Anda di halaman 1dari 15

REKAYASA IDE PROFESI KEPENDIDIKAN

PENTINGNYA PROFESIONALISASI GURU DALAM PENDIDIKAN

Nama Mahasiswa : Sofia Fahra Rianda

Nim : (7201142001)

Dosen Pengampu : Sorta Simanjuntak Dra, Ms

Mata Kuliah : Profesi Kependidkan

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI – UNIVERSITAS NEGRI MEDAN

MEDAN

APRIL 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta hidayahnya penulis dapat menyelesaikan rekayasa ide yang berjudul “
Pentingnya Profesionalisasi Guru Dalam Pendidikan” ini dengan baik. Makalah ini ditulis untuk
memenuhi tugas Profesi Kependidikan.

Penulis sangat berharap hasil makalah ini dapat berguna bagi semua orang. Penulis juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, penulis
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang lain.
Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
penulis memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan makalah ini
diwaktu yang akan datang.

Medan, April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................................2

DAFTAR ISI....................................................................................Error: Reference source not found

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................................4

1.1 Rasionalisasi Permasalahan / Isu.....................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................................4

1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................................................5

1.4 Manfaat Penulisan...........................................................................................................................5

BAB II IDENTIFIKASI PERMASALAHAN.......................................................................................6

2.1 Definisi Guru...................................................................................................................................6

2.2 Definisi Guru Ideal..........................................................................................................................6

2.3 Masalah Pada Guru..........................................................................................................................7

2.4 Profesionalisme Guru......................................................................................................................8

2.5 Tantangan Profesionlisme Guru......................................................................................................9

2.6 Dunia Pendidikan Indonesia Menghadapi MEA...........................................................................10

BAB III SOLUSI DAN PEMBAHASAN.............................................................................................11

BAB IV PENUTUP................................................................................................................................14

4.1 Kesimpulan....................................................................................................................................14

4.2 Saran..............................................................................................................................................14

DAFTAR
PUSTAKA....................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Permasalahan / Isu

Saat ini Indonesia sedang mengalami keterpurukan khususnya dalam bidang


pendidikan. Bisa dilihat dari jumlah anak didik yang tidak lulus ujian nasional
selalu bertambah setiap tahunnya. Hal ini menujukan bahwa pendidikan di
Indonesia mengalami kemunduran yang drastis. Salah satu faktor utama yang
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pembelajaran adalah
profesionalisme yang dimiliki oleh pendidik, dalam hal ini adalah guru. Tidak
semua orang bisa menjadi guru. Kurangnya profesioalisme guru saat ini, mungkin
disebabkan ketidaktahuan tentang apa yang disebut sebagai guru yang profesional,
apa saja kriterianya dan bagaimana cara menjadi seorang guru yang profesional
dalam bidangnya.
Oleh karena itu, perlu adanya suatu penjelasan yang lebih rinci mengenai
pentingnya profesionalisme guru dalam suatu pembelajaran. Makalah ini akan
membahas pentingnya profesionalisme guru dalam mengajar, sehingga diharapkan
mampu menjadi motivasi bagi para guru untuk lebih meningkatan profesionalisme
yang dimilikinya guna menghasilkan anak didik yang berkualitas tinggi.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan guru?


2. Bagaimana kriteria-kriteria menjadi guru ideal?
3. Apa yang dimaksud dengan profesionalisme guru dalam mengajar?
4. Apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme
guru dalam mengajar?
1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa itu guru


2. Untuk mengetahui bagaimana kriteria-kriteria menjadi guru ideal
3. Untuk mengetahui profesionalisme guru dalam mengajar
4. Untuk mengetahui apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan profesionalisme guru dalam mengajar

1.4 Manfaat Penulisan

1. Dapat mengetahui apa itu guru


2. Dapat mengetahui bagaimana kriteria-kriteria menjadi guru ideal
3. Dapat mengetahui profesionalisme guru dalam mengajar
4. Dapat mengetahui apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan profesionalisme guru dalam mengajar
BAB II

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

2.1 Definisi Guru


Menurut Husnul Chotimah (2008),”guru adalah orang yang memfasilitasi alih ilmu
pengetahuan dari sumber belajar kepada peserta didik”. Memfasilitasi
berarti seorang guru berperan sebagai jembatan penghubung ilmu pengetahuan kepada anak
didiknya. Hal ini berarti peran seorang guru sangat menentukan keberhasilan dari suatu
pendidikan, disamping orang tua. Oleh karena itu guru sering disebut sebagai orang tua kedua di
sekolah. Guru adalah kunci keberhasilan anak didiknya. Seorang guru tidak hanya mengajar,
namun juga mendidik. Mengajar hanya sebatas memberikan ilmu, namun mendidik adalah
mentransformasikan ilmu pengetahuan sekaligus nilai-nilai moral kepada anak didik. Untuk itu
seorang guru harus mempunyai keahlian dalam bidangnya. Jadi syarat yang paling utama yang
harus dimiliki oleh guru adalah memiliki keahlian dalam bidang tertentu dan mampu
mentranformasikan ilmu tersebut kepada anak didikya. Oleh karena itu, tidak semua orang bisa
menjadi guru.

2.2 Definisi Guru Ideal


Guru yang pandai belum tentu bisa menjadi guru ideal. Menurut Wijaya Kusumah
(2009),”guru ideal adalah sosok guru yang mampu menjadi panutan dan selalu memberikan
keteladaan. Ilmunya seperti mata air yang tak pernah habis. Semakin diambil semakin jernih
airnya. Mengalir bening dan menghilangkan rasa dahaga bagi siapa saja yang meminumnya”.

Pada dasarnya seorang guru tidak hanya dituntut untuk memiliki keahlian dalam
bidangnya, namun seorang guru harus bisa menjadi teladan bagi muridmuridnya. Menurut Desi
Reminsa (2008),” syarat untuk menjadi guru ideal antara lain harus memiliki kemampuan
intelektual yang memadai, kemampuan memahami visi dan misi pendidikan, keahlian
mentransfer ilmu pengetahuan atau metodologi pembelajaran, mampu memahami konsep
perkembagan anak/psikologi perkembangan, kemampuan mencari problem solving (pemacahan
masalah), kreatif dan memiliki seni dalam megajar”.

Dari beberapa pendapat para pakar diatas, guru ideal adalah sosok seorang guru yang
memiliki profesionalisme yang tinggi dalam mengajar anak didiknya. Oleh karena sangat
penting bagi seorang guru untuk memiliki prefesionalisme yang tinggi dalam mengajar.
2.3 Masalah Pada Guru

Salah satu keberhasilan guru dalam mengajar ditentukan oleh keberhasilan murid-
muridnya dalam studi berupa prestasi belajarnya. Guru dapat dipandang sebagai sutradara
sekaligus sebagai pemain dan penonton. Sebagai sutradara guru hendaknya mampu menyusun
skenario dan rencana yang akan dilaksanakan sendiri di saat bertugas sebagai pemain. Sebagai
pemain, guru berkewajiban melaksanakan rencana yang dibuatnya, berinteraksi dalam situasi
belajar mengajar.

Sebagai penonton, guru berkewajiban mengevaluasi proses dan hasil


belajar (MD. Dahlan, 1982: 14). Pengertian guru secara etimologi adalah orang yang
pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Guru dalam arti
profesi mempunyai tugas mengajar dan mendidik dalam konteks pendidikan
(belajar-mengajar) sebab sementara ada guru yang mengajar menganggap sebagai
pekerjaan yang menyenangkan, menyebalkan, dan menjemukan sehingga perlu dikaji mengenai
hakikat guru yang sebenarnya (Imam Syafi'ie, 1992: 30). Thomas Gordon, dalam rangka
memahami masalah yang dihadapi guru, mengemukakan definisi "guru ideal" yang kebanyakan
dianut para guru, yaitu diambil dari mitos umum tentang guru dan pengajaran. Ia
mengembangkan 8 mitos guru yang dianggapnya baik. Kedelapan mitos tersebut adalah:

1. Guru yang baik adalah guru yang kalem, tidak pernah berteriak, selalu
bertemperamen baik, selalu tenang, dan tidak pernah menunjukkan emosi yang
tinggi.
2. Guru yang baik tidak pernah berprasangka buruk. Guru yang baik tidak pernah
membeda-bedakan anak atas dasar suku, ras dan lain
jenis.

3. Guru yang baik menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya kepada murid-


muridnya.
4. Guru yang baik menerima semua anak dengan pandangan yang sama. Guru yang
baik tidak pernah punya favorit dan tidak pilih kasih.
5. Guru yang baik menyediakan lingkungan belajar yang menarik, merangsang,
tenang, bebas, dan sesuai dengan aturan pada setiap saat.
6. Guru yang baik selalu konsisten. Guru yang baik tidak pernah merasa tinggi,
rendah, tidak pernah lupa atau membuat kesalahan, tidak pernah menunjukkan
sebagiansebagian dan tidak pernah beraneka ragam.
7. Guru yang baik selalu tahu jawaban. Guru yang baik mempunyai pengetahuan
yang lebih banyak dibandingkan dengan muridmuridnya.
8. Guru yang baik selalu membantu satu sama lain, selalu menjadi
barisan dalam menghadapi anakanak tanpa memperhitungkan perasaan nilai atau
hukuman.

Dari kedelapan mitos tersebut, bila disimpulkan guru yang baik adalah harus lebih baik,
lebih mengerti, lebih memiliki ilmu pengetahuan, lebih sempurna dari pada anak didiknya.
Orang yang menganut mitos ini berarti guru dituntut untuk mengatasi kelemahan manusia itu
sendiri. Guru dituntut untuk
berbuat sesuai dengan idealismenya, sehingga ia akan berperan pura-pura sebagai seorang yang
ideal di satu sisi, dan di sisi lain ia harus berperan sebagai pribadi ada adanya (Imam Syafi'I,
1992: 32). Pandangan lain tentang guru yang baik juga dikemukakan oleh Winarno Surakhmad
(1973: 60). Menurutnya guru yang baik dan disukai adalah guru yang mempunyai sifat ramah
dan bersedia memahami setiap orang, bersifat sabar dan suka membantu memberi perasaan
tenang, bersifat adil dan tidak memihak namun tegas, cerdas dan mempunyai minat yang
berbagai ragam (luas), memiliki rasa humor dan kesegaran pergaulan, dan memperlihatkan
tingkah laku dan lahiriyah yang menarik.
Guru pada dasarnya harus mempunyai idealisme dan kepribadian yang
baik, sebab diharapkan guru mampu menjadi suri tauladan dalam semua tindakannya. Adapun
hakikat guru adalah seorang yang memberikan ilmu
pengetahuan atau keterampilan kepada orang lain dan harus mempunyai kepribadian yang baik
serta mampu menjalankan tugas dan kewajibannya secara baik.

2.4 Profesionalisme Guru

Supriyadi (1999) mengatakan bahwa bahwa profesionalisme menunjuk


pada derajat penampilan seseorang sebagai profesional atau penampilan suatu pekerjaan sebagai
profesi, ada yang profesionalismenya tinggi, sedang, dan rendah. Profesionalisme juga mengacu
kepada sikap dan komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang tinggi dan
kode etik profesi.

Dengan demikian profesionalisme merupakan performance quality dan sekaligus


sebagai tuntutan perilaku profesional dalam melaksanakan tugasnya. Konsekuensinya guru
sebagai profesional dituntut untuk bisa bekerja dalam koridor profesionalisme.Guru adalah
pekerja profesi oleh karena itu harus menjunjung profesionalisme. Pengertian umum
profesionalisme menunjukkan kerja keras secara terlatih tanpa adalanya persyaratan tertentu.
Pemahaman secara scientific profesionalisme menunjuk pada ide, aliran, atau pendapat bahwa
suatu profesi harus dilksanakan oleh profesional denganmengacu kepada profesionalisme
(Wirawan: 2003).
Berbicara tentang profesionalisme guru tentunya berhubungan dengan kompetensi yang
dimiliki oleh guru sebagi tenaga pendidik. Yang harus memiliki kemampuan pedagogic,
emosional, serta kemampuan sosial guru juga diharapkan mampu menjadi tenaga pendidik yang
professional. Seperti yang teramanat pada
UU No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen yang berbunyi : “guru merupakan
bagian dari sebuah profesi dan dituntut untuk dapat professional”. Kompeten
berada di dalam diri seseorang berupa kemampuan atau kecakapan untuk melakukan
sesuatu,yang berkaitan dengan pola-pola perilaku yang dapat diamati Harris dalam Mantja
(2007:219).

2.5 Tantangan Profesionlisme Guru

Dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru, terjadinya revolusi teknologi


informasi merupakan sebuah tantangan yang harus mampu dipecahkan secara mendesak.
Adanya perkembangan teknologi informasi yang demikian akan mengubah pola hubungan guru-
murid, teknologi instruksional dan sistem pendidikan secara keseluruhan. Kemampuan guru
dituntut untuk menyesuaikan hal demikian itu.

Adanya revolusi informasi harus dapat dimanfaatkan oleh bidang pendidikan sebagai alat
mencapai tujuannya dan bukan sebaliknya justru menjadi penghambat. Untuk itu, perlu
didukung oleh suatu kehendak dan etika yang dilandasi oleh ilmu pendidikan dengan dukungan
berbagai pengalaman para praktisi pendidikan di lapangan.
Perkembangan teknologi (terutama teknologi informasi)
menyebabkan peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan akan mulai bergeser. Sekolah tidak
lagi akan menjadi satu-satunya pusat pembelajaran karena aktivitas belajar tidak lagi terbatasi
oleh ruang dan waktu. Peran guru juga tidak akan menjadi satu-satunya sumber belajar karena
banyak sumber belajar dan sumber informasi yang mampu memfasilitasi seseorang untuk
belajar.
Ada sisi-sisi tertentu dari fungsi dan peranan sekolah yang tidak dapat tergantikan,
misalnya hubungan guru-murid dalam fungsi mengembangkan kepribadian atau membina
hubungan sosial, rasa kebersamaan, kohesi sosial, dan lain-lain. Teknologi informasi hanya
mungkin menjadi pengganti fungsi penyebaran informasi dan sumber belajar atau sumber
bahan ajar. Bahan ajar yang semula disampaikan di sekolah secara klasikal, lalu dapat diubah
menjadi pembelajaran yang diindividualisasikan melalui jaringan internet yang dapat diakses
oleh siapapun dari manapun secara individu. Inilah tantangan profesi guru. Apakah perannya
akan digantikan oleh teknologi informasi, atau guru yang memanfaatkan teknologi informasi
untuk menunjang peran profesinya.
2.6 Dunia Pendidikan Indonesia Menghadapi MEA

Pada tahun 2015 kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau Pasar Ekonomi
ASEAN mulai berlaku. Kesepakatan ini tak hanya berdampak
pada sektor ekonomi, tapi juga sektor-sektor lainnya. Tak terkecuali “pendidikan” sebagai modal
membangun sumber daya manusia yang kompetitif. Era perdagangan bebas ASEAN, harus
disambut oleh dunia pendidikan dengan cepat, agar sumber daya manusia Indonesia siap
menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan negara-negara lain.

Mengacu pada faktor penentu kemajuan suatu negara yaitu, penguasaan inovasi (45%),
penguasaan jaringan/networking (25%), penguasaan teknologi (20%), serta kekayaan
sumberdaya alam hanya (10%), maka pendidikan di Indonesia harus lebih menekankan pada tiga
kemampuan tersebut untuk meningkatkan kemajuan di Indonesia.

Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah harus mampu menyiapkan sekolah-sekolah


khusus yang sesuai dengan kebutuhan di lapangan kerja, misalnya sekolah pertanian, sekolah
peternakan, sekolah perikanan, sekolah teknik mesin, sekolah teknik bangunan, dan sebagainya.
Sekolah-sekolah tersebut harus benar-benar mampu membekali kompetensi untuk berinovasi dan
untuk membangun jaringan/networking. Kompetensi berinovasi dapat dilakukan dengan
peningkatan berbagai ketrampilan yang ada.

Ketrampilan ini bisa diupayakan dengan cepat karena siswa akan diajarkan
bagaimana cara bekerja yang kreatif dan inovatif. Sedangkan kompetensi membangun jaringan
dilakukan dengan pengembanga sikap dan mengelola sumber daya manusia seperti,
kepemimpinan, kerja sama serta komunikasi.
BAB III

SOLUSI DAN PEMBAHASAN

Disadari atau tidak tugas guru di masa depan akan semakin berat. Guru tidak hanya
bertugas mentransfer ilmu pengetahuan, keterampilan dan teknologi saja, melainkan juga harus
mengemban tugas yang dibebankan masyarakat kepadanya. Tugas tersebut meliputi mentransfer
kebudayaan dalam arti luas, keterampilan dalam menjalani hidup (life skills), dan nilai serta
beliefs (Purwanto, 2004). Melihat tugas yang demikian berat tersebut, maka sudah selayaknya
bila kemampuan profesional guru juga terus ditingkatkan agar mereka mampu menjalankan
tugasnya dengan baik. Terkait dengan hal ini guru sendiri harus mau membuat penilaian atas
kinerjanya sendiri atau mau melakukan otokritik di samping harus pula memperhatikan berbagai
pendapat dan harapanmasyarakat.

Menurut Purwanto (2004), dalam rangka meningkatkan profesionalismenya, guru harus


selalu berusaha untuk melakukan lima hal. Pertama, memahami tuntutan standar profesi yang
ada. Hal ini harus ditempatkan pada prioritas yang utama karena:

1. Persaingan global sekarang memungkinkan adanya mobilitas guru lintas negara.


2. Sebagai profesional seorang guru harus mengikuti tuntutan perkembangan
profesi secara global, dan tuntutan masyarakat yang menghendaki pelayanan yang lebih
baik.

Cara satu-satunya untuk memenuhi standar profesi ini adalah dengan belajar secara terus
menerus sepanjang hayat, dengan membuka diri yakni mau mendengar dan melihat
perkembangan baru di bidangnya.

Kedua, mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan. Dengan dipenuhinya


kualifikasi dan kompetensi yang memadai maka guru memiliki posisi tawar yang kuat dan
memenuhi syarat yang dibutuhkan. Peningkatan kualitas dan kompetensi ini dapat ditempuh
melalui in-service training dan berbagai upaya lain untuk memperoleh sertifikasi.

Ketiga, membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat
organisasi. Upaya membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas dapat dilakukan guru
dengan membina jaringan kerja atau networking. Guru harus berusaha mengetahui apa yang
telah dilakukan oleh sejawatnya yang sukses. Sehingga bisa belajar untuk mencapai sukses yang
sama atau bahkan bisa lebih baik lagi. Melalui networking inilah guru memperoleh akses
terhadap inovasiinovasi di bidang profesinya.
Keempat, mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan
bermutu tinggi kepada kostituen. Di zaman sekarang ini, semua bidang dan profesi dituntut
untuk memberikan pelayanan prima. Guru pun harus memberikan pelayanan prima kepada
konstituennya yaitu siswa, orang tua dan sekolah sebagai stakeholder . Terlebih lagi pelayanan
pendidikan adalah termasuk pelayanan publik yang didanai, diadakan, dikontrol oleh dan untuk
kepentingan publik. Oleh karena itu guru harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan
tugasnya kepada publik.
Kelima, mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan
teknologi komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasa tidak ketinggalan dalam
kemampuannya mengelola pembelajaran. Guru dapat memanfaatkan media dan ide-ide baru
bidang teknologi pendidikan seperti media presentasi, komputer (hard technologies) dan juga
pendekatanpendekatan baru bidang teknologi pendidikan (soft technologies) .
Beberapa upaya di atas tentu saja tidak akan dapat berjalan jika tidak dibarengi dengan
upaya yang nyata untuk menjadikan guru menjadi sebuah profesi yang menjanjikan artinya
kesejahteraan guru memang harus ditingkatkan. Mengapa harus kesejahteraan guru yang harus
ditingkatkan? Hal ini mengandung implikasi yang sangat luas. Di satu sisi, dengan kesejahteraan
guru yang memadai akan mampu mendukung kinerja guru secara optimal. Guru tidak lagi
memikirkan bagaimana mencari "pekerjaan sampingan" untuk mempertahankan dan membiayai
kehidupan keluarganya, melainkan mampu terfokus pada pelaksanaan tugas dan tanggung
jawabnya dalam membina anak didiknya.
Penerapan profesionalisme tentunya bukan hanya tanggung jawab semata dari guru
tersebut, akan tetapi semua elemen yang mendukung dalam tugas guru. Berbagai masalah dalam
mencapi profesionalisme guru kedepan sangatlah kompleks, dengan kondusi tersebut apabila
tidak ada kesiapan secara baik akan berdampak terhadap kualitas pendidikan di Indonesia.
Sementara saat ini, negaranegara di sekitar Indonesia memendang peningkatan mutu pendidikan
melalui perbaikan kinerja guru sudah berkembang dengan pesat.

Perbaikan sumber daya dalam hal ini adalah guru merupakan prioritas,perbaikan dalam
hal jangka panjang untuk menyiapkan kemampuan guru, misalnya dalam kemampuan
penguasaan teknologi informasi. Penguasaan teknologi informasi saat ini merupakan hal yang
sangat penting, melihat perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat pada saat ini.
Perkembangan tersebut tentunya berdampak pula pada dunia pendidikan, bagaimana pendidikan
mampu beradaptasi dengan perkembangan tersebut.

Hal tersebut akan terwujud apabila komponen-komponen di dalam


pendidikan mampu beradaptasi pula. Guru sebagai salah satu komponen pendidikan harus
mampu beradaptasi juga, langkah awal yang harus dilakukan adalah menumbuhkan minat guru
terhadap teknologi informasi melalui stimulusstimulus yang mengharuskan guru berhubungn
langsung dengan teknologi informasi. Sebagai contoh sekolah memberikan instruksi kepada guru
agar setiap kegiatan pembelajaran menggunakan media teknologi.
Dengan begitu secara terbiasa guru akan mudah menguasai teknologi informasi,tentunya
juga harus didukung sarana yang memadai dari sekolah. Pengembangan kemampuan guru
dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang perlu disaiapkan
adalahkepemimpinan, public speaking, penguasaan bahasa asing, dan jaringan. Apabila hal
tersebut mampu dikuasai oleh guru, maka akan mudah guru untuk menghadapai MEA dan siap
bersaing dengan SDM dari negara anggota MEA serta mempunyai profesionalisme yang baik
dalam bekerja.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Problematika pendidikan Indonesia saat ini terletak pada sistem dan sumber daya
manusia nya yang masih belum bisa bersinergi, sehingga aturan yang dibuat kadang kala tidak
menyesuaikan kemampuan SDM yang di lapanagan, begitupun sebaliknya SDM terkadang
enggan untuk menuruti aturan yang berlaku. Masalah tersebut mempunyai dampak yang sangat
besar terhadap pendidikan, karena hubungan nya langsung dengan bagaimana guru menjalankan
kegiatannya dan mampu dikatakan profesional.
Profesionalisme merupakan performance quality dan sekaligus sebagai tuntutan
perilaku profesional dalam melaksanakan tugasnya. Konsekuensinya guru sebagai profesional
dituntut untuk bisa bekerja dalam koridor profesionalisme.Guru adalah pekerja profesi oleh
karena itu harus menjunjung profesionalisme. Pengertian umum profesionalisme menunjukkan
kerja keras secara terlatih tanpa adalanya persyaratan tertentu.
Tantangan yang menghadang di depan dalam mewujudkan profesionalisme guru adalah
bagaimana guru mampu menguasai teknologi dan informasi, desentralisasi dan sentralisasi dalam
pendidikan sehingga terkadnag membatasi gerak guru untuk menggeluarkan kemempuannya.
Dan tantangan yang paling besar adalah adanya MEA yang mengharuskan SDM di Indonesia
mampu bersaing dengn SDM dari luar yang kan masuk ke Indonesia.

4.2 Saran

Mewujudkan profesionalisme guru merupakan tugas setiap stakeholder pendidikan,


baik dari jajaran pembuat keputusan sampai pelaksana keputusan. Sinergi semua lini harus
dilakukan agar perbaikan mutu guru dalam berbagai kemampuan dapat terwujud. Melihat
tantangan yang ada di depan yang snagat terjal, solusinya memang harus saling bahu membahu
dalam perbaikan profesionalisme guru.
DAFTAR PUSTAKA

Mantja, W. 2007. Profesionalisasi Tenaga Kependidikan: manajemen pendidikan dan supervisi


pengajaran. Malang : Elang Mas.

Supriyadi, D. 1999. Menggangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta:Adicita Karya Nusa.
Syamsudin, A. 2006. Profesi Keguruan. Jakarta: UT

Undang-undang No. 14 Tahun 2005.Tentang Guru dan Dosen. Jakarta :Depdiknas

Anda mungkin juga menyukai