Anda di halaman 1dari 27

1

 MAKALAH

ANALISIS DAN SOLUSI FENOMENA PELANGGARAN DAN


ETIKA OLEH GURU

1.

Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika profesi keguruan


Dosen : LAODE MADIANI,S.Pd.,M.Pd

Disusun Oleh :

ZUBAIR(032301129)

PROGARAM STUDI PEDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS PENDIDIKAN DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH BUTON
i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kehadirat Illahi
Rabbi, atas berkah, rahmat, karunia dan hidayah-Nya akhirnya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.

Adapun tujuan disusunnya makalah ini ialah sebagai salah satu untuk memenuhi
tugas mata kuliah Etika profesi keguruan semester 1dengan dosen pengampuh
Laode madiani, tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada dosen pengampuh
mata kuliah Etika profesi keguruan yang telah memberi arahan dan bimbingan
dalam pembuatan makalah ini

Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan,


dukungan, serta do’a dari berbagai pihak, oleh karena itu izinkanlah didalam
kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih dengan penuh rasa hormat
serta dengan segala ketulusan hati kepada:

1. Kedua orang tua, atas curahan kasih sayang yang tiada henti, yang
senantiasa mendukung secara moril & materiil serta yang selalu
mendo’akan penulis didalam menempuh pendidikan ini.
2. LAODE MANDIANI,S.Pd.,M.Pd selaku guru Mata Kuliah Legislasi
Profesi yang dengan segala keikhlasannya telah memberikan bimbingan,
arahan, serta nasehat kepada penulis hingga terselesaikannya makalah ini.
3. Teman-teman seperjuangan khususnya fakultas FKIP yang senantiasa
memberi masukan untuk penulis menyelesaikan makalah ini.

Sangatlah disadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan didalam


penyusunannya dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan
masukan baik saran maupun kritik yang kiranya dapat membangun dari para
pembaca. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya
bagi kita semua.

Bau Bau,8 JANUARI 2024

Penyusun
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................2

1.3 Batasan Masalah..................................................................................2

1.4 Tujuan Penulisan..................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3

2.1 Sertifikasi atau Pendidikan Profesi Guru dan

Peningkatan Profesionalitas Guru.........................................................3

2.2 Profesionalitas Guru dan Etika Profesi Guru.......................................7

2.3 Kode Etik Profesi Guru dan Moral Guru serta Pandangan Masyarakat
...................................................................................................................19

BAB III PENUTUP...............................................................................................22

3.1 Kesimpulan.........................................................................................22

3.2 Saran....................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bergulirnya sebuah era yang penuh dengan liku pencarian jati diri ini,
menjadikan pendidikan sebagai factor utama dalam pembentukkan
pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau
buruknya pribadi manusiamenurut ukuran normatif. Menyadari akan hal
tersebut, pemerintah sangat seriusmenangani bidang pendidikan, sebab
dengan sistem pendidikan yang baik diharapkanmuncul generasi penerus
bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diriuntuk hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Reformasi pendidikan merupakan respon terhadap perkembangan
tuntutanglobal sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem
pendidikan yang mampumengembangkan sumber daya manusia untuk
memenuhi tuntutan zaman yang sedangberkembang. Melalui reformasi
pendidikan, pendidikan harus berwawasan masadepan yang memberikan
jaminan bagi perwujudan hak-hak azasi manusia untukmengembangkan
seluruh potensi dan prestasinya secara optimal guna kesejahteraanhidup
di masa depan.
Guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan.
Dalamproses pendidikan di sekolah, guru memegang tugas ganda yaitu
sebagai pengajar danpendidik. Sebagai pengajar guru bertugas
menuangkan sejumlah bahan pelajaran kedalam otak anak didik,
sedangkan sebagai pendidik guru bertugas membimbing danmembina
anak didik agar menjadi manusiasusila yang cakap, aktif, kreatif,
danmandiri. Mengajar maupun mendidik merupakantugas dan tanggung
jawab guru sebagai tenaga profesional. Oleh sebab itu, tugasyang berat
dari seorang guru ini pada dasarnya hanya dapat dilaksanakan oleh
guruyang memiliki kompetensi profesional yang tinggi.
2

Ibarat sebatang lilin, guru rela mengorbankan dirinya untuk orang lain,
akan tetapi di era sekarang ini sepertinya filsafat tersebut sudah tidak lagi
berlaku bagi sebagian masyarakat. Banyak kalangan mulai meragukan
kapabilitas dan kredibilitas guru. Peran guru sebagai pengajar dan
pendidik mulai dipertanyakan. Misinya sebagai pencetak generasi penerus
bangsa yang terampil dan bermoral belum sepenuhnya terwujud. Para
pelajar saat ini seakan menjauh dari kondisi ideal seperti yang diharapkan.
Isupendidikan semakin tersorot publik, para pelajar dinilai mulai
kehilangan kepekaan moral, terbius ke dalam atmosfer zaman yang serba
gemerlap, tersihir oleh prikehidupan yang memburu selera dan kemanjaan
nafsu, terjebak ke dalam sikap hidup instan, tawuran antar pelajar dan
pergaulan bebas.
Bisa dikatakan pendidikan tak lagi dianggap sebagai pionir kemajuan
bangsa melainkan hanya melambangakan kebobrokan bangsa. Penulis
dapat mengatakan demikian karena berdasarkan beberapa hasil studi
kasus terkait dengan fenomena pendidikan di Indonesia yang terjadi saat
ini menunjukan berkurangnya intensitas peran pendidkan dalam usaha
memajukan di Indonesia. Berikut adalah beberapa urain tentang
permasalahan pendidikan di Indonesia di lihat dalam sudut pandang
profesionalisme guru, pelanggaran kode etik dan peran guru dalam
masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana fenomena pendidikan di Indonesia saat ini?
1.2.2 Bagaimana solusi terhadap masalah pendidikan saat ini?
1.3 Batasan Masalah
Makalah ini hanya membahas fenomena pendidikan di Indonesia di
lihat dari sudut pandang Profesionalisme guru, etika profesi dan peranan
guru dalam masyarakat.
1.4 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mendeskripsikan fenomena pendidikan di Indonesia saat ini
1.3.2 Untuk solusi terhadap masalah pendidikan saat ini
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sertifikasi atau Pendidikan Profesi Guru dan Peningkatan


Profesionalitas Guru
Guru adalah sebuah profesi yang sangat mulia, kehadiran guru bagi
peserta didik ibarat sebuah lilin yang menjadi penerang tanpa batas tanpa
membedakan siapa yang diteranginya demikian pulan terhadap peserta
didik. Tetapi, dalam mengemban amanah sebagai seorang guru, perlu
kiranya tampil sebagai sosok profesional. Sosok yang memiliki ilmu
pengetahuan dan wawasan, sosok yang dapat memberi contoh teladan
dan sosok yang selalu berusaha untuk maju, terdepan dan
mengembangkan diri untuk mendapatkan inovasi yang bermanfaat
sebagai bahan pengajaran kepada anak didik.
Keberhasilan pendidikan masing-masing bangsa di dunia berbeda-
beda tergantung dari predikat yang disandang negara itu. Pada negara
maju, kita ketahui bersama bahwa prospek pendidikannya lebih terarah
dan terfokus dengan ditunjang fasilitas-fasilitas modern dan system
pembelajaran internasional. Sedangkan pada negara berkembang, seperti
di Indonesia ini, keberhasilan pendidikan juga akan diperoleh secara
bertahap serta membutuhkan proses dan waktu yang tidak singkat.
Proses pengembangan pendidikan di Indonesia dipengaruhi oleh
beberapa factor, contohnya adalah tenaga pengajar/guru dan kurikulum.
Menurut UNESCO, 41-63 % keberhasilan pendidikan di dunia dipengaruhi
secara langsung oleh profesionalitas guru. Di Indonesia, terdapat dua
produk hokum yang mengatur tentang system pendidikan dan guru.
Dalam UU no 20/2003 tentang sisdiknas termaktub bahwa proses
pembelajaran harus dilaksanakan secara aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan. Sedangkan profesionalitas guru juga diatur melalui
4

undang-undang nomor 14 tahun 2005. Dalam undang-undang tersebut


dijelaskan bahwa guru professional adalah guru yang memiliki
kemampuan intelektual, keahlian mentransfer ilmu, memahami
perkembangan anak didik, dan kreatif/memiliki seni dalam mendidik.
Profesionalitas Guru Kompetensi pendidik sebagaimana dinyatakan
dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
dan UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Dimana keempat kompetensi yang
harus dimiliki oleh guru adalah :
1. Kompetensi pedagogic
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.
2. Kompetensi profesionalisme
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinannya
membimbing peserta didik memenuhi stándar kompetensi yang
ditetapkan dalam Stándar Nasional Pendidikan.
3. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik, dan berakhlak mulia
4. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Rendahnya mutu pendidikan khususnya pembelajaran Indonesia
merupakan cerminan rendah atau kurangnya mutu profesionalitas guru
dalam melaksanakan dan mempertanggung jawabkan pembelajaran.
5

Rendahnya mutu profesionalitas guru-guru di Indonesia menurut Rasio


(2006) disebabkan antara lain:
1. Masih cukup banyak guru Indonesia baik yang bertugas di SD/MI
maupun di SLTP/MTs dan SMU/SMA yang tidak berlatar belakang
pendidikan sesuai dengan ketentuan dan bidang studi yang dibinanya.
2. Masih sangat banyak guru Indonesia yang memiliki kompetisis rendah
dan memprihatinkan.
3. Masih banyak guru di Indonesia yang kurang terpacu dan termotivasi
untuk memberdayakan diri, mengembangkan profesionalitas diri atau
memutakhirkan pengetahuan mereka secara terus-menerus dan
berkelanjutan, meskipun cukup banyak guru Indonesia yang sangat
rajin menaikkan pangkat mereka dan sangat rajin pula mengikuti
program-program pendidikan kilat atau jalan pintas yang dilakukan
oleh berbagai lembaga pendidikan.
4. Masih sangat banyak guru Indonesia yang kurang terpacu, terdorong,
dan tergerak secara pribadi untuk mengembangkan profesi mereka
sebagai guru.
Permasalahan-permasalahan tersebut yang selama ini menjadi
persoalan yang sampai saat ini- belum terselesaikan. Maka dari itu,
komitmen pemerintah dalam upaya meningkatkan profesionalitas guru
mutlak diperlukan agar tercipta kualitas guru yang kompeten sehingga
berdampak pada terciptanya siswa/pelajar yang berkualitas dan
kompetitif.
Pengesahan Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005
menjadi penanda bahwa profesi guru adalah salah satu bentuk perhatian
pemerintah terhadap nasib guru di tanah air. Dengan keberadaan UU ini,
guru adalah orang yang betul-betul profesional dengan jaminan
sejahteraan memadai. Ini merupakan trend baru dalam dunia keguruan
Indonesia.
Asumsi tersebut kini mulai mengakibatkan citra sebagai seorang
“pahlawan tanpa tanda jasa” meluntur. Guru sudah tak ingin dibuai dalam
6

ayunan “pahlawan tanpa tanda jasa”, namun ingin ada penghargaan


profesinya secara holistik. Dengan adanya sertifikasi guru nantinya maka
penghargaan itu akan bisa diperoleh guru. Namun tujuan utama sertifikasi
guru bukan untuk meningkatkan kesejahtraan guru, berikut adalah
beberapa hal pokok yang menjadi tujuan dalam sertifikasi guru:
1. Guru mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan
secara terus menerus.
2. Guru memahami perkembangan pandangan (konsepsi),teori, dan
paradikama belajar dan pembelajaran.
3. Guru mampu mengembangkan teori belajar dan pembelajaran
berdasarkan pengalaman sehari-hari.
4. Guru mampu memahami karakteristik peserta didik dan menjadikan
pemahamannya sebagai pijakan pengambilan keputusan dalam
menetapkan strategi pembelajaran.
5. Guru mampu mengembangkan pembelajaran dengan model
pembelajaran yang inovatif.
6. Guru mampu menganalisis tujuan, isi pembelajaran, dan menetapkan
strategi pengorganisasian isi pembelajaran.
7. Guru mampu memilih dan menetapkan sistem evaluasi pembelajaran.
8. Guru mampu mengimplementasikan rancangan pembelajaran.
9. guru mampu mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Jelas nampak pada urain diatas bahwa tujuan utama adanya
sertifikasi profesi guru adalah peningkatan profesionalitas guru. Namun
sayangnya fenomena yang kita temui tak sejalan dengan apa yang dicita-
citakan pemerintah. Banyak dari kaum guru yang menghalalkan segala
cara agar mampu memenuhui standar sertifikasi tersebut, alhasil bukan
profesionalitas
Maka dari itu untuk meningkatkan progfesionalitasme guru
diperlukanlah beberapa strategi antar lain sebagai berikut:
7

1. Secara personal harus dilakukan pemberdayaan diri para guru


Indonesia, pemacuan dan pemotivasian guru dan pendampingan
guru.
2. Secara ekonomis, pemerintah maupun masyarakat harus bertekat
sekaligus merealisasikan peningkatan kesejahteraan guru terutama
masalah gaji atau penghasilan guru, mengurangi berbagai pungutan
dan meningkatkan berbagai fasilitas profesional guru.
3. Secara struktural, pemerintah harus melakukan deregulasi peraturan
yang mengatur guru, melonggarkan atau membebaskan guru agar
berkreasi dan berinovasi dalam pembelajaran dan memberikan
kebebasan dan kedaulatan kepada guru untuk menjalankan
profesinya.
4. Secara sosial masyarakat harus banyak terlibat dan berpartisipasi
dalam kegiatan dan pengembangan profesi guru dan pemerintah
harus lebih banyak lagi melakukan promosi guru.
5. Secara kultural, harus dikembangkan budaya kerja yang berorientasi
pada mutu, budaya pembelajaran, berorientasi profesional dan nilai-
nilai profesi yang mengutamakan kejujuran.
Kesimpulannya, dalam upaya meningkatkan Guru yang profesional
maka seorang guru harus memiliki prinsip-prinsip professional dan melalui
kualifikasi akademik, kompetensi dan sertifikasi. Namun tentunya hal ini
hendaknya dilandasi dengan etiket kejujuran sebegai seorang profesinal.

2.2 Profesionalitas Guru dan Etika Profesi Guru


Etika profesi guru adalah separangkat norma yang harus diindahkan
dalam menjalankan profesi guru kemasyarakatan atau dengan kata lain
merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI
dalam melaksanakan panggilan pengabdiannya bekeraja sebagai guru.
Etika profesi guru lebih dikenal dengan sebutan “kode etik guru” sebagai
hasil kongres seluruh utusan cabang dan pengurus daerah PGRI seluruh
Indonesia di Jakarta tahun 1973.
8

Berdasarkan mukadimah kode etik guru Indonesia, guru Indonesia


tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.
Adapun esensi yang penulis dapat dari kode etik guru secara garis
besarnya dapat penulis gambarkan sebagai berikut:
1. Guru berbakti membirnbing peserta didik untuk membentuk manusia
Indonesia seutuhnyayang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai
bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.
4. Guru rnenciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar-mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan
masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung
jawab bersama terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya. Guru memelihara
hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan
sosial.
7. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
8. Guru melaksanakan segala kebijakan Pemerintah dalam bidang
pendidikan.
Jelas nampak pada gambaran diatas bahwa guru-guru di Indonesia
telah disusun sedemikian rupa untuk menjadi teladan yang terbaik bagi
lingkungan sekitarnya. Namun kenyataan yang kita jumpai dilapangan
saat ini bahwasanya apa yang diharapkan dalam undang-undang
profesionalitas guru dan dosen serta kode etik yang tertera diatas masih
mengidentifikasikan bahwa mutu pendidikan di Indosia masih rendah.
9

Untuk mencapai terselenggaranya pendidikan bermutu, dikenal


dengan perlunya paradigma baru pendidikan yang difokuskan pada
otonomi, akuntabilitas, akreditasi dan evaluasi. Keempat pilar manajemen
ini diharapkan pada akhirnya mampu menghasilkan pendidikan bermutu
(Wirakartakusumah, 1998). Bisa kita katakan bahwa dengan adanya kode
etik guru ini merupakan salah satu langkah pemerintah untuk
meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di Indosesia. Namun realita
yang kita peroleh tak sejalan dengan apa yang diharapkan.

Berikut adalah beberapa penggalan fenomena pelanggaran kode etik


guru di masyarakat dan solusi yang bisa penulis berikan:
KODE ETIK KASUS SOLUSI
PELANGGARAN
Guru berbakti  Guru memposisikan  Guru bersifat
membimbing diri sebagai penguasa humanis-
peserta didik untuk yang memberikan demokratik
membentuk sanksi, mengancam menekankan
manusia Indonesia dan menghukum konformitas
seutuhnya yang peserta apabila internalisasi bagi
berjiwa Pancasila melanggar aturan atau peserta didiknya.
tidak mengikuti  Pendidikan
kehendak guru. mendorong
 Guru memberikan berkembangnya
imbalan / hadiah kemampuan yang
semata-mata untuk ada pada diri
membina kepatuhan peserta didik.
peserta didik Situasi pendidikan
10

 Guru menciptakan mendorong dan


situasi pendidikan menyerahkan
otoriter yang kesempatan
membentuk manusia pengembangan
dengan pribadi pasrah, kedirian peserta
patuh, penurut, dan didik kepada
takluk kepada peserta didik
penguasa (guru). sendiri.
Mengasingkan orang- Pengembangan
orang yang kreatif, kebebasan disertai
berpendirian dan dengan
mandiri pertimbangan
rasional, perasaan,
nilai dan sikap,
ketrampilan dan
pengalaman diri
peserta didik

Guru memiliki dan  Guru tidak  Kejujuran adalah


melaksanakan menunjukkan salah satu
kejujuran kejujuran sehingga keteladanan yang
professional tidak pantas untuk harus dijaga guru
ditiru, misalnya: suka selain prilaku lain
ingkar janji, pilih kasih, seperti mematuhi
memanipulasi nilai, peraturan dan
mencuri waktu moral, berdisiplin,
mengajar, dan lain bersusila dan
sebagainya. beragama.
 Guru harus
 Guru mengajar tidak menjaga
11

sesuai dengan bidang keteladanan agar


keilmuannya sehingga dapat diterima dan
sering melakukan bahkan ditiru oleh
kesalahan secara peserta didik.
keilmuan.
Menjaga  Guru tidak pernah  Guru harus
hubungan baik mengkomunikasikan bekerjasama
dengan orangtua, perkembangan anak dengan orangtua
murid dan kepada orangtuanya, dan juga
masyarakat sekitar sehingga orangtua lingkungan
untuk membina tidak mengetahui masyarakat dalam
peran serta dan kemajuan belajarnya. pendidikan.
tanggung jawab Tanggung jawab
bersama terhadap pembinaan
pendidikan terhadap peserta
didik ada pada
sekolah, keluarga,
dan masyarakat.
 Guru tidak pernah
mengajak orangtua  Hal yang
untuk membicarakan menyangkut
bersama yang kepentingan si
menyangkut anak seyogyanya
kepentingan anak dan guru (sekolah)
sekolah, melainkan mengajak orangtua
memutuskan secara dan bahkan
sepihak, misalnya: lingkungan
pembelian buku anak, masyarakat untuk
seragam sekolah, bermusyawarah.
kegiatan anak di luar
kurikuler, dan
12

sebagainya

Seorang guru  Hubungan antar guru  Etos kerja harus


harus saling tidak harmonis dijaga dengan
menghormati dan (misalnya: saling menciptakan
menghargai menjelekkan dan lingkungan kerja
sesama rekan saling menjatuhkan yang sehat,
seprofesi bahkan berkelahi) dinamis, serta
menjaga hubungan
baik dengan saling
menghormati dan
menghargai dan
mau bekerjasama/
saling menolong
antar sesame
guru.

Profesionalisme sebagai penunjang kelancaran guru dalam


melaksanakan tugasnya, sangat dipengaruhi oleh dua faktor besar yaitu
faktor internal yang meliputi minat dan bakat dan faktor eksternal yaitu
berkaitan dengan lingkungan sekitar, sarana prasarana, serta berbagai
latihan yang dilakukan guru. Kode etik telah mencakup keseluruhan aspek
internal dan eksternal ini. Yang mana dinyatakan bahwa keharmonisan
hubungan bukan saja hanya dengan peserta didik saja namun dengan
aspek-aspek yang lain disekitar lingkungan guru itu berada.
Untuk mengerjakan suatu pekerjaan yang profesional diperlukan
pengenalan terhadap profesinya. Pengajar juga sebaiknya mengetahui
bagaimana mengajar yang seharusnya. Tidak sembarangan orang bisa
dikatakan pengeajar yang baik apabila tidak memilik pegangan atau
acuan standar tertentu daalam proses pengajarannya. Banyak faktor yang
menyebabkan kurang profesionalismenya seorang guru, sehingga
13

pemerintah berupaya agar guru yang tampil saat ini adalah guru yang
benar-benar profesional yang mampu mengantisipasi tantangan-
tantangan dalam dunia pendidikan. Pendidikan profesi guru misalnya,
namun sejauh ini belum nampak jelas bahwa dengan adanya usaha
peningkatan profesionalitas dari pemerintah, mutu pendidikan di Indoseia
meningkat.
Kode etik memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia, bagi guru pada khususnya. Apa yang telah
dijelaskan dalam kode etik keguruan telah menggambarkan bagaimana
seharusnya tingkah laku dan etika sebenarnya bagi seorang guru. Sudah
dapat dijamin bahhwa jika kode etik ini dilaksanakan oleh semua guru di
Indonesia, niscaya kualitas pendidikan kita saat ini mampu mengalami
peningkatan. Namu sekarang tergantung pada individu masig-masing,
sejauh manakah kesadarannya dalam mengemban profesi yang
dianutnya. Karena baik buruknya sesuatu ada di tangan kita masing-
masing. Baik buruknya kualitas pendidikan di Indonesia tergantung dari
tangan para pelakunya.
14

Contoh Studi Kasus Terkait Pelanggaran Terhadap Etika


Profesi Guru
Pemukulan Guru pada Siswa Sambil Merokok

Analisis :
Tempat : SMK Negeri 3 Jayapura, Papua
Oknum : Guru mata pelajaran Energi Terbarukan
Korban : dua siswa laki-laki
Sumber : video youtube liputan berita SCTV
Durasi : 3 menit 14 detik
Dari video yang ditayangkan tersebut terlihat ada seorang guru mata
pelajaran energi terbarukan yang memukuli dan memarahi dua siswa laki-
laki yang tidak bisa mengerjakan soal. Pukulan yang dilayangkan tersebut
dilakukan hingga beberapa kali yang menyebabkan dua siswa itu meringis
menahan sakit karena tidak berani mengeluh. Selain itu guru yang
melakukan tindakan kekerasan tersebut menggunakan nada suara yang
tinggi hingga membuat kondisi kelas hening dan mencekam. Selain itu
beliau juga memukul sambil merokok di dalam kelas di depan siswa-
siswanya.
Pelanggaran :
Poin yang menjadi pelanggaran etika profesi keguruan dari video tersebut
adalah:
- Memukul siswa hingga beberapa kali dengan keras
- Merokok di dalam kelas khususnya di depan siswanya
- Menggunakan kata-kata dalam nada tinggi dan membentak
Solusi :
Solusi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru tersebut adalah
dengan memberikan efek jera dengan sanksi moral yang dilakukan
menggunakan cara merekam atas inisiatif siswa dan dukungan orangtua
wali murid (dari keterangan video tersebut). Sehingga harapannya guru
15

tersebut akan jera dan malu atas perbuatan yang dilakukan karena sudah
ditonton oleh banyak orang (karena diupload di internet). Orang-orang
yang melihat video tersebut tentu jumlahnya akan sangat banyak. Mereka
yang menonton otomatis akan mencemooh guru tersebut dan akibatnya
guru tersebut akan diasingkan dari pergaulan yang menyebabkan dia
malu dan tersisih dari lingkungan. Itu adalah sanksi moral yang harus
diterimanya.
Hal ini sejalan dengan sanksi pelanggaran kode etik yang menyatakan
bahwa :
 Kode etik adalah landasan moral dan merupakan pedoman sikap,
tingkah laku, dan perbuatan maka sanksi terhadap pelanggaran kode etik
adalah sanksi moral
 Sanksi terberat adalah si pelanggar dikeluarkan dari organisasi profesi.
Pada kasus tersebut sudah dilakukan sanksi moral. Sedangkan untuk
sanksi terberat untuk guru tersebut dengan cara dikeluarkan dari
organisasi profesi tersebut belum dilakukan dan belum jelas tindak
lanjutnya seperti apa.
Pandangan Terhadap Solusi dan Masalah
Menurut pendapat saya, untuk pandangan terhadap solusi dan masalah
dalam kasus ini sebaiknya memandang dari berbagai sudut yakni dari
kode etik guru serta kompetensi professional guru.
Pertama ialah dikaitkan dengan kode etik guru. Sebelum itu kita harus
mengetahui pengertian serta tujuan kode etik seorang guru.
1. Pengertian kode etik
 Kode etik suatu profesi merupakan norma-norma yang harus
diindahkan oleh setiap anggota profesi dalam melaksanakan tugas
profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat
 Norma-norma yang berisi petunjuk dan larangan baik dalam
menjalankan profesinya maupun pergaulan di masyarakat.
2. Tujuan kode etik (Hermawan, 1979)
 Menjunjung tinggi martabat profesi
16

 Menjaga dan memelihara kesejahteraan anggotanya


 Meningkatkan pengabdian para anggotanya
 Meningkatkan mutu profesi
 Meningkatkan mutu organisasi profesi

3. Penetapan kode etik


 Kode etik hanya ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang
berlaku dan mengikat pada anggotanya.
Dari pengertian, tujuan serta penetapan pada kode etik tersebut dapat
diketahui bahwa seorang guru memiliki kode etik yang harus diindahkan
dan ia pun terikat dengan berbagai kode etik tersebut sesuai dengan
tujuan yang harus dicapai. Sehingga seorang guru tidak bisa berbuat
seenaknya sendiri dengan melakukan tindak kekerasan, memberi contoh
yang tidak baik seperti merokok di depan siswanya. Seorang guru juga
tidak bisa menggunakan nada suara yang tinggi dalam mengajar karena
bisa berdampak buruk pada kondisi psikologis siswa yang akibatnya justru
bisa menekan siswa. Semuanya itu tidak sesuai dengan norma-norma
kode etik yang harus dijalankan saat menjalankan tugas profesinya.
Ditinjau dari kode etik guru di Indonesia, maka seorang guru harus
memenuhi beberapa kode etik sebagai berikut :
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia
Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai
bahan melakukan bimbingan dan pembinaan
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar-mengajar
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan
masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa
tanggungjawab bersama terhadap pendidikan.
17

6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan


meningkatkan mutu dan martabat profesinya
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI sebagai sarana penunjang dan pengabdian
9. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang
pendidikan.
Dari kasus kekerasan guru tersebut jika dikaitkan dengan poin-poin kode
etik Guru Indonesia maka terdapat beberapa poin yang tidak sesuai,
diantaranya adalah
Pada poin 4. Seharusnya guru menciptakan suasana sekolah sebaik-
baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar-mengajar.
Kenyataannya guru tersebut sama sekali tidak membuat suasana proses
belajar mengajar menjadi nyaman dan berhasil bahkan sebaliknya,
suasana belajar mengajar menjadi menakutkan dan mencekam bagi para
siswa karena ulah guru.
Pada poin 5. Guru tersebut tidak memelihara hubungan baik dengan
orangtua siswa. Buktinya orangtua siswa bersekongkol dengan para siswa
untuk membuat video amatiran tersebut, ini menjadi bukti bahwa guru dan
orangtua siswa tidak memiliki hubungan baik serta guru tersebut juga
tidak mempunyai peran dan rasa tanggungjawab terhadap pendidikan.
Pada poin 6. Guru tersebut tidak mengembangkan maupun
meningkatkan mutu dan martabat profesinya. Buktinya guru itu
mencoreng martabat profesi dan harga dirinya dengan berbuat tindak
kekerasan dan memberi contoh kurang baik bagi para siswa.
Kedua adalah dikaitkan dengan kompetensi profesionalisme guru.
Dimana keempat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru adalah :
- Kompetensi pedagogik
- Kompetensi profesionalisme
- Kompetensi kepribadian
18

- Kompetensi sosial
Pada kasus tersebut terdapat ketidakseuaian terhadap 3 kompetensi
profesionalisme guru yakni:
- Kompetensi pedagogik. Dimana guru seharusnya mampu mengelola
pembelajaran di kelas menjadi efektif serta mampu mengaktualisasikan
siswa untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya. Pada
kasus tersebut siswa sama sekali tidak menikmati pembelajaran bahkan
takut dengan guru, hal ini tentu saja akan menyulitkan siswa dalam
menerima pelajaran karena adanya tekanan. Selain guru juga tidak
membuat pembelajaran yang bisa mengembangkan potensi siswanya
namun semakin menekan siswaya dengan sikap kasar yang dimilikinya.
- Kompetensi kepribadian, dimana guru yang seharusnya memberikan
teladan yang baik kepada muridnya justru memberikan teladan yang tidak
terpuji yakni dengan berbagai pelanggaran yang dilakukan tersebut.
Padahal sebagai seorang guru sebaiknya harus mampu menjadi teladan
yang baik dan memiliki sikap dan pribadi yang mantap, stabil, dewasa,
arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik serta memiliki
akhlak mulia.
- Kompetensi Sosial. Pada kompetensi ini salah satu poinnya adalah
guru atau pendidik harus mampu berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik. Namun pada kasus tersebut, guru itu sama
sekali tidak menunjukkan sikap berkomunikasi efektif terhadap siswanya.
Dari beberapa analisis tersebut, maka menurut pendapats aya guru
tersebut pantas mendapatkan hukuman secara moral yang sudah
diterimanya sedangkan untuk sanksi yang berkaitan dengan organisasi
profesi adalah dengan memberi sanksi berupa pemberian surat
peringatan (SP) serta skorsing. Apabila setelah mendapatkan dua sanksi
tersebut dan dikemudian hari guru tersebut melakukan hal serupa maka
barulah dilakukan sanksi terberat yakni dikeluarkan dari organisasi profesi
dan dijatuhi hukuman sesuai dengan tindakan yang telah dilakukan.
Misalnya menyebabkan siswa yang dipukul menjadi cedera maka
19

orangtua siswa berhak untuk melaporkan ke pihak berwajib dan guru


tersebut bisa dipidana. Hal ini bisa dilakukan karena organisasi profesi
sudah tidak melindunginya. Namun jika masih ada organisasi profesi yang
menaungi dan melindunginya maka harus proses pidana tersebut melalui
organisasi profesi.

2.3 Kode Etik Profesi Guru dan Moral Guru serta Pandangan
Masyarakat
Moral merupakan salah satu masalah terbesar dalam pembangunan
masyarakat Indonesia. Dalam Undang-Undang RI No 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 diungkapkan, yang
dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan negara (UU RI No 20 Tahun 2003). Dari definisi pendidikan tersebut,
dengan jelas terungkap bahwa pendidikan indonesia adalah pendidikan
yang usaha sadar dan terencana, untuk mengembangkan potensi individu
demi tercapainya kesejahteraan pribadi, masyarakat dan negara.
Pendidikan pada hakikatnya adalah alat untuk menyiapkan sumber
daya manusia yang bermoral dan berkualitas unggul. Dan sumber daya
manusia tersebut merupakan refleksi nyata dari apa yang telah pendidikan
sumbangankan untuk kemajuan atau kemunduran suatu bangsa. Salah
satu aktor penting yang hendaknya memiliki moral unggul yang natinya
akan membawa bangsa kita kearah yang lebih baik.
Kode etik disusun agar hal tersebut menjadi landasan moral dan
pedoman tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan
pengabdiannya bekeraja sebagai guru. Namun pada realitanya dalam
dunia pendidikan saat ini, banyak guru yang telah melupakan apa itu kode
etik guru.
20

Selain fenomena yang penulis ungkapkan diatas sesungguhnya masih


banyak sekali pelanggaran kode etik profesi guru yang mengakibatnya
berkurangnya moral guru di mata masyarakat. Contoh lain misalnya
penjualan gelar akademik dari S1 sampai S3 bahkan professor, kelas
jauh, guru/dosen yang curang dengan sering datang terlambat untuk
mengajar, mengubah nilai supaya bisa masuk sekolah favorit, menjiplak
skripsi atau tesis, menyuap untuk jadi pegawai negeri atau menyuap untuk
naik pangkat sehingga ada kenaikan pangkat. Ironisnya lagi di pendidikan
tingkat menengah sampai dasar, sama parahnya, setiap awal tahun
ajaran baru. Para orang tua bersikeras manyekolahkan anaknya
disekolah-sekolah pavorit, bahkan dengan cara menyuap guru sekalipun.
Betapa rendahnya moral guru ketika hal ini telah terjadi.
Berdasarkan data yang penulis peroleh, selama melakukan
monitoring, tim independen dan tim internal yang dibentuk oleh
Konsorsium Sertifikasi Guru Departemen Pendidikan Nasional serta
monitoring masyarakat melalui media ternyata menemukan berbagai
bentuk kecurangan yang dilakukan oleh guru ketika menjadi peserta
dalam proses sertifikasi profesi guru pada 2006 dan 2007 melalui uji
portofolio. Kecurangan tersebut ada yang berbentuk pemalsuan berkas
penghargaan dan sertifikat pelatihan, penjiplakan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran, hingga pembuatan ijazah palsu, bahkan hampir semua
berkas palsu tersebut disahkan oleh kepala sekolah masing-masing.
Ada pula kecurangan yang berbentuk penyuapan dengan cara
menyelipkan uang dalam berkas portofolio. Bukti kecurangan yang paling
telak adalah penemuan berkas asli yang dipalsukan dengan foto pemalsu
yang masih ditempelkan di berkas asli dan siap difotokopi, yang ikut terjilid
bersama berkas lain. Semua bentuk kecurangan tersebut diberkaskan
dengan baik oleh setiap Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
(LPTK) Induk yang menjadi penyelenggara uji portofolio.
Tentunya wacana tersebut di atas sangat memilukan bagi kita
sebagai calon guru. Nampak bahwa pelaku-pelaku pada penurunan
21

derajat moral diatas telah melupakan profesinya sebagai seorang pendidik


dan pengajar yang tentunya telah melupakan kode etik guru sendiri.
Demikian pula halnya dengan asumsi mulai meragukan kapabilitas
dan kredibilitas guru. Peran guru sebagai pengajar dan pendidik mulai
dipertanyakan. Misinya sebagai pencetak generasi penerus bangsa yang
terampil dan bermoral belum sepenuhnya terwujud. Jangankan untuk
menjadikan pelajar memiliki moral, moral penajarnya saja belum tentu
baik.
Tantangan moral ini hendaknya disikapi dengan lebih professional dan
ditekadi menjadi tugas moral, karena telah diinstruksikan menurut
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan yang menyatakan bahwa setiap pendidik
haruslah bersikap professional.
Perlu diadakan pendekatan kembali kepada pelaku-pelaku yang
melakukan penyimpangan seperti disebutkan diatas terkait kesadaran
mereka sebagai seorang guru untuk melaksanakan kode etik keguruan.
Namun bukan berarti dengan fakta diatas kita dapat menyimpulkan bahwa
semua guru telah kehilangan moralnya sebagai seorang guru. Hanya saja
hal tersebut diatas adalah gambaranan bagaimana refleksi kode etik guru
bagi sebagian kecil guru di Indonesia saat ini.
Disinilah peranan kode etik keguruan untuk menegakkan kembali
moral guru-guru kita yang telah mengalami sedikit penyimpangan hingga
nantinya yang tersurat dalam pembukaan Undang-undang dasar negara
republik Indonesia tahun 1945 alinea ke-4 dapat terwujud dan dapat
memperbaiki pandangan masyarakat terhadap profesi guru.
22

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam upaya meningkatkan Guru yang profesional maka seorang
guru harus memiliki prinsip-prinsip professional dan melalui kualifikasi
akademik, kompetensi dan sertifikasi. Namun tentunya hal ini hendaknya
dilandasi dengan etiket kejujuran sebegai seorang profesinal.
Kode etik memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia, bagi guru pada khususnya. Apa yang telah
dijelaskan dalam kode etik keguruan telah menggambarkan bagaimana
seharusnya tingkah laku dan etika sebenarnya bagi seorang guru. Dengan
adanya kode etik guru nantinya diharapkan mampu meningkatkan
profesionalisme guru dan meningkatkan moral pendidik sehingga derajat
guru yang teramat mulia dimata masyarakat dapat kembali terwujud.

3.2 Saran
1. Guru sebagai pionir terdepan pembawa kemajuan bangsa hendaknya
melaksanakan apa yang telah menjadi standar dan aturan yang telah
disepakati bersama, dalam hal ini kode etik guru
2. Guru hendaknya menujukan citra profesionalitasnya kepada pubik
bukan memanipulasi keprofesionalitasnya
3. Kejujuran merupakan hal terpenting dalam menjaga kehormatan
seorang guru, maka dari itu guru hendaknya menjunjung kejujuran
dalam etika profesinya sebagai seorang guru
23

DAFTAR PUSTAKA

https://doriju7697.wordpress.com/2012/06/23/makalah-tema-pendidikan/

Strategy of Learning Hal-hal yang Boleh dan Tidak Boleh Dilakukan


OlehGuru Saat Mengajar.

Yogyakarta: Araska.Budiman. (2012).

Etika Profesi Guru.

Yogyakarta: Mentari Pustaka.Drajat, M. (2014).

Etika Profesi Guru.

Bandung: Alfabeta.Hernowo. (2005).

Menjadi Guru yang Mau dan Mampu Mengajar Secara Menyenangkan.

Bandung: MLC.Mudjito. (1986).

Guru Yang Efektif.

Jakarta: Rajawali.Prawiradilaga, D. S. (2008).

Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana.Saondi, O. d. (2010).


24

Etika Profesi Keguruan.

Jakarta: Kencana.Saondi, O. d. (2010). Etika Profesi Keguruan

Bandung: PT. RefikaAditama.Usman, M. U. (2002). Menjadi Guru


Profesional.

Anda mungkin juga menyukai