Anda di halaman 1dari 26

PROFESI KEPENDIDIKAN

TENTANG

Hakekat Profesi Kependidikan dan Guru Sebagai Profesi

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :

Hilmiatul Husna Ghafur 18040061

Sri Atika Putri 18040083

Nurfadilah 20030044

DOSEN PENGAMPU:

Triyono, S.Pd., M.Pd

UNIVERSITAS PGRI SUMATERA BARAT

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat dan
salam tidak lupa penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat
manusia kealam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan
dan penjelasan mengenai makalah tentang “Hakekat Profesi Kependidikan dan Guru Sebagai
Profesi “. Terima kasih juga kepada pihak-pihak yang telah membantu baik moril maupun
materil.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya, bagi
mahasiswa Universitas PGRI Sumatera Barat pada umumnya. Atas kritik dan saran nya penulis
ucapkan terima kasih.

Padang, Maret 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang......................................................................................


1.2 Rumusan Masalah.................................................................................
1.3 Tujuan ..................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Hakekat Profesi Kependidikan.............................................................


2.1.1 Hakekat Profesi Kependidikan....................................................
2.1.2 Pengertian Profesi........................................................................
2.1.3 Ciri-ciri Profesional.....................................................................
2.1.4 Profesionalisasi Guru...................................................................
2.2 Guru Sebagai Profesi............................................................................
2.2.1 Harkat dan Martabat Guru...........................................................
2.2.2 Kompetensi Guru.........................................................................
2.2.3 Organisasi dan Kode Etik Guru...................................................
2.2.4 Sasaran Sikap Profesional Keguruan...........................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...........................................................................................
3.2 Saran.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam sejarah perkembangan profesi, ada tiga jenis profesi, yaitu profesi
dalam bidang teologi, hukum dan kedokteran. Sehubungan dengan itu, para teolog
sebagai kiai memiliki tanggung jawab yang serius terhadap pengikutnya untuk
membimbing mereka ke jalan yang benar sesuai ajaran agama, seorang ahli hukum
berkewajiban untuk membela kliennya di bidang hukum ketika dia terlibat dalam kasus
pengadilan, dan seorang dokter wajib membela kepentingan pasien agar segera sembuh.
Profesionalisme dalam kehidupan bermasyarakat muncul seiring dengan
perkembangan masyarakat yang semakin kompleks, yang dalam hal pengambilan
keputusan dalam suatu bidang kehidupan tidak lagi mudah, tetapi harus tepat.
Pengambilan keputusan yang tepat memerlukan informasi yang lengkap dan
kemampuan yang memadai agar masyarakat terhindar dari penyalahgunaan
pengambilan keputusan yang sembrono oleh seseorang yang bukan ahlinya. Itulah
sebabnya dalam masyarakat modern bidang profesi tidak lagi terbatas pada 3 jenis
profesi tersebut di atas, tetapi hampir mencakup semua bidang jasa, termasuk bidang
keguruan. Kini profesi guru mendapat perhatian serius dari pemerintah. Undang-undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen diundangkan. Berdasarkan undang-
undang tersebut, serangkaian langkah dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme
guru.
Dalam dunia pendidikan guru merupakan pemegang peran penting, karena
pendidikan adalah landasan seseorang berkehidupan. Dilingkungan masyarakat guru
harus bisa mencontohkan hal-hal yang baik, sebagai pemeran penting guru harus
memenuhi kriteria sebagai guru. Selain harus memenuhi kriteria guru juga harus
menjalankan tugas guru, guru juga sebagai seorang peminpin dikelas. Artinya segala
sesuatu yang berjalan dikelas yang dipegang penuh oleh guru, segala tindakan siswa
dikelas harus dilakukan oleh guru.
Kode etik sangat diperlukan seorang guru. Kode etik adalah suatu tatanan etika,
tata cara yang harus dipenuhi oleh seorang yang berprofesi, kode etik ini harus
dilakukan guru sebagai alat prinsip dan norma moral yanh dijadikan acuan guru dalam
melaksanakan tugas dan pelayanan profesional. Dalam menjalankan guru harus
memenuhi standar kode etik. Jika dalam memastikan keterampilan guru berhasil
menjalankan kode etik dengan baik akan memenuhi kompetensi guru. Dengan
berhasilnya guru memenuhi kompetensi kepribadiannya, maka guru bisa menjadi
teladan bagi peserta didik. Apa sebenarnya profesi guru itu? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, penulis makalah ini berjudul Hakekat Profesi Kependidikan dan
GuruSebagai Profesi.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana Hakekat Profesi Kependidikan
b. Apa Pengertian Profesi
c. Bagaimana Ciri-ciri Profesional
d. Bagaimana Profesionalisasi Guru
e. Bagaimana Harkat dan Martabat Guru
f. Bagaimana Kompetensi Guru
g. Apa saja Organisasi dan Kode Etik Guru
h. Apa saja Sasaran Sikap Profesional Keguruan

1.3 Tujuan
a. Untuk Mengetahui Hakekat Profesi Kependidikan
b. Untuk Mengetahui Pengertian Profesi
c. Untuk Mengetahui Ciri-ciri Profesional
d. Untuk Mengetahui Profesionalisasi Guru
e. Untuk Mengetahui Harkat dan Martabat Guru
f. Untuk Mengetahui Kompetensi Guru
g. Untuk Mengetahui Organisasi dan Kode Etik Guru
h. Untuk Mengetahui Sasaran Sikap Profesional Keguruan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakekat Profesi Guru


2.1.1 Hakekat Profesi Guru
Pada era globalisasi dan informasi menuntut usaha pengembangan sumber
daya manusia dengan segala dimensinya baik di bidang pengetahuan, nilai dan
sikap, maupun keterampilan. Pengembangan dimensi manusia tersebut dilandasi
oleh kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan kreativitas yang tinggi
yang hanya dapat dilakukan melalui pendidikan. Artinya pendidikan mempunyai
peran yang amat strategis untuk mempersiapkan generasi muda yang memiliki
keberdayaan, kecerdasan emosional yang tinggi dan menguasai mega skill yang
mantap.
Profesi kependidikan merupakan suatu tenaga kependidikan yang
memiliki peranan penting dalam menunjang penyelenggaraan pendidikan yang
meliputi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang dalam mekanisme
kerjanya di kuasai kode etik. Layanan yang terdapat pada profesi kependidikan
adalah adanya ikatan profesi, adanya kode etik, pengendalian batas kewenangan
dan adanya pengaturan hukum untuk mengontrol praktik.

Kita mengetahui bahwa jenis profesi kependidikan ada dua yaitu pendidik
dan tenaga kependidikan. Di dalam UU No.20 tahun 2003 pasal 39 ayat 2
tentang sisdiknas disebutkan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional
yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi. Pendidik di Indonesia lebih dikenal dengan pengajar yang
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan dengan tugas khusus sebagai
profesi pendidik. Pendidik mempunyai sebutan lain sesuai kekhususannya yaitu
diantaranya guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor,
instruktur, fasilitator, ustadz dll.
Sedangkan tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang
mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.
Tenaga pendidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan.

Dari definisi di atas jelas bahwa tenaga kependidikan memiliki lingkup


“profesi” yang lebih luas, yang juga mencakup di dalamnya tenaga pendidik.,
pustakawan, staf administrasi, staf pusat sumber belajar. Kepala sekolah adalah
diantara kelompok “profesi” yang masuk dalam kategori sebagai tenaga
kependidikan. Sementara mereka yang disebut pendidik adalah orang-orang
yang dalam melaksanakan tugasnya akan berhadapan dan berinteraksi langsung
dengan para peserta didiknya dalam suatu proses yang sistematis, terencana, dan
bertujuan. Penggunaan istilah dalam kelompok pendidik tentu disesuaikan
dengan lingkup lingkungan tempat tugasnya masing-masing.

2.1.2 Pengertian Profesi


Kata Profesi berasal dari bahasa Inggris yaitu profession atau bahasa
Latin profecus. Profesi yaitu mengakui, pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli
dalam melaksanakan pekerjaan tertentu. Secara terminologi (bahasa) , profesi
dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi
bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental.
Ada tiga pilar pokok yang ditunjukkan untuk suatu profesi, yaitu
pengetahuan, keahlian, dan persiapan akademik. Pengetahuan merupakan
fenomena yang diketahui dan disistematisasikan sedemikian rupa sehingga
memiliki daya prediksi, daya control, dan daya aplikasi tertentu. Pada tingkat
yang lebih tinggi, pengetahuan bermakna kapasitas kognitif yang dimiliki oleh
seseorang melalui proses belajar. Keahlian bermakna penguasaan substansi
keilmuan yang dapat dijadikan acuan dalam bertindak. Keahlian juga bermakna
kepakaran dalam cabang ilmu tertentu untuk dibedakan dengan kepakaran
lainnya. Persiapan akademik mengandung makna bahwa untuk derajat profesional
atau memasuki jenis profesi tertentu, diperlukan persyaratan pendidikan khusus,
berupa pendidikan prajabatan yang dilaksanakan pada lembaga pendidikan
formal, khususnya jenjang perguruan tinggi.
Profesi pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka
yang menyatakan bahwa seseorang itu mengabdikan dirinya pada suatu jabatan
atau pelayanan karena orang tersebut merasa terpanggil untuk mengerjakan
pekerjaan itu.

2.1.3 Ciri-ciri Profesional


a. Mempunyai keterampilan yang sangat tinggi di bidang tertentu. Atau
seseorang yang memiliki kepandaian di dalam mengoperasikan alat tertentu.
keahlian dan keterampilan tersebut dibutuhkan untuk pelaksanaan tugas
yang berkaitan dengan bidang masing-masing.

b. Mempunyai ilmu serta pengalaman yang luas. Di samping itu, juga


memiliki kecerdasan khusus untuk menganalisis permasalahan dan peka
terhadap situasi. Selanjutnya, mereka juga orang yang mampu membaca
situasi dengan cepat dan tepat serta cermat terhadap pengambilan keputusan
yang terbaik untuk semua pihak.

c. Seseorang yang profesional akan berorientasi kepada masa depan. Sehingga


ia memiliki keahlian dalam mengantisipasi perkembangan lingkungan yang
ada di depannya. Ini akan memunculkan sikap kedewasaan tersendiri
kepada seseorang.

d. Memiliki sikap yang cenderung mandiri. Seseorang yang profesional juga


yakin terhadap kemampuan pribadi dan terbuka untuk menghargai pendapat
dari orang lain. Akan tetapi, orang profesional memiliki kecermatan dalam
menentukan mana yang terbaik untuk dirinya dan untuk perkembangan
pribadinya.

e. Pemikiran Terbuka yang mana senantiasa mempertimbangkan dan


menerima opini dari orang lain tanpa mengedepankan ego diri sendiri demi
kebaikan bersama.

f. Memiliki integritas yaitu mengutamakan prinsip dasar dengan


mengedepankan nilai kebenaran, keadilan dan kejujuran. Hal ini ditujukan
karena untuk meningkatkan kualitas diri sendiri dan juga membangun
komunitas yang baik.

g. Komitmen yang tinggi untuk terus menjaga kualitasnya merupakan hal


cukup penting yang dimiliki oleh seorang profesional. Komitmen ini dapat
dilihat dengan tidak mudahnya seseorang mengubah sikap dan kualitas baik
yang dimiliki hanya karena situasi yang terkadang berubah ubah ntah baik
ataupun buruk.

h. Mampu Memotivasi baik diri sendiri maupun orang disekitarnya merupakan


satu ciri yang dimiliki seorang profesional. Terkadang ada saatnya situasi
sulit yang terjadi membuat seorang kehilangan harapan dan menjadi putus
asa. Seorang profesional dapat memotivasi orang lain dan diri sendiri
dengan menjadikan situasi yang sulit sebagi tantangan yang akan
membangun kualitas diri untuk kedepannya dengan memecahkan masalah
menggunakan pikiran yang tanang.

i. Loyalitas dimiliki oleh seorang profesional dengan mengerjakan sesuatu


secara sunggug sungguh dan totalitas. Hal yang dikerjakan tidak dianggap
sebagai beban yang merugikan kehidupannya, tetapi menjadikannya sebagai
panggilan hidup.
2.1.4 Profesionalisasi Guru
Profesionalisasi merupakan proses peningkatan kualifikasi atau
kemampuan para anggota penyandang suatu profesi untuk mencapai kriteria
standar ideal dari penampilan atau perbuatan yang diinginkan oleh profesinya itu.
Profesionalisasi mengandung makna dua dimensi utama, yaitu peningkatan status
dan peningkatan kemampuan praktis. Peningkatan status dan peningkatan
kemampuan praktis ini harus sejalan dengan tuntutan tugas yang diemban sebagai
guru.
Sebagi tenaga profesional, guru dituntut memvalidasi ilmunya, baik
melalui belajar sendiri maupun melalui program pembinaan dan pengembangan
yang dilembagakan oleh pemerintah atau masyarakat. Pembinaan merupakan
upaya peningkatan profesionalisme guru yang dapat dilakukan melalui kegiatan
seminar, pelatihan, dan pendidikan. Pembinaan guru dilakukan dana kerangka
pembinaan profesi dan karier. Pembinaan profesi guru meliputi pembinaan
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan
kompetensi sosial. Pembinaan karier sebagaimana dimaksud pada meliputi
meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi.
Profesionalisasi seorang guru secara garis besar ditentukan oleh tiga
faktor, yakni:  faktor internal dari guru itu sendiri, kondisi lingkungan tempat
kerja, dan kebijakan pemerintah. Oleh sebab itu profesionalisasi (upaya
meningkatkan profesionalisme) guru agar menjadi guru profesional harus
dilakukan secara sinergis melalui tiga jalur dimaksud. Berikut adalah penjelasan
masing-masing faktor.
1. Faktor Internal Guru
Faktor internal guru, yakni kemauan guru untuk menjadi seorang
guru yang profesional memegang peranan sangat penting. Faktor internal
ini justru yang mempercepat proses terwujudnya guru-guru yang
profesional. Upaya yang dilakukan dalam profesionalisasi guru perlu
diarahkan pada terbentuknya kesadaran pada diri setiap guru agar mereka
secara sukarela meningkatkan profesionalisasinya sehingga menjadi guru
profesional.

2. Kondisi Lingkungan Tempat Kerja


Kondisi lingkungan tempat kerja juga sangat menentukan
keberhasilan profesionalisasi guru profesional. Sebab, meskipun sudah
dilakukan profesionalisasi agar guru menjadi profesional, namun apabila
lingkungan tempat kerja tidak kondusif–apalagi tidak memberikan
penghargaan kepada guru profesional–maka upaya profesionalisasi tadi
juga akan menemui jalan buntu. Akibatnya, guru yang semula memiliki
semangat juang yang tinggi dalam mengemban profesinya menjadi tak
berdaya dan acuh tak acuh dengan profesinya itu. Hasilnya, guru tidak lagi
menjadi profesional, apalagi berusaha untuk menjadi profesional.

3. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah dalam profesionalisasi guru profesional ini
terutama terkait dengan award and punishment. Award diberikan kepada
para guru profesional (yang telah menunjukkan kinerja dengan
profesionalisme tinggi), sekaligus diberikan kepada mereka yang selalu
berusaha untuk meningkatkan keprofesionalannya. Punishment diberikan
kepada guru yang tidak bekerja secara profesional. Apabila kebijakan
pemerintah ini dijalankan, maka profesionalisasi guru profesional akan
semakin mudah mencapai sasaran.
Profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang
memerlukan prinsip-prinsip profesional, mereka harus ;
 Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.
 Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan yang
sesuai dengan bidang tugasnya.
 Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang
tugasnya.
2.2 Guru Sebagai Profesi
2.2.1 Harkat dan Martabat Guru
Guru yang ideal atau profesional merupakan dambaan setiap insane
pendidikan, sebab dengan guru yg profesional diharapkan pendidikan menjadi
lebih berkualitas. Namun demikian, apabila perhargaan terhadap guru tersebut
tidak memadai, maka harapan atau idealisme diatas bukan merupakan pekerjaan
yang mudah. Hal ini berkaitan erat dengan penghargaan masyarakat atau negara
terhadap profesi guru. Negara-negara maju memberikan perhargaan yang lebih
kepada guru dibandingkan di Indonesia.
Banyak hal yang dapat dilakukan dalam mengangkat harkat dan martabat
guru. Salah satunya adalah dengan cara meningkatkan kesejahteraannya,
penghasilannya yang dapat membuatnya hidup layak, bisa menghidupi rumah
tangga, tanpa menabur kredit atau hutang. Akan tetapi ini saja tentunya belum
cukup tanpa harus dibarengi oleh peningkatan profesionalitas dari profesi guru.
Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mengangkat harkat dan
martabat guru, yaitu;
A. Menjadikan Posisi Guru Sebagai Suatu Profesi (Guru Sebagai Profesi)
Berikut adalah beberapa hal yang terkait dengan guru sebagai sutu profesi,
yaitu;
a. Kualifikasi
Berbicara tentang guru yang profesional berarti membicarakan
tentang kualifikasi guru. Guru yang profesional punya kualifikasi
tertentu. Ada dua kualifikasi yaitu;
1) Kualifikasi Personal

Ada berbagai ungkapan untuk melukiskan kualifikasi personal


guru diantaranya;

 Guru yang baik baik disini dalam artian mempunyai sifat moral
yang baik seperti ; jujur, setia, sabar, betanggung jawab, tegas,
iuwes, ramah, konsisten, berinisiatif dan berwibawa. Jadi guru
yang baik itu bila dilengkapi oleh sifat - sifat yang disebutkan
di atas.
 Guru yang berhasil seorang guru dikatakan berhasil apabila ia
di dalam mengajar dapat menunjukan kemampuannya
sehingga tujuan - tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai
oleh peserta didik.
 Guru yang efektif. Yang dimaksud dengan guru yang efektif
yaitu apabila ia dapat mendayagunakan waktu dan tenaga yang
sedikit tetapi dapat mencapai hasil yang banyak.

2) Kualifikasi Profesional

Yang dimaksud dengan kualifikasi profesional yaitu


kemampuan melakukan tugas mengajar dan mendidik yang
diperoleh melalui pendidikan dan latihan.

b. Profesionalisasi
Profesionalisasi adalah suatu proses, pertumbuhan, perawatan dan
pemeliharaan untuk mencapai tingkat profesi yang optimal. Dalam hal
ini saya kaitkan dengan usaha-usaha pengembangan status jabatan guru
sebagai pengajar dan pendidik menjadi guru yang profesional. Dalam
usaha profesionalisasi ini ada dua motif, yaitu :
1) Motif eksternal yaitu pimpinan yang mendorong guru untuk
mengikuti penataran, atau kegiatan-kegiatan akademik yang
sejenis. Atau ada lembaga pendidikan yang memberi kesempatan
bagi guru untuk belajar lagi. Dan ini termasuk in-service education.
2) Motif internal yaitu dorongan dari diri guru itu sendiri yang
berusaha belajar terus menerus untuk tumbuh dalam jabatannya,
baik itu melalui membaca dan mengikuti berita yang berkaitan
dengan pendidikan, maupun mengikuti pendidikan yang lebih
tinggi, demi untuk meningkatkan profesinya di bidang pendidikan.
c. Pendidikan Profesi Guru
Pendidikan profesi ditekankan pada unsur kematangan,
keterampilan, dan tanggungjawab. Untuk itu diperlukan waktu yang
memadai melakukan latihan, praktek dan magang. Pendidikan profesi
dilakukan setelah peserta didik melewati jenjang pendidikan tinggi atau
pendidikan akademik.

B. Meningkatkan Peran Guru Dalam Masyrakat


Selama ini peran guru di tengah masyarakat kurang terlihat begitu
menjamur. Meskipun peran terbesar dalam penentuan generasi penerus
terletak pada guru. Peran yang dimaksud disini adalah peran guru secara
lansung. Dalam beberapa fakta di lapangan guru yang mampu
mewujudkan perannya secara langsung di tengah masyarakat sangat
dihargai atau terlihat ketinggian martabatnya.

C. Meningkatkan Kewibawaan Guru Dimata Masyarakat


Dalam meningkat kewibawaan guru di mata masyarakat, beberapa
hal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut (termasuk diwaktu
diklat);
1) Membekali guru dengan berbagai pengetahuan umum, sehingga guru
dapat memandang masalah disekitarnya dengan cermat.
2) Menanamkan kedalam diri guru akan norma yang yang berlaku
ditempat ia berada.
3) Mengatur penggunaan wewenang guru seperti dengan diadakannya
UU BHP.

2.2.2 Kompetensi Guru


A. Pengertian Kompetensi Guru
Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai
tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.
Keadaan berwewenang atau memenuhi syarat menuntut ketentuan hukum.
Kompetensi guru merupakan kemampuan seseorang guru dalam
melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak.
Dengan gambaran pengertian tersebut, dapat diambil
pengertian bahwa kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan
guru dalam melaksanakan profesi keguruannya.
Guru merupakan orang yang profesinya atau pekerjaannya mengajar,
Selain itu, guru juga sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan
dan menuntun siswa dalam belajar.

Jadi pengertian dari kompetensi guru adalah orang yang profesinya


atau pekerjaannya mengajar dan memiliki kemampuan dan kewenangan
dalam melaksanakan profesi keguruannya. Selain itu, kompetensi guru
merupakan kemampuan atau kesanggupan guru dalam melaksanakan
tugasnya, melaksanakan proses belajar mengajar, kemampuan atau
kesanggupan untuk benar-benar memiliki bekal pengetahuan dan
keterampilannya sesuai dengan sebaik-sebaiknya.
Makna penting kompetensi dalam dunia pendidikan didasarkan
atas keseimbangan rasional, bahwasannya proses pembelajaran merupakan
proses yang rumit dan kompleks. Ada beragam aspek yang saling
berkaitan dan memengaruhi berhasil atau gagalnya kegiatan pembelajaran.
Banyak guru yang telah bertahun-tahun mengajar, tetapi sebenarnya
kegiatan yang dilakukan tidak banyak memberikn aspek perubahan positif
dalam kehidupan siswanya. Sebaliknya, ada juga guru yang relatif baru
namun telah memberikan kontribusi konkrit kearah kemajuan dan
perubahan positif pada diri siswa.

B. Macam - macam Kompetensi


Menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
menyatakan bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh guru adalah
kompetensi guru sebagai dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi
profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Sedangkan
menurut peraturan Pemerintah nomor 74 Tahun 2008 tentang guru pada
pasal 2 disebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sedangkan
pengertian kompetensi yang dimaksud adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan
diaktualisasi oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Sesuai dengan Undang-Undang Peraturan Pemerintah No. 14
Tahun 2005, pada pasal 8 mengatakan tentang kompetensi antara lain:
a. Kompetensi Pedagogik, adalah pemahaman guru terhadap anak
didik, perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan anak didik untuk mengaktualisasikan sebagai
kompetensi yang dimilikinya. Kompetensi pedagogik ini juga sering
dimaknai sebagai kemampuan mengelola pembelajaran, yang mana
mencakup tentang konsep kesiapan mengajar, yang ditunujkkan oleh
penguasaan pengetahuan dan keterampilan mengajar.
Hal-hal yang harus dimilki terkait dengan kompetensi pedagogik
adalah:
 Memiliki wawasan landasan pendidikan.
 Memiliki pemahaman terhadap peserta didik.
 Memiiki pengetahuan untuk mengembangkan kurikulum dan
silabus.
 Mampu menyusun perencanaaan pembelajaran.
 Mampu melakasanakan pembelajaran yang dialogis.
 Mampu memanfaatkan sarana teknologi
 Mampu melaksanakan evaluasi pembelajaran
 Mampu mengembangkan potensi peserta didik.
b. Kompetensi Kepribadian, yaitu kemampuan yang dimiliki seorang
guru terkait dengan karakter pribadinya. Kompetensi kepribadian dari
seorang guru merupakan modal dasar dalam menjalankan tugasnya
secara profesional. Kegiatan pendidikan pada dasarnya merupakan
pengkhususan komunikasi personal antara guru dan anak didik.
Hal-hal yang terkait dengan kompetensi kepribadian antara lain:
 Beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
 Berakhlak mulia.
 Arif dan bijaksana.
 Demokratis.
 Mantab
 Berwibawa.
 Stabil.
 Dewasa.
 Jujur.
 Sportif.
 Menjadi teladan bagi peserta didik.

