Anda di halaman 1dari 18

TEORI STRUKTUR FUNGSIONAL DAN TEORI KOMFILE

DISUSUN OLEH

Nur Juliana 2120100139


Nuraisah nst 2120100195

Dosen Pengampu:
Dra. Rosimah Lubis, M.Pd.

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYEKH ALI HASAN AHMAD ADDARY

PADANGSIDIMPUAN

T.A.2024/2025
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur atas kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan
kesehatan, dan kesempatan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Teori Struktur Fungsional Dan Teori Komfile ” tepat waktu.
Serta shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada nabi besar Muhammad saw.

Dan juga kami berterima kasih kepada ibuk Dra. Rosimah Lubis,
M.Pd.Selaku dosen pengampu yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok kami sangat berharap
makalahini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan kita.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa, didalam makalah ini terdapat


kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya
kritik dan saran demi perbaikan diwaktu yang akan datang.

Padangsidimpuan, 12 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A.Latar Belakang ......................................................................................................1
B Rumusan Masalah..................................................................................................1
C.Tujuan Masalah .....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................2
A . Pengertian teori struktur fungsional ..................................................................2
B. pengertian teori komfile .....................................................................................5
C Perbedaan antara Teori Struktur Fungsional dan Teori Komfile ......................11
BAB III PENUTUP ..............................................................................................14
A.Kesimpulan .........................................................................................................14
B. Saran ...................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kajian sosiologi, terdapat dua teori utama yang memainkan peran
kunci dalam memahami dinamika masyarakat: Teori Struktur Fungsional dan
Teori Konflik. Kedua teori ini memberikan pandangan yang berbeda tentang
bagaimana masyarakat berfungsi dan bagaimana interaksi sosial serta konflik
memengaruhi struktur sosial. Pendahuluan ini akan membahas secara singkat
tentang latar belakang dan relevansi kedua teori tersebut dalam konteks studi
sosiologi modern.
Teori Struktur Fungsional menekankan pemeliharaan keseimbangan dan
stabilitas dalam masyarakat, sementara Teori Konflik menyoroti konflik dan
ketidaksetaraan sebagai kekuatan utama yang membentuk dinamika sosial. Kedua
teori ini memiliki asumsi, konsep, dan aplikasi yang berbeda, namun keduanya
memberikan wawasan yang berharga tentang berbagai aspek kehidupan sosial.
Melalui penjelasan tentang asal usul, asumsi dasar, dan perbedaan antara kedua
teori ini.
Makalah ini akan membahas bagaimana Teori Struktur Fungsional dan
Teori Konflik dapat memberikan wawasan yang mendalam tentang struktur
masyarakat, interaksi sosial, serta fenomena konflik yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang kedua teori ini, kita dapat
memperluas pandangan kita tentang dinamika sosial dan mempertajam analisis
kita terhadap berbagai fenomena sosial yang kompleks.
B. Rumusan masalah
1. Apa Pengertian Teori Struktur Fungsional ?
2. Apa Pengertian Teori Komfile ?
3. Apa Perbedaan antara Teori Struktur Fungsional dan Teori Konflik ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Teori Struktur Fungsional
2. Untuk mengetahui Teori Komfile
3. Untuk mengetahui Perbedaan antara Teori Struktur Fungsional dan Teori
Konflik

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Struktur Fungsional


Secara sederhana, fungsionalisme struktural adalah sebuah teori yang
pemahamannya tentang masyarakat didasarkan pada model sistem organik dalam
ilmu biologi. Artinya, fungsionalisme melihat masyarakat sebagai sebuah sistem
dari beberapa bagian yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Satu bagian
tidak bisa dipahami terpisah dari keseluruhan. Hubungan terjadi ketika manusia
memasuki pola interaksi yang relatif stabil dan berkesinambungan dan/atau saling
ketergantungan yang menguntungkan.
Maka pola struktur sosial dapat dipengaruhi oleh jumlah orang yang
berbeda-beda, kedudukan seseorang dan peran yang dimiliki individu dalam
jaringan hubungan sosial. Perlu dipahami bahwa struktur sosial merupakan
lingkungan sosial bersama yang tidak dapat diubah oleh orang perorang. Sebab
ukuran, pembagian kegiatan, penggunaan bahasa, dan pembagian kesejahteraan
didalam organisasi merupakan pembentuk lingkungan sosial yang bersifat
struktural dan membatasi perilaku individu dalam organisasi.
Teori Fungsionalisme Struktural Parsons mengungkapkan suatu keyakinan
yang optimis terhadap perubahan dan kelangsungan suatu sistem. Akan tetapi
optimisme Parson itu dipengaruhi oleh keberhasilan Amerika dalam Perang Dunia
II dan kembalinya masa kejayaan setelah depresi yang parah itu. Bagi mereka
yang hidup dalam sistem yang kelihatannya mencemaskan dan kemudian diikuti
oleh pergantian dan perkembangan lebih lanjut maka optimisme teori Parsons
dianggap benar. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Gouldner (1970: 142): ”untuk
melihat masyarakat sebagai sebuah firma, yang dengan jelas memiliki batas-batas
srukturalnya, seperti yang dilakukan oleh teori baru Parsons, adalah tidak
bertentangan dengan pengalaman kolektif, dengan realitas personal kehidupan
sehari-hari yang sama-sama kita miliki.
Teori Struktur Fungsional adalah kerangka pemikiran dalam sosiologi
yang menekankan pada pentingnya memahami bagaimana berbagai elemen atau
bagian dari suatu masyarakat saling berinteraksi dan berkontribusi terhadap
stabilitas dan keberlangsungan sistem sosial secara keseluruhan. Teori ini
berfokus pada bagaimana fungsi-fungsi dari berbagai institusi sosial, norma, dan
2
nilai-nilai, serta bagaimana interaksi antarbagian dalam masyarakat tersebut
menjaga keseimbangan dan stabilitas.
Pada dasarnya, Teori Struktur Fungsional menganggap masyarakat
sebagai suatu sistem yang terdiri dari berbagai bagian yang saling terkait dan
berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama. Ide dasarnya adalah bahwa setiap
aspek dari masyarakat, baik yang terlihat secara langsung maupun yang
tersembunyi, memiliki fungsi yang penting untuk menjaga kelangsungan hidup
sistem secara keseluruhan. Dalam konteks ini, "struktur" mengacu pada berbagai
bagian atau elemen dari masyarakat, seperti institusi-institusi sosial, kelompok-
kelompok, dan peran-peran sosial. Sedangkan "fungsional" merujuk pada peran
atau fungsi-fungsi yang dimainkan oleh elemen-elemen tersebut dalam menjaga
stabilitas sosial dan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.1
Contohnya, keluarga dianggap sebagai sebuah institusi yang memiliki
fungsi-fungsi penting dalam menyediakan dukungan sosial, pembentukan nilai-
nilai, serta reproduksi generasi berikutnya. Sekolah juga memiliki fungsi-fungsi
penting dalam mendidik dan sosialisasi individu. Begitu juga dengan institusi-
institusi lainnya seperti agama, pemerintah, dan ekonomi, semuanya memiliki
peran yang saling terkait untuk memastikan kelangsungan hidup masyarakat.
Adapun ayat yang berkenaan dengan teori fungsional yaitu QS. An-Nisa:
58:
ّ ‫اسَّاَ ٌَّْتَحْ ُك ًُىْ اَّبِ ْان ََّع ْد ِلََّّۗاٌِ ه‬ ٰٓ ُ‫واَّاْلَيه ه‬ ّ ‫اٌََِّّ ه‬
ْ ‫ّللاََّيَأْ ُي ُر ُك ْىَّاَ ٌَّْتُؤَ ُّد‬
ََّ‫َّّللا‬ ِ ُ‫اَّح َك ًْتُ ْىَّبَ ْيٍَ َّان‬ َ ‫تَّاِ هنىَّاَ ْههِهَ ۙا‬
َ ‫َّواِ َذ‬ ِ
‫ص ْيرًا‬ ّ ‫َِ ِعًاَّيَ ِعظُ ُك ْىَّبِ ٖهََّّۗاٌِ ه‬
ِ َ‫َّّللاََّ َكاٌَ َّ َس ًِ ْيع ًۢاَّب‬

Artinya : Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada


yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara
manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-
baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar,
Maha Melihat.

Asumsi dasar dari Teori Struktur Fungsional termasuk gagasan bahwa


masyarakat cenderung menuju keseimbangan dan stabilitas, bahwa perubahan
sosial cenderung terjadi secara lambat dan evolusioner, serta bahwa
ketidaksesuaian atau konflik dalam masyarakat dapat dianggap sebagai anomali
yang harus diselesaikan untuk memulihkan keseimbangan.Dalam konteks analisis

1
Turama, "Formulasi Teori Fungsionalisme Struktural", Jurnal : Cultural Studies, Vol.2, No.1,
2020, hlm.58.
3
sosiologis, Teori Struktur Fungsional membantu dalam memahami bagaimana
berbagai bagian dari masyarakat saling terkait dan bagaimana perubahan dalam
satu bagian mungkin memengaruhi bagian lainnya. Ini juga membantu dalam
memahami bagaimana institusi-institusi sosial membentuk pola-pola perilaku dan
nilai-nilai dalam masyarakat.
Namun demikian, kritik terhadap Teori Struktur Fungsional juga muncul,
termasuk kritik terhadap asumsi homogenitas masyarakat, kurangnya perhatian
terhadap ketidaksetaraan sosial, dan kesulitan dalam menjelaskan perubahan
sosial yang mendadak atau revolusioner. Meskipun begitu, Teori Struktur
Fungsional tetap menjadi salah satu kerangka kerja penting dalam analisis
sosiologis modern, terutama dalam memahami struktur masyarakat yang
kompleks dan dinamis
Dalam teori struktural fungsional Parsons ini, terdapat empat fungsi untuk
semua sistem tindakan. Suatu fungsi adalah kumpulan hal yang ditujukan pada
pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Dengan demikian, dalam
perspektif fungsionalisme ada beberapa persyaratan atau kebutuhan fungsional
yang harus dipenuhi agar sebuah sistem sosial bisa bertahan. Parsons kemudian
mengembangkan apa yang dikenal sebagai imperatif-imperatif fungsional agar
sebuah sistem bisa bertahan, yaitu:
1. Adaptasi (Adaptation)
Sebuah sistem ibarat makhluk hidup, artinya agar dapat terus
berlangsung hidup, sistem harus dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang ada, harus mampu bertahan ketika situasi eksternal
sedang tidak mendukung Contohnya, suatu sistem akan menyaring budaya
barat yang masuk ke dalam suatu masyarakat melalui aturan – aturan yang
ada dalam masyarakat itu sendiri, antara lain aturan tentang kesopanan
berpakaian , maupun kesopanan berbicara terhadap orang yang lebih tua .
Aturan-aturan itu akan mempengaruhi tindakan suatu masyarakat.
2. Pencapaian Tujuan (Goal Attaintment)
Sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan-tujuan
utamanya. Artinya, sistem diharuskan untuk mengerucutkan pemikiran
individu agar dapat membentuk kepribadian individu dalam mencapai
tujuan dari sistem itu sendiri . Contohnya, orang yang ada dalam sistem
pendidikan akan mengarahkan dirinya untuk suatu tujuan, antara lain, guru
4
akan membimbing muridnya menuju kelulusan dengan nilai memuaskan,
dan seorang murid akan mengarahkan dirinya untuk menuju kelulusan
dengan kepatuhan maupun kerajinan dalam dirinya.
3. Integrasi (Integration)
Sistem harus mengatur hubungan bagian-bagian yang menjadi
komponennya. Ia pun harus mengatur hubugan antar ketiga imperative
fungsional, yakni adaptation, goal, dan latensi.
4. Pemeliharaan Pola (Latensi)
Sistem harus melengkapi, memelihara, dan memperbarui motivasi
individu dan pola-pola budaya yang menciptakan dan mempertahankan
motivasi tersebut.
Fungsi dalam konteks Teori Struktur Fungsional mengacu pada peran atau
kontribusi suatu elemen atau institusi dalam memelihara stabilitas dan
kelangsungan sistem sosial secara keseluruhan. Setiap bagian dari masyarakat
dianggap memiliki fungsi-fungsi yang penting untuk menjaga keseimbangan dan
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mempertahankan eksistensinya.
Beberapa contoh fungsi dalam masyarakat yang sering dibahas dalam kerangka
Teori Struktur Fungsional antara lain Fungsi Stabilisasi: Salah satu fungsi utama
dari berbagai institusi dalam masyarakat adalah untuk menjaga stabilitas sosial.
Misalnya, pemerintah bertanggung jawab untuk membuat dan menegakkan
hukum yang mendorong ketaatan terhadap aturan dan menjaga ketertiban sosial.2

Adapun ayat lainnya ialah terdapat dalam Q.S Ar-Rum: 21:

َّ َ‫َو ِي ٍْ هَّا هيتِ ٖ ٰٓهَّاَ ٌَّْخَ هَقََّنَ ُك ْىَّ ِّي ٍَّْاَ َْفُ ِس ُك ْىَّاَ ْز َواجًاَّنِّتَ ْس ُكُُ ْٰٓىاَّاِنَ ْيهَاَّ َو َج َع َمَّبَ ْيَُ ُك ْىَّي َىدةًَّو َرحْ ًَةًَّۗاٌَِّفِ ْي هَّذنِك‬
ََّ ْ‫تَّنِّقَىْ ٍوَّيتَفَكرُو‬
ٌ ٍ ‫َ هْل هي‬

Artinya : Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia


menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu
rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.

Fungsi Sosialisasi: Institusi-institusi seperti keluarga, sekolah, dan agama

2
Imam, "Kesenian Dalam Teori Fungsional", Jurnal : Seni Pertunjukan, Nol.1, No 2, hlm.2019.
5
memiliki fungsi sosialisasi yang penting dalam membentuk nilai-nilai, norma-
norma, dan perilaku yang diterima dalam masyarakat. Mereka membantu individu
memahami peran dan tanggung jawab mereka dalam masyarakat. Fungsi
Reproduksi: Institusi-institusi seperti keluarga juga memiliki fungsi reproduksi,
yaitu memperluas dan mempertahankan populasi masyarakat melalui kelahiran
dan perawatan anak-anak. Fungsi Distribusi Sosial: Sistem ekonomi dalam
masyarakat memiliki fungsi untuk mendistribusikan sumber daya dan kekayaan
secara adil, meskipun dalam praktiknya sering terjadi ketidaksetaraan yang
signifikan.
Fungsi Penyesuaian: Masyarakat harus dapat menyesuaikan diri terhadap
perubahan lingkungan eksternal dan internal. Institusi-institusi sosial bertanggung
jawab untuk menyediakan mekanisme penyesuaian ini, seperti lembaga
pendidikan yang menyediakan keterampilan baru untuk menghadapi perubahan
ekonomi. Dalam Teori Struktur Fungsional, masyarakat dianggap sebagai suatu
sistem yang kompleks di mana setiap bagian memiliki peran yang penting untuk
menjaga keseluruhan sistem tetap berjalan. Ketika semua fungsi-fungsi ini
beroperasi secara efektif
Masyarakat cenderung mencapai keseimbangan dan stabilitas. Namun,
jika ada ketidaksesuaian atau ketidakseimbangan dalam sistem, ini dapat
menyebabkan konflik atau ketegangan sosial yang perlu diatasi untuk
memulihkan keseimbangan. Pemahaman tentang fungsi-fungsi ini membantu
dalam menganalisis bagaimana berbagai institusi dan struktur sosial berkontribusi
dalam memelihara sistem sosial, serta bagaimana perubahan dalam satu aspek
dapat memengaruhi keseluruhan dinamika masyarakat.3

B. Pengertian Teori Komfile


Teori konflik yang muncul pada abad ke sembilan belas dan dua puluh
dapat dimengerti sebagai respon dari lahirnya dual revolution, yaitu demokratisasi
dan industrialisasi, sehingga kemunculan sosiologi konflik modern, di Amerika
khususnya, merupakan pengikutan, atau akibat dari, realitas konflik dalam
masyarakat Amerika (Mc Quarrie, 1995: 65). Selain itu teori sosiologi konflik
adalah alternatif dari ketidakpuasaan terhadap analisis fungsionalisme struktural

3
Arika, Menyusun Teks Diskusi Dengan Model Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal, ( Jakarta:
YLGI, 2022), hlm. 45
6
Talcot Parsons dan Robert K. Merton, yang menilai masyarakat dengan paham
konsensus dan integralistiknya.Perspektif konflik dapat dilacak melalui pemikiran
tokoh-tokoh klasik seperti Karl Marx (1818-1883), Emile Durkheim (1879-1912),
Max Weber (1864-1920), sampai George Simmel (1858-1918).
Keempat pemikiran ini memberi kontribusi sangat besar terhadap
perkembangan analisis konflik kontemporer. Satu pemikiran besar lainnya, yaitu
Ibnu Khouldoun sesungguhnya juga berkontribusi terhadap teori konflik. Teori
konflik Kholdun bahkan merupakan satu analisis komprehensif mengenai
horisontal dan vertikal konflik.Proposisi ini dipaparkan dalam rangka untuk
memahami dinamika yang terjadi di dalam masyarakat.
Dengan adanya perbedaan kekuasaan dan sumber daya alam yang langka
dapat membangkitkan pertikaian (konflik) di masyarakat. Kelompok-kelompok
kepentingan yang berbeda dalam system sosial akan saling mengajar tujuan yang
berbeda dan saling bertanding. Hal ini sesuai dengan pandangan Lock Wood,
bahwa kekuatan–kekuatan yang saling berlomba dalam mengejar kepentingannya
akan melahirkan mekanisme ketidakteraturan sosial (socialdisorder). Para teoritis
konflik memandang suatu masyarakat terikat bersama adalah kekuatan kelompok
atau kelas yang dominant. Para fungsionalis menganggap nilai-nilai bersama
(consensus) sebagai suatu ikatan pemersatu, sedangkan bagi teoritis konflik,
konsensus itu merupakan ciptaan dari kelompok atau kelas dominan untuk
memaksakan,nilai-nila.
Teori Konflik adalah salah satu kerangka pemikiran dalam sosiologi yang
menekankan pada peran konflik, ketidaksetaraan, dan pertentangan kepentingan
dalam membentuk dinamika sosial masyarakat. Teori ini mengidentifikasi konflik
sebagai kekuatan utama yang membentuk struktur sosial, proses perubahan, dan
distribusi kekuasaan di dalam masyarakat. Menurut Teori Konflik, masyarakat
tidaklah selalu harmonis atau stabil. Sebaliknya, masyarakat sering kali dipenuhi
dengan konflik antara kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan yang
saling bertentangan. Konflik dapat timbul dari ketidaksetaraan dalam distribusi
kekayaan, kekuasaan, akses terhadap sumber daya, atau perbedaan nilai-nilai dan
kepentingan antar kelompok.
Teori Konflik menarik perhatian utamanya pada analisis ketidaksetaraan
sosial dan pertentangan antar-kelompok dalam masyarakat. Hal ini berbeda
dengan Teori Struktur Fungsional yang lebih fokus pada pemeliharaan stabilitas
7
sosial dan keseimbangan dalam masyarakat. Konsep utama dalam Teori Konflik
termasuk Kelas Sosial: Teori ini menekankan peran struktur kelas dalam
membentuk dinamika sosial. Konflik kelas terjadi antara kelas dominan yang
memiliki kekuatan ekonomi dan politik dengan kelas yang lebih rendah atau
tertindas yang berjuang untuk memperbaiki kondisi hidup mereka.
Adapun ayat yang berkenaan dengan teori komfile yaitu terdapat dalam
Q.S An-Nahl ayat 78:
َّ‫َّو ْاْلَ ْفـِ ََّدةَََّّۙنَ َعه ُك ْى‬
َ ‫ار‬ َ ‫َّو ْاْلَب‬
َ ‫ْص‬ ّ ‫َو ه‬
َ ‫ّللاَُّاَ ْخ َر َج ُك ْىَّ ِّي ۢ ٍَّْبُطُىْ ٌَِّاُي ههتِ ُك ْى ََّْلَّتَ ْعهَ ًُىْ ٌَ َّ َشيْـ ًۙاَّو َج َع َمَّنَ ُك ُىَّانس ًْ َع‬
ََّ ْ‫تَ ْش ُكرُو‬
ٌ

Artinya : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan,
dan hati nurani, agar kamu bersyukur.

Ketidaksetaraan Sosial: Teori Konflik menyoroti ketidaksetaraan dalam


distribusi kekayaan, kekuasaan, dan akses terhadap sumber daya antara berbagai
kelompok dalam masyarakat. Konflik sebagai Motor Perubahan: Teori ini
menganggap konflik sebagai pendorong utama perubahan sosial. Konflik antara
kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan bertentangan dapat
menghasilkan perubahan dalam struktur sosial, nilai-nilai, dan kebijakan
masyarakat. Kritik terhadap Kekuasaan: Teori Konflik mempertanyakan distribusi
kekuasaan dalam masyarakat dan bagaimana kekuasaan tersebut dipertahankan
oleh kelompok yang berkuasa.
Teori Konflik memiliki aplikasi yang luas dalam menganalisis berbagai
fenomena sosial, termasuk ketidakadilan sosial, perubahan politik, gerakan sosial,
serta dinamika kekuasaan dalam masyarakat. Dengan menyoroti ketidaksetaraan
dan konflik dalam masyarakat, Teori Konflik membantu dalam memahami
dinamika sosial yang kompleks dan memperjuangkan perubahan yang lebih adil
dan inklusif.
Beberapa fungsi utama dalam Teori Konflik antara lain:
1. Membuka Ketidakpuasan: Interaksi sosial dalam masyarakat sering kali
membuka ketidakpuasan di antara kelompok-kelompok yang merasa tidak
adil atau tertindas. Fungsi ini menimbulkan kesadaran akan
ketidaksetaraan atau ketidakadilan, yang kemudian dapat mengarah pada
gerakan sosial atau protes untuk perubahan.
8
2. Menguatkan Identitas Kelompok: Konflik antara kelompok-kelompok
dengan kepentingan yang bertentangan dapat memperkuat identitas
kelompok masing-masing. Ketika kelompok-kelompok ini menghadapi
ancaman atau tekanan dari kelompok lain, mereka mungkin akan lebih
bersatu dan solid dalam mempertahankan kepentingan mereka.
3. Mendorong Perubahan Sosial: Konflik antara kelompok-kelompok yang
memiliki kepentingan yang bertentangan sering kali menjadi motor
perubahan sosial. Ketika ketidakpuasan mencapai titik tertentu, kelompok-
kelompok yang tertindas atau merasa tidak adil akan berjuang untuk
perubahan dalam struktur sosial atau kebijakan yang menguntungkan
mereka.
4. Mengungkap Ketidaksetaraan: Konflik sering kali mengungkapkan dan
memperkuat ketidaksetaraan dalam masyarakat, baik itu dalam distribusi
kekayaan, kekuasaan, atau akses terhadap sumber daya. Fungsi ini
membantu dalam memperjelas dan mengkritik struktur sosial yang tidak
adil.
5. Menimbulkan Perubahan Kebijakan: Konflik sering kali memicu
perubahan dalam kebijakan atau tindakan pemerintah sebagai respons
terhadap tekanan dari kelompok-kelompok yang berkonflik. Perubahan
kebijakan ini bisa meliputi perubahan hukum, redistribusi sumber daya,
atau reformasi sosial.
Dengan demikian, dalam Teori Konflik, fungsi tidak selalu
merujuk pada kontribusi positif terhadap stabilitas sosial seperti dalam
Teori Struktur Fungsional, tetapi lebih kepada hasil dari interaksi sosial
yang terjadi dalam konteks ketidaksetaraan, pertentangan kepentingan, dan
konflik antar-kelompok.4

C. Perbedaan Antara Teori Struktur Fungsional dan Teori Konflik


Perbedaan antara Teori Struktur Fungsional dan Teori Konflik mencakup
pendekatan, fokus, asumsi dasar, serta pandangan terhadap struktur sosial dan
dinamika masyarakat. Berikut adalah penjelasan secara luas mengenai perbedaan
keduanya:

4
Dede, Teori Uang Dan Inflasi Dalam Menulis Pemikiran Almaqrizi, ( Jakarta: Mpra, 2018),
hlm.12
9
1. Pendekatan
Teori Struktur Fungsional Mengadopsi pendekatan yang lebih
harmonis dan melihat masyarakat sebagai suatu sistem yang cenderung
menuju keseimbangan dan stabilitas. Fokus pada bagaimana berbagai
elemen dalam masyarakat saling terkait dan berkontribusi untuk menjaga
stabilitas sosial Teori Konflik Mengadopsi pendekatan yang lebih kritis
dan menekankan pada konflik, ketidaksetaraan, dan pertentangan
kepentingan antar-kelompok dalam masyarakat. Melihat masyarakat
sebagai arena pertempuran di mana kelompok-kelompok bersaing untuk
sumber daya dan kekuasaan
2. Fokus
Teori Struktur Fungsional: Fokus pada fungsi-fungsi dari berbagai
institusi dan struktur sosial dalam memelihara stabilitas dan keseimbangan
dalam masyarakat. Memperhatikan bagaimana berbagai bagian dari
masyarakat berkontribusi terhadap tujuan bersama. Teori Konflik: Fokus
pada konflik, ketidaksetaraan, dan pertentangan kepentingan antar-
kelompok dalam masyarakat. Memperhatikan bagaimana ketidaksetaraan
sosial dan pertentangan kepentingan dapat membentuk struktur sosial dan
proses perubahan sosial.
3. Asumsi Dasar
Teori Struktur Fungsional: Mendasarkan diri pada asumsi bahwa
masyarakat cenderung menuju keseimbangan dan stabilitas, bahwa
perubahan sosial cenderung terjadi secara evolusioner, dan bahwa konflik
dianggap sebagai anomali yang harus diselesaikan untuk memulihkan
keseimbangan. Teori Konflik: Mendasarkan diri pada asumsi bahwa
konflik adalah bagian alami dari dinamika sosial, bahwa ketidaksetaraan
sosial adalah fitur utama dari masyarakat, dan bahwa konflik dapat
menjadi motor perubahan sosial.
4. Pandangan terhadap Struktur Sosial
Teori Struktur Fungsional: Melihat struktur sosial sebagai sistem
yang saling terkait dan berkontribusi untuk menjaga stabilitas sosial.
Menganggap bahwa setiap elemen dalam masyarakat memiliki fungsi
yang penting untuk kelangsungan hidup sistem. Teori Konflik: Melihat
struktur sosial sebagai produk dari pertentangan kepentingan antar-
10
kelompok dan ketidaksetaraan dalam distribusi kekayaan, kekuasaan, dan
akses terhadap sumber daya. Menganggap bahwa struktur sosial dapat
menciptakan dan memperkuat ketidakadilan sosial.5
Meskipun kedua teori ini memiliki pendekatan dan fokus yang
berbeda, keduanya memberikan wawasan yang berharga tentang dinamika
sosial dalam masyarakat. Seringkali, studi sosiologis mengintegrasikan
kedua teori ini untuk memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif
tentang kompleksitas struktur sosial dan perubahan dalam masyarakat.
Tantangan dan hambatan yang mungkin dihadapi dalam menerapkan Teori
Struktur Fungsional dan Teori Konflik dalam studi sosiologi adalah sebagai
berikut:
Tantangan dalam Menerapkan Teori Struktur Fungsional Pemahaman
yang Terlalu Idealistik: Salah satu tantangan utama adalah bahwa Teori Struktur
Fungsional dapat memberikan gambaran yang terlalu idealistik tentang stabilitas
sosial dan keseimbangan dalam masyarakat. Realitas masyarakat seringkali lebih
kompleks dan penuh dengan konflik, yang mungkin tidak sepenuhnya tercermin
dalam pendekatan ini. Kurang Memperhatikan Ketidaksetaraan: Teori Struktur
Fungsional cenderung kurang memperhatikan ketidaksetaraan sosial dan
ketegangan dalam masyarakat. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya pemahaman
tentang dinamika kekuasaan dan konflik yang mendasari struktur sosial.
Kurangnya Fleksibilitas: Pendekatan yang terlalu kaku terhadap Teori
Struktur Fungsional dapat membuat sulit untuk menjelaskan perubahan sosial
yang mendadak atau revolusioner. Kurangnya fleksibilitas dalam pendekatan ini
dapat membuat sulit untuk memahami perubahan dalam masyarakat yang tidak
selalu menuju ke arah keseimbangan atau stabilitas.
Tantangan dalam Menerapkan Teori Konflik Penekanan pada Konflik
Sosial: Salah satu tantangan dalam menerapkan Teori Konflik adalah
penekanannya yang terlalu kuat pada konflik sosial, yang dapat mengaburkan
pemahaman tentang aspek-aspek positif atau kooperatif dari interaksi sosial.
Generalisasi yang Terlalu Luas: Beberapa kritik terhadap Teori Konflik adalah
bahwa teori ini cenderung membuat generalisasi yang terlalu luas tentang
masyarakat, dan mungkin tidak selalu mencerminkan kompleksitas dari situasi

5
Wahid, Teori Konflik Sosiologi Klasik Dan Modern, ( Jakarta: Al-Hikmah , 2019), hlm 90
11
sosial yang sebenarnya. Kurangnya Pemahaman tentang Stabilitas Sosial: Teori
Konflik cenderung kurang memperhatikan aspek-aspek stabilitas sosial dalam
masyarakat. Hal ini dapat mengakibatkan kurangnya pemahaman tentang
bagaimana masyarakat dapat berfungsi secara relatif harmonis meskipun ada
konflik yang ada.
Dalam studi sosiologi, terdapat beberapa teori yang membantu dalam
memahami struktur masyarakat dan interaksi sosial. Dua teori utama yang sering
dibahas adalah Teori Struktur Fungsional dan Teori Konflik. Kedua teori ini
memberikan wawasan yang berbeda tentang bagaimana masyarakat berfungsi dan
bagaimana konflik dapat memengaruhi dinamika sosial. Dalam makalah ini, akan
dibahas tentang konsep, asumsi dasar, perbedaan, serta aplikasi dari kedua teori
tersebut.
Keempat fungsi tersebut dikenal dengan sebutan AGIL yaitu Adaptasi
(A [adaptation]), pencapaian tujuan (G [goal attainment]), integrasi
(I [integration]), dan latensi atau pemeliharaan pola (L [latency]). Lalu
bagaimanakah Parson menggunakan empat skema diatas, mari kita pelajari
bersama. Pertama adaptasi dilaksanakan oleh organisme perilaku dengan cara
melaksanakan fungsi adaptasi dengan cara menyesuaikan diri dan mengubah
lingkungan eksternal. Sedangkan fungsi pencapaian tujuan atau Goal attainment
difungsikan oleh sistem kepribadian dengan menetapkan tujuan sistem dan
memolbilisai sumber daya untuk mencapainya.
Fungsi integrasi di lakukan oleh sistem sosial, dan laten difungsikan sistem
cultural. Bagaimana sistem cultural bekerja? Jawabannya adalah dengan
menyediakan aktor seperangkat norma dan nilai yang memotivasi aktor untuk
bertindak. Tingkat integrasi terjadi dengan dua cara, pertama : masing-masing
tingkat yang paling bawah menyediakan kebutuhan kondisi maupun kekuatan
yang dibutuhkan untuk tingkat atas. Sedangkan tingkat yang diatasnya berfungsi
mengawasi dan mengendalikan tingkat yang ada dibawahnya.
Teori Struktur Fungsional cenderung mengadopsi pendekatan yang lebih
harmonis dan menganggap bahwa masyarakat cenderung menuju keseimbangan,
sementara Teori Konflik mengadopsi pendekatan yang lebih kritis dan menyoroti
ketidaksetaraan serta konflik antar-kelompok. Teori Struktur Fungsional fokus
pada fungsi-fungsi institusi dan bagaimana mereka menjaga stabilitas, sementara
Teori Konflik fokus pada ketidaksetaraan sosial dan konflik yang muncul
12
akibatnya. Pemahaman tentang Konflik: Sementara Teori Struktur Fungsional
menganggap konflik sebagai gangguan yang sementara, Teori Konflik melihatnya
sebagai bagian alami dari dinamika sosial yang dapat memicu perubahan.
Keterbatasan dalam Memprediksi Perubahan Sosial: Teori Konflik dapat
memiliki keterbatasan dalam memprediksi perubahan sosial karena penekanan
yang terlalu kuat pada konflik dan ketidaksetaraan sosial. Ini dapat menyulitkan
dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan perubahan yang
kompleks dan multidimensional dalam masyarakat. Meskipun kedua teori ini
memiliki tantangan dan hambatan dalam menerapkan konsep-konsepnya dalam
studi sosiologi, mereka masih memberikan wawasan yang berharga tentang
dinamika sosial dan struktur masyarakat. Kritik dan pemahaman terhadap
tantangan ini dapat membantu para peneliti untuk mengembangkan pendekatan
yang lebih holistik dan akurat dalam memahami masyarakat.6

6
Ismail, "Perbedaan Antara Teori Fungsional Dan Teori Konflik", Jurnal : Ilmu-Ilmu Ushuluddin,
Vol.2, No.1, 2012, hlm.84
13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori ini menekankan pentingnya keseimbangan dan stabilitas dalam
masyarakat. Masyarakat dianggap sebagai suatu sistem yang terdiri dari berbagai
bagian yang saling terkait dan berkontribusi untuk menjaga stabilitas sosial Teori
ini memandang bahwa setiap aspek dalam masyarakat memiliki fungsi-fungsi
yang penting untuk menjaga kelangsungan hidup sistem. Fokus pada fungsi-
fungsi dari berbagai institusi sosial dalam memelihara stabilitas dan
keseimbangan dalam masyarakat Teori Konflik Teori ini menekankan pada
konflik, ketidaksetaraan, dan pertentangan kepentingan dalam masyarakat
Masyarakat dipahami sebagai arena pertempuran di mana kelompok-kelompok
bersaing untuk sumber daya dan kekuasaan. Teori ini melihat konflik sebagai
motor utama perubahan sosial dan menyoroti ketidaksetaraan sosial dalam
distribusi kekayaan dan kekuasaan
Fokus pada analisis ketegangan dan konflik antar-kelompok dalam
masyarakat. Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa Teori Struktur
Fungsional dan Teori Konflik memberikan perspektif yang berbeda dalam
memahami dinamika sosial masyarakat. Sementara Teori Struktur Fungsional
menekankan pada keseimbangan dan stabilitas, Teori Konflik menyoroti konflik
dan ketidaksetaraan sebagai kekuatan utama yang membentuk struktur sosial.
Meskipun berbeda
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami susun dengan sebaik-baiknya, dengan
harapan menjadi bahan penambah wawasan bagi kita semua. Kami menyadari
bahwa tulisan kami ini masih belum sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan agar tulisan kami
selanjutnya menjadi lebih baik

14
DAFTAR PUSTAKA

Arika, 2022, Menyusun Teks Diskusi Dengan Model Pembelajaran Berbasis Kearifan
Lokal, Jakarta: YLGI

Dede, 2018, Teori Uang Dan Inflasi Dalam Menulis Pemikiran Almaqrizi, Jakarta:
MPRA,

Imam, 2019, "Kesenian Dalam Teori Fungsional", Jurnal : Seni Pertunjukan, Vol.1, No
2,

Ismail, 2012, "Perbedaan Antara Teori Fungsional Dan Teori Konflik", Jurnal : Ilmu-
Ilmu Ushuluddin, Vol.2, No.1

Turama, 2020, "Formulasi Teori Fungsionalisme Struktural", Jurnal : Cultural Studies,


Vol.2, No.1

Wahid, 2019, Teori Konflik Sosiologi Klasik Dan Modern, Jakarta: Al-Hikmah

15

Anda mungkin juga menyukai