Anda di halaman 1dari 17

PROFESIONALISME GURU DAN GLOBALISASI

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Sosiologi Pendidikan pai 9

Disusun Oleh Kelompok 6:

Fitri Handayani Siregar 2120100245


Lamria Sitompul 2120100279
Serik Asmayani 2120100324

Dosen Pengampu:
Dra. Rosimah Lubis, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYEKH ALI HASAN AHMAD ADDARY
PADANGSIDIMPUAN
2024
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah Puji dan syukur atas ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “Profesionalisme Guru Dan Globalisasi” tepat
waktu. Serta shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada nabi besar Muhammad
SAW.

Dan juga penulis berterima kasih kepada Ibu Dra. Rosimah Lubis, M.Pd.
selaku dosen mata kuliah Sosiologi Pendidikan yang telah memberikan tugas ini.
Dan penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan kita. Tak lupa juga ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang
berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini sehingga terciptalah suatu karya
ilmiah.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat


kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap adanya
kritik dan saran demi perbaikan makalah diwaktu yang akan datang.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabaraktuh

Padangsidimpuan, 24 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan..................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2

A. Kedudukan Dan Peranan Guru.................................................................2

B. Kompetensi Guru......................................................................................4

C. Tuntutan Professional Seorang Guru.........................................................7

D. Keunggulan Dan Kelemahan Penelitian Eksperimen................................8


E. Ayat Alquran dan Hadis Tentang Professionalisme Guru........................10
BAB III PENUTUP...............................................................................................11
A. Kesimpulan ...........................................................................................11

B. Saran ......................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seseorang dikatakan profesional ialah orang yang dipandang ahli dalam
bidangnya, dimana yang bersangkutan dapat membuat keputusan dengan
independen dan adil, jika seseorang menjadi profesional, haruslah membuat
suatu langkah penawaran kolektif dengan membangun proses yang baru,
institusi yang baru, prosedur yang baru, yang menggiring pada sana pemahaman
pada apa sesungguhnya yang diinginkan suatu pendidik, status, identitas,
profesional, kompetensi, yang logis dari suatu pekerjaan profesional. Era abad
ke-21 menjadi abad yang penting dimana intensitas dari kontak masyarakat
dunia berlangsung dalam skala yang besar. Ini tidak lepas dari adanya
perkembangan. Teknologi dalam bidang transportasi, telekomunikasi, internet
serta teknologi komputer dan digital.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kedudukan dan peranan guru?
2. Apa saja kompetensi guru?
3. Bagaimana tuntutan profesionalisme seorang guru?
4. Bagaimana tuntutan pendidikan di era globalisasi?
5. Apa saja ayat alquran dan hadis yang berkaitan tentang professionalisme
guru?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui kedudukan dan peranan guru.
2. Untuk mengetahui kompetensi guru.
3. Untuk mengetahui tuntutan profesionalisme seorang guru.
4. Untuk mengetahui tuntutan pendidikan di era globalisasi.
5. Untuk mengetahui ayat alquran dan hadis yang berkaitan tentang
professionalisme guru.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kedudukan Dan Peranan Guru

Peranan guru di sekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang


dewasa, sebagai pengajar dan pendidik dan sebagai pegawai. Yang paling utama
ialah kedudukannya sebagai pengajar dan pendidik, yakni sebagai guru.
Berdasarkan kedudukannya sebagai guru ia harus menunjukkan kelakuan yang
layak bagi guru menurut harapan masyarakat. Apa yang dituntut dari guru dalam
aspek etis, intelektual dan sosial lebih tinggi daripada yang dituntut dari orang
dewasa lainnya. Guru sebagai pendidik dan pembina generasi muda harus menjadi
teladan, di dalam maupun di luar sekolah. Guru harus senantiasa sadar akan
kedudukannya selama 24 jam sehari. Di mana dan kapan saja ia akan selalu
dipandang sebagai guru yang harus memperlihatkan kelakuan yang dapat ditiru
oleh masyarakat, khususnya oleh anak didik.

