Anda di halaman 1dari 12

Memahami Teori-Teori Sosiologi Dalam Pendidikan

MEMAHAMI TEORI-TEORI SOSIOLOGI DALAM PENDIDIKAN

Ahmad Dani, S.Pd


ahmaddaniarc@gmail.com
Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Agama Islam (PAI) Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Bukittinggi

Rida Desnila Putri, S.Pd


ridadesnilaputri3001@gmail.com
Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Agama Islam (PAI) Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Bukittinggi

ABSTRAK
Teori sosiologi adalah strategi belajar tentang pendidikan agama Islam yang
menghantarkan untuk menafsirkan teori-teori sosiologi serta hidup bermasyarakat.
Banyak macam teori dalam sosiologi pendidikan, sesuai dengan banyaknya macam
yang otentik dalam perspektif teori sosiologi pada alamiahnya. Teori sosiologi
pendidikan agama Islam dapat membantu menguraikan konsep, implikasi penerapan
rencana, peraturan tertentu atau cara aplikasi. Selain itu, dipaparkan juga teori-teori
dalam sosiologi diantaranya teori struktural fungsional, simbolik, konflik dan
pertukaran. Teori sosiologi dapat memberi manfaat terhadap masyarakat bagi yang
tergiring dengan berbagai macam yang sedang melanda terhadap masyarakat. Akan
banyak kesempatan kita untuk bisa mengendalikan perubahan yang ada dimasyarakat
jika kita ada kemampuan untuk mencerna apa yang terjadi dilingkungan sekitar.

Kata Kunci: Teori-Teori Sosiologi, Pendidikan

PENDAHULUAN
Makalah ini akan membahas teori sosiologi. Dalam materi sosiologi ini terdapat
beberapa kajian diantaranya pengertian teori sosiologi dalam pendidikan agama islam.
Adapun teori-teori sosiologi dalam pendidikan itu adalah teori struktural fungsional, simbolik,
konflik dan pertukaran. Kemudian makalah ini memberikan contoh masing-masing dari teori
sosiologi dalam pendidikan tersebut serta menjelaskan manfaat teori sosiologi pendidikan.
Lahirnya teori-teori dalam sosiologi itu disebabkan dengan adanya dan ditemukan dari
pengalaman dalam menjalankan kehidupan. Banyak macam masalah yang ditemukan dalam
masyarakat, terkadang masalah itu berkembang akibat suatu masalah sosial dan perbedaan
dalam memandang masalah itu. Maka dari pada itu untuk menyelesaikan permasalahan yang
terjadi dimasyarakat dibutuhkanlah suatu teori untuk menyelesaikannya, salah satu
diantaranya yaitu teori-teori yang ada dalam pendidikan agama islam.

Ahmad Dani, S.Pd & Rida Desnila Putri, S.Pd 1 IAIN Bukittinggi Oktober 2020
Memahami Teori-Teori Sosiologi Dalam Pendidikan

PEMBAHASAN
A. Pengertian teori sosiologi dalam pendidikan agama islam
Definisi teori yaitu suatu teori pada kenyataannya menggambarkan ikatan antara dua
fakta ataupun lebih, atau aturan fakta sesuai metode-metode yang sudah ditentukan. Fakta
itu merupakan suatu yang bisa diamati dan pada lazimnya juga bisa diuji menurut empiris.
Oleh karena itu, dalam strukturnya yang paling sederhana, teori adalah ikatan antara dua
variabel atau lebih yang sudah diuji kebenarannya. Suatu variabel adalah keistimewaan
dari benda-benda, orang-orang, atau keadaan yang memiliki nilai yang berbeda misalnya
jenis kelamin, umur, dan lain sebagainya (Soekanto dan Sulistyowati, 2015; 25).
Kemudian definisi sosiologi yaitu secara bahasa sosiologi asal katanya dari bahasa
Yunani, yaitu kata socios dan logos. Socios yang artinya kawan, berteman atau pun
bermasyarakat. Sedangkan logos artinya ilmu atau bisa juga berbicara mengenai sesuatu.
dengan demikian, secara istilah sosiologi bisa diartikan ilmu mengenai masyarakat
(Supardan, 2009; 69). Menurut pitirim A. Sorokin sosiologi yaitu suatu ilmu yang
membahas ikatan dan akibat timbal balik antara berbagai macam fenomena sosial
(Natasaputra, 1982; 27). Sosiologi adalah ilmu yang membahas kebersamaan dalam hidup
dimasyarakat dan mencari informasi hubungan antar manusia yang memahami kehidupan
tersebut (Shadily, 1983; 1).
Sedangkan pengertian pendidikan yaitu menggambarkan suatu cara yang meliputi
tiga aspek yaitu individu, masyarakat atau kelompok nasional dari individu tersebut serta
semua aspek kebenaran, baik spritual maupun material yang role playing dalam
memutuskan nasib, sifat, rupa manusia maupun masyarakat (Nurkholis, 2013; 24).
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian teori sosiologi pendidikan agama Islam
adalah ikatan antara dua fakta ataupun lebih, atau aturan fakta sesuai metode-metode yang
sudah ditentukan serta (Maksum, 2013; 23) studi yang membahas mengenai aktifitas
pendidikan yang mencakup proses, tata cara dan hasil dari sudut pandang ilmu sosial,
begitu juga sebaliknya adanya perubahan ilmu sosial yang terjadi dimasyarakat dilihat dari
ilmu pendidikan agama Islam.
B. Teori-teori sosiologi dalam pendidikan
1. Teori struktural fungsional
Pada abad 20 dikenal dengan keluarnya macam teori sosial dan diantaranya adalah
kebiasaan pemikiran dasar pada negara. Mulai dari dekade 1930-an sampai 1960-an,
Amerika Serikat merupakan perkembangan dan jatuhnya teori struktural fungsional

Ahmad Dani, S.Pd & Rida Desnila Putri, S.Pd 2 IAIN Bukittinggi Oktober 2020
Memahami Teori-Teori Sosiologi Dalam Pendidikan

(yang mendasar pada ciptaan Durkheim kecuali dari beberapa antropolog). Sejalan
dengan meningkatnya nilai-nilai politik bebas dan keyakinan mengenai hal
keseimbangan sosial yang diberikan oleh bentuk negara kesejahteraan (welfare state).
Akan tetapi diantara kekurangan teori ini yaitu ketidaksanggupannya untuk memberikan
ulasan yang membuktikan mengenai konflik sosial dan kesenjangan diseminasi
pendapatan, sebagus pemaparan tentang perubahan sosial. Teori ini mengalami
kekalahan pada akhir dekade 1960 (Haryanto, 2016; 11).
Teori struktural fungsional berbicara perilaku manusia dalam kerangka
masyarakat dan bagaimana perilaku tersebut dapat mempertahankan keadaan keserasian
dalam masyarakat(organisasi). Persoalan utama yang dirasakan setiap makhluk sosial
yaitu bagaimana agar tetap bisa bertahan dan tipe korelasi antar-subsistem yang berlaku
di dalamnya bisa dipertahankan kesempurnaan sistem tersebut (Haryanto, 2016; 20).
Menurut Zeitlin (1995; 3), pendapat yang dikembangkan pendekatan ini yaitu
disetiap susunan hubungan membantu atas suatu integrasi dan adaptasi struktur yang
ditetapkan. Eksistensi atau kelangsungan cara atau pola yang sudah ada digambarkan
melalui konsekuensi-konsekuensi atau akibat-akibat yang keduanya dirasa penting dan
berguna atas permasalahan masyarakat.
Pada teori struktural fungsional, ada dua macam sudut pandang utama tentang
sistem sosial. Pertama, sudut pandangan institusional atau kultural. Dalam sudut
pandang ini, komponen dasarnya meliputi aturan-aturan, keyakinan-keyakinan dan
nilai-nilai yang merubah tindakan sosial. Dalam sudut pandang ini, sistem sosial adalah
susunan institusional, yang terdapat dari seperangkat model kultural dan normatif yang
mengartikan keinginan seseorang dari perilakunya (Haryanto, 2016; 27)
Dalam perjalanannya, sebagian dari suatu susunan interaksi dapat berkembang
pada tiga kemungkinan: fungsional, disfungsional dan non-fungsional. Sering kali
analisa fungsional terhadap susunan menitikberatkan diri pada kegunaan dari arah
bagian dari semua struktur. Bagian bisa disebut fungsional apabila menolong
menghubungkan keperluan dari suatu sistem secara keseluruhan dari suatu sistem.
apabila tidak mempunyai kontribusi apa-apa terhadap usaha memenuhi kebutuhan
sistem. Suatu aspek disebut disfungsional apabila kasus semacam ini terjadi, maka
sistem dapat terganggu. Kapankah sebenarnya bagian dari sistem tersebut dapat
dinyatakan fungsional dan kapan pula dapat dinyatakan disfungsional? Pertanyaan yang
semacam ini sering mengganggu pikiran tokoh sosiologi. Suatu bagian dari sudut

Ahmad Dani, S.Pd & Rida Desnila Putri, S.Pd 3 IAIN Bukittinggi Oktober 2020
Memahami Teori-Teori Sosiologi Dalam Pendidikan

kelompok tertentu disebut fungsional. Sedangkan disfungsional adalah dari sudut


kelompok-kelompok yang lain. Misalnya kemiskinan, hal ini disebut fenomena yang
disfungsional di satu pihak karena masyarakat terasa diberi beban, namun karena
kelompok miskin mau dibayar murah maka kemiskinan dipandang oleh kelompok kaya
yaitu fungsional. Jika seperti itu pikiran semacam ini dijalankan, maka pengentasan
kemiskinan bisa menjadi disfungsional bagi kelompok kaya. Persoalan yang sama
terjadi juga pada pekerjaan wanita yang diskriminasi. Disfungsional bagi wanita adalah
diskriminasi untuk pekerjaan wanita, pada dasarnya dipandangan lain laki-laki itu ialah
fungsional sesungguhnya. Kejadian sejenis itu bisa menjadi non-fungsional bagi orang-
orang yang tidak termasuk dalam kategori angkatan kerja produktif atau pensiunan.
Dalam teori fungsionalisme struktural sistem sosial tidak hanya dilihat sebagai
bagian-bagian dari sistem tersebut saling bergantung satu sama lain dan keadaan yang
ditandai oleh keseimbangan, namun juga sistem sosial dianggap terdiri dari individu-
individu yang saling berhubungan (membentuk relasi sosial). Individu-individu yang
menjadi bagian dari sistem tersebut memberi dukungan keberadaan nilai-nilai umum
yang berlaku didalamnya agar suatu sistem terintegrasi dan stabil, dengan kata lain,
teori fungsionalisme struktural berasumsi bahwa masyarakat mempunyai sistem nilