Anda di halaman 1dari 30

CRITICAL BOOK REVIEW

MK. FILSAFAT
PENDIDIKAN PRODI
PENDIDIKAN
MATEMATIKA- FMIPA

Skor Nilai:
FILSAFAT PENDIDIKAN

(Dr. Edward Purba dan Prof. Dr. Yusnadi, 2016)

DAN

FILSAFAT PENDIDIKAN: MANUSIA, FILSAFAT, DAN PENDIDIKAN

(Prof. Dr. H. Jalaluddin dan Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M.Ed., 2013)

NAMA : DINDA ANGELA

NIM : 4203111004

DOSEN PENGAMPU : DODY FELIKS PANDIMUN AMBARITA, S.Pd., M.Hum.

MATA KULIAH : FILSAFAT PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

NOVEMBER 2020
EXECUTIVE SUMMARY

Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, hal


ini berarti bahwa setiap manusia Indonesia berhak mendapatkannya dan diharapkan
untuk selalu berkembang didalamnya. Pendidikan secara umum mempunyai arti
suatu proses kehidupan mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan
melangsungkan kehidupan. Pendidikan pertama kali kita dapatkan di lingkungan
keluarga (pendidikan informal), lingkungan sekolah (pendidikan formal), dan
lingkungan masyarakat (pendidikan informal). Pendidikan informal adalah
pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau
tidak sadar, sejak sesorang dilahirkan hingga meninggal nanti. Artinya proses
pendidikan berlangsung seumur hidup, pendidikan dia mengenal usia tua ataupun
muda. Pendidikan itu sangat penting bagi kita, karena kehadiran pendidikan
memberikan kita pengetahuan, membantu dalam mendaptkan pekerjaan, membantu
dalam membangun karakter, memberikan pencerahan, membantu kemajuan banga,
dan masih banyak lagi.

Dapat dikatakan bahwa antara filsafat pendidikan dan pendidikan terdapat


suatu hubungan yang erat sekali dan tidak terpisahkan. Filsafat pendidikan
mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu sistem pendidikan, karena
filsafat merupakan pemberi arah dan pedoman dasar bagi usaha-usaha perbaikan,
meningkatkan kemajuan dan landasan kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan.
Pernyataan lain mengatakan suatu usaha untuk mengatasi persoalan-persoalan
pendidikan tanpa menggunakan kearifan (wisdom) dan kekuatan filsafat ibarat
sesuatu yang sudah ditakdirkan untuk gagal. Persoalan pendidikan adalah persoalan
filsafat. Pendidikan dan filsafat tidak terpisahkan karena akhir dari pendidikan adalah
akhir dari filsafat, yaitu kearifan (wisdom). Dan alat dari filsafat adalah alat dari
pendidikan, yaitu pencarian (inquiry), yang akan mengantar seseorang pada kearifan.

Filsafat pendidikan memang suatu disiplin yang bisa dibedakan tetapi tidak
terpisah baik dari filsafat maupun juga pendidikan, ia beroleh asupan pemeliharaan
dari filsafat. Ia mengambil persoalannya dari pendidikan, sedangkan metodenya dari
filsafat. Berfilsafat tentang pendidikan menuntut suatu pemahaman yang tidak hanya
tentang pendidikan dan persoalan-persoalannya, tetapi juga tentang filsafat itu
sendiri.

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas Citical Book Report ini.
Critical Book Report ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Filsafat
Pendidikan. Dalam tugas ini saya akan mengkritisi buku yang akan saya review.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yaitu Bapak
Dody Feliks Pandimun Ambarita, S.Pd., M.Hum. yang telah memberikan arahan dalam
penyelesaian tugas ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan
teman-teman yang membantu dalam proses penyelesaian tugas ini.

Saya menyadari bahwa dalam penyelesaian tugas ini masih banyak


kekurangan dikarenakan masih sedikitnya ilmu dan pengalaman yang saya miliki.
Oleh karena itu saya meminta kritik dan saran yang membangun kepada setiap
pembaca agar tugas ini dapat diselesaikan lebih baik lagi ke depannya.

Rantauprapat, November 2020

Dinda Angela

ii
DAFTAR ISI

EXECUTIVE SUMMARY.................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR................................................................................................... 1

1.2 Tujuan Penulisan CBR.................................................................................................................. 1

1.3 Manfaat CBR..................................................................................................................................... 2

1.4 Identitas Buku yang Direview................................................................................................... 2

BAB II RINGKASAN ISI BUKU

2.1 Ringkasan Buku Utama................................................................................................................ 3

2.2 Ringkasan Buku Pembanding................................................................................................. 11

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan Isi Buku................................................................................................................. 18

3.2 Kelebihan dan Kekurangan Buku.......................................................................................... 21

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan..................................................................................................................................... 23

4.2 Rekomendasi................................................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................ 24

LAMPIRAN....................................................................................................................................... 24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR

CBR merupakan singkatan dari Critical Book Review. Dapat kita ambil salah

satu dari kata-katanya yaitu critical yang berarti kritik. Jadi dalam penyelesaian

CBR ini terdapat langkah penyelesaiannya yaitu mengkritik. CBR ini diselesaikan

dengan membandingkan dua buku yang berhubungan dengan filsafat

pendidikan, kemudian kedua buku tersebut dianalisis, diringkas kemudian

dikritisi.

CBR ini berguna untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku

referensi, khususnya mengenai filsafat pendidikan. Jadi, dengan adanya CBR ini

pembaca yang sering merasa kebingungan ketika ingin memilih buku referensi

akan merasa terbantu. Karena di dalam CBR ini terdapat hasil berupa hasil analisi,

ringkasan, dan kelebihan serta kekurangan buku tersebut. Sehingga pembaca

dapat mengetahui isi buku tersebut tanpa membaca secara keseluruhan dan

pembaca dapat dengan mudah mengetahui kesesuaian buku yang ingin dijadikan

referensi.

1.2 Tujuan Penulisan CBR

Tujuan penulisan CBR ini adalah:

 Untuk pemenuhan tugas pada mata kuliah Filsafat Pendidikan

 Untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis,

meringkas, mengkritisi serta menilai buku-buku tersebut

 Untuk meningkatkan ketelitian mahasiswa, khususnya dalam menilai

kelebihan dan kekurangan yang ada pada buku

1
1.3 Manfaat CBR

Manfaat dari penulisan CBR ini adalah untuk menambah wawasan

khususnya bagi mahasiswa yang pengalaman dan pengetahuannya masih sedikit.

Dan bagi penulis CBR khususnya mahasiswa berguna untuk meningkatkan

kemampuan mahasiswa dalam menganalisis, meringkas serta mengkritisi buku-

buku. Dan bagi pembaca, CBR ini berguna untuk mempermudah pembaca

menemukan inti-inti langsung dari sebuah buku tanpa harus membacanya secara

keseluruhan.

1.4 Identitas Buku yang Direview

 Buku Utama
Judul : Filsafat Pendidikan
Edisi : Ketiga
Pengarang : Dr. Edward Purba, MA dan Prof. Dr. Yusnadi, MS
Penerbit : Unimed Press
Kota Terbit : Medan
Tahun Terbit : 2016
ISBN : 978-602-7938-38-0
 Buku Pembanding
Judul : Filsafat Pendidikan : Manusia, Filsafat, dan Pendidikan
Edisi : Ketiga
Pengarang : Prof. Dr. H. Jalaluddin dan Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M.Ed.
Penerbit : PT RajaGrafindo Persada
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2013
ISBN : 978-979-769-372-5

2
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

2.1 Ringkasan Buku Utama


BAB I PENGERTIAN FILSAFAT DAN FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Pengertian Filsafat

Secara etimologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam


arti yang sedalam-dalamnya. Secara terminologi filsafat adalah usaha untuk
mengetahui segala sesuatu, keberadaan dari segala sesuatu. Jadi filsafat membahas
lapisan yang terakhir dari segala sesuatu atau membahas masalah-masalah yang
paling dasar. Filsafat bertujuan untuk mencari hakikat dari sesuatu gejala atau
fenomena secara mendalam. Jadi dalam filsafat harus refleksi, radikal, dan integral.
Refleksi berarti manusia menangkap objeknya secara intensional dan sebagai hasil
dari proses tersebut adalah keseluruhan nilai dan makna yang diungkapkan dari
objek-objek yang dihadapinya. Radikal berasal dari kata radix yang berarti akar; jadi
filsafat adalah mencari pengetahuan sedalam-dalamnya atau sampai ke akar-akarnya.
Integral berarti memperoleh kecenderungan untuk memperoleh pengetahuan yang
utuh sebagai suatu keseluruhan. Ciri-ciri pikiran kefilsafatan merupakan sebuah
pemikiran tentang hal-hal serta proses-proses dalam hubungan yang umum. Filsafat
merupakan hasil menjadi sadarnya manusia mengenai dirinya sebagai pemikir, dan
menjadi kritisnya manusia terhadap diri sendiri sebagai pemikir di dalam dunia yang
dipikirkannya. Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu
keheranan, kesangsian dan kesadaran. Filsafat memiliki peran yang sangat penting
dalam kehidupan manusia. Filsafat telah memerankan tiga peran utama dalam
sejarah pemikiran manusia yaitu sebagai pendobrak, pembebasan dan pembimbing.

B. Filsafat Pendidikan

Filsafat dilihat dari fungsinya secara praktis adalah sebagai sarana bagi
manusia untuk dapat memecahkan berbagai problematika kehidupan yang
dihadapinya, termasuk dalam problematik dibidang pendidikan. Karena itu, bila
dihubungkan dengan masalah pendidikan, dapat dikatakan bahwa filsafat merupakan
arah dan pedoman atau pijakan dasar bagi tercapainya pelaksanaan dan utjuan
3
pendidikan. Oleh sebab itu filsafat pendidikan dapat dikatakan adalah ilmu yang pada
hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang
pendidikan yang merupakan penerapan analisa filosfis dalam lapangan pendidikan.
BAB II FILSAFAT PENDIDIKAN
Filsafat pendidikan mencakup sekurang-kurangnya tiga cabang utama dari
filsafat yakni, ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi membicarakan tatanan
dan struktur kenyataan dalam arti luas, maka pandangan ontologi dari pendidikan
adalah manusia, makhluk mulia, potensi, interaksi, budaya, dan lingkungan.
Epistemologi menyelidiki kritis hakikat, landasan, batas-batas, dan patokan
kesahihan pengetahuan. Epistemologi pendidikan dimaksudkan mencari sumber-
sumber pengetahuan dan kebenaran dalam praktek pelaksanaan pendidikan.
Landasan aksiologis dalam praktek pelaksanaan pendidikan didasarkan pada nilai-
nilai dasar yang terkandung dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 45 yang
menekankan bahwa pendidikan dimaksudkan untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan landasan aksiologis ini juga terkandung dalam undang-undang
pendidikan.
Filsafat pendidikan terwujud dengan menarik garis linier antara filsafat dan
pendidikan. Dalam hal ini filsafat seolah-olah dijabarkan secara langsung ke dalam
pendidikan dengan maksud untuk mengahasilkan konsep pendidikan yang berasal
dari satu cabang atau aliran filsafat, misalnya dengan idealism. Selain pendekatan
linier, filsafat pendidikan dapat disusun dengan berpangkal kepada pendekatan
tertemtu daripada pendidikan itu sendiri. Pendekatan lain yang akan dikembangkan
adalah ketika pendidikan itu emnghadapi masalah atau keadaan yang tidak seperti
yang diharapkan, pasti memerlukan jawaban yang tidak semata-mata berada dalam
ruang lingkup pendidikan.
Kedudukan filsafat pendidikan dalam ajaran ilmu pendidikan adalah sebagai
bagian dari fondasi-fondasi pendidikan. Itu berarti bahwa filsafat pendidikan perlu
mengetengahkan tentang konsep-konsep dasar pendidikan. Dengan memperhatikan
kedudukan filsafat pendidikan secara fungsional terhadap keadaan atau perubahan
serta perkembangan zaman dan alam, maka tidak jarang filsafat pendidikan
merupakan tumpuan atas berbagai pertanyaan yang bersifat makro. Nuansa serta

4
tekanan permasalahan dari waktu ke waktu dapat berbeda, sehingga perlu
mendapatkan perhatian khusus dalam telaah pendidikan serta filsafat pendidikan.
Filsafat dan filsafat pendidikan menjadi sangat penting, sebab menjadi dasar,
arah, dan pedoman suatu sistem pendidikan. Dapat dikatakan bahwa pendidikan
adalah realisasi dari ide-ide filsafat; filsafat memberi asas kepastian bagi peranan
pendidikan sebagai wadah pembinaan manusia yang telah melahirkan ilmu
pendidikan, lembaga pendidikan, dan aktivitas pendidikan, sehingga filsafat
pendidikan merupakan jiwa dan pedoman dasar pendidikan. Jadi dapat disimpulkan
hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan yaitu:
 Filsafat dalam arti filosofis merupakan satu cara pendekatan yang dipakai
dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori
pendidikan oleh para ahli
 Memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada menurut aliran filsafat
tertentu yang memiliki relevansi dengan kebutuhan yang ada
 Filsafat pendidikan mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah
dalam mengembangkan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan.
BAB III ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

1. Filsafat Pendidikan Idealisme

Menurut paham idealisme, guru harus membimbing atau mendiskusikan


dengan peserta didik bukan prinsip-prinsip eksternal, melainkan prinsip internal,
artinya membimbing mengenai talenta yang bisa dikembangkan dalam diri peserta
didik tersebut.

2. Filsafat Pendidikan Realisme

Salah seorang tokoh penganut realisme adalah Johan Amos Comenius


merupakan pemikir pendidikan. Beberapa prinsip belajar menurut Comenius yaitu
pelajaran harus didasarkan pada minat peserta didik; setiap pelajaran harus memiliki
out-line; pada pertemuan awal pembelajaran, guru harus memberikan garis besar
materi yang akan dipelajari; kelas harus diperkaya dengan hasil-hasil karya peserta
didik selama proses pembelajaran; pembelajaran harus berlangsung secara
berkesinambungan; setiap aktivitas yang dilakukan guru dan peserta didik harus

5
membantu untuk pengembangan hakikat manusia; pelajaran dalam subjek yang sama
diperuntukkan bagi semua peserta didik.

3. Filsafat Pendidikan Materialisme

Pendidikan dalam hal ini proses belajar mengajar, merupakan kondisionisasi


lingkungan, yakni perilaku akan muncul pada diri peserta didik melalui pembiasaan.

4. Filsafat Pendidikan Pragmatisme

Salah satu tokoh yang terkenal dalam filsafat ini adalah John Deway. Menurut
Beliau pendidikan didasarkan pada tiga pokok pemikiran yaitu pendidikan
merupakan kebutuhan untuk hidup, pendidikan sebagai pertumbuhan, pendidikan
sebagai fungsi sosial.

5. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme

Dalam filsafat ini mengatakan bahwa pendidikan dan proses pembelajaran


harus berlangsung sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik. Guru
hendaknya memberikan kebebasan kepada peserta diidk untuk memiliki dan
memberi mereka pengalaman-pengalaman yang akan membantu menemukan makna
dari kehidupan mereka.

6. Filsafat Pendidikan Progesivisme

Filsafat ini mengatakan bahwa pendidik harus berperan sebagai pembimbing


dan fasilitator agar peserta didik terdorong dan terbantu untuk mempelajari dan
memiliki pengalaman tentang hal-hal yang penting bagi kehidupan mereka, bukan
memberikan sejumlah kebenaran yang disebut abadi.

7. Filsafat Pendidikan Perenialisme

Beberapa prinsip pendidikan perenialisme adalah pada hakikatnya pendidikan


itu sama bagi semua orang, manusia memiliki kebebasan namun harus mempertajam
pikiran dan dapat mengontrol hawa nafsunya, fungsi utama pendidikan adkag
memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang pasti dan abadi, pendidikan
adalah persiapan untuk hidup, dan peserta didik harus mempelajari karya-karya
besar dalam liteatur.

6
8. Filsafat Pendidikan Esensialisme

Penganut paham esensialime mengemukakan prinsip pendidikan yaitu


pendidikan dilakukan dengan usaha keras, inisiatif pelaksanaan pendidikan datang
dari guru, inti proses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yang telah
ditentukan, metode-metode tradisonal dengan disiplin mental merupakan metode
yang diutamakan dalam oendidikan di sekolah, tujuan akhir pendidikan adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan atau kebahagiaan sesuai dengan tuntutan demokrasi.

9. Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme

Brameld mengemukakan teori pendidikan terdiri dari lima tesis yaitu


pendidikan berlangsung daat ini untuk menciptakan tata sosial baru;, demokrasi
sejati merupakan dasar dari kehidupan masyarakat baru; anak, sekolah dan
pendidikan diatur oleh kekuatan budaya dan sosial; guru memegang peranan penting
dalam pendidikan; tujuan pendidikan adalah untuk menemukan kebutuhan-
kebutuhan yang berhubungan dengan krisis budaya; melakukan peninjauan kembali
terhadap segala hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran.

BAB IV FILSAFAT PENDIDIKAN PANCASILA

1. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Manusia

Paulus Wahana (dalam Tilaar, 2002: 191) mengemukakan gambaran manusia


Pancasila yakni manusia adalah makhluk monopluralitas yang memungkinkan
manusia itu dapat melaksanakan sila-sila yang tercantum di dalam Pancasila;
manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang tertinggi yang memiliki kesadaran dan
kebebasan dalam menentukan pilihannya; manusia apat menentukan sikaonya dalam
hubungan dengan Penciptanya; sila pertama menunjukkan bahwa manusia perlu
menyadari akan kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa; manusia
adalah otonom dan memiliki harkat dan martabat yang luhur; sila kedua yaitu
kemanusiaan yang adil dan beradab menuntut akan kesadaran keluhuran harkat dan
martabatnya yaitu dengan menghargai akan martabat sesama manusia; sila
persatuan Indonesia berarti manusia Indonesia adalah makhluk sosial; manusia
Indonesia harus dapat hidup bersama dan saling menghargai; manusia adalah
makhluk yang dinamis; sila keempat atau sial demokrasi dituntut manusia Indonesia
7
yang saling menghargai; dan sila kelima manusia Indonesia dituntut saling memiliki
kewajiban menghargai orang lain.

2. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Masyarakat

Hakikat rakyat adalah pilar negara dan yang berdaulat. Perbedaan yang ada
dalam masyarakat adalah sebagai aset untuk membangun kebinekaan dan kesatuan
langkah dan perbuatan menuju masyarakat adil, makmur, dan berdaulat. Berarti
masyarakat Indonesia berkembang dengan tetap memperhatikan dan menghargai
masing-masing budaya etnis yang ada di masyarakat mendapatkan kesempatan yang
seluas-luasnya untuk berkembang.

3. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Pendidikan

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional NO 20 Tahun 2003


dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan apritual keagamaan,
penegndalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam UU Sisdiknas tahun 2003
BAB II Pasal 3 dijelaskan tujuan pendidikan sebagai berikut; Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

4. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Nilai

Pancasila sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa, dan sumber nilai
bagi bangsa Indonesia. Menurut Kaelan, 2000, (dalam Purba, 2016) menjelaskan
bahwa Pancasila merupakan satu kesatuan dari sila-silanya harus merupakan sumber
nilai, kerangka berpikir secara asas moralitas bagi pembangunan ilmu pengetahuan
dan teknologi.

Pandangan Filsafat Pendidikan Pancasila Terhadap Sistem Pendidikan


Nasional

Acuan penyelenggaraan sistem pendidikan nasional menurut UUD 1945 Pasal


31 yang baru sebagai hasil amandemen Agustus 2002 yaitu: (1) setiap warga negara

8
wajib mengikuti pendidkan dasar dan pemerintah wajib membiayainya;
(2)pemerintah megusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasioanl, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangs, yang diatur dengan undang-undang; (3)
negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh
persen dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memnuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional.

Pemerintah telah menerapkan berbagai kebijakan yang berkaitan dengan


pendiidkan seperti: perubahan kurikulum pendidikan nasional; undang-undang dan
peraturan mengenai pendidikan, termasuk undang-undang guru dan dosen dan
standarisasi pendidikan dan undang-undang lainnya; peningkatan angka partisipasi
belajar anak usia sekolah pada semua jenjang sekolah; penambahan anggaran
pendidikan oleh daerah(sesuai dengan amanat pembukaan Undang-Undang Dasar
1945); konsep manajemen pendiidkan berbasis sekolah, standarisasi pendidikan dan
sebagainya.

BAB V HAKIKAT ILMU PENDIDIKAN

Pendidikan dapat diartikan sebagai proses kegiatan megnubah perilaku


individu ke arah kedewasaan dan kematangan. Pendidikan merupakan
pemberdayaan sumber daya manusia. Dalam proses pemberdayaan, peserta didik
dididik dan dibimbing menjadi SDM yang miliki visi, berpijak di atsa realita, selalu
berhadapan dnegan orang lain, dan sebagai orang yang berani. Pada hakikatnya
pendidikan itu bukan membentuk, bukan menciptakan seperti yang diinginkan, tetapi
menolong dan membantu dalam arti luas.

Pendidikan nasional berfungsi untuk membentuk karakter. Karakter sangat


penting dan menentukan dalam mencapai tujuan hidup. Karakter seseorang
merupakan hasil pembinaan secara terpadu dari olah hati, olah pikir, olah rasa, dan
olah raga. Karakter dikembangkan melalui tiga tahapan yaitu, tahapan pengetahuan
(knowing), perbuatan (acting), dan pembiasaan (habit). Karakter dapat dicontoh;
oleh sebab itu keteladanan sangat baik membantu berkembangnya karakter terutama
di rumah dan di sekolah.

9
Proses pendidikan menghasilkan perkembangan dan pertumbuhan hidup dan
kehidupan manusia sebagain konsekuensi dari kemajuan ilmu dan teknologi serta
munculnya teknokrat-teknokrat hasil proses pendidikan yang merancang dan
melaksanakan pembangunan dalam setiap aspek kehidupan manusia. Teknologi
informasi telah menembus batas daerah, negara, regional, dan bahkan global atau
internsional, sehingga perubahan yang terjadi semakin pesat terjadi menuju
masyarakat modern. Pendidikan harus dapat meberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk terlibat aktif dan kreatif. Pembinaan yang dilakukan terhadapa peserta
didik dalam pendidikan harus memperhatikan perbedaan masing-masing individu
peserta didik. para pendidik harus memperhatikan nilai dan norma-norma susila
sehingga setiap perilaku dan tindakannya memancarkan tindakan yang patut ditiru
dan dicontoh oleh peserta didik.

Kegiatan belajar sebenarnya telah dilakukan manusia sejak lahir untuk


memenuhi kebutuhan hidup dan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Belajar
ditandai dengan perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman dan perubahan
tingkah laku berlangsung lama atau relatif permanen. Belajar adalah proses mental
yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menimbulkan perubahan perilaku.
Perubahan perilaku meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Pembelajaran mengandung dua komponen utama yakni; kegiatan yang dilakukan
guru mengelola komponen yang digunakan dalam pembelajaran dan pengelolaan
yang dilakukan guru sebelum pembelajran dimaksudkan agar peserta didik belajar
optimal. Hasil belajar merupakan bukti bahwa seseorang telah belajar yaitu dengan
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri orang tersebut.

Pendidikan sebagai proses kegiatan pemberdayaan peserta didik menjadi


sumber daya manusia (SDM) yang bermakna untuk dirinya sendiri, masyarakat,
lingkungan, bangsa, dan negara, bahkan untuk kehidupan manusia, harus dilandasi
dengan nilai-nilai yang sesuai dengan hakikat manusia sebagai makhluk yang berbudi
diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa, dan makhluk sosial budaya. Oleh karena itu,
pendidikan dalam proses pelaksanaannya dilandasi nilai-nilai agama, filsafat, moral,
dan hukum. Pengembangan segala bakat atau potensi yang dimiliki peserta didik
tidak akan dapat berlangsung simultan melainkan secara bertahap berkelanjutan

10
sesuai dengan perkembangannya. Oelh karena itu, dalam pelaksanaan pendidikan
harus menerapkan asas-asas yang sesuai yaitu; asas pendidikan sepanjang hayat, asas
kasih sayang, asas demokrasi, asas keterbukaan dan tranparansi, asas tanggung
jawab, asas kualitas, panca darma taman siswa, dan dasar-dasar pendidikan
Mohammad Sjafei.

2.2 Ringkasan Buku Pembanding

BAB I PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT PENDIDIKAN

Filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban


dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan yang merupakan penerapan
analisis filosofis dalam lapangan pendidikan. Batasan hubungan antara filsafat
(umum) dengan filsafat pendidikan yaitu; filsafat pendidikan merupakan pelaksana
pandangan filsafat dan kaidah filsafat dalam bidang pengalaman kemanusiaan yang
disebut pendidikan; mempelajari filsafat pendidikan karena adanya kepercayaan
bahwa kajian itu sangat penting dalam mengembangkan pandangan terhadap proses
pendidikan dalam upaya memperbaiki keadaan pendidikan; filsafat pendidikan
memiliki prinsip-prinsip, kepercayaan, konsep, andaian yang terpadu satu sama
lainnya.

Ruang lingkup filsafat adalah semua lapangan pemikiran manusia yang


komprehensif. Segala sesuatu yang mungkin ada dan benar-benar ada (nyata), baik
material konkretmaupun nonmaterial. Jadi, objek filsafat itu tidak terbatas.
Sedangkan ruang lingkup filsafat pendidikan yaitu: merumuskan secara tegas sifat
hakikat pendidikan; merumuskan sifat hakikat manusia, sebagai subjek danobjek
pendidikan; merumuskan secara tegas hubungan filsafat, filsafat pendidikan, agama,
dan kebudayaan; merumuskan hubungan fiksafat, filsafat pendidikan, dan teori
pendidikan; merumuskan hubungan antara filsafat negara, filsafat pendidikan, dan
politik pendidikan; merumuskan sistem nilai norma atau isi moral pendidikan yang
merupakan tujuan pendidikan.

Filsafat yang dijadikan pandangan hidup oleh suatu masyarakat atau bangsa
merupakan asas dan pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan kehidupan
bangsa, termasuk aspek pendidikan. Filsafat pendidikan yang dikembangkan harus

11
berdasarkan filsafat yang dianut oleh suatu bangsa. Sedangkan pendidikan
merupakan suatu cara atau nekanisme dalam menanamkan dan mewariskan sistem-
sistem norma tingkah laku yang didasarkan pada dasar-dasar filsafat yang dijunjung
oleh lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat.

BAB II LATAR BELAKANG MUNCULNYA FILSAFAT PENDIDIKAN

Filsafat diakui sebagai induk ilmu pengetahuan yang mampu menjawab segala
pertanyaan dan permasalahan. Mulai dari masalah-masalah yang berhubungan
dengan alam semesta hingga masalah manusia dnegan problmatika dan
kehidupannya. Namun karena banyak permasalahan yang tidak dapat dijawab lagi
oleh filsafat, lahirlah cabang ilmu pengetahuan lain yang membantu menjawab segala
macam permasalahan yang timbul.

1. Idealisme

Aliran ini memandang dan menganggap yang nyata hanya idea. Idea selalu
tetap, tidak mengalami perubahan dan pergeseran yng mengalami gerak yang tidak
dikategorikan idea. Aliran idealisme sangat identik dengan alam dan lingkungan,
karena aliran ini melahirkan dua macam realita, yang pertama yakni yang
tampakyaitu apa yang dialami oleh kita selaku makhluk hidup dalam lingkungan
seperti ini seperti ada yang datang dan pergi, ada yang hidup dan ada yang mati;
yang kedua adalah realitas sejati, yang merupakan sifat yang kekal dan sempurna
(idea). Inti yang terpenting dari ajaran ini adalah bahwa manusia menganggap roh
atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi dibandingkan dengan materi bagi
kehidupan manusia.

2. Materialisme

Aliran materialisme merupakan aliran filsafat yang berisikan ajaran


kebendaan. Menurut aliran ini, benda merupakan sumber segalanya. Aliran ini
berpikir sederhana, bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini dapat dilihat atau
diobservasi, baik wujudnya, gerakannya, maupun peristiwa-peristiwanya. Fokus
aliran materialisme adalah benda dan segala berawal dari benda. Segala kenyataan
yang didasarkan pada zat atau unsur dan jiwa roh, roh, sukma (idealisme), oleh aliran
materialisme dianggap materi.
12
3. Rasionalisme

Aliran rasionalisme ini lahir karena adanya usaha untuk membebaskan diri
dari bentuk pemikiran yang tradisional (skolastik) yang dianggap tidak pernah
mampu menangani dan menemukan hasil terhadap ilmu pengetahuan. Sebagai
makhluk hidup, manusia dikaruniakan empat hidayah Tuhan yang saling
berhubungan satu sama lain, yaitu: hidayah indrawi (alat tubuh vital); hidayah naluri
(kehendak); hidayah akliah (respons yang masuk dengan perantara naluri dan indra);
hidayah agama (bimbingan agama). Keempat komponen tersebut dapat
dikategorikan sebagai hasil pengetahuan, yang pada prinsipnya bekerja sama antara
satu sama lain.

BAB III ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODERN DITINJAU DARI ONTOLOGI,


EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGI

Ontologi berarti ilmu hakikat yang menyelidiki alam nyata dan bagaimana
keadaan yang sebenarnya, apakah hakikat di balik alam nyata ini. Epistemologi
adalah pengetahuan pertanyaan-pertanyaan seperti apakah pengetahuan, cara
manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan dan jenis-jenis pengetahuan.
Aksiologi merupakan suatu pendidikan yang menguji dan mengintegrasikan semua
nilai tersebut dalam kehidupan manusia.
Aliran-aliran filsafat modern sebagai berikut:
1. Aliran Progresivisme
Aliran progresivisme mengakui dan berusaha mengembangkan asas
progresivisme dalam semua realita kehidupan, agar manusia bisa survive mengahdapi
semua tantangan hidup. Aliran progresivisme memiliki kemajuan dalam bidang ilmu
pengetahuan meliputi: ilmu hayat, bahwa manusia mengetahui semua masalah
kehidupan; antropologi, bahwa manusia mempunya pengalaman, pencipta budaya.
Dengan demikina, dapat mencari hal baru; psikologi, bahwa manusia akan berpikir
tentang dirinya sendiri, lingkungan, pengalaman, sifat-sifat alam, dapat menguasai
dan mengatur alam.
2. Aliran Esensialisme
Aliran esensialisme merupakan aliran pendidikan yang didasarkan pada nilai-
nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban manusia. Esensialisme

13
memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang meiliki kejelasan
dan tahan lama, yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai
tata nilai yang jelas. Idealisme dan realisme merupakan aliran filsafat yang
membentuk corak esensialisme.
3. Aliran Perenialisme
Perenialisme memberikan jalan keluar bagi keadaan krisis di zaman modern
ini, yaitu dengan mengembalikan pada kebudayaan masa lampau yang dianggap
cukup ideal dan teruji ketangguhannya. Untuk itu, pendidikan harus lebih banyak
mengarahkan perhatiannya pada kebudayaan yang ideal dan teruji dan tangguh.
Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses
mengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme memberikan sumbangan yang
berpengaruh baik teori maupun praktik bagi kebudayaan dan pendidikan zaman
sekarang.
4. Aliran Rekonstruksionisme
Aliran rekonstruksionisme merupakan suatu aliran yang berusaha merombak
tata susunan lama dengan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang ercorak
modern. Aliran rekonstruksionisme pada prinsipnya sepaham dengan aliran
perenialisme, yaitu berawal dari krisis kebudayaan modern. Aliran
rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan
tugas semuaumat manusia. Karenanya, pembinaan daya intelektual dan spritual yang
sehat melalui pendidikan yang tepat akan membina kembali manusia dnegan nilai
dan norma yang benar pula demi generasi sekarang dan generasi yang akan datang,
sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia.

BAB IV HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT, MANUSIA, DAN PENDIDIKAN

Filsafat merupakan hasil usaha manusia dengan kekuatan akal budinya untuk
memahami secara radikal, integral, dan universal tentang hakikat sarwa yang ada
(Tuhan, alam, dan manusia), serta sikap manusia sebagai konsekuensi dari
pemahaman tersebut. Filsafatlah yang bertugas memcari jawaban dengan cara ilmiah,
objektif, memberikan pertanggungjawaban dengan berdasarkan pada akal budi
manusia. Dengan demikian, filsafat itu timbul dari kodrat manusia.

14
Manusia mempunyai keistimewaan ketimbang mahkluk hidup yang lain.
Berpikir atau bernalar merupakan satu kegiatan akal manusia melalui pengetahuan
yang kita terima melalui pancaindra diolah dan ditujukan untuk mencapai suatu
kebenaran. Aktivitas berpikir merupakan manifestasi berdialog dengan diri sendiri,
mempertimbangkan, merenungkan, menganalisis, menunjukkan alsan-alasan,
membuktikan sesuatu, menggolong-golongkan, membanding-bandingkan, menarik
kesimpulan, meneliti suatu jalan pikiran, mencari kausalitasnya, membahas secara
realitas dan lain-lain. Sebagai upaya memahami semua yang timbl dalam dalam
keseluruhan lingkup pengalaman manusia, maka berfilsafat memerlukan suatu ilmu
dalam mewujudkan pemahaman tersebut.

Ilmu tidak terlepas dari eksistensi pendidikan, eksistensi oendiidkan dari yang
sifatnya dari yang umum sampai ke khusus. Hubungan filsafat dengan ilmu
pendidikan ini tidak hanya insidental, tetapi juga suatu keharusan. John Dewey, filsuf
Amerika mengatakan bahwa filsafat merupakan teori umum dari pendidikan atau
landasan dari semua pemikiran mengenai pendidikan. Lebih dari itu, filsafat memang
mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan menyelidiki faktor-faktor realita dan
pengalaman yang banyak terdapat di lapangan pendidikan.

BAB V FILSAFAT PENDIDIKAN PANCASILA

Pendidikan suatu bangsa akan secara otomatis mengikuti ideologi bangsa yang
dianut. Karenanya, sistem pendidikan nasional Indonesia dijiwai, didasari, dan
mencerminkan identitas Pancasila. Pancasila adalah dasar negar Indonesia yang
merupakan fungsi utamanya dan dari segi materinya digali dari pandangan hidup dan
kepribadian bangsa. Pancasila tidak hanya sebagai dasar negara RI, tetapi juga alat
pemersatu bangsa, kepribadian bangsa, pandangan hidup bangsa, sumber dari segala
sumber hukum sumber ilmu pengetahuan di Indonesia.

Filsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh untuk


mencari kebenaran sesuatu. Semnetara filsafat pendidikan adalah pemikiran yang
mendalam tentang pendidikan berdasarkan filsafat. Bila dihubungkan sistem
Pancasila dengan sistem pendidikan ditinjau dari filsafat pendidikan, maka daoat
dijabarkan bahwa Pancasila adalah pandangan hidup bangsa yang menjiwai sila-
silanya dalam kehidupan sehari-hari. Dan untuk menerapkan sila-sila Pancasila,
15
diperlukan pemikiran yang sungguh-sungguh mengenai bagaimana nilai-nilai
Pancasila itu dapat dilaksanakan. Dalam hal ini, tentunya pendidikan yang berperan
utama. Karena itu, di sekolah-sekolah diberikan pelajaran Pendidikan Moral
Pancasila, yang salah satu butir sila pertamanya adalah percaya dan taqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama masing-masing. Sehingga nilai yang
tampak antara siswa adalah saling menghormati walaupun mereka bebeda agama.
Oleh karena itulah, sejak skeolah dasar sampai perguruan tinggi, pelajaran Pancasila
masih diberikan, yaitu supaya nilai-nilai Pancasila benar-benar diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari.

BAB VI FILSAFAT PENDIDIKAN PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA

Manusia adalah makhluk yang mampu mengembangkan diri dan manusai


memiliki potensial mental untuk dikembangkan. Berbagai potensi mental yang
terangkum dalm aspek kognisi, emosi, dan konasi dapat dikembangkan manusia
untuk menjadi makhluk yang berperadaban. Peningkatan dan pengembangan diri
mengakibatkan manusia memiliki tingkat peradaban yang berbeda dan mengarah
dari zaman ke zaman. Peningkatan kualitas sumber daya manusia pun tentunya
berbeda dari zaman ke zaman. Sifat, bentuk, dan arahannya tergantung dari kondisi
lingkungan dan kebutuhan masyarat masing-masing.

Dilihat dari sudut pandang individu, pendidikan merupakan usaha untuk


membimbing dan menghubungkan potensi individu. Sementara dari sudut pandang
kemasyarakatan, pendidikan merupakan usaha pewarisan nilai-nilai budaya dari
generasi tua kepada generasi muda, agar nilai-nilai budaya tersebut tetap terpelihara.
Pandangan hidup yang merupakan jati diri berisi nilai-nilai yang dianggap sebagai
sesuatu yang secara ideal adalah benar. Dan nilai kebenaran itu snediri berbeda
antara masyarakat atau bangsa yang satu dengan lainnya. Nilai-nilai kebenaran yang
idealis ini disebut sebagai filsafat hidup yang dijadikan dasar dalam penyusunan
sistem pendidikan. Selain itu, nilai-nilai tersebut juga sekaligus dijadikan tujuan yang
akan dicapai dalam pelaksanaan sistem pendidikan. Rantai hubungan itu dapat dilihat
sebagai berikut:

 Setiap masyarakat atau bangsa memiliki sistem nilai ideal yang dipandang
sebagai sesuatu yang benar
16
 Nilai-nilai tersebut perlu dipertahankan sebagai suatu pandangan hidup atau
filsafat hidup mereka
 Agar nilai-nilai tersebut dapat dipelihara secara lestari, perlu diwariskan
kepada generasi muda
 Usaha pelestarian melalui pewarisan ini efektifnya melalui pendidikan

BAB VII PENDIDIKAN NASIONAL DAN PEMBINAAN KARAKTER

Tujuan pendidikan nasional adalah menciptakan manusia Indonesia yang


memiliki pengetahuan, berakhlak mulia, berkepribadian, dan berkarakter. Jadi,
‘produk’ pendidikan nasioanl yang diharapkan, tidak hanya diharapkan cerdas dan
pintar tetapi juga berakhlak, bermoral, dan berkarakter, sehingga mereka diharapkan
bisa hidup dalam zamannya, di era globalisasi seperti ini. Peran keluarga, sekolah,
dan juga peran pemerintah merupakan tiga peran utama yang sangat mempengaruhi
proses pendidikan karakter. Pertama adalah peran keluarga; jika anak-anak tumbuh
dari keluarga yang lebih fokus terhadap perkembangan anak, akan menumbuhkan
pribadi anak yang berkarakter yang berdampak positif terhadap kemajuan bangsa ini.
Kedua adalah peran sekolah (insititusi pendidikan); fokus pembentukan watak atau
karakter di institusi pendidikan adalah penanaman nilai-nilai fitri manusia, yakni
menyadarkan anak didik terhadap nilai-nilai kesucian sebagai faktor bawaan
manusia. Nilai tersebut mengacu kepada kebenaran , kebaikan, dan keindahan. Ketiga
adalah peran pemerintah; antara pendidikan dan peranan pemerintah tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Selain itu, kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan
pembangunan sektor kesehatan, dan kesejahteraan ekonomi. Indeks Pembangunan
Manusia adalah alat untuk mengukur kualitas sumber daya manusia yakni
pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan ekonomi.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan

PEMBAHASAN BAB I PENGERTIAN FILSAFAT DAN FILSAFAT PENDIDIKAN

17
Pada Buku Utama yang berjudul Filsafat Pendidikan karya Dr. Edward Purba,
MA dan Prof. Dr. Yusnadi, MS mengatakan bahwa secara etimologi dan terminologi
filsafat membahas lapisan yang terakhir dari segala sesuatu atau membahas masalah-
masalah yang paling dasar. Sedangkan Filsafat pendidikan dapat dikatakan adalah
ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam
bidang pendidikan yang merupakan penerapan analisa filosfis dalam lapangan
pendidikan

Pada Buku Pembanding yang berjudul Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat,


dan Pendidikan karya Prof. Dr. H. Jalaluddin dan Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M.Ed
mengatakan bahwa filsafat yang dijadikan pandangan hidup oleh suatu masyarakat
atau bangsa merupakan asas dan pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan
kehidupan bangsa, termasuk aspek pendidikan. Sedangkan Filsafat pendidikan adalah
ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam
bidang pendidikan yang merupakan penerapan analisis filosofis dalam lapangan
pendidikan.

Berdasarkan kedua buku tersebut dapat disimpulkan bahwa filsafat


membahas masalah-masalah yang paling dasar sehingga menjadi asas dan pedoman
yang melandasi semua aspek kehidupan bangsa. Sedangkan filsafat pendidikan
adalah ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
dalam bidang pendidikan yang merupakan penerapan analisis filosofis dalam
lapangan pendidikan.

PEMBAHASAN BAB II FILSAFAT PENDIDIKAN


Pada Buku Utama yang berjudul Filsafat Pendidikan karya Dr. Edward Purba,
MA dan Prof. Dr. Yusnadi, MS mengatakan bahwa Filsafat pendidikan terwujud
dengan menarik garis linier antara filsafat dan pendidikan. Dalam hal ini filsafat
seolah-olah dijabarkan secara langsung ke dalam pendidikan dengan maksud untuk
menghasilkan konsep pendidikan yang berasal dari satu cabang atau aliran filsafat.

Pada Buku Pembanding yang berjudul Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat,


dan Pendidikan karya Prof. Dr. H. Jalaluddin dan Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M.Ed
mengatakan bahwa filsafat pendidikan merupakan pelaksana pandangan filsafat dan
kaidah filsafat dalam bidang pengalaman kemanusiaan yang disebut pendidikan.
18
Filsafat pendidikan memiliki prinsip-prinsip, kepercayaan, konsep, andaian yang
terpadu satu sama lainnya.

Berdasarkan kedua buku tersebut dapat disimpulkan bahwa filsafat


pendidikan terwujud dengan menarik garis linier antara filsafat dan pendidikan.
Artinya ada hubungan yang selaras antara filsafat dan pendidikan dan hubungan itu
tidak dapat dipisahkan. Dimana filsafat pendidikan merupakan pelaksana pandangan
filsafat dan kaidah filsafat dalam bidang pengalaman manusia yang disebut
pendidikan.

PEMBAHASAN BAB III ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN


Pada Buku Utama yang berjudul Filsafat Pendidikan karya Dr. Edward Purba,
MA dan Prof. Dr. Yusnadi, MS mengatakan bahwa aliran-aliran filsafat pendidikan
terdiri dari filsafat pendidikan idealisme, realisme, materialisme, pragmatisme,
eksistensilisme, progresivisme, perenialisme, esensialisme, dan rekonstruksionisme.
Pada Buku Pembanding yang berjudul Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat,
dan Pendidikan karya Prof. Dr. H. Jalaluddin dan Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M.Ed
mengatakan bahwa aliran-aliran filsafat modern terdiri dari filsafat pendidikan
progresivisme, esensialisme, perenialisme, dan rekonstruksionisme.
Berdasarkan kedua buku tersebut dapat disimpulkan bahwa jika filsafat
pendidikan didasarkan pada empat aliran pokok tentang realita dan fenomena, maka
filsafat pendidikan terdiri dari idealisme, realisme, materialisme dan pragmatisme.
Sedangkan penjelasan tentang pengkajian terhadap fnomena atau gejala dan
eksistensi manusia dalam pengembangan hidup dan kehidupannya dalam alam dan
lingkungannya yang tercakup dalam ekistensialisme, progresivisme, esensialisme,
perenialisme, dan rekonstruksionisme.

PEMBAHASAN BAB IV FILSAFAT PENDIDIKAN PANCASILA

Pada Buku Utama yang berjudul Filsafat Pendidikan karya Dr. Edward Purba,
MA dan Prof. Dr. Yusnadi, MS mengatakan pandangan Filsafat Pancasila tentang
manusia, masyarakat, pendidikan, dan nilai.
Pada Buku Pembanding yang berjudul Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat,
dan Pendidikan karya Prof. Dr. H. Jalaluddin dan Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M.Ed
19
mengatakan bahwa Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa, sebagai filsafat
pendidikan nasional, hubungan Pancasila dengan sistem pendidikan ditinjau dari
filsafat pendidikan, dan filsafat pendidikan Pancasila dalan tinjauan ontologi,
epistemologi, dan aksiologi.
Berdasarkan kedua buku tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua buku
memberikan pandangan-pandangan Filsafat Pancasila, kemudian Pancasila sebagai
suatu filsafat bangsa dan pendidikan nasional, dan hubungan Pancasila dengan sistem
pendidikan berdasarkan peninjauannya.

PEMBAHASAN BAB V HAKIKAT ILMU PENDIDIKAN

Pada Buku Utama yang berjudul Filsafat Pendidikan karya Dr. Edward Purba,
MA dan Prof. Dr. Yusnadi, MS mengatakan bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai
proses kegiatan mengubah perilaku individu ke arah kedewasaan dan kematangan.
Pendidikan nasional berfungsi untuk membentuk karakter. Karakter sangat penting
dan menentukan dalam mencapai tujuan hidup. Proses pendidikan menghasilkan
perkembangan dan pertumbuhan hidup dan kehidupan manusia sebagian
konsekuensi dari kemajuan ilmu dan teknologi serta munculnya teknokrat-teknokrat
hasil proses pendidikan yang merancang dan melaksanakan pembangunan dalam
setiap aspek kehidupan manusia.

Pada Buku Pembanding yang berjudul Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat,


dan Pendidikan karya Prof. Dr. H. Jalaluddin dan Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M.Ed
mengatakan tujuan pendidikan nasional adalah menciptakan manusia Indonesia yang
memiliki pengetahuan, berakhlak mulia, berkepribadian, dan berkarakter. Dimana
peran keluarga, sekolah, dan juga peran pemerintah merupakan tiga peran utama
yang sangat mempengaruhi proses pendidikan karakter.
Berdasrkan kedua buku tersebut dapat disimpulkan bahwa merupakan proses
mengubah perilaku individu ke arah kedewasaan dan kematangan. Pendidikan juga
befungsi dalam membentuk karakter, dimana karakter sangat diperlukan dalam
mencapai tujuan hidup. Perkembangan yang terjadi pada manusia tidak terlepas dari
pengaruh perkembangan-perkembangan teknologi. Dan yang paling memberikan
pengaruh terbesar dalam proses pembentukan karakter adalah peran keluarga,
sekolah dan juga pemerintah.

20
3.2 Kelebihan dan Kekurangan Buku

 Kelebihan

Aspek Penilaian Buku Utama Buku Pembanding


Tampilan Buku(face value) Menarik karena Menarik karena
digunakan warna yang menggunakan satu warna
tidak mencolok pada dasar saja dan terdapat
covernya gambar patung pada
covernya.
Dari aspek layout dan tata font yang digunakan serta font yang digunakan serta
letak, serta tata tulis tata letak dan tata tulisnya tata letak dan tata tulisnya
bagus, karena bagus, karena
menggunakan spasi yang menggunakan spasi yang
tidak rapat dan font yang tidak terlalu rapat dan font
digunakan juga nyaman yang digunakan juga
untuk dibaca oleh nyaman untuk dibaca
pembaca
Isi Buku isi buku dilengkapi Isi buku disertai
penjelasan yang banyak , penjelasan-penjelasan
sehingga sangat yang mudah untuk
membantu pembaca dalam dipahami
memahaminya.
Tata Bahasa Baku dan mudah untuk Baku dan juga mudah
dipahami untuk dipahami

 Kekurangan

Aspek Penilaian Buku Utama Buku Pembanding


Isi Buku Isi bukunya kurang lengkap, isi buku hasil revisi kurang
karena penyajian mengenai lengkap karena terdapat
filsafat pendidikan masih beberapa halaman yang
kurang lengkap, seperti hilang.

21
aliran filsafat pendidikan
modern yang ditinjau dari
ontologi, epistemologi, dan
aksiologi
Terdapat pengulangan- Terdapat pengulangan-
pengulangan penjelasan pengulangan penjelasan,
seperti pengertian dari
filsafat

BAB IV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1 Kesimpulan

Filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban


dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan yang merupakan penerapan

22
analisis filosofis dalam lapangan pendidikan. Filsafat pendidikan didasarkan pada
empat aliran pokok tentang realita dan fenomena, maka filsafat pendidikan terdiri
dari idealisme, realisme, materialisme dan pragmatisme. Sedangkan penjelasan
tentang pengkajian terhadap fenomena atau gejala dan eksistensi manusia dalam
pengembangan hidup dan kehidupannya dalam alam dan lingkungannya yang
tercakup dalam ekistensialisme, progresivisme, esensialisme, perenialisme, dan
rekonstruksionisme.
Dari kedua buku yang telah direview tersebut dapat dsimpulkan bahwa kedua
buku membahas hal-hal yang berkaitan filsafat pendidikan, mulai dari pengertian
filsafat, filsafat pendidikan, latar belakang filsafat pendidikan, hubungan filsafat
pendidikan dengan pendidikan, hakikat ilmu, dan materi lainnya yang masih
berhubungan dengan filsafat pendidikan.

4.2 Rekomendasi

Saran yang dapat saya berikan sebagai periview kepada penulis buku ini
adalah agar semua kekurangan kedua buku tersebut dapat diperbaiki untuk ke
depannya. Sehingga pembaca semakin tertarik dengan kedua buku tersebut. Untuk
para pembaca agar menggunakan kedua buku untuk dijadikan referensi dalam
mempelajari filsafat pendidikan, karena buku ini tentunya sangat membantu apalagi
untuk pemula seperti saya ini.

Critical Book Review yang telah saya siapkan ini tentunya juga dapat dijadikan
referensi untuk para pembaca, tentunya dalam mempermudah para pembaca dalam
menetukan inti-inti yang ada di dalam kedua buku ini.

DAFTAR PUSTAKA

Idi, Abdullah dan Jalaluddin. 2013. Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat, dan

Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Purba, Edward dan Yusnadi. 2016. Filsafat Pendidikan. Medan: UNIMED PRESS

23
LAMPIRAN

Lampiran Buku Utama

24
Lampiran Buku Pembanding

25
26

Anda mungkin juga menyukai