Anda di halaman 1dari 20

CRITICAL BOOK REVIEW

MK.FILSAFAT
PENDIDIKAN
PRODI S1 PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
CRITICAL BOOK REVIEW

FILSAFAT PENDIDIKAN SKOR NILAI :

Dosen Pengampu: Sarina Marbun, M.Pd.

Disusun Oleh:

Nama : GABRIEL FEBRIANTO SINAGA

NIM : (2223311019)

Kelas : Reguler E PBSI 2022

Mata Kuliah : FILSAFAT PENDIDIKAN

PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang mana atas
berkat dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Critical Book Report  ini
dengan lancar. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu, yaitu Ibu
Sariana Marbun, M.Pd. ,atas bimbingannya sehingga saya dapat memenuhi tugas mata kuliah
FILSAFAT PENDIDIKAN. Semoga tugas ini memenuhi syarat yang diharapkan.
Tiada gading yang tak retak, dari peribahasa itu saya menyadari tugas ini
bukanlah karya yang sempurna karena memiliki banyak kekurangan, baik dalam hal isi
maupun teknik penulisan. Oleh sebab itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan termasuk para mahasiswa
untuk dapat memahami dan menjadikan referensi perkuliahan dan memberikan manfaat
bagi siapa pun yang membacanya.

Medan., September 2022

Penyusun

(Gabriel Febrianto Sinaga)


Daftar Isi

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I..................................................................................................................................

PENDAHULUAN................................................................................................................

A. LATAR BELAKANG..............................................................................................
B. TUJUAN...................................................................................................................
C. MANFAAT...............................................................................................................
D. IDENTITAS BUKU..................................................................................................

BAB II RINGKASA ISI BUKU..........................................................................................

BAB III PEMBAHASAN.....................................................................................................

A. Analisis Buku ............................................................................................................


B. Kelebihan dan Kekurangan Buku.............................................................................

BAB IV PENUTUP................................................................................................................

A. Kesimpulan...............................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pada dasarnya manusia sebagai makhluk hidup berpikir dan selalu berusaha untuk
mengetahui segala sesuatu, tidak mau menerima begitu saja apa adanya sesuatu itu, selalu
ingin tahu apa yang ada dibalik yang dilihat dan diamati. Segala sesuatu yang dilihatnya,
dialaminya, dan gejala yang terjadi di lingkungannya selalu dipertanyakan dan dianalisis atau
dikaji ( Tim Pengajar Filsafat Pendidikan Unimed ). Ada tiga hal yang mendorong manusia
untuk berfilsafat yaitu keheranan, kesangsian, dan kesadaran atas keterbatasan. Berfilsafat
kerap kali didorong untuk mengetahui apa yang telah tahu dan apa yang belum tahu,
berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah diketahui dalam
kemestaan yang seakan tak terbatas.

Filsafat memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Setidaknya
ada tiga peran utama yang dimiliki yaitu sebagai pendobrak, pembebas, dan pembimbing
( Jan Hendrik Rapar dalam Diktat Filsafat Pendidikan). Pendidikan adalah upaya
mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta,
rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan
hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan
menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna
mencapai tujuan hidup kemanusiaan.
Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-
masalah pendidikan.
Filsafat pendidikan tidak akan terlepas dari kajian Ilmu Filsafat. Filsafat pendidikan
merupakan aplikasi filsafat dalam pendidikan (Kneller, 1971). Pendidikan membutuhkan
filsafat karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan
yang dibatasi pengalaman, tetapi masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih
kompleks, yang tidak dibatasi pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan, dan tidak
memungkinkan dapat dijangkau oleh sains pendidikan. Dalam tulisan ini akan membahas
hubungan antara filsafat dengan filsafat pendidikan agar lebih memudahkan pembaca dalam
memahami keterkaitan antara keduanya.
B.Tujuan CBR
1. Untuk mengetahui pengertian dan maksud dari Filsafat Pendidikan
2. Untuk mengetahui landasan-landasan Filsafat Pendidikan
3. Mengkritisi dan membandingkan 2 buku Filsafat Pendidikan
4. Agar mahasiswa lebih memahami dan mendalami pokok bahasan
5. Melatih dan mengembangkan pengetahuan serta kreatifitas mahasiswa

C.Manfaat CBR

1. Menambah pengetahuan mengenai materi Filsafat Pendidikan


2. Untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana
3. Mahasiswa dapat mengetahui standar buku yang baik di antara buku yang
dibandingkan
4. Penulis berharap makalah ini memiliki manfaat kepada pembaca CBR

D.Identitas Buku Yang Direview

BUKU UTAMA

1. Judul Buku : Filsafat Pendidikan


2. Penulis : Prof. Imam Barnadib, H.A., Ph.D.
3. Penerbit : Andi 
4. Tahun Terbit : 1996
5. Kota Terbit : Yogyakarta
6. Tebal Buku : 180 Halaman
7. ISBN : 9789795335115
BUKU PEMBANDING

1. Judul Buku : Filsafat Pendidikan


2. Penulis : Drs. Edward Purba, M.Si.
Prof. Dr. Yusnadi, Ms.
3. Penerbit : Unimed Press  
4. Tahun Terbit : 2017
5. Kota Terbit : Medan
6. Tebal Buku : 180 Halaman
7. Cetakan : Pertama,Agustus 2017
8. ISBN : 978-602-7938-38-0
BAB II
RINGKASAN BUKU

A.FILSAFAT PENDIDIKAN
1.    Pengertian Pendidikan
Kneller ( via siswoyo, 1995 :5) mengatakan pendidikan dapat dipandang dalam arti luas
dan dalam arti proses. Dalam arti luas pendidikan menunjuk pda suatu tindakan atau
pengalaman yang mempunyai pengaruh, berhubungan dengan pertumbuhan atau
perkembangan pikiran (mind), watak atau kemampuan fisik individu. Pendidikan dalam
pengertian ini berlansung terus seumur hidup.
      Dalam arti teknis, pendidikan adalah proses yang terjadi di dalam masyarakat melalui
lembaga-lembaga pendidikan ( sekolah,perguruan tinggi, atau lembaga-lembaga lain), yang
dengan sengaja mentransformasikan warisan budayanya, yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan
keterampilanketerampilan dari generasi ke generasi. Dalam arti hasil, pendidikan adalah apa
yang diperoleh melalui belajar, baik berupa pengetahuan, nilai-nilai maupun keterampilan-
keterampilan.sebagai suatu proses, pendidikan melibatkan perbuatan belajar itu sendiri,
dalam hal ini pendidikan sama artinya dengan perbuatan mendidik seseorang atau mendidik
diri sendiri.

B.     Pengertian Filsafat Pendidikan


Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli mengenai filsafat pendidikan. Randal
Curren (via Chambliss, 2009: 324) mengatakan bahwa filsafat pendidikan adalah penerapan
serangkaian keyakinan-keyakinan filsafati dalam praktik pendidikan.
      Kneller (1971: 4) juga mengatakan bahwa filsafat pendidikan bersandar pada filsafat
umum atau filsafat formal: artinya masalah-masalah pendidikan juga merupakan bagian dari
cara berpikir filsafat secara umum. Seseorang tidak dapat memberikan kritik pada kebijakan
pendidikan yang ada atau menyarankan kebijakan yang baru tanpa memikirkan masalah-
masalah filsafati yang umum seperti hakikat kehidupan yang baik sebagai arah yang akan
dituju oleh pendidikan, kodrat manusia itu sendiri, sebab yang mendidik itu adalah manusia,
dan yang dicari adalah hakikat kenyataan yang terdalam, yang menjadi semua pencarian
cabang ilmu. Oleh karena itu, filsafat pendidikan merupakan penerapan filsafat formal dalam
lapangan pendidikan.
      Sebagaimana halnya dengan filsafat umum, filsafat pendidikan bersifat spekulatif,
preskriptif, dan analitik. Bersifat spekulatif artinya bahwa filsafat membangun teori-teori
tentang hakikat manusia, masyarakat dan dunia dengan cara mrnyusun sedemikian rupa dan
menginterpretasikan berbagai data dari penelitian pendidikan dan penelitian ilmu-ilmu
perilaku (psikologi behavioristik).
      Filsafat bersifat preskriptif artinya filsafat pendidikan mengkhususkan tujuan-tujuannya,
yaitu bahwa pendidikan seharusnya mengikuti tujuan-tujuan itu dan cara-cara yang umum
harus digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
      Filsafat pendidikan bersifat analitik tatkala filsafat pendidikan berupaya menjelaskan
pernyataan-pernyataan spekulatif dan preskriptif, menguji rasionalitas ide-ide pendidikan,
baik konsistensinya dengan ide-ide yang lain maupun cara-cara yang berkaitan dengan
adanya distorsi pemikiran. Konsep-konsep pendidikan diuji secara kritis demikian pula dikaji
juga apakah konsep-konsep tersebut memadai ataukah tidak ketika berhadapan dengan fakta
yang berbeda yang berhubungan dengan berbagai istilah-istilah yang banyak digunakan
dalam lapangan pendidikan seperti “ kebebasan, penyesuaian, pertumbuhan, pengalaman,
kebutuhan, dan pengetahuan”. Penjernihan istilah-istilah akan sampai pada hal-hal yang
bersifat hakikih, maka kajian filsafati tentang pendidikan akan ditelaah oleh cabang filsafat
yang bernama metafisika atau ontologi.
      Antologi menjadi salah satu landasan dalam filsafat pendidikan. Selain itu, kajian
pendidikan secara filsafati memerlukan landasan epistemologis dan landasan eksiologis.

2.      LANDASAN FILSAFAT PENDIDIKAN


A.    Tiga Landasan Utama Filsafat Pendidikan
Filsafat memberikan asumsi-asumsi dasar bagi setiap cabang ilmu pengetahuan.
Demian pila halnya dengan pendidikan. Ketika filsafat membahas tentang ilmu alam, maka
diperoleh filsafat ilmu alam. Ketika filsafat mempertanyakan konsep dasar dari hukum, maka
terciptalah filsafat umum, dan ketika filsafat mengkaji masalah-masalah dasar pendidikan,
maka terciptalah cabang filsafat yang bernama filsafat pendidikan (kneller, 1971:4) jadi,
setiap bidang ilmu mempunyai landasan-landasan filsafat masing-masing.
            Unsur-unsur esensial dalam landasan filsafat pendidikan ada tiga yang utama, yaitu
landasan ontologis, landasan epistemologis, dan landaan aksiologis.
1.      Landasan Ontologis Pendidikan
Landasan ontologis atau sering juga disebut landasan metafisik merupakan landasan
filsafat yang menunjuk pada keberadaan atau suntansi sesuatu.misalnya, pendidikan secara
ilmiah ditunjukkan untuk mensistematisasikan konsep-konsep dan praktik pendidikan yang
telah dikaji secara metodologis menjadi suatu bentuk pengetahuan tersendiri yang disebut
ilmu pendidikan. Pengetahuan ilmiah mengenai pendidikan pada hakikatnya dilandasi oleh
suatu pemikiran filsafati mengenai manusia sebagai subjek dan objek pendidikan, pandangan
alam semesta: tempat manusia hisup bersama, dan pandangan tentang tuhan sebagai pencipta
manusia dan alam semesta tersebut.
Kneller (1971:6) mengatakan bahwa metafisika merupakan cabang filsafat yang bersifat
spekulatif membahas hakikat kenyataan terdalam. Metafisika mencari jawaban atas persoalan
mendasar.
Dengan kemunculan ilmu-ilmu empiris, banyak orang meyakini bahwa metafisika telah
ketinggalan jaman. Temuan ilmu-ilmu empiris tampak lebih dipercaya, sebab temuannya
dapat diukur, sedangkan pemikiran metafisik tampaknya tidak dapat diverifikasi dan tidak
bersifat aplikatif. Metafisika dan ilmu empiris seolah merupakan dua bidang kegiatan yang
berbeda.
Sebenarnya, ilmu-ilmu empiris mendasarkan diri pada asumsi-asumsi metafisik, tetapi
banyak orang yang tidak menyadarinya. Sebagaimana dinyatakan oleh ahli fisikaMax Planck
bahwa gambaran dunia secra ilmiah yang diperoleh dari pengalaman tetaplah selalu hanya
suatu pikiran saja: suatu model yang lebih kurang. Oleh karena ada subjek material di
belakang setiap sensasi inderawi, maka demikian pula ada kenyataan metafisik dibelakang
segala sesuatu, yang menjadi nyata dalam pengalaman hidup manusia.
Gutek mengatakan persekolahan mewakili upaya dari pembuat kurikulum, guru-guru dan
pengarang buku-buku dalam menggambarkan aspek-aspek kenyataan pada subjek didik.
Contohnya, pelajaran sejarah, geografi, kimia, dan lain-lain menggambarkan fase tertentu
dari kenyataan kepada subjek didik.
2.      Landasan Epitemologis Pendidikan
Epitemologis adalah cabang filsafat yang disebut juga teori mengetahui dan pengetahuan.
Epitemologis sangat penting bagi para pendidik. Akinpelu (1988:11) mengatakan bahwa area
kajian epistemologi ada relevansinya dengan pendidikan, khususnya untuk kegiatan belajar
mengajar di dalam kelas. Pencarian akan pengetahuan dan kebenaran adalah tugas utama baik
dalam bidang filsafat / etpistemologi maupun pendidikan. Sebagaimana dinyatakan oleh
Dewey, hanya saja antara epistemologi dan pendidikan terdapat perbedaan dalam hal
prosesnya. Pendidikan sebagai proses memusatkan perhatiannya pada penanaman
pengetahuan oleh guru dan perolehannya oleh peserta didik, sedangkan epistemologi
manggali lebih dalam sampai pada akarnya pengetahuan.
Epistemologis membahas konsep dasar dan sangat umum dari peoses mengetahui,
sehingga erat kaitannya dengan metode pengajaran dan pembelajaran. Sebagi contoh, seorang
yang berpaham idealisme berperang pada keyakinan bahwa proses mengatahui atau proses
kognitif sesungguhnya adalah proses memanggil kembali ide-ide yang telah ada dan bersifat
laten dalam pikiran manusia. Metode pembelajaran yang tepat adalah doalog socrates.
Dengan metode ini, guru berusaha menstimulasi atau membawa ide-ide laten kedalam
kesadaran subjek didik dengan  mennyakan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada
munculnya ide-ide tersebut dalam dialog.
Pengetahuan empiris adalah jenis pengetahuan yang sesuai dengan bukti-bukti inderawi.
Dengan penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan pengecapan manusia
membentuk pengetahuan mengenai dunia di sekitar kita. Dengan demikian, pengetahuan
empiris terdiri dari ide-ide yang dibentuk dalam kesesuaiannya dengan fakta yang diamati
atau diindera. Pradigma ilmu pengetahuan empiris adalah ilmu alam modern. Hipotesis
ilmiah diuji melalui observasi atau melalui pengalaman untuk mencari apakah hipotesis yang
dikemukakan terbukti sangat memuaskan bagi sederet fenomena tertentu.
Pengetahuan Otoriatif yaitu pengetahuan yang diakui kebenarannya berdasarkan jaminan
otoritas orang yang menguasai bidangnya. Seseorag menerima pengetahuan begitu saja tanpa
merasa perlu untuk mengujinya karena pengetahuan tersebut telah tersedia didalam
endiklopedia dan buku-buku yang ditulis oleh ahlinya.dunia terlalu luas bila seseorang harus
menguji kebenaran semua peristiwa secara pribadi. Jadi, pengetahuan otoritatif adalah
pengetahuan yang sudah terbentuk  dan diterima secara luas berdasarkan otoritas seseornag di
dalam bidang masing-masing.
Jadi, dapat diketahui bahwa dalam kegiatan pendidikan sangat erat dengan epistemologi
karena pendidikan selalu berkaitan dengan pemberian pengetahuan oleh pendidik, dan
penenrimaannya, serta pengembangannya oleh peserta didik. Dalam setiap pengetahuan yang
disampaikan oleh guru dengan berbagai disiplin ilmu masing-masing terdapat
epistemologisnya sendiri-sendiri.
3.      Landasan Aksiologis Pendidikan
Aksiologis merupakan cabang filsafat6 yang membahas teori-teori nilai dan berusaha
menggambarkan apa yang dinamakan dengan kebaikan dan perilaku yang baik. Bagian dari
aksiologi adalah etika dan estetika. Etika menunjuk pada kajian filsafati tentang nilai-nilai
moral dan perilaku manusia. Estetika berkaitan dengan kajian nilai-nilai keindahan dan seni.
Metafisika membahas tentang hakikat kenyataan terdalam, sedangkan aksiologi menunjuk
pada preskripsi perilaku moral dan keindahan. Para pendidik selalu memperhatikan masalah-
masalah yang berkaitan dengan pembentukan nilai-nilai dalam diri para subjek didik dan
mendorong kearah perilaku yang bernilai.
        Secara tidak lansung landasan aksiologis pendidikan tercermin didalam perumusan
tujuan pendidikan. Tatkala orang merancang pendidikan, maka ia harus memulainya dengan
merumuskan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan pendidikan berdasarkan oleh nilai-nilai
yang diyakini yang berusaha untuk diwujudkan tindakan nyata.
     Thomas Armstronhg ( 2006:39) mengatakan bahwa tujuan pendeidikan adalah untuk
mendukung, mendorong, dan memfasilitasi perkembangan subjek didik sebagai manusia
yang utuh ( a whole human being).  hal itu dapat diartikan bahwa menurut Armstrong
pendidikan harus dilandasi oleh nilai-nilai kehidupan yang bersifat holistik sehingga
pendidikan yang ingin diwujudkan adalah pendidikan yang bersifat holistik pula.
      Tujuan umum pendidikan adalah untuk mencapai kedewasaan: dalam arti susila.
      Dalam konteks indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional mengamanatkan tujuan pendidikan yang meliputi banyak aspek, baik
individual maupun sosial, jasmaniah dan rohaniah. Tujuan pendidikan dilandasi oleh nilai-
nilai filosofis yang bersifat holistik, yaitu nilai-nilai pancasila. Di dalam pasal 3 UU
Sisdiknas disebutkan bahwa tujuan pendiddikan adalah berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab. Jadi, ada nilai-nilai kehidupan yang berdimensi horizontal dan vertikal
yang terkandung di dalam tujuan pendidikan tersebut.
        Landasan Aksiologis Ilmu Pendidikan adalah konsep nilai yang diyakini yang dijadikan
landasan atau dasar dalam teori dan praktik pendidikan.
B.BUKU PEMBANDING
BAB I PENGERTIAN FILSAFAT DAN FILSAFAT PENDIDIKAN
Kata filsafat dalam bahasa inggris philosophy , dan dalam bahasa arab falsafash, yang
keduanya berasal dari bahasa yunani yakni philosopia. Philosopia terdiri atas dua suku kata
yakni philein dan shopia; philein berarti cinta dan shopia berarti kebijaksanaaan (love of
widom) dalam arti yang sedalam-dalamnya. Orang yang senang dengan berfilsafat dan
membidangi filsafat atau ahli filsafat atau filusuf filsafat adalah pecinta atau pencari
kebijaksanaaan.
Dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang adasecara mendalam
sampai pada hakikatnya dengan menggunakan akal atau pikiran.Alasan orang berfilsafat
yaitu kebenaran, kesangsian, dan kesadaran akan keterbatasan.Peranan filsafat dalam
kehidupan manusia adalah sebagai pendobrak, pembebas, dan pembimbing.Pendidikan dapat
diartikan sebagai suatu proses, dimana pendidikan merupakan usaha sadar dan penuh
tanggung jawab dari orang dewasa dalammembimbing, memimpin, dan mengarahkan peserta
didik dengan berbagai problemaatau pesoalan dan pertanyaan yang mungkin timbul dalam
pelaksanaanya.
Pendidikan juga dapat diartika sebagai hasil dimana pendidikan itu merupakan wahan
a untukmembawa peserta didik mencapai optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga
menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya
sebagai manusia, sesuai dengan hakiki dan ciri-ciri kemanusiaannya. Jadi, filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam sampai pada
hakikatnya dengan menggunakan akal dan pikiran.

BAB II. FILSAFAT PENDIDIKAN


Filsafat ditandai dengan pemunculan atau lahirnya teori-teori atau sistem pemikiran
yang dihasilkan oleh para pemikir atau filsuf besar seperti Socrates, Plato,Aristoteles,
Thomas Aquinas, Spinoza, Hegel Karlmax, August Comte. Filsafat pendidikan terwujud
dengan menarik garis besar linier antara filsafat dan pendidikan.
Dalam hal ini filsafat seolah-olah dijabarkan secara langsung kedalam pendidikan
dengan maksud untuk menghasilkan konsep pendidikan yang berasal ari satu cabang atau
aliran filsafat, misalnya dengan idealisme.
Kedudukan filsafat pendidikan dalam jajaran ilmu pendidikan adalah
sebagai bagian dari fundasi-fundasi pendidikan. 
Berarti bahwa filsafat pendidikan perlumengetengahkan tentang konsep-konsep dasar 
pendidikan. Nuansa serta tekanan permasalahan dari waktu ke waktu dapat berbeda sehingga 
erlu mendapatkan perhatian khusus dalam telaah pendidikan serta filsafat pendidikan.
Kalau dewasa ini persoalan yang selalu tampak adalah berkaitan dengan
karakter atau perilaku manusia yang sudah tidak sesuai dengan harkat dan martabat manusia
sebagai ciptaan Tuhan yang Maha Mulia, misalnya maka sudah sewajarnya bila studi tentang
filsafat pendidikan dan praksis serta praktek pendidikan memperhatikan substansi dan prakte
k pelaksanaan pendidikan.
Filsafat pendidikan dan pendidikan terdapat suatu hubungan yang erat sekali dan tidak
terpisahkan. Filsafat pendidikan mempunyai peranan penting dalam suatu sistem pendidikan,
karena filsafat merupakan pemberi arah dan pedoman dasar bagi usaha-usaha perbaikan ,
meningkatkan kemajuan dan landasan kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan.

BAB III.ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN


Adapun beberapa aliran filsafat pendidikan adalah sebagai berikut:
1.Idealisme
Idealisme berpendirian bahwa kenyataan tersusun atas gagasan-gagasan(ide-ide) atau
spirit. Segala benda yang tampak berhubungan dengan
kejiwaan dan segala aktivitas adalah aktivitas kejiwaan. Aliran idealis tidak terpisahkan
dengan alam dan lingkungan sehingga melahirkan dua macam realita: pertama, yang tampak
yaitu apa yang dialami oleh kita selaku makhluk hidup dalam lingkungan ini seperti ada yang
datang dan ada yang pergi, ada yang hidup ada ya ng mati; kedua, adalah realitas sejati yang
merupakan sikap yang kekal dan sempurna.
2.Realisme
Seorang pengikut materialisme mengatakan bahwa jiwa dan materi sepenuhnya sama
jika demikian halnya, sudah tentu dapa juga sama-sama
dikatakan ”jiwa adalah materi” seperti hal nya mengatakan “materi adalah jiwa”.
Sistem kefilsafatan realisme percaya bahwa dengan sesuatu atau lain cara, ada hal-hal yang
adanya terdapat didalam dan tentang dirinya sendiri, dan yang hakekatnya tidak terpengaruhi
oleh seseorang.
Filsafat pendidikan realismeAliran materialisme adalah suatu aliran filsafat yang
berisikan tentangajaran kebendaan di mana benda merupakan sumber segalanya, sedangkan
yang dikatakan materialistis mementingkan kebendaan menurut materialisme. Aliran ini,
berfikir dengan sederhana, mereka berpikir realitas sebagaimana adanya, kenyataannya aliran
ini memberikan suatu pertanyaan bahwa segala sesuatu yang ada di semua alam ini memberi
suatu pertanyaan bahwa segala sesuatu yang ada di semua alam ini ialah yang dapat dilihat
atau di observasi, baik wujudnya maupun gerakan-gerakannya serta peristiwa-peristiwanya.
3.Pragmatisme
Filsafat ini dipandang sebagai filsafat Amerika asli, pada hal kenyataan yang
sebenarnya adalah berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa
sumber pengetahuan manusia adalah apa yang manusia alami. Pragtisme berasal dari kata
“pragma’ yang berarti praktik atau aku yang berbuat. Hal ni mengandung arti bahwa makna
dari segala sesuatu tergantung dari hubungannya dengan apa yang dapat dilakukan.5.
4.Eksistensialisme
Filsafat ini memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Eksistensi adalah
cara manusia ada di dunia.
5.Progresivisme
Menurut penganut aliran ini bahwa kehidupan manusia berkembang terus menerus
dalam suatu arah yang positif. Apa yang dipandang benar sekarang belum tentu benar pada
masa yang akan datang.
6.Perenialisme
Aliran ini berbeda dengan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu
yang baru. Perenialisme mengemukakan bahwa situasi dunia saat ini penuh dengan
kekacauan dan ketidakpastian , dan ketidakteraturan terutama dalam tatanan kehidupan
moral, moral, intelektual dan sosio-kultural.
7.Esensialisme
Esensialisme bukan merupakan suatu aliran filsafat tersendiri , yang mendirikan suatu
bangunan filsafat tersendiri, melainkan suatu gerakan dalam pendidikan yang memprotes
pendidikan progresivisme.
Penganut paham ini berpendapat bahwa betulbetul ada halhal yang esensial dari penglaman p
eserta didik yang memilki nilai esensial dan perlu dipertahankan.
 
8.Rekonstruksionalisme
Adalah suatu kelanjutan yang logis dari cara berfikir progresifisme
dalam pendidikan. Tidak cukup kalau individu belajar hanya dari pengalaman- pengalaman
kemasyarakatan di sekolah

BABIV. FILSAFAT PENDIDIKAN PANCASILA


Pancasila merupakan dasar dari pembentukan negara Indonesia sebagaimana yang
dikemukakan oleh Bung Karno di dalam lahirnya Pancasila. Setiap negara mempunyai dasar
atau Ideologinya. Pancasila sebagai dasar dan nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat,
bangsa dan negara Indonesia memandang bahwa manusia adalah makhluk tertinggi ciptaan
Tuhan Yang Maha kuasa dan Maha Mulia yang dianugrahi kemampuan atau potensi untuk
bertumbuh dan berkembang, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat

BAB V.HAKIKAT ILMU PENDIDIKAN


Pendidikan haruslah berorientasi kepada pengenalan realitas diri manusia dan dirinya
sendiri, pengenalan itu tidak cukup hanya bersifat objektif atau subyektif, tetapi harus kedua-
duanya. Pendidikan merupakan pemberdayaan sumber daya manusia. Untuk
mengembangkan diirinya sendiri sesuai potensi yang dimiliki. Jadi, pendidikan dapat
dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa
yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar
dimana individu itu berada. Pendidikan harus di dasarkan pada cinta kasih, agar terbentuk
pada diri individu cinta sesama, cinta masyarakat, cinta bangsa, dan negara sebagai modal
dasar timbulnya dan berkembangnya pengabdian masing-masing warga negara bagi
perkembangan dan kemajuan bangsa dan negara menuju masyarakat adil, makmur,sejahtera.
BAB III
PEMBAHASAN

Penilaian Terhadap Buku


PERBEDAAN KEDUA BUKU
Buku utama menjelaskan bahwa filsafat ialah upaya manusia denganakal budi nya
untuk memahami, mendalami, dan menyelami secara radikal,integral dan sistematis
mengenai ketuhanan alam semesta, dan manusia.
Sedangkan buku pembanding menjelaskan bahwa filsafat adalah
ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalamsampai pada
hakikatnya dengan menggunakan akal dan pikiran.Perbedaan lainnya yaitu buku utama lebih
menekankan ada pengertian filsafat pendidikan secara mendalam sedangkan buku
pembanding hanya menekankan Pendidikan.

3.2 KEUNGGULAN
Kelebihan buku utama oleh ialah membahas tentang perilahal filsafat yang lahir dari
ilmu pendidikan sebagai ilmu pengetahuan praktis, mengandung maksud bahwa pendidikan
sebagai aspek kebudayaan .Juga
dijelaskan bahwa masalah pokok dalam filsafat dan pendidikan yang meliputi masalah tuhan,
masalah alam dan masalah manusia. Sedangkan buku pembanding kelebihannya ialah

3.3 KELEMAHAN
Kelemahan buku utama tidak menjelaskan terminology. Di buku utama dijelaskan
bahwa ada 4 golongan pemikiran filsafat yaitu Pseudo Ilmiah, awam, ilmiah dan filosofis.
Sedangkan buku pembanding tidak menjelaskannya.
B. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU
1. Dilihat dari aspek tampilan buku ,buku yang direview bagus dan jika dilihat dari sampul
sangat menggoda untuk dibaca dari pada buku pembanding .
2. Dilihat dari layout dan tata letak, serta tata tulis termasuk penggunaan font dari buku yang
saya review lebih rapi dan lebih bagus buku pembanding , karena font yang digunakan sangat
rapi, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
3. Dari aspek isi buku yang saya review lebih lengkap dan lebih rinci dijelaskan pada buku
utama karena setiap bab menjelaskan bagian-bagian dari filsafat dan menjelaskan teori-teori
secara lengkap tentang filsafat pendidikan.
4. Dari aspek tata bahasa, buku yang saya review dari buku utama dan buku pembanding
semuanya bagus dan menggunakan tata bahasa yang baik dan benar.
BAB III
PENUTUP

        A.    KESIMPULAN
Pendidikan adalah proses yang terjadi di dalam masyarakat melalui lembaga-lembaga
pendidikan ( sekolah,perguruan tinggi, atau lembaga-lembaga lain), yang dengan sengaja
mentransformasikan warisan budayanya, yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan
keterampilanketerampilan dari generasi ke generasi.
Kneller (1971: 4) juga mengatakan bahwa filsafat pendidikan bersandar pada filsafat
umum atau filsafat formal: artinya masalah-masalah pendidikan juga merupakan bagian dari
cara berpikir filsafat secara umum.
Unsur-unsur esensial dalam landasan filsafat pendidikan ada tiga yang utama, yaitu
landasan ontologis, landasan epistemologis, dan landaan aksiologis.

       B.     SARAN
Berdasarkan hasil Critical Book Report yang sudah di review , priview menyarankan
agar filsafat pendidikan dapat dipelajari dan dipahami semua lapisan baik guru, orang tua,
maupun masyarakat sehingga meningkatkan prestasi anak dalam berbagai hal kehidupan.
Menyadari bahwa penulis harus menjelaskan Critical Book Review dengan sumber-sumber
yang lebih banyak. Dan agar dalam pengetikan tidak terdapat huruf yang salah. Penulis juga
jangan membuat kata-kata atau kalimat yang bertele-tele karena akan membuat pembaca
merasa bosan
DAFTAR PUSTAKA
Akinpelu, J.A. 1988 An Introduction to philosophy. London and basingstojke.
Al-syaibany omar muhammad al-toumi, 1979. Falsafah pendidikan islam.
Jakarta:bulan Bintang

Barnadib, imam, 1996 filsafat pendidikan. Yogyakarta : aditya karya nusa.

Purba Edward, Yusnadi 2017. Filsafat pendidikan, Medan, Unimed press

Anda mungkin juga menyukai