Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TEORI PERSPEKTIF SOSIOLOGI TEORI EVOLUSI DAN

PERSPEKTIF TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL


Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Kebijakan Sosiologi Dakwah

Dosen Pengampu ;
Dr, SRI ILHAM NASUTION, S.sos., M.pd

Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Dwi Adelia 2341040010
2. Maula Putri Rahma Wati 2341040020
3. Mohammad Luiegy Al-Ichsan 2341040021

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS
DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang atas Rahmat-Nya dan
karuniayanya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.Adapun tema dari
makalah ini adalah “Makalah Teori Persepektif Sosiologi Teori Evolusi Dan Perspektif Teori
Struktural Fungsional”.
Makalah ini disusun memenuhi tugas dari Ibu Dr. Sri Ilham Nasution, S.sos., M.pd
selaku dosen Mata Kuliah Sosiologi Dakwah yang telah menyerahkan kepercayaannya
kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Selain itu, kami juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca mengenai Teori
Persepektif Sosiologi Teori Evolusi Dan Perspektif Teori Struktural Fungsional.
Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya pula kepada semua pihak yang
telah mendukung serta membantu kami dalam proses penyelesaian makalah ini. Kami juga
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pembaca. Selanjutnya,
kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk makalah ini supaya selanjutnya
dapat saya revisi kembali. Karena kami menyadari bahwa makalah yang telah kami buat ini
masih memiliki kekurangan.

Bandar Lampung, 05 Oktober 2023

Kelompok 02
DAFTAR ISI
BA B I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Teori Fungsional-struktural adalah sesuatu yang urgen dan sangat bermanfaat dalam
suatu kajian tentang analisa masalah social. Hal ini disebabkan karena studi struktur dan
fungsii masyarakat merupakan sebuah masalah sosiologis yang telah menembus karya-karya
para pelopor ilmu sosiologi dan para ahli teori kontenporer. Oleh karena itu karena
pentingnya pembahasan ini maka saya 3 mengangkat tema ini. Mudah-mudahan dapat
bermanfaat.Fungsionalisme struktural atau lebih popular dengan struktural fungsional
merupakan hasil pengaruh yang sangat kuat dari tori sistem umum di mana pendekatan
fungsionalisme yang diadopsi dari ilmu alam khususnya ilmu biologi, menekankan dan
pengkajiannya tentang caracara mengorganisasikan mempertahankan sistem. Dan
pendekatan strukturalisme yang berasal dari linguistik, menekankan pengkajiannya pada hal-
hal yang menyangkut pengorganisasian bahasa dan sistem sosial. Fungsionalisme struktural
atau "analisa sistem" pada prinsipnya berkisar pada beberapa konsep, namun yang paling
penting adalah konsep fungsi dan konsep struktur.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Teori Evolusi?


2. Teori Evolusi dibagi menjadi berapa bagian?
3. Apa Pengertian Teori Struktural Fungsional?
4. Apa Saja Empat Persyaratan Teori Struktural Fungsional?

C. Tujuan Penulisan
1. mengetahui tentangTeori Perspektif Sosiologi teori evolusi, Perspektif teori struktural
fungsional
2. Mengetahui bagian bagian dari struktural fungsional
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori evolusi

Teori evolusi adalah teori yang paling awal dalam sosiologi didasarkan pada Karya
Auguste Comte dan Herbert Spencer. Teori ini memberikan keterangan yang memuaskan
tentang bagaimanan masyarakat manusia berkembang dan tumbuh. Auguste Comte
menggambarkan bahwa pemikiran manusia berkembang melalui tiga tahap.
Pada tahap teoritis evolusi menganggap masyarakat sebagai perkembangan dari bentuk
yang sederhana menjadi bentu-bentuk yang lebih kompleks, mereka percaya bahwa
masyarakat-masyarakat yang berada pada tahap-tahap pengembangan yang lebih maju akan
lebih progresif dan pada masyarakat-masyarakat lainnya. Teori evolusi cenderung bersifat
etno sentries karena mereka menganggap masyarakat modern lebih hebat dari pada
masyarakat-masyarakat sebelumnya.*
Masyarakat yang mengalami evolusi pasti bergerak dari sistem askripsi menuju salah
satu sistem pencapaian. Cakupan keterampilan dan kemampuan yang lebih luas diperlukan
untuk menangani subsistem yang lebih rumit.
Sistem nilai masyarakat secara keseluruhan pasti mengalami perubahan ketika struktur
dan fungsi sosial semakin terdiferensiasi.
http://digilib.uinsa.ac.id/6070/5/Bab%202.pdf

1. Teori evolusi unilinear Kategori unilinear ini beranggapan bahwa semua masyarakat
mengikuti garis yang sama dalam perubahan sosial.
Setiap masyarakat berubah dari kehidupan yang sederhana ke yang lebih kompleks
dengan masing-masing kelompok masyarakatnya akan melewati urutan perubahan yang
sama.
Teori ini mempercayai bahwa masyarakat mengalami perkembangan kebudayaan yang
terus maju menuju kehidupan yang lebih modern.
Contohnya, kelompok masyarakat yang sebelumnya primitif berubah menjadi masyarakat
industri yang modern.
2. Teori evolusi universal Berbeda dengan teori evolusi unilinear, kategori teori evolusi yang
satu ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui suatu perubahan
tertentu yang sifatnya tetap, karena pada dasarnya kebudayaan manusia telah mengikuti suatu
garis evolusi tertentu.Contohnya, perkembangan masyarakat homogen menuju heterogen.
Misalnya, sejak awalnya suatu kelompok masyarakat hanya tahu satu jenis pekerjaan atau
profesi yang sama, kemudian berkembang menjadi banyak jenis profesi.

3. Teori evolusi multilinear


Multilinear menggantikan cara pandang unilinear. Kategori teori evolusi multilinear ini
menyatakan bahwa perubahan sosial bisa terjadi dalam beragam cara, tidak dalam satu garis
evolusi yang sama.
Tetapi dari cara-cara itu akan mengarah ke tujuan yang sama. Misalnya, perubahan sistem
mata pencaharian yang ada di masyarakat, dari sistem berburu menuju sistem pertanian,
sehingga memberikan efek ke sistem dan pola ke keluarga.

B. Teori Struktural Fungsionalisme dalam realitas dakwah


1. Teori Struktural Fungsionalisme dalam Realitas Dakwah
Teori struktural fungsionalisme adalah teori sosiologi yang terhimpun dalam paradigma
fakta sosial. Tokoh utama paradigma ini adalah Emile Durkhaim. Dua karyanya yang terkenal
adalah The Rules of Sociological Methode dan Suicide. Mengenai fakta sosial, George Ritzer
dalam bukunya, A multiuple paradigma science, menjelaskan
86
| Buku Daras Sosiologi Dakwah
bahwa ada dua tipe dasar struktur fakta sosial dan pranata sosial, bagi Durkheim kedua
tipe tersebut bersifat eksternal, umum dan memaksa individu-individu anggota masyarakat.
Secara lebih rinci, fakta sosial itu dapat terwujud berupa kelompok, misalnya kelompok
politik, kelompok ekonomi, kelompok olahraga dan lain sebagainya. Horton dan Hunt
menjelaskan bahwa perspektif fungsionalisme struktural itu memiliki sejumlah asumsi-
asumsi yang digunakan untuk memahami masyarakat adalah sebagai berikut: a). Corak
perilaku timbul karena secara fungsional bermanfaat, b). Pola-pola perilaku timbul untuk
memahami kebutuhan dan hilang apabila kebutuhan itu berubah. Perubahan sosial dapat
mengganggu keseimbangan masyarakat yang stabil, namun setelah itu akan terjadi
keseimbangan baru, c). Nilai atau kejadian pada suatu waktu atau tempat dapat menjadi
fungsional atau disfungsional pada saat dan tempat yang berbeda.
Para fungsionalisme mengajukan pertanyaan bagaimana nilai praktik, nilai lembaga ini
membantu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Teori struktural fungsional dapat
menjelaskan bahwa pengajian, ceramah, konseling agama dan pemberdayaan masyarakat
ternyata mempunyai hubungan fungsional dengan masyarakat. Dalam hal ini nampak bahwa
aktivitas dakwah dapat menciptakan kondisi di masyarakat yang dapat menunjang
pembaharuan. Peran dakwah sangat jelas terutama karena pesan yang dibawa dapat tersebar
luas melampaui jarak dan waktu. Pesan tersebut dapat berupa ajaran, Syari'ah, akhlak dan
lainnya.
Empat persyaratan fungsional fundamantal yang digambarkan dalam skema AGIL
menurut Parson merupakan kerangka untuk menganalisis gerakan-gerakan tahap (phase
movements) yang dapat diramalkan. Keempat persyaratan ini berlaku untuk setiap sistem
tindakan apa saja. Urutannya dimulai dengan munculnya suatu tipe ketegangan, yang
merupakan kondisi ketidaksesuaian antara keadaan suatu sistem sekarang ini dan suatu
keadaan yang diinginkan. Ketegangan ini merangsang penyesuaian (adaptation) dari suatu
tujuan tertentu.
(goalmaintenance) serta menggiatkan semangat dorong yang diarahkan kepada pencapaian
tujuan itu.
Ada empat persyaratan mutlak yang harus ada supaya termasuk masyarakat bisa
berfungsi. Keempat persyaratan itu disebutnya AGIL adalah singkatan dari Adaption, Goal,
Attainment, Integration, dan Latency. Demi keberlangsungan hidupnya, maka masyarakat
harus menjalankan fungsi-fungsi tersebut, yakni;
A. Adaptasi (Adaptation):
supaya masyarakat bisa bertahan dia harus mampu menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan dan menyesuaikan lingkungan dengan dirinya. Dengan demikian semua
sistem sosial harus mencari sumber daya dari lingkungannya, mengubahnya ke dalam
fasilitas yang bisa digunakan, dan kemudian mendistribusikannya ke bagian lain
sistem tersebut. Inilah syarat terjadinya adaptasi. Misalnya setiap individu atau
anggota di dalam Lembaga Dakwah Kampus Mahasiswa Pencinta Mushalla berusaha
untuk menyesuaikan diri dalam rangka pelembagaan norma-norma di tubuh lembaga
dakwah tersebut.
B. Pencapaian tujuan (Goal attainment):
sebuah sistem harus mampu menentukan tujuannya dan berusaha mencapai tujuan-
tujuan yang telah dirumuskan itu. Semua sistem tindakan harus menetapkan tujuan,
memberikan prioritas dan mengalokasikan sumber daya untuk mencapai tujuan ini.
Inilah masalah pencapaian tujuan. Individu-individu misalnya di dalam Lembaga
Dakwah Kampus Mahasiswa Pencinta Mushalla merupakan suatu kesatuan yang
memaksimalkan kerja dakwahnya untuk mencapai tujuan tertentu di dalam
lembaganya, khususnya mewujudkan setiap individu di dalam lembaga dengan
potensinya masing-masing mampu berdakwah dan meningkatkan wawasan kelslaman
di kalangan mahasiswa.
c. Integrasi (Integration):
masyarakat harus mengatur hubungan di antara komponen-komponennya supaya dia bisa
berfungsi secara maksimal. Semua sistem tindakan harus mempertahankan interelasi yang
koheren diantara bagian-bagian konstituennya, dan menghambat kecenderungan bagi
abnormalitas dalam relasi diantara bagian-bagian. Tujuan yang sama pada setiap anggota atau
individu di dalam Lembaga Dakwah Kampus Mahasiswa Pencinta Mushalla adalah mencapai
suatu integrasi.
d. Pemeliharaan pola (Latency).
Pola yang sudah ada: setiap masyarakat harus mempertahankan, memperbaiki, dan
membaharui baik motivasi individu-individu maupun pola-pola budaya yang menciptakan
dan mempertahankan motivasi- motivasi itu. Sistem mengandaikan adanya kesatuan antara
bagian-bagian yang berhubungan satu sama lain. Kesatuan antara bagian itu pada umumnya
mempunyai tujuan tertentu. Semua sistem tindakan harus a) menghasilkan satuan-satuan
penggunaan yang bisa cocok dengan sistemnya (masalah- masalah mempertahankan pola),
dan b) mengurangi ketegangan dalam unit sistem itu (pengelolaan ketegangan).

Adapun bagian-bagian itu membentuk satu kesatuan (sistem) demi tercapainya tujuan atau
maksud tertentu. (1). Sistem organisme biologis (aspek biologis manusia sebagai satu sistem),
dalam sistem tindakan berhubungan dengan fungsi adaptasi yakni menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan mengubah lingkungan sesuai dengan kebutuhan, (2). Sistem kepribadian,
melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan merumuskan tujuan dan menggerakkan
seluruh sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan itu, (3). Sistem sosial berhubungan
dengan fungsi integrasi dengan mengontrol komponen- komponen pembentuk masyarakat
itu, (4). Sistem kebudayaan berhubungan dengan fungsi pemeliharaan pola-pola atau struktur-
struktur yang ada dengan menyiapkan norma-norma dan nilai-nilai yang memotivasi mereka
dalam berbuat sesuatu. Definisi sistem- sistem di atas menurut Talcott Parsons: (a). Sistem
organisme atau aspek biologis dari manusia. Kesatuan yang paling dasar dalam arti biologis,
yakni aspek fisik dari manusia itu. Hal lain yang termasuk ke dalam aspek fisik ini ialah
lingkungan fisik di mana manusia itu hidup, (b). Sistem kepribadian. Kesatuan yang paling
dasar dari unit ini ialah individu yang merupakan aktor atau pelaku. Pusat perhatiannya dalam
analisa ini ialah kebutuhan-kebutuhan, motif- motif, dan sikap-sikap, seperti motivasi untuk
mendapat kepuasan atau keuntungan, (c). Sistem sosial. Sistem sosial adalah interaksi antara
dua atau lebih individu di dalam suatu lingkungan tertentu. Tetapi interaksi itu tidak terbatas
antara individu-individu melainkan juga terdapat antara kelompok-kelompok, institusi,
masyarakat- masyarakat, dan organisasi-organisasi internasional. Sistem sosial selalu terarah
kepada equilibrium (keseimbangan), (d). Sistem budaya. Dalam sistem ini, unit analisis yang
paling dasar adalah kepercayaan religius, bahasa, dan nilai-nilai. Sedangkan Skema
Tindakan; Empat komponen skema tindakan; (1). Pelaku atau aktor: aktor atau pelaku ini
dapat terdiri dari seorang individu atau suatu kolektivitas. Parsons melihat aktor ini sebagai
termotivisir untuk mencapai tujuan, (2). Tujuan (goal): tujuan yang ingin dicapai biasanya
selaras dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat, (3). Situasi: tindakan untuk
mencapai tujuan ini biasanya terjadi dalam situasi. Hal-hal yang termasuk dalam situasi ialah
prasarana dan kondisi, (4). Standar-standar normatif: ini adalah skema tindakan yang paling
penting menurut Parsons. Guna mencapai tujuan, aktor harus memenuhi sejumlah standar
atau aturan yang berlaku

Asumsi dasar dari Teori Fungsionalisme Struktural, yaitu bahwa masyarakat tereintegrasi
atas dasar kesepakatan dari para anggotanya akan nilai-nilai kemasyarakatan tertentu yang
mempunyai kemampuan mengatasi perbedaan-perbedaan sehingga masyarakat dipandang
sebagai suatu sistem yang secara fungsional tereintegrasi dalam suatu keseimbangan. Dengan
demikian masyarakat adalah merupakan kumpulan sistem-sistem sosial yang satu sama lain
saling berhubungan. Teori fungsionalisme Struktural yang mempunyai latar belakang
kelahiran dengan mengasumsikan adanya kesamaan antara kehidupan organisme biologis
dalam struktur sosial dan berpandangan tentang adanya saling keteraturan dan keseimbangan
dalam masyarakat tersebut dipopulerkan oleh Talcott Parsons (Raho, 2007:48)
Fungsionalisme sebagai perspektif teorotik dalam antropologi yang bertumpu pada
analogi dengan organisme membawa kita memikirkan sistem sosial-budaya sebagai semacam
organisme, yang bagian-bagiannya tidak hanya memberi andil bagi pemeliharaan, stabilitas
dan kelestarian hidup organisme itu. Dengan demikian dasar semua penjelasan fungsional
ialah asumsi (terbuka maupun tersirat) bahwa semua sistem budaya memiliki syarat-syarat
fungsional untuk memungkinkan eksistensinya. (David Kaplan, 2002:77)

2002:7)

bagaimana tercermin pada namanya, struktural fungsionalisme memandang masyarakat


sebagai suatu sistem dari struktur-struktur sosial. Struktur dalam hal ini adalah pola-pola
nyata hubungan atau interaksi antara berbagai komponen masyarakat, pola-pola yang secara
relatif bertahan lama karena interaksi-interaksi tersebut terjadi dalam cara yang kurang lebih
terorganisasi.

Teori Tindakan Fungsional Talcott Parsons. Fungsionalisme Parsons bergerak melalui dua
fase yang berbeda: a) fase mekanisme keseimbangan, dan b) fase kebutuhan fungsional. Fase
Mekanisme- Keseimbangan, Parsons secara analitis memisahkan empat sistem tindakan:
budaya, sosial, kepribadian dan organisma. Budaya adalah sistem lambang yang diciptakan
dan digunakan oleh manusia. Sosial adalah sistem tindakan hubungan yang diciptakan ketika
terjadi interaksi diantara individu. Kepribadian adalah sistem hal ikhwal seperti kebutuhan,
kecenderungan, keadaan kognitif dan keterampilan interpersonal yang dimiliki dan digunakan
oleh para aktor ketika mereka berinteraksi satu sama lain.

Perspektif struktural-fungsionalis, setiap individu menempati suatu status dalam berbagai


struktur masyarakat. Status dalam hal ini bukanlah prestise dari posisi individual, melainkan
posisi itu sendiri. Individu yang menempati suatu status juga dianggap memiliki hak- hak dan
kewajiban-kewajiban tertentu, yang merupakan peranan dalam status tersebut. Jadi, status
dan peranan cenderung berada bersama-sama dalam apa yang disebut Parsons sebagai
"Kumpulan status dan peranan".

Peran dan status merupakan dua aspek penting dalam hubungan sosial masyarakat. Setiap
anggota dari Lembaga Dakwah Kampus Mahasiswa Pencinta Mushalla memiliki peran
berdasarkan arahan fungsional masing-masing. Kedudukan setiap anggota baik pada jajaran
ketua hingga anggota biasa sama-sama memiliki hak dan kewajiban dari status dan peran
yang melekat padanya. Adapun peran sosial yang diterima dari proses sosialisasinya kepada
masyarakat kampus adalah sebagai seorang Da'i atau Da'iyah yang bertanggungjawab dalam
menyebarkan nilai-nilai kelslaman khususnya kepada mahasiswa. Dalam hal ini, peran
merupakan perilaku individu dalam struktur sosial, dan mencakup aspek dinamis dari
kedudukan, akhirnya akan memberikan fasilitas tertentu sesuai dengan peranan tersebut.
Sedangkan status mengindikasikan posisi individu dalam masyarakat. suatu pengertian,
kesadaran, sikap penghayatan serta pengamalan, terhadap ajaran agama sebagai massage
yang disampaikan kepadanya tanpa ada unsur-unsur paksaan. (Arifin, 1991:6)
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Pada tahap teoritis evolusi menganggap masyarakat sebagai perkembangan dari bentuk
yang sederhana menjadi bentu-bentuk yang lebih kompleks, mereka percaya bahwa
masyarakat-masyarakat yang berada pada tahap-tahap pengembangan yang lebih maju akan
lebih progresif dan pada masyarakat-masyarakat lainnya.
Setiap masyarakat berubah dari kehidupan yang sederhana ke yang lebih kompleks
dengan masing-masing kelompok masyarakatnya akan melewati urutan perubahan yang
sama.
Teori evolusi universal Berbeda dengan teori evolusi unilinear, kategori teori evolusi yang
satu ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui suatu perubahan
tertentu yang sifatnya tetap, karena pada dasarnya kebudayaan manusia telah mengikuti suatu
garis evolusi tertentu.Contohnya, perkembangan masyarakat homogen menuju heterogen.
Kategori teori evolusi multilinear ini menyatakan bahwa perubahan sosial bisa terjadi
dalam beragam cara, tidak dalam satu garis evolusi yang sama.Misalnya, perubahan sistem
mata pencaharian yang ada di masyarakat, dari sistem berburu menuju sistem pertanian,
sehingga memberikan efek ke sistem dan pola ke keluarga.
Teori Struktural Fungsionalisme dalam Realitas Dakwah Teori struktural fungsionalisme
adalah teori sosiologi yang terhimpun dalam paradigma fakta sosial.Mengenai fakta sosial,
George Ritzer dalam bukunya, A multiuple paradigma science, menjelaskan 86 | Buku Daras
Sosiologi Dakwah bahwa ada dua tipe dasar struktur fakta sosial dan pranata sosial, bagi
Durkheim kedua tipe tersebut bersifat eksternal, umum dan memaksa individu-individu
anggota masyarakat.
Urutannya dimulai dengan munculnya suatu tipe ketegangan, yang merupakan kondisi
ketidaksesuaian antara keadaan suatu sistem sekarang ini dan suatu keadaan yang
diinginkan.Dengan demikian semua sistem sosial harus mencari sumber daya dari
lingkungannya, mengubahnya ke dalam fasilitas yang bisa digunakan, dan kemudian
mendistribusikannya ke bagian lain sistem tersebut.
Individu-individu misalnya di dalam Lembaga Dakwah Kampus Mahasiswa Pencinta
Mushalla merupakan suatu kesatuan yang memaksimalkan kerja dakwahnya untuk mencapai
tujuan tertentu di dalam lembaganya, khususnya mewujudkan setiap individu di dalam
lembaga dengan potensinya masing-masing mampu berdakwah dan meningkatkan wawasan
kelslaman di kalangan mahasiswa.Tujuan yang sama pada setiap anggota atau individu di
dalam Lembaga Dakwah Kampus Mahasiswa Pencinta Mushalla adalah mencapai suatu
integrasi.

Pola yang sudah ada: setiap masyarakat harus mempertahankan, memperbaiki, dan
membaharui baik motivasi individu-individu maupun pola-pola budaya yang menciptakan
dan mempertahankan motivasi- motivasi itu.Semua sistem tindakan harus a) menghasilkan
satuan-satuan penggunaan yang bisa cocok dengan sistemnya (masalah- masalah
mempertahankan pola), dan b) mengurangi ketegangan dalam unit sistem itu (pengelolaan
ketegangan).
Sistem organisme biologis (aspek biologis manusia sebagai satu sistem), dalam sistem
tindakan berhubungan dengan fungsi adaptasi yakni menyesuaikan diri dengan lingkungan
dan mengubah lingkungan sesuai dengan kebutuhan, (2).Sistem kebudayaan berhubungan
dengan fungsi pemeliharaan pola-pola atau struktur- struktur yang ada dengan menyiapkan
norma-norma dan nilai-nilai yang memotivasi mereka dalam berbuat sesuatu.Tujuan (goal):
tujuan yang ingin dicapai biasanya selaras dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat,
(3).Asumsi dasar dari Teori Fungsionalisme Struktural, yaitu bahwa masyarakat tereintegrasi
atas dasar kesepakatan dari para anggotanya akan nilai-nilai kemasyarakatan tertentu yang
mempunyai kemampuan mengatasi perbedaan-perbedaan sehingga masyarakat dipandang
sebagai suatu sistem yang secara fungsional tereintegrasi dalam suatu keseimbangan.
Teori fungsionalisme Struktural yang mempunyai latar belakang kelahiran dengan
mengasumsikan adanya kesamaan antara kehidupan organisme biologis dalam struktur sosial
dan berpandangan tentang adanya saling keteraturan dan keseimbangan dalam masyarakat
tersebut dipopulerkan oleh Talcott Parsons (Raho, 2007:48) Fungsionalisme sebagai
perspektif teorotik dalam antropologi yang bertumpu pada analogi dengan organisme
membawa kita memikirkan sistem sosial-budaya sebagai semacam organisme, yang bagian-
bagiannya tidak hanya memberi andil bagi pemeliharaan, stabilitas dan kelestarian hidup
organisme itu.
Struktur dalam hal ini adalah pola-pola nyata hubungan atau interaksi antara berbagai
komponen masyarakat, pola-pola yang secara relatif bertahan lama karena interaksi-interaksi
tersebut terjadi dalam cara yang kurang lebih terorganisasi.Individu yang menempati suatu
status juga dianggap memiliki hak- hak dan kewajiban-kewajiban tertentu, yang merupakan
peranan dalam status tersebut.
Adapun peran sosial yang diterima dari proses sosialisasinya kepada masyarakat kampus
adalah sebagai seorang Da'i atau Da'iyah yang bertanggungjawab dalam menyebarkan nilai-
nilai kelslaman khususnya kepada mahasiswa.Dalam hal ini, peran merupakan perilaku
individu dalam struktur sosial, dan mencakup aspek dinamis dari kedudukan, akhirnya akan
memberikan fasilitas tertentu sesuai dengan peranan tersebut.
B. SARAN

Mengenai materi tersebut bisa dilihat dari kehidupan kita sendiri dan orang lain yakni
perkembangan manusia dari bayi hingga dewasa.
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.uinsa.ac.id/6070/5/Bab%202.pdf
Buku ajar sosiologi dakwah.pdf

Anda mungkin juga menyukai