Anda di halaman 1dari 31

CRITICAL BOOK REVIEW

PROFESI KEPENDIDIKAN

Disusun Oleh

Wilda Luciana Hutapea ( 7203144021 )

Dosen Pengampu :

Yusra Nst, S.Pd., M.Pd

PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN-KELAS C


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya Saya dapat
menyelesaikan Critikal Book Review ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan di dalamnya.
Adapun Crical Book Review ini telah Saya usahakan semaksimal
mungkin dalam pemenuhan tugas KKNI. Untuk itu Saya tidak lupa
mengucapkan terimakasih kepada Ibu Yusra Nst, S.Pd., M.Pd , selaku dosen
mata kuliah Profesi Pendidikan yang telah membimbing dalam hal
penyelesaikan makalah ini.
Namun Saya menyadari sepenuhnya bahwa Critical Book Review yang
Saya buat masih banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa,
pembahasan, maupun daro segi lainnya. Oleh karena itu kami menerima saran
dan kritik demi perbaikan makalah ini.
Kami berharap Critical Book Review ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan mengenai meriview suatu buku.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan dipahami oleh siapapun
yang membacanya.

Medan, Februari 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................2
BAB I...........................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................4
1.1. Latar Belakang....................................................................................................4
1.2. Tujuan...............................................................................................................5
1.3 Rumusan Masalah.............................................................................................5
1.4 Manfaat..............................................................................................................5
1.5 Identitas Buku....................................................................................................6
Buku 1 :.....................................................................................................................6
Buku ke-2 :............................................................................................................... 6
Buku ke-3 :................................................................................................................7
BAB II....................................................................................................................... 8
PEMBAHASAN.......................................................................................................8
2.1 Ringkasan Isi Buku............................................................................................8
2.2 Kelebihan, Kekurangan dan Kritikan...........................................................21
BAB III......................................................................................................................23
PENUTUP.................................................................................................................. 23
I. Kesimpulan......................................................................................................23
II. Saran.............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Derasnya arus infomasi di era globalisasi ini menuntut semua lapisan kehidupan
untuk mengembangkan segala diensinya baik itu dibidang pengetahuan, nilai dan
sikap, maupun keterampilan. Penilaian proses belajar mengajar menyangkut penilaian
terhadap kegiatan guru, kegiatan siswa, pola interaksi guru- siswa, dan keterlaksanaan
program belajar-mengajar. Sedangkan penilaian hasil belajar menyangkut hasil belajar
jangka pendek dan hasil belajar jangka panjang.

Perkembangan konsep penilaian pendidikan yang ada pada saat ini menunjukkan
arah yang lebih luas. Penilaian program pendidikan atau penilaian kurikulum
menyangkut penilaian terhadap tujuan pendidikan, isi program, strategi pelaksanaan
program, dan sarana pendidikan. . Perkembangan dimensi manuasia dapat dilakukan
melalui pendidikan seperti kemampuan intelektual, kecerdasan mengendalikan emosi,
dan memiliki kreatifitas yang tinggi. Pendidikan mempunyai peran yang sangat
strategis untuk memperiapan generasi muda yang memiliki kebudayaan, kecerdasan
emosional yang tinggi dan meguasai mega skill yang mantap.latar belakang penulisan
buku ini ialah untuk membantu pengguna buku dalam memilih buku yang lebih baik
serta untuk memenuhi tugas mata kuliah profesi pendidikan.
1.2. Tujuan

Adapun Tujuan Penulisan Dari Makalah Ini Adalah :


1. Untuk memenuhi salah satu tugas CBR Profesi Kependidikan
2. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari buku tersebut
3. Melatih individu agar berfikir kritis dalam mencari informasi yang ada disetiap
buku.
4. Melatih mahasiswa untuk teliti meriview buku dalam dua bahasa .

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kesesuaian materi dari buku?

2. Apa Kekurangan dan Kelebihan dari buku?

1.4 Manfaat

1. Sebagai bahan evaluasi bagi penulis untuk memperbaiki penulisan buku


kedepannya

2. Sebagai bahan pertimbangan pembaca dalam memilih buku

3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Profesi Kependidikan.

4. Untuk menambah pengetahuan tentang profesi kependidikan.


1.5 Identitas Buku

Buku 1 :

Judul Buku : Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan


Penulis : Dr. Rusydi Ananda, M.Pd
Editor : Amiruddin, M.Pd
Kota Terbit : Medan
Penerbit : Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI)
Cetakan Pertama : Pebruari 2018
Halaman : 296 hlm
ISBN : 978-602-51316-0-8

Buku ke-2 :

Judul Buku : Profesi Pendidikan “


Penulis : Drs. Ahmad Suriansyah, M.Pd., Ph.D.
Dr. Hj. Aslamiah Ahmad, M.Pd., Ph.D
Sulistiyana, S.Pd., M.Pd.
Kota Terbit : Jakarta
Penerbit : PT RajaGrafindo Persad
Cetakan Pertama : Desember 2015
Halaman : 203 hlm.
ISBN : 978-979-769-914-7
Buku ke-3 :
Judul Buku : Profesi Kependidikan

ISBN : 978-602-7938-05-2

Dr. Yasaratodo Wau,


Penyusun : M.Pd

Penerbit : UNIMED PRESS

Kota Terbit : MEDAN

Tahun Terbit : 2020

Jumlah halaman : 353 Halaman

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ringkasan Isi Buku


BUKU 1 :
BAB 1 Pendahuluan
Kata profesi dalam bahasa Inggris adalah “profession”, dalam bahasa Belanda “professie”
yang merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin “professio” yang bermakna pengakuan
atau pernyataan. Kata profesi juga terkait secara generik dengan kata “okupasi” (Indonesia),
accupation (Inggris), accupatio (Latin) yang bermakna kesibukan atau kegiatan atau
pekerjaan atau mata pencaharian. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan profesi
adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan dan
sebagainya) tertentu.
Hak yang melekat pada diri tenaga kependidikan sebagaimana dipaparkan dalam Undang-
Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai.
2. Memperoleh penghasilan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
3. Memperoleh pembinaan karir sesuai dengan tuntunan pengembangan kualitas.
4. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil kekayaan
intelektual.
5. Memperoleh kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan
untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.
Sedangkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh tenaga kependidikan adalah:
1. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan
dialogis.
2. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan.
3. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi da kedudukan sesuai dengan
kepercayaan yang diberikan kepadanya.

BAB II Guru
Kata “GURU” terkadang ditengah-tengah masyarakat merupakan akronim dari orang
yang di “gugu” dan di “tiru” yaitu orang yang selalu dapat ditaati dan diikuti (Yamin dan
Maisah, 2010:88). Dalam hal ini guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan
kepada orang lain yang melaksanakan pendidikan dan pembelajaran ditempat-tempat tertentu,
tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di rumah dan
sebagainya (Djamarah, 2005:31). Peran dan fungsi guru berpengaruh terhadap pelaksanaan
pendidikan dan pembelajaran. Secara khusus dalam pembelajaran guru mempunyai peran dan
fungsi untuk mendorong, membimbing dan memfasilitas siswa untuk belajar. Ki Hajar
Dewantara menegaskan pentingnya peran dan fungsi dalam pendidikan dengan ungkapan:
Ing ngarsa sung tulada berarti guru berada di depan memberi teladan, ing madya mangun
karsa, berarti guru berada ditengah menciptakan peluang untuk berprakarsa, dan tut wuri
handayani berarti guru dari belakang memberikan dorongan dan arahan. Konsep yang
dikemukakan Ki Hajar Dewantara ini menjadi pedoman dalam melaksanakan pendidikan dan
pembelajaran di Indonesia.

BAB II Kepala Sekolah


Kepala sekolah merupakan padanan dari school principal yang bertugas menjalankan
principalship atau kekepala sekolahan. Istilah kekepalasekolahan artinya segala sesuatu yang
berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi sebagai kepala sekolah. Selain sebutan kepala
sekolah, ada juga sebutan lain yaitu administrator sekolah (school administrator), pimpinan
sekolah (school leader), manajer sekolah (school manajer). Kepala sekolah berasal dari dua
kata yaitu: “kepala” dan “sekolah”, kata kepala dapat diartikan sebagai ketua atau pemimpin
organisasi atau lembaga. Sementara sekolah berarti lembaga tempat menerima dan memberi
pelajaran. Jadi secara umum kepala sekolah dapat diartikan sebagai pemimpin sekolah atau
lembaga tempat menerima dan memberi pelajaran (Basri, 2014:40). Menurut Basri (2014:40)
Kualifikasi umum harus dimiliki untuk menjadi kepala sekolah/madrasah adalah sebagai
berikut:
1. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) kependidikan atau
nonkependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi.
2. Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi- tingginya 56 tahun.
3. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun menurut jenjang
sekolah masing-masing, kecuali di Taman Kanak- kanak /Raudhatul Athfal (TK/RA)
memiliki pengalaman mengajar sekurangkurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA.
4. Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan bagi non-
PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang
berwenang.

BAB IV Pengawas Sekolah


Pemaknaan terhadap kata supervisor (pengawas sekolah) tidak dapat dipisahkan
dengan kata supervisi. Secara etimologis kata supervisi berasal dari bahasa Inggris yaitu
supervision yang terdiri dari kata super dan vision. Kata super bermakna atas atau lebih,
sedangkan kata vision berarti lihat atau awasi, dengan demikian dapatlah dimaknai bahwa
supervisi yaitu melihat dari atas atau melakukan pengawasan. Sehingga kata supervisor
dimaknai sebagai orang atau pihak yang melakukan pengawasan. Menurut Yahya (2013:112),
pengawas sekolah adalah orang yang memberikan bantuan pembimbingan, pengarahan
terhadap guru dan/atau tenaga kependidikan lainnya untuk meningkatkan pembelajaran.
Secara khusus, pengawas pendidikan memiliki tugas membantu guru untuk
meningkatkan kemampuan profesionalnya, meliputi hal-hal sebagai berikut: 1) Membantu
guru untuk lebih memahami dan menghayati tujuan-tujuan pendidikan atau standar
kompetensi dan kompetensi dasar sehingga pencapaian tujuan pendidikan berjalan dengan
baik. 2) Membantu guru untuk lebih memahami kebutuhankebutuhan dan masalah-masalah
yang dihadapi peserta didik. 3) Membantu guru dalam menerapkan kepemimpinan efektif
dalam rangka meningkatkan profesional guru. 4) Membantu guru meningkatkan kemampuan
penampilannya di dalam kelas. 5) Membantu guru dalam mendesain program pembelajaran.
6) Membantu guru meningkatkan kompetensi, baik kompetensi kepribadian, pedagogik,
profesional maupun sosial. 7) Mendorong guru untuk meningkatkan jabatan karirnya.

BAB V Penilik
Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan dinyatakan bahwa penilik adalah tenaga kependidikan dengan
tugas utama melakukan kegiatan pengendalian mutu dan evaluasi program dampak
pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan kesetaraan dan keaksaraan serta kursus pada
jalur pendidikan nonformal dan informal (PNFI).
Tugas pokok penilik sebagaimana dipaparkan di dalam Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 14 Tahun 2010 tentang
Jabatan Fungsional Penilik dan Angka Kreditnya adalah sebagai pelaksana teknis fungsional
mutu dan evaluasi dampak program PAUD, pendidikan kesetaraan dan keaksaraan, serta
kursus pada jalur pendidikan nonformal dan informal. Jenjang jabatan fungsional penilik dari
mulai yang terendah sampai tertinggi sebagai berikut:
1) Penilik pertama.
2) Penilik muda.
3) Penilik madya.
4) Penilai utama.

BAB VI Konselor
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor menjelaskan konselor adalah tenaga
pendidik profesional yang telah menyelesaikan pendidikan akademik strata 1 program studi
bimbingan dan konseling dan program pendidikan profesi konselor dari perguruan tinggi
penyelenggara program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi. Rincian tugas
guru bimbingan konseling adalah:
1. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling.
2. Merencanakan program bimbingan dan konseling.
3. Melaksanakan segenap program satuan layanan bimbingan dan konseling.
4. Melaksanakan segenap program kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.
5. Menilai proses dan hasil pelaksanaan satuan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan
dan konseling.
6. Menganalisis hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.
7. Melaksanakan kegiatan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian layanan dan kegiatan
pendukung bimbingan dan konseling.
8. Mengadministrasikan kegiatan satuan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan
konseling yang dilaksanakannya.
9. Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan bimbingan dan
konseling secara menyeluruh kepada koordinator bimbingan dan konseling kepala sekolah

BAB VII Pustakawan


Rugaiyah dan Sismiati (2011:7) menjelaskan pustakawan adalah tenaga kependidikan
berkualifikasi serta profesional yang bertanggung jawab atas perencanaan dan pengelolaan
perpustakaan sekolah. Selanjutnya dipaparkan mengenai pengangkatan kepala perpustakaan
sekolah/madrasah sebagai berikut:
1. Kepala perpustakaan sekolah/madrasah yang melalui jalur pendidik Untuk dapat
diangkat menjadi kepala perpustakaan sekolah/madrasah harus memenuhi syarat:
a. Berkualifikasi serendah-rendahnya diploma empat (D4) atau sarjana (S1).
b. Memiliki sertifikat kompetensi pengelolaan perpustakaan sekolah/ madrasah dari lembaga
yang ditetapkan oleh pemerintah.
c. Masa kerja minimal 3 (tiga) tahun.
2. Kepala perpustakaan sekolah/madrasah yang melalui jalur tenaga kependidikan.
Untuk dapat diangkat menjadi kepala perpustakaan sekolah/madrasah harus memenuhi salah
satu syarat berikut:
a. Berkualifikasi diploma dua (D2) Ilmu Perpustakaan dan Informasi bagi pustakawan
dengan masa kerja minimal 4 tahun; atau
b. Berkualifikasi diploma dua (D2) non-Ilmu Perpustakaan dan Informasi dengan sertifikat
kompetensi pengelolaan perpustakaan sekolah/madrasah dari lembaga yang ditetapkan oleh
pemerintah dengan masa kerja minimal 4 tahun di perpustakaan sekolah/ madrasah.
3. Tenaga perpustakaan sekolah/madrasah. Setiap perpustakaan sekolah/madrasah
memiliki sekurang-kurangnya satu tenaga perpustakaan sekolah/madrasah yang
berkualifikasi SMA atau yang sederajat dan bersertifikat kompetensi pengelolaan
perpustakaan sekolah/madrasah dari lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah.

BAB VIII Laboran


Rugaiyah dan Sismiati (2011:7) menjelaskan laboran adalah petugas non guru yang
membantu guru untuk melaksanakan kegiatan praktikum (meliputi penyiapan bahan,
membantu pelakanaan praktikum, serta mengemasi/membersihkan bahan dan alat setelah
praktikum). Selain itu laboran adalah teknisi yang membantu guru dalam melaksanakan
pembelajaran yang berupa peragaan atau praktikum. Laboratorium atau dikenal dengan
istilah “lab” adalah tempat dilakukannya riset (penelitian ilmiah), eksperimen (percobaan)
pengukuran, ataupun pelatihan ilmiah. Oleh karena laboratorium sebagai tempat kegiatan
riset, penelitian, percobaan, pengamatan serta pengujian ilmiah, maka laboratorium memiliki
fungsi yang penting. Berikut beberapa fungsi laboratorium sebagaimana dijelaskan oleh
Decaprio (2013:17-19) sebagai berikut:
1. Menyeimbangkan antara teori dan praktek ilmu dan menyatukan antara teori dan praktek.
Laboratorium adalah tempat untuk menguji sebuah teori sehingga akan dapat menunjang
pelajaran teori yang telah diterima secara langsung.
2. Memberikan keterampilan kerja ilmiah kepada penggunanya.
3. Memberikan dan memupuk keberanian penggunanya untuk mencari hakikat kebenaran
ilmiah dari suatu objek keilmuan dalam lingkungan alam dan lingkungan sosial.

BAB IX Tenaga Administrasi


Mewacanakan tenaga administrasi tidak terlepas untuk memaknai terlebih dahulu kata
“administrasi”. Kata administrasi berasal dari bahasa latin yaitu ad yang berarti intensif, dan
ministrare yang berarti melayani, membantu, menolong, memudahkan, mengatur atau
memenuhi. Dengan demikian administrasi merujuk kepada kegiatan atau usaha untuk
membantu, melayani, memudahkan atau mengatur semua kegiatan di dalam mencapai suatu
tujuan (Danim dan Khairil, 2012:207).
Kualifikasi tenaga administrasi sekolah/madrasah terdiri atas kepala tenaga
administrasi sekolah/madrasah, pelaksana urusan, dan petugas layanan khusus diatur di dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 24 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Administrasi Sekolah/Madrasah sebagai berikut:
1. Kepala Tenaga Administrasi SD/MI/SDLB. Kepala tenaga administrasi
SD/MI/SDLB dapat diangkat apabila sekolah/ madrasah memiliki lebih dari 6 (enam)
rombongan belajar. Kualifikasi kepala tenaga administrasi SD/MI/SDLB adalah sebagai
berikut:
a. Berpendidikan minimal lulusan SMK atau yang sederajat, program studi yang relevan
dengan Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan | 244 pengalaman kerja sebagai tenaga
administrasi sekolah/madrasah minimal 4 (empat) tahun.
b. Memiliki sertifikat kepala tenaga administrasi sekolah/madrasah dari lembaga yang
ditetapkan oleh pemerintah.

BAB X Dosen
Padanan kata dosen dalam bahasa Inggris yaitu lecturer dan dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia, dosen diartikan sebagai pensyarah atau pengajar di perguruan tinggi. Di
dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
dijelaskan dosen adalah pendidik dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan,
mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui
pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Selanjutnya dinyatakan bahwa
jabatan fungsional tertinggi bagi dosen yang masih mengajar di lingkungan satuan
pendidikan tinggi adalah guru besar atau profesor.
Merujuk kepada pemaknaan dosen sebagaimana yang diamanat dalam Undang-
Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang berperan
penting dalam menyebarkan, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan bagi
kepentingan dan kesejahteraan masyarakat, maka dosen memiliki kedudukan sebagai berikut:
1. Dosen berkedudukan sebagai tenaga profesional yang berfungsi sebagai agen
pembelajaran, pengembang ilmu pengetahuan, teknologi, seni serta pengabdi kepada
masyarakat. 2. Dosen mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang
perguruan tinggi. 3. Dosen berkedudukan sebagai pejabat fungsional dengan tugas utama di
perguruan tinggi.

BAB XI Epilog
A. Guru Vs Google, Ibarat Batman Vs Superman.
Tulisan dengan judul di atas ditulis oleh M. Deman Putra Tarigan pada harian Analisa
Kamis 12 Mei 2016. Naskah lengkapnya sebagai berikut: Pada zaman sekarang, seorang
siswa SMA yang sedang mencari informasi tentang ibukota Suriname bisa bertanya langsung
kepada gurunya atau bisa juga “bertanya” kepada google. Jika bertanya kepada gurunya,
siswa tadi mungkin hanya mendapatkan jawaban bahwa ibukota Suriname adalah
Paramaribo. Namun, jika dia bertanya kepada google yang berada di dalam ponsel cerdasnya
maka dia tidak hanya mendapatkan informasi itu saja. Lantas, bagaimana peran guru ditengah
kehebatan google ini? Jika ada orang yang membanndingkan guru dengan google maka dia
seperti Zack Snyder, seorang sutradara yang “melaga” Batman melalui Superman.
Bagaimana mungkin dua superhero itu diadu? Bukankah lebih baik jika keduanya bersama
melawan para penjahat di bumi? Sama halnya seperti guru vs google.
B. Sengkarut Regulasi Dosen
Tulisan ini buah tangan dari Masdar Hilmy, Guru Besar Ilmu-Ilmu Sosial UIN Sunan
Ampel yang dimuat pada harian Kompas Kamis 19 Mei 2016. Naskah lengkapnya sebagai
berikut: Mengharapkan kiprah dosen di pentas akademik dunia dalam proses produksi ilmu
pengetahuan dan teknologi, pada konteks saat ini nyaris merupakan kemustahilan. Mengapa
demikian? Diantara banyak faktor, keterbelengguan dosen terhadap berbagai hal “remeh-
temeh” yang bersifat administratif birokrasi adalah penyebab utama. Saat ini banyak regulasi
dosen yang saling tumpah tindih, menegaskan, dan ujung-ujungnya mengancam produktivitas
dosen. Banyaknya regulasi itu ternyata tidak ekuivalen dengan tingat produktivitas ilmiah
mereka.
C. Menghukum Guru
Tulisan dengan judul “Menghukum Guru” ini dimuat dalam harian “Warta Kota” yang
terbit Selasa 9 Agustus 2016 sebagai berikut: Majelis hakim Pengadilan Negeri Sidoarjo Jawa
Timur, menjatuhkan vonis tiga bulan penjaara dengan masa percobaan enam bulan untuk
terdakwa Samhudi (49), guru SMP Raden Rahmat Kecamatan Balongbendo, Sidoarjo. Guru
tersebut dinilai bersalah karena melakukan tindak kekerasan terhadap seorang anak didiknya
saat berlangsung pelajaran di sekolah. Samhudi mencubit siswanya itu, karena si anak tidak
mengikuti ibadah shalat Dhuha pada 3 Februari lalu.

BUKU 2 :
BAB I Hakikat Profesi Guru
Setiap hari kita selalu mendengar sebuah kata yang sangat sering baik di lingkungan
keluarga, masyarakat apalagi dalam lingkungan pendidikan khususnya sekolah yaitu kata
“GURU”. Guru atau tenaga pendidik menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 39, ayat 2 tentang Tenaga Kependidikan dinyatakan bahwa
“pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil belajar, melakukan bimbingan dan pelatihan serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat”
Pada kenyataannya ada guru yang hampir memenuhi harapan kita, namun tidak
sedikit pula mereka yang hanya memenuhi sebagian dari apa yang kita harapkan ada pada
sosok seorang guru. Secara ideal syarat seorang yang dapat menjadi guru tersebut dapat kita
klasifikasikan sebagai berikut:
1. Syarat pribadi Dilihat dari syarat pribadi seseorang dapat menjadi guru apabila memenuhi
beberapa kriteria yaitu:
a. Fisik, harus memiliki kesehatan fisik yang baik, dalam arti tidak memiliki cacat yang dapat
mengganggunya pada saat melaksanakan tugas sebagai guru. Dapatkan Anda membayangkan
apa yang akan terjadi baik terhadap guru maupun terhadap siswa yang dididiknya apabila
kondisi fisiknya tidak sempurna atau mengalami cacat yang mengganggunya dalam
melaksanakan tugasnya.
b. Psikis, yaitu kesehatan rohani yang optimal dari seorang calon guru. Keseimbangan dan
kematangan emosional dan sosial sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan guru
dalam melaksanakan tugas, karena guru lebiih banyak berinteraksi dengan siswa yang
memiliki keberagaman sikap dan perilaku. Oleh sebab itu, seorang ahli psikologi menyatakan
bahwa keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kemampuan IQ saja, tetapi juga
ditentukan oleh kematangan emosi (EQ) dan SQ. Oleh sebab itu, idealnya seorang guru harus
memiliki kemampuan yang baik dalam tiga hal tersebut, yaitu IQ, EQ dan SQ (IQ dan ESQ).
c. Watak, yaitu sikap yang baik terhadap profesi, berdedikasi dan bertanggung jawab
terhadap tugasnya. Kita sering melihat guru yang datang ke sekolah hanya kalau ada jam
mengajar, atau datang ke sekolah setelah jam 9.00 dan pulang sebelum jam 12.00 atau pulang
sebelum jam pelajaran berakhir sudah keluar kelas. Bagaimana reaksi Anda melihat hal yang
demikian, dapatkan dia membelajarkan siswa secara baik….? Tentunya kita sepakat bahwa
hal yang demikian bukanlah tipe guru yang baik atau dengan kata lain belum memenuhi
syarat sebagai guru.
BAB II Bimbingan dan Konseling
Secara harfiah istilah “guidance” (bimbingan) dari akar kata “guide” yang berarti (1)
mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), (4) menyetir (to
steer), (5) menunjukkan jalan (showing the way), (6) memimpin (leading), (7) memberikan
petunjuk (giving instruction), (8) mengatur (regulating), (9) dan memberi nasihat (giving
advice) (winkel, 1991). Sedangkan istilah kedua yaitu counseling dalam bahasa Indonesia
disebut konseling mempunyai makna membantu seseorang untuk menemukan jalan terbaik
dalam mengatasi permasalahan yang dihadapinya. Menurut Jones (1963), Guidances is the
help given by one person to another in making choice and adjustments and in solving
problems. Pengertian yang dikemukakan oleh ahli tersebut memberi makna bahwa tugas
pembimbing hanyalah membantu agar individu yang dibimbing mampu membantu dirinya
sendiri, sedangkan keputusan terakhir tergantung kepada individu yang dibimbing (klien).
Bimbingan dan konseling semakin hari semakin dirasakan perlu keberadaannya di
setiap sekolah. Hal ini didukung oleh berbagai macam faktor, seperti dikemukakan oleh
Koestoer Partowisastro (1982), sebagai berikut:
1. Sekolah merupakan lingkungan hidup kedua setelah rumah, di mana anak dalam waktu
sekian jam ( ±6 jam ) hidupnya berada di sekolah.
2. Para siswa yang usianya relatif lebih muda sangat membutuhkan bimbingan baik dalam
memahami dirinya, mengarahkan dirinya, maupun dalam mengatasi berbagai macam
kesulitan.
Kehadiran konselor di sekolah dapat meringankan tugas guru (Lundquist dan Chelmy yang
dikutip oleh Belkin, 1981). Mereka menyatakan bahwa konselor ternyata sangat membantu
guru dalam hal:
1. Mengembangkan dan memperluas pandangan guru tentang masalah afektif yang
mempunyai kaitan erat dengan profesinya sebagai guru.
2. Mengembangkan wawasan guru bahwa keadaan emosionalnya akan memengaruhi proses
belajar mengajar.
3. Mengembangkan sikap yang lebih positif agar proses belajar siswa lebih efektif.
4. Mengatasi masalah-masalah yang ditemui guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Konselor dan guru

BAB III Administrasi sekolah


Untuk melihat pemahaman yang mendalam tentang makna administrasi tersebut mari
kita diskusikan beberapa pendapat para ahli tentang makna pentingnya administrasi di suatu
lembaga dan apa sebenarnya administrasi itu. Dengan demikian, kita dapat menguji
pemahaman kita selama ini, sudah tepat atau malah salah kaprah tentang administrasi. Dalam
setiap organisasi, apa pun bentuk dan jenisnya, administrasi dan manajemen menempati
kedudukan sentral dan menentukan dalam pembinaan dan pengembangan serta keberhasilan
kegiatan kerja sama. Oleh karena itulah, administrasi telah dan selalu akan dikaji secara
ilmiah. Administrasi sebagai disiplin ilmu telah dikaji secara mendalam dan intensif secara
teoretis maupun praktis tentang rangkaian perilaku berkaitan dengan kegiatan pengendalian,
pengelolaan dan usaha kerja sama dalam mencapai suatu tujuan.
Kalau demikian apa yang dapat kita simpulkan tentang administrasi dalam arti sempit,
seperti yang selama ini kita hayati sebagai pengertian administrasi. Administrasi dalam arti
sempit dapat diartikan sebagai kegiatan ketatausahaan yang mencakup kegiatan:
1. Melayani pelaksanaan kegiatan operasional dan suatu unit kerja seharihari.
2. Menyediakan berbagai informasi, data dan keterangan yang diperlukan oleh pimpinan
guna pengambilan keputusan atau kebijakan organisasi. 3. Membantu kelancaran tugas
sehari-hari dan suatu unit kerja.

BAB IV Supervisi Pendidikan


Pembangunan pendidikan yang semakin cepat sekarang ini dihadapkan kepada
berbagai permasalahan, yang sangat krusial, di antara permasalahan yang sekarang menjadi
sorotan tajam dari berbagai lapisan masyarakat adalah masih rendahnya mutu pendidikan di
sekolah. Konsekuensi dari permasalahan ini diperlukan upaya peningkatan keseluruhan
komponen sistem pendidikan, baik yang bersifat human resources maupun materiil resources
dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Disadari sepenuhnya bahwa peningkatan kualitas
komponen sistem pendidikan yang terbukti lebih berpengaruh terhadap peningkatan mutu
pendidikan adalah komponen human resource yaitu guru dan tenaga kependidikan lainnya
yang secara langsung maupun tidak langsung memengaruhi proses pembelajaran di sekolah.
Strategisnya peranan guru sekarang ini dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dapat
dipahami dari hakikat guru yang selama ini dijadikan asumsi programmatic pendidikan guru
yaitu:
1. Guru merupakan agen pembaruan.
2. Guru berperan sebagai fasilitator yang memungkinkan terciptanya kondisi yang baik bagi
subjek didik untuk belajar (memudahkan terjadinya proses belajar).
3. Guru bertanggung jawab atas terciptanya hasil belajar subjek didik, rendah atau tingginya
hasil belajar siswa tidak terlepas dari tanggung jawab guru.
4. Guru merupakan contoh teladan bagi peserta didik.
5. Guru bertanggung jawab secara profesional untuk meningkatkan kemampuannya dalam
melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar di kelas baik secara individual maupun yang
dilakukan secara berkelompok.
6. Guru harus menjunjung tinggi kode etik profesinya.

BAB V Manajemen Berbasis Sekolah


Pendidikan mempunyai peranan strategis dan memberikan kontribusi yang sangat
besar dalam mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Melalui proses
pendidikan yang tepat dan berkualitas, maka suatu bangsa akan mempunyai sumber daya
manusia yang memiliki keahlian, terampil, kreatif, inovatif dan produktif yang didasari oleh
keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kualitas manusia yang demikian
sangat diperlukan dalam era global dan era desentralisasi sekarang sehingga SDM suatu
daerah dapat membangun daerahnya sendiri dan bersaing secara nasional dan global.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada dasarnya merupakan strategi untuk
mencapai sekolah yang efektif, karena itu MBS bukanlah tujuan akhir tetapi merupakan
sarana dan strategi untuk mencapai tujuan. MBS adalah suatu konsep di mana kekuasaan
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pendidikan diletakkan pada tempat yang
paling dekat dengan terjadinya proses pembelajaran, dalam hal ini berarti sekolah. Jadi MBS
pada hakikatnya adalah kewenangan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan sekolah
diberikan kepada sekolah itu sendiri. Manajemen berbasis sekolah merupakan bentuk
alternatif pengelolaan sekolah dalam rangka desentralisasi pendidikan yang ditandai adanya
kewenangan pengambilan keputusan yang lebih luas di tingkat sekolah, serta partisipasi
masyarakat yang relatif tinggi dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Implementasi
manajemen berbasis sekolah, pada dasarnya bertujuan untuk memberdayakan sekolah secara
optimal dalam pengelolaan dan pengembangan sekolah.
Secara khusus penerapan Manajemen Berbasis Sekolah ini bertujuan untuk:
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia, baik sumber daya manusia
maupun sumber daya lainnya. Sekolah tentunya sangat paham dengan situasi, kondisi serta
potensi yang dia miliki secara pasti.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama semua warga sekolah. Sekolah yang
mengimplementasikan manajemen berbasis sekolah sudah menjadi kewajiban baginya untuk
melibatkan semua warga sekolah dalam berbagai aktivitas hingga kegiatan yang menyangkut
pengambilan keputusan sekolah.
3. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orangtua murid, masyarakat, pemerintah
dan unsur lainnya tentang mutu pelayanan di sekolah serta mutu sekolah itu sendiri.
4. Meningkatkan suasana kompetisi yang sehat dan positif antarsekolah tentang
penyelenggaraan sekolah yang bermutu dan mutu sekolah yang dapat dicapai oleh masing-
masing sekolah

BUKU 3 :
BAB I : Hakikat Profesi Kependidikan
Secara etimologis istilah profesi berasal sari bahasa inggris “profesion” yang berakar
dari bahasa latin”profeus” yang artinya mengakui.atau menyatakan mampu dalam suatu
bentuk pekerjaan. Jadi pengertian dari profesional kependidikan adalah suatu keahlian yang
didapat dari sutu usaha yang dilakukan selama ini dibidang pendidikan.Yang dimana
pendidikan didapat dari perkuliahan selama ini baik diperkuliahan ataupun pelatihan secara
rutin.Ciri-ciri Profesi adalah sebagai rikut
1. Memiliki keahlian dan keterampilan yang unggul
2. Memiliki kedisipilinan ilmu yang jelas dankode etik yang baik bagi masyarakat
3. Memiliki rasa tanggung jawab yang profesional dan masa pendidikan berupa
pelatihan
4. Berfungsi bagi semuanya(sosial)
Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh guru:
1. Menguasai bahan mengajar ,mengelola program belajar mengajar ,mampu mengelola
kelas
2. Menggunakan media sumber dan landasan-lanadasan kependidikan
3. Mengelola interaksi belajar mengajar dan program pelayanan
4. Menyelenggarakan administrasi dan prinsip penelitian

BAB II : Profesionalisasi Guru

Profesionalisasi mengacu pada kata proses. Kata proses mengandung arti runtunan
perubahan/peristiwa diperkembangan sesuatu,kemajuan sosial berjalan terus,rangkaian
tindakaan,pembuatan atau pengelolaan yang menghasilkan produk. Kinerja guru adalah hasil
kerja yang dicapai guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang
didasarkan pada kecakapan,pengalaman,dan kesungguhan daam bekerja.
Faktor yang mempengaruhi kinerja guru dalam melaksankan tugasnya adalah :
1) Kepeminpinan kepala sekolah,
2) Fasilitas kerja,
3) Harapan-haraapan dan
4) Kepercayaan personalia sekolah.
Profesionalisme seorang guru ditentukan oleh tiga faktor,yakni:1). Faktor internal dari
guru itu sendiri,2). Kondisi lingkungan tempat kerja dan 3). Kebijakan pemerintah.
BAB III : PERAN ORGANISASI DAN SIKAP PROFESI KEPENDIDIKAN
Sebagai seorang tenaga professional,guru harus senantiasa proaktif meningkatkan
pengetahuan,sikap,dan keterampilannya secara terus menerus.Sasaran penyikapan itu
meliputi penyikapan terhadap perundang-undangan,organisasi profesi,teman sejawat,peserta
didik,tempat kerja,pimpinan lembaga dan lingkungan pekerjaan. Sebagai jabatan yang harus
dapat menjawab tantangan perkemabangan masyarakat,jabatan guru harus pula selalu
dikembangkan dan dimuktahirkan.Dalam bersikap guru harus selalu menagadakan
pembaharuan sesuai dengan tuntutan zaman yang melekat tugas-tugasnya.

BAB IV : Perananan Guru Dalam Manajemen Pendidikan

Kata manajemen berasal dari bahasa inggris dengan istilah dab atau kata dasar
manage yang berarti kelola.Management artinya pengelolaan,yang berarti penggunaan
sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran.Manajemen sering dikatakan sebagai
ilmu,kiat dan profesi.Dapat disimpulkan bahwa managemen adalah suatu proses pemanfaatan
sumber daya yang tersedia secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan suatu
organisasi/lembaga.

Fungsi managemen pendidikan adalah perencanaan,pengorganisasian,penyusunan


pegawai,pengarahan,koordinasi,pencatatan dan pelaporan pengawasan. Mangemen
pendidikan memiliki tugas yaitu harus mengelola administrasi atau manager
pendidikan.Kegiatan operasional yang harus diatur yaitu: penyusunan persiapan
mengajar(SAP),pelaksanaan proses belajar,pengelolaan peserta didik,pengelolaan personalia
pendidikan,pengellaan perlengkapan pendidikan ,pengelolaan keuangan
pendidikan,pengelolaan layanan khusus,pengelolaan ketatausahaan(kantor) dan pengelolaan
hubungan sekolah dengan masyarakat.

Managemen pendidikan adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan.Sebagai


alat,managemen pendidikan harus dijalankan secara efektif dan efisien dengan
memberdayakan segala sumberdaya yang tersedia ada baik manusia dan non manusia
sehingga semuanya menjadi satu menuju satu titik akhir,guru secara profesional
melaksanakan proses pembelajaran agar peserta didik mau dan dapat belajarr hingga
mencapai tujuan pendidikan. Manajemen pendidikan disekolah harus dijalankan sesuai
dengan fungsi-fungsinya dan berpegang pada prinsip-prinsip manajemen yang efektif dan
efisien.
BAB V: Bimbingan Konseling Dan Peran Guru

Bimbingaan konseling di sekolah merupakan salah satu aktivitas pendidikan yang


tidak boleh lepas dari perhatian administrator,manager dan guru di sekolah. Upaya
memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai
tugas-tugas perkembangannya secara optimal (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual,
sosial, dan moral spiritual. Sifat-sifat konseling diantaranya:
· Pertolongan diarahkan kepeningkatan kemampuan dalam menghadapi hidup dengan
segala persoalannya
· Pertolongan yang kontiniu diberikan atas dasar perencanaan dan pemikiran ilmiah
· Pertolongan yang proses pemecahannya dari persoalan membutuhkan aktivitas dan
tanggung jawab
· Pertolongan yang isi,bentuk dan caranya disesuaikan dengan kebutuhan tiap-tiap
masalah· Pertolongan yang berusaha menolong tiap anak
Konseling merupakan suatu proses pertemuan langsung antar konselor dengan
konseli(face to face relationship) yang bermasalah,dimana pembimbing membantu konseling
dalam mengusahakan perubahan sikap dan tingkah laku.Sasaran utama dari konseling adalah
perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan defenisi konseling yang dikemukakan oleh
Carl R. Roger :” counseling is a series of direct contacs with the individual which aims to
offer him assistance in changing his attitudes and behavior”. Tujuan dari konseling secara
umum bertujuan untuk agar siswa mendapat pelayanan konseling secara optimal sesuai
dengan bakat,kemampuaan dan nilai nilai yang dimiliki.Secara khusus pelayanan konseling
disekolah betujuan agar siswa dapat:
· Memahami lingkungannya dengan baik meliputi lingkungan pendidikan,pekerjaan dan
sosial masyarakat
· Membuat pilihan dengan keputusan yang biijaksana yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari
Dikaitkan dengan pelayanan konseling disekolah,dapat dikemukakan beberapa fungsi
konseling yaitu:
1.)Fungsi pemahaman,
2.)Fungsi pencegahan,
3.)Fungsi penyaluran,
4.)Fungsi penyesuaian,
5.)Fungsi perbaikan fungsi,
6.)Pengembangan dan
7.)Fungsi pengembangan.
2.2 Kelebihan, Kekurangan dan Kritikan

 Kelebihan
 BUKU 1 :
- Di dalam buku terdapat banyak defenisi dari para ahli
- Terdapat Latihan Soal
- Buku ini memuat banyak informasi yang lengkap sehingga menambah banyak
wawasan pembaca.

 BUKU 2 :
- Buku ini memiliki penggunaan bahasa yang baik sehingga dimengerti oleh pembaca
- Terdapat banyak skema dan struktur
- Buku ini sangat menari disajikan dengan beberapa gambar
- Terdapat Proses manajemen dalam pendidikan

 BUKU 3 :

- Cara penyajian isi permasalahan terlihat efektif dan efisien terbukti dengan pola-pola
pengembangan pembahasanberdaya guna dan bertepat guna yang mempermudah
pembaca dalam memahami dan mengerti isi buku.

- Terdapat tugas-tugas atau latihan pada setiap akhir bab sangat baik bagi pembaca
terutama mahasiswa dalam menguji tingkat kompetensi yang diperoleh, sedangkan
pada buku pembanding kedua
- Penggunaan analogi yang baik untuk memahami maksud penulis untuk sebagian
ulasan materi yang memerlukan pendekatan menggunakan penjelasan analogi

- Pembahasan materi lebih terperinci dan sesuai dengan perkembangan lingkup


masyarakat, teknologi, dan kebutuhan pada saat itu.
- Rangkuman yang terletak setelah penjabaran materi menyimpulkan poin-poin penting
yang dibahas dalam setiap bab-nya. Hal ini sangat baik untuk membantu pembaca
mereview kembali hal-hal pokok yang mesti diingat dan dipahami dengan baik
 Kekurangan
 BUKU 1 :
- Sangat sedikit menjelaskan kompetensi Pedagogik
- Berbeda dengan Buku sebelah. Buku ini tidak menyediakan gambar

 BUKU 2
- Buku ini disajikan dengan bahasa yang rumit
- Buku ini sangat membosankan untuk dibaca

 BUKU 3 :
- Kekuranagn sesuaian inti paragraph pada beberapa sub materi. Bahkan ada bagian
yang tidak tertuliskan atau dibahas tuntas.
- Jenis tulisannya berbeda-beda, ada yang memakai Times New Roman, ada yang
memakai Arial dan kadang memakai Calibri.
- Kesalahan letak penulisan catatan kaki pada halaman yang berbeda dengan kode pada
bacaan materi.

 Kritik
- Dalam mengangkat suatu permasalahan memang dibutuhkan suatu data yang banyak,
akan tetapi jangan terlalu dipaksakan sehingga sebagian datanya ada yang tidak bisa
dipecaya dengan pasti. Data yng tidak atau sebagian masih terdapat kesangsian jangan
digunakan.
- Penyusunan urutan yang disajikan dalam isi pembahasan memang sistematis, namun
juga tidak ada salahnya jika ditunjukkan setiap pembahasan isi mengikat suatu
simpulan khusus pembAhasan tersebut.
BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan

Buku ini layak dibaca dan layak juga dirujuk sebagai bahan studi maupun karya
ilmiah. Hal ini terwujud dengan bukti fisik buku ini yang menyajikan banyak data atau
informasi ilmiah yang penyampaiannya mengikuti pekembangan teknologi dan sifat
masyarakat global.
Dari kesekian banyak kelebihan maka buku ini tidak menutup kemungkinan hanya
dipergunakan bagi kalangan pelajar/mahasiswa atau pakar ilmu, tetapi juga layak bagi guru
dan khalayak umum sebagai bentuk atau cara adaptif mempersiapkan diri untuk menyikapi
perubahan dalam dunia pendidikan yang cenderung dinamis berubah terjadi disekitar kita.
Peran dan fungsi pendidik dan tenaga kependidikan berpengaruh terhadap
pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran. Secara Khusus dalam pembelajaran pendidik
mempunyai peran dan fungsi untuk mendorong , membimbing dan memfalitasi siswa yang
belajar. Ki Hajar Dewantara menegaskan pentingnya peran dan fungsi dalam pendidikan
dengan ungkapan : Ing ngarasa sung Tulada berarti guru berada di depan memberi teladan ,
Ing madya mangun Karsa berarti guru berada di tengah menciptakan peluang untuk
berprakarsa, dan tut wuri Hadyani berarti guru berada dibelakang memberi dorongan dan
arahan. Konsep yang dikemukakan Ki Hajar Dewantara ini menjadi pedoman dalam
melaksanakan pendidikan dan pembelajaran diIndonesia

II. Saran

Hendaknya penyajian buku ini mempertahankan keunikannya tersebdiri yang telah


terbangun dari hal-hal yang berkaitan langsung dengan pribadi internal dan eksternal di dunia
profesi kependidikan.Dari kesekian banyak kelebihan diatas, telah juga diuraikan kelemahan
dari buku ini, harapan kedepan buku ini terus diperbaiki sesuai dengan anggapan atau
kebutuhan pembaca pada khususnya.Buku ini sangat banyak manfaatnya terutama bagi
kelangsungan kehidupan kita msing-msaing calon pendidik, maka diharapkan kedepan buku
ini tetp terupdate denga revisi-revisi yang lebih membangun dan mendetail lagi sesuai dengan
perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan serta teknologi.
DAFTAR PUSTAKA
Adler, R.B., & Rodman, G. (1992). Understanding Human Communication. Fort
Worth,, TX: Holt Rinehart and Wiston. Ahmadi, A. (1977). Bimbingan dan Penyuluhan di
Sekolah. Semarang: Toha Putra. Amti, Erman dan Prayitno. (2008). Dasar-dasar Bimbingan
dan Konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arismunandar. (2007). Rencana Strategis Sekolah.
Makalah disajikan pada Pendidikan dan pelatihan Kemitraan Kepala Sekolah yang
diselenggarakan oleh Direktorat Tenaga Kependikan, Ditjen PMPTK, Depdiknas di Jakarta,
Juli 2007. Bafadal, I. (2002). Peluang dan Tantangan Manajemen Berbasis Sekolah,
(Makalah dalam Konferensi Manajemen Pendidikan). Jakarta: UNJ dan HISAPIN. Bernard,
H.W. & Fullmer, W. (1985). Principles of Guidance. New York: Harper & Row. Bilkin, G.S.
(1981). Practical Counseling in The School. Dubuque, lowa: Wm. C. Brown. Blumberg, A.
(1980). Supervisors and Teachers. Berkeley California: McCutchan. Brodjonegoro, S.S.
(2003). Higher Education Long Term Strategy 2003-2010. Directorat General of Higher
Education, Ministry of National Education Republic of Indonesia.

Bryson, J. M. (1995). Strategic Planning For Public and Nonprofit Organizations. San
Francisco: Jossey-Bass Publishers. Budiamin, A. (2009). Bimbingan Konseling. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depag RI. Canavan, N. & Monahan, L. (2000). School
Culture and Ethos: Releasing the Potential. A resource pack to enable schools to access
articulate and apply ethos values. Dublin: Marino Institute of Education. Chandler, M.,
Turner, E.A.,Heffer, R.W. (2009). The influence of parenting styles, achievement motivation,
and self-aficacy on academic performance in college student. Project Muse to day’s research
tomorrow’s inspiration. John Hopkins University Press. Collins U. (1996). Developing a
School Plan: A Step by Step Approach. Dublin: Marino Institute of Education. Colman H.&
Waddington D. (1996). Synergy. Australia: Catholic Education Office. Daft, Richard L.
(1988). Management. Chicago: The Dryden Press. Danim, S. (2002). Inovasi Pendidikan,
Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Denocolo, Pam M., Kompf, Michael. (2005). Teacher Thinking and Profesional Action.
London and New York: Routledge Taylor & Francis Group. Depdikbud. (1979). Kurikulum
Sekolah Menengah Atas 1975, Buku IIIC. Jakarta: Balai Pustaka. Depdiknas (2000). Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan September 2000 Nomor: 025. Jakarta: Balai Penelitian dan
Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. ,(2002). Pedoman Administrasi Sekolah
Dasar. Direktorat Pendidikan Pendidikan TK dan SD, Dirjen Dikdasmen, Depdiknas. ,
(2002). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat SLTP. DeRoche, E.F. (1985). How School
Administrator Solve Problems. New Jersey: Printice Hall, Inc. Directorat General of Higher
Education. (2003). Technological and Professional Skills Development Sector Project
(TPSDP) Batch III: Guidelines for Sub-Project Proposal Submission. Jakarta: Directorat
General of Higher Education, Ministery of National Education. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi. (2006). Panduan Penyusunan Proposal Program Hibah Kompetisi.
Jakarta: Ditjen Dikti, Depdiknas. Dirjen Dikti. (2002). Pengembangan Sistem Pendidikan
Tenaga Kependidikan abad ke-21 (SPTK - 21). Jakarta: Depdiknas. Dirjen Dikti. (2002).
Standar Kompetensi Guru Kelas SD-MI. Jakarta: Depdiknas, Direktorat Pembinaan
Pendidikan Tenaga Kependidikan. Downing, L.N. (1986). Guidance and Counseling Services
An Introduction. New York: Mc Graw-Hill Book Company. Dubrin. A.J. (1995). Leadership:
Funding and Skills. Boston: Haugton Mifflin.Co. Duhou, I.A. (1003). School Based
Management. Jakarta: Proyek Perluasan dan Peningkatan Mutu SMU Jakarta. Duke, Daniel
L. & Canady, Robert L. (1991). School Policy. New York: MacGrawHill, Inc. Dwyer, B.
(1986). Catholic Schools at the Crossroads.Victoria: Dove Communications. Edward, B.
Fiske. (1996). Decentralization of Education Politic and Consensus. Washington DC: The
Word Bank. Eko. (2008). Pengertian Bimbingan. http://www.eko13.wordpress.com. (On
Line). 27 Februari 2009. Fauz, L.S. (2008). Peran BK dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan. http://www. luthfis.wordpress.com. ( On Line ). 27 Februari 2009. Fontana, D.
(1981). Psychological For Teachers. London: The British Psychological Society and The
McMillan Pres. Frymier, J., Cornbleth,C., Donmoyer, R., Gansneder, B.M., Jan T.Jeter,
M.Frances Klein, Schwab,M., Alexander.W.M. (1984). One Hundred Good Schools. Indiana:
Kappa Delta Pi. Furlong, C. & Monahan L. (2000). School Culture and Ethos. Dublin:
Marino Institute of Education. Gaffar, M.F. (ketua Tim)., (2002). Pengembangan Sistem
Pendidikan Tenaga Kependidikan Abad 21. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Glickman, C, D. (1981). Develompental Supervision. Alternatif Practice for Helping
Teachers Improve Instruction. Alexandria, Virginia: ASCD. Glickman, C.D. (2002).
Developmental Supervision. Alexandria Virginia: Assosiation Supervisor for Curriculum
Development. Gorton, R (1977). School Administration Challenge and Opportunity for
Leadership. IOWA: W.C. Brown Company Publishers. 206 Profesi Kependidikan DUMMY
Gorton, Richard A. & Schneider, Gail T. (1991). School-Based Leadership: Callenges and
Opportunities. Dubuque, IA: Wm. C. Brown Publishers Government of Ireland. (1999).
School Development Planning – An Introduction for Second Level Schools. Dublin:
Department of Education & Science. Grant, K.B., dan Ray, Julie, A. (2010). Home, School,
and Community Collaboration. Culturally Responsive Family Involvement. California: Sage
Publication, Inc. Guthrie, James W. (2011). Leading School to Success. Los Angeles,
London, Washington DC, Singapore: Sage. Hallen. (2005). Bimbingan & Konseling. Jakarta:
Quantum Teaching. Hargreaves, A. & Hopkins, D. (1991) The Empowered School: the
Management and Practice of Developmental Planning. London: Cassell. Hargreaves, D. and
Hopkins, D. (1993). School Effectiveness, School Improvement and Development Planning,
in Margaret Preedy (ed.) Managing the Effective School, London: Paul Chapman Publishing.
Harris, B.M., McIntyre, K.E., Littleton, V.C., & Long, D.F. (1979). Personnel Administration
in Education Leadership For Instructional Improvement. Boston: Allyn and Bacon Inc.
Heath, S.B., & McLaughlin, M.W. (1987). A child resource policy: Moving beyond
dependence on school and family. Phi Delta Kappan, 68, pg 576-580. Hope A., Timmel S.
(1999). Training for Transformation. London: The Intermediate Technology Group. Jones, J.,
Jenkin, M., & Lord, Sue. (2006). Developping Effective Teacher Performance. London: Paul
Chapman Publishing. Kepmen Nomor 44/U/2002, tentang Pembentukan Dewan Pendidikan.
Kepmendikbud RI, Nomor: 01319/U/1993 Tentang Jabatan Fungsional Guru. Khaereoji.
(2009). Efektivitas Layanan Bimbingan dan Konseling Dalam Mengatasi Masalah Kesulitan
Pemilihan Karier Siswa di Sekolah Menengah Atas. http://www.one.indoskripsi.com. ( On
Line ). 27 Februari 2009. Koontz, H. (1984). Management. New York: Mc Grow-Hall Book
Company Koestoer, P. (1982). Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah-sekolah. Jakarta:
Erlangga. Lerner, A.L. (1999). A Strategic Planning Primer for Higher Education.
Northridge. California: College of Business Administration and Economics, California State
University. Lipham, M. & Hoeh, J.A. (1987). The Principalship: Foundation and Funsction.
New York: Harver and Row Publisher.

Lyddon, J. W. (1999). Strategic Planning In Smaller Nonprofit Organizations: A


Practical Guide for the Process. Michigan: W.K. Kellogg Foundation Youth Initiative
Partnerships (in Website: http://www.wmich.edu/ nonprofit/ Resource/index.html). Mantja,
Willem. (2007). Profesionalisme Tenaga Kependidikan: Manajemen Pendidikan dan
Supervisi Pengajaran. Malang: Elang Mas. McNergney, R.F., Carrier, C.A. (1981). Teacher
Development. New York, London: Mc Milian Publishing Co. Inc and Collier Macmillan
Publisher. Mintzberg, H. (1994). The Rise and Fall of Strategic Planning. New York, NY:
The Free Press. Mortenson, D, G., Schumuller, A.M. (1969). Guidance in To Day’s School.
New York: John Wiley & Sons Inc. Nur, M. (2000). Kompetensi Minimal Lulusan Program
S1 Kependidikan dan Program Penyelenggaraannya. Jakarta: Dit SLTP, PPM-SLTP Jakarta.
Mohrman, S.A., and Wohlstetter, P. (Ed.). (1994). School Based Management: Organizing
High Performance. San Francisco: Jossey-Bass Publisher Morrison, James L., Renfro,
William L., and Boucher, Wayne I. 1984. Futures Research And The Strategic Planning
Process: Implications for Higher Education. ASHE-ERIC Higher Education Research
Reports. Mortimore, P., Macbeath. J., (ed). (2001). Improving School Effectiveness.
Buckingham: Open University Press. Muhammad. (2008). Pengertian Bimbingan dan
Konseling dan Hubungannya dengan Pendidikan. http://www.zanikhan.multiply.com. (On
Line ). 27 Februari 2009. Muijs, D., and Reynold, D. (2005). Effective Teaching: Evidence
and Practice. London: Paul Chapam Publishing. Natawidjaja, R. (1978). Penyuluhan di
Sekolah. Medan: Hasmar. Nickols, K. and Thirunamachandran, R. (2000). Strategic Planning
in Higher Education: A Guide for Heads of Institutions, Senior Managers and Members of
Governing Bodies. In Website: www.hefce.ac.uk. Ningsih, K. (2009). Bimbingan dan
Konseling. http://www.oc.upi.edu. (On Line). 27 Februari 2009. OECD (2008). Innovating to
Learn, Learning to Innovate. Centre for Education Research and Innovation. Oliva. P. F.
(1984). Supervision For To Day School. Second Edition. New York, London: Longman. 208
Profesi Kependidikan DUMMY Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2007. Tentang Standar Kepala Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999. Tentang Kewenangan Pemerintah
dan Kewenangan Provinsi dan Daerah Otonom. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun
2000. Tentang Kewenangan Daerah dan Provinsi Dalam Bidang Pendidikan. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005. Tentang Standar Nasional
Pendidikan. Jakarta: Sekretariat Jenderal Departeman Pendidikan Nasional. PGRI, (2008).
Kopendum Kumpulan Peraturan Organisasi, bagian I. Jakarta: Sekretariat Jenderal Persatuan
Guru Republik Indonesia. Prabu. (2007). Bimbingan Konseling.
http://www.thejargon.multiply.com. 27 Februari 2009. Prayitno dan Amti,E. (2008). Dasar-
dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Rineka Cipta. Prayogo, J. (2007). Rencana
Strategis. Makalah Disajikan pada Pendidikan dan Pelatihan Kemitaraan Kepala Sekolah
yang diselenggarakan oleh Direktorat Tenaga Kependikan, Ditjen PMPTK, Depdiknas di
Jakarta, Juli 2007. Rizali, A., Jati, I., Dharma, S. (2009). Dari Guru Konvesional Menuju
Guru Profesional. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Rowley, D. J., Lujan, H. D.,
& Dolence, M.G. (1997). Strategic Change in Colleges and Universities. San Francisco, CA:
Jossey-Bass Publishers. Sayles, L.R., & Strauss, G. (1981). Human Behavior in Organizatios.
Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall. Scheetrens , J. & Bosker, R. (1997). The
Foundation of Educational Efectiveness. USA, Japan: Pargamon. School Development
Planning Initiative. (1999). School Development Planning: Draft Guidelines for Second
Level Schools. Dublin: SDPI. Sergiovanni, Thomas J. and Robert J. Starraft, (1983).
Supervision, Human Perspectives. New York: Mc Graw Hill Book Co. Sergiovanni, Thomas,
J. (2006). The Principlapship, A Reflective Practice Perspective. Fifth Edition, Boston, New
York, San Fransisco, Montreal, London, Paris, Hongkong, Singapore, Tokyo, Cape Town
dan Sydney: Pearson. Siagian, S.P. (1983). Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku
Organisasi. Jakarta: Gunung Agung. Daftar Pustaka 209 DUMMY Slamet PH (2000) Kepala
Sekolah yang Tangguh, Dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balai Penelitian
dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. Soetjipto dan Kosasi. R. (2004).
Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta. Sudrajat, A. 2008. Tujuan Bimbingan dan
Konseling. Error! Hyperlink reference not valid.. ( On Line ). 27 Februari 2009. Sue, B.,
Solomon P., (2005). Innovations in Rehabilitation Sciences Education. Germany: Springer.
Suriansyah, A. (1992). Kontribusi Komunikasi Penugasan Terhadap Efektivitas Kerja Guru
pada SMP Negeri di Kodya Banjarmasin. Tesis tidak dipublikasikan. Malang: Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang, Program Pascasarjana. . (2001). Peningkatan
Kualitas Pembelajaran Sebagai Antisipasi Era Globalisasi. Makalah kuliah Perdana FKIP
Unlam. . (2002). Panduan Manajemen Berbasis Sekolah. Banjarmasin: Proyek Peningkatan
Mutu SLTP Kalimantan Selatan, Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan. . (2008).
Budaya Kerja berkualitas. Penelitian, tidak dipublikasikan (Program Magister Manajemen
Pendidikan Unlam). . (2010). Model Of Quality Work Culture: Case Study in Lambung
Mangkurat University. Desertasi tidak dipublikasikan. Malaysia: UUM. Suriansyah, A &
Aslamiah. (2012). Menuju Kepala Sekolah Efektif, dari Teoretis ke Praktis. Solo: Rumah
Pengetahuan. Sutisna, O. (1985). Administrasi Pendidikan, Dasar Teoretis untuk Praktik
Profesional. Bandung: Angkasa. Surya, M., Hasim, A., Suwarno, RB. (2010). Landasan
Pendidikan: Menjadi Guru yang Baik. Bogor: Ghalia Indonesia. Margaret, T.A. (1989).
Effective School and Effective Teachers. Boston, London, Sydney: Allyn and bacon. Tilaar
(1999). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional, Dalam Perspektif Abad 21.
Magelang: Indonesia Terra. Tohirin. (2007). Bimbingan dan Konseling Sekolah dan
Madrasah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. . (2011). Bimbingan dan Konseling di Sekolah
dan Madrasah Berbasis Integrasi. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Tuohy, D. (1997). School
Leadership and Strategic Planning. Dublin: A.S.T.I 210 Profesi Kependidikan DUMMY
Umaedi. (1999). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah: Sebuah Pendekatan Baru
Dalam Pengelolaan Sekolah Untuk Peningkatan Mutu. Jakarta: Direktorat Pendidikan
Menengah Umum, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Dan Menengah, Depdiknas. Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2003. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional.
Walgito, B. (1982). Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Gajah Mada. Willis, S. (2004). Konseling Individual, Teori dan Praktik.
Bandung: Alpabeta. Winkel. (2011). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.
Jakarta: Gramedia Wragg, E.C., Hayness, G.S., Wragg, C.M., & Chaamberlin, R.P. (2000).
Failing Teachers? London: Routledge. Yusuf LN, Syamsu & Nurihsan, Juntika. (2010).
Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Zen, E.F. (2008).
Bimbingan Konseling, Apa Pula Itu?. Error! Hyperlink reference not valid.. ( On Line ). 27
Februari 2009.

Aditya, R., dan Wulandari L.H. (2011). Kepuasan Kerja Guru. Medan: USU Press.
Afifuddin. (2005). Administrasi Pendidikan. Bandung: Insan Mandiri. Arifin, M. 1991.
Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum). Jakarta: Bumi Aksara. Basri, H. 2014.
Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandung: Pustaka Setia. Danim, S. 2010. Profesionalisasi
dan Etika Profesi Guru. Bandung Alfabet. Danim, S. 2012. Pengembangan Profesi Guru. Dari
PraJabatan, Induksi Ke Profesional Madani. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Danim,
S., dan Khairil. 2012. Profesi Kependidikan. Bandung: Alfabeta. Decaprio, R. 2013. Tips
Mengelola Laboratorium Sekolah. Yogyakarta: Diva Press. Djamarah, S.B. 2005. Guru Dan
Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, O. 2004. Proses
Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hikmawati, F. 2010. Bimbingan Konseling. Jakarta:
Rajagrafindo Persada. Indrafachrudi, R.S. 2006. Bagaimana Memimpin Sekolah Yang
Efektif. Bogor: Ghalia Indonesia. Mudlofir, A. 2014. Pendidik Profesional. Konsep, Strategi
dan Aplikasinya Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Rajagrafindo
Persada. Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan | 282 Mulyasa, E. 2005. Menjadi
Kepala Sekolah Profesional. Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK. Bandung:
Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. 2007. Menjadi Guru Profesional Menciptakan
Pembelajaran Kreatif Dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. 2007.
Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasution, I. dan
Siahaan, S. 2009. Manajemen Pengembangan Profesionalitas Guru. Bandung: Citapustaka
Media Perintis. Nata, A. 2003. Manajemen Pendidikan, Mengatasi Kelemahan Pendidikan
Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Nurdin, S., dan Usman, B. 2002.
Guru Profesional Dan Implementasi Kurikulum. Jakarta; Ciputat Pers. Pidarta, M. 1997.
Landasan Kependidikan. Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta. Prayitno dan Amti, E. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka
Cipta. Prayitno, 2009. Dasar Teori Dan Praksis Pendidikan. Jakarta; Grasindo. Priansa, D.J.,
dan Somad, R. 2014. Manajemen Supervisi & Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandung:
Alfabeta. Purwanto, M.N. 1995. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Rohani, HM. 1991. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Rugaiyah
dan Sismiati, A. 2011. Profesi Kependidikan. Bogor: Ghalia Indonesia. Sagala, S. 2010.
Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Dafar
Pustaka | 283 Sardiman, AM. 2003. Interaksi dan Motivasi BelajarMengajar. Jakarta:
Rajawali Pers. Saud, U.S. 2010. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta. Siahaan,
A., Rambe, A., dan Mahidin. 2006. Manajemen Pengawas Pendidikan. Jakarta: Quantum
Teaching. Slameto. 1995. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta. Soetjipto dan Raflis, K. 1994. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukardi, D.K dan Kusmawati P.E.N. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Jakarta: Rineka Cipta. Supriadi, O. 2012. Profesi Kependidikan. Yogyakarta: Leksbang
Pressindo. Suwardi, 2008. Manajemen Pembelajaran Menciptakan Guru Kreatif Dan
Berkompetensi. Surabaya: Temprina Media Grafika. Suwarno, W. 2010. Ilmu Perpustakaan
dan Kode Etik Pustakawan. Yogyakarta: Ar-Ruzz. Syafaruddin, 2005. Ilmu Pendidikan
Perspektif Baru Rekonstruksi Budaya Abad XXI. Bandung: Citapustaka Media. Syah, M.
2010. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Tafsir,
A. 1992. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung; Remaja Rosddakarya. Tilaar,
H.A.R. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta. Tilaar, H.A.R.
2002. Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta. Tohirin. 2008. Bimbingan dan
Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan | 284 Usman, M.U. 2002. Menjadi Guru
Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Wahjosumidjo. 2001. Kepemimpinan Kepala
Sekolah. Tinjauan Teoretik Dan Permasalahannya. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Wahyudi,
I. 2012. Pengembangan Pendidikan. Strategi Inovatif & Kreatif Dalam Mengelola Pendidikan
Secara Komprehensif. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Wiyani, N.A. 2015. Etika Profesi
Keguruan. Yogyakarta: Gava Media. Yahya, M. 2013. Profesi Tenaga Kependidikan.
Bandung: Pustaka Setia. Yamin, M., dan Maisah. 2010. Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta:
Gaung Persada Press. Yusuf, S., dan Nurihsan, A.J. 2008. Landasan Bimbingan dan
Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai