Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL BOOK REVIEW

PROFESI KEGURUAN

Dosen Pengampu Mata Kuliah


Putri Nurhayati Lubis, M.Pd

Disusun Oleh : T Nancy Indah sari

Npm : 022030092

Program Studi : Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Semester : III

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUL ARAFAH


DELI SERDANG - SUMATERA UTARA
2023 / 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas Berkat dan
Rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas kuliah ini yaitu “CRITICAL BOOK
REPORT” dalam mata kuliah Profesi Keguruan.

Saya berterima kasih kepada Bapak / Ibu Dosen yang sudah membimbing
saya dalam menyelesaikan tugas ini, kepada semua yang sudah memberikan saran
dan kritik, dan semua yang sudah membantu saya dalam menyelesaikan tugas ini.
Terutama saya ingin banyak terimakasih kepada dosen pengampu Ibu Putri
Nurhayati Lubis, M.Pd

Saya mengharapkan agar tugas ini tidak hanya agar terpenuhinya tugas
kuliah, tetapi juga dapat bermanfaat bagi semua pembacanya, dan semoga juga
dapat menambah pengetahuan bagi saya dan pembaca.

Saya sadar bahwa saya masih dalam proses belajar, dan makalah ini pun
tidak luput dari kesalahan. Saya mohon maaf jika ada terdapat kesalahan pada
penulisan dan tata bahasa dalam makalah ini, dan saya mohon kritik dan saran yang
membangun untuk makalah yang saya buat ini.

Deli serdang, 25 November 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I .................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................1

1.2 Tujuan ...................................................................................................................1

1.3 Manfaat .................................................................................................................1

BAB II ................................................................................................................. 2

ISI........................................................................................................................ 2

2.1 IDENTITAS BUKU ..............................................................................................2

2.2 RINGKASAN ISI BUKU ......................................................................................2

2.3 PENILAIAN TERHADAP BUKU ...................................................................... 10

BAB III.............................................................................................................. 12

PENUTUP ......................................................................................................... 12

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 12

3.2 Saran .................................................................................................................. 12

3.3 Lampiran Cover Buku ........................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Critical Book Report adalah mengkritik buku agar lebih mengerti atau
memahami apa isi buku yang dibaca, dan tidak hanya di baca saja dan lupa
begitu saja. Tugas ini juga berfungsi untuk menyadarkan mahasiswa
bagaimana caranya berpikir kritis.
Kualitas pendidikan Indonesia dianggap oleh banyak kalangan masih
rendah. Padahal pendidikan merupakan investasi sumber daya manusi jangka
panjang. Hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator seperti lulusan sekolah atau
perguruan tinggi belum mampu memasuki dunia kerja karena minimnya
kompetensi yang dimilikinya. Melihat realita saat ini diperlukan perubahan
dalam pengelolaaan pendidikan agar sesuai dengan perkembangan dan
tuntutan zaman. Dalam dunia pendidikan tuntutan profesionalisme guru harus
disikapi dengan peninfkatanh kualifikasi dan kompetensi.
Guru merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan. Karena
guru lah yang langsung berhadapan dengan peserta didik untuk mentransfer
ilmu pengetahuan dan teknologi, sekaligus mendidik nilai – nilai posisif
melalui bimbingan dan keteladanan.

1.2 Tujuan
1. Agar mampu meringkas dan memahami isi buku
2. Agar mampu membandingkan buku dengan buku- buku lain
3. Mampu mengkontruksi buku ( cover , layout , dan tata bahasa )

1.3 Manfaat
Agar kita dapat berpikir kritis mengenai setiap pemahaman yang ada
di dalam buku tersebut. Dan bisa menganalisis informasi dalam buku,
menghargai karya tulis , komunikatif dalam penyampaian informasi dan
bertanggung jawab.

1
BAB II
ISI

2.1 IDENTITAS BUKU


Buku Utama

1. Judul buku : Learning to Teach


2. Pengarang : Richard I. Arends
3. Penerbit : McGraw-Hill Education
4. Tahun terbit : 1988
5. Kota terbit : New York
6. Tebal buku : 608 hlm
7. ISBN : 978-0-07-811030-6

Buku pembanding 1

1. Judul buku : Belajar dan Pembelajaran


2. Pengarang : Dr. C. Asri Budiningsih
3. Penerbit : Rineka Cipta
4. Tahun terbit : 2012
5. Kota terbit : Jakarta
6. Tebal buku : 128 hlm
7. ISBN : 9789795189268

Buku pembanding 2

1. Judul buku : Profesi Keguruan


2. Pengarang : Prof. Soetjipto dan Drs. Raflis Kosasi, M.Sc.
3. Penerbit : Rineka Cipta
4. Tahun terbit : 2009
5. Kota terbit : Jakarta
6. Tebal buku : 262 hlm
7. ISBN : 978-979-518-824-7

2.2 RINGKASAN ISI BUKU


Didalam buku Learning to Teach terdapat 5 Bagian pembahasan. Berikut
adalah ringkasan pada setiap bab nya :

 Bagian I Belajar dan Mengajar di Kelas Dewasa Ini

Bab 1: Dasar Ilmiah Seni Mengajar

2
Mengajar memiliki dasar ilmiah yang dapat menjadi pedoman bagi
praktiknya yang didasarkan pada penelitian dan bukti-bukti ilmiah. Peran guru yang
kompleks terbentuk oleh berbagai kekuatan historis dan kontemporer. Ekspektasi
terhadap guru telah mengalami berbagai perubahan. Di abad kedelapan belas dan
kesembilan belas, yang paling diutamakan adalah karakter moral guru, sedangkan
saat ini lebih memperhatikan kemampuan pedagogis guru.

Guru-guru efektif memiliki kualitas untuk mengembangkan hubungan


autentik dengan siswa-siswanya, memahami dasar pengetahuan tentang belajar dan
mengajar, dapat melaksanakan sebuah repertoar pratik terbaik, memiliki sikap dan
ketrampilan yang dibutuhkan untuk refleksi dan menyelesaikan masalah,
menganggap pelajaran mengajar sebagai sebuah proses yang berlangsung seumur
hidup.

Reportoar mengacu pada sejumlah strategi dan proses yang disiapkan guru
untuk digunakan. Guru yang efektif mengembangkan sebuah metode dan
ketrampilan agar dapat melaksanakan berbagai aspek pekerjaannya. Pekerjaan
seorang guru dapat dikonseptualisasikan diseputar tiga fungsi, yaitu kepemimpinan,
intruksional (pengajaran), dan organisasional.
a. Aspek-aspek kepemimpinan mengajar mengacu pada peran-peran kepemimpinan
yang diharapkan untuk dimainkan guru di kelas mereka, misalnya memberikan
motivasi, merencanakan, dan mengalokasikan sumber-sumber daya yang langka.
b. Aspek-aspek intruksional mengajar mengacu pada metode dan proses yang
digunakan guru selama mereka memberikan pengajaran kepada siswa-siswanya
dari hari ke hari.
c. Aspek-aspek organisasional mengajar mengacu pada pekerjaan guru dalam
komunitas sekolahnya, termasuk bekerja bersama rekan-rekan sejawat, orang tua
siswa, dan personel kepemimpinan sekolah.
Praktik yang efektif termasuk kemampuan-kemampuan untuk mendekati
berbagai situasi kelas secara refleksi dan berorientasi problem-solving (mengatasi
masalah).

Bab 2: Pembelajaran Siswa di Kelas yang Beragam

3
Setengah abad yang lalu, populasi siswa di Amerika telah berubah secara
dramatis. Memahami keanekaragaman dan membantu setiap siswa belajar adalah
tantangan besar pengajaran abad kedua puluh satu. Sangat penting untuk
menggunakan bahasa yang tepat ketika mendiskusikan tentang keanekaragaman
dan merujuk ke latar belakang dan kemampuan siswa.Banyak penelitian dan
concern pada keanekaragaman difokuskan pada topik-topik seperti ekuitas,
perlakuan diferensial, dan variasi dalam kemampuan belajar siswa.

Siswa-siswa yang memiliki disabilitas belajar memiliki kebutuhan khusus yang


harus dipenuhi agar mereka dapat berfungsi dengan baik di dalam dan di luar
sekolah. Secara tradisional, siswa-siswa ini menerima pendidikan dengan mutu
yang lebih rendah. Public Law 94-192 menyatakan bahwa siswa-siswa dengan
disabilitas harus dididik di lingkungan yang paling tidak restritik dan bahwa
masing-masing harus memiliki individual educational plan (IEP) (rencana
pendidikan individual). Tanggung jawab guru untuk menangani siswa-siswa
dengan kebutuhan khusus termasuk membantu proses IEP dan mengadaptasikan
pengajaran dan aspek-aspek pengajaran lainnya agar seluruh siswa dapat belajar.

Guru-guru yang efektif dari siswa-siswa yang berbeda secara rasial dan kultural
tahu bagaimana cara menciptakan kurikulum yang relevan secara kultural dan
multikultural dan bagaimana cara menggunakan pedagogi yang relevan secara
kultural. Model-model dan strategi-strategi spesifik yang ada untuk mencapai
tujuan belajar yang multikultural termasuk pengajaran langsung, cooperative
learning, pengajaran resiprokal, dan community problem solving.

 Bagian 2 Aspek-Aspek Kepemimpinan dalam Pengajaran

Bab 3: Perencanaan Guru

Perencanaan yang baik melibatkan kegiatan mengalokasikan penggunaan


waktu, memilih metode pengajaran yang tepat guna, menciptakan minat siswa, dan
membangun lingkungan belajar yang produktif. Merencanakan dan mengambil
keputusan tentang pengajaran adalah aspek-aspek terpenting pengajaran.

4
Perencanaan dapat meningkatkan motivasi siswa, membantu memfokuskan
pembelajaran siswa, dan mengurangi masalah manajemen kelas. Guru-guru yang
berpengalaman lebih memperhatikan tentang bagaimana membangun struktur
sebelum membimbing berbagai kegiatan kelas dan merencanakan sebelumnya
berbagai adaptasi yang mungkin dibutuhkan setelah pelajaran berjalan. Secara
umum, guru-guru pemula lebih banyak menggunakan perencanaan untuk
pengajaran verbal dan lebih banyak merespons interes siswa.

Perencanaan guru bersifat multifaset, tetapi berhubungan dengan tiga fase


pengajaran: sebelum pelajaran, ketika keputusan tentang apa yang akan diajarkan,
dan untuk berapa lama dibuat; selama pengajaran, ketika keputusan tentang
pertanyaan yang akan ditanyakan, wait time, dan orientasi, dan; setelah pengajaran,
ketika keputusan tentang bagaimana cara mengevolusi kemajuan siswa dan apa tipe
umpan-balik yang akan diberikan dibuat.

Melalui proses perencanaan, guru dapat membuat variasi waktu, materi, dan
kegiatan belajar agar dapat memenuhi kebutuhan setiap siswa di kelas. Penggunaan
waktu dan ruang dipengaruhi oleh tuntutan tugas pembelajaran. Guru-guru yang
efektif mengembangkan sikap fleksibilitas dan eksperimentasi tentang fitur-fitur
kehidupan di kelas.

Bab 4: Komunitas Belajar dan Motivasi Siswa

Memotivasi siswa dan memberikan kepemimpinan untuk komunitas belajar


adalah fungsi kepemimpinan yang kritis dalam pengajaran. Komunitas belajar yang
produktif ditandai oleh iklim yang siswanya merasa positif tentang dirinya sendiri
dan teman-teman sebayanya, kebutuhan individual mereka terpenuhi sehingga
siswa bertahan di dalam tugas-tugas akademiknya dan bekerja secara kooperatif
dengan guru, dan siswa memiliki ketrampilan interpersonal dan kelompok untuk
memenuhi tuntutan kehidupan kelas.

Motivasi dan pembelajaran siswa dipengaruhi oleh proses dan struktur yang
diciptakan guru di kelas tertentu. Guru efektif menciptakan komunitas belajar yang
produktif dengan memfokuskan pada hal-hal yang dapat diubah, misalnya
meningkatkan motivasi siswa dan mendorong perkembangan kelompok.

5
Bab 5: Manajemen Kelas

Manajerial dan instruksional pengajaran sangat erat berkaitan satu sama lain
dan tidak dapat dipisahkan dengan jelas dalam pengajaran riil. Pengelola yang
efektif memiliki prosedur-prosedur yang ditetapkan dengan baik, yang mengatur
pembicaraan dan gerakan siswa, membuat persyaratan-persyaratan tugas jelas bagi
siswa, dan menekankan pada penjelasan yang benar-benar jelas. Pendekatan-
pendekatan spesifik untuk manajemen kelas, seperti asservative discipline,
menekankan pentingnya memperjelas ekspektasi dan konsisten dalam
mengadministrasikan konsekuensi.

Pengelola yang efektif mengembangkan berbagai sistem untuk membuat siswa


bertanggung jawab atas hasil kerja akademisnya dan atas perilakunya di kelas.
Pengelola yang efektif memiliki ketrampilan intervensi untuk menangani siswa
yang disruptif dengan cepat, langsung, namun adil.

Bab 6: Asesmen dan Evaluasi

Asesmen dan evaluasi dapat didefinisikan sebagai fungsi-fungsi yang


dilakukan oleh guru untuk membuat keputusan yang bijaksana tentang
pengajarannya maupun tentang siswa. Informasi evaluasi sumatif dikumpulkan
setelah pengajaran dan digunakan untuk merangkum bagaimana kinerja siswa dan
untuk menentukan nilai. Blueprint (cetak-biru) tes adalah alat yang digunakan
untuk membantu guru dalam menentukan berapa banyak ruang yang dialokasikan
untuk beragam topik yang dicakup dan untk mengukur berbagai tingkat proses
kognitif.

Para spesialis pengukuran menggunakan dua istilah teknis untuk


mendeskripsikan kualitas informasi asesmen dan evaluasi: reliabilitas dan validitas.
Reliabilitas mengacu pada konsistensi internal sebuah tes, kemampuannya untuk
menghasilkan skor yang konsisten dari waktu ke waktu untuk individu atau
kelompok yang menjalani tes itu lebih dari satu kali, dan kemampuannya untuk
menghasilkan hasil-hasil yang sama bila dua bentuk yang berbeda dari tes itu
digunakan. Validitas mengacu pada kemampuan sebuah tes atau alat lain untuk
mengukur apa yang di klaimnya akan diukur.

6
 BAGIAN 3 Model-Model Pengajaran Interaktif yang Berpusat pada
Guru
Bab 7: Presentasi dan Penjelasan
Presentasi, penjelasan, ceramah oleh guru menggunakan porsi waktu di kelas
yang cukup besar terutama karena kurikulum di sekolah di strukturisasikan di
seputar berbagai bodies of information yang diharapkan untuk dipelajari siswa.
Tujuan intruksional model presentasi terutama adalah untuk membantu siswa
memperoleh, mengasimilasi, dan menyimpan informasi.
Model pengajaran dengan presentasi mendasarkan diri pada tiga arus
pemikiran kontemporer: konsep-konsep tentang bagaimana pengetahuan
distrukturisasikan, ide-ide tentang cara membantu siswa mendapatkan meaning
verbal learning, dan konsep-konsep dari ilmu kognitif yang menjelaskan
bagaimana informasi diperoleh, diproses, dan disimpan. Bodies of knowledge
memiliki struktur-struktur logis dari mana berbagai konsep dan ide kunci di ambil
untuk presentasi guru.
Bab 8: Pengajaran Langsung
Efek instruksional dari model pengajaran langsung adalah meningkatkan
penguasaan ketrampilan-ketrampilan sederhana maupun kompleks dan
pengetahuan deklaratif yang dapat ditetapkan dengan seksama dan diajarkan secara
langkah demi langkah. Model ini memiliki bukti-bukti empiris yang kuat untuk
penggunaannyasebagai cara untuk menuntaskan tipe-tipe pembelajaran tertentu.
Aliaran secara umum atau sinteksis pelajaran dengan model pengajaran
langsung biasanya terdiri atas lima fase. Lima fase model instruksional langsung
adalah:
1) Menetapkan tujuan dan establishing set,
2) Mendemonstrasikan atau menjelaskan materi-materi yang akan dipelajari,
3) Memberikan praktik terbimbing,
4) Memeriksa pemahaman siswa dan memberikan umpan-balik,
5) Memberikan extended practice dan transfer.
 BAGIAN 4 Model-Model Pengajaran Interaktif yang Berpusat pada
Siswa
Bab 9: Pengajaran Konsep

7
Belajar konsep dan berfikir logis adalah tujuan kritis untuk hampir semua
hal yang diajarkan di sekolah. Belajar konsep dan berfikir logis adalah tujuan kritis
untuk hampir semua hal yang diajarkan di sekolah. Tujuan instruksional pengajaran
konsep terutama adalah untuk membantu siswa memperoleh pemahaman
konseptual tentang subjek-subjek yang sedang mereka pelajari untuk memberikan
fondasi untuk berfikir tingkat tinggi.
Ada beberapa macam pendekatan pengajaran konsep. Dua pendekatan yang
paling menonjol adalah direct presentation dan concept attainment. Fase-fase final
pengajaran konsep mendorong interaksi siswa dan membutuhkan lingkungan
belajar yang lebih fleksibel dan berpusat pada anak. Seperti model instruksional
lainnya, tugas pasca-pengajaran guru adalah menyesuaikan program testingnya
dengan tujuan modelnya. Siswa juga perlu diminta untuk mendemonstrasikan
pengetahuan mereka tentang atribut-atribut kritis konsep itu dan hubungannya
dengan konsep-konsep lain.
Bab 10: Cooperative Learning
Cooperative Learning adalah model yang unik di antara model-model
pengajaran lainnya karena menggunakan struktur tujuan, tugas, dan reward yang
berbeda untuk mendukung pembelajaran siswa. Struktur tugas cooperative learning
mengharuskan siswa berkelompok atau membentuk kelompok kecil.
Akar intelektual untuk cooperative learning berasal dari tradisi pendidikan yang
menekankan pemikiran dan praktis demokratis: belajar secara aktif, perilaku
kooperatif, dan menghormati pluralisme di masyarakat yang multikultural. Dasar
empiris yang kuat mendukung penggunaan cooperative learning untuk tujuan-
tujuan pendidikan berikut: perilaku kooperatif, pembelajaran akademis, hubungan
rasial yang lebih baik, dan sikap yang lebih baik terhadap anak-anak dengan
kebutuhan khusus.
Kerja kelompok kecil menyuguhkan berbagai tantangan manajemen khusus
kepada guru. Selama pelajaran dengan cooperative learning, guru harus membantu
siswa untuk melakukan transisi ke kelompok-kelompok kecil, membantu mereka
mengelola kerja kelompok, dan mengajarkan berbagai keterampilan sosial dan
kelompok yang penting.
Bab 11: Problem-Based Learning

8
Problem-Based Learning memiliki akar intelektual dalam metode Sokratik
pada zaman Yunani kuno, tetapi telah diperluas oleh ide-ide yang berasal dari
psikologi kognitif abad kedua puluh. Dasar pengetahuan tentang Problem-Based
Learning kaya dan kompleks. Selama tiga dekade terakhir, perhatian cukup banyak
diberikan kepada pendekatan-pendekatan pengajaran yang dikenal dengan berbagai
sebutan- descovery learning, inquiry training, higher-level thinking- yang
semuanya difokuskan pada membantu siswa untuk menjadi pelajar yang otonom
dan mandiri, yang mampu memahami sendiri tentang makna berbagai macam hal.
Tujuan instruksional Problem-Based Learning rangkap tiga: membantu siswa
mengembangkan keterampilan invesgatif dan keterampilan mengatasi masalah,
memberikan pengalaman peran-peran orang dewasa kepada siswa, dan
memungkinkan siswa untuk mendapatkan rasa percaya diri atas kemampuan-
kemampuannya sendiri, untuk berfikir dan menjadi pelajar yang self-regulated.
Bab 12 : Diskusi Kelas
Wacana dan diskusi adalah unsur kunci untuk meningkatkan kemampuan
berfikir siswa dan menyatukan berbagai aspek kognitif dan sosial belajar. Ketika
guru-guru berpengalaman merujuk pada wacana kelas, mereka sering
menggunakan label diskusi untuk mendeskripsikan apa yang mereka lakukan.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa, meningkatkan
keterlibatan dan engagement dalam materi-materi akademik, dan mempelajari
berbagai keterampilan komunikasi dan keterampilan berfikir yang penting.
Tugas utama guru ketika mereka melaksanakan diskusi adalah memfokuskan
diskusinya; menjaga agar diskusi itu tidak keluar jalur; mencatat jalannya dikusi;
mendengarkan ide-ide siswa; dan memberikan wait-time yang tepat. Guru
seharusnya merespons ide-ide siswa dengan bangga.
Bab 13 : Menghubungkan Berbagai Model dan Mendiferensiasikan
Pengajaran
Repertoar mengacu pada jumlah model dan strategi yang dimiliki guru yang
mereka kuasai panggunaannya. Repertoar yang luas memungkinkan untuk
menggunakan multimodel, untuk mengadaptasikan pengajaran dan membuat
pilihan pengajaran yang bijaksana untuk memastikan berbagai tipe belajar siswa.
Sementara tujuan pelajaran tertentu adalah salah satu faktor untuk memutuskan

9
moel dan strategi mana yang akan digunakan, sifat siswa adalah salah satu faktor
lain yang sangat penting. Perlunya variasi adalah faktor ketiga yang membantu guru
memutuskan penggunaan multimodel selama sebuah pelajaran atau satu unit
pekerjaan.
Strategi-strategi yang mendukung diferensiasi pengajaran termasuk diferensiasi
kurikulum, cooperative learning, problem-based learning, pemadatan kurikulum,
tiered activities, dan independent study dan contracting. Di sebagian besar abad
kedua puluh, mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan adalah cara utama
untuk mengurangi rentang kemampuan yang ditemukan di kelas-kelas.

 BAGIAN 5 Aspek-Aspek Organisasional Pengajaran


Bab 14 : Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah
Sekolah adalah organisasi sosial yang merupakan tempat orang-orang dewasa
bekerja dan tempat siswa datang untuk belajar. Dua norma penting yang mengatur
budaya mengajar dan perilaku di sekolah adalah autonomy norm dan hands-off
norm. Autonomy norm memungkinkan guru untuk melakukan apa saja dalam
lingkup ruang kelasnya. Hands-off norm memberi sanksi kepada guru yang
mencoba mencampuri metode atau proses pengajaran guru lain. Peran juga
menentukan bagaimana guru mengerjakan tugasnya. Beberapa aspek peran guru
bersifat kontradiktif. Sebagai contoh, kebutuhan untuk memberikan perhatian
individual kepada siswa dalam setting kelompok dan kebutuhan untuk menjaga
jarak sosial dengan siswa.

Guru membangun hubungan baik dengan kepala sekolah dan personel


kepemimpinan lain dengan menemui mereka secara reguler, selalu memberikan
informasi mutakhir tentang apa yang mereka kerjakan di kelas, daan berpartisipasi
di berbagai kegiatan tingkat sekolah. Membantu memperbaiki kelas dan sekolah
merupakan salah satu aspek penting dalam pekerjaan guru.

2.3 PENILAIAN TERHADAP BUKU


 Dari segi cover : Buku utama dan kedua memiliki cover lebih menarik
ketimbang buku ketiga karena buku pertama dan buku kedua memiliki
warna cover yang warnanya lebih cerah

10
 Dari segi isi : Buku Utama cukup baik dan mudah dipahami. Menekan kan
betapa pentingnya penelitian dan dasar pengetahuan bagi pengajar dan
belajar.
Pada buku kedua Berisikan materi pelajaran yang sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional Pada setiap bab pada buku ini adanya dilampirkan
latihan-latihan yang dapat menguji kemampuan mahasiswa dalam
memahami isi materi
Disetiap bab di buku ketiga terdapat rangkuman atau inti sari dari
pembahasan sebelumnya sehingga memudahkan pembaca untuk memahami
nya lagi. Dan pada setiap bab juga terdapat latihan – latihan sehingga dapat
melatih pengetahuan kembali. Nasional. Pada setiap bab pada buku ini
adanya dilampirkan latihan-latihan yang dapat menguji kemampuan
mahasiswa dalam memahami isi materi.
 Dari segi kerapian : Ketiga buku sudah memiliki kerapihan yang baik,
namun pada buku utama terdapat beberapa spasi yang berantakan, namun
tidak banyak.
 Dari segi referensi : Buku pertama memiliki referensi yang cukup banyak
namun pada penjelasan tiap bab terlalu luas dan panjang lebar tidak
langsung pada poin pembahasan sehingga membuat pembaca bigung.
Buku kedua memiliki referensi yang cukup memadai
Pada buku ketiga juga sudah memiliki banyak referensi namun spesik lebih
menjelaskan profesionalisme seorang guru. Namun pada buku kedua
penulis banyak mengambil teori dari penulis sehingga kurang penjelasannya
tentang bagaimana kurikulum di Indonesia dan bagaimana sistemnya.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam resume pada makalah ini maka saya dapat menyimpulklan bahwa
Guru semakin diharapkan untuk memiliki persiapan yang cukup jauh dan untuk
mendemostrasikan pengetahuan mereka tentang subjek yang diampunya maupun
tentang pedagogi. Hal ini disebabkan karena mengajar bersifat situasional, dan
karakteristik siswa, kelas, sekolah dan masyarakat tertentu mempengaruhi prinsip
apa yang bekerja dan tidak bekerja. Guru-guru yang efektif dari siswa-siswa yang
berbeda secara rasial dan kultural tahu bagaimana cara menciptakan kurikulum
yang relevan secara kultural dan multikultural dan bagaimana cara menggunakan
pedagogi yang relevan secara kultural.

3.2 Saran
Untuk memahami profesionalisme sebagai seorang guru maka disarankan
untuk membaca buku yang sudah di resume pada makalah ini . Agar dapat
membantu pembaca.

12
3.3 Lampiran Cover Buku

Cover Buku Utama

Cover Buku pembanding 1 dan 2

13
DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. I. (1988). Learning to Teach. New York: McGraw-Hill Education.

Budiningsih, D. C. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Prof. Soetjipto dan Drs. Raflis Kosasi, M. (2009). Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.

14

Anda mungkin juga menyukai