Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH CRITICAL BOOKS REVIEW

Dosen Pengampu :Drs.Risma,M.Pd

DISUSUN OLEH :

NAMA : ERRASON PANDIANGAN


NIM : 3223131021

KELAS : GEOGRAFI C 2022

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat dan Rahmatnya sehingga dapat
menyelesaikan tugas “Makalah” ini dengan tepat waktu. Penulis berterima kasih kepada bapak
Dosen Drs. Risma M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah PERKEMBANGAN PESERTA
DIDIK yang sudah memberikan arahan dan bimbingannya dalam menyelesaikan tugas makalah
ini.

Penulis menyadari bahwa dalam tugas makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna .Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga dapat
bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan, Oktober 2022

Errason Pandiangan

3223131021
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………….…….. i

DAFTAR ISI ....……………………………………………………..……………………...….... ii

BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………………………...….………. 4


A. Latar Belakang ………………………………………………………….………….....….…. . 4

B . Rumusan Masalah…………………………………………………………………..…..…….5

C. Tujuan ………………………………………………………………………………….....…. .5

D. Manfaat ……………………………………………………………………………….……. .. 5

BAB 2 RINGKASAN ISI BUKU …………………………………………………………...….. 6

A. Ringkasan buku utama ………………………………………………………………........…. 6

B. Ringkasan buku pembanding…………………………………………………………..…… 15

BAB III PEMBAHASAN ………………………………………………………..…………….. 27

A. Kelebihan dan kekuatan buku utama……………………………………………….……..... 27

B. Kelebihan dan kekuatan buku pembanding…………………………………………..….…. 27

C. Kekurangan dan kelemahan buku utama……………………………………………….....…28

D. Kekurangan dan kelemahan buku pembanding……………………………………….….… 29

BAB Vl PENUTUP …………………………………………………………………………..... 30

A. Kesimpulan ………………………………………………………………….…...……….… 31

B. Saran..........………………………………………………………………………….....….… 32

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seringkali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami. Terkadang kita
memilh satu buku namun kurang memuaskan hati kita. Misalnya dari segi analisis bahasa,
penulisan perkata, ataupun ejaan yang digunakan dalam sebuah buku tersebut.Sikap kritis dalam
menganalisis informasi, menghargai pendapat, adaptif pada perubahan, serta komunikatif dalam
penyampaian informasi dan bertanggung jawab.Melakukan Critical Book Review pada suatu
buku dengan menerangkan buku sangat penting untuk dilakukan, dari kegiatan ini lah kita dapat
mengetahui kelebihan dan kekurangan suatu buku, serta menambah ilmu yang kita miliki terkait
dengan buku yang kita review.

B. Tujuan

1. Mengulas isi sebuah buku.

2. Mengetahui informasi sebuah buku.


3. Melatih individu agar berfikir kritis dalam mencari informasi maupun perbedaan antar buku.

C. Manfaat Critical Book Review


1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik

2. Untuk menambah pengetahuan tentang Perkembangan Peserta Didik


D.Informasi Bibliografi
- Buku Utama
Judul Buku : PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Penulis : Mesta Limbong

Penerbit : UKI Press


Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2020

Tebal Buku : ii + 100


ISBN : 978- 623-7256-84-7

- Buku Pembanding
Judul Buku : PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Penulis : Fara Diba dan Nurul Muttaqien


Penerbit : Pustakapedia
Kota Terbit : Tangerang Selatan

ISBN : 987-602-0780-23-8

Tahun Terbit : 2019

Tebal Buku : ii + 112


BAB II

RINGKASAN BUKU

BAB. I

Pertumbuhan – Perkembangan Peserta Didik

Pertumbuhan-perkembangan berkaitan dengan perubahan secara kuantitas maupun kualitas.


Perubahan fisik dan dapat terdeteksi seiring dengan pertambahan usia (peserta didik) secara
kuantitatif. Bertambah besar, Dalam proses pertumbuhan manusia sebagai makhluk yang
bertambah tinggii timbangan fisik ada perubahan (menuru/naik) dan biasanya di lihat dari aspek
fisik, struktur tubuh dengan pertumbuhannya semakin sistematis dan seimbang. Sedangkan
kualitas, dimana terjadi perubahan dalam berfikir, bertindak sesuai dengan tingkat kemantangan
dan pengalaman hidup dari peserta didik serta adanya peluang untuk mengembangkan berbagai
potensi pribadi yang ada dalam diri individu.

Pertumbuhan dan perkembangan tidak berdiri sendiri, karena pada saat ada pertumbuhan secara
kuantitas juga mengalami perubahan secara kualitas. Bertambah usia berarti mengalami
perubahan dalam hal berfikir, bertindak dan bertambah pengetahuan. Pertumbuhan dan
perkembangan saling mengisi dan perubahan yang semakin nyata dalam bentuk tindakan, sikap
dan perilaku yang mencerminkan siapa dirinya yang sebenarnya sebagai pribadi maupun bagian
dari keluarga, masyarkat maupun kelompok yang diikutinya. Warna dari kehidupan afeksinya
dapat dilhat dari ekhidupan yang berlangsung. Perubahan pada perkembangan merupakan
produk dari proses-proses biologis, kognitif, sosial. Proses itu terjadi pada perkembangan
manusia yang berlangsung di seluruh siklus hidupnya.

BAB. II

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan – Perkembangan Peserta Didik

Proses pertumbuhan dan perkembangan setiap individu (peserta didik) dapat dipengaruhi faktor
internal dan eksternal. Pengaruh dan dampak yang diakibatkan oleh faktor internal dan ekternal
perlu diantisipasi dan upaya yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi secara positif untuk
setiap dampak yang ditimbulkan dan mengoptimalkannya jika itu positif dampaknya untuk setiap
peserta didik. Tidak optimalnya pertumbuhan dan perkembangan dapat dikarenakan: faktor
ekonomi, sosial, budaya, latar belakang pendidikan, kekurangan/kelebihan nutrisi, sakit,
kecelakaan, serta faktor-faktor lain yang tidak terdeteksi dan dapat melemahkan proses
terjadinya pertumbuhan yang dapat membuat bagian dari syaraf dan fisik tidak mengalami
pertumbuhan yang optimal. Faktor-faktor lainnya yang memberikan dampak positif bagi
pertumbuhan- perkembangan individu seperti; pola asuh/pola pendidikan, ekonomi, sosial, latar
belakang kehidupan keluarga, nurisi yang tercukup, kesehatan yang baik.kondisi tersebut
berpengaruh terhadap mutu kehidupan anak berikutnya. Peluang yang memberikan kesempatan
bagi siswa/anak usia sekolah memperoleh berbagai stimulus yang dimaksud, maka dapat
berdapak bagi kemampuan dasarnya dalam kecerdasan dan memberi peluang bagi
bakat/minatnya.

Ada banyak kompetensi yang terdapat dalam diri anak/peserta didik, antara lain: bakat musik
atau melukis dan lain-lain yang sifatnya non-intelektual. Seiring dengan kemajuan dan
perkembangan pengetahuan, saat ini ada yang namanya asesmen untuk mapping talenta.
Instumen ini memberikan urutan bakat individu. Keseluruhan bakat digambarkan dalam sebuah
PETA yang membagi atas empat peta besar, yaitu: striving, thinking, relating, influencing.
Thinking (berfikir) yang dimaksud adalah bagaimana individu dalam melakukan aktivitas
kegiatannya didominasi oleh: strategi, ide, analisis, belajar, ada topik atau konteks yang selalu
dipikirkan dengan menggunakan aktivitas mental. Striving selalu berusaha untuk secara terus
menerus menjadi lebih baik. Ada kecendrungan: fokus, memiliki nilai-nilai hidup yang dapat
dipercaya, memiliki disiplin, konsisten. Sedangkan yang memiliki bakat yang dominan dalam
relating seperti: mudah menjalin hubungan dengan orang lain, memiliki saling pengertian.
pemetaan talenta/bakat adalah salah satu cara yang dapat memberikan informasi tambahan yang
dapat menolong individu mengenal kapasitas dirinya. Ini memberikan informasi bahwa setiap
orang sebagai individu memiliki perbedaan satu dengan lainnya, tidak ada yang sam termasuk
kembar sekalipun. Karena pada dasarnya bakat sangat kompleks. Kecerdasan tidak lepas dari gen
yang dibawa oleh individu dari kedua orang tuanya. Artinya dalam proses berlangsungnya
tumbuhkembang terjadi yang namanya penemnuhan kebutuhan dari cikal bakal individu.
Misalnya calon ibu siap untuk menerima cikal bakal anaknya, tidak ada tekanan pskilogis yang
dialami selama kehamilan. Misalnya, ada ibu yang tidak suka hamil lagi, sehingga sejak awal
mengetahui kehamilannya ingin di aborsi, atau ada yang hamil karena tindakan kekerasan seks
sehingga mengalami ketidaksiapan selama proses kehamilan, atau ada gennya mengalami
kerusakan. Sehingga saat anaknya lahir menimbulkan kecacatan permanen yang sangat sulit
untuk dikembalikan kepada perkembangan yang seharusnya. Tiap individu (peserta didik)
mengalami kecepatan perkembangan yang berbeda satu individu dengan individu lainnya, karena
dipengaruhi adanya faktor internal dan eksternal. Sebagai contoh ada anak yang memang
kebutuhan gizinya cukup dan diharapkan dampaknya terhadap perkembangan fisik,
kenyataannya bisa saja tidak signifikan terhadap pertumbuhan fisiknya. Misalnya, tidak
bertambah tinggi karena kedua orangtuanya memiliki tinggi badan yang normal saja. Jadi jangan
diharapka terjadi perubahan yang begitu pesat. Sudah dapat dipastikan tingggi atau bentuk
fisiknya tidak jauh berbeda dengan orangtuanya. Artinya, orangtua sebagai pembawa gen utama
berpengaruh besar terhadap anak-anaknya.

Teori Triarki yang digunakan oleh Sternberg dalam Wide dan Travis (2007), bahwa intelegensi
terdiri dari komponensial, intelegensi kreatif, intelegensi kontektual/intelgensi praktis Intelegensi
komponensial menekankan pada strategi pemrosesan informasi, bagaimana mengenali,
mendefinisikan permasalahan, memilih strategi, melakukan evaluasi. Intelegensi kontektual
adalah kemampuan beradaptasi sesuai dengan konteks situasi yang berbedabeda. Perbedaan yang
berkaitan dengan kecerdasan tentunya sangat sulit dikenali dan diketahui, tanpa adanya report
yang dapat memberikan penjelasan. Perbedaan lainnya adalah memiliki bakat yang berbeda satu
dengan lainnya. Pola asuh yang digunakan juga turut berperan terhadap perkembangan setiap
individu. Karena melalui pola pendidikan yang digunakan berdampak terhadap kebiasaan-
kebiasaan yang dibangun yang nantinya berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak.
Lingkungan sekolah juga adalah areal yang idealnya berperan

terhadap pengembangan kapasitas peserta didik. Aktivitas kegiatan yang dilaksanakan di sekolah
dikondisikan mampu menciptakan ruang gerak yang kondusif. Keterlibatan orangtua dengan
guru, guru dengan siswa, guru dan guru. Ada hal yang dapat dipelajari dari aktivitas yang
melibatkan seluruh komponen terkait di sekolah untuk memotivasi dan memberikan semangat.
Karena, kegiatan yang terstrukutur dan tidakpun berpengaruh terhadap tumbuh-kembang peserta
didik.
Nutrisi yang dikonsumsi ibu juga berperan terhadap tumbuhkembang anak. Karena pada
dasarnya gen yang bertumbuh akan semakin dilengkapi dengan pemberian asupan yang sesuai
dengan kebutuhannya. Jadi, yang berpengaruh bukan hanya adanya gen, namun dilengkapi
dengan nutrisi yang sesuai. Tahun 1990, ada anak dengan bentuk seperti anak monyet dengan
usia hampir 7 tahun, tingginya 65 cm, sekujur tubuhnya penuh bulu, dan tidak memiliki
kemampuan berkomunikasi. Dari informasi yang diperoleh, bahwa selama masa kehamilan tidak
penrah mendapat nutrisi yang cukup, dan mereka hidup di bawah jembatan atau tidu di dalam
gerobak dorong. Sewaktu kami mengetahui hal ini, ternyata sangat menakutkan kalau manusia
tidak mendapat kesempatan dan perawatan serta nutrisi yang cukup, berdampak terhadap proses
tumbuh-kembang selanjutnya. Salah satu indikator yang menjadi perhatian dalam Millenium
Develompment Goals (MDG”s) adalah mengenai pentingnya kesehatan ibu pada masa hamil
untuk memdapatkan generasi yang lebih baik. Ini menunjukkan, bahwa kesadaran dari keluarga
perlu ditanamkan sejak dini. Peka akan kebutuhan selama masa tumbuh-kembang sejak
dimulainya kehidupan janin.

Jadi, cikal bakal manusia yang mengalami pertumbuhanperkembangan sesuai dengan tugas-tugas
perkembangannya diharapkan akan semakin mengalami perubahan dan penyempurnaan dalam
perubahan perkembangan fisik. Karena adanya pertambahan: pengalaman, kematangan,
kesempatan untuk mendapatkan stimulus yang diperlukan sangat berarti bagi proses tumbuh-
kembang setiap individu.

BAB. III

Teori Perkembangan Kognitif

Kecerdasan kognitif yang diuraikan Jean Piaget berlaku terhadap pertumbuhan-perkembangan


yang normal. Untuk itu, modal dasar utama dari setiap peserta didik adalah mengembangan
kapasitas yang ada dalam dirinya. Hal ini terjadi jika faktor internal maupun faktor eksternal
selama masa proses tumbuh – kembang individu sejak masa janin sampai akhir kehidupan
berkontribusi secara positif terhadap diri anak. Seperti latar belakang pendidikan, ekonomi
keluarga, pola asuh serta peluang dan kesempatan yang diperoleh anak semasa kehidupannya,
dan gen atau selama proses janin mengalami pertumbuhan juga sangat berpengaruh. Untuk
mengukur kemampuan kognitif seseorang antara lain dapat digunakan dengan melakukan ters
intelegensi. Seberapa besar kapasitas dari individu untuk mampu menyelesaikan aspek-aspek
yang berhubungan dengan; kecerdasan umum, daya analisia, daya tangkap, penalaran verbal,
bagaimana aspek-aspek lainnya dalam diri individu yang nantinya tercermin dalam kehidupan
sehari-hari dalam menghadapi masalah. Ada kecenderungan bahwa intelgensi menyita perhatian
dan mendominasi. Seiring dengan perkembangan pengetahuan memberikan gambaran bahwa
intelgiensi yang selama ini menjadi perimadona menjadi tergeser. Karena ada beberapa yang
suskses tanpa intelensi yang memenuhi standar normal, tetapi memiliki bakat yang terselubung.
Artinya, seiring dengan kemajuan yang begitu pesat dalam lapangan pekerjaan, tidak menutup
kemungkinan dengan kercasan yang lemah individu tetap mampu mandiri, asalkan mendapat
peluang untuk mengali potensinya. Disinilah peran lingkungan sangat diperlukan (keluarga,
sekolah serta kebijakan dan regulalsi yang memberi peluang bagi mereka yang tidak cerdas tapi
mampu mandiri). Hasil pemeriksaan psikologis yang dilakukan para psikolog untuk mengukur
kecerdasan verbal, kecerdasan ferformace, dengan menggunakan skala Wechsler yang ditujukan
kepada Taman kanakkanak, yaitu untuk mengukur: aspek: pengetahuan umum, kemampuan
berhitung, logika verbal, daya konsentrasi, daya pengamatan kritis, kemampuan sensorimotorik
dan pengertian bahasa. Dan dilakukan dengan mengunakan kriteria: tinggi skor 15 – 20, skor
baik dengan nilai 12 – 14, skor cukup dengan nilai 9 – 11, skor kurang dengan nilai 6 – 8 dan
rendah 0 – 5, jauh dibawah ratarata, artinya hasil pengukuran asepk ini sifatnya tidak tetap masih
ada peluang mengalami perubahan karena anak ini baru berusia menjelasn 6 tahun. Pengukuran
kecerdasan ini dilakukan untuk melanjut ke tingkat Sekolah dasar (SD). Artinya kalau ada skor
yang rendah seperti motoric atau bahasa verbal, mungkin saja karena kurang bergerak atau
kurang stmulasi dan perkembangan bahasanya belum sesuai dengan usianya, dapat dikarenakan
tingkat kematangan yang belum optimal.

Dengan kata lain, pengukuran aspek psikologis yang diperoleh merupakan hasil yang tidak untuk
dijadikan patokan terhadap anak, setidaknya ada bagian atau aspek dalam diri anak yang perlu
diberikan kesempatan untuk mengalami perkembangan dengan mengkondisikan dan
memberikan stimulus sesuai dengan usia dan kebutuhan anak. Contoh lainnya, dari hasil tes
aspek-aspek yang di ukur untuk siswa SMA dalam rangka saran studi lanjut, yang menjadi
perhatian aspek: kecerdasa seperti: taraf kecerdasan, daya tangkap, daya analisa sintesa, daya
abstrak, dan daya ingat. Sedangkan aspek sikap kerja yang mnjadi perhatian adalah: ketelitian,
ketekunan,kecepatan kerja dan prestasi kerja sedangkan untuk kepribadian, yaitu: kemandirian,
keadaan emosi, penyesuaian diri, sikap social, kepercayaan diri, inisiatif, dinamika/aktifitas,
motif berprestasi, kesabaran/toleransi, dan rasa bertanggung jawab. Bagaimana dengan anak
yang lahir dengan kecerdasan dikatakan kurang dengan menggunakan alat ukur Wechler seperti
Hee Ah Lee yang tidak memiliki kapasitas sebagaimana anak se usianya. Kecerdasan
kognitifnya sangat rendah setara dengan anak yang termasuk down sindrom. Dengan pola asuh
yang mendidik, memberikan peluang bagi anaknya Lee untuk mengali kapasitas dirinya. Dari
kelemahan fisik dan akademik yang tidak normal, Lee berhasil mengembangkan diri menjadi
pianis yang luar biasa. Hanya memiliki empat jari yang besar di tangan dan menggunakan
dengkul kaki untuk berjalan, tidak sebagaimana manusia pada umunya memiliki jari sepuluh di
tangan dan sepuluh di jari kali. Respons lingkungan keluarga dan masyarakat yang tidak
mendukung tidak menyurutkan ibu Lee untuk tetap mendidiknya dengan benar. Sehingga saat ini
dikenal dengan masitro piano. Memberi i peluang bagi anak-anaknya sesuai dengan
kemampuannya, termasuk anak yang lahir dengan keterbatasan mental dan fisik tidak
menghalangi individu untuk berhasil secara optimal. Untuk mampu memahami not balok tidak
mudah, karena not yang di baca dan dipelajari Lee untuk digunakan oleh individu dengan jari
yang normal. Untuk itu, ibunya selalu membuat not yang dipahami oleh Lee dan selalu diulang-
ulang sampai Lee kadangkala prustrasi. Karena ibunya mendidiknya dengan disiplin. Ibunya
bukan hanya memperkenalkan pendidikan nonformal, pendidikan formal juga diikuti oleh Lee.
Harapan ibu yang harus diwujudkan dengan ketekunan yang luar biasa dari seorang ibu. Lee
mampu melakukan aktivitas seperti anak remaja seusianya, membersihkan dirinya, belanja,
mendengarkan musik kesukaannya. Setelah belasa tahun belajar dengan tidak mengenal lelah,
Lee berhasil mencapai puncaknya, setara dengan orang lain yang berada dengan kondisi normal .
Lee dan ibunya memberikan inspirasi yang sangat hebat, sehingga orang tua dengan anak
berkebutuhan dan kecerdasan yang terbatas atau lambat mampu berhasil asalkan ada kerja keras
dan berjuang untuk meraihnya.

Tahap perkembangan kognitif seperti yang dijelaskan Jean Piaget tidak dapat dilalui oleh Lee,
karena Lee memiliki kecerdasan yang terbatas dan kondisi fisik yang tidak terjadi sesuai dengan
tatanan normal pertumbuhan manusia. Kasih dan komitmen orangnya sangat berperan terhadap
prestasi yang dicapai Lee. Orangtua (Ibu) Lee yang tidak menerima begitu saja hasil pengujian
dari lingkungan terhadap putrinya.
Kondisi ini tentunya dipengaruhi oleh cara kerja otak manusia itu sendiri. Stimulus yang
diberikan untuk merangsang cara kerja otak sangat berpengaruh terhadap proses kerja dan
hasilnya. Dalam kehidupan sehari-hari sangat beragam contoh yang dapat diamati, di observasi
mengenai bekerja tidaknya kemampuan kognitif manusia sesuai dengan tahap dan perkembangan
dari individu itu sendiri. Seperti: anak-anak di TK berbagi makanan, orangtua di jalan di tolong
yang lebih muda, di bis atau kereta api yang lebih muda memberi tempat duduknya untuk yang
dianggap yang lebih tua dan masih banyak contoh lain yang dengan mudah dapat dipelajari. Cara
bekerja otak kiri dan otak kanan dalam ekspresi perilaku yang tergambar juga memberikan
informasi bagian mana dari individu tersebut yang berfungsi lebih dominan. Stimulus dan
rasangan dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam perilaku kehidupan selanjutnya.

BAB. IV

Perkembangan Sosial Peserta Didik

Proses perkembangan sosial idealnya dapat dilalui anak usia sekolah sesuai dengan tugas-tugas
perkembangan anak. Masingmasing tahap yang dilalui dapat dipastikan ada masa krisis.
Bagaimana lingkungan terdekat dan lingkungan ekternal dapat memberikan peluang bagi
perkembangan sosial. Kehidupan sosial mengalami perkembangan seiring dengan bertambahnya
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Setiap fase yang diliwati dapat dikatakan memiliki
kesulitannya masingmasing. Misalnya,masa pra sekolah adalah masa dimana anak memiliki rasa
ingintahu dan cenderung tidak paham bahaya yang dilami. Untuk itu, pendampingan dan latihan
memahami adanya perbedaan individu, kultur dan kondisi kehidupan keluarga ada baiknya
diperkenalkan sejak dini. Sehingga dalam proses sosial kehidupan, anak paham artinya
melakukan relasi dengan orang lain. Misalnya, jenjang remaja ditandai menonjolnya fungsi
intelektual dan emosional. Seseorang remaja dapat mengalami sikap hubungan sosial yang
bersifat tertutup sehubungan dengan masalah yang dialam remaja. Keadaan atau peristiwa ini
oleh Erik Erickson (dalam Lefton, 1982: 281) dinyatakan bahwa anak telah dapat mengalami
krisis identitas. Proses pembentukan identitas diri dan konsep diri seseorang adalah sesuatu yang
kompleks. Konsep diri anak tidak hanya terbentuk dari bagaimana anak percaya tentang
keberadaan dirinya sendiri, tetapi juga terbentuk dari bagaimana orang lain percaya tentang
keberadaan dirinya. Erickson mengemukakan bahwa perkembangan anak sampai jenjang
dewasa melalui 8 (delapan) tahap dan perkembangan remaja ini berada pada tahap keenam dan
ketujuh, yaitu masa anak ingin menentukan jati dirinya dan memilih kawan akrabnya. Sering kali
anak menemukan jai dirinya sesuai dengan atau berdasarkan pada situasi kehidupan yang mereka
alami. Banyak remaja yang amat percaya pada kelompok mereka dalam menemukan jati dirinya.
Dalam hal ini Erickson berpendapat bahwa penemuan jati diri seseorang didorong oleh pengaruh
sosio kultural.

Tidak seperti halnya pandangan Freud, kehidupan sosial remaja (pergaulan dengan sesama
remaja terutama dengan lawan jenis) didorong oleh dan berorientasi pada kepentingan seksual.
Semua perilaku sosial didorong oleh kepentingan seksual. Jati diri dapat dipastikan merupakan
cikal bakal warna kararter dari individu. Badudu (2019), menjelaskan bahwa kualitas karakter
ada 49 kualitas karakter, antara lain: baik hati, memehami apa yang terjadi di sekiatr, memahami
kebutuhan orang lain, melakukan pendekatan, mengenali dan menghindari kata-kata yang dapat
menimbulkan hal yang tidak diinginkan. Kualitas dalam bersosialisasi dalam kehidupan idealnya
memperhatikan beberapa karakter yang dapat mencerminkan kualitas karakter. Yang dapat
dipastikan hal ini tidak begitu saja terjadi dalam pribadi tiap orang. Pergaulan remaja banyak
diwujudkan dalam bentuk kelompokkelompok, baik kelompok kecil maupun kelompok besar.
Dalam menetapkan pilihan kelompok yang diikuti, didasari oleh berbagai pertimbangan, seperti
moral, sosial ekonomi, minat, dan kesamaan bakat dan kemampuan. Baik di dalam kelompok
kecil maupun kelompok besar, masalah yang umum dihadapi oleh remaja dan paling rumit
adalah faktor penyesuaian diri. Di dalam kelompok besar akan terjadi persaingan yang berat,
masing-masing individu bersaing untuk tampil menonjol, memperlihatkan akunya. Oleh karena
itu sering terjadi perpecahan dalam kelompok tersebut yang disebabkan oleh menonjolnya
kepentingan pribadi setiap orang. Tetapi sebaliknya di dalam kelompok itu terbentuk suatu
persatuan yang kokoh, yang diikat oleh norma kelompok yang telah disepakati.

BAB.V

Perkembangan Karakter Moral Perubahan gaya hidup

Pergeseran nilai-nilai kehidupan yang semakin memudar, dapat membuat manusia secara umum
tidak paham bagaimana untuk dapat menentukan hidup dengan nilai dan norma yang berlaku
secara umum. Karena sebagaian mulai tidak menyadari yang namanya tanggung jawab moral.
Contohnya, jika menyontek dan melakukan plagiat dalam karya, dianggap tidak masalah. Atau
mengambil yang bukan bagiannya juga tidak masalah Model yang menjadi contoh dalam
kehidupan nyata semakin jarang yang sesuai dengan norma-norma yang diharapkan, akibatnya
kegelisahan dari para remja bisa tidak terbendung. Untuk itu, keluaga tetap saja menjadi tempat
yang utama dalam menanamkan nilai-nilai norma kehidupan yang berlangsung. Moral setiap
individu sangat dipengaruhi oleh adanya interaksi dengan keluarga, lingkungan serta peluang
belajar dari kehidupan bagaimana mengembangkan nilai-nilai dan norma kehidupan. Penolakan
dan perlakuan yang tidak adil dialami anak, dapat menimbulkan pergeseran akan norma
kehidupan. Sampai saat ini kedua teori moral tersebut masih relevan dengan kehidupan saat ini.

BAB VI.

Permasalahan pada Masa Perkembangan

Permasalahan yang dihadapi peserta didik tidak sesederhana yang diungkapkan dengan kata-kata.
Apalagi dengan situasi dan kondisi kehidupan di lingkungan yang sangat beragam dan kompleks.
Untuk permasalahan dalam perkembangan anak di lingkungan sekolah masing-masing,
penyelesaiannya tidak bisa digeneralisasi tetapi harus diperhatikan kasus per kasus. Mungkin
saja gejalanya sama, tampilan yang muncul ke permukaan sama, tetapi faktor penyebabnya
berbeda. Permasalahan peserta didik berkaitan dengan: motivasi belajar yang rendah, ada yang
terganggu pada masa perkembangan tertentu, sehingga berdampak bagi dirinya pribadi, tidak ada
dukungan orangtua karena ketidakpahaman orangtua mengenai pendidikan, ekonomi keluarga,
tidak nyaman mengikuti pendidikan di sekolah, tidak ada tempat bertanya jika ada kesulitan, atau
faktor-faktor lain dari luar yang berpengaruh terhadap siswa, misalnya lemahnya metode
mengajar guru, guru tidak menguasai materi, fasilitas yang minimal pun tidak tersedia dan
lainnya.

Pendidikan terstruktur yang dilakukan/dilaksanakan/ diprogramkan lembaga formal pendidikan,


Pendidikan informal yang berlangsung di keluarga idealnya dilakukan bersinergi. Tugas utama
keluarga membekali generasi penerus dengan memberikan perhatian, kasih sayang dan
kepedulian untuk mendukung perkembangan potensi untuk dapat mandiri dalam kehidupan yang
menjadi tanggung jawabnya untuk waktu berikut. Mungkin saja terdeteksi ada gangguan:ada
masa sulit, masa krisis, masa dimana orangtua tidak memahami situasi dan kondisi anak yang
sedang mengalami tumbuh –kembang secara utuh. hal ini menunjukkan sejak awal anak sangat
membutuhkan perhatian, kasih sayang, pendampingan dan dengan demikian dapat teridentifikasi
dan terdeteksi kendala yang dihadapi anak, supaya sejak awal dapat terdeteksi faktor-faktor yang
dapat merugikan atau menganggu tumbuh-kembangnya.tidak dapat dipungkiri, masa tumbuh
kembang belum tentu berlangsung secara prima, ada banyak faktor yang berpengaruh terhadap
perutumbuhkembang setiap individu yang lahir. Dalam proses tumbuh-kembang setiap anak
dapat dipastikan memiliki kondisi dan situasi yang tidak sama. Perlakuan terhadap kelahiran
yang sangat diharapkan, kemungkinan mendapat perlakukan yang berbeda dengan kelahiran
yang tidak diharapkan. Kehadiran yang diharapkan, lingkungan keluarga terdekat
mempersiapkan segala sesuatunya dengan semangat dan antusias. Berbeda dengan kehadiran
anak yang jumlah anggota keluarga melebihi kemampuannya secara finansial, bukan
direncanakan, merasa tidak mampu mengurus dan mendidikan anak sehingga tidak ingin
memiliki tambahan anak atau bertambah anggota keluarga baru
Buku pembanding

BAB I

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

A. Pengertian Pertumbuhan Perkembangan

Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-
fungsi fisik yang berlansung secara normal pada anak yang sehat, dalam perjalanan waktu
tertentu pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan
tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara
berkesinambungan.Hasil pertumbuhan anatara lain berwujud bertambahnya ukuran-ukuran
kuantitatif badan anak, seperti panjang, berat dan kekuatannya. Begitupula pertumbuhan akan
mencakup perubahan yang makin sempurna tentang sistem jaringan saraf bdan perubahan-
perubahan struktur jasmani lainnya. Dengan demikian, pertumbuhan dapat juga diartikan
sebagai proses perubahan dan proses pematangan fisik.

B.Masa Kanak-Kanak (Karateristik Anak Usia Sekolah Dasar)

Usia rata-rata anak Indonesia saat masuk sekolah dasar adalah 6 tahun dan selesai pada usia 12
tahun. Kalau mengacu pada pembagian tahapan perkembangan anak, berarti anak usia sekolah
berada dalam dua masa perkembangan, yaitu masa kanak-kanak tengah (6-9 tahun), dan masa
kanak-kanak akhir (10-12 tahun). Anak-anak usia sekolah ini memiliki karakteristik yang
berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Ia senang bermain, senang bergerak,
senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung.
Oleh sebab itu, guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur
permainan, mengusahakan siswa berpindah atau bergerak, bekerja atau belajar dalam kelompok,
serta memberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.
C. Prinsip-Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan ukuran dan struktur.
Tidak saja anak menjadi lebih besar secara fisik, tetapi ukuran dan struktur organ dalam otak
meningkat. Akibat adanya pertumbuhan otak, anak memiliki keinampuan yang lebih besar untuk
belajar, mengingat, dan berpikir.
Adapun perkembangan berkaitan dengan perubahan kuali-tatif dan kuantitatif yang merupakan
deretan progresif dari perubahan yang teratur dan koheren. Progresif menandai bahwa
perubahnya terarah, membimbing mereka maju, dan bukan mundur. Teratur dan koheren
menunjukkan adanya hubungan nyata antara perubahan yang sebelum dan sesudahnya.

Proses pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada individu manusia mengikuti prinsip-
prinsip yang berlaku secara umum, yaitu:

1.Tipe-tipe perubahan:

a. Perubahan dalam ukuran.

b. Perubahan dalam proporsi.

c. Hilangnya ciri-ciri masa lalu (yang lama)

d. Perolehan ciri-ciri yang baru.


2. Pola pertumbuhan fisik:
a. Hukum chepalocaoudal.
b. Hukum proimodistal.
3.Karakteristik perkembangan:

a. Perkembangan berlangsung dari hal-hal yang bersifat umum ke yang bersifat khusus.
b. Perkembangan itu berkesinambungan.

c. Setiap bagian tubuh mempunyai kecepatan pertumbuhan sendiri-sendiri.


d. Selalu ada korelasi antara perkembangan yang awal dan per-kembangan selanjutnya.
4 .Perbedaan individu
5. Pola perkembangan bersifat periodik

6. Terdapat tugas perkembangan dalam setiap periode Pada pembahasan ini akan diterangkan
tujuh prinsip perkembangan menurut Hurlock (1991). Prinsip-prinsip ini merupakan ciri mutlak
dari pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh seorang anak, ketujuh prinsip ini antara
lain:
a. Adanya Perubahan Manusia tidak pernah dalam keadaan statis, dia akan selalu berubah dan
mengalami perubahan mulai pertama pembuahan hingga kematian tiba. Perubahan ini dapat
menanjak, kemudian berada dititik puncak kemudian

mengalami kemunduran. Selama proses perkembangan seorang anak ada beberapa ciri
perubahan yang mencolok, yaitu:

perubahan mental. Perubahan mental meliputi: memori, penalaran, persepsi, dan imajinasi.

ndingan antara kepala dan tubuh pada seorang


anak.

dengan sikap prososial.

yaitu sikap prososial.

BAB 2

ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN

A.Perkembangan Fisik Pada Manusia

Pengertian Perkembangan Fisik Perkembangan fisik atau yang disebut juga pertumbuhan
biologis (biological growth) merupakan salah satu aspek penting dan perkembangan individu.
Menurut Seifert dan Hoffnung, (1994), perkembangan fisik meliputi perubahan-perubahan dalam
tubuh (seperti: pertumbuhan otak, sistem saraf, organ-organ indrawi, pertambahan tinggi dan
berat, hormon, dan lain-lain), dan perubahan-perubahan dalam cara-cara individu dalam
menggunakan tubuhnya (seperti perkembangan keterampilan motorik dan perkembangan
seksual), serta perubahan dalam kernampuan fisik (seperti penurunan fungsi jantung,
penglihatan dan sebagainya).
B. Karateristik Perkembangan Fisik Peserta Didik

1.Keadaan Berat dan Tinggi Badan Anak Usia Sekolah

Sampai dengan usia sekitar 6 tahun terlihat bahwa badan anak bagian atas berkembang lebih
lambat daripada bagian bawah. Anggota-anggota badan relatif masih pendek, kepala dan perut
relatif masih besar. Selama masa akhir anakanak tinggi bertumbuh sekitar 5 hingga 6% dan berat
bertambah sekitar 10 % setiap tahun. Pada usia 6 tahun tinggi rata-rata anak adalah 46 inci
dengan berat 22,5 kg. Kemudian pada usia 12 tahun tinggi anak mencapai 60 inci dan berat 40
hingga 42,5 kg (Conger & Kagan, 1969).

Jadi, pada masa ini peningkatan berat badan anak lebih banyak daripada panjang badannya.
Kaki dan tangan menjadi lebih panjang, dada dan panggul lebih besar. Peningkatan berat bedan
anak selama masa ini terjadi terutama karena bertambahnya ukuran sistem rangka dan otot, serta
ukuran beberapa organ tubuh. Pada saat yang sarna, massa dan kekuatan otot-otot secara
berangsur-angsur bertambah dan gemuk bayi (baby fat) berkurang. Pertambahan kekuatan otot
ini adalah karena faktor keturunan dan latihan (olahraga). Karena perbedaan jumlah sel-sel otot,
maka umumnya anak laki-laki lebih kuat daripada anak perempuan (Santrock, 1995).

C.Implikasi Genetik, lingkungan, dan Otak terhadap Pendidikan

Seiring dengan bertambahnya usia anak, proses pembelajaran seharusnya lebih mendorong anak
untuk mencari dan meneliti apa yang dikehendakinya, baik di museum, rumah dan sekolah, di
buku-buku, majalah dan gambar, serta di clam sekitarnya, sehingga ia memperoleh apa yang
dikehendakinya. Pembelajaran seperti ini akan mendorong anak berpikir, mengamati,
merenungkan dan menemukan secara kreatif. Sebaliknya, proses pembelajaran harus jauh dari
upaya menjejalkan pengetahuan ke dalam otak anak. Penjejalan pengetahuan secara berlebihan
justru akan mengganggu pemahaman dan melelahkan otak anak. Menjejali otak anak dengan
sejumlah besar informasi dan pengetahuan malah akan mematikan kecerdasan. "Otak adalah
mata air yang seharusnya dialirkan secara berangsur-angsur, bukan wadah yang harus langsung
diisi penuh", demikian kata Gabriel Camyer. Bahkan Mahmud Mandi Al-Istanbuli (2006)
mengatakan: "otak yang bagus bukanlah otak yang penuh sesak, tetapi otak yang sehat". Oleh
karena itu, pendidikan seharusnya merupakan upaya mengembangkan segala potensi anak,
melatih pengamatan dan pengambilan keputusan, merangsang pemikiran dan imajinasi,
memperdalam pemahaman dan memperkuat konsentrasi.

BAB 3

PERKEMBANGAN KOGNITIF PESERTA DIDIK

perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan
dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan
bagaimana individu mempelajari dan mernikirkan lingkungannya. Untuk memberikan
pemahaman yang lebih utuh tentang perkembangan kognitif ini.

Kognitif atau pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi untuk menjelaskan
semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan
informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan
merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana
individu mempelajari, memperhatikan, mengarnati, membayangkan, memperkirakan, menilai,
dan memikirkan lingkungannya.

BAB 4

PERKEMBANGAN AFEKTIF DAN PSIKOMOTOR

Kognitif merupakan kemampuan manusia dibidang pengetahuan, seperti kemampuan menghafal,


mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisi, mensistesis, dan mencipta.

A. Emosi
Emosi merupakan suatu keadaan pada diri organisme ataupun individu pada suatu waktu tertentu
yang diwarnai dengan adanya gradasi afektif mulai dari tingkatan yang lemah sampai pada
tingkat-an yang kuat (mendalam), seperti tidak terlalu kecewa dan sangat kecewa. Berbagai
emosi dapat muncul dalam diri seperti sedih, gembi-ra, kecewa, benci, cinta, marah. Sebutan
yang diberikan pada emosi tersebut akan mempengaruhi bagaimana anak berpikir dan bertindak
mengenai perasaan tersebut.
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi anak-anak

Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka
bergantung pada kematangan dan belajar (Hurlock, 1960: 266). Reaksi emosional yang tidak
muncul pada awal kehidupan tidak berarti tidak ada, reaksi ini mungkin. akan muncul di
kemudian hari, dengan berfungsinya sistem endokrin. Kematangan dan belajar terjalin erat satu
sama dalam mempengaruhi perkembangan emosi.

B. Perasaan
Menurut Chaplin (1972), yang dimaksud dengan
perasaan adalah keadaan atau state individu sebagai akibat dari persepsi seba-gai akibat stimulus
baik internal maupun eksternal. Adapun emosi merupakan reaksi yang kompleks yang
mengandung aktivitas dengan derajat yang tinggi dan adanya perubahan dalam kejasmanian
serta berkaitan dengan perasaan yang lebih kuat. Karena itu emosi lebih intens daripada perasaan,
dan sering terjadi perubahan perilaku, hubungan dengan lingkungan kadang-kadang terganggu.
Apa yang dimaksud dengan perasaan telah dikemukakan di depan.

C. MINAT
Minat ialah suatu dorongan yang menyebabkan terikatnya per-hatian individu pada objek
tertentu seperti pekerjaan, pelajaran, benda, dan orang. Minat berhubungan dengan aspek
kognitif, afektif, dan motorik dan merupakan sumber motivasi untuk melakukan apa yang
diinginkan. Minat berhubungan dengan sesuatu yang menguntungkan dan dapat menimbulkan
kepuasan bagi dirinya. Kesenangan merupakan minat yang sifatnya sementara Adapun minat
bersifat tetap (persis-tent) dan ada unsur memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan.

D.MOTIVASI

Adapun motivasi ada yang bersifat internal dan eksternal. Motivasi yang sifatnya eksternal
terkait dengan pengaruh atau eksistensi orang lain di luar diri individu, misalnya pengaruh dari
orang tua, guru, teman yang dapat mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu. Motivasi
merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan.
Dengan demikian, dapat dikemukakan motivasi mempunyai tiga aspek, yaitu (1) keadaan
terdorong dalam diri organisme, yaitu kesiapan bergerak karena kebutuhan misalnya kebutuhan
jasmani, karena keadaan lingkungan, atau karena keadaan mental seperti berpikir dan ingatan; (2)
perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan ini; dan (3) sasaran atau tu-juan yang dituju
oleh perilaku tersebut.

E.SIKAP
Sikap merupakan kesiapan atau keadaan siap untuk timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku.
Sikap juga merupakan organisasi keyakinan-keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi
yang relatif ajek, yang memberi dasar kepada orang untuk membuat respons dalam cara tertentu.
Sikap merupakan penentu dalam tingkah laku manusia, sebagai reaksi sikap selalu berhubungan
dengan dua hal yaitu 'like' atau 'dislike' (senang atau tidak senang, suka atau tidak suka).
Mengacu pada adanya faktor perbedaan individu (pengalaman, latar belakang, pendidikan, dan
kecerdasan), maka reaksi yang dimunculkan terhadap satu objek tertentu akan berbeda pada
setiap orang.

Sikap mempunyai tiga komponen dasar, yaitu:

Komponen kognisi : berhubungan dengan beliefs, ide, dan konsep.


Komponen afeksi : berhubungan dengan dimensi emosional seseorang.

Komponen konasi psikomotorik : berhubungan dengan kecenderungan atau untuk bertingkah


laku.
F.KEPRIBADIAN

Istilah kepribadian atau personality berasal dari bahasa Latin persona yang berarti topeng.
Menurut Al1port (Hurlock, 1978), kepribadian merupakan susunan sistem psikofisik yang
dinamis dalam diri individu yang unik dan mempengaruhi penyesuaian dirinya terhadap
lingkungan. Kepribadian juga merupakan kualitas perilaku individu yang tampak dalam
melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungannya secara unik. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepribadian antara lain: fisik, inteligensi, jenis kelamin, teman sebaya, keluarga,
kebudayaan, lingkungan dan sosial budaya, serta faktor internaldari dalam diri individu seperti
tekanan emosional.
Ciri-ciri kepribadian yang sehat antara lain:
1. Mandiri dalam berpikir dan bertindak.
2. Mampu menjalin relasi sosial yang sehat dengan sesamanya.
3. Mampu menerima diri sendiri dan orang lain sebagaimana apa adanya.
4. Dapat menerima dan melaksanakan tanggung jawab yang dipercayakan.

5. Dapat mengendalikan emosi.

G. BAKAT DAN KREATIVITAS


Bakat merupakan kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan
atau dilatih (C. Semiawan, dkk. 1984). Pada dasarnya, setiap manusia memiliki bakat pada suatu
bidang tertentu dengan kualitas yang berbeda-beda. Bakat yang dimi-liki oleh seseorang dalam
bidang tertentu memungkinkannya men-capai prestasi pada bidang ini. Untuk itu diperlukan
adanya latihan, pengetahuan, dorongan asosiasi dan moral (social and moral support) dari
lingkungan yang terdekat. Bakat yang ada bersifat akademik dan non-akademik. Bersifat
akademik berhubungan dengan pelajaran dan bersifat non-akademik berhubungan dengan bakat
dalam bidang sosial, seni, olahraga, serta kepemimpinan. Kreativitas dapat diartikan sebagai
suatu kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru. Kreativitas juga berhubungan dengan
kemampuan untuk membuat kombinasikombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru
antar unsur, data atau yang sudah ada sebelumnya. (C. Semiawan,dkk. 1984) Pada dasarnya
setiap individu memiliki potensi kreatif. Perm' salahannya ialah apakah individu yang
bersangkutan mendapatkan rangsangan mental dan suasana yang kondusif, baik dalam keluarga
maupun di sekolah untuk mengembangkan potensi kreatifnya.

BAB 5
ASPEK-ASPEK PENDUKUNG BAGI PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK

A.Motivasi Belajar

Motivasi digolongkan dua jenis yaitu intrinsik dan ekstrinsik.Motivasi intrinsik, yaitu motivasi
yang lahir dari dalam diri manusia yang berupa dorongan yang kuat yang keluar dari dalam
dirinya dan mernberikan suatu kemampuan untuk melakukan pekerjaan tanpa adanya suatu
kepaksaan. Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang tumbuh karena adanya dorongan dari luar
yang diberikan oleh orang tua, guru, dan juga masyarakat. Motivasi ini cenderung dialami oleh
anak-anak karena mereka sangat membutuhkan bimbingan dari luar, sehingga peranan orang tua
guru sangat pentmg untuk kemajuan anak. Kedua jenis motivasi tersebut sangat bertolak
belakang. Akan tetapi, dengan mengetahui jenis-jenis motivasi orang tua dan guru tidak akan
salah menerapkan motivasi anak-anak mereka.

B. AGRESIVITAS

Definisi ini mengimplikasikan bahwa agresi didasari oleh maksud untuk merugikan
orang/korban, meskipun hal ini sulit untuk Oleh karena itu, kita harus diyakinkan secara rasional
sebelum mengatakan suatu tindakan agresif. Kita rnengenal beberapa macam agresif: agresif
secara fisik atau verbal (menyakiti secara fisik atau menyerang dengan kata-kata); aktif atau
pasif (kegiatan yang bermaksud jahat dan kegagalan untuk memainkan peran); langsung atau
tidak langsung (agresi secara berhadap-hadapan atau tidak).

C. TEORI BELAJAR
Belajar adalah sebuah aktivitas yang dilakukan oleh manusia untuk menambah pengetahuan
yang ada dalam dunia dengan suatu pengalaman yang sangat berarti dan memiliki makna yang
tinggi. Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan yang dilakukan oleh manusia.
Belajar bagi anak usia prasekolah merupakan pekerjaan yang sangat melelahkan karena bagi
mereka belajar merupakan sebuah monster. Untuk meningkatkan motivasi belajar anak, orang
tua dan guru harus memberi dukungan dan motivasi yang sangat berguna. Belajar memiliki
manfaat besar bagi anak untuk meningkatkan mutu pendidikan yang dijalaninya selama ini.
Dengan belajar kemungkinan besar anak akan mendapatkan suatu pelajaran baru dari apa yang
dia pelajari. Manfaat belajar ini sangat membantu anak untuk lebih maju dan berkembang.

D.KECERDASAN INTELEKTUAL

Kecerdasan merupakan kemampuan untuk melihat suatu pola dan menggambarkan hubungan
antara pola di masa lalu dan pengetahuan di masa depan. Kecerdasan yang sering diasah akan
menjadikan seseorang semakin bertambah kecerdasannya. Jadi, kecerdasan tak muncul saja
tetapi harus melalui pendidikan. itu sebabnya, peran lingkungan, baik di rumah dan sekolah
sangat besar. Tentu saja meningkatkan kecerdasannya tidak hanya dari satu aspek, tetapi secara
keseluruhan.

Meningkatkan kecerdasan anak dapat dilakukan dengan cara:

a. Menjadi pendengar yang efektif bagi anak.


b. Melatih keahlian berbicara anak misalnya dengan mengarang cerita buku bergambar dengan
memilih objek secara acak.
c. Bermain dengan angka dan mencari urutan cerita.
d. Melatih kemampuan berkomunikasi efektif secara verbal dan nonverbal.
e. Bekerja sama dalam suatu kelompok.
f. Simpati dan empati terhadap anak.
g. Bermain drama atau simulasi.

h. Menikmati suasana dan keberadaan di alam terbuka.

i. Mernpelajari dunia flora dan fauna bersama anak


j. Mempelajari fenomena dan rantai makanan bersama anak

BAB 6
PERMASALAHAN DAN BIMBINGAN BAGI ANAK

1.Permasalahan dalam Perkembangan Fisik-MotorikPertumbuhan fisik anak-anak pada masa


berlangsung lambat bila dibandingkan dengan pertumbuhan masa bayi. Pada masa ini
pertumbuhan relatif seimbang antara berat badan dan tinggi badan. Otot-otot badan cenderung
lebih balk pada masa ini. Pola perubahan yang cenderung berbeda pada setiap anak
menyebabkan pertumbuhan fisik anak-anak tampak berbeda satu sama lain. Pertumbuhan fisik
yang dialami anak akan memengaruhi proses perkembangan motoriknya. Perkembangan motorik
berarti perkembangan pengendalian jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan
otototot yang terkoordinasi.

2.Permasalahan dalam Perkembangan Kognitif

Kemampuan kognitif anak harus dikernbangkan secara optimal karena menyangkut kemampuan
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari anak. Namun dalam perkembangannya,
ditemukan kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak di antaranya: anak sulit mengerti bila
dijelaskan tentang sesuatu, lambat dalam mengerjakan sesuatu, atau keliru dalam menyelesaikan
suatu persoalan, sulit berkonsentrasi. Permasalahan kognitif qdapat pula menyangkut inteligensi
rendah yang disebut dengan retardasi men-tal (lemah mental)
3.Permasalahan datam Perkembangan Bahasa Kemampuan berbahasa merupakan aspek penting
yang perlu dikuasai anak, tapi tidak semua anak mampu menguasai kemampuan ini.
Ketidakmampuan anak berkomunikasi secara baik karena keterbatasan kemampuan menangkap
pembicaraan anak lain atau tidak mampu menjawab dengan benar. Selain itu, masalah
perkembangan bahasa terkait dengan terbatasnya perbendaharaan kata anak, gangguan artikulasi
seperti sulit mengucapkan huruf r, sy, I, f, z, s, atau c.

4.Permasalahan dalam Perkembangan Sosial Kemampuan bersosial adalah satu kemampuan lain
yang harus dikuasai anak, karena anak akan berinteraksi dengan orang lain. Tetapi tidak semua
anak mampu bersosialisasi. Beberapa masalah sosial yang sering dialami anak adalah: anak ingin
menang sendiri, sok berkuasa, tidak mau menunggu giliran bila sedang bermain bersama, selalu
ingin diperhatikan atau memilih-milih teman, agresif dengan cara menyerang orang atau anak
lain. merebut mainan atau barang orang lain, merusak barang teman lain dan ketidakmampuan
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.

5. Permasalahan dalam Perkembangan Emosi Pada umumnya anak kecil lebih emosional
daripada orang dewasa karena pada usia ini anak masih relatif muda dan belum dapat
mengendalikan emosinya. Ekspresi emosi pada anak mudah berubah dengan cepat dari satu
bentuk ekspresi ke bentuk ekspresi emosi yang lain. Rangsangan yang sering membangkitkan
emosi anak adalah keinginan sang tidak terpenuhi, dengan cara mengungkapkan ekspresi yang
tidak terkendali. Beberapa masalah dalam perkembangan emosi anak yang sering ditemukan
adalah: perasaan takut, perasaan cemas, perasaan sedih, marah yang berlebihan, iri hati, cemberu
dan mudah tersinggung.

6.Gangguan Lamban Belajar

Lamban belajar (slow learner) adalah anak awah normal. Keterlambatan berbicara jika
dibandingkan anak seusianya.Terdapat beberapa indikator yang dapat dijadikan patokan bahwa
seorang anak mengalami lamban belajar yaitu: kesulitan dalam pengucapan kata; kemampuan
penguasaan jumlah kata yang minim; tidak mampu menemukan katayang sesuai untuk suatu
kalimat; kesulitan untuk mempelajari dan mengenali angka, huruf, dan nama- nama hari dalam
seminggu; kegelisahan yang sangat ekstrem dan mudah teralih perhatiannya; kesulitan
berinteraksi dengan anak seusianya; menunjukkan kesulitan dalam mengikuti suatu petunjuk atau
rutinitas tertentu; menghindari permainan 'puzzles; menghindari pelajaran menggambar atau
prakarya tertentu seperti menggunting; mempunyai kemampuan daya ingat yang buruk; selalu
membuat kesalahan yang konsisten dalam mengeja dan membaca, misalnya huruf b dibaca d,
huruf m dibaca w; lambat untuk mempelajari hubungan antara huruf dengan bunyi
pengucapannya; ketidakstabilan dalam menggenggam pensil/pen; sulit dalam mempelajari
keterampilan baru, terutama yang membutuhkan kemampuan daya ingat yang baik; sulit
konsentrasi; sering melakukan pelanggaran, baik di sekolah maupun di rumah; tidak mampu
merencanakan kegiatan sehari-harinya; problem emosional seperti mengasingkan diri, pemurung,
mudah tersinggung atau acuh terhadap lingkungannya, menolak bersekolah.

7. Gangguan Kesutitan Betajar Spesifik


Gangguan yang secara nyata ada pada anak yang terkait tugas akademik khusus, yang diduga
disebabkan karena faktor disfungsi neurologis, bukan disebabkan karena faktor inteligensi, yaitu
gangguan membaca (disleksia), gangguan matematik (diskalkulia), gangguan menulis ekspresif
(spelling dyslexia, spelling disorder), dan gangguan belajar lainnya tidak spesifik. Gangguan
Matematik (Diskalkulia) adalah keterampilan matematik yang berada di bawah tingkatan usia,
pendidikan dan inteligensi anak dengan ciri kegagalan dalam
keterampilan:
a. Linguistik (memahami istilah matematika, mengubah soal tulisan ke simbol matematika).

b. Perseptual (kemampuan untuk memahami simbol dan mengurutkan kelompok angka).

c. Matematik (+/-/x/: dan cara mengoperasikannya).

d. Atensional (mengkopi bentuk dengan benar, mengoperasikan simbol dengan benar).

e. Biasanya disertai gangguan belajar yang lain. Kebanyakan terdeteksi ketika berada di kelas 2
dan 3 SD (6-8 th).

B. Bimbingan Permasalahan Anak

Terkait dengan permasalahan anak, berikut beberapa bentuk bimbingan yang dapat dilakukan,
baik oleh guru maupun orang tua dalarn membantu mengatasi permasalahan anak.
1.Periksalah Tidak semua tingkah laku yang bermasalah digolongkan gangguan. Oleh karena itu,
Anda perlu menambah pengetahuan tentang gangguan rnengenai perkembangan dan jenis
gangguan anak.

2. Pahamilah Untuk bisa menangani anak yang mengalami gangguan, ada baiknya pula keluarga
mengikuti support group dan parenting skill-training. Tujuannya agar bisa lebih memahami sikap
dan perilaku anak, serta apa yang dibutuhkan anak, baik secara psikologis, kognitif (intelektual)
maupun fisiologis.

3.Telatenlah Dibutuhkan ketelatenan dan kesabaran untuk menghadapi anak yang memiliki
gangguan psikologis.

4. Bangkitkanlah kepercayaan dirinyaJika mampu, ini juga bisa dipelajari, gunakan teknikteknik
pengelolaan perilaku. Seperti menggunakan penguat positif. Misalnya memberikan pujian bila
anak makan dengan tertib atau berhasil melakukan sesuatu dengan benar, memberikan disiplin
yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak. Tujuannya untuk meningkatkan rasa
percaya diri anak.

5. Kenali arah minatnya Jika dia bergerak terus, jangan panik, ikutkan saja, dan catat baik-baik
kemana tujuan dari keaktifannya. Jangan dilarang semuanya, jangan dilarang semuanya nanti dia
frustasi. Yang paling penting adalah mengenali bakat atau kecenderungan perhatian secara dini

6.Meminimalisir stimulasi yang dapat mengacaukan pikiran dan konsentrasi upayakan tenang
terkendali, gangguan dari luar minim; menggunakan media penanganan yang menarik sesuai
dengan minat anak; mengajarkan strategi meningkatkan memori; mnemonic, kata kunci, peta
pikiran dan insight.

7.Merancang lingkungan rumah kondusif.

Menjauhkan benda berbahaya/tajam, lingkungan fisik nyaman, memfasilitasi anak yang normal
untuk menjadi role model; mempertahankan kontak mata, memberikan pekerjaan yang
menantang, memastikan adanya sisi menarik pengajaran; menyederhanakan instruksi,
memperjelas instruksi, menjelaskan tujuan/target dengan jelas, memberi contoh; monitoring
perlu dilakukan untuk memberi masukan pada penanganan lebih lanjut.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Keunggulan Buku Utama

1. Pembahasan materi dalam buku utama ini sudah baik dan cukup jelas

2. Isi buku ini tidak bertele-tele.

3. Penjelasan materi yang dibahas dalam buku ini juga menggunakan bahasa yang mudah untuk
dimengerti.

4. Buku ini cukup recommended untuk dibaca.

B. Keunggulan Buku Pembanding


1. Buku pembanding yang penulis kaji ini juga sudah sangat baik.

2. Bahasa yang digunakan juga mudah untuk dimengerti.


3. Sama halnya dengan buku utama, buku ini juga dilengkapi dengan tabel-tabel yang
mempermudah penyampaian informasi

C. Kelemahan Buku Utama


1. Terdapat kesalahan kecil seperti adanya kesalahan dalam penulisan kata (typo) dalam buku ini.
2. Minimnya gambar dan tabel sehingga terkesan monoton dan membuat bosan

3. adanya kesalahan penulisan kata atau bahasa

D. Kelemahan Buku Pembanding


1. Tata cara penulisan dan pengaturan spasinya kurang rapi.
2. Materi yang dibahas bertele- tele.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

 Pertumbuhan-perkembangan berkaitan dengan perubahan secara kuantitas maupun


kualitas. Perubahan fisik dan dapat terdeteksi seiring dengan pertambahan usia (peserta
didik) secara kuantitatif. Bertambah besar, Dalam proses pertumbuhan manusia sebagai
makhluk yang bertambah tinggii timbangan fisik ada perubahan (menuru/naik) dan
biasanya di lihat dari aspek fisik, struktur tubuh dengan pertumbuhannya semakin
sistematis dan seimbang. Sedangkan kualitas, dimana terjadi perubahan dalam berfikir,
bertindak sesuai dengan tingkat kemantangan dan pengalaman hidup dari peserta didik
serta adanya peluang untuk mengembangkan berbagai potensi pribadi yang ada dalam
diri individu.

 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan – Perkembangan Peserta Didik Proses


pertumbuhan dan perkembangan setiap individu (peserta didik) dapat dipengaruhi faktor
internal dan eksternal. Pengaruh dan dampak yang diakibatkan oleh faktor internal dan
ekternal perlu diantisipasi dan upaya yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi secara
positif untuk setiap dampak yang ditimbulkan dan mengoptimalkannya jika itu positif
dampaknya untuk setiap peserta didik. Tidak optimalnya pertumbuhan dan
perkembangan dapat dikarenakan: faktor ekonomi, sosial, budaya, latar belakang
pendidikan, kekurangan/kelebihan nutrisi, sakit, kecelakaan, serta faktor-faktor lain yang
tidak terdeteksi dan dapat melemahkan proses terjadinya pertumbuhan yang dapat
membuat bagian dari syaraf dan fisik tidak mengalami pertumbuhan yang optimal.
Faktor-faktor lainnya yang memberikan dampak positif bagi pertumbuhan-
perkembangan individu seperti; pola asuh/pola pendidikan, ekonomi, sosial, latar
belakang kehidupan keluarga, nurisi yang tercukup, kesehatan yang baik.
 Kecerdasan kognitif yang diuraikan Jean Piaget berlaku terhadap pertumbuhan-
perkembangan yang normal. Untuk itu, modal dasar utama dari setiap peserta didik
adalah mengembangan kapasitas yang ada dalam dirinya. Hal ini terjadi jika faktor
internal maupun faktor eksternal selama masa proses tumbuh – kembang individu sejak
masa janin sampai akhir kehidupan berkontribusi secara positif terhadap diri anak.
Seperti latar belakang pendidikan, ekonomi keluarga, pola asuh serta peluang dan
kesempatan yang diperoleh anak semasa kehidupannya, dan gen atau selama proses janin
mengalami pertumbuhan juga sangat berpengaruh. Untuk mengukur kemampuan kognitif
seseorang antara lain dapat digunakan dengan melakukan ters intelegensi.

 Proses perkembangan sosial idealnya dapat dilalui anak usia sekolah sesuai dengan tugas-
tugas perkembangan anak. Masingmasing tahap yang dilalui dapat dipastikan ada masa
krisis. Bagaimana lingkungan terdekat dan lingkungan ekternal dapat memberikan
peluang bagi perkembangan sosial. Kehidupan sosial mengalami perkembangan seiring
dengan bertambahnya pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Setiap fase yang
diliwati dapat dikatakan memiliki kesulitannya masingmasing.

 Pergeseran nilai-nilai kehidupan yang semakin memudar, dapat membuat manusia secara
umum tidak paham bagaimana untuk dapat menentukan hidup dengan nilai dan norma
yang berlaku secara umum. Karena sebagaian mulai tidak menyadari yang namanya
tanggung jawab moral. Contohnya, jika menyontek dan melakukan plagiat dalam karya,
dianggap tidak masalah. Atau mengambil yang bukan bagiannya juga tidak masalah
Model yang menjadi contoh dalam kehidupan nyata semakin jarang yang sesuai dengan
norma-norma yang diharapkan, akibatnya kegelisahan dari para remja bisa tidak
terbendung. Untuk itu, keluaga tetap saja menjadi tempat yang utama dalam
menanamkan nilai-nilai norma kehidupan yang berlangsung. Moral setiap individu sangat
dipengaruhi oleh adanya interaksi dengan keluarga, lingkungan serta peluang belajar dari
kehidupan bagaimana mengembangkan nilai-nilai dan norma kehidupan. Penolakan dan
perlakuan yang tidak adil dialami anak, dapat menimbulkan pergeseran akan norma
kehidupan. Sampai saat ini kedua teori moral tersebut masih relevan dengan kehidupan
saat ini.
 Permasalahan yang dihadapi peserta didik tidak sesederhana yang diungkapkan dengan
kata-kata. Apalagi dengan situasi dan kondisi kehidupan di lingkungan yang sangat
beragam dan kompleks. Untuk permasalahan dalam perkembangan anak di lingkungan
sekolah masing-masing, penyelesaiannya tidak bisa digeneralisasi tetapi harus
diperhatikan kasus per kasus. Mungkin saja gejalanya sama, tampilan yang muncul ke
permukaan sama, tetapi faktor penyebabnya berbeda. Permasalahan peserta didik
berkaitan dengan: motivasi belajar yang rendah, ada yang terganggu pada masa
perkembangan tertentu, sehingga berdampak bagi dirinya pribadi, tidak ada dukungan
orangtua karena ketidakpahaman orangtua mengenai pendidikan, ekonomi keluarga, tidak
nyaman mengikuti pendidikan di sekolah, tidak ada tempat bertanya jika ada kesulitan,
atau faktor-faktor lain dari luar yang berpengaruh terhadap siswa, misalnya lemahnya
metode mengajar guru, guru tidak menguasai materi, fasilitas yang minimal pun tidak
tersedia dan lainnya.

B. Saran

Kepada mahasiswa atau para pembaca penulis ingin agar kita lebih kiat lagi dalam membaca
buku-buku, terkhusus buku mengenai ilmu pengetahuan untuk menciptakan pemikiran yang
maju, terbuka dan berwawasan luas serta berpandangan kedepan.
DAFTAR PUSTAKA

Limbong, Mesta.2020.Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik.Jakarta : UKI Press

Diba, Fara dan Nurul Muttaqien.2019. Perkembangan Peserta Didik. Tangerang Selatan :
Pustaka Pedia
“CRITICAL JURNAL REVIEW”

Diajukan untuk memenuhi tugas-tugas

“Perkembangan Peserta Didik ”

Dosen Pengampu : Drs. Risma, M.Pd

Disusun oleh :

Nama : Errason Pandiangan

NIM : 3223131021

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Pemilihan Jurnal ..................................................................................... 1
B. Tujuan Riview Jurnal ....................................................................................................... 1
C. Manfaat Riview Jurnal ..................................................................................................... 1

BAB II RINGKASAN JURNAL/ARTIKEL ..................................................................... 4


A. Identitas Jurnal ................................................................................................................ 4
B. Pendahuluan .................................................................................................................... 4

C. Ringkasan Jurnal ............................................................................................................ 6

D. Metode Penelitian .......................................................................................................... 7

E. Hasil Penelitian .............................................................................................................. 8

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................ 15

A. Kekuatan/Kelebihan Jurnal .......................................................................................... 15

B. Kelemahan/Kekurangan Jurnal ................................................................................... 16

BAB IV PENUTUP ........................................................................................................ 17

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pemilihan Jurnal

Pada makalah ini penulis ingin mereview 2 jurnal yang berkaitan dengan Perkembangan Peserta
Didik . Adapun judul dari jurnal yang penulis pilih yaitu Perkembangan Kognitif Peserta Didik
dan Implementasi dalam Kegiatan Pembelajaran dengan Perkembangan Tingkat Kognitif
Peserts Didik di Kota Metro sebagai Penulis ingin membandingkan kedua jurnal ini, baik dari
segi isi serta kelebihan dan kekurangan kedua jurnal ini.

B. Tujuan Riview Jurnal


1. Untuk membandingkan 2 jurnal
2. Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai Perkembangan Peserta Didik

C. Manfaat Riview Jurnal


1. Untuk memenuhi salah satu tugas wajib mata kuliah Perkembangan Peserta Didik .
2. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca dan pembuat makalah sendiri mengenai
Perkembangan Kognitif Peserta Didik
BAB II

RINGKASAN JURNAL

A. Identitas Jurnal
1. Jurnal Utama
a. Judul Jurnal :PERKEMBANGAN KOGNITIF PESERTA DIDIK DAN
IMPLEMENTASI DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN

b. Nama Jurnal : Jurnal Pendidikan Islam


c. Penulis : Khairunnisa Simanjuntak1, Rizky Sari Siregar2
d. Edisi Terbit : 2022
e. Kata Kunci : perkembangan kognitif, faktor perkembangan kognitif, implementasi
2. Jurnal Pembanding
a. Judul Jurnal : PERKEMBANGAN TINGKAT KOGNITIF PESERTA DIDIK DI
KOTA METRO
b. Penulis Jurnal : Triana Asih
c. Kata Kunci : peserta didik, perkembangan kognitif, Kota Metro

B. Pendahuluan

1. Jurnal utama

Pendidikan selayaknya aktivitas merupakan usaha yang dilakukan dengan sadar dirancang untu
membantu seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan ilmu pengetahuan,
pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup yang bersifat manual individual dan
sosial. Untuk mendukung tercapainya pemahaman pengetahuan disekolah atau lingkungan,
maka dibutuhan pemahaman tentang perkembanan kognitif anak. Istilah kognitif merujuk kepada
aktivitas mental seperti berpikir, bernalar, mengingat, hingga kemampuan pemecahkan masalah
(Mardianto, 2019). Oleh karenanya, kemampuan kognitif menjadi salah satu aspek penting
dalam mengembangkan potensi peserta didik. Dengan demikian tugas utama seorang pendidik
dalam perkembangan kognitif tersebut adalah membimbing perkembangan itu pada tiap
tingkatannya atau fase-fasenya serta memiliki pemahaman yang luas tentang perkembangan
kognitif. Perkembangan kognitif yang baik akan menentukan kemampuan peserta didik dalam
memproleh makna dan pengetahuan dari penglaman serta informasi yang didapatkannya baik di
sekolah atau di lingkungannya.

2. Jurnal pembanding

Kurikulum pendidikan di Indonesia menggunakan Kurikulum 2013 (K-13), yang mulai


diimplementasikan pada tahun 2013, dimana peserta didik diwajibkan menguasai empat
Kompetensi Inti (KI) utama, yaitu kompetensi religius, afektif, kognitif dan psikomotorik. Untuk
merealisasikan penguasaan empat kompetensi tersebut, maka pendidik atau guru diwajibkan
pula nmenguasai empat standar penilaian menurut Permendikbud tahun 2016. Keempat standar
tersebut adalah Permendikbud nomor 20 standar kompetensi lulusan, nomor 21 standar
kompetensi isi, nomor 22 tentang standar proses, dan nomor 23 standar penilaian (Kemendikbud,
2016a, 2016b, 2016c, 2016d). Seiring pelaksanaan K-13, terjadinya kekurangan dan kelemahan
setelah proses pelaksanaan berlansung, maka pada tahun 2016 diadakannya perbaikan-perbaikan
komponen penyusun K-13 tersebut, salah satunya guru mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaran dan Agama saja yang dituntut untuk melaksanakan 4 kompetensi Inti tersebut.
Guru mata pelajaran lainnya hanya menilai kompetensi kognitif dan psikomotorik.

Salah satu mata pelajaran yang mengembangkan dua kompetensi tersebut adalah mata pelajaran
biologi untuk SMA, IPA untuk SD dan SMP. Menurut data kumpulan skripsi Pendidikan Biologi
tahun 2014-2017 di Fakultas Kejuruan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Metro
(UM Metro), permasalahanpermasalahan yang terjadi pada beberapa latar belakang masalah
disebabkan oleh metode pembelajaran yang diterapkan guruguru kurang tepat, media dan sumber
belajar yang kurang memadai. Dalam membantu merealisasikan keterlaksanaan K-13 revisi
2016, maka guru menjadi patokan utama untuk dapat mendesain pembelajaran seefektif mungkin.
Diperlukan pemahaman dan kreativitas yang tinggi agar desain pembelajaran terbentuk dengan
baik. Salah satu modal utama guru untuk mendesain perangkat pembelajaran adalah pada saat
kuliah, mahasiswa atau calon guru biasanya dibekali dengan mata kuliah pendidikan dan
pembelajaran, salah satunya mata kuliah desain pembelajaran. Pada mata kuliah tersebut,
mahasiswa akan mengembangkan perangkat pembelajaran, seperti pengembangan Kompetensi
Dasar (KD) menjadi Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) pengembangan bahan ajar,
pengembangan media pembelajaran, pengembangan strategi dan metode pembelajaran, dan
pengembangan instrumen evaluasi. KD yang dikembangkan berupa kompetensi kognitif dan
psikomotorik. Terkait dengan kedua kompetensi tersebut, maka sebelum membuat desain
pembelajaran, mahasiswa harus menguasai tahap perkembangan kognitif dan psikomotorik
peserta didik sesuai dengan jenjangnya. Menurut teori Piaget, memahami tahap-tahap
perkembangan kognitif menjadi acuan dalam mengintegrasikan tingkah laku siswa dan
mengembangkan rencana pembelajaran (Desmita, 2012), maka pada mata kuliah Perkembangan
Peserta Didik, mahasiswa melakukan pengamatan observasi langsung ke sekolah untuk
mengamati perkembangan peserta didik tersebut. Tujuan dari penelitianbkualitatif ini adalah
mendapatkan data perkembangan peserta didik ranah kognitif yang ada di sekolah TK, SD, SMP,
dan SMA, yang akan disesuaikan dengan tahap perkembangan peserta didik yang ideal sesuai
dengan jenjangnya berdasarkan teoriteori perkembangan peserta didik ranah kognitif.

C. Ringkasan Jurnal
1. Jurnal Utama

Perkembangan kognitif sendiri menjadi salah satu bagian terpenting dari proses perkembangan
peserta didik. Kognitif merupakan istilah yang berasal dari kata cognition yang memiliki arti
mengetahui. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui konsep dasar perkembangan kognitif
pada anak menurut beberapa teori yaitu teori Jean Piaget, Jerome Brunner, Ausuble, dan
Vygotsky. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data bersifat studi Pustaka atau
library research. Artinya dalam kajian ini peneliti mengumpulkan data melalui literatur tertulis
atau sumber-sumber informasi dan berbagai data lainnya yang dapat menunjang penulisan artikel
ini didalam kepustakaan. Penelitian ini memfokuskan pada implementasi perkembangan kognitif
Jean Piaget dalam kegiatan pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi
dari teori Piaget dapat membantu para pendidik untuk memahami tahap dan karakteristik
perkembangan kognitif peserta didik, yaitu dalam hal menentukan taraf kognitif dan memilih
strategi pembelajaran yang sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik.
B. Jurnal pembanding

Metode pembelajaran seharusnya sesuai dengan perkembangan kognitif peserta didik dan sesuai
dengan kurikulum yang sedang diterapkan. Menurut data kumpulan skripsi Pendidikan Biologi
tahun 2014-2017 di Fakultas Kejuruan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Metro,
permasalahan-permasalahan yang terjadi pada beberapa latar belakang masalah disebabkan oleh
metode pembelajaran yang digunakan guru kurang tepat, sehingga mengakibatkan hasil belajar
yang kurang sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minumum (KKM). Salah satu penyebabnya
adalah karena metode yang digunakan kurang mengoptimalkan daya berpikir peserta didik yang
sesuai dengan usianya. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan data perkembangan
peserta didik ranah kognitif yang ada di sekolah TK, SD, SMP, dan SMA yang akan disesuaikan
dengan tahap perkembangan peserta didik yang ideal sesuai dengan jenjangnya berdasarkan teori
perkembangan peserta didik ranah kognitif. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
Subjek penelitian ini adalah peserta didik jenjang TK sampai SMA yang Kota Metro. Teknik
pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan wawancara. Penelitian ini menghasilkan
rata-rata total perkembangan kognitif peserta didik di semua jenjang sudah mencapai kriteria
sangat kuat (81%-100%), yang berarti perkembangan kognitif peserta didik yang ada di wilayah
Kota Metro dari jenjang TK, SD, SMP, SMA sudah sesuai dengan perkembangan kognitif ideal
yang dikemukakan oleh teori Piaget.

D. Metode Penelitian

1. Jurnal Utama

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data bersifat studi Pustaka atau library
research. Artinya dalam kajian ini peneliti mengumpulkan data melalui literatur tertulis atau
sumber-sumber informasi dan berbagai data lainnya yang dapat menunjang penulisan artikel ini
didalam kepustakaan. Sumber utama data diambil teori-teori di buku, artikel jurnal, paper, atau
karya ilmiah lainnya yang sesuai dengan kebutuhan penulis. Adapun dalam penulisannya
menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu mengelaborasikan teori-teori yang sudah
diketahui menjadi penjabaran baru yang lebih ringkas dan dimengerti.

2. Jurnal pembanding

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini adalah peserta
didik jenjang TK, SD, SMP, SMA yang ada Kota Metro. Objek pengamatan penelitian ini adalah
pengamatan perkembangan kognitif peserta didik. Prosedur penelitian ini memiliki 3 tahapan,
yang pertama, mempersiapkan petunjuk kerja berupa modul untuk observer.Observer adalah
mahasiswa FKIP pendidikan biologi UM Metro yang sedang mengambil mata kuliah
perkembangan peserta didik. Modul tersebut sudah berisi kajian materi mengenai perkembangan
kognitif peserta didik setiap jenjang, indikator pengamatan kompetensi kognitif setiap jenjang,
dan instrumen pengambilan data berupa lembar observasi dilengkapi wawancara. Setelah
mahasiswa memahami modul tersebut, maka akan dilakukan tahapan kedua, yaitu tahapan
pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan kurang lebih selama 3 minggu. Untuk
mendapatkan deskripsi data minimal 3 data deskripsi atau 3 kali observasi dan wawancara di luar
observasi. Tahapan ketiga, teknik pengelolahan deskripsi data yang didapatkan. Data mentah
hasil observasi mahasiswa akan diplotkan ke dalam tabel pengamatan per-jenjang yang
kemudian akan diolah untuk menyesuaikan dengan teori perkembangan peserta didik yang
ideal.Hasil deskripsi pengamatan kemudian dimasukkan dalam skala penilaian dan direkapitulasi
ke dalam persentase kriteria penilaian.

E. Hasil Penelitian

1. Jurnal Utama

perkembangan kognitif adalah suatu proses pertumbuhan, perkembangan, dan pematangan


semua aspek berpikir yang dialami manusia seperti bagaimana kita menyerap informasi,
menyimpannya, mengingatnya, dan menggunakan kembali pengetahuan tersebut. Secara
sederhana perkembangan kognitif dapat dipahami sebagai perkembangan yang bersifat
komprehensif yang berkaitan dengan proses individu dalam kemampuan berfikirnya, seperti
kemampuan memahami, menalar, mengingat, menghafal, melakukan pemecahan masalah, dan
berkreatifitas. Perkembangan kognitif sendiri menjadi salah satu bagian terpenting dari proses
perkembangan peserta didik. Dalam dunia pendidikan kata kognitif berkaitan dengan tujuan
belajar yang mengarah kepada kemampuan berpikir yang dikenal dengan istilah ranah kognitif
Taksonomi Bloom revisi Anderson dan Kratwohl. Diantaranya ada 6 tingkatan ranah kognitif
yaitu mengingat (remember), memahami (understand), mengaplikasikan (apply), menganalisis
(analyze), evaluasi (evaluate), dan menciptakan (create) (Mardianto, 2019).

1. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget


Sosok Jean Piaget yang dikenal sebagai tokoh filsuf pendidikan berpendapat bahwa
perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu perkembangan yang berhubungan
denagan sistem syaraf (Darmadi, 2017). Menurut Piaget pengetahuan datang dari tindakan atau
pengalaman (M. Soleh, 2021). Sehingga, perkembangan kognitif sebagian besar didasarkan dari
seberapa jauh manusia aktif dalam memanipulasi serta aktif berinterkasi dengan lingkungannya.

Proses perkembangan konitif individu adalah mengikuti pola dan tahaptahap perkembangan
tertentu sesuai dengan umurnya. Terutama dalam hal belajar akan lebih berhasil jika disesuaikan
dengan tahap perkembangan kognitif perserta didik. Di sekolah guru dapat memberikan banyak
interaksi yang bersifat merangsang peserta didik agar aktif dalam berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya.

2. Teori Perkembangan Kognitif Jerome Brunner

Brunner mengusung teori discovery learning yaitu dalam kegiatan belajar akan berjalan dengan
maksimal dan kreatif jika peserta didik dapat menemukan sendiri suatu aturan atau memproses
sendiri informasi yang diterimanya. Menurut Brunner perkembangan kognitif peserta didik
sangat dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan terkhusus bahasa yang digunakan dalam
kehiduannya. Perkembangan bahasa disini memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan
kognitif. Sehingga dapat disimpulkan dari pemaparan teori Brunner bahwa, perkembangan
kognitif peserta didik dapat didukung dengan menciptakan situasi agar peserta didik dapat
belajar secara mandiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk menemukan struktur konsep,
teori, atau pemahaman yang telah dipelajarinya.

C. Faktor-Faktor Perkembangan Kognitif


Jadi, berdasarkan pemaparan diatas ada dua factor yang dapat mempengaruhi perkembangan
kognitif anak. Yang pertama ialah factor internal atau yang berasal dari dalam diri anak tersebut
yang terdiri dari factor hereditas, factor kematangan organ tubuh, terakhir factor bakat dan minat
yang dimiliki. yang kedua merupakan factor eksternal yaitu sesuatu yang berasal dari luar, terdiri
dari factor lingkungan, factor pembentukan, dan factor kebebasan. Kedua factor ini sangat
mempengaruhi potensi berpikir yang dimiliki maupun yang dikembangkan oleh seseorang.
Semakin mendukung factor-faktor yang dimiliki seseorang, semakin baik pula tingkat kognitif
yang dimilikinya.

D. Implementasi Perkembangan Kognitif Siswa Menurut Teori Jean Piaget

Berikut merupakan gambaran tentang kedua tahap perkembangan kognitif anak dan implikasinya
terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas.

1. Perkembangan kognitif anak usia 7 tahun (kelas I SD) Pada dasarnya daya kognitif yang
dimiliki anak berumur 7 tahun masih terbatas pada pengetahuan dan pemahaman yang sederhana
walaupun diusia ini sudah memasuki tahap operasional konkret. Jika dianalogikan dengan teori
Taksonomi Bloom, tahapan ini merupakan tahap permulaan yaitu C1 (mengingat) dan awal
tahap C2 (memahami) (Nuryati & Darsinah, 2021). Untuk implementasinya guru harus membuat
pembelajaran yang menarik dan kontekstual yang dapat dikaitkan dengan kenyataan yang biasa
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya ketika belajar mengenalkan kosakata guru
sebaiknya menampakkan obyek nyatanya agar anak tidak mengkhayalkan benda yang dimaksud.
Atau ketika pembelajaran matematika, cara mengenalkan metode berhitung harus menggunakan
alat bantu seperti sempoa benda yang konkret (lidi, batu, daun, dll) atau menggunakan jari
tangan sehingga konsep siswa dalam berhitung tidak abstrak. Diusia ini juga sudah bisa
mengenalkan simbol, lambing, warna, atau bangun datar yang dapat dikenali dari benda
dilingkungannya.Guru juga harus aware dengan psikologi belajar anak diusia tersebut yang mana
dunia bermainnya masih dominan. Anak diusia 6-7 tahun tidak bisa diberikan pembelajaran yang
intens karena berpikir akan membuat mereka cepat merasa lelah. Sehingga seorang pendidik
dalam mendesain rancangan pembelajaran itu harus kreatif dan interaktif yang memiliki konsep
belajar sambil bermain, misalnya belajar sambil bernyanyi, bermain peran, dll.
2. Perkembangan kognitif anak usia 8 tahun (kelas II SD/MI).
Untuk metode pembelajaran yang dilakukan masih sama dengan tahapan sebelumnya yaitu harus
kontekstual dan menyajikan obyeknya secara nyata. Namun sesekali pendidik dapat mengajak
anak keluar ruangan dan belajar dengan alam. Jadi pada dasarnya, diusia ini guru bisa mencoba
untuk menerapkan belajar secara formal tetapi masih menyenangkan bagi anak.

3. Perkembangan kognitif anak usia 9 tahun (kelas III SD/MI)

Untuk metode pembelajarannya, pendidik atau guru dapat menerapkan system diskusi kelompok
yang pastinya masih perlu untuk diawasi oleh guru pelaksanaannya. Selain karena siswa itu
masih perlu beradaptasi dengan metode pembelajaran baru, mereka juga masih sangat aktif
dalam mencari kesenangannya sendiri sehingga ketika siswa sudah merasakan jenuh maka
mereka bisa menyebabkan kericuhan ketika proses pembelajaran. Kemudian guru juga bisa
melakukan percobaan mengenai materi yang telah dipelajari dengan siswa sehingga mereka
merasakan secara langsung dan mendapatkan ingatan yang kuat tentang materi itu. Pada
umumnya anak di usia 8-9 tahun bisa focus dalam mengikuti pembelajaran 3-4 jam secara total
dalam sehari.

Perkembangan kognitif anak usia 10 tahun (kelas IV SD/MI)

Selanjutnya metode pembelajaran kooperatif sudah dapat diterapkan pada usia ini. Pembelajaran
kooperatif dapat memberikan kesempatan pada anak untuk menyampaikan informasi atau hasil
kerja yang telah kelompoknya diskusikan kepada kelompok lain. Kegiatan sharing pendapat akan
membiasakan anak untuk mendengarkan dan menghargai pendapat temannya yang lain
(Suliswono, 2018). Kemudian pembelajaran kooperatif bisa menumbuhkan rasa confident atau
percaya diri dalam menyampaikan pendapat dan bertukar pikiran dalam memecahkan masalah.
5. Perkembangan kognitif anak usia 11 – 12 tahun (kelas V-VI SD/MI)

Pada tahapan ini anak sudah mampu berpikir kritis dan sistematis dapat diajarkan dengan metode
student center (Dian Andesta Bujuri, 2018), misalnya model Inquiry Learning, Kontruktivisme,
Problem Based Learning (PBL), Discovery Learning, dll. Anak direntang usia ini sudah mampu
menciptakan hal yang baru dengan didasari pengetahuan yang mereka dapatkan sebelumnya
seperti membuat teks cerita, pidato, kerajinan tangan, dan lainnya. Untuk bidang matematika,
mereka sudah dapat membuat konsep sesuai pemahamannya dan dapat menyelesaikan soal
dengan caranya sendiri.
B. Jurnal Pembanding

Tahapan perkembangan kognitif anak


Taman Kanak (TK), 2-7 tahun, disebut oleh piaget tahap pra-operasional, pada tahap ini anak-
anak akan meningkatkan penggunaan bahasa dan simbol lainnya seperti angka, huruf, mereka
meniru perilaku dan permainan orang disekitarnya, dan lebih cenderung meniru orang dewasa.
Anak-anak sudah dapat mengkodekan objek, orang, dan tempat-tempat, kemudian bisa
mengingatnya dengan memori jangka panjang. Tahapan logis dan pemahaman anak baru mulai
berkembang, karena pada tahapan ini anak lebih bersifat magis/berhayal.Sesuai dengan hasil
pengamatan, dimana subjek yang berumur 5-6 tahun sudah dapat mengenal angka dan huruf,
walapun belum semuanya menguasai angka dan huruf tersebut karena memang pada tahapan ini
anak masih dalam tahapan meningkatkan daya ingat memorinya untuk jangka panjang dan masih
dalam tahapan berlatih, anak cenderung suka dengan warna, seperti menggambar dan mewarnai,
dan kurang menyukai simbolsimbol yang terlalu rumit dan asing (Desmita, 2012). Untuk itu,
upaya yang harus dilakukan oleh guru adalah pengenalan huruf, simbol, dan angka dengan
metode bermain sambil belajar dan memperbanyak menggunakan warna-warna saat belajar
(Danim, 2013).
Tahapan perkembangan kognitif peserta didik usia Sekolah Dasar (SD) 7-11 tahun, disebut oleh
teori Piaget sebagai tahap opresional konkret, karena sudah bisa berpikir secara konkret, sudah
dapat mengelompokan sesuatu sesuai dengan perkembangan logis, anak-anak yang lebih tua
telah memiliki kemampuan untuk memahami hubungan sebab akibat dan menjadi mahir dalam
matematika dan sains.Sesuai dengan hasil pengamatan, beberapa subjek umur 9-11 tahun sudah
dapat berpikir secara konkret dan logis seperti dapat memberikan contoh simbiosis dalam
kehidupan sehari-hari dan dapat menjelaskan hubungan sebab akibat. Untuk itu guru perlu
mengembangkan metode pembelajaran yang dapat mengasah kemampuan anak untuk berpikir
konkret dan logis yang melibatkan hubuan sebab akibat, karena dari beberapa subjek juga
banyak yang kurang antusias mengikuti pembelajaran seperti tidak memperhatikan, dan kurang
menguasai materi. Salah satu metode yang dapat digunakan agar anak tertarik dalam
pembelajaran serta dapat mengasah kemampuan berpikir konkret dan logis adalah inkuiri
terbimbing yang sederhana, atau untuk anak SD biasanya disebut penemuan terbimbing,
disarankan kepada guru yang menerapkan pembelajaran metode terbimbing supaya bentuk
bimbingan yang diberikan, berupa pertanyaan-pertanyaan yang terjangkau oleh pikiran siswa SD
sehingga dapat memungkinkan siswa untuk memahami masalah-masalah yang diberikan, hal ini
dimaksud agar siswa tidak frustrasi sehingga mengakibatkan siswa kehilangan semangat belajar
(Karim, 2011).

Tahapan perkembangan kognitif peserta didik usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) 12-15
tahun, disebut oleh teori Piaget tahap operasi formal, dimana mereka mengembangkan alat baru
untuk memanipulasi informasi, bisa berpikir abstrak, deduktif, dan induktif, dapat
mempertimbangkan kemungkinan masa depan, mencari jawaban, menangani masalah dengan
fleksibel, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan. Sesuai dengan hasil pengamatan, subjek
umur 13-15 tahun, pola pikir sebab-akibat sudah lebih berkembang ke arah kemampuan untuk
memanipulasi informasi, seperti beberapa subjek yang sudah dapat mengaplikasikan rumus ke
dalam berbagai macam tipe soal baik yang mudah maupun yang tingkat kesulitan tinggi.
Menurut Nuroso dan Siswanto (2010), kemampuan berpikir abstrak itu meliputi kemampuan
mengemukakan ide-ide, memprediksi kejadian yang akan terjadi, dan melakukan proses berpikir
ilmiah, yaitu mengemukakan hipotesis dan menentukan cara untuk membuktikan kebenaran
hipotesis tersebut.Hasil penelitian Nuroso dan Siswanto (2010) juga menyimpulkan bahwa
model pembelajaran terpadu menurut Fogorty yang sesuai untuk di terapkan pada mata pelajaran
IPA SMP tiga diantaranya sesuai adalah model keterhubungan (connected), model jaring laba-
laba (webbad), dan model keterpaduan (integrated).Model keterhubungan (connected) memiliki
karakteristik Menghubungkan antar konsep, topik, keterampilan, ide yang satu dengan yang lain
tetapi masih dalam lingkup satu bidang studi, model jaring laba-laba (webbad) memiliki
karakteristik Dimulai dengan menentukan tema yang kemudian dikembangkan subtemanya
dengan memperhatikan kaitannya dengan disiplin ilmu atau bidang studi lain, model keterpaduan
(integrated) memiliki karakteristik Dimulai dengan identifikasi konsep, keterampilan, sikap yang
overlap pada beberapa disiplin ilmu atau beberapa bidang studi. Tema berfungsi sebagai konteks
pembelajaran. Guru harus dapat menentukan metode yang sesuai untuk mengembangkan
kemampuan berpikir abstrak peserta didik pada usia perkembangan tersebut.

Tahapan perkembangan kognitif peserta didik usia Sekolah Menengah Atas (SMA) 15-18 tahun,
disebut oleh teori Piaget tahap operasi formal, masih sama dengan tahapan sebelumnya hanya
lebih ke pengembangannya yang semakin kompleks, dimana mereka mengembangkan alat baru
untuk memanipulasi informasi, bisa berpikir abstrak dan deduktif, dapat mempertimbangkan
kemungkinan masa depan, mencari jawaban, menangani masalah dengan fleksibel, menguji
hipotesis, dan menarik kesimpulan. Lebih mengembangkan keterampilan intelektualnya,
mengintegrasikan apa yang sudah mereka alami dengan teori atau konsep yang ada. Sesuai
dengan hasil pengamatan, subjek umur 15-18 tahun,masih lanjutan dari tahap operasi formal
peserta didik SMP, tetapi pada peserta didik SMA mereka lebih mengembangkan keterampilan
intelektualnya, seperti meningkatnya daya analisis pemecahan permasalahan, lebih kreatif dalam
berpikir dan menyelesaikan persoalan. Menurut Arnyana (2006) dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa kelompok siswa SMA kelas X yang belajar dengan strategi kooperarif GI
(Group Investigation),PBL (Problem Based Learning), dan Inkuiri, memiliki kemampuan
berpikir kreatif lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran konvesional. Selanjutnya menurut Sani (2014) dalam bukunya yang berjudul
“pembelajaran saintifik untuk implementasi kurikulum 2013” menyebutkan beberapa metode
yang sesuai digunakan pada jenjang sekolah menengah, seperti pembelajaran penemuan
(discovery learning), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), dan pembelajaran
berbasis proyek (project based learning).
BAB III

PEMBAHASAN

A. Kekuatan/Kelebihan Jurnal

1. Jurnal Utama
- Isi dari penelitian ini sudah sangat baik menjelaskan secara luas dan mendalam mengenai
Perkembangan Kognitif Peserta Didik.

- Bahasa yang digunakan juga cukup mudah untuk dimengerti.


- Tata penulisan sudah sangat rapi.
- Minimnya kesalahan penulisan dalam jurnal.

2. Jurnal Pembanding

- Isi dari penelitian ini juga sudah sangat bagus

- Penggunaan tabel dan data untuk dapat menambah pemahaman

B. Kelemahan/Kekurangan Jurnal
1. Jurnal Utama
- Salah satu kekurangan dari jurnal ini adalah bahwa ada beberapa topic materi yang dijelaskan
berulang-ulang kali, sehingga membuat saya merasa sedikit bosan untuk membacanya.
2. Jurnal Pembanding
- Pengaturan tata letak penulisan dalam jurnal masih kurang rapi.

- Masih terdapat kesalahan penulisan kata, seperti ada kata yang huruf kurang dan ada juga yang
hurufnya tambah.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan Kognitif peserta didik sangat penting untuk diperhatikan oleh pendidik karena
setiap anak memiliki masanya tersendiri untuk mengembangkan potensi dalam berpikir. Dengan
mengetahui tahapan-tahapan perkembangan kognitif peserta didik, pendidik dapat merancang
model, metode, strategi pembelajaran yang tepat sehingga kemampuan memproses informasi dan
berpikir mereka dapat dikeluarkan dengan maksimal.
Banyak ahli yang sudah menyusun teori mengenai perkembangan kognitif pada anak.
Diantaranya teori dari Jean Piaget, teori Brunner, teori Ausubel, dan teori Vygotsky. Keempat
teori memiliki tujuan yang sama yaitu menjelaskan bagaimana proses perkembangan kognitif
yang terjadi pada manusia. Namun selain itu terdapat beberapa factor yang dapat mempengaruhi
perkembangan kognitif yaitu factor internal (hereditas, kematangan organ tubuh, bakat dan minat)
dan factor ekternal (lingkungan, pembentukan dan kebebasan).
Dalam implementasinya, penulis menyantumkan contoh dari teori perkembangan kognitif Jean
Piaget yang mana didalam teorinya perkembangan kognitif anak usia Sekolah Dasar terbagi
dalam 2 tahap, yaitu tahap operasional konkret (usia 7-10 tahun) dan tahap operasional formal
(usia 11-12 tahun keatas).
Pada tahap operasional konkret pendidik dianjurkan menggunakan media atau benda konkret
sebagai penunjang kegiatan belajar peserta didik disaat pembelajaran dikelas. Dan ditahap ini
pembelajaran harus dikontekstualisasikan ke dalam kehidupan nyata, misalnya mempraktekkan
secara langsung, memperlihatkan contoh, mengunjungi suatu tempat, dan sebagainya sehingga
peserta didik dapat menerima konsep materi secara baik.

Selanjutnya pada tahap operasional formal pendidik sudah dapat memberikan model
pembelajaran yang dapat mengasah proses berpikir kritis pada peserta didik. Misalnya
menerapkan model pembelajaran discovery learning, project base learning, inkuiri, dan
sebagainya yang membutuhkan penalaran dan keaktifan berpikir tinggi pada siswa baik berupa
hal empiric maupun yang abstrak.
B. Saran

Penulis berharap semoga makalah critical jurnal report ini dapat berguna bagi penulis sendiri dan
bagi pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan kita semua. Akhir kata penulis
ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Simanjuntak , Khairunnisa dan Rizky Sari Siregar.2022. PERKEMBANGAN KOGNITIF

PESERTA DIDIK DAN IMPLEMENTASI DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN.

Jurnal: Pendidikan Islam 2022

Asih, Triana.2018. PERKEMBANGAN TINGKAT KOGNITIF PESERTA DIDIK DI KOTA

METRO.jurnal : Penelitian Pendidikan Biologi (2018),2(1),9-17

Anda mungkin juga menyukai