c. Kompetensi Social, yaitu suatu kemampuan atau keterampilan yang


dimiliki guru terkait dengan hubungan atau komunikasi dengan orang
lain. Dengan memiliki kompetensi sosial ini. Seorang guru diharapkan
mampu bergaul secara santun dengan pihak-pihak lain.
Hal-hal yang terkait dengan kompetensi ini adalah:
 Mampu melakukan komunikasi secara lisan dan tulis.
 Mampu menggunakan teknologi, komunikasi dan informasi
secara baik.
 Mampu bergaul secara baik dengan sesame sejahwat, pimpinan,
peserta didik dan masyarakat.
 Mampu bergaul secara santun dengan berbagai elemen
masyarakat.
 Menerapkan persaudaraan sejati dan memiliki semangat
kebersamaan.

d. Kompetensi Profesional, yaitu kemampuan menguasai ilmu


pengetahuan secara mendalam untuk bahan melaksanakan proses
pembelajaran. Dengan menguasai materi, maka diharapkan guru akan
mampu menjelaskan materi ajar dengan baik, dengan ilustrasi jelas
dan landasan yang mampan, dan dapat memberikan contoh yang
kontekstual.
Hal-hal yang terkait dengan kompetensi ini adalah:
 Menguasai materi secara luas dan mendalam sesuai dengan
standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran dan atau
kelompok mata pelajaran yang akan diampu.
 Menguasai konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi atau
seni yang relevan yang secara konseptual kohern dengan program
satuan pendidikan, mata pelajaran dan atau kelompok pelajaran
yang akan diampu.
 Menguasai iklim belajar di kelas, diantaranya yaitu memiliki
keterampilan interpersonal, khususnya kemampuan untuk
menunjukkan empati, penghargaan kepada anak didik dan
ketulusan.

C. Peran Kompetensi Guru dalam Proses Kegiatan Belajar Mengajar


Guru sebagai seorang pendidik dapat melaksanakan perannya jika
guru tersebut memenuhi empat syarat kompetensi. Guru akan mampu
mendidik dan mengajar apabila dia mempunyai kompetensi kepribadian,
misalnya mempunyai kestabilan emosi, memiliki rasa tanggung jawab
yang besar terhadap anak didiknya. serta bersifat terbuka dan peka
terhadap perkembangan teknologi. Pada kompetensi professional seorang
guru harus menguasai ilmu yaitu dengan pengetahuan yang luas,
menguasai bahan pengajaran serta ilmu-ilmu yang berhubungan dengan
mata pelajaran yang diajarkan menguasai teknologi dan kurikulum
pendidikan.
Kompetensi sosial misalnya guru memiliki ketrampilan dalam
membina hubungan antara guru dengan murid, guru dengan guru, guru
dengan kepala sekolah, guru dengan komite, serta guru dengan masyarakat
atau lingkungan. Dan kompetensi pedagogik dimana seorang guru harus
dapat memahami peserta didiknya, mengembangkan kurikulum atau
silabus, merancang pembelajaran serta mengevaluasi hasil belajar.
Sehingga dengan begitu,  seorang guru dapat menjalankan perannya
sebagai seorang pendidik.

Keberhasilan guru melaksanakan perannya dalam bidang


pendidikan sebagian besar terletak pada kemampuannya melaksanakan
berbagai peranan yang bersifat khusus dalam situasi khusus. Karena
dengan memiliki guru yang berkompeten, maka akan berpengaruh juga
pada hasul belajar para siswanya. Dengan begitu betapa pentingnya guru
yang berkompeten, artinya guru yang mampu melaksanakan unjuk kerja
secara profesional sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Tugas dan
tanggung jawab pokok seorang guru salah satunya yaitu guru sebagai
pengajar, pembimbing dan administrator kelas.

2.2.3 Organisasi dan Kode Etik Guru


A. Organisasi
Salah satu kriteria jabatan profesional adalah jabatan profesi harus
mempunyai wadah untuk menyatuhkan gerak langkah dan mengendalikan
keseluruhan profesi, yakni organisasi profesi. Wadah ini telah ada yakni
Persatuan Guru Republik Indonesia, yang lebih dikenal dengan singkatan
PGRI. Salah satu tujuan PGRI adalah mempertinggi kesadaran, sikap,
mutu dan kegitan profesi guru serta meningkatkan kesejahteraan mereka
Manajemen Pendidikan Indonesia.
Jenis-jenis organisasi keguruan
Disamping PGRI sebagai satu-satunya organisasi guru-guru
sekolah yang diakui pemerintah saat ini, ada organisasi sekolah yang
disebut Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), yang didirikan atas
anjuran pejabat-pejabat pada Departemen Pendidikan Nasional. Selain dari
pada organisasi tersebut juga ada organisasi resmi di bidang pendidikan,
yakni Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) yang saat ini
mempunyai devisi-devisi, antara lain Asosiasi Bimbingan Dan Konseling
Indonesia (ABKIN), Himpunan Administrasi Pendidikan Indonesia
(HISAPIN), Himpunan Sarjana Bahasa Indonesia (HSPBI) dan lain-lain.
Hubungan formal organisasi-organisasi ini dengan PGRI masih belum
tampak secara nyata, sehingga belum didapatkan kerja sama yang saling
menunjang dalam peningkatan mutu anggotanya.

B. Kode Etik Guru


a. Pengertian Kode Etik
Setiap profesi mempunyai kode etik, guru sebagai jabatan profesi
juga mempunyai kode etik. Sama halnya dengan kata profesi,
penafsiran tentang kode etik juga belum memiliki pengertian yang
sama.
Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus
diindahkan oleh setiap anggota profesi dalam melaksanakan tugas
profesinya dan dalam hidupnya dimasyarakat. Norma-norma tersebut
memberikan petunjuk bagi anggota profesi tantang bagaimana mereka
melaksanakan profesinya, dan larangan-larangan, yaitu ketentuan-
ketentuan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh diperbuat atau
dilaksanakan oleh mereka tidak saja dalam melaksanakan tugas profesi
mereka, melainkan juga menyangkut tingkah laku mereka pada
umumnya dalam pergaulan sehari-hari di masyarakat.
b. Tujuan Kode Etik
Menurut Hermawan (1989) tujuan adanya kode etik adalah sebagai
berikut:
 Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
 Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya.
 Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
 Untuk meningkatkan mutu profesi.
 Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.

c. Sanksi Pelanggaran Kode Etik


Sanksi yang didapat oleh sesorag yang melanggar kode adalah
sanksi moral yang berupa celaan dari rekan-rekannya, dan sanksi yang
dianggap terberat adalah si pelanggar dikeluarkan dari organisasi
profesi Kode Etik Guru Indonesia.
Persatuan Guru Republik Indonesia menyadari bahwa Pendidikan
adalah merupakan suatu bidang Pengabdian terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, Bangsa dan Tanah Air serta kemanusiaan pada umumnya.
Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan Undang –Undang Dasar
1945 . Maka Guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya
sebagai Guru dengan mempedomani dasar –dasar sebagai berikut :
 Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk
membentuk manusia pembangun yang berjiwa Pancasila.
 Guru memiliki kejujuran Profesional dalam menerapkan
Kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing –masing .
 Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh
informasi tentang anak didik , tetapi menghindarkan diri dari
segala bentuk penyalahgunaan .
 Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara
hubungan dengan orang tua murid sebaik –baiknya bagi
kepentingan anak didik.
 Guru memelihara hubungan dengan masyarakat disekitar
sekolahnya maupun masyarakat yang luas untuk kepentingan
pendidikan .
 Guru secara sendiri – sendiri dan atau bersama – sama berusaha
mengembangkan dan meningkatkan mutu Profesinya .
 Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru
baik berdasarkan lingkungan maupun didalam hubungan
keseluruhan .
 Guru bersama –sama memelihara membina dan meningkatkan
mutu Organisasi Guru Profesional sebagai sarana pengapdiannya.
 Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan
kebijaksanaan Pemerintah dalam bidang Pendidikan.

2.2.4 Sasaran Sikap Profesional Keguruan


Guru merupakan pendidik yang profesional mempunyai citra yang baik di
masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat apabila ia layak
menjadi panutan atau teladan bagi masyarakat sekelilingnya. Masyarakat
terutama akan melihat sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah patut
diteladani atau tidak. Bagaimana guru meningkatkan pelayanannya dan
pengetahuannya, memberi arahan dan dorongan kepada anak didiknya, dan
bahkan bagaimana cara guru berpakaian, bergaul dengan siswa, teman-
temannya, serta anggota masyarakat, serta menjadi perhatian masyarakat.
  Walaupun segala peilaku guru selalu diperhatikan oleh masyarakat, tetapi
yang akan dibicarakan dalam bagian ini adalah khusus prilaku guru yang
berhubungan daengan profesinya. Hal ini berhubungan denga bagaimana polah
tingkah laku guru dalam memahami, menghayati, serta mengamalkan sikap
kemampuan dan sikap profesionalnya. Yakni sikap sikap profesional keguruan
terhadap :
a. Sikap terhadap peraturan perundang-undangan
Pada butir 9 kode etik guru Indonesia disebutkan bahwa: Guru
melakanakan segala kebijakan pemerintuah untuk bidang pendidikan.”
Kebijakan pendidikan di Negara kita dipegang oleh pemerintah, dalam hal
ini oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan mengeluarkan
ketentuan – ketentuan dan peraturan perauran yang merupakan kebijakan
yang akan dilaksanakan oleh aparatnya.

b. Sikap terhadap organisasi profesi


Guru bersama – sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. PGRI sebagai
organisasi profesi memerlukan pembinaan agar lebih berdaya guna dan
berhasil sebagai wadah untuk membawakan misi dan memantapkan
profesi guru. Maka dari itu setiap orang harus memberikan waktu
sebagiannya untuk kepentingan pembinaan profesinya dan semua waktu
dan tenaga yang diberikan oleh para anggota ini dikoordinasikan oleh para
pejabat organisasi tersebut, sehingga pemanfaatannya mnjadi efektif dan
efisien.

c. Sikap terhadap teman sejawat


Dalam ayat 7 kode etik gutu disebutkan bahwa guru memelihara
hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan social.
Itu berarti guru hendaknya kerja dan hendanya menciptakan dan
memelihara semangat kekeluargaan didalam maupun diluar sekolah.

d. Sikap terhadap anak didik


Telah dijelaskan bahwa guru berbakti membimbing peserta didik
untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
Tujuan pendidikan nasional dengan jelas dapat dibaca dalam UU No.
2/2989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yakni membentuk manusia
Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
e. Sikap terhadap tempat kerja
Suasana yang harmonis disekolah tidak akan terjadi bila personal
yang terlibat didalamnya tidak menjalin hubungan yang baik diantara
sesamanya. Penciptaan suasana kerja menantang harus dilengkapi denagn
terjalinnya hubungan yang baik denagn orang tua dan masyarakat
sekitarnya. Ini dimaksudnya untuk membina peras serta rasa tanggung
jawab bersama terhadap pendidikan.

f. Sikap terhadap pemimpin


Dalam kerja sama yang dituntut pemimpin tersebut diberikan
berupaya tuntutan akan kepatuhan dalam melaksanakan arahan dan
petunjuk yang diberikan mereka. Kerja sama jugadapat diberikan dalam
bentuk usulan dan kritis yang membangun demi pencapaian tujuan yang
telah digariskan bahwa sikap seorang guru terhadap pemimpin harus
positif, dalam pengertian harus bekerja sama dalam mensukseskan
program yang sudah disepakati, baik di sekolah maupun diluar sekolah.

g. Sikap terhadap pekerjaan


Kode etik 6 dituntut guru baik secara pribadi maupun secara
kelompok untuk meningkatkan mutu pribadi maupun kelompok untuk
selalu meningkatkan mutu dan martabat profesinya. Profesi guru
berhubungan denagn anak didik yang mempunyai persamaan dan
perbedaan yang melayaninya harus memerlukan kesabaran dan
ketelatenan yang tinggi, terutama bila berhubungan dengan peserta didik
yang masih kecil.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Profesi adalah bidang pekerjaan yang dalam pelaksanaan kegiatan memanfaatkan
keahlian, penggunaan tehnik ilmiah dan dedikasi yang tinggi. Keahlian itu didapat
melalui pendidikan dan pelatihan khusus dalam waktu yang lama. Suatu pekerjaan
disebut profesi jika pekerjaan itu : memiliki standar unjuk kerja, memiliki etika dan
kode etik profesi, memiliki organisasi profesi, memiliki sistem ketidakseimbangan,
mendapat pengakuan dari masyarakat, serta pemangku jabatan profesi itu dipersiapkan
melalui pendidikan dan pelatihan khusus dalam waktu lama.
Guru adalah orang yang memberi pengetahuan kepada peserta didik. sebagai
seorang guru harus memenuhi tanggung jawabnya yaitu mendidik, mengajar, melatih,
membimbing, mengarahkan, mengevaluasi, menilai. Guru diharapkan memiliki 4
kompetensi yaitu pedagogik,sosial, kepribadian, profesional. Guru memiliki berbagai
peran diantaranya dalam proses pembelajaran, pengadministrasian baik secara pribadi
maupun psikologis. Guru harus memiliki kode etik yang berdasarkan kode etik guru
Indonesia.

3.2 Saran

Demikianlah makalah ini kami buat, kami sadar makalah ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik membangun dari pembaca sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar Ismail. 2014. Komitmen Guru Profesional Dalam Pembelajaran. Jurnal


Mudarrisuna.Vol. 4, No.1

Nurul Qamar, Salle. 2019. Etika Dan Moral Profesi Hukum. Makassar: CV. Sosial
Politik Genius (SIGn)

Amir Sahaka. 2019. Profesi, Profesional Dan Pekerjaan. Jurnal Teknologi Pendidikam
Madrasah. Vol. 2. No. 1

Hamzah. 2008. Profesi Kependidikan. UNISIA. Vol. XXXI. No. 67

Yafizham. 2020. Dampak Efektifitas Program Sertifikasi Guru Dalam Meningkatkan


Profesionalisme Guru Di SMAN 3 Padang Sidempuan. Jurnal Visipena.Vol. 11,No. 1

Khusnul Wardah. 2019. Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Deepublish

AEP Saeful Anwar, Fatkhul Mubin. 2020. Pengembangan Sikap Profesionalisme Guru
Melalui Kinerja Guru Pada Satuan Pendidikan MTS Negeri 1 Serang. Jurnal Pendidikan
Islam,Vol.2, No.1

Syaiful Sagala. 2013. Etika Dan Moralitas Pendidikan Peluang Dan Tantangan. Jakarta:
Kencana

Ramaliya. 2018. Pengembangan Kompetensi Guru Dalam Pembelajaran. Vol. 9. No. 1

Anda mungkin juga menyukai