Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN MINI RISET (MR)

MK. PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK


PRODI S1 PEND.ADM. PERKANTORAN-C
FE

Skor Nilai :

“ANALISIS MASALAH PENDIDIK DALAM MEMBANTU PERTUMBUHAN DAN


PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK”

(AGNESIA) (RIZKA ) (WIDYA .S) (WILDA .H) (ZELIKA)

NAMA MAHASISWA KELOMPOK 2 :


AGNESIA EVENTINE KABES (7205044001)
RIZKA FAUZAH EVANDI (7203144005)
WIDYA CRISTINA SIHOMBING (7202144002)
WILDA LUCIANA HUTAPEA (7203144021)
ZELIKA KHARISMA (7203344020)

DOSEN PENGAMPU : ELYA SISKA ANGGRAINI., S.Sn, M.A.


MATA KULIAH : PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN-KELAS C


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penyusun ucap kan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Tugas Mini Riset mengenai “Analisis Masalah Pendidik Dalam Membantu
Pertumbuhan Dan Perkembangan Peserta Didik” tepat pada waktunya.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Elya Siska Anggraini S.Sn.,M.A.
selaku dosen pengampu mata kuliah Perkembangan Peserta Didik yang telah
membantu memberi saran serta tata cara penyelesaian hingga tugas ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Penyusun tentu menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna,
maka dari itu segala kritik dan saran sangat penyusun nantikan untuk perbaikan tugas-
tugas berikutnya.
Apabila terdapat kesalahan kata yang menyinggung pihak manapun, penyusun
memohon maaf sebesar-besarnya, sekian dan terima kasih

Medan, 14 Desember 2020

KELOMPOK 2

MINI RISET (MR) - PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK ii


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 4
B. Tujuan Penelitian 6
C. Manfaat Penelitian 6

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Tinjauan Pustaka 7

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian 9
B. Metode Penelitian 9
C. Subjek Penelitian 9

BAB IV PEMBAHASAN

A. Hasil dan Pembahasan 10

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 11
B. Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 11

MINI RISET (MR) - PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK iii


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan seperti telah kita ketahui bersama merupakan salah satu faktor
penentu kemajuan sebuah Negara, apabila pendidikannya bagus maka kemungkinan
bangsa tersebut maju juga besar, akan tetapi apabila pendidikannya kurang bagus
maka bangsanya pun juga kemungkinan besar kurang maju. Dengan pendidikan
yang bagus di harapkan penduduk suatu Negara memiliki kemampuan yang lebih
dan memiliki moral yang lebih bermartabat serta memiliki sudut pandang yang
lebih luas dalam menghadapi suatu masalah ataupun perbedaan yang terjadi dalam
kehidupannya.
Salah satu komponen dalam system pendidikan adalah adanya peserta didik,
peserta didik merupakan komponen yang sangat penting dalam system pendidikan,
sebab seseorang tidak bisa dikatakan sebagai pendidik apabila tidak ada yang
dididiknya.
Perkembangan setiap peserta didik tidak semuanya rata, ada yang cepat dan ada
yang lambat, ada yang normal dan ada yang tidak.  seorang pendidik harus
mengetahui perkembangan peserta didiknya, juga harus memahami dan
memberikan pemahaman tentang dimensi-dimensi yang terdapat didalam diri
peserta didik terhadap peserta didik itu sendiri, kalau seorang pendidik tidak
mengetahui dimensi-dimensi tersebut, maka potensi yang dimiliki oleh peserta didik
tersebut akan sulit dikembangkan, dan peserta didikpun juga mengenali potensi
yang dimilikinya.  Untuk menyikapi hal tersebut, maka disusunlah “Laporan mini
riset yang berjudul analisis masalah pendidik dalam membantu pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik”

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan yang terjadi pada peserta didik usia sekolah
menengah atas?
2. Seberapa jauh pentingnya peran pendidik bagi peserta didik usia sekolah
  

menengah menegah atas?

MINI RISET (MR) - PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK 1


3. Seberapa jauh pentingnya peran orang tua bagi peserta didik usia sekolah
menengah atas?
4. Bagaimana solusi dari berbagai permasalahan yang dihadapi oleh remaja usia
sekoah menengah atas?

C. Tujuan Penelitian
1. Memahami perkembangan yang terjadi pada peserta didik usia sekolah
menengah atas
2. Memahami seberapa jauh pentingnya peran pendidik bagi peserta didik usia
sekolah menengah atas
3.   Memahami seberapa jauh pentingnya peran orang tua bagi peserta didik usia
sekolah menengah atas
4.   Mengetahui solusi dari berbagai permasalahan yang dihadapi oleh remaja usia
sekolah menengah atas

MINI RISET (MR) - PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK 2


BAB II
KAJIAN TEORI
1.      Perkembangan Fisik
Pada usia anak SMA terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Tidak hanya pada
anggota tubuh tertentu tetapi juga proporsi tubuh yang semakin besar. Pada
perkembangan seksualitas anak SMA ditandai  dua ciri yaitu seks primer dan seks
sekunder.
1.      Seks primer
Pada siswa laki-laki SMA ditandai dengan semakin besarnya ukuran testis,
pembuluh mani dan kelenjar prostat semakin besar sehingga organ seks semakin
matang (lebih matang dari anak SMP). Pada siswi SMA tumbuhnya rahim, vagina , dan
ovarium yang semakin matang, hormon-hormon yang diperlukan dalam prooses
kehamilan dan menstruasi semakin banyak.
2.      Seks sekunder
Pada siswa laki-laki SMA ditandai dengan tumbuhnya kumis, bulu disekitar
kemaluan dan ketiak serta perubahan suara, semakin besarnya jakun. Pada siswa
perempuan ditandai dengan tumbuhnya rambut pubik atau bulu  disekitar kemaluan
dan ketiak, bertambah besarnya buah dada,bertambah besarnya pinggul.
2.      Perkembangan Sikap Kognitif
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli
perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap
pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya
para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-
masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang
sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak
alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas
berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu
berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa
adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya
dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman
masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan
rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja
mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.

MINI RISET (MR) - PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK 3


Perkembangan kognitif remaja mencapai tahap operasional formal yang
memungkinkan remaja berpikir secara abstrak dan komplek, sehingga remaja mampu
mengambil keputusan untuk dirinya. Selama masa remaja, kemampuan untuk mengerti
masalah-masalah kompleks berkembang secara bertahap. Masa remaja adalah awal dari
tahap pikiran formal operasional, yang mungkin dapat dicirikan sebagai pemikiran yang
melibatkan logika pengurangan atau deduksi. Tahap ini terjadi di semua orang tanpa
memandang pendidikan dan pengalaman mereka. Namun, bukti riset tidak mendukung
hipotesis itu yang menunjukkan bahwa kemampuan remaja untuk menyelesaikan
masalah kompleks adalah fungsi dari proses belajar dan pendidikan yang terkumpul.
Unsur yang terpenting dalam mengembangkan pemikiran seseorang adalah latihan dan
pengalaman. Latihan berpikir, merumuskan masalah dan memecahkannya, serta
mengambil kesimpulan akan membantu seseorang untuk mengembangkan
pemikirannya ataupun intelegensinya.
Piaget membedakan dua macam pengalaman, yaitu :
1. Pengalaman fisis: terdiri dari tindakan atau aksi seseorang terhadap objek yang di
hadapi untuk mengabstraksi sifat-sifatnya.

2. Pengalaman matematis-logis: terdiri dari tindakan terhadap objek untuk mempelajari


akibat tindakan-tindakan terhadap objek itu.

Kemampuan yang dimiliki pada tahap operasional formal ini adalah:


a.      Abstrak

Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman
yang benar-benar terjadi. Mampu memunculkan kemungkinan-kemungkinan hipotesis
atau dalil-dalil dan penalaran yang benar-benar abstrak.

b.      Fleksibel dan kompleks

Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang


suatu hal. Mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri, orang lain, dan
dunia, serta membandingkan diri mereka dengan orang lain dan standard-standard
ideal ini. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang
hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan
remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang
masih berupa rencana atau suatu bayangan (Santrock, 2001). Remaja dapat memahami

MINI RISET (MR) - PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK 4


bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan
datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari
tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya. Di
negara-negara berkembang (termasuk Indonesia), masih banyak sekali remaja yang
belum mampu berpikir dewasa. Sebagian masih memiliki pola pikir yang sangat
sederhana. Hal ini terjadi karena sistem pendidikan di Indonesia banyak menggunakan
metode belajar mengajar satu arah atau ceramah, sehingga daya kritis belajar seorang
anak kurang terasah. Bisa juga pola asuh orang tua yang cenderung masih
memperlakukan remaja seperti anak-anak sehingga mereka tidak punya keleluasan
dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usianya. Seharusnya seorang
remaja harus sudah mencapai tahap perkembangan pemikiran abstrak supaya saat
mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk
menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.

c.       Logis

Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka
mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan
(Santrock, 2001). Mulai mampu mengembangkan hipotesis atau dugaan terbaik akan
jalan keluar suatu masalah, menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah-
masalah dan menguji pemecahan-pemecahan masalah secara sistematis. Misal : Dalam
pengambilan keputusan oleh remaja mulai dari pemikiran, keputusan sampai pada
konsekuensinya, bagaimana lingkungannya yang menunjukkan peran lingkungan dalam
membantu pengambilan keputusan pada remaja.

3.      Perkembangan dalam Sikap Emosional


Pada masa ini, tingkat karateristik emosional akan menjadi drastis tingkat
kecepatannya. Gejala-gejala emosional para remaja seperti perasaan sayang, marah,
takut, bangga dan rasa malu, cinta dan benci, harapan-harapan dan putus asa, perlu
dicermati dan dipahami dengan baik. Sebagai calon pendidik dan pendidik kita harus
mengetahui setiap aspek yang berhubungan dengan perubahan pola tingkah laku dalam
perkembangan remaja, serta memahami aspek atau gejala tersebut sehingga kita bisa
melakukan komunikasi yang baik dengan remaja. Perkembangan pada masa SMA
(remaja) merupakan suatu titik yang mengarah pada proses dalam mencapai
kedewasaan. Meskipun sifat kanak-kanak akan sulit dilepaskan pada diri remaja karena
pengaruh didikan orang tua.

MINI RISET (MR) - PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK 5


Perkembangan Peserta Didik Periode Sekolah Menengah Atas (SMA)
Psikolog memandang anak usia SMA sebagai individu yang berada pada tahap yang
tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan individu. Ketidakjelasan ini karena
mereka berada pada periode transisi, yaitu dari periode kanak-kanak menuju periode
orang dewasa. Pada masa tersebut mereka melalui masa yang disebut masa remaja atau
pubertas. Umumnya mereka tidak mau dikatakan sebagai anak-anak tapi jika mereka
disebut sebagai orang dewasa, mereka secara riil belum siap menyandang predikat
sebagai orang dewasa.
Ada perubahan-perubahan yang bersifat universal pada masa remaja, yaitu
meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan
psikis, perubahan tubuh, perubahan minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok
sosial tertentu untuk dimainkannya yang kemudian menimbulkan masalah, berubahnya
minat, perilaku, dan nilai-nilai, bersikap mendua (ambivalen) terhadap perubahan.
Perubahan-perubahan tersebut akhirnya berdampak pada perkembangan fisik, kognitif,
afektif, dan juga psikomotorik mereka.

4.      Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan
masyarakat di mana mereka tinggal. Hal ini berarti pembentukan kepribadian yang
dihasilkan dari pergaulan masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus dalam perilaku
bahasa. Bersamaan dengan kehidupannya di dalam masyarakat luas, anak (remaja)
mengkutip proses belajar disekolah. Sebagaimana diketahui, dilembaga pendidikan
diberikan rangsangan yang terarah sesuai dengan kaidah-kaedah yang benar. Proses
pendidikan bukan memperluas dan memperdalam cakrawala ilmu pengetahuan semata,
tetapi juga secara berencana merekayasa perkembangan sistem budaya, termasuk
perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan di dalam masyarakat (teman sebaya)
terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa anak (remaja) menjadi lebih diwarnai pola
bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya. Dari kelompok itu
berkembang bahasa sandi, bahasa kelompok yang bentuknya amat khusus, seperti
istilah baceman dikalangan pelajar yang dimaksudkan adalah bocoran soal ulangan atau
tes. Bahasa prokem terutama secara khusus untuk kepentingan khusus pula.
Dalam berkomunikasi sehari-hari, terutama dengan sesama sebayanya, remaja
seringkali menggunakan bahasa spesifik yang kita kenal dengan bahasa ‘gaul’.

MINI RISET (MR) - PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK 6


Disamping bukan merupakan bahasa yang baku, kata-kata dan istilah dari bahasa gaul
ini terkadang hanya dimengerti oleh para remaja atau mereka yang kerap
menggunakannya. Menurut Piaget (dalam Papalia, 2004), remaja memasuki tahap
perkembangan kognitif yang disebut tahap formal operasional. Piaget menyatakan
bahwa tahapan ini merupakan tahap tertinggi perkembangan kognitif manusia. Pada
tahap ini individu mulai mengembangkan kapasitas abstraksinya. Sejalan dengan
perkembangan kognitifnya, perkembangan bahasa remaja mengalami peningkatan
pesat. Kosakata remaja terus mengalami perkembangan seiring dengan bertambahnya
referensi bacaan dengan topik-topik yang lebih kompleks. Menurut Owen (dalam
Papalia, 2004) remaja mulai peka dengan kata-kata yang memiliki makna ganda.
Mereka menyukai penggunaan metaphora, ironi, dan bermain dengan kata-kata untuk
mengekspresikan pendapat mereka. Terkadang mereka menciptakan ungkapan-
ungkapan baru yang sifatnya tidak baku. Bahasa seperti inilah yang kemudian banyak
dikenal dengan istilah bahasa gaul.
Disamping merupakan bagian dari proses perkembangan kognitif, munculnya
penggunaan bahasa gaul juga merupakan ciri dari perkembangan psikososial remaja.
Menurut Erikson (1968), remaja memasuki tahapan psikososial yang disebut sebagai
identity versus role confusion. Hal yang dominan terjadi pada tahapan ini adalah
pencarian dan pembentukan identitas. Remaja ingin diakui sebagai individu unik yang
memiliki identitas sendiri yang terlepas dari dunia anak-anak maupun dewasa.
Penggunaan bahasa gaul ini merupakan bagian dari proses perkembangan mereka
sebagai identitas independensi mereka dari dunia orang dewasa dan anak-anak.
            Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga masyarakat, dan sekolah
dalam perkembangan bahasa, akan menyebabkan perbedaan antara anak yang satu
dengan yang lain. Hal ini ditunjukkan oleh pilihan dan penggunaan kosakata sesuai
dengan tingkat sosial keluarganya. Keluarga dari masyarakat lapisan pendidikan rendah
atau buta huruf, akan banyak menggunakan bahasa pasar, bahasa sembarangan, dengan
istilah-istilah yang kasar. Masyarakat terdidik yang pada umumnya memiliki status
sosial lebih baik, menggunakan istilah-istilah lebih selektif dan umumnya anak-anak
remajanya juga berbahasa lebih baik.
Telah disebutkan bahwa bahasa remaja diperkaya dan dilengkapi oleh lingkungan
sekitar tempat mereka tinggal. Remaja cenderung bergaul dengan sesamanya, yaitu
remaja usia sekolah. Dari pergaulan dengan teman sebaya ini, kemudian timbul gaya

MINI RISET (MR) - PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK 7


atau pola bahasa yang mereka gunakan sebagai sarana dalam proses penyampaian atau
sosialisasi. Bahasa yang cenderung digunakan oleh remaja ini, yaitu bahasa praktis,
sehingga lebih mempermudah dalam proses sosialisasi tersebut. Bahasa seperti ini
sering disebut sebagai “Bahasa Gaul”. Bahasa pergaulan ini bertujuan untuk
memberikan ciri khas atau identitas tertentu dalam pergaulan sesama remaja.
Terkadang, bahasa ini mereka bawa ke dalam lingkungan sekolah, sehingga
menyebabkan Guru/Pendidik kadang-kadang kebingungan dengan kondisi siswa-
siswanya yang berbahasa tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar.
            Selain pergaulan teman sebaya, status sosial ekonomi keluarga juga memiliki
andil dalam mempengaruhi pola atau gaya bahasa remaja. Keluarga terdidik yang pada
dasarnya telah membawa kebiasaan-kebiasaan terdidik, baik dari latar belakang
pendidikan maupun latar belakang keluarganya, secara langsung telah mempengaruhi
cara berpikir dan berbahasa anak remajanya. Mereka biasanya menggunakan bahasa
yang lebih sopan dan fleksibel. Fleksibel disini, dimaksudkan bahwa saat remaja
berinteraksi dengan teman sebayanya, mereka memiliki gaya dan kosakata yang sesuai.
Begitu pula sebaliknya, saat mereka berhadapan dengan orang dewasa, mereka juga
punya cara tersendiri yang tentunya lebih sopan. Sedangkan remaja yang berasal dari
keluarga kurang terdidik, umumnya menggunakan bahasa yang kasar, tidak terstruktur
dan tidak fleksibel. Hal ini disebabkan oleh minimnya pengetahuan orang tua akan pola
perkembangan anak-anaknya, khususnya perkembangan bahasanya.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa bahasa remaja sangat dipengaruhi oleh
pergaulan dengan sesamanya. Oleh karena itu, peran lingkungan keluarga dan sekolah
sangat dibutuhkan agar terdapat keseimbangan diantaranya.

5.      Perkembangan Kepribadian

Hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik pribadi yang mempengaruhi pemilihan


program studi maupun karir individu, diantaranya bakat minat, kepribadian, dan
intelektual. Sudah banyak lembaga pendidikan SMA yang mengadakan tes psikologi
dengan membantu siswa-siswinya dalam menentukan jurusan agar sesuai dengan
minat dan bakatnya. Hal ini untuk menghindari penyesalan dalam pengambilan
studinya atau merasa tidak cocok dengan minat bakatnya.

Keberhasilan dalam memilih dan menjalankan program studi serta karir pekerjaan
sangat ditentukan karakteristik kepribadian individu yang bersangkutan. Individu yang

MINI RISET (MR) - PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK 8


memiliki minat, kemampuan, kecerdasan, motivasi internal, tanpa ada paksaan dari
orang lain, biasanya akan mencapai keberhasilan dengan baik. Keberhasilan tidak dapat
diukur secara materi finansial yang melimpah, tetapi seberapa besar nilai kepuasan
hidup yang diperoleh melalui pilihan-pilhan tersebut.

6.      Perkembangan Sosial

Pada usia anak  SMA terjadi perkembangan sosial yaitu kemampuan untuk
memahami orang lain. Anak usia SMA memahami orang lain sebagai individu yang unik
baik menyangkut sifat pribadi, minat nilai-nilai maupun perasaanya. Pemahaman ini
mendorong mereka untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan orang lain
(terutama teman sebaya), baik melalui jalinan persahabatan maupun percintaan.

Dalam hubungan persahabatan anak usia SMA memilih teman yang memiliki
kualitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya, baik menyangkut interest, sikap,
nilai, dan kepribadian. Pada masa ini juga berkembang sikap  conformity yaitu
kecenderungan untuk mengikutu opini, kebiasaan, dan keinginan orang lain (teman
sebaya). Perkembangan sikap imi dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi
dirinya.
Anak usia SMA mencapai perkembangan sosial yang matang, dalam arti memiliki
penyesuaiaan sosial yang tepat. Penyesuaiaan sosial yang tepat ini dapat diartikan
sebagai kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi, dan
relasi.
Karakteristik penyesuaian anak usia SMA di tiga lingkungan adalah sebagai berikut:
v  Lingkungan Keluarga
1. Menjalin hubungan yang baik dengan anggota keluarga

2. Menerima otoritas orang tua

3. Menerima tanggung jawab dan batasan-batasaan keluarga

4. Berusaha untuk membantu keluarga sebagai individu ataupun kelompok


dalam mencapai tujuan

v  Lingkungan Sekolah

MINI RISET (MR) - PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK 9


1. Bersikap respek dan mau menerima peratuaran sekolah

2. Berpartisipasi dalam kegiatan sekolah

3. Menjalin persahabatan dengan teman-teman di sekolah

4. Bersikap hormat terhadap guru, pemimpin sekolah, dan staf  lainnya

5. Membantu sekolah dalam merealisasikan tujuan-tujuannya

v  Lingkungan Masyarakat
1. Mengakui dan respek terhadap hak-hak orang lain

2. Memelihara jalinan persahabatan dengan orang lain

3. Bersikap simpati terhadap kesejahteraan orang lain

4. Bersikap respek terhadap nilai-nilai, hukum, tradisi, dan kebijakan-


kebijakan masyarakat

7.      Perkembangan Moral

Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai


berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi
pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja
mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang
berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan
sosial, dsb. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan
absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai
mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak
alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan
keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan
ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya “kenyataan”
lain di luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada
banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya
dunia menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa
dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.
Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja
berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan

MINI RISET (MR) - PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK 10


antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka
lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan “kenyataan”
yang baru. Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap “pemberontakan” remaja
terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika
sejak kecil pada seorang anak diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa
korupsi itu tidak baik. Pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia
sekelilingnya membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi
itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan
konflik nilai bagi sang remaja. Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan
menjadi sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan jalan keluarnya.
Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh
orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau
pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan
sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.
Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif
jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orangtua yang
bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa
berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu memberikan
penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat sang remaja tambah
bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran orangtua dan nilai
yang dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika “lingkungan baru” memberi jawaban
yang tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang diberikan oleh orangtua. Konflik
dengan orangtua mungkin akan mulai menajam.
8.      Perkembangan Agama

Perkembangan penghayatan keagamaan pada masa remaja awal, ditandai antara


lain :

a.       Sikap negatif, disebabkan alam pikirannya yang kritis melihat kenyataan orang-orang
beragama secara pura-pura yang pengakuan dan ucapannya tidak selalu selaras dengan
perbuatannya.

b.      Pandangan dalam hal ketuhanan menjadi kacau karena ia banyak membaca atau
mendengar berbagai konsep aliran-aliran yang tidak cocok

MINI RISET (MR) - PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK 11


c.       Penghayatan rohaniah cenderung skeptik (diliputi kewaswasan) sehingga tidak ingin
melakukan kegiatan ritual yang selama ini dilakukannya.

Perkembangan penghayatan keagamaan pada masa remaja akhir:

a.       Sikap kembali ke arah positif dengan tercapainya kedewasaan intelektual.

Pandangan dalam hal ketuhanan dan dipahamkannya konteks agama yang dianut dan
dipilihnya

b.      Penghayatan rohaniah kembali tenang setelah ia dapat membedakan antara agama


sebagai doktrin atau ajaran dan manusia penganutnya dari yang baik dan tidak baik. Ia
juga memahami bahwa terdapat berbagai aliran dan paham jenis keagamaan yang
penuh toleransi diterima sebagai kenyataan yang hidup di dunia ini.

MINI RISET (MR) - PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK 12

Anda mungkin juga menyukai