Harapan-harapan masyarakat tentang kelakuan guru menjadi pedoman bagi


guru. Guru-guru memperhatikan tuntutan masyarakat tentang kelakuan yang layak
bagi guru dan menjadikannya sebagai norma kelakuan dalam segala situasi sosial
di dalam dan di luar sekolah. Ini akan terjadi bila guru menginternalisasi norma-
norma itu sehingga menjadi bagian dari pribadinya. Ada norma-norma yang umum
bagi semua guru di suatu negara, ada pula yang ditentukan oleh norma-norma yang
khas yang berlaku di daerah tertentu menurut adat-istiadat yang terdapat di
lingkungan itu.

Kedudukan guru juga ditentukan oleh fakta bahwa ia orang dewasa. Dalam
masyarakat kita orang yang lebih tua harus dihormati. Oleh sebab guru lebih tua
daripada muridnya maka berdasarkan usianya ia mempunyai kedudukan yang harus
dihormati, apalagi karena guru juga dipandang sebagai pengganti orang tua. Hormat

2
anak terhadap orang tuanya sendiri harus pula diperlihatkannya terhadap gurunya
dan sebaliknya guru harus pula dapat memandang murid sebagai anak. 1

Guru mempunyai kedudukan yang khusus di tengah-tengah masyarakat.


Perilaku serta penampilannya selalu diawasi dan dilihat oleh masyarakat yang
penuh dengan dinamika baik pada masa sekarang maupun pada masa yang akan
datang. Oleh karena itu, menjadi seorang guru tidaklah mudah dalam mengemban
amanah mencerdaskan kehidupan bangsa Sehingga wajar apabila guru disanjung
dan dipuji oleh masyarakat, namun adakalanya juga menjadi cemoohan dan dicerca
karena melakukan kekeliruan. Berbagai macam pandangan masyarakat terhadap
guru tersebut, menuntut penguasaan kompetensi yang maksimal.

Guru dipandang masyarakat sebagai profesi khusus, yang terkenal dengan


pameo “Guru harus digugu dan ditiru”. Pameo tersebut menyiratkan pandangan dan
harapan masyarakat terhadap guru sangatlah tinggi. Dalam hal ini, guru tidak lagi
dipandang sebagai seorang pendidik di kelas saja, namun guru dipandang sebagai
pendidik dan pengayom di lingkungan masyarakat. Sebagai konsekuensinya, guru
sebaiknya memberikan contoh teladan yang baik kepada seluruh masyarakat.
Bentuk keteladanan ini erat sekali hubungannya dengan kompetensi yang harus
dikuasai oleh guru dengan baik. Sedangkan penguasaan kompetensi tersebut erat
kaitannya dengan usaha peningkatan mutu pendidikan. Apabila guru menguasai
kompetensi tersebut, maka mutu pendidikan dengan sendirinya juga akan
meningkat.

Peningkatan mutu pendidikan merupakan bagian integral dari upaya


peningkatan kualitas manusia Indonesia (menyeluruh), sebagaimana disebutkan
dalam pasal 3 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai
berikut: “Bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

1
S. Nasution, Sosiologi pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), hlm. 91-92.

3
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. 2

B. Kompetensi Guru

Profesionalisme menjadi hal yang kerap dituntut dan diharapkan dalam


berbagai profesi, tak terkecuali guru. Hal penting yang menjadi aspek bagi sebuah
profesi adalah sikap profesional dan kualitas kerja. Profesional berarti ahli dalam
bidangnya dan berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Profesional
merupakan satu kesatuan antara konsep personality dan integritas yang
dipadupadankan dengan skill atau keahliannya. Guru yang profesional adalah guru
yang memiliki keahlian khusus dalam mengajar. Profesionalisme guru tentunya
ditandai dengan kadar kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru. Agar menjadi
seorang guru yang profesional, maka kompetensi telah dibekalkan sejak seseorang
masih menjadi calon guru.

Kompetensi seorang guru telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri


Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, yang mengacu juga pada Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
Macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh guru mencakup kompetensi
pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial. Keempat kompetensi tersebut
terintegrasi dalam kinerja guru. Kemdiknas (2010) menjabarkan keempat
kompetensi guru tersebut menjadi 14 aspek/dimensi dan terdiri atas 78 indikator.
Kompetensi kompetensi tersebut diperoleh melalui pendidikan calon guru di
perguruan tinggi keguruan dan atau pendidikan profesi yang dikenal dengan
pendidikan profesi guru (PPG). Serta kegiatan-kegiatan peningkatan
keprofesionalan guru yang dilaksanakan secara individu ataupun inisiasi dari
pemerintah.

2
Ridwan, “Profesi Guru Perspektif Sosiologi Pendidikan”, Vol. 7, Jurnal Madaniyah,,
Nomor 2, 2017, hlm. 300-301

4
1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik,


perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Kemendiknas bersama dengan BSNP menetapkan dimensi kompetensi
pedagogi terdiri atas 7 dimensi, 45 indikator.

2. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang


mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kemdiknas menguraikan
kompetensi ini terdiri atas 3 dimensi dan 18 indikator.

3. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang


mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kemdiknas menguraikan
kompetensi ini terdiri atas 3 dimensi dan 18 indikator. Kepribadian seorang guru
dapat dibentuk sejak mereka belajar menjadi seorang guru Pengalaman praktik
mengajar, baik pada saat perkuliahan ataupun praktik pengalaman lapangan (PPL)
menjadi bekal utama calon guru dalam membentuk pribadi yang stabil, dewasa,
arif, berwibawa dan dapat diteladani oleh peserta didik. Peran dosen dan guru
pamong turut mewarnai pembentukan pribadi bagi sang calon guru. Oleh sebab itu,
diperlukan suatu strategi pembimbingan yang tidak hanya menekankan pada
penguasaan materi, tetapi juga pembentukan kepribadian.

4. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan


bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kemdiknas menguraikan
kompetisi ini terdiri atas 2 dimensi dan 6 indikator. Kemampuan berkomunikasi dan

5
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar menjadi tuntutan yang tidak
kalang penting dengan kompetensi lainnya. Komunikasi yang baik dapat menjadi
ciri keberhasilan seorang guru. Masyarakat terkadang menaruh harapan yang tinggi
kepada guru. Mereka menganggap seorang guru pasti mengetahui segala hal. Jadi
tidak sedikit seorang guru yang menjadi penggerak atau juru bicara di wilayah
tempat tinggalnya.

Oleh sebab itu, guru hendaknya mampu berkomunikasi baik secara lisan
ataupun tulisan, dan mampu memanfaatkan alat komunikasi secara fungsional.
Guru dituntut untuk literate tecnology dan literate communication sebagai
konsekuensi tuntutan kompetensi abad 21. Kemampuan berkomunikasi dapat
dilatihkan. PPL merupakan ajang untuk berlatih calon guru agar dapat
berkomunikasi dengan baik kepada peserta didik, sesama praktikan, tenaga
pendidik guru dan tenaga kependidikan serta masyarakat sekitar.

5. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara


luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran
di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan
terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. Kemdiknas menguraikan kompetisi
ini terdiri atas 2 dimensi dan 9 indikator.

Kelima kompetensi tersebut bersifat holistik dan integratif dalam kinerja


guru. Guru yang memiliki kompetensi tersebut pastinya dapat melaksanakan
tugasnya secara profesional. Guru seharusnya mampu membantu peserta didik
untuk mengembangkan daya berpikir atau penalaran, sehingga mampu untuk turut
serta secara kreatif dalam proses transformasi kebudayaan ke arah perbaikan
hidupnya sendiri dan kehidupan seluruh masyarakat. Kompetensi-kompetensi

6
tersebut harus dibekalkan kepada mahasiswa calon guru, agar mereka sadar bahwa
pekerjaan seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang.3

C. Tuntutan Professional Seorang Guru

Kata profesi dalam bahasa Inggris adalah “profenion”, dalam bahasa


Belanda “professie” yang merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin “profesie”
yang bermakna pengakuan atau pernyataan. Kata profesi juga terkait secara generik
dengan kata “okupasi” (Indonesia), accupation (Inggris), acupatis (Latin) yang
bermakna kesibukan atau kegiatan atau pekerjaan atau mata pencaharian. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan profesi adalah hidang pekerjaan yang
dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan dan sebagainya) tertentu.
Menurut Tilaar (2002) profesi merupakan pekerjaan, dapat juga kata lain terkait
dengan kata profesi adalah “profesionalisme”.

Menurut Arifin (1991) profesionalisme berarti pandangan bahwa suatu


keahlian tertentu diperlukan dalam pekerjaan tertentu yang mana keahlian itu hanya
diperoleh melalui pendidikan khusus atau latihan khusus. Profesionalisme mengacu
kepada sikap dan komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar
yang tinggi dan kode etik profesinya.4

Di dalam era global, pengetahuan dan kemampuan guru yang profesional


akan menjadi landasan utama segala aspek kehidupan. Profesionalisme sebagai
penunjang kelancaran guru dalam melaksanakan tugasnya sangat dipengaruhi oleh
dua faktor besar yaitu faktor internal yang meliputi minat dan bakat dan faktor
eksternal yaitu berkaitan dengan lingkungan sekitar, sarana prasarana, serta
berbagai latihan yang dilakukan guru. Dalam hal ini, profesionalisme guru dan
tenaga kependidikan masih belum memadai utamanya dalam hal bidang
keilmuannya. Meskipun jumlah tenaga pendidik secara kuantitatif sudah cukup
banyak, akan tetapi mutu dan profesional seorang guru belum sesuai dengan

3
Ani Rusilowati, Book Chapter: Penyiapan Guru Abad 21, (Jawa Tengah: Universitas
Negeri Semarang (UNNES), 2023), hlm. 1-15.
4
Rusydi Ananda, Profesi Keguruan (Perspektif Sains dan Islam), (Depok: Rajawali Pers,
2019, hlm. 36-37.

7
harapan. Penyebab ketidakprofesinalitas seorang guru banyak di antaranya yang
tidak berkualitas dan menyampaikan materi yang keliru sehingga mereka tidak atau
kurang mampu menyajikan dan menyelenggarakan diantaranya guru belum
memiliki kemampuan mengantisipasi berbagai tantangan masa depan yang
berkaitan dengan pendidikan dalam era globalisasi.

Pendidikan di era global menurut adanya manajemen pendidikan yang


modern dan profesional dengan bernuansa pendidikan. Lembaga-lembaga
pendidikan diharapkan mampu mewujudkan peranannya secara efektif dengan
keunggulan dalam kepemimpinan, staf, proses belajar mengajar, pengembangan
staf, kurikulum, tujuan dan harapan, iklim sekolah, penilaian diri, komunikasi, dan
keterlibatan orang ha masyarakat. Tidak kalah pentingnya adalah sosok penampilan
guru yang ditandai dengan keunggulan dalam nasionalisme dan jiwa Juang,
keimanan dan ketakwaan, penguasaan iptek, etos kerja dan disiplin, sikap
profesional, kerjasama, dan belajar dengan berbagai disiplin, wawasan masa depan,
kepastian karir, dan kesejahteraan lahir batin. Sikap dan profesional I guru di dalam
pendidikan mempunyai peranan penting dan sangat strategis untuk mempersiapkan
generasi muda yang memiliki keberdayaan dan kecerdasan emosional yang tinggi
dan menguasai kemampuan dan keahlian yang mantap.5

D. Tuntutan Pendidikan di Era Globalisasi

Era abad ke-21 menjadi abad yang penting dimana intensitas dari kontak
masyarakat dunia berlangsung dalam skala yang besar. Ini tidak lepas dari adanya
perkembangan. Teknologi dalam bidang transportasi, telekomunikasi, internet serta
teknologi komputer dan digital. Globalisasi itu dari akar katanya merujuk pada kata
Globe atau Bola Dunia yang merupakan peta tiruan bumi yang bulat seperti bola
sehingga menyerupai bentuk yang sebenarnya. Dalam bahasa Inggris, globalisasi
dari segi bahasa adalah gabungan dari kata global dan akhiran ization dan menjadi

5
Alif Mudiono, Keprofesionalan Guru Dalam Menghadapi Pendidikan Di Era Global,
Universitas Negeri Malang, hlm. 45-46.

8
kata globalization yang berarti menjadi global, membuat global ataupun makna
yang berkaitan dengan hal demikian.

Globalisasi adalah istilah yang berfokus pada satu kesadaran global yang
penekanannya adalah pada konteks global tersebut. Globalisasi sebagai sebuah
konsep mengacu kepada kompresi atau penyusutan dunia, serta semakin intensinya
kesadaran mengenal dunia sebagai satu keseluruhan.6

Dalam kehidupan sosial peranan pendidikan bagi perubahan sosial sangat


besar. Tidak sedikit suatu kelompok sosial atau bahkan negara yang maju karena
pendidikan memiliki peranan penting dalam melakukan perubahan. Karena itu,
pendidikan harus benar-benar diorientasikan untuk melakukan perubahan bila suatu
negara ingin berubah dan maju. Meski demikian tidak selamanya pendidikan
menjadi variable independen atau yang memiliki peranan dalam melakukan
perubahan. Bisa jadi pendidikan sangat dipengaruhi atau menjadi variabel
dependen (bergantung). Variabel lain yang berpengaruh terhadap pendidikan
misalnya budaya, sistem sosial, politik, hukum dan sebagainya. 7

Seiring dengan karakteristik era global di atas, maka guru juga harus
menghadapi tantangan masyarakat global. Di era global, guru sangat dituntut
meningkatkan profesionalitasnya sebagai pengajar dan pendidik. Di samping
profesionalitas, guru juga harus menghadapi beberapa kata kunci dunia pendidikan
yaitu, kompetisi, transparansi, efisiensi, dan kualitas tinggi. Dari segi sosial,
masyarakat global akan menjadi sangat peka dan peduli terhadap masalah-masalah
demokrasi, hak asasi manusia, dan isu lingkungan hidup.8

Dalam menjawab tantangan globalisasi maka dibutuhkan sumber daya


manusia yang berkarakter handal dan berdaya saing tinggi, untuk mewujudkannya
maka di sinilah pendidikan harus menampilkan diri sebagai bagian dari tantangan

6
Ariesani Hermawanto & Melaty Anggraini, Globalisasi, Revolusi Digital dan Lokalitas:
Dinamika Internasional dan Domestik di Era Borderless World, (Yogyakarta: LPPM Press UPN
“Veteran” Yogyakarta, 2020), hlm. 14.
7
Moh. Dulkiah & Sarbini, Sosiologi Pendidikani, (Bandung: LP2M UIN SGD Bandung,
2020), hlm. 53.
8
Fitri Oviyanti, “Tantangan Pengembangan Pendidikan Keguruan di Era Global,” Jurnal
Pendidikan Islam Vol. 7, Nomor 2, Oktober 2013, hlm. 272.

9
globalisasi tersebut, pendidikan ditantang harus mampu mendidik dan
menghasilkan para lulusan yang berdaya saing tinggi (qualified) bukan justru
sebaliknya mandul dalam menghadapi gempuran berbagai kemajuan dinamika
globalisasi tersebut.

Sejalan dengan perkembangan sains dan teknologi dan meluasnya pengaruh


globalisasi, pendidik senantiasa dituntut dapat mengimbangi perkembangan sains
dan teknologi yang terus berkembang. Seorang pendidik diharapkan terus mampu
pula menghasilkan anak didik sebagai SDM yang memiliki kompetensi tinggi dan
siap menghadapi tantangan hidup dengan pernah percaya diri. Untuk menciptakan
SDM berkualitas dibutuhkan sekolah unggul atau sekolah berkualitas yang
memiliki ciri-ciri (1) kepala sekolah yang dinamis dan komunikatif kemerdekaan
memimpin menuju visi keunggulan pendidikan. (2) memiliki visi, misi dan strategi
untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dengan jelas (3) pendidik yang
kompetensi yang senantiasa bergairah dalam melaksanakan tagas dengan
profesional dengan inovatif, (4) siswa-siswa yang bergairah dan kerja keras dalam
proses pembelajaran, (5) masyarakat dan orang tua yang berperan dalam menunjang
pendidikan.

Salah satu bagian dari kemampuan yang harus dimiliki guru ialah
profesionalisme. Tetapi kenyataannya Guru hanya melakukan hal-hal yang sifatnya
rutinitas saja. Meskipun profesinya sama sebagai pendidik atau guru mereka tidak
mau mengikuti tuntutan profesionalitas seorang pendidik. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berjalan begitu pesat agaknya kurang bisa diikuti
oleh semua kaum pendidik utamanya terhadap produk-produk teknologi.
Globalisasi dan seluruh hal yang berkaitan dengan era tersebut sangat
membutuhkan antisipasi dan kompetensi guru dalam profesinya agar proses
pembelajaran mampu menghasilkan lulusan sesuai tuntutan masyarakat global.9

9
Luluk Indarinul Mufidah, “Tantangan Profesionalisme Guru pada Era Globalisasi”,
Jurnal Lentera Kajian Keagamaan, Keilmuan & Teknologi, 2019, hlm. 179.

10
E. Ayat Alquran dan Hadis Tentang Professionalisme Guru

Profesionalisme guru dijelaskan dalam Al-Qur’an yaitu firman Allah swt


dalam surah Al-Isra: 24

‫صغِ ًْْيا‬ ِ ‫الر ْْحَِة وقُل َّر‬ ِ ِ ُّ ِ


َ ‫ب ْار َْحْ ُه َما َك َما َربَّٰي ِ ْن‬ ْ َ َّ ‫ض ََلَُما َجنَا َح الذل م َن‬
ْ ‫َوا ْخف‬

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang


dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.”

(QS. Al-Isra’ 17: Ayat 24)

Berdasarkan tafsir As-Sa’di/Syaikh Abdurrahman bin Nashir assudi, pakar


tafsir ahad 14 H. “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan,” bermaksud. Rendah dirilah kepada mereka berdua dalam rangka
menghinakan diri, ungkapan sayang dan berharap pahala (dari Allah), bukan
lantaran takut atau mengharap sesuatu dari mereka atau kepentingan-kepentingan
lain yang tidak mendatangkan pahala bagi seseorang. “Dan ucapkanlah, “Wahai
Rabku, kasihilah mereka keduanya, maksudnya mintakalah rahmat bagi keduanya,
baik mereka masih hidup ataupun sudah meninggal, sebagai balasan atas
pembinaan terhadap mu yang mereka lakukan di kala kamu masih kecil. Dari ayat
ini, bisa dipahami, bahwasanya semakin besar pendidikan yang diberikan orang tua
kepada anak, semakin besar pula hak orang tua itu (atas anaknya). Begitu pula orang
yang menangani pendidikan keagamaan dan keduniaan seorang anak dengan cara
yang baik, selain kedua orang tuanya, maka dia memiliki hak yang menjadi
kewajiban anak yang dia didik dengan sebaik-baiknya.

Maka dapat disimpulkan halwa guru adalah seseorang yang bertanggung


jawab dalam melaksanakan pembelajaran dan bertanggung jawab dalam
membentuk pribadi peserta didik agar sesuai dengan ajaran Islam, yang meliputi
penanaman keimanan pada diri peserta didik, dan menjalankan syariat agama agar
terbentuk pribadi yang berakhlakul karimah.

11
Seorang guru yang profesional harus mampu mengenal psikologis anak
didiknya karena perlakuan seorang guru harus disesuaikan dengan kondisi
psikologis anak tersebut. Rasulullah SAW juga memahami benar psikologis para
sahabatnya. Hal itu dapat dilihat dari perlakuan yang Nabi gunakan dalam memberi
tugas sesuai dengan kemampuan. Kemampuan tersebut tentu tidak hanya dilihat
dari segi fisik, tetapi juga kesanggupan sesuai dengan perkembangan psikologisnya.
Nabi Muhammad saw bersabda:

‫فإذ أمرتكم بشيء فأتوا منه ماستطعتم‬

“Jika saya memerintahkan sesuatu kepada kalian, maka tunaikanlah sesuai


dengan kemampuan kamu (yang paling maksimal)” (H.R. Muslim).

Dengan demikian, kemampuan Nabi Muhammad SAW dalam memahami


psikologis peserta didik lalu kemampuannya menggunakan pendekatan dan metode
membuktikan bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki kompetensi pedagogik.10

10
Restia Lasri Yumawan & Cecep Anwar, “Profesionalisme Guru Menurut Persfektif Al
Quran Dan Al Hadist”,Vol. 2, BASHA’IR Jurnal Studi Alquran dan Tafsir”, No. 1, 2022, hlm. 32-
34.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mengingat strategisnya peran guru dalam pendidikan, apalagi di era global


ini, maka kebutuhan akan guru yang berkualitas menjadi sebuah keniscayaan demi
masa depan bangsa yang gemilang. Kebutuhan akan guru yang berkualitas yang
semakin tinggi saat ini harus disikapi secara positif oleh para pengelola pendidikan
guru. Respons positif ini harus ditunjukkan dengan senantiasa meningkatkan mutu
program pendidikan yang ditawarkannya. Perbaikan mutu pendidikan pada jenjang
pendidikan tinggi ini jelas akan membawa dampak positif bagi penciptaan guru
yang berkualitas kelak di kemudian hari.

Pekerjaan yang profesional harus disesuaikan dengan keahlian di


bidangnya. Guru professional menurut kajian persfektif al Quran dan al Hadist
harus memiliki sifat demokratis, bersabar dan berlaku lemah lembut dalam
menjalankanı tugas mulianya, pemberi maaf serta konsisten terhadap tugas dan
tanggung jawabnya, mampu bekerja sama (kooperatif) dan penyang baik dalam
tindakan maupun dalam bentuk doa. Selain itu guru profesional pun dituntut agar
dapat memahami psikologi peserta didik, mencontoh budi pekerti Rasulullah SAW
dalam proses pembelajaran serta menguasai ilmu di bidangnya. Harapan
profesionalisme guru adalah mampu mencetak peserta didik yang berkualitas serta
tercapainya tujuan pendidikan secara menyeluruh.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyampaian


isi materi didalam makalah. Sehingga diharapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan serta saran terhadap makalah kedepannya agar lebih baik.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, Rusydi. 2019. Profesi Keguruan (Perspektif Sains dan Islam). Depok:
Rajawali Pers.

Dulkiah, Moh & Sarbini. 2020. Sosiologi Pendidikan. Bandung: LP2M UIN SGD
Bandung.

Hermawanto, Ariesani & Melaty Anggraini. 2020. Globalisasi, Revolusi Digital


dan Lokalitas: Dinamika Internasional dan Domestik di Era Borderless
World. Yogyakarta: LPPM Press UPN “Veteran” Yogyakarta.

Mudiono, Alif. Keprofesionalan Guru Dalam Menghadapi Pendidikan Di Era


Global. Universitas Negeri Malang.

Mufidah Luluk Indarinul, “Tantangan Profesionalisme Guru pada Era Globalisasi”,


Jurnal Lentera Kajian Keagamaan, Keilmuan & Teknologi, 2019,

Nasution, S. 2016. Sosiologi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Oviyanti, Fitri. 2013. “Tantangan Pengembangan Pendidikan Keguruan di Era


Global,” Jurnal Pendidikan Islam Vol. 7, Nomor 2.

Ridwan. 2017. “Profesi Guru Perspektif Sosiologi Pendidikan”, Vol. 7, Jurnal


Madaniyah. Nomor 2.

Rusilowati, Ani. 2023. Book Chapter: Penyiapan Guru Abad 21. Jawa Tengah:
Universitas Negeri Semarang (UNNES).

Yumawan, Restia Lasri & Cecep Anwar. 2022. “Profesionalisme Guru Menurut
Persfektif Al Quran Dan Al Hadist”,Vol. 2, BASHA’IR Jurnal Studi Alquran
dan Tafsir”, No. 1.

14

Anda mungkin juga menyukai