Anda di halaman 1dari 24

CRITICAL BOOK REPORT

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

DISUSUN OLEH :

NAMA : Aulia Rahma Keke Nola Padang

NIM : 5213342041

Kelas : Reguler C

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS MATA KULIAH

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

YENNI MRITO, M.Pd, M.Psi

JURUSAN PENDIDIKAN TATA BOGA


FAULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
sehingga saya masih diberikan kesempatan dan kesehatan untuk dapat menyelesaikan critical
book review ini, Critical book review ini saya buat guna memenuhi penyelesaian tugas pada
mata kuliah Perkembangan peserta didik , semoga critical book review ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca.

Saya menyadari bahwa critical book review ini masih jauh dari kata sempurna karena masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya dengan segala kerendahan hati meminta maaf dan
mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan
kedepannya.

Sidikalang, September 2020

Aulia Rahma Keke Nola Padang


DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................i

Daftar Isi............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..............................................................................................1

B. Tujuan Penulisan ...........................................................................................1

C. Manfaat Penulisan .........................................................................................2

D. Identitas Buku ...............................................................................................3

E. Lampiran .......................................................................................................6

BAB II RINGKASAN

2.1 RINGKASAN BUKU UTAMA ..................................................................7

2.2 RINGKASAN BUKU PEMBANDING.....................................................12

BAB III PEMBAHASAN

3.1 PEMBAHASAN BUKU UTAMA ............................................................22

3.3 PEMBAHASAN BUKU PEMBANDING II …………………..………22


3.4 PERBANDINGAN ANTAR BUKU ………………………..….…......…23

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan.................................................................................................24

4.2 Saran ..........................................................................................................24


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan yang minim di karenakan rendahnya minat baca


masyarakat pada saat ini. Mengkritik buku salah satu cara yang dilakukan untuk menaikkan
ketertarikan minat baca seseorang terhadap suatu pokok bahasan. Mengkritik buku (critical
book report) ini adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai sebuah hasil karya atau buku, baik
berupa buku fiksi ataupun nonfiksi, juga dapat diartikan sebagai karya ilmiah yang
melukiskan pemahaman terhadap isi sebuah buku.

Mengkritik buku dilakukan bukan untuk menjatuhkan atau menaikkan nilai suatu
buku melainkan untuk menjelaskan apaa danya suatu buku yaitu kelebihan atau
kekurangannya yang akan menjadi bahan pertimbangan atau ulasan tentang sebuah buku
kepada pembaca perihal buku-buku baru dan ulasan kelebihan maupun kekurangan buku
tersebut. Yang lebih jelasnya dalam mengkritik buku, kita dapat menguraikan isi pokok
pemikiran pengarang dari buku yang bersangkutan diikuti dengan pendapat terhadap isi buku.

Dengan demikian laporan buku atau  resensi sangat bermanfaat untuk mengetahui isi
buku selain itu, akan tahu mengenai kekurangan dan kelebihan dari isi buku yang telah
dibaca. Untuk itu, kami harapkan kepada  pembaca  agar mengetahui dan memahami
mengenai laporan buku atau resensi sehingga dapat menilai isi buku tersebut dengan baik
dan bukan hanya sekedar membaca sekilas buku tersebut melainkan dapat memahami apa
yang ada dalam buku tersebut secara mendalam.

B Tujuan Penulisan Critical Book Report (CBR)


Kritik buku (critical book report) ini dibuat sebagai salah satu referensi ilmu yang
bermanfaat untuk menambah wawasan penulis maupun pembaca dalam mengetahui
kelebihan dan kekurangan suatu buku, menjadi bahan pertimbangan, dan juga menyelesaikan
salah satu tugas individu mata kuliah perkembangan peserta didik pada Jurusan Pendidikan
Tata Boga di Universitas Negeri Medan.

C.Manfaat Penulisan Critical Book Report (CBR)


 Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari sebuah buku
atau hasil karya lainnya secara ringkas.

 Mengetahui kelebihan dan kelemahan buku yang diresensi.

 Mengetahui latar belakang dan alasan buku tersebut diterbitkan.

 Menguji kualitas buku dengan membandingkan terhadap karya dari penulis yang
sama atau penulis lainnya.

 Memberi masukan kepada penulis buku berupa kritik dan saran terhadap cara
penulisan, isi, dan substansi buku.

D.Identitas Buku

BUKU UTUMA
Judul Buku : Perkembangan Peserta Didik

Penulis : Dr. Masganti Sit, M.Ag.

Penerbit : Perdana Publishing

Tebal Buku : x + 222 hlm

Kota Terbit : Medan

Tahun Terbit : 2012

ISBN : 978-602-8935-11-1

BUKU PEMBANDING II

Judul Buku : Perkembangan Peserta Didik


Pengarang : Prof. Dr. Sudarwan Danim
Penerbit : Alfabeta
Kota Terbit : Bandung
Tahun Terbit : November 2010
ISBN : 978-602-8800-43-3
Halaman Buku : x + 182 Halaman
BAB II
Tebal Buku : 16 x 24 cm

2.1 RINGKASAN BUKU UTAMA


BAB I. PERKEMBANGAN INDIVIDU
Perkembangan adalah bertambah kemampuan atau skill dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola teratur
dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan.
Perkembangan menyangkut adanya proses pematangan sel-sel tubuh, jaringan tubuh,
organ-organ, dan sistem organ yang berkembang dengan menurut caranya,
sehingga dapat memenuhi fungsinya.
Harlock meyatakan prinsip perkembangan ada sembilan, yaitu :
1. Dasar-dasar permulaan adalah sikap kritis
2. Peran kematangan dan belajar
3. Mengikuti pola tertentu yang dapat diramalkan
4. Semua individu berbeda
5. Setiap perkembangan mempunyai karakteristik
6. Setiap tahap perkembangan mempunyai resiko
7. Perkembangan dibantu rangsangan
8. Perkembangan dipengaruhi perubahan budaya
9. Harapan sosial pada setiap tahap perkembangan
Teori-Teori Perkembangan
1. Environmentalisme
2. Naturalisme
3. Etologis
4. Komparatif dan organismic
5. Perkembangan kognitif
6. Perkembangan moral
7. Pengondisian klasik
8. Pengondisian operan
9. Pemodelan
10. Sosial-historis
11. Psikoanalitik
12. Psiko-sosial
13. Perkembangan bahasa
14. Humanistik
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
1. Intelegensi
2. Seks
3. Kelenjar-kelanjar
4. Kebangsaan
5. Posisi dalam keluarga
6. Makanan
7. Luka dan penyakit
8. Hawa dan sinar
9. Kultur

BAB II. PERKEMBANGAN FISIK

Fisik manusia berkembang dalam beberapa tahapan, muali tahap anak-anak usia lanjut.
Pertumbuhan dan perkembangan fisik manusia dimulai darai masa anak-anak, remaja,
dewasa, dan usia lanjut.
Tahapan Perkembangan Manusia
1. Perkambangan fisik pada masa anak-anak
2. Perkembangan fisik pada masa remaja
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik antara lain faktor keturunan
(heredity) dan lingkungan (environment). Faktor-faktor keturunan antara lain gen yang
mempengaruhi tinggi badan, berat badan warna kulit, warna mata dan warna rambut. Faktor
lingkungan seperti iklim, kesehatan gizi, pola asuh, dan kasih sayang orang tua juga
mempengaruhi perkembangan fisik anak.

BAB III. PERKEMBANGAN KOGNITIF


Kognitif adalah kemampuan berpikir pada manusia. Perkembangan kognitif manusia
berkaitan dengan kemampuan mental dan fisik untuk mengetahui objek tertentu,
memasukkan informasi ke dalam pikiran, mengubah yang telah ada dengan informasi yang
baru diperoleh, dan perubahan tahapan-tahapan berpikir.
Teori-Teori Perkembangan Kognitif
1. Pandangan Piaget tentang perkembangan kognitif
2. Pandangan Bruner tentang perkembangan kognitif
Bruner menjabarkan enam konsep pokok dalam perkembangan kognitif, yaitu :
- Perkembangan intelektual ditandai oleh meningkatnya variasi respon terhadap
stimulus.
- Pertumbuhan tergantung pada perkembangan intelektual dan system pengelola
informasi yang dapat menggambarkan realita.
- Perkembangan intelektual memerlukan peningkatan kecakapan untuk mengatakan
pada dirinya sendiri dan orang lain melalui kata-kata atau simbol.
- Interaksi antara guru dengan siswa sangat penting bagi perkembangan kognitif.
- Bahasa menjadi kunci perkembangan kognitif.
- Pertumbuhan kognitif ditandai oleh semakin meningkatnya kemampuan
menyelesaikan berbagai alternative secara simultan.
3. Pandangan Vigotsky tentang perkembang kognitif
4. Pandangan Chomsky tentang perkembangan bahasa
Beberapa ahli psikologi memasukkan perkembangan bahasa ke dalam
perkembangan kognitif, sebab aktivitas berpikir melibatkan bahasa. Perkembangan bahasa
dapat dijelaskan melalui dua pendekatan yaitu :
a. Emperistik
Bloom dan Tinker (2001) menyatakan ada tiga komponen yang harus ada dalam
pengembangan bahasa anak, yang disebutkannya dengan intentionality model.
Ketiga komponen tersebut adalah perkembangan sosial, emosional, dan kognitif.
b. Nativistik
Teori nativistik mengatakan bahwa meskipun pengetahuan yang ada di dalam diri
anak tidak mendaptkan banyak rangsangan, anak akan tetap berbahasa. Anak tidak
sekedar meniru bahasa yang dia dengarkan, tapi ia juga mampu menarik kesimpulan
dari pola yang ada.

BAB IV. PERKEMBANGAN EMOSI


Teori-Teori tentang Proses Terjadinya Emosi
a. Teori James-Lange Theory
b. Teori Meriam Bard
c. Teori Schacter-Singer
d. Teori Lazarus
Jenis-Jenis Teori
Emosi manusia dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu emosi primer dan
emosi skunder. Emosi primer adalah emosi utama yang dapat menimbulkan emosi skunder.
Emosi primer muncul begitu manusia dilahirkan. Emosi primer antara lain gembira, sedih,
marah dan takut.
Emosi skunder adalah emosi yang timbul sebagai gabungan dari emosi-emosi primer
dan bersifat lebih kompleks. Emosi skunder berasal dari kesadaran evaluasi diri. Emosi
skunder antara lain malu, iri hati, dengki, takjub, kagum, dan cinta.
2.2 RINGKASAN BUKU PEMBANING II

BAB I :DEFENISI, HAKEKAT, dan KEBUTUHAN PESERTA DIDIK

Peserta didik merupakan komponen utama dan terpenting dalam proses pendidikan
formal. Hakekat peserta didik dapat dilihat dari aneka tilikan filosofis dan teoritis.
Pandangan psikoanalitik melihat peserta didik sebagai insan digerakkan oleh dorongan-
dorongan dalam dirinya yang bersifat instingtif. Pandangan humanistik berasumsi bahwa
manusia selalu berubah, bertumbuh, dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.
Pandangan netralistik beranggapan bahwa peserta didik itu adalah makhluk yang unik dan
terbatas. Pandangan behavioristik melihat peserta didik sebagai makhluk reaktif, dimana
tingkah lakunya dikontrol oleh pengaruh dari luar.

