DISUSUN OLEH :
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat dan Rahmatnya sehingga dapat
menyelesaikan tugas “Makalah” ini dengan tepat waktu. Penulis berterima kasih kepada bapak
Dosen Drs. Risma M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah PERKEMBANGAN PESERTA
DIDIK yang sudah memberikan arahan dan bimbingannya dalam menyelesaikan tugas makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam tugas makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna .Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga dapat
bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.
Errason Pandiangan
3223131021
DAFTAR ISI
B . Rumusan Masalah…………………………………………………………………..…..…….5
C. Tujuan ………………………………………………………………………………….....…. .5
D. Manfaat ……………………………………………………………………………….……. .. 5
A. Kesimpulan ………………………………………………………………….…...……….… 31
B. Saran..........………………………………………………………………………….....….… 32
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seringkali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami. Terkadang kita
memilh satu buku namun kurang memuaskan hati kita. Misalnya dari segi analisis bahasa,
penulisan perkata, ataupun ejaan yang digunakan dalam sebuah buku tersebut.Sikap kritis dalam
menganalisis informasi, menghargai pendapat, adaptif pada perubahan, serta komunikatif dalam
penyampaian informasi dan bertanggung jawab.Melakukan Critical Book Review pada suatu
buku dengan menerangkan buku sangat penting untuk dilakukan, dari kegiatan ini lah kita dapat
mengetahui kelebihan dan kekurangan suatu buku, serta menambah ilmu yang kita miliki terkait
dengan buku yang kita review.
B. Tujuan
- Buku Pembanding
Judul Buku : PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
ISBN : 987-602-0780-23-8
RINGKASAN BUKU
BAB. I
Pertumbuhan dan perkembangan tidak berdiri sendiri, karena pada saat ada pertumbuhan secara
kuantitas juga mengalami perubahan secara kualitas. Bertambah usia berarti mengalami
perubahan dalam hal berfikir, bertindak dan bertambah pengetahuan. Pertumbuhan dan
perkembangan saling mengisi dan perubahan yang semakin nyata dalam bentuk tindakan, sikap
dan perilaku yang mencerminkan siapa dirinya yang sebenarnya sebagai pribadi maupun bagian
dari keluarga, masyarkat maupun kelompok yang diikutinya. Warna dari kehidupan afeksinya
dapat dilhat dari ekhidupan yang berlangsung. Perubahan pada perkembangan merupakan
produk dari proses-proses biologis, kognitif, sosial. Proses itu terjadi pada perkembangan
manusia yang berlangsung di seluruh siklus hidupnya.
BAB. II
Proses pertumbuhan dan perkembangan setiap individu (peserta didik) dapat dipengaruhi faktor
internal dan eksternal. Pengaruh dan dampak yang diakibatkan oleh faktor internal dan ekternal
perlu diantisipasi dan upaya yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi secara positif untuk
setiap dampak yang ditimbulkan dan mengoptimalkannya jika itu positif dampaknya untuk setiap
peserta didik. Tidak optimalnya pertumbuhan dan perkembangan dapat dikarenakan: faktor
ekonomi, sosial, budaya, latar belakang pendidikan, kekurangan/kelebihan nutrisi, sakit,
kecelakaan, serta faktor-faktor lain yang tidak terdeteksi dan dapat melemahkan proses
terjadinya pertumbuhan yang dapat membuat bagian dari syaraf dan fisik tidak mengalami
pertumbuhan yang optimal. Faktor-faktor lainnya yang memberikan dampak positif bagi
pertumbuhan- perkembangan individu seperti; pola asuh/pola pendidikan, ekonomi, sosial, latar
belakang kehidupan keluarga, nurisi yang tercukup, kesehatan yang baik.kondisi tersebut
berpengaruh terhadap mutu kehidupan anak berikutnya. Peluang yang memberikan kesempatan
bagi siswa/anak usia sekolah memperoleh berbagai stimulus yang dimaksud, maka dapat
berdapak bagi kemampuan dasarnya dalam kecerdasan dan memberi peluang bagi
bakat/minatnya.
Ada banyak kompetensi yang terdapat dalam diri anak/peserta didik, antara lain: bakat musik
atau melukis dan lain-lain yang sifatnya non-intelektual. Seiring dengan kemajuan dan
perkembangan pengetahuan, saat ini ada yang namanya asesmen untuk mapping talenta.
Instumen ini memberikan urutan bakat individu. Keseluruhan bakat digambarkan dalam sebuah
PETA yang membagi atas empat peta besar, yaitu: striving, thinking, relating, influencing.
Thinking (berfikir) yang dimaksud adalah bagaimana individu dalam melakukan aktivitas
kegiatannya didominasi oleh: strategi, ide, analisis, belajar, ada topik atau konteks yang selalu
dipikirkan dengan menggunakan aktivitas mental. Striving selalu berusaha untuk secara terus
menerus menjadi lebih baik. Ada kecendrungan: fokus, memiliki nilai-nilai hidup yang dapat
dipercaya, memiliki disiplin, konsisten. Sedangkan yang memiliki bakat yang dominan dalam
relating seperti: mudah menjalin hubungan dengan orang lain, memiliki saling pengertian.
pemetaan talenta/bakat adalah salah satu cara yang dapat memberikan informasi tambahan yang
dapat menolong individu mengenal kapasitas dirinya. Ini memberikan informasi bahwa setiap
orang sebagai individu memiliki perbedaan satu dengan lainnya, tidak ada yang sam termasuk
kembar sekalipun. Karena pada dasarnya bakat sangat kompleks. Kecerdasan tidak lepas dari gen
yang dibawa oleh individu dari kedua orang tuanya. Artinya dalam proses berlangsungnya
tumbuhkembang terjadi yang namanya penemnuhan kebutuhan dari cikal bakal individu.
Misalnya calon ibu siap untuk menerima cikal bakal anaknya, tidak ada tekanan pskilogis yang
dialami selama kehamilan. Misalnya, ada ibu yang tidak suka hamil lagi, sehingga sejak awal
mengetahui kehamilannya ingin di aborsi, atau ada yang hamil karena tindakan kekerasan seks
sehingga mengalami ketidaksiapan selama proses kehamilan, atau ada gennya mengalami
kerusakan. Sehingga saat anaknya lahir menimbulkan kecacatan permanen yang sangat sulit
untuk dikembalikan kepada perkembangan yang seharusnya. Tiap individu (peserta didik)
mengalami kecepatan perkembangan yang berbeda satu individu dengan individu lainnya, karena
dipengaruhi adanya faktor internal dan eksternal. Sebagai contoh ada anak yang memang
kebutuhan gizinya cukup dan diharapkan dampaknya terhadap perkembangan fisik,
kenyataannya bisa saja tidak signifikan terhadap pertumbuhan fisiknya. Misalnya, tidak
bertambah tinggi karena kedua orangtuanya memiliki tinggi badan yang normal saja. Jadi jangan
diharapka terjadi perubahan yang begitu pesat. Sudah dapat dipastikan tingggi atau bentuk
fisiknya tidak jauh berbeda dengan orangtuanya. Artinya, orangtua sebagai pembawa gen utama
berpengaruh besar terhadap anak-anaknya.
Teori Triarki yang digunakan oleh Sternberg dalam Wide dan Travis (2007), bahwa intelegensi
terdiri dari komponensial, intelegensi kreatif, intelegensi kontektual/intelgensi praktis Intelegensi
komponensial menekankan pada strategi pemrosesan informasi, bagaimana mengenali,
mendefinisikan permasalahan, memilih strategi, melakukan evaluasi. Intelegensi kontektual
adalah kemampuan beradaptasi sesuai dengan konteks situasi yang berbedabeda. Perbedaan yang
berkaitan dengan kecerdasan tentunya sangat sulit dikenali dan diketahui, tanpa adanya report
yang dapat memberikan penjelasan. Perbedaan lainnya adalah memiliki bakat yang berbeda satu
dengan lainnya. Pola asuh yang digunakan juga turut berperan terhadap perkembangan setiap
individu. Karena melalui pola pendidikan yang digunakan berdampak terhadap kebiasaan-
kebiasaan yang dibangun yang nantinya berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak.
Lingkungan sekolah juga adalah areal yang idealnya berperan
terhadap pengembangan kapasitas peserta didik. Aktivitas kegiatan yang dilaksanakan di sekolah
dikondisikan mampu menciptakan ruang gerak yang kondusif. Keterlibatan orangtua dengan
guru, guru dengan siswa, guru dan guru. Ada hal yang dapat dipelajari dari aktivitas yang
melibatkan seluruh komponen terkait di sekolah untuk memotivasi dan memberikan semangat.
Karena, kegiatan yang terstrukutur dan tidakpun berpengaruh terhadap tumbuh-kembang peserta
didik.
Nutrisi yang dikonsumsi ibu juga berperan terhadap tumbuhkembang anak. Karena pada
dasarnya gen yang bertumbuh akan semakin dilengkapi dengan pemberian asupan yang sesuai
dengan kebutuhannya. Jadi, yang berpengaruh bukan hanya adanya gen, namun dilengkapi
dengan nutrisi yang sesuai. Tahun 1990, ada anak dengan bentuk seperti anak monyet dengan
usia hampir 7 tahun, tingginya 65 cm, sekujur tubuhnya penuh bulu, dan tidak memiliki
kemampuan berkomunikasi. Dari informasi yang diperoleh, bahwa selama masa kehamilan tidak
penrah mendapat nutrisi yang cukup, dan mereka hidup di bawah jembatan atau tidu di dalam
gerobak dorong. Sewaktu kami mengetahui hal ini, ternyata sangat menakutkan kalau manusia
tidak mendapat kesempatan dan perawatan serta nutrisi yang cukup, berdampak terhadap proses
tumbuh-kembang selanjutnya. Salah satu indikator yang menjadi perhatian dalam Millenium
Develompment Goals (MDG”s) adalah mengenai pentingnya kesehatan ibu pada masa hamil
untuk memdapatkan generasi yang lebih baik. Ini menunjukkan, bahwa kesadaran dari keluarga
perlu ditanamkan sejak dini. Peka akan kebutuhan selama masa tumbuh-kembang sejak
dimulainya kehidupan janin.
Jadi, cikal bakal manusia yang mengalami pertumbuhanperkembangan sesuai dengan tugas-tugas
perkembangannya diharapkan akan semakin mengalami perubahan dan penyempurnaan dalam
perubahan perkembangan fisik. Karena adanya pertambahan: pengalaman, kematangan,
kesempatan untuk mendapatkan stimulus yang diperlukan sangat berarti bagi proses tumbuh-
kembang setiap individu.
BAB. III
Dengan kata lain, pengukuran aspek psikologis yang diperoleh merupakan hasil yang tidak untuk
dijadikan patokan terhadap anak, setidaknya ada bagian atau aspek dalam diri anak yang perlu
diberikan kesempatan untuk mengalami perkembangan dengan mengkondisikan dan
memberikan stimulus sesuai dengan usia dan kebutuhan anak. Contoh lainnya, dari hasil tes
aspek-aspek yang di ukur untuk siswa SMA dalam rangka saran studi lanjut, yang menjadi
perhatian aspek: kecerdasa seperti: taraf kecerdasan, daya tangkap, daya analisa sintesa, daya
abstrak, dan daya ingat. Sedangkan aspek sikap kerja yang mnjadi perhatian adalah: ketelitian,
ketekunan,kecepatan kerja dan prestasi kerja sedangkan untuk kepribadian, yaitu: kemandirian,
keadaan emosi, penyesuaian diri, sikap social, kepercayaan diri, inisiatif, dinamika/aktifitas,
motif berprestasi, kesabaran/toleransi, dan rasa bertanggung jawab. Bagaimana dengan anak
yang lahir dengan kecerdasan dikatakan kurang dengan menggunakan alat ukur Wechler seperti
Hee Ah Lee yang tidak memiliki kapasitas sebagaimana anak se usianya. Kecerdasan
kognitifnya sangat rendah setara dengan anak yang termasuk down sindrom. Dengan pola asuh
yang mendidik, memberikan peluang bagi anaknya Lee untuk mengali kapasitas dirinya. Dari
kelemahan fisik dan akademik yang tidak normal, Lee berhasil mengembangkan diri menjadi
pianis yang luar biasa. Hanya memiliki empat jari yang besar di tangan dan menggunakan
dengkul kaki untuk berjalan, tidak sebagaimana manusia pada umunya memiliki jari sepuluh di
tangan dan sepuluh di jari kali. Respons lingkungan keluarga dan masyarakat yang tidak
mendukung tidak menyurutkan ibu Lee untuk tetap mendidiknya dengan benar. Sehingga saat ini
dikenal dengan masitro piano. Memberi i peluang bagi anak-anaknya sesuai dengan
kemampuannya, termasuk anak yang lahir dengan keterbatasan mental dan fisik tidak
menghalangi individu untuk berhasil secara optimal. Untuk mampu memahami not balok tidak
mudah, karena not yang di baca dan dipelajari Lee untuk digunakan oleh individu dengan jari
yang normal. Untuk itu, ibunya selalu membuat not yang dipahami oleh Lee dan selalu diulang-
ulang sampai Lee kadangkala prustrasi. Karena ibunya mendidiknya dengan disiplin. Ibunya
bukan hanya memperkenalkan pendidikan nonformal, pendidikan formal juga diikuti oleh Lee.
Harapan ibu yang harus diwujudkan dengan ketekunan yang luar biasa dari seorang ibu. Lee
mampu melakukan aktivitas seperti anak remaja seusianya, membersihkan dirinya, belanja,
mendengarkan musik kesukaannya. Setelah belasa tahun belajar dengan tidak mengenal lelah,
Lee berhasil mencapai puncaknya, setara dengan orang lain yang berada dengan kondisi normal .
Lee dan ibunya memberikan inspirasi yang sangat hebat, sehingga orang tua dengan anak
berkebutuhan dan kecerdasan yang terbatas atau lambat mampu berhasil asalkan ada kerja keras
dan berjuang untuk meraihnya.
Tahap perkembangan kognitif seperti yang dijelaskan Jean Piaget tidak dapat dilalui oleh Lee,
karena Lee memiliki kecerdasan yang terbatas dan kondisi fisik yang tidak terjadi sesuai dengan
tatanan normal pertumbuhan manusia. Kasih dan komitmen orangnya sangat berperan terhadap
prestasi yang dicapai Lee. Orangtua (Ibu) Lee yang tidak menerima begitu saja hasil pengujian
dari lingkungan terhadap putrinya.
Kondisi ini tentunya dipengaruhi oleh cara kerja otak manusia itu sendiri. Stimulus yang
diberikan untuk merangsang cara kerja otak sangat berpengaruh terhadap proses kerja dan
hasilnya. Dalam kehidupan sehari-hari sangat beragam contoh yang dapat diamati, di observasi
mengenai bekerja tidaknya kemampuan kognitif manusia sesuai dengan tahap dan perkembangan
dari individu itu sendiri. Seperti: anak-anak di TK berbagi makanan, orangtua di jalan di tolong
yang lebih muda, di bis atau kereta api yang lebih muda memberi tempat duduknya untuk yang
dianggap yang lebih tua dan masih banyak contoh lain yang dengan mudah dapat dipelajari. Cara
bekerja otak kiri dan otak kanan dalam ekspresi perilaku yang tergambar juga memberikan
informasi bagian mana dari individu tersebut yang berfungsi lebih dominan. Stimulus dan
rasangan dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam perilaku kehidupan selanjutnya.
BAB. IV
Proses perkembangan sosial idealnya dapat dilalui anak usia sekolah sesuai dengan tugas-tugas
perkembangan anak. Masingmasing tahap yang dilalui dapat dipastikan ada masa krisis.
Bagaimana lingkungan terdekat dan lingkungan ekternal dapat memberikan peluang bagi
perkembangan sosial. Kehidupan sosial mengalami perkembangan seiring dengan bertambahnya
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Setiap fase yang diliwati dapat dikatakan memiliki
kesulitannya masingmasing. Misalnya,masa pra sekolah adalah masa dimana anak memiliki rasa
ingintahu dan cenderung tidak paham bahaya yang dilami. Untuk itu, pendampingan dan latihan
memahami adanya perbedaan individu, kultur dan kondisi kehidupan keluarga ada baiknya
diperkenalkan sejak dini. Sehingga dalam proses sosial kehidupan, anak paham artinya
melakukan relasi dengan orang lain. Misalnya, jenjang remaja ditandai menonjolnya fungsi
intelektual dan emosional. Seseorang remaja dapat mengalami sikap hubungan sosial yang
bersifat tertutup sehubungan dengan masalah yang dialam remaja. Keadaan atau peristiwa ini
oleh Erik Erickson (dalam Lefton, 1982: 281) dinyatakan bahwa anak telah dapat mengalami
krisis identitas. Proses pembentukan identitas diri dan konsep diri seseorang adalah sesuatu yang
kompleks. Konsep diri anak tidak hanya terbentuk dari bagaimana anak percaya tentang
keberadaan dirinya sendiri, tetapi juga terbentuk dari bagaimana orang lain percaya tentang
keberadaan dirinya. Erickson mengemukakan bahwa perkembangan anak sampai jenjang
dewasa melalui 8 (delapan) tahap dan perkembangan remaja ini berada pada tahap keenam dan
ketujuh, yaitu masa anak ingin menentukan jati dirinya dan memilih kawan akrabnya. Sering kali
anak menemukan jai dirinya sesuai dengan atau berdasarkan pada situasi kehidupan yang mereka
alami. Banyak remaja yang amat percaya pada kelompok mereka dalam menemukan jati dirinya.
Dalam hal ini Erickson berpendapat bahwa penemuan jati diri seseorang didorong oleh pengaruh
sosio kultural.
Tidak seperti halnya pandangan Freud, kehidupan sosial remaja (pergaulan dengan sesama
remaja terutama dengan lawan jenis) didorong oleh dan berorientasi pada kepentingan seksual.
Semua perilaku sosial didorong oleh kepentingan seksual. Jati diri dapat dipastikan merupakan
cikal bakal warna kararter dari individu. Badudu (2019), menjelaskan bahwa kualitas karakter
ada 49 kualitas karakter, antara lain: baik hati, memehami apa yang terjadi di sekiatr, memahami
kebutuhan orang lain, melakukan pendekatan, mengenali dan menghindari kata-kata yang dapat
menimbulkan hal yang tidak diinginkan. Kualitas dalam bersosialisasi dalam kehidupan idealnya
memperhatikan beberapa karakter yang dapat mencerminkan kualitas karakter. Yang dapat
dipastikan hal ini tidak begitu saja terjadi dalam pribadi tiap orang. Pergaulan remaja banyak
diwujudkan dalam bentuk kelompokkelompok, baik kelompok kecil maupun kelompok besar.
Dalam menetapkan pilihan kelompok yang diikuti, didasari oleh berbagai pertimbangan, seperti
moral, sosial ekonomi, minat, dan kesamaan bakat dan kemampuan. Baik di dalam kelompok
kecil maupun kelompok besar, masalah yang umum dihadapi oleh remaja dan paling rumit
adalah faktor penyesuaian diri. Di dalam kelompok besar akan terjadi persaingan yang berat,
masing-masing individu bersaing untuk tampil menonjol, memperlihatkan akunya. Oleh karena
itu sering terjadi perpecahan dalam kelompok tersebut yang disebabkan oleh menonjolnya
kepentingan pribadi setiap orang. Tetapi sebaliknya di dalam kelompok itu terbentuk suatu
persatuan yang kokoh, yang diikat oleh norma kelompok yang telah disepakati.
BAB.V
Pergeseran nilai-nilai kehidupan yang semakin memudar, dapat membuat manusia secara umum
tidak paham bagaimana untuk dapat menentukan hidup dengan nilai dan norma yang berlaku
secara umum. Karena sebagaian mulai tidak menyadari yang namanya tanggung jawab moral.
Contohnya, jika menyontek dan melakukan plagiat dalam karya, dianggap tidak masalah. Atau
mengambil yang bukan bagiannya juga tidak masalah Model yang menjadi contoh dalam
kehidupan nyata semakin jarang yang sesuai dengan norma-norma yang diharapkan, akibatnya
kegelisahan dari para remja bisa tidak terbendung. Untuk itu, keluaga tetap saja menjadi tempat
yang utama dalam menanamkan nilai-nilai norma kehidupan yang berlangsung. Moral setiap
individu sangat dipengaruhi oleh adanya interaksi dengan keluarga, lingkungan serta peluang
belajar dari kehidupan bagaimana mengembangkan nilai-nilai dan norma kehidupan. Penolakan
dan perlakuan yang tidak adil dialami anak, dapat menimbulkan pergeseran akan norma
kehidupan. Sampai saat ini kedua teori moral tersebut masih relevan dengan kehidupan saat ini.
BAB VI.
Permasalahan yang dihadapi peserta didik tidak sesederhana yang diungkapkan dengan kata-kata.
Apalagi dengan situasi dan kondisi kehidupan di lingkungan yang sangat beragam dan kompleks.
Untuk permasalahan dalam perkembangan anak di lingkungan sekolah masing-masing,
penyelesaiannya tidak bisa digeneralisasi tetapi harus diperhatikan kasus per kasus. Mungkin
saja gejalanya sama, tampilan yang muncul ke permukaan sama, tetapi faktor penyebabnya
berbeda. Permasalahan peserta didik berkaitan dengan: motivasi belajar yang rendah, ada yang
terganggu pada masa perkembangan tertentu, sehingga berdampak bagi dirinya pribadi, tidak ada
dukungan orangtua karena ketidakpahaman orangtua mengenai pendidikan, ekonomi keluarga,
tidak nyaman mengikuti pendidikan di sekolah, tidak ada tempat bertanya jika ada kesulitan, atau
faktor-faktor lain dari luar yang berpengaruh terhadap siswa, misalnya lemahnya metode
mengajar guru, guru tidak menguasai materi, fasilitas yang minimal pun tidak tersedia dan
lainnya.
BAB I
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-
fungsi fisik yang berlansung secara normal pada anak yang sehat, dalam perjalanan waktu
tertentu pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan
tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara
berkesinambungan.Hasil pertumbuhan anatara lain berwujud bertambahnya ukuran-ukuran
kuantitatif badan anak, seperti panjang, berat dan kekuatannya. Begitupula pertumbuhan akan
mencakup perubahan yang makin sempurna tentang sistem jaringan saraf bdan perubahan-
perubahan struktur jasmani lainnya. Dengan demikian, pertumbuhan dapat juga diartikan
sebagai proses perubahan dan proses pematangan fisik.
Usia rata-rata anak Indonesia saat masuk sekolah dasar adalah 6 tahun dan selesai pada usia 12
tahun. Kalau mengacu pada pembagian tahapan perkembangan anak, berarti anak usia sekolah
berada dalam dua masa perkembangan, yaitu masa kanak-kanak tengah (6-9 tahun), dan masa
kanak-kanak akhir (10-12 tahun). Anak-anak usia sekolah ini memiliki karakteristik yang
berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Ia senang bermain, senang bergerak,
senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung.
Oleh sebab itu, guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur
permainan, mengusahakan siswa berpindah atau bergerak, bekerja atau belajar dalam kelompok,
serta memberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.
C. Prinsip-Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan ukuran dan struktur.
Tidak saja anak menjadi lebih besar secara fisik, tetapi ukuran dan struktur organ dalam otak
meningkat. Akibat adanya pertumbuhan otak, anak memiliki keinampuan yang lebih besar untuk
belajar, mengingat, dan berpikir.
Adapun perkembangan berkaitan dengan perubahan kuali-tatif dan kuantitatif yang merupakan
deretan progresif dari perubahan yang teratur dan koheren. Progresif menandai bahwa
perubahnya terarah, membimbing mereka maju, dan bukan mundur. Teratur dan koheren
menunjukkan adanya hubungan nyata antara perubahan yang sebelum dan sesudahnya.
Proses pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada individu manusia mengikuti prinsip-
prinsip yang berlaku secara umum, yaitu:
1.Tipe-tipe perubahan:
a. Perkembangan berlangsung dari hal-hal yang bersifat umum ke yang bersifat khusus.
b. Perkembangan itu berkesinambungan.
6. Terdapat tugas perkembangan dalam setiap periode Pada pembahasan ini akan diterangkan
tujuh prinsip perkembangan menurut Hurlock (1991). Prinsip-prinsip ini merupakan ciri mutlak
dari pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh seorang anak, ketujuh prinsip ini antara
lain:
a. Adanya Perubahan Manusia tidak pernah dalam keadaan statis, dia akan selalu berubah dan
mengalami perubahan mulai pertama pembuahan hingga kematian tiba. Perubahan ini dapat
menanjak, kemudian berada dititik puncak kemudian
mengalami kemunduran. Selama proses perkembangan seorang anak ada beberapa ciri
perubahan yang mencolok, yaitu:
perubahan mental. Perubahan mental meliputi: memori, penalaran, persepsi, dan imajinasi.
BAB 2
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN
Pengertian Perkembangan Fisik Perkembangan fisik atau yang disebut juga pertumbuhan
biologis (biological growth) merupakan salah satu aspek penting dan perkembangan individu.
Menurut Seifert dan Hoffnung, (1994), perkembangan fisik meliputi perubahan-perubahan dalam
tubuh (seperti: pertumbuhan otak, sistem saraf, organ-organ indrawi, pertambahan tinggi dan
berat, hormon, dan lain-lain), dan perubahan-perubahan dalam cara-cara individu dalam
menggunakan tubuhnya (seperti perkembangan keterampilan motorik dan perkembangan
seksual), serta perubahan dalam kernampuan fisik (seperti penurunan fungsi jantung,
penglihatan dan sebagainya).
B. Karateristik Perkembangan Fisik Peserta Didik
Sampai dengan usia sekitar 6 tahun terlihat bahwa badan anak bagian atas berkembang lebih
lambat daripada bagian bawah. Anggota-anggota badan relatif masih pendek, kepala dan perut
relatif masih besar. Selama masa akhir anakanak tinggi bertumbuh sekitar 5 hingga 6% dan berat
bertambah sekitar 10 % setiap tahun. Pada usia 6 tahun tinggi rata-rata anak adalah 46 inci
dengan berat 22,5 kg. Kemudian pada usia 12 tahun tinggi anak mencapai 60 inci dan berat 40
hingga 42,5 kg (Conger & Kagan, 1969).
Jadi, pada masa ini peningkatan berat badan anak lebih banyak daripada panjang badannya.
Kaki dan tangan menjadi lebih panjang, dada dan panggul lebih besar. Peningkatan berat bedan
anak selama masa ini terjadi terutama karena bertambahnya ukuran sistem rangka dan otot, serta
ukuran beberapa organ tubuh. Pada saat yang sarna, massa dan kekuatan otot-otot secara
berangsur-angsur bertambah dan gemuk bayi (baby fat) berkurang. Pertambahan kekuatan otot
ini adalah karena faktor keturunan dan latihan (olahraga). Karena perbedaan jumlah sel-sel otot,
maka umumnya anak laki-laki lebih kuat daripada anak perempuan (Santrock, 1995).
Seiring dengan bertambahnya usia anak, proses pembelajaran seharusnya lebih mendorong anak
untuk mencari dan meneliti apa yang dikehendakinya, baik di museum, rumah dan sekolah, di
buku-buku, majalah dan gambar, serta di clam sekitarnya, sehingga ia memperoleh apa yang
dikehendakinya. Pembelajaran seperti ini akan mendorong anak berpikir, mengamati,
merenungkan dan menemukan secara kreatif. Sebaliknya, proses pembelajaran harus jauh dari
upaya menjejalkan pengetahuan ke dalam otak anak. Penjejalan pengetahuan secara berlebihan
justru akan mengganggu pemahaman dan melelahkan otak anak. Menjejali otak anak dengan
sejumlah besar informasi dan pengetahuan malah akan mematikan kecerdasan. "Otak adalah
mata air yang seharusnya dialirkan secara berangsur-angsur, bukan wadah yang harus langsung
diisi penuh", demikian kata Gabriel Camyer. Bahkan Mahmud Mandi Al-Istanbuli (2006)
mengatakan: "otak yang bagus bukanlah otak yang penuh sesak, tetapi otak yang sehat". Oleh
karena itu, pendidikan seharusnya merupakan upaya mengembangkan segala potensi anak,
melatih pengamatan dan pengambilan keputusan, merangsang pemikiran dan imajinasi,
memperdalam pemahaman dan memperkuat konsentrasi.
BAB 3
perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan
dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan
bagaimana individu mempelajari dan mernikirkan lingkungannya. Untuk memberikan
pemahaman yang lebih utuh tentang perkembangan kognitif ini.
Kognitif atau pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi untuk menjelaskan
semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan
informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan
merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana
individu mempelajari, memperhatikan, mengarnati, membayangkan, memperkirakan, menilai,
dan memikirkan lingkungannya.
BAB 4
A. Emosi
Emosi merupakan suatu keadaan pada diri organisme ataupun individu pada suatu waktu tertentu
yang diwarnai dengan adanya gradasi afektif mulai dari tingkatan yang lemah sampai pada
tingkat-an yang kuat (mendalam), seperti tidak terlalu kecewa dan sangat kecewa. Berbagai
emosi dapat muncul dalam diri seperti sedih, gembi-ra, kecewa, benci, cinta, marah. Sebutan
yang diberikan pada emosi tersebut akan mempengaruhi bagaimana anak berpikir dan bertindak
mengenai perasaan tersebut.
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi anak-anak
Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka
bergantung pada kematangan dan belajar (Hurlock, 1960: 266). Reaksi emosional yang tidak
muncul pada awal kehidupan tidak berarti tidak ada, reaksi ini mungkin. akan muncul di
kemudian hari, dengan berfungsinya sistem endokrin. Kematangan dan belajar terjalin erat satu
sama dalam mempengaruhi perkembangan emosi.
B. Perasaan
Menurut Chaplin (1972), yang dimaksud dengan
perasaan adalah keadaan atau state individu sebagai akibat dari persepsi seba-gai akibat stimulus
baik internal maupun eksternal. Adapun emosi merupakan reaksi yang kompleks yang
mengandung aktivitas dengan derajat yang tinggi dan adanya perubahan dalam kejasmanian
serta berkaitan dengan perasaan yang lebih kuat. Karena itu emosi lebih intens daripada perasaan,
dan sering terjadi perubahan perilaku, hubungan dengan lingkungan kadang-kadang terganggu.
Apa yang dimaksud dengan perasaan telah dikemukakan di depan.
C. MINAT
Minat ialah suatu dorongan yang menyebabkan terikatnya per-hatian individu pada objek
tertentu seperti pekerjaan, pelajaran, benda, dan orang. Minat berhubungan dengan aspek
kognitif, afektif, dan motorik dan merupakan sumber motivasi untuk melakukan apa yang
diinginkan. Minat berhubungan dengan sesuatu yang menguntungkan dan dapat menimbulkan
kepuasan bagi dirinya. Kesenangan merupakan minat yang sifatnya sementara Adapun minat
bersifat tetap (persis-tent) dan ada unsur memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan.
D.MOTIVASI
Adapun motivasi ada yang bersifat internal dan eksternal. Motivasi yang sifatnya eksternal
terkait dengan pengaruh atau eksistensi orang lain di luar diri individu, misalnya pengaruh dari
orang tua, guru, teman yang dapat mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu. Motivasi
merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan.
Dengan demikian, dapat dikemukakan motivasi mempunyai tiga aspek, yaitu (1) keadaan
terdorong dalam diri organisme, yaitu kesiapan bergerak karena kebutuhan misalnya kebutuhan
jasmani, karena keadaan lingkungan, atau karena keadaan mental seperti berpikir dan ingatan; (2)
perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan ini; dan (3) sasaran atau tu-juan yang dituju
oleh perilaku tersebut.
E.SIKAP
Sikap merupakan kesiapan atau keadaan siap untuk timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku.
Sikap juga merupakan organisasi keyakinan-keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi
yang relatif ajek, yang memberi dasar kepada orang untuk membuat respons dalam cara tertentu.
Sikap merupakan penentu dalam tingkah laku manusia, sebagai reaksi sikap selalu berhubungan
dengan dua hal yaitu 'like' atau 'dislike' (senang atau tidak senang, suka atau tidak suka).
Mengacu pada adanya faktor perbedaan individu (pengalaman, latar belakang, pendidikan, dan
kecerdasan), maka reaksi yang dimunculkan terhadap satu objek tertentu akan berbeda pada
setiap orang.
Istilah kepribadian atau personality berasal dari bahasa Latin persona yang berarti topeng.
Menurut Al1port (Hurlock, 1978), kepribadian merupakan susunan sistem psikofisik yang
dinamis dalam diri individu yang unik dan mempengaruhi penyesuaian dirinya terhadap
lingkungan. Kepribadian juga merupakan kualitas perilaku individu yang tampak dalam
melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungannya secara unik. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepribadian antara lain: fisik, inteligensi, jenis kelamin, teman sebaya, keluarga,
kebudayaan, lingkungan dan sosial budaya, serta faktor internaldari dalam diri individu seperti
tekanan emosional.
Ciri-ciri kepribadian yang sehat antara lain:
1. Mandiri dalam berpikir dan bertindak.
2. Mampu menjalin relasi sosial yang sehat dengan sesamanya.
3. Mampu menerima diri sendiri dan orang lain sebagaimana apa adanya.
4. Dapat menerima dan melaksanakan tanggung jawab yang dipercayakan.
BAB 5
ASPEK-ASPEK PENDUKUNG BAGI PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK
A.Motivasi Belajar
Motivasi digolongkan dua jenis yaitu intrinsik dan ekstrinsik.Motivasi intrinsik, yaitu motivasi
yang lahir dari dalam diri manusia yang berupa dorongan yang kuat yang keluar dari dalam
dirinya dan mernberikan suatu kemampuan untuk melakukan pekerjaan tanpa adanya suatu
kepaksaan. Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang tumbuh karena adanya dorongan dari luar
yang diberikan oleh orang tua, guru, dan juga masyarakat. Motivasi ini cenderung dialami oleh
anak-anak karena mereka sangat membutuhkan bimbingan dari luar, sehingga peranan orang tua
guru sangat pentmg untuk kemajuan anak. Kedua jenis motivasi tersebut sangat bertolak
belakang. Akan tetapi, dengan mengetahui jenis-jenis motivasi orang tua dan guru tidak akan
salah menerapkan motivasi anak-anak mereka.
B. AGRESIVITAS
Definisi ini mengimplikasikan bahwa agresi didasari oleh maksud untuk merugikan
orang/korban, meskipun hal ini sulit untuk Oleh karena itu, kita harus diyakinkan secara rasional
sebelum mengatakan suatu tindakan agresif. Kita rnengenal beberapa macam agresif: agresif
secara fisik atau verbal (menyakiti secara fisik atau menyerang dengan kata-kata); aktif atau
pasif (kegiatan yang bermaksud jahat dan kegagalan untuk memainkan peran); langsung atau
tidak langsung (agresi secara berhadap-hadapan atau tidak).
C. TEORI BELAJAR
Belajar adalah sebuah aktivitas yang dilakukan oleh manusia untuk menambah pengetahuan
yang ada dalam dunia dengan suatu pengalaman yang sangat berarti dan memiliki makna yang
tinggi. Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan yang dilakukan oleh manusia.
Belajar bagi anak usia prasekolah merupakan pekerjaan yang sangat melelahkan karena bagi
mereka belajar merupakan sebuah monster. Untuk meningkatkan motivasi belajar anak, orang
tua dan guru harus memberi dukungan dan motivasi yang sangat berguna. Belajar memiliki
manfaat besar bagi anak untuk meningkatkan mutu pendidikan yang dijalaninya selama ini.
Dengan belajar kemungkinan besar anak akan mendapatkan suatu pelajaran baru dari apa yang
dia pelajari. Manfaat belajar ini sangat membantu anak untuk lebih maju dan berkembang.
D.KECERDASAN INTELEKTUAL
Kecerdasan merupakan kemampuan untuk melihat suatu pola dan menggambarkan hubungan
antara pola di masa lalu dan pengetahuan di masa depan. Kecerdasan yang sering diasah akan
menjadikan seseorang semakin bertambah kecerdasannya. Jadi, kecerdasan tak muncul saja
tetapi harus melalui pendidikan. itu sebabnya, peran lingkungan, baik di rumah dan sekolah
sangat besar. Tentu saja meningkatkan kecerdasannya tidak hanya dari satu aspek, tetapi secara
keseluruhan.
BAB 6
PERMASALAHAN DAN BIMBINGAN BAGI ANAK
Kemampuan kognitif anak harus dikernbangkan secara optimal karena menyangkut kemampuan
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari anak. Namun dalam perkembangannya,
ditemukan kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak di antaranya: anak sulit mengerti bila
dijelaskan tentang sesuatu, lambat dalam mengerjakan sesuatu, atau keliru dalam menyelesaikan
suatu persoalan, sulit berkonsentrasi. Permasalahan kognitif qdapat pula menyangkut inteligensi
rendah yang disebut dengan retardasi men-tal (lemah mental)
3.Permasalahan datam Perkembangan Bahasa Kemampuan berbahasa merupakan aspek penting
yang perlu dikuasai anak, tapi tidak semua anak mampu menguasai kemampuan ini.
Ketidakmampuan anak berkomunikasi secara baik karena keterbatasan kemampuan menangkap
pembicaraan anak lain atau tidak mampu menjawab dengan benar. Selain itu, masalah
perkembangan bahasa terkait dengan terbatasnya perbendaharaan kata anak, gangguan artikulasi
seperti sulit mengucapkan huruf r, sy, I, f, z, s, atau c.
4.Permasalahan dalam Perkembangan Sosial Kemampuan bersosial adalah satu kemampuan lain
yang harus dikuasai anak, karena anak akan berinteraksi dengan orang lain. Tetapi tidak semua
anak mampu bersosialisasi. Beberapa masalah sosial yang sering dialami anak adalah: anak ingin
menang sendiri, sok berkuasa, tidak mau menunggu giliran bila sedang bermain bersama, selalu
ingin diperhatikan atau memilih-milih teman, agresif dengan cara menyerang orang atau anak
lain. merebut mainan atau barang orang lain, merusak barang teman lain dan ketidakmampuan
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.
5. Permasalahan dalam Perkembangan Emosi Pada umumnya anak kecil lebih emosional
daripada orang dewasa karena pada usia ini anak masih relatif muda dan belum dapat
mengendalikan emosinya. Ekspresi emosi pada anak mudah berubah dengan cepat dari satu
bentuk ekspresi ke bentuk ekspresi emosi yang lain. Rangsangan yang sering membangkitkan
emosi anak adalah keinginan sang tidak terpenuhi, dengan cara mengungkapkan ekspresi yang
tidak terkendali. Beberapa masalah dalam perkembangan emosi anak yang sering ditemukan
adalah: perasaan takut, perasaan cemas, perasaan sedih, marah yang berlebihan, iri hati, cemberu
dan mudah tersinggung.
Lamban belajar (slow learner) adalah anak awah normal. Keterlambatan berbicara jika
dibandingkan anak seusianya.Terdapat beberapa indikator yang dapat dijadikan patokan bahwa
seorang anak mengalami lamban belajar yaitu: kesulitan dalam pengucapan kata; kemampuan
penguasaan jumlah kata yang minim; tidak mampu menemukan katayang sesuai untuk suatu
kalimat; kesulitan untuk mempelajari dan mengenali angka, huruf, dan nama- nama hari dalam
seminggu; kegelisahan yang sangat ekstrem dan mudah teralih perhatiannya; kesulitan
berinteraksi dengan anak seusianya; menunjukkan kesulitan dalam mengikuti suatu petunjuk atau
rutinitas tertentu; menghindari permainan 'puzzles; menghindari pelajaran menggambar atau
prakarya tertentu seperti menggunting; mempunyai kemampuan daya ingat yang buruk; selalu
membuat kesalahan yang konsisten dalam mengeja dan membaca, misalnya huruf b dibaca d,
huruf m dibaca w; lambat untuk mempelajari hubungan antara huruf dengan bunyi
pengucapannya; ketidakstabilan dalam menggenggam pensil/pen; sulit dalam mempelajari
keterampilan baru, terutama yang membutuhkan kemampuan daya ingat yang baik; sulit
konsentrasi; sering melakukan pelanggaran, baik di sekolah maupun di rumah; tidak mampu
merencanakan kegiatan sehari-harinya; problem emosional seperti mengasingkan diri, pemurung,
mudah tersinggung atau acuh terhadap lingkungannya, menolak bersekolah.
e. Biasanya disertai gangguan belajar yang lain. Kebanyakan terdeteksi ketika berada di kelas 2
dan 3 SD (6-8 th).
Terkait dengan permasalahan anak, berikut beberapa bentuk bimbingan yang dapat dilakukan,
baik oleh guru maupun orang tua dalarn membantu mengatasi permasalahan anak.
1.Periksalah Tidak semua tingkah laku yang bermasalah digolongkan gangguan. Oleh karena itu,
Anda perlu menambah pengetahuan tentang gangguan rnengenai perkembangan dan jenis
gangguan anak.
2. Pahamilah Untuk bisa menangani anak yang mengalami gangguan, ada baiknya pula keluarga
mengikuti support group dan parenting skill-training. Tujuannya agar bisa lebih memahami sikap
dan perilaku anak, serta apa yang dibutuhkan anak, baik secara psikologis, kognitif (intelektual)
maupun fisiologis.
3.Telatenlah Dibutuhkan ketelatenan dan kesabaran untuk menghadapi anak yang memiliki
gangguan psikologis.
4. Bangkitkanlah kepercayaan dirinyaJika mampu, ini juga bisa dipelajari, gunakan teknikteknik
pengelolaan perilaku. Seperti menggunakan penguat positif. Misalnya memberikan pujian bila
anak makan dengan tertib atau berhasil melakukan sesuatu dengan benar, memberikan disiplin
yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak. Tujuannya untuk meningkatkan rasa
percaya diri anak.
5. Kenali arah minatnya Jika dia bergerak terus, jangan panik, ikutkan saja, dan catat baik-baik
kemana tujuan dari keaktifannya. Jangan dilarang semuanya, jangan dilarang semuanya nanti dia
frustasi. Yang paling penting adalah mengenali bakat atau kecenderungan perhatian secara dini
6.Meminimalisir stimulasi yang dapat mengacaukan pikiran dan konsentrasi upayakan tenang
terkendali, gangguan dari luar minim; menggunakan media penanganan yang menarik sesuai
dengan minat anak; mengajarkan strategi meningkatkan memori; mnemonic, kata kunci, peta
pikiran dan insight.
Menjauhkan benda berbahaya/tajam, lingkungan fisik nyaman, memfasilitasi anak yang normal
untuk menjadi role model; mempertahankan kontak mata, memberikan pekerjaan yang
menantang, memastikan adanya sisi menarik pengajaran; menyederhanakan instruksi,
memperjelas instruksi, menjelaskan tujuan/target dengan jelas, memberi contoh; monitoring
perlu dilakukan untuk memberi masukan pada penanganan lebih lanjut.
BAB III
PEMBAHASAN
1. Pembahasan materi dalam buku utama ini sudah baik dan cukup jelas
3. Penjelasan materi yang dibahas dalam buku ini juga menggunakan bahasa yang mudah untuk
dimengerti.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses perkembangan sosial idealnya dapat dilalui anak usia sekolah sesuai dengan tugas-
tugas perkembangan anak. Masingmasing tahap yang dilalui dapat dipastikan ada masa
krisis. Bagaimana lingkungan terdekat dan lingkungan ekternal dapat memberikan
peluang bagi perkembangan sosial. Kehidupan sosial mengalami perkembangan seiring
dengan bertambahnya pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Setiap fase yang
diliwati dapat dikatakan memiliki kesulitannya masingmasing.
Pergeseran nilai-nilai kehidupan yang semakin memudar, dapat membuat manusia secara
umum tidak paham bagaimana untuk dapat menentukan hidup dengan nilai dan norma
yang berlaku secara umum. Karena sebagaian mulai tidak menyadari yang namanya
tanggung jawab moral. Contohnya, jika menyontek dan melakukan plagiat dalam karya,
dianggap tidak masalah. Atau mengambil yang bukan bagiannya juga tidak masalah
Model yang menjadi contoh dalam kehidupan nyata semakin jarang yang sesuai dengan
norma-norma yang diharapkan, akibatnya kegelisahan dari para remja bisa tidak
terbendung. Untuk itu, keluaga tetap saja menjadi tempat yang utama dalam
menanamkan nilai-nilai norma kehidupan yang berlangsung. Moral setiap individu sangat
dipengaruhi oleh adanya interaksi dengan keluarga, lingkungan serta peluang belajar dari
kehidupan bagaimana mengembangkan nilai-nilai dan norma kehidupan. Penolakan dan
perlakuan yang tidak adil dialami anak, dapat menimbulkan pergeseran akan norma
kehidupan. Sampai saat ini kedua teori moral tersebut masih relevan dengan kehidupan
saat ini.
Permasalahan yang dihadapi peserta didik tidak sesederhana yang diungkapkan dengan
kata-kata. Apalagi dengan situasi dan kondisi kehidupan di lingkungan yang sangat
beragam dan kompleks. Untuk permasalahan dalam perkembangan anak di lingkungan
sekolah masing-masing, penyelesaiannya tidak bisa digeneralisasi tetapi harus
diperhatikan kasus per kasus. Mungkin saja gejalanya sama, tampilan yang muncul ke
permukaan sama, tetapi faktor penyebabnya berbeda. Permasalahan peserta didik
berkaitan dengan: motivasi belajar yang rendah, ada yang terganggu pada masa
perkembangan tertentu, sehingga berdampak bagi dirinya pribadi, tidak ada dukungan
orangtua karena ketidakpahaman orangtua mengenai pendidikan, ekonomi keluarga, tidak
nyaman mengikuti pendidikan di sekolah, tidak ada tempat bertanya jika ada kesulitan,
atau faktor-faktor lain dari luar yang berpengaruh terhadap siswa, misalnya lemahnya
metode mengajar guru, guru tidak menguasai materi, fasilitas yang minimal pun tidak
tersedia dan lainnya.
B. Saran
Kepada mahasiswa atau para pembaca penulis ingin agar kita lebih kiat lagi dalam membaca
buku-buku, terkhusus buku mengenai ilmu pengetahuan untuk menciptakan pemikiran yang
maju, terbuka dan berwawasan luas serta berpandangan kedepan.
DAFTAR PUSTAKA
Diba, Fara dan Nurul Muttaqien.2019. Perkembangan Peserta Didik. Tangerang Selatan :
Pustaka Pedia
“CRITICAL JURNAL REVIEW”
Disusun oleh :
NIM : 3223131021
2022
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Pemilihan Jurnal ..................................................................................... 1
B. Tujuan Riview Jurnal ....................................................................................................... 1
C. Manfaat Riview Jurnal ..................................................................................................... 1
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Pada makalah ini penulis ingin mereview 2 jurnal yang berkaitan dengan Perkembangan Peserta
Didik . Adapun judul dari jurnal yang penulis pilih yaitu Perkembangan Kognitif Peserta Didik
dan Implementasi dalam Kegiatan Pembelajaran dengan Perkembangan Tingkat Kognitif
Peserts Didik di Kota Metro sebagai Penulis ingin membandingkan kedua jurnal ini, baik dari
segi isi serta kelebihan dan kekurangan kedua jurnal ini.
RINGKASAN JURNAL
A. Identitas Jurnal
1. Jurnal Utama
a. Judul Jurnal :PERKEMBANGAN KOGNITIF PESERTA DIDIK DAN
IMPLEMENTASI DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
B. Pendahuluan
1. Jurnal utama
Pendidikan selayaknya aktivitas merupakan usaha yang dilakukan dengan sadar dirancang untu
membantu seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan ilmu pengetahuan,
pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup yang bersifat manual individual dan
sosial. Untuk mendukung tercapainya pemahaman pengetahuan disekolah atau lingkungan,
maka dibutuhan pemahaman tentang perkembanan kognitif anak. Istilah kognitif merujuk kepada
aktivitas mental seperti berpikir, bernalar, mengingat, hingga kemampuan pemecahkan masalah
(Mardianto, 2019). Oleh karenanya, kemampuan kognitif menjadi salah satu aspek penting
dalam mengembangkan potensi peserta didik. Dengan demikian tugas utama seorang pendidik
dalam perkembangan kognitif tersebut adalah membimbing perkembangan itu pada tiap
tingkatannya atau fase-fasenya serta memiliki pemahaman yang luas tentang perkembangan
kognitif. Perkembangan kognitif yang baik akan menentukan kemampuan peserta didik dalam
memproleh makna dan pengetahuan dari penglaman serta informasi yang didapatkannya baik di
sekolah atau di lingkungannya.
2. Jurnal pembanding
Salah satu mata pelajaran yang mengembangkan dua kompetensi tersebut adalah mata pelajaran
biologi untuk SMA, IPA untuk SD dan SMP. Menurut data kumpulan skripsi Pendidikan Biologi
tahun 2014-2017 di Fakultas Kejuruan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Metro
(UM Metro), permasalahanpermasalahan yang terjadi pada beberapa latar belakang masalah
disebabkan oleh metode pembelajaran yang diterapkan guruguru kurang tepat, media dan sumber
belajar yang kurang memadai. Dalam membantu merealisasikan keterlaksanaan K-13 revisi
2016, maka guru menjadi patokan utama untuk dapat mendesain pembelajaran seefektif mungkin.
Diperlukan pemahaman dan kreativitas yang tinggi agar desain pembelajaran terbentuk dengan
baik. Salah satu modal utama guru untuk mendesain perangkat pembelajaran adalah pada saat
kuliah, mahasiswa atau calon guru biasanya dibekali dengan mata kuliah pendidikan dan
pembelajaran, salah satunya mata kuliah desain pembelajaran. Pada mata kuliah tersebut,
mahasiswa akan mengembangkan perangkat pembelajaran, seperti pengembangan Kompetensi
Dasar (KD) menjadi Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) pengembangan bahan ajar,
pengembangan media pembelajaran, pengembangan strategi dan metode pembelajaran, dan
pengembangan instrumen evaluasi. KD yang dikembangkan berupa kompetensi kognitif dan
psikomotorik. Terkait dengan kedua kompetensi tersebut, maka sebelum membuat desain
pembelajaran, mahasiswa harus menguasai tahap perkembangan kognitif dan psikomotorik
peserta didik sesuai dengan jenjangnya. Menurut teori Piaget, memahami tahap-tahap
perkembangan kognitif menjadi acuan dalam mengintegrasikan tingkah laku siswa dan
mengembangkan rencana pembelajaran (Desmita, 2012), maka pada mata kuliah Perkembangan
Peserta Didik, mahasiswa melakukan pengamatan observasi langsung ke sekolah untuk
mengamati perkembangan peserta didik tersebut. Tujuan dari penelitianbkualitatif ini adalah
mendapatkan data perkembangan peserta didik ranah kognitif yang ada di sekolah TK, SD, SMP,
dan SMA, yang akan disesuaikan dengan tahap perkembangan peserta didik yang ideal sesuai
dengan jenjangnya berdasarkan teoriteori perkembangan peserta didik ranah kognitif.
C. Ringkasan Jurnal
1. Jurnal Utama
Perkembangan kognitif sendiri menjadi salah satu bagian terpenting dari proses perkembangan
peserta didik. Kognitif merupakan istilah yang berasal dari kata cognition yang memiliki arti
mengetahui. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui konsep dasar perkembangan kognitif
pada anak menurut beberapa teori yaitu teori Jean Piaget, Jerome Brunner, Ausuble, dan
Vygotsky. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data bersifat studi Pustaka atau
library research. Artinya dalam kajian ini peneliti mengumpulkan data melalui literatur tertulis
atau sumber-sumber informasi dan berbagai data lainnya yang dapat menunjang penulisan artikel
ini didalam kepustakaan. Penelitian ini memfokuskan pada implementasi perkembangan kognitif
Jean Piaget dalam kegiatan pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi
dari teori Piaget dapat membantu para pendidik untuk memahami tahap dan karakteristik
perkembangan kognitif peserta didik, yaitu dalam hal menentukan taraf kognitif dan memilih
strategi pembelajaran yang sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik.
B. Jurnal pembanding
Metode pembelajaran seharusnya sesuai dengan perkembangan kognitif peserta didik dan sesuai
dengan kurikulum yang sedang diterapkan. Menurut data kumpulan skripsi Pendidikan Biologi
tahun 2014-2017 di Fakultas Kejuruan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Metro,
permasalahan-permasalahan yang terjadi pada beberapa latar belakang masalah disebabkan oleh
metode pembelajaran yang digunakan guru kurang tepat, sehingga mengakibatkan hasil belajar
yang kurang sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minumum (KKM). Salah satu penyebabnya
adalah karena metode yang digunakan kurang mengoptimalkan daya berpikir peserta didik yang
sesuai dengan usianya. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan data perkembangan
peserta didik ranah kognitif yang ada di sekolah TK, SD, SMP, dan SMA yang akan disesuaikan
dengan tahap perkembangan peserta didik yang ideal sesuai dengan jenjangnya berdasarkan teori
perkembangan peserta didik ranah kognitif. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
Subjek penelitian ini adalah peserta didik jenjang TK sampai SMA yang Kota Metro. Teknik
pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan wawancara. Penelitian ini menghasilkan
rata-rata total perkembangan kognitif peserta didik di semua jenjang sudah mencapai kriteria
sangat kuat (81%-100%), yang berarti perkembangan kognitif peserta didik yang ada di wilayah
Kota Metro dari jenjang TK, SD, SMP, SMA sudah sesuai dengan perkembangan kognitif ideal
yang dikemukakan oleh teori Piaget.
D. Metode Penelitian
1. Jurnal Utama
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data bersifat studi Pustaka atau library
research. Artinya dalam kajian ini peneliti mengumpulkan data melalui literatur tertulis atau
sumber-sumber informasi dan berbagai data lainnya yang dapat menunjang penulisan artikel ini
didalam kepustakaan. Sumber utama data diambil teori-teori di buku, artikel jurnal, paper, atau
karya ilmiah lainnya yang sesuai dengan kebutuhan penulis. Adapun dalam penulisannya
menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu mengelaborasikan teori-teori yang sudah
diketahui menjadi penjabaran baru yang lebih ringkas dan dimengerti.
2. Jurnal pembanding
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini adalah peserta
didik jenjang TK, SD, SMP, SMA yang ada Kota Metro. Objek pengamatan penelitian ini adalah
pengamatan perkembangan kognitif peserta didik. Prosedur penelitian ini memiliki 3 tahapan,
yang pertama, mempersiapkan petunjuk kerja berupa modul untuk observer.Observer adalah
mahasiswa FKIP pendidikan biologi UM Metro yang sedang mengambil mata kuliah
perkembangan peserta didik. Modul tersebut sudah berisi kajian materi mengenai perkembangan
kognitif peserta didik setiap jenjang, indikator pengamatan kompetensi kognitif setiap jenjang,
dan instrumen pengambilan data berupa lembar observasi dilengkapi wawancara. Setelah
mahasiswa memahami modul tersebut, maka akan dilakukan tahapan kedua, yaitu tahapan
pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan kurang lebih selama 3 minggu. Untuk
mendapatkan deskripsi data minimal 3 data deskripsi atau 3 kali observasi dan wawancara di luar
observasi. Tahapan ketiga, teknik pengelolahan deskripsi data yang didapatkan. Data mentah
hasil observasi mahasiswa akan diplotkan ke dalam tabel pengamatan per-jenjang yang
kemudian akan diolah untuk menyesuaikan dengan teori perkembangan peserta didik yang
ideal.Hasil deskripsi pengamatan kemudian dimasukkan dalam skala penilaian dan direkapitulasi
ke dalam persentase kriteria penilaian.
E. Hasil Penelitian
1. Jurnal Utama
Proses perkembangan konitif individu adalah mengikuti pola dan tahaptahap perkembangan
tertentu sesuai dengan umurnya. Terutama dalam hal belajar akan lebih berhasil jika disesuaikan
dengan tahap perkembangan kognitif perserta didik. Di sekolah guru dapat memberikan banyak
interaksi yang bersifat merangsang peserta didik agar aktif dalam berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya.
Brunner mengusung teori discovery learning yaitu dalam kegiatan belajar akan berjalan dengan
maksimal dan kreatif jika peserta didik dapat menemukan sendiri suatu aturan atau memproses
sendiri informasi yang diterimanya. Menurut Brunner perkembangan kognitif peserta didik
sangat dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan terkhusus bahasa yang digunakan dalam
kehiduannya. Perkembangan bahasa disini memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan
kognitif. Sehingga dapat disimpulkan dari pemaparan teori Brunner bahwa, perkembangan
kognitif peserta didik dapat didukung dengan menciptakan situasi agar peserta didik dapat
belajar secara mandiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk menemukan struktur konsep,
teori, atau pemahaman yang telah dipelajarinya.
Berikut merupakan gambaran tentang kedua tahap perkembangan kognitif anak dan implikasinya
terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas.
1. Perkembangan kognitif anak usia 7 tahun (kelas I SD) Pada dasarnya daya kognitif yang
dimiliki anak berumur 7 tahun masih terbatas pada pengetahuan dan pemahaman yang sederhana
walaupun diusia ini sudah memasuki tahap operasional konkret. Jika dianalogikan dengan teori
Taksonomi Bloom, tahapan ini merupakan tahap permulaan yaitu C1 (mengingat) dan awal
tahap C2 (memahami) (Nuryati & Darsinah, 2021). Untuk implementasinya guru harus membuat
pembelajaran yang menarik dan kontekstual yang dapat dikaitkan dengan kenyataan yang biasa
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya ketika belajar mengenalkan kosakata guru
sebaiknya menampakkan obyek nyatanya agar anak tidak mengkhayalkan benda yang dimaksud.
Atau ketika pembelajaran matematika, cara mengenalkan metode berhitung harus menggunakan
alat bantu seperti sempoa benda yang konkret (lidi, batu, daun, dll) atau menggunakan jari
tangan sehingga konsep siswa dalam berhitung tidak abstrak. Diusia ini juga sudah bisa
mengenalkan simbol, lambing, warna, atau bangun datar yang dapat dikenali dari benda
dilingkungannya.Guru juga harus aware dengan psikologi belajar anak diusia tersebut yang mana
dunia bermainnya masih dominan. Anak diusia 6-7 tahun tidak bisa diberikan pembelajaran yang
intens karena berpikir akan membuat mereka cepat merasa lelah. Sehingga seorang pendidik
dalam mendesain rancangan pembelajaran itu harus kreatif dan interaktif yang memiliki konsep
belajar sambil bermain, misalnya belajar sambil bernyanyi, bermain peran, dll.
2. Perkembangan kognitif anak usia 8 tahun (kelas II SD/MI).
Untuk metode pembelajaran yang dilakukan masih sama dengan tahapan sebelumnya yaitu harus
kontekstual dan menyajikan obyeknya secara nyata. Namun sesekali pendidik dapat mengajak
anak keluar ruangan dan belajar dengan alam. Jadi pada dasarnya, diusia ini guru bisa mencoba
untuk menerapkan belajar secara formal tetapi masih menyenangkan bagi anak.
Untuk metode pembelajarannya, pendidik atau guru dapat menerapkan system diskusi kelompok
yang pastinya masih perlu untuk diawasi oleh guru pelaksanaannya. Selain karena siswa itu
masih perlu beradaptasi dengan metode pembelajaran baru, mereka juga masih sangat aktif
dalam mencari kesenangannya sendiri sehingga ketika siswa sudah merasakan jenuh maka
mereka bisa menyebabkan kericuhan ketika proses pembelajaran. Kemudian guru juga bisa
melakukan percobaan mengenai materi yang telah dipelajari dengan siswa sehingga mereka
merasakan secara langsung dan mendapatkan ingatan yang kuat tentang materi itu. Pada
umumnya anak di usia 8-9 tahun bisa focus dalam mengikuti pembelajaran 3-4 jam secara total
dalam sehari.
Selanjutnya metode pembelajaran kooperatif sudah dapat diterapkan pada usia ini. Pembelajaran
kooperatif dapat memberikan kesempatan pada anak untuk menyampaikan informasi atau hasil
kerja yang telah kelompoknya diskusikan kepada kelompok lain. Kegiatan sharing pendapat akan
membiasakan anak untuk mendengarkan dan menghargai pendapat temannya yang lain
(Suliswono, 2018). Kemudian pembelajaran kooperatif bisa menumbuhkan rasa confident atau
percaya diri dalam menyampaikan pendapat dan bertukar pikiran dalam memecahkan masalah.
5. Perkembangan kognitif anak usia 11 – 12 tahun (kelas V-VI SD/MI)
Pada tahapan ini anak sudah mampu berpikir kritis dan sistematis dapat diajarkan dengan metode
student center (Dian Andesta Bujuri, 2018), misalnya model Inquiry Learning, Kontruktivisme,
Problem Based Learning (PBL), Discovery Learning, dll. Anak direntang usia ini sudah mampu
menciptakan hal yang baru dengan didasari pengetahuan yang mereka dapatkan sebelumnya
seperti membuat teks cerita, pidato, kerajinan tangan, dan lainnya. Untuk bidang matematika,
mereka sudah dapat membuat konsep sesuai pemahamannya dan dapat menyelesaikan soal
dengan caranya sendiri.
B. Jurnal Pembanding
Tahapan perkembangan kognitif peserta didik usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) 12-15
tahun, disebut oleh teori Piaget tahap operasi formal, dimana mereka mengembangkan alat baru
untuk memanipulasi informasi, bisa berpikir abstrak, deduktif, dan induktif, dapat
mempertimbangkan kemungkinan masa depan, mencari jawaban, menangani masalah dengan
fleksibel, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan. Sesuai dengan hasil pengamatan, subjek
umur 13-15 tahun, pola pikir sebab-akibat sudah lebih berkembang ke arah kemampuan untuk
memanipulasi informasi, seperti beberapa subjek yang sudah dapat mengaplikasikan rumus ke
dalam berbagai macam tipe soal baik yang mudah maupun yang tingkat kesulitan tinggi.
Menurut Nuroso dan Siswanto (2010), kemampuan berpikir abstrak itu meliputi kemampuan
mengemukakan ide-ide, memprediksi kejadian yang akan terjadi, dan melakukan proses berpikir
ilmiah, yaitu mengemukakan hipotesis dan menentukan cara untuk membuktikan kebenaran
hipotesis tersebut.Hasil penelitian Nuroso dan Siswanto (2010) juga menyimpulkan bahwa
model pembelajaran terpadu menurut Fogorty yang sesuai untuk di terapkan pada mata pelajaran
IPA SMP tiga diantaranya sesuai adalah model keterhubungan (connected), model jaring laba-
laba (webbad), dan model keterpaduan (integrated).Model keterhubungan (connected) memiliki
karakteristik Menghubungkan antar konsep, topik, keterampilan, ide yang satu dengan yang lain
tetapi masih dalam lingkup satu bidang studi, model jaring laba-laba (webbad) memiliki
karakteristik Dimulai dengan menentukan tema yang kemudian dikembangkan subtemanya
dengan memperhatikan kaitannya dengan disiplin ilmu atau bidang studi lain, model keterpaduan
(integrated) memiliki karakteristik Dimulai dengan identifikasi konsep, keterampilan, sikap yang
overlap pada beberapa disiplin ilmu atau beberapa bidang studi. Tema berfungsi sebagai konteks
pembelajaran. Guru harus dapat menentukan metode yang sesuai untuk mengembangkan
kemampuan berpikir abstrak peserta didik pada usia perkembangan tersebut.
Tahapan perkembangan kognitif peserta didik usia Sekolah Menengah Atas (SMA) 15-18 tahun,
disebut oleh teori Piaget tahap operasi formal, masih sama dengan tahapan sebelumnya hanya
lebih ke pengembangannya yang semakin kompleks, dimana mereka mengembangkan alat baru
untuk memanipulasi informasi, bisa berpikir abstrak dan deduktif, dapat mempertimbangkan
kemungkinan masa depan, mencari jawaban, menangani masalah dengan fleksibel, menguji
hipotesis, dan menarik kesimpulan. Lebih mengembangkan keterampilan intelektualnya,
mengintegrasikan apa yang sudah mereka alami dengan teori atau konsep yang ada. Sesuai
dengan hasil pengamatan, subjek umur 15-18 tahun,masih lanjutan dari tahap operasi formal
peserta didik SMP, tetapi pada peserta didik SMA mereka lebih mengembangkan keterampilan
intelektualnya, seperti meningkatnya daya analisis pemecahan permasalahan, lebih kreatif dalam
berpikir dan menyelesaikan persoalan. Menurut Arnyana (2006) dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa kelompok siswa SMA kelas X yang belajar dengan strategi kooperarif GI
(Group Investigation),PBL (Problem Based Learning), dan Inkuiri, memiliki kemampuan
berpikir kreatif lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran konvesional. Selanjutnya menurut Sani (2014) dalam bukunya yang berjudul
“pembelajaran saintifik untuk implementasi kurikulum 2013” menyebutkan beberapa metode
yang sesuai digunakan pada jenjang sekolah menengah, seperti pembelajaran penemuan
(discovery learning), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), dan pembelajaran
berbasis proyek (project based learning).
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kekuatan/Kelebihan Jurnal
1. Jurnal Utama
- Isi dari penelitian ini sudah sangat baik menjelaskan secara luas dan mendalam mengenai
Perkembangan Kognitif Peserta Didik.
2. Jurnal Pembanding
B. Kelemahan/Kekurangan Jurnal
1. Jurnal Utama
- Salah satu kekurangan dari jurnal ini adalah bahwa ada beberapa topic materi yang dijelaskan
berulang-ulang kali, sehingga membuat saya merasa sedikit bosan untuk membacanya.
2. Jurnal Pembanding
- Pengaturan tata letak penulisan dalam jurnal masih kurang rapi.
- Masih terdapat kesalahan penulisan kata, seperti ada kata yang huruf kurang dan ada juga yang
hurufnya tambah.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan Kognitif peserta didik sangat penting untuk diperhatikan oleh pendidik karena
setiap anak memiliki masanya tersendiri untuk mengembangkan potensi dalam berpikir. Dengan
mengetahui tahapan-tahapan perkembangan kognitif peserta didik, pendidik dapat merancang
model, metode, strategi pembelajaran yang tepat sehingga kemampuan memproses informasi dan
berpikir mereka dapat dikeluarkan dengan maksimal.
Banyak ahli yang sudah menyusun teori mengenai perkembangan kognitif pada anak.
Diantaranya teori dari Jean Piaget, teori Brunner, teori Ausubel, dan teori Vygotsky. Keempat
teori memiliki tujuan yang sama yaitu menjelaskan bagaimana proses perkembangan kognitif
yang terjadi pada manusia. Namun selain itu terdapat beberapa factor yang dapat mempengaruhi
perkembangan kognitif yaitu factor internal (hereditas, kematangan organ tubuh, bakat dan minat)
dan factor ekternal (lingkungan, pembentukan dan kebebasan).
Dalam implementasinya, penulis menyantumkan contoh dari teori perkembangan kognitif Jean
Piaget yang mana didalam teorinya perkembangan kognitif anak usia Sekolah Dasar terbagi
dalam 2 tahap, yaitu tahap operasional konkret (usia 7-10 tahun) dan tahap operasional formal
(usia 11-12 tahun keatas).
Pada tahap operasional konkret pendidik dianjurkan menggunakan media atau benda konkret
sebagai penunjang kegiatan belajar peserta didik disaat pembelajaran dikelas. Dan ditahap ini
pembelajaran harus dikontekstualisasikan ke dalam kehidupan nyata, misalnya mempraktekkan
secara langsung, memperlihatkan contoh, mengunjungi suatu tempat, dan sebagainya sehingga
peserta didik dapat menerima konsep materi secara baik.
Selanjutnya pada tahap operasional formal pendidik sudah dapat memberikan model
pembelajaran yang dapat mengasah proses berpikir kritis pada peserta didik. Misalnya
menerapkan model pembelajaran discovery learning, project base learning, inkuiri, dan
sebagainya yang membutuhkan penalaran dan keaktifan berpikir tinggi pada siswa baik berupa
hal empiric maupun yang abstrak.
B. Saran
Penulis berharap semoga makalah critical jurnal report ini dapat berguna bagi penulis sendiri dan
bagi pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan kita semua. Akhir kata penulis
ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA