NIM 7203144021
PRODI/FAKULTAS S1 Pend.Adm.Perkantoran/ FE
KELAS Reguler C
PERTEMUAN KE 6
Isu-3: Ethics of human resource management Etika dari Human Resource Management
(HRM) mencakup isu-isu yang muncul disekitar relasi antara the employer-employee
(majikan-pegawai), seperti hak-hak dan kewajiban yang dimiliki oleh masing-masing.
CONTOH: isu-isu discrimination termasuk diskiminasi berdasar usia (ageism), gender, ras,
agama, disability people/penyandang cacat, berat badan dan penampilan, sexual
harrassment. Isi-isu yang terkait dengan representasi dari pekerja dan demokrasi di tempat
kerja: union busting, strike breaking. Isu-isu yang mempengaruhi privacy karyawan/pekerja
>> workplace surveillance, drug testing.
Isu-4: Ethics of (sales and) marketing Pemasaran yang jauh melampaui informasi utama
tentang produk dan akses ke suatu produk akan mencari celah memanipulasi nilai-nilai dan
perilaku orang/konsumen Pada taraf tertentu masyarakat dapat menerimanya, tapi dimana
garis etika ditetapkan? Etika pemasaran tumpang tindih secara ketat dengan media ethics,
karena pemasaran menggunakan media besar-besaran. Namun, media ethics adalah suatu
topik besar dan di luar cakupan etika bisnis (Pricing: price fixing, price discrimination, price
skimming).
Isu-5: Ethics of production Daerah etika bisnis terkait dengan kewajiban suatu perusahaan
untuk menjamin bahwa produk dan proses produksi tidak menyebabkan kerusakan.
Beberapa dilema yang parah dalam area ini muncul dari fakta bahwa selamanya ada suatu
derajad bahaya dalam suatu produk atau proses produksi dan sangat sulit untuk
mendefinisikan suatu derajat yang dapat dibenarkan, atau derajad pembenaranyya akan
tergantung pada perubahan kondisi dari teknologi atau perubahan persepsi sosial atau
penerimaaan tingkat resiko.
Isu-6: Ethics of intellectual property, knowledge & skills Pengetahuan dan keterampilan
merupakan sesuatu yang sangat berharga tetapi tidak mudah menjadi obyek yang dimiliki/
kepemilikan. Tidak selalu jelas siapa yang memiliki hak lebih besar terhadap suatu
ide/gagasan: perusahaan yang melatih karyawan atau karyawan itu sendiri. Negara dimana
tanaman tumbuh atau perusahaan yang menemukan dan mengembangkan potensi medis
dari tanaman tersebut yang memiliki hak intelektual? Sebagai akibat, upaya untuk
memperoleh hak kepemilikan dan etika bisnis menimbulkan perselisihan tentang kepemilikan
tersebut (HaKI) Seperti : Batik, Tempe, Tahu, patung bali (GWK).
Isu-isu Teoritis dalam Etika Bisnis 1. Konflik Kepentingan Etika Bisnis dapat diamati/diuji dari
beragam perspektif, termasuk perspektif karyawan, perusahaan komersial, dan masyarakat
sebagai suatu keseluruhan. Tidak jarang, muncul situasi dimana ada konflik antara satu atau
lebih pihak, dimana pelayanan terhadap kepentingan satu pihak adalah merugikan/merusak
kepentingan pihak lain. sebagai contoh, suatu luaran hasil tertentu mungkin sangat
menguntungkan karyawan, tetapi berdampak buruk bagi perusahaan atau bagi masyarakat,
atau kebalikannya
5. Upayan Pendorongan Etika Dalam Manajemen Perusahaan
Advokasi etika adalah upaya pusahaan untuk menjalankan etika dalam kegiatannya dengann
cara menempatkan orang atau tim khusus dalam tim manajemen perusahhan yang bertugas untuk
mengontrol dan mengawasi segala kegiatan perusahaan agar tetap memenuhi standar-standar etika.
Pada umumnya, pihak yang dikerjakan dan ditempatkan dalam bagian ini adalah mereka yang
berlatang belakang ilmu hukum yang dianggap mengetahui seluk-beluk regulasi dan bagaimana
regulasi tersebut bias dijalankan. Sekalipun upaya ini mendapat kritik karena pada praktiknya
penyelewengan dapat pula dilakukan oleh tim advokasi etika, namun upaya perusahaan untuk
menyediakan orang atau tim khusus patut dihargai sebagai usaha untuk mewujudkan kegiatan bisnis
yang lebih beretika.
Upaya lain yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan menetapkan standar aturan
mengenai etika yang harus dijalankan oleh perusahhan atau seringkali dinamakan code of ethics.
Implementasi dari code of ethic ini akan sangat efektif jika memenuhi 2 syarat, yaitu, perusahaan
perlu menyatakan secara spesifik kepada public mengenai code of ethic yang mereka jalankan.
Sebagai contoh, Perusahaan Xerox. Menetapkan aturan bahwa perusahaan mereka akan melakukan
kejujuran terhadap pelanggan, tidak akan memberikan sogokan, tidak akan merahasiakan sesuatu
terhadap konsumen, maupun tidak akan melakukan penipuan yang terkait dengan harga.
Pernyataan spesifik ini mereka nyatakan dalam berbagai kesempatan di depan khalayak ramai dan
publisitas yang mereka lakukan. Syarat kedua agar code of ethic ini bias berjalan secara efektif
adalah perlu adanya dukungan dari tim manajemen puncak melalui system pengawasan tertentu
seperti reward and punishment system dsb. Tanpa ada dukungan dari manajemen puncak, code of
ethicini pun akan sulit untuk diimplementasikan.
Upaya lain untuk menjamin bahwa perusahaan akan menjalankan kegiatannya secara lebih
beretika adalah dengan melibatkan public dalam setiap kegiatan perusahaan yang dianggap tidak
beretika. Dalam istilah manajemen ini dinamakan sebagai whistle-blowing (meniup peluit).
Konteksnya adalah bahwa jika sebuah perusahaan menjalankan suatu kegiatan yang tidak
memenuhi standart etika dan perusahaan cenderung membiarkan praktik tersebut untuk terus
berjalan, kenyataan ini kemudian dilaporkan oleh anggota perusahaan kepada pihak public seperti
media massa, lembaga swadaya masyarakat, ataupun pemerintah yang representatif untuk
menangani kasus-kasus seperti ini. Upaya ini akan mendorong perusahaan agar benar-benar
memperhatikan kepentingan public, dan mencoba mengingatkan perusahaan bahwa jika kegiatan
tidak etis dilakukan perusahaan, maka perusahaan akan menghadapi konsekuensi logis berupa
penilaian buruk dari masyarakat.