Peserta didik merupakan makhluk yang memiliki kebutuhan, dimana kebutuhan itu
terus tumbuh dan berkembang sesuai dengan apa yang dibutuhkan manusia itu sendiri.
Kebutuhan peserta didik antara lain adalah kebutuhan intelektual, kebutuhan sosial,
kebutuhan fisik, kebutuhan emosional dan psikologis, kebutuhan moral, kebutuhan
homodivianus (peserta didik mengakui dirinya sebagai makhluk yang memiliki agama).

Esensinya tidak ada peserta didik didunia ini sama, setiap orang memiliki
karakteristik sendiri. Ada empat hal dominan karakteristik siswa yaitu:

 Kemampuan dasar, kemampuan intelektual, psikomotor, dan afektif


 Latar belakang kultural lokal, status sosial, status ekonomi, agama
 Perbedaan-perbedaan kepribadian
 Cita-cita, pandangan ke depan, keyakinan diri, daya tahan

Hak dan kewajiban peserta didik di Indonesia diatur dalam UU NO. 20 Tahun 2003
tentang sisdiknas. Dimana dalam UU ini dijelaskan lebih lanjut apa saja hak-hak dan
kewajiban yang dimiliki oleh peserta didik. Selain UU tersebut ada juga peraturan khusus
bagi mereka yang memasuki usia wajib belajar, aturan tersebut terdapat pada PP No. 47
Tahun 2008.

Guru maupun tenaga pendidik tidak hanya dituntut untuk memahami perkembangan peserta
didiknya. Mereka dipaksa untuk mengetahui apa yang diperlukan oleh peserta didiknya untuk
sukses dalam menempuh proses belajar disekolah.Untuk itu guru diharapkan menanamkan
nilai-nilai yang baik kepada peserta didik.
BAB II :HAKEKAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Pertumbuhan didefenisikan sebagai peningkatan dalam ukuran,sedangakan


perkembangan didefenisikan sebagai kemajuan menuju dewasa. Istilah “pertumbuhan” dan
“perkembangan” digunakan untuk menggambarkan proses-proses fisik, mental, dan
emosional yang kompleks yang berkaitan dengan “bertumbuhkembangnya” peserta didik.

Pertumbuhan dan perkembangan manusia dipengaruhi oleh pengaruh genetik dan


lingkungannya.Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan itu adalah jenis kelamin,
penghasilan, etnis dan agama, diet, warisan genetik, perumahan, persahabatan, pengalaman
hidup, harta yang dimiliki, ketenagakerjaan, hubungan keluarga, pengalaman pendidikan,
akses pelayanan keshatan dan kesejahteraan, serta pengalaman sakit.Pemahaman dasar
tentang pertumbuhan dan perkembangan peserta didik diperlukan oleh guru untuk
mengembangkan basis pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka sesuai dengan tahap
kehidupannya. Guru perlu belajar tentang pengembangan kemampuan dan keterampilan
peserta didiknya,khusunya yang berkaitan dengan:

 Keterampilan motorik halus dan kasar


 Kemampuan intelektual
 Perkembangan emosional
 Keterampilan bahsa
 Keterampilan sosial

Pemahaman tentang prinsip-prinsip perkembangan membantu guru dan orang tua


untuk merencanakan kegiatan yang sesuai, merangsang dan memperkaya pengalaman bagi
anak-anak, serta memberikan dasar untuk memahami bagaimana mendorong dan mendukung
pelajaran mereka. Dalam proses perkembangannya, terjadi pasang dan surut yang tidak dapat
terelakkan, bahkan untuk anak-anak yang normalm secara fisik dan mental.

Peserta didik pada umumnya memiliki kebiasaan tertentu. Kebiasaan itu merupakan
fenomena kembar. Ada kebiasaan baik dan ada kebiasaan buruk. Ada pula kebiasaan buruk
yang dapat diubah melalui pembelajaran.Kebiasan-kebiasaan yang dimaksud adalah
kebiasaan tidur, kebiasaan makan, kebiasaan ke toilet, rentang emosi, persahabatan, variasi
dalam bermain, respon atau otoritas, rasa ingin tahu, minat, afeksi spontan, kenikmatan
hidup.
BAB III :ASUMSI DAN DIMENSI PERKEMBANGANPESERTA DIDIK

a. Tridimensi Peserta Didik

Tridimensi peserta didik adalah fisik, nurani, dan nalar.Fisik merupakan instrumen
bagi pembantuan atas sesuatu untuk sesuatu yang lain. Nurani atau “nalar hati” dipandang
sebagai bantuan bagi keinginan seseorang. Nurani sering diartikan sebagai peraaan pribadi
yang berupa, sompati, empati, dan bahkan antipati. Pikiran atau nalar diartikan sebagai
bantuan bagi keinginan seseorang atau peserta didik. Nalar biasanya berupa kesadaran
menggunakan otak.

Sebagai manusia biasa, kemampuan berkembang peserta didik itu beragam, baik
secara fisik, nurani, maupun penalarannya. Keberagaman itu harus dianggap sebagai hal
yang lumrah dan para pendidik harus menjadikannya sebagai “seni” dalam bertindak.

b. Dimensi Sosial Peserta Didik

Peserta didik memiliki keinginan untuk memahami dan menerima pengaruh


lingkungan mereka, berusaha menjelaskan dan memanipulasi fenomena alam melalui ilmu
pengetahuan, penalaran, percobaan, bahkan dengan filsafat. Rasa ingin tau baik dengan
alami maupun dengan yang direncanakan, akan mendorong peserta didik menjadi manusia
yang mampu menciptakan dan mengembangkan teknologi, alat-alat canggih, serta
keterampilan lainnya.

C.Dimensi Spritual dan Intelektual Peserta Didik

Dimensi spritual merupakan nilai kemanusiaan sejati. Dengan nilai-nilai spritual itu
peserta didik akan dapat mengenal dirinya sendiri.Keinginan peserta didik mengakuisi
pengetahuan memberi prefensi bagi mereka untuk mencari bukti alamiah, memecahkan
masalah, dan berdiskusi menurut fokus substansi yang mereka pelajari. Dimensi spritual dan
penalaran akan mendorong peserta didik menjadi reseptor sekaligus mengembangkan
komunikasi sebagai akibat dari emosi dan sensasi mereka

D.Asumsi-asumsi Perkembangan Peserta Didik

Pertama, ketika dilahirkan anak manusia yang kemudian menjadi peserta didik di
bangku sekolah diasumsikan sudah memiliki bawaan tersendiri yang berbeda dengan yang
lain. Anak dilahirkan ke dunia sudah mempunyai pembawaan dari orang tua dan itulah yang
menentukan perkembangan dan hasil pendidikan mereka selanjutnya.
Kedua, perkembangan anak merupakan fenomena buatan karenaproses
pengembangan mereka harus dioptimasi. Pemikiran ini dianut oleh aliran empirisme.
Empirisme berasal dari kata empiri yang berarti pengalaman. Aliran empirisme bertolak
belakang dengan aliran nativisme. Nativisme sering disebut dengan pedagogi optimistik,
yang berasumsi bahwa peserta didik bisa berkembang mengikuti irama lingkungan pada
temapt ia belajar.

Ketiga, perkembangan anak merupakan fungsi dari interaksi faktor bawaan dan
lingkungan.Pemikiran ini dianut oleh aliran konvergensi dengan tokoh utamanya William
Stern. Konvergensi bermakna penyatuan atau kerja sama dua sisi untuk mencapai hasil yang
maksimal.

Jika guru dan tenaga kependidikan mampu memerankan fungsi pada tempat dan ruang
yang sesuai, maka perkembangan peserta didik akan teroptimasi.

BAB IV :MULTIDIMENSI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Teori perkembangan yang berpusat pada peserta didik harus didasarkan pada gagasan
bahwa kemampuan eksternal merupakan cerminan dari perkembangan progresif dari
kesadaran internal dan kapasitasnya.

Mengikuti pemikiran Robert Macfarlane (1999) perkembangan dan pengembangan


peserta didik dapat dikembangakan dengan cara meningkatkan kapasitas dirinya melpaskan,
mengatur, serta mengekspresikan energi dan kapasitas untuk mencapai cita-cita dan tujuan
hidupnya. Dimana perkembangan tersebut melibatkan kemajuan dibidang fisik, sosial,
mental, spritual, serta organisasi yang ada dalam masyarakat. Beliau juga membagi tiga
kedaran pusat yang dimiliki oleh peserta didik yang tiap bagian-bagiannya bisa
dikembangkan.

Pertama, kesadaran fisik, betupa sensasi fifisk, dorongan, dan yang bersifat mendesak.
Kedua, kesadaran mental, seperti sifat gugup, dorongan psikologis perasaan, dan emosi.
Ketiga, kesaradan spritual atau rohani berupa intuisi spritual, kebijaksanaan, dan doeongan
kekuasaan yang dalam berbagai kasus belum berkembang sepenuhnya.

Perkembangan peserta didik mengikuti alur perkembangan manusia pada umumnya.


Perbedaannya peserta didik menerima pelajaran lebih dibandingkan dengan mereka yang
tidak mengikuti bangku sekolah. Karena itu, peserta didik memerlukan pengembangan
sesuai dengan keterampilan, sikap, perilaku, dan nilai-nilai pribadi anggota masyarakat.
Dalam perkembangan peserta didik ada lima ranah ataupun dimensi yang dibutuhkan untuk
berkembang yaitu, dimulai dari perkembangan fisik, perkembangan sosial, perkembangan
mental, perkembangan budaya spritual, dan yang terakhir perkembangan intelektual.

Pertumbuhan dan perkembangan fisik merupakan sisi yang paling nyata dari
kehidupan manusia. Dimana, manusia mulai berkembang sebelum mereka keluar dari rahim
ibunya. Bayi berkembang jauh lebih cepat daripada manusia dewasa. Transisi yang paling
sulit dihadapi oleh anak secara fisik adalah ketika menghadapi massa pubertas. Dimana pada
usia empat belas tahun, nyaris semua organ tubuh sudah matang dan disertai dengan
perubahan suara.

Otak merupakan organ berpikir yang berkembang melalui proses belajar dan
berinteraksi dengan dunia melalui persepsi dan tindakan. Otak manusia, berkembang
terinspirasi oleh gerakan. Sistem saraf mampu mengkoordinasikan gerakan, sehingga
organisem tubuh dapat leluasa pergi mencari makanan atau aktivitas lain. Otak manusia
memiliki daya elastisitas dan plastisitas. Elastisitas adalah penggerak yang memberikan
kekuatan dan keseimbangan-fleksibilitas, mobilitas, dan adaptabilitas. Plastis merupakan
kecenderungan otak untuk menyesuaikan diri sesuai dengan pengalaman.

Kapasitas jaringan saraf manusia luar biasa menakjubkan. Miliaran sel saraf otak
secara prima mampu mengorganisasikan diri dalam menangggapi lingkungan baru, budaya,
iklim, bahasa, atau gaya hidup. Selain kapasitas, jaringan saraf manusia juga menakjubkan.
Sepanjang hidup, jaringan saraf manusia mengatur ulang dan memperkuat diri dalam
merespon ransangan dan pengalaman belajar baru. Bagi peserta didik, latihan mental sangat
penting untuk fungsi otak yang lebih baik.
BAB V :PERKEMBANGAN ANAK USIA 0-2 TAHUN

Selama masa bayi dan balita, anak-anak dengan mudah beradaptasi dan mendekatkan
diri kepada orang lain. Erik Erikson berpendapat bahwa tugas utama anak-anak selama tahap
psikososial dalam kehidupan pertamanya adalah belajar mempercayai orang yang merawat
atau mengasuhnya. Para ahli setuju bahwa kepribadian merupakan sifat dan bentuk awal
keadaan dalam kehidupan. Kombinasi pengaruh keturunan, psikologis, dan sosial yang
paling bertanggungjawab bagi kemungkinan untuk pembentukan kepribadian.

Seperti teori objek relasi yang dikembangakan oleh Melanie Klein. Yang mengatakan
bahwa orang tua itu adalah sebuah objek relasi atau objek hubungan. Klein menduga bahwa
obligasi bayi lebih ke objek daripada seseorang, karena bayi tidak dapat memenuhi
sepenuhnya apa itu “seseorang”. Dalam teori objek hubungan ini, Klein beranggapan bahwa
anak perempuan lebih daripada anak laki-laki dalam penyesuaian secara psikososial. Bayi
perempuan menjadi ekstensi dari ibu mereka, dimana bayi perempuan tidak terpisahkan dari
ibunya. Berbeda dengan anak laki-laki yang ahrus berpisah dari ibunay untuk menjadi
mandiri. Perspektif ini berbeda dengan teori Sigmund Freund, yang berpendapat bahwa anak
laki-laki lebih menyukai ibunya dibandingakan ayahnya dan anak perempuan lebih menyukai
ayahnya.

Beberapa psikolog berteori bahwa kesalahan dalam ikatan awal dan pengalaman dapat
memunculkan masalah psikologis dikemudian hari. Masalah-masalah ini mencakup garis
batas gangguan kepribadian (borderline personality disorder) yang ditandai dengan
perubahan yang cepat dalam menyukai atau membenci diri sendiri dan orang lain.

Bagi bayi, hubungan dengan orang lain mengandung makna bahwa dia mencari
kedekatan dengan siapa tempatnya berhubungan, hal ini dinamakan dengan attachment.
Hubungan atau attachment adalah sentral bagi keberadaan manusia, sebaliknya pemisahan
antara ibu dan bayi akan cenderung merugikan.Pemisahan dan kecemasan akan kehadiran
orang asing merupakan indikator kuat dari proses hubungan, karena sebagai anak mereka
telah mampu membedakan antara ransangan akrab dan familiar dengan ransangan yang aneh
dari orang lain. Menurut Bowlby, anak-anak yang dipisahkan dengan orangtua mereka akan
melalui tiga tahap. Aksi pertama yang dilakukan adalah protes atau menolak perpisahan,
kemudian kehilangan harapan (putus asa), hingga akhirnya anak menerima pemisahan
tersebut dan mulai menerima perhatian dari pengasuh baru.
Para ilmuan, filsuf, dan pakar lainnya meyakini bahwa seksualitas itu merupakan
aspek penting dari pengalaman manusia pada segala usia. Seksualitas manusia adalah proses
seumur hidup yang dimulai saat lahir dan berakhir dengan kematian. Menurut Erikson, bagi
bayi kontak fisik antara anak dan orangtua adalah sumber kesenangan. Bagi bayi seksual itu
dalam arti responsif fisik, namun bayi tidak menyadari pengalaman seksual mereka sebagai
sumber erotisme. Bayi tidak menyadari pentingnya dimensi seksual dalam melakukan kontak
dengan orang lain, meski dia sadar akan adanya perasaan menyenangkan yang berkaitan
dengan kontak fisik dengan orang tuanya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa anak-
anak yang tidur dengan orang tuanya secara fisik dan emosional cenderung lebih sehat
dibandungkan dengan orang yang tidak melakukannya.

BAB VI :PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK USIA 2-6 TAHUN

Usia 2-6 tahun adalah anak usia dini (early childhood) atau tahun-tahun prasekolah
atau masa menjalani Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Didalam UU No.23 Tahun 2003
tentang ssdiknas disebutkan bahwa PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan
dasar, dimana PAUD dapat deselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal,
ataupun informal.

Anak-anak prasekolah tumbuh dengan cepat, baik secara fisik maupun kognitif.
Meskipun perkembangan fisik pada anak-anak prasekolah sangat drastis, perkembangan itu
cenderung lebih lambat dan lebih stabil dibandingkan dengan perkembangan bayi. Beberpa
pengaruh penting pada perkembangan fisik selama masa sekolah adalah perubahan
kemampuan otak, keterampilan motorik kasar dan halus, serta kesehatan anak.

Menurut Piaget perkembangan kognitif terjadi antara umur 2-7 tahun sebagai tahap
praoperasional. Pada tahap ini, anak-anak meningkatkan penggunaan bahasa dan simbol
lainnya, mereka meniru perilaku dan permainan orang dewasa. Anak-anak mengembangkan
daya tarik dengan bahsa atau kata-kata baik dan buruk. Setelah menghadapi masa
praoperasional, anak memasuki fase operasional. Piaget percaya bahwa kemampuan kognitif
anak-anak prasekolah dibatasi oleh egosentrisme atau ketidakmampuan untuk membedakan
antara titik pandang mereka sendiri dan sudut pandang orang lain.

Hubungan keluarga sangat penting untuk perkembangan kesehatan fisik, mental, dan
sosial anak prasekolah. Banyak aspek dan dimensi teknis yang terkait dengan pengasuhan
keluarga, seperti disiplin, jumlah dan urutan kelahiran saudara kandung, keuangan, keadaan
atau kondisi, dan kesehatan keluarga yang memberi konstribusi bagi perkembangan
psikososial anak-anak muda.

Kontak awal yang baik di dalam keluarga dapat menentukan kemudahan anak-anak
untuk membangun persahabatan dan hubungan lainnya. Persahabatan pertama dibuat ketika
anak berusia sekitar 3 tahun, walaupun anak-anak prasekolah bisa bermain sebelum usia itu.
Usia persahabatan menciptakan kesempatan bagi anak untuk belajar bagaimana menangani
situasi memancing kemarahan, berbagi, belajar nilai-nilai, dan mempraktikkan perilaku yang
lebih matang.

Anak usia 3-6 yahun ditandai dengan tahap perkembangan psikoseksual falik (phallic
stage), ketika mereka melalui pengalaman konkret pada alat kelaminnya. Freud berspekulasi
bahwa pada fase tertentu anak-anak secara erotis tertarik pada orangtua yang berlawanan
jenis. Anak-anak prasekolah menjadi penasaran terhadap perilaku serupa dari saudara mereka
dan teman-teman bermain, terutama dalam kaitannya dengan perbedaan laki-laki dan
perempuan.

BAB VII :PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK USIA SEKOLAH DASAR

Usia 7 hingga 11 atau 12 tahun merupakan usia remaja awal. Mereka umumnya
sedang menjalani pendidikan pada jenjang sekolah dasar. Anak-anak pada usia ini mengikuti
pola perkembangan yang sama, meski tidak harus “jatuh tempo” pada tingkat yang sama.
Kebanyakan gadis mengalami percepatan pertumbuhan sekitar usia 9 atau 10 tahun,
sedangkan anak lai-laki sekitar 11 atau 12 tahun.

Anak perempuan dan anak laki-laki amsih memiliki bentuk tubuh dengan proporsi
yang sama sampai mereka mengalami maa pubertas, proses dimana dorongan seksual anak-
anak tumbuh kuat hingga dewasa. Setelah pubertas, karakteristik seksual sekunder mulai
tampak, terutama bentuk kurva payudara pada wanita serta suara yang lebih dalam dan bahu
yang lebar pada laki-laki. Hal ini membuat perbedaan antara perempuan dan laki-laki lebih
nyata. Kemampuan perilaku dan kognitif yang lebih kompleks sejalan dengan makin kuatnya
sistem saraf pusat. Perkembangan otak selama masa kanak-kanak ditandai oleh pertumbuhan
struktur yang spesifik, khususnya lobus frontal. Lobus ini fungsinya antara lain
bertanggungjawab untuk perencanaan, penalaran, penilaian sosial, etika, dan pengambilan
keputusan. Sebagai ukuran dalam kenaikan lobus frontal adalah anak-anak dapat terlibat
dalam tugas-tugas kognitif yang semakin sulit, seperti melakukan serangkaian tugas dalam
urutan yang wajar.

Keterampilan motorik adalah kemampuan berperilaku atau kemampuan melakukan


gerakan motorik. Kemampuan motorik bruto (gross motor skills) melibatkan penggunaan
gerakan tubuh yang besar. Keterampilan motorik halus (soft motor skills) melibatkan
penggunaan gerakan tubuh yang besar. Masa kanak-kanak tengah cenderung menjadi masa
hidup yang sangat sehat bagi mereka.

Perkembangan kognitif yang terjadi pada usia 7-11 tahun disebut oleh pieget sebagai
tahap operasi konkret. Dimana operasi konkret ini mengaju pada kemampuan tindakan
mental atau fisik yang terjadi pada lebih dari satu cara atau arah yang berbeda (reversible)
anak belum dikembangakn. Anak-anak pada operasi konkret juga menunjukkan konservasi
atau kemampuan untuk melihat bagaimana sifat fisik tetap konstan sebagai tampilan dan
mengubah bentuk. Anak usia sekolah lebih baik pada keterampilan mengingatnya daripada
rata-rata anak yang berusia dibawahnya. Mereka lebih dari sekedar memahami dunianya.
Psikolog inteligensi dan otoritas lainnya sangat tertarik pada kecerdasan anak. Kecerdasan
adalah kapasitas kognitif yang merujuk pada pengetahuan, adaptasi, dan kemampuan
seseorang untuk berpikir dan bertindak secara sengaja.

Menurut Erikson, tugas perkembangan anak-anak menengah adalah untuk mencapai


industri atau perasaan kompeten secara sosial. Kognisi sosial pada masa anak-anak menengah
adalah pemahaman mengenai asumsi-asumsi tentang sifat hubungan atau iferensi sosial,
proses sosial, dan perasaan orang lain. Masa kanak-kanak adalah tahap transisi, fase ketiks
orang tua mulai berbagi kekuasaan dan pengambilan keputusan dengan anak-anak mereka.
Orang tua juga harus memastikan bahwa mereka benar-benar menghabiskan waktu yang
berkualitas dengan anak-anaknya.

Bagi peserta didik teman berfungsi sebagai teman sekelas, sepetualang, tempat
curahan hati, dan sebagai pantulan kepribadiaan. Banyak ahli psikologi perkembangan atau
pengamat perkembangan anak mempertimbangkan tekanan teman sepermainan (peer
pressure) membawa konsekuensi negatif dan hubungan persahabatan sekaligus dari rekan
mereka. Ketika peserta didik tidak mampu menolak pengaruh rekan-rekan mereka, terutama
dalam situasi ambigu atau membingungkan, mereka mungkin mulai merokok, minum
alkohol, mencuri, atau mengasingkan diri dari teman-temannya.
Anak usia sekola dasar masuk kedalam kategori masa pra-remaja yang sering disebut
sebagai masa nak-anak akhir atau tahun-tahun formatif. Pada masa kecil menengah, hasrat
seksual emnajdi lebih terarah pada “tujuan” tertentu. Rasa ingin tahu dan eksperimen seksual
jelas dan bahkan terus meningkatkan frekuensinya selama mereka berinteraksi dengan teman-
teman sekelasnya.

Kebanyakan “permaianan seks” (sexplay, tidak dalam makna hubungan seks) bagi
anak berusia 10-11 tahun adalah antara teman sesama jenis, meskipun mereka banyak
berbicara tentang lawan jensi. Permainan seks secara “homoseksual” umumnya mereka
lakukan dalam bentuk emamerkan alat kelamin satu sama lain dan ini tidak benar-benar
homoseksual.

Anak laki-laki dan perempuan pada tahun-tahun bersekolah disekolah dasar, termasuk
didalam kelas tidak kebal terhadap stres dari dunia kehidupan mereka. Pekerjaan rumah yang
diperolehnya dari sekolah, kesulitan membantu atau berhubungan dengan teman-teman,
perubahan lingkungan dan sekoalh, orang tua yang bekerja dalam takaran waktu yang
panjang, faktor-faktor tersebut akan menimbulkan stress bagi mereka. Penyebab lain dari
stress pada anak adalah perceraian, kekerasan fisik, dan pelecehan seksual.
BAB VIII :PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK USIA SEKOLAH MENENGAH

Peserta didik usia 12-19 tahun merupakan periode remaja transisi, yaitu periode
transisi antara masa kanak-kanak dan usia dewasa. Periode ini merupakan masa perubahan
yang sangat besar. Pertumbuhan dan perubahan fisik sangat nyata pada usia ini. Dimensi
perkembangan psikoseksual pun mengalami pematangan yang luar biasa. Tanda wal dari
percepatan kematangan remaja adalah pertumbuhan atau peningkatan secara nyata pada
tinggi dan berat badan. Peningkatan tinggi badan pada wanita lebih awal daripada
pertambahan tinggi badan pada laki-laki. Perubahan yang dihasilkan pada masa pubertas
dapat berefek luas pada tubuh anak remaja.Gadis remaja dan anak laki-laki sama-sama
meningkatkan tinggi dan berat badannya, muncul kecanggungan umum, naik dan turun
suasana emosional, tumbuh jerawat, dan sebagainya.

Sama seperti anak periode usia sebelumnya, masalah kesehatan remaja sering
berkorelasi dengan status sosial ekonomi yang rendah, pola makan yang buruk, dan
perawatan kesehatan yang tidak memadai, berani mengambil kegiatan yang beresiko,
masalah kepribadian, dan gaya hidup. Namun demikian, masa remaja ini biasanya mereka
cenderung sehat, meskipun masalah kesehatan utamanya dapat saja muncul. Tiga
kemungkinan masalah utama itu muncul yaitu gangguan makan, depresi, dan penyalahgunaan
zat.

Titik puncak atau jatuh tempo perkembanagn kognitif terjadi ketika peserat didik
sudah memasuki usia dewasa dan jaringan sosial makin berkembang. Ketika itu kemampuan
otak dan jaringan sosial menawarkan lebih banyak kesempatan dibandingkan dengan fase
sebelumnya untuk bereksperimen dengan kehidupan. Banyak hasil studi menunjukkan bahwa
kemampuan rasional yang abstrak dan kritis berkembang melalui proses pendidikan dan
pembelajaran.

Menurut Robert Sternberg, kecerdasan terdiri dari tiga aspek atau dikenal dengan
triarks teori (triarhic theory), yaitu:

 Kecerdasan komponensial (componential intelligence)

Merupakan kemampuan untuk menggunakan stategi pemrosesan informal internal


ketika peserta didik mengidentifikasi dan berpikir tentang pemecahan masalah dan
mengevaluasi hasil.
 Kecerdasan eksperensial (experential intelligence)

Kemampuan mentransfer pembelajaran secara efektif untuk memperoleh keterampilan


baru. Dengan kata lain, kemampuan untuk membandingakan informasi lama dan baru, untuk
menempatkan fakta bersama dengan cara-cara yang asli.

 Kecerdasan kontekstual (contextual intelligence)

Kemampuan untuk menerapkan kecerdasan praktis, termasuk memiliki kepedulian


sosial, budaya, dan konteks historis. Individu yang kuat dalam kecerdasan kontekstual dengan
mudah beradaptasi dengan lingkungan mereka.

Sisi lain dari perkembangan kognitif peserta didik usia sekolah menengah adalah
pengembangan moral dan penimbangan atau kemampuan berpikir tentang yang benar dan
salah. Peserta didik yang memasuki masa remaja berarti mereka berada pada periode transisi
antara masa anak-anak dan dewasa. Adat istiadat dan harapan amsa remaja seringkali
menahan rasa ingin tahu, sehingga mereka seakan-akan bertahan selayaknya karakteristik
anak-anak kecil, meskipun tekanan untuk mencoba hal baru masih kuat.

Peserta didik juga berusaha secara total menemukan satu identitas, berupa perwujudan
orientasi seksual (sexual orientation), yang tercermin dari hasrat seksual, emosional, romatis,
dan atraksi kasih sayang kepada anggota jenis kelamin yang sama atau berbeda atau
keduanya. Seseorang peserta didik yang tertarik pada anggota jenis kelamin lain disebut
heteroseksual dan seseorang yang tertarik dengan sesama jenisnya disebut homoseksual, dan
ada juga peserta didik yang tertarik pada kedua jenis kelamin tersebut yang dinamakan
dengan biseksual. Penyebab dari heretoseksual, homoseksual, dan biseksual belum
sepenuhnya terungkap oleh para peneliti.

Tekanan teman sepermainan selama remajakadang-kadang-kadanh begitu banyak


sehingga remaja terlibat dalam tindakan-tindakan antisosial berupa kenakalan remaja.
Kemungkinan peserta didik usia remaja menjadi remaja nakal lebih banyak ditentukan oleh
kurangnya pengawasan orang tua dan disiplin ketimbang status sosial ekonomi.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kritik Buku Utama

Buku kedua yang berjudul “Perkembangan Peserta Didik” merupakan buku karangan Dr.
masganti Sit, M.Ag yang membahas tentang semua yang berhubungan dengan
perkembangan-perkembangan yang dialami peserta didik dari berbagai aspek, buku ini
diterbitkan oleh PERDANA PUBLISHING dengan tebal buku 222 halaman. Dari segi fisik
buku ini memiliki tampilan cover yang menarik.

Dalam penyajiannya, ketika membahas atau mendefenisikan suatu masalah selalu


mengemukakan berbagai pandangan dari para ahli, sehingga hal ini sangat membantu para
pembaca untuk menemukan referensi dan wawasan pembaca lebih luas. Selain itu buku ini
juga memberikan gambar-gambar untuk membantu penjelasan materi. Sehingga pembaca
juga lebih mudah memahami maksud buku ini.

3.2 Kritik Buku Pembanding

Buku Pembanding kedua yang berjudul perkembangan peserta didik yang disusun oleh
Prof. Dr. Sunarwan Danim terbitan dari ALFABETA. Isi dari buku pembanding ini memuat
enam belas (16) bab diantaranya, BAB I Defenisi, Hakekat, dan Kebutuhan Peserta Didik,
BAB II Hakekat Pertumbuhan dan Perkembangan, BAB III Asumsi dan Dimensi
Perkembangan Peserta Didik, BAB IV Multidimensi Perkembangan Peserta Didik, BAB V
Perkembangan Anak Usia 0-2 Tahu, BAB VI Perkembangan Peserta Didik Usia 2-6 Tahun,
BAB VII Perkembangan Peserta Didik Usia Sekolah Dasar, BAB VIII Perkembangan Peserta
Didik Usia Sekolah Menengah, BAB IX Tugas-Tugas Perkembangan Peserta Didik, BAB X
Dimensi dan Tugas-Tugas Perkembangan Peserta Didik, BAB XI Perkembangan
Kepribadian Peserta Didik dengan Kecerdasan Ganda, BAB XII Perkembangan Kreativitas
Peserta Didik, BAB XIII Perkembangan dalam Kelompok Sebaya, BAB XIV BK untuk
Optimasi Perkembangan Peserta Didik, BAB XV Psikologi Pendidikan dan Optimasi
Perkembangan Peserta Didik, BAB XVI Orientasi Belajar Peserta Didik yang Dewasa. Bila
dibandingkan dengan buku inti materi nya sudah cukup dijelakan secara rinci dan cukup jelas
dan dirangkum sedemikian rupa namun tetap saja buku pembanding ini dari segi jumlah bab
juga sudah merangkup banyak materi dan bisa dikatakan melengkap daripada kekurangan
buku inti.
3.4 Perbandingan Buku Utama Dengan Buku Pembanding

Dari segi besar dan tebal buku, halaman pada buku utama jauh lebih sedikit daripada buku
pembanding, pada buku utama tebal buku yaitu 222 halaman dan buku pembanding kedua
terdapat 182 halaman.

Dari segi isi buku kedua buku ini sifatnya saling melengkapi, dalam buku utama
menjelaskan materinya secara terperinci, sedangkan buku pembanding kedua juga
menjelaskan materi secara terperinci. Buku utama lebih luas pembahasannya karena buku
pembanding hanya menjelaskan tentang apa-apa saja perkembangan yang dialami peserta
didik. Tetapi dengan perbedaan tersebut bukan berarti kedua buku itu tidak baik, materi pada
buku tersebut saling melengkapi satu sama lainnya.
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Perkembangan peserta didik merupakan kegiatan mendidik manusia untuk
mengembangkan karakter manusia sehingga dapat menentukan dan mengarahkan manusia
dalam mencapai tujuan yang sudah di cita-citakan. Perkembangan perserta didik mempelajari
aspek-aspek apa saja yang mempengaruhi perkembangan peserta didik tersebut, teori-teori
para ahli tentang perkembangan peserta didik juga masalah yang timbul dan bagaimana
seharusnya kita menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh peserta didik.

4.2 SARAN
Menurut saya buku utama dan buku pembanding sebaiknya bisa saling mengisi
kekurangannya. Bisa meningkatkan semangat penulis ketika ingin merevisi masing-masing
buku tersebut. Baik dari segi fisik ataupun isi yang kurang baik dapat diperbaiki dengan
melihat kelebihan dan kekurangan dari masing-masing buku. Materi yang kurang jelas
pemahamannya didalam buku utama maupun buku pembanding hendaknya bisa diperluas.
Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. Saran dan kritik dari pembaca sangat
membantu saya agar mengerjakan Critical Book Review ini semakin baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai