PROFESI KEGURUAN
Npm : 022030092
Semester : III
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas Berkat dan
Rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas kuliah ini yaitu “CRITICAL BOOK
REPORT” dalam mata kuliah Profesi Keguruan.
Saya berterima kasih kepada Bapak / Ibu Dosen yang sudah membimbing
saya dalam menyelesaikan tugas ini, kepada semua yang sudah memberikan saran
dan kritik, dan semua yang sudah membantu saya dalam menyelesaikan tugas ini.
Terutama saya ingin banyak terimakasih kepada dosen pengampu Ibu Putri
Nurhayati Lubis, M.Pd
Saya mengharapkan agar tugas ini tidak hanya agar terpenuhinya tugas
kuliah, tetapi juga dapat bermanfaat bagi semua pembacanya, dan semoga juga
dapat menambah pengetahuan bagi saya dan pembaca.
Saya sadar bahwa saya masih dalam proses belajar, dan makalah ini pun
tidak luput dari kesalahan. Saya mohon maaf jika ada terdapat kesalahan pada
penulisan dan tata bahasa dalam makalah ini, dan saya mohon kritik dan saran yang
membangun untuk makalah yang saya buat ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................. 2
ISI........................................................................................................................ 2
BAB III.............................................................................................................. 12
PENUTUP ......................................................................................................... 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Agar mampu meringkas dan memahami isi buku
2. Agar mampu membandingkan buku dengan buku- buku lain
3. Mampu mengkontruksi buku ( cover , layout , dan tata bahasa )
1.3 Manfaat
Agar kita dapat berpikir kritis mengenai setiap pemahaman yang ada
di dalam buku tersebut. Dan bisa menganalisis informasi dalam buku,
menghargai karya tulis , komunikatif dalam penyampaian informasi dan
bertanggung jawab.
1
BAB II
ISI
Buku pembanding 1
Buku pembanding 2
2
Mengajar memiliki dasar ilmiah yang dapat menjadi pedoman bagi
praktiknya yang didasarkan pada penelitian dan bukti-bukti ilmiah. Peran guru yang
kompleks terbentuk oleh berbagai kekuatan historis dan kontemporer. Ekspektasi
terhadap guru telah mengalami berbagai perubahan. Di abad kedelapan belas dan
kesembilan belas, yang paling diutamakan adalah karakter moral guru, sedangkan
saat ini lebih memperhatikan kemampuan pedagogis guru.
Reportoar mengacu pada sejumlah strategi dan proses yang disiapkan guru
untuk digunakan. Guru yang efektif mengembangkan sebuah metode dan
ketrampilan agar dapat melaksanakan berbagai aspek pekerjaannya. Pekerjaan
seorang guru dapat dikonseptualisasikan diseputar tiga fungsi, yaitu kepemimpinan,
intruksional (pengajaran), dan organisasional.
a. Aspek-aspek kepemimpinan mengajar mengacu pada peran-peran kepemimpinan
yang diharapkan untuk dimainkan guru di kelas mereka, misalnya memberikan
motivasi, merencanakan, dan mengalokasikan sumber-sumber daya yang langka.
b. Aspek-aspek intruksional mengajar mengacu pada metode dan proses yang
digunakan guru selama mereka memberikan pengajaran kepada siswa-siswanya
dari hari ke hari.
c. Aspek-aspek organisasional mengajar mengacu pada pekerjaan guru dalam
komunitas sekolahnya, termasuk bekerja bersama rekan-rekan sejawat, orang tua
siswa, dan personel kepemimpinan sekolah.
Praktik yang efektif termasuk kemampuan-kemampuan untuk mendekati
berbagai situasi kelas secara refleksi dan berorientasi problem-solving (mengatasi
masalah).
3
Setengah abad yang lalu, populasi siswa di Amerika telah berubah secara
dramatis. Memahami keanekaragaman dan membantu setiap siswa belajar adalah
tantangan besar pengajaran abad kedua puluh satu. Sangat penting untuk
menggunakan bahasa yang tepat ketika mendiskusikan tentang keanekaragaman
dan merujuk ke latar belakang dan kemampuan siswa.Banyak penelitian dan
concern pada keanekaragaman difokuskan pada topik-topik seperti ekuitas,
perlakuan diferensial, dan variasi dalam kemampuan belajar siswa.
Guru-guru yang efektif dari siswa-siswa yang berbeda secara rasial dan kultural
tahu bagaimana cara menciptakan kurikulum yang relevan secara kultural dan
multikultural dan bagaimana cara menggunakan pedagogi yang relevan secara
kultural. Model-model dan strategi-strategi spesifik yang ada untuk mencapai
tujuan belajar yang multikultural termasuk pengajaran langsung, cooperative
learning, pengajaran resiprokal, dan community problem solving.
4
Perencanaan dapat meningkatkan motivasi siswa, membantu memfokuskan
pembelajaran siswa, dan mengurangi masalah manajemen kelas. Guru-guru yang
berpengalaman lebih memperhatikan tentang bagaimana membangun struktur
sebelum membimbing berbagai kegiatan kelas dan merencanakan sebelumnya
berbagai adaptasi yang mungkin dibutuhkan setelah pelajaran berjalan. Secara
umum, guru-guru pemula lebih banyak menggunakan perencanaan untuk
pengajaran verbal dan lebih banyak merespons interes siswa.
Melalui proses perencanaan, guru dapat membuat variasi waktu, materi, dan
kegiatan belajar agar dapat memenuhi kebutuhan setiap siswa di kelas. Penggunaan
waktu dan ruang dipengaruhi oleh tuntutan tugas pembelajaran. Guru-guru yang
efektif mengembangkan sikap fleksibilitas dan eksperimentasi tentang fitur-fitur
kehidupan di kelas.
Motivasi dan pembelajaran siswa dipengaruhi oleh proses dan struktur yang
diciptakan guru di kelas tertentu. Guru efektif menciptakan komunitas belajar yang
produktif dengan memfokuskan pada hal-hal yang dapat diubah, misalnya
meningkatkan motivasi siswa dan mendorong perkembangan kelompok.
5
Bab 5: Manajemen Kelas
Manajerial dan instruksional pengajaran sangat erat berkaitan satu sama lain
dan tidak dapat dipisahkan dengan jelas dalam pengajaran riil. Pengelola yang
efektif memiliki prosedur-prosedur yang ditetapkan dengan baik, yang mengatur
pembicaraan dan gerakan siswa, membuat persyaratan-persyaratan tugas jelas bagi
siswa, dan menekankan pada penjelasan yang benar-benar jelas. Pendekatan-
pendekatan spesifik untuk manajemen kelas, seperti asservative discipline,
menekankan pentingnya memperjelas ekspektasi dan konsisten dalam
mengadministrasikan konsekuensi.
6
BAGIAN 3 Model-Model Pengajaran Interaktif yang Berpusat pada
Guru
Bab 7: Presentasi dan Penjelasan
Presentasi, penjelasan, ceramah oleh guru menggunakan porsi waktu di kelas
yang cukup besar terutama karena kurikulum di sekolah di strukturisasikan di
seputar berbagai bodies of information yang diharapkan untuk dipelajari siswa.
Tujuan intruksional model presentasi terutama adalah untuk membantu siswa
memperoleh, mengasimilasi, dan menyimpan informasi.
Model pengajaran dengan presentasi mendasarkan diri pada tiga arus
pemikiran kontemporer: konsep-konsep tentang bagaimana pengetahuan
distrukturisasikan, ide-ide tentang cara membantu siswa mendapatkan meaning
verbal learning, dan konsep-konsep dari ilmu kognitif yang menjelaskan
bagaimana informasi diperoleh, diproses, dan disimpan. Bodies of knowledge
memiliki struktur-struktur logis dari mana berbagai konsep dan ide kunci di ambil
untuk presentasi guru.
Bab 8: Pengajaran Langsung
Efek instruksional dari model pengajaran langsung adalah meningkatkan
penguasaan ketrampilan-ketrampilan sederhana maupun kompleks dan
pengetahuan deklaratif yang dapat ditetapkan dengan seksama dan diajarkan secara
langkah demi langkah. Model ini memiliki bukti-bukti empiris yang kuat untuk
penggunaannyasebagai cara untuk menuntaskan tipe-tipe pembelajaran tertentu.
Aliaran secara umum atau sinteksis pelajaran dengan model pengajaran
langsung biasanya terdiri atas lima fase. Lima fase model instruksional langsung
adalah:
1) Menetapkan tujuan dan establishing set,
2) Mendemonstrasikan atau menjelaskan materi-materi yang akan dipelajari,
3) Memberikan praktik terbimbing,
4) Memeriksa pemahaman siswa dan memberikan umpan-balik,
5) Memberikan extended practice dan transfer.
BAGIAN 4 Model-Model Pengajaran Interaktif yang Berpusat pada
Siswa
Bab 9: Pengajaran Konsep
7
Belajar konsep dan berfikir logis adalah tujuan kritis untuk hampir semua
hal yang diajarkan di sekolah. Belajar konsep dan berfikir logis adalah tujuan kritis
untuk hampir semua hal yang diajarkan di sekolah. Tujuan instruksional pengajaran
konsep terutama adalah untuk membantu siswa memperoleh pemahaman
konseptual tentang subjek-subjek yang sedang mereka pelajari untuk memberikan
fondasi untuk berfikir tingkat tinggi.
Ada beberapa macam pendekatan pengajaran konsep. Dua pendekatan yang
paling menonjol adalah direct presentation dan concept attainment. Fase-fase final
pengajaran konsep mendorong interaksi siswa dan membutuhkan lingkungan
belajar yang lebih fleksibel dan berpusat pada anak. Seperti model instruksional
lainnya, tugas pasca-pengajaran guru adalah menyesuaikan program testingnya
dengan tujuan modelnya. Siswa juga perlu diminta untuk mendemonstrasikan
pengetahuan mereka tentang atribut-atribut kritis konsep itu dan hubungannya
dengan konsep-konsep lain.
Bab 10: Cooperative Learning
Cooperative Learning adalah model yang unik di antara model-model
pengajaran lainnya karena menggunakan struktur tujuan, tugas, dan reward yang
berbeda untuk mendukung pembelajaran siswa. Struktur tugas cooperative learning
mengharuskan siswa berkelompok atau membentuk kelompok kecil.
Akar intelektual untuk cooperative learning berasal dari tradisi pendidikan yang
menekankan pemikiran dan praktis demokratis: belajar secara aktif, perilaku
kooperatif, dan menghormati pluralisme di masyarakat yang multikultural. Dasar
empiris yang kuat mendukung penggunaan cooperative learning untuk tujuan-
tujuan pendidikan berikut: perilaku kooperatif, pembelajaran akademis, hubungan
rasial yang lebih baik, dan sikap yang lebih baik terhadap anak-anak dengan
kebutuhan khusus.
Kerja kelompok kecil menyuguhkan berbagai tantangan manajemen khusus
kepada guru. Selama pelajaran dengan cooperative learning, guru harus membantu
siswa untuk melakukan transisi ke kelompok-kelompok kecil, membantu mereka
mengelola kerja kelompok, dan mengajarkan berbagai keterampilan sosial dan
kelompok yang penting.
Bab 11: Problem-Based Learning
8
Problem-Based Learning memiliki akar intelektual dalam metode Sokratik
pada zaman Yunani kuno, tetapi telah diperluas oleh ide-ide yang berasal dari
psikologi kognitif abad kedua puluh. Dasar pengetahuan tentang Problem-Based
Learning kaya dan kompleks. Selama tiga dekade terakhir, perhatian cukup banyak
diberikan kepada pendekatan-pendekatan pengajaran yang dikenal dengan berbagai
sebutan- descovery learning, inquiry training, higher-level thinking- yang
semuanya difokuskan pada membantu siswa untuk menjadi pelajar yang otonom
dan mandiri, yang mampu memahami sendiri tentang makna berbagai macam hal.
Tujuan instruksional Problem-Based Learning rangkap tiga: membantu siswa
mengembangkan keterampilan invesgatif dan keterampilan mengatasi masalah,
memberikan pengalaman peran-peran orang dewasa kepada siswa, dan
memungkinkan siswa untuk mendapatkan rasa percaya diri atas kemampuan-
kemampuannya sendiri, untuk berfikir dan menjadi pelajar yang self-regulated.
Bab 12 : Diskusi Kelas
Wacana dan diskusi adalah unsur kunci untuk meningkatkan kemampuan
berfikir siswa dan menyatukan berbagai aspek kognitif dan sosial belajar. Ketika
guru-guru berpengalaman merujuk pada wacana kelas, mereka sering
menggunakan label diskusi untuk mendeskripsikan apa yang mereka lakukan.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa, meningkatkan
keterlibatan dan engagement dalam materi-materi akademik, dan mempelajari
berbagai keterampilan komunikasi dan keterampilan berfikir yang penting.
Tugas utama guru ketika mereka melaksanakan diskusi adalah memfokuskan
diskusinya; menjaga agar diskusi itu tidak keluar jalur; mencatat jalannya dikusi;
mendengarkan ide-ide siswa; dan memberikan wait-time yang tepat. Guru
seharusnya merespons ide-ide siswa dengan bangga.
Bab 13 : Menghubungkan Berbagai Model dan Mendiferensiasikan
Pengajaran
Repertoar mengacu pada jumlah model dan strategi yang dimiliki guru yang
mereka kuasai panggunaannya. Repertoar yang luas memungkinkan untuk
menggunakan multimodel, untuk mengadaptasikan pengajaran dan membuat
pilihan pengajaran yang bijaksana untuk memastikan berbagai tipe belajar siswa.
Sementara tujuan pelajaran tertentu adalah salah satu faktor untuk memutuskan
9
moel dan strategi mana yang akan digunakan, sifat siswa adalah salah satu faktor
lain yang sangat penting. Perlunya variasi adalah faktor ketiga yang membantu guru
memutuskan penggunaan multimodel selama sebuah pelajaran atau satu unit
pekerjaan.
Strategi-strategi yang mendukung diferensiasi pengajaran termasuk diferensiasi
kurikulum, cooperative learning, problem-based learning, pemadatan kurikulum,
tiered activities, dan independent study dan contracting. Di sebagian besar abad
kedua puluh, mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan adalah cara utama
untuk mengurangi rentang kemampuan yang ditemukan di kelas-kelas.
10
Dari segi isi : Buku Utama cukup baik dan mudah dipahami. Menekan kan
betapa pentingnya penelitian dan dasar pengetahuan bagi pengajar dan
belajar.
Pada buku kedua Berisikan materi pelajaran yang sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional Pada setiap bab pada buku ini adanya dilampirkan
latihan-latihan yang dapat menguji kemampuan mahasiswa dalam
memahami isi materi
Disetiap bab di buku ketiga terdapat rangkuman atau inti sari dari
pembahasan sebelumnya sehingga memudahkan pembaca untuk memahami
nya lagi. Dan pada setiap bab juga terdapat latihan – latihan sehingga dapat
melatih pengetahuan kembali. Nasional. Pada setiap bab pada buku ini
adanya dilampirkan latihan-latihan yang dapat menguji kemampuan
mahasiswa dalam memahami isi materi.
Dari segi kerapian : Ketiga buku sudah memiliki kerapihan yang baik,
namun pada buku utama terdapat beberapa spasi yang berantakan, namun
tidak banyak.
Dari segi referensi : Buku pertama memiliki referensi yang cukup banyak
namun pada penjelasan tiap bab terlalu luas dan panjang lebar tidak
langsung pada poin pembahasan sehingga membuat pembaca bigung.
Buku kedua memiliki referensi yang cukup memadai
Pada buku ketiga juga sudah memiliki banyak referensi namun spesik lebih
menjelaskan profesionalisme seorang guru. Namun pada buku kedua
penulis banyak mengambil teori dari penulis sehingga kurang penjelasannya
tentang bagaimana kurikulum di Indonesia dan bagaimana sistemnya.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam resume pada makalah ini maka saya dapat menyimpulklan bahwa
Guru semakin diharapkan untuk memiliki persiapan yang cukup jauh dan untuk
mendemostrasikan pengetahuan mereka tentang subjek yang diampunya maupun
tentang pedagogi. Hal ini disebabkan karena mengajar bersifat situasional, dan
karakteristik siswa, kelas, sekolah dan masyarakat tertentu mempengaruhi prinsip
apa yang bekerja dan tidak bekerja. Guru-guru yang efektif dari siswa-siswa yang
berbeda secara rasial dan kultural tahu bagaimana cara menciptakan kurikulum
yang relevan secara kultural dan multikultural dan bagaimana cara menggunakan
pedagogi yang relevan secara kultural.
3.2 Saran
Untuk memahami profesionalisme sebagai seorang guru maka disarankan
untuk membaca buku yang sudah di resume pada makalah ini . Agar dapat
membantu pembaca.
12
3.3 Lampiran Cover Buku
13
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Soetjipto dan Drs. Raflis Kosasi, M. (2009). Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.
14