. TUJUAN
a. Untuk mengetahui tahap perkembangan emosi dan kepribadian pada masa bayi
b. Untuk mengetahui tahap perkembangan emosi dan kepribadian pada masa kanak-
kanak tengah
c. Untuk mengetahui tahap perkembangan emosi dan kepribadian pada masa kanak-
kanak tengah
d. Untuk mengetahui perkembangan dan kepribadian pada masa kanak-kanak akhir
BAB II
PEMBAHASAN
Orangtua, guru, dan pengasuh berperan penting dalam proses pengembangan kepribadian
yang baik pada anak. Simak penjelasan berikut untuk mengetahui tahap perkembangan
kepribadian anak berdasarkan usia dan tips untuk membantu Anda dalam membantu
mengembangkannya.
2. Usia balita
Perkembangan kepribadian anak berikutnya dimulai dari usia 18 bulan - 2 tahun dan 3-4
tahun. Pada tahap ini, pengembangan kepribadian yang baik akan membuat anak
memiliki rasa percaya diri. Meskipun demikian, bagian awal dari tahap ini dapat
mencakup masa tantrum, keras kepala, dan perilaku negatif lainnya, tergantung pada
temperamen anak
3. Usia prasekolah
Tahap ketiga terjadi selama ‘usia bermain’ atau usia prasekolah, yakni sekitar tiga tahun
hingga anak masuk sekolah formal. Perkembangan kepribadian terjadi dengan
menggunakan imajinasi dan keterampilan bermain. Di tahap ini, anak akan dapat bekerja
sama dengan orang lain, belajar memimpin serta mengikuti. Jika ia tidak berhasil
mempelajarinya, anak dapat menjadi takut, kesulitan bergabung dengan kelompok, serta
memendam perasaan bersalah.
4. Usia sekolah
Perkembangan kepribadian anak berikutnya terjadi pada usia sekolah sadar kemungkinan
hingga SMP. Dalam tahap ini, anak belajar menguasai keterampilan yang lebih formal
dan lebih disiplin. Kepribadian anak yang dapat terbentuk pada tahap ini adalah percaya
diri, mandiri, dan penuh inisiatif, sehingga mereka bisa menjadi pribadi yang tekun.
Namun, anak yang tidak percaya diri akan meragukan masa depan dan merasa rendah
diri.
5. Masa remaja
Tahap kelima terjadi selama masa remaja, tepatnya dari usia 13 atau 14 tahun.
Kedewasaan anak mulai berkembang pada periode ini. Anak-anak yang dapat
menyesuaikan diri dengan baik dapat membuat orang tersebut menyukai (ambisi) dan
membentuk penduduk yang jelas seiring berjalannya masa remaja. juga mulai mencari
seseorang untuk dijadikan panutan atau inspirasi baginya dan secara bertahap mulai
mengembangkan seperangkat tujuan dalam hidupnya.
Kepribadian terdiri dari tiga komponen, yaitu temperamen, lingkungan, dan karakter.
Perkembangan kepribadian terjadi akibat interaksi ketiga komponen tersebut.
Karakter, merupakan kumpulan pola emosi, kognitif, dan perilaku yang dipelajari dari
pengalaman. Hal ini menentukan bagaimana seseorang berpikir, merasa, dan berperilaku.
Karakter akan terus berkembang seiring dengan bertambahnya usia. Namun, juga banyak
dipengaruhi oleh bawaan dan pengalaman.
Emosi adalah luapan perasaan yang muncul dari dalam diri individu, baik bersifat positif
maupun negatif (Rahman, 2002 : 110). Sedangkan dalam artian yang lebih sederhana,
Lawrence E. Shapiro dalam Suyadi (2010 : 109) mengatakan bahwa emosi merupakan
kondisi kejiwaan manusia. Dia mengungkapkan karena sifatnya yang psikis atau
kejiwaan, maka emosi hanya dapat diamati melalui luapan-luapan emosioanal atau
gejala-gejala dan fenomena-fenomena, diantaranya kondisi sedih, gembira, gelisah,
benci, dan lain sebagainya.
Perkembangan emosi adalah luapan perasaan ketika anak melakukan interaksi dengan
orang lain (Suyadi, 2010 : 108-109). Selain itu, Umar Fakhrudin (2010 : 48) menjelaskan
bahwa perkembangan emosi merupakan proses yang berjalan secara bertahap dan anak
dapat mengontrol dirinya saat menemukan self comforting behavior atau merasa nyaman.
Perkembangan emosi masa kanak-kanak awal menurut (Santrock, 2011), terdiri dari tiga
tahapan, yaitu:
1. Expressing Emotions, tahap ini dimulai dengan berkembangnya self awareness pada anak
untuk menciptakan perasaan self conscious agar anak mampu memahami dirinya dan
sadar akan dirinya memiliki perbedaan dengan orang lain. Self awareness artinya anak
menyadari dirinya memilki ciri khas atau identitas yang dikenali, terpisah dan berbeda
dengan lingkungan eksternalnya. Sedangkan self conscious artinya anak memiliki
kesadaran diri tentang kesadaran dan rasa akan ‘aku’, seperti rasa malu dan rasa iri.
2. Understanding Emotions, tahap dimana anak sudah menyadari suatu situasi bisa
memunculkan emosi tertentu, dengan menunjukkan ekspresi yang spesifik sesuai emosi
yang dirasakan. Emosi yang dihasilkan cenderung mempengaruhi perilaku dan juga
mampu mempengaruhi emosi orang lain.
3. Reguling Emotions, tahap ini berperan pada kemampuan anak untuk mengatur tuntutan
dan konflik yang mereka hadapi saat berinteraksi dengan orang lain. Anak memahami
konsep keadilan dan rahasia, mereka sudah mampu menjaga rahasia. Emosi yang
biasanya dirasakan atau disebut emosi dasar manusia ialah emosi positif yang mengarah
pada perasaan senang dan emosi negative mengarah pada perasaan sedih, takut, serta
marah.
1.1.7. Perkembangan Emosi masa kanak-kanak tengah hingga masa kanak-kanak
akhir
a. Usia 6 tahun
Anak-anak di usia ini sudah mampu memahami konsep emosi yang lebih kompleks,
misalnya cemburu, bangga, sedih, dan kehilangan. Namun, anak-anak terkadang masih
kesulitan untuk mengartikan emosi orang lain. Pada usia ini perlu untuk mempelajari lagi
tentang pengaturan emosi yang mencakup pengontrolan dan pengarahan eksperesi
emosional serta menjaga perilaku ketika merasakan emosi yang cukup kuat.
b. Usia 7 – 8 tahun
Perkembanga emosi di usia ini telah merasakan emosi perasaan malu dan bangga. Anak
mampu mengkomunikasikan konflik emosi yang dirasakan. Selain itu, anak semakin
menyadari dan mempelajari perasaan dirinya dan orang lain disekelilingnya.
c. Usia 9 – 10 tahun
Anak mampu mengatur ekspresi emosi yang dirasakan dalam situasi sosial serta mampu
memberi respon terhadap distress emosional yang dialami orang lain. Selain itu, anak
mampu mengontrol emosi negative yang dirasakan dengan mempelajari apa yang
membuat ia bisa merasakan emosi itu dan bagaimana cara meredakan emosi tersebut.
d. Usia 11 – 12 tahun
Usia ini anak sudah lebih paham tentang baik-buruk, norma-norma aturan, dan nilai-nilai
yang berlaku di lingkungannya. Anak mulai memahami bahwa penilaian baik-buruk
bahkan aturan-aturan bisa diubah tergantung situai atau keadaan yang menyebabkan
munculnya perilaku tersebut. Selain itu, nuansa emosi anak juga makin beragam.
BAB III
PENUTUP
1.1.8. KESIMPULAN
Seperti diketahui, saat bayi baru lahir mereka tidak langsung memiliki kemampuan untuk
mengucapkan apa yang mereka rasakan dengan kata-kata, karena belum memiliki
perbendaharaan kosa-kata sebagai sarana komunikasinya. Sehingga, anak akan
mengomunikasikan emosi dan perasaan mereka dengan cara-cara lain. Perkembangan
emosi anak memang tidak terlalu nampak, tapi sebenarnya sama penting dengan
perkembangan fisik atau motorik maupun perkembangan kognitif. Menurut Virtual
Lab School, perkembangan sosial emosional anak berkaitan dengan kemampuan
untuk memahami perasaan orang lain, mengendalikan perasaan dan perilaku,
bergaul dengan teman sebaya, juga berinteraksi dengan orang dewasa.
Kemampuan sosial emosional anak sangat berpengaruh pada kesuksesan akademis
dan kelancaran fungsi berbagai area kehidupannya, sehingga perlu dipantau
perkembangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Rukmana, I. S. (2020). Regulasi Perkembangan Emosi dan Strategi Penanganannya pada
Bayi. Jurnal Pelita PAUD, 5(1), 55-60.
Labudasari, E., & Sriastria, W. (2018). Perkembangan Emosi Pada Anak Sekolah Dasar.
In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Universitas Muhammadiyah Cirebon (pp. 5-6).
Mulyani, N. (2013). Perkembangan Emosi dan Sosial Pada Anak Usia Dini. INSANIA: Jurnal
Pemikiran Alternatif Kependidikan, 18(3), 423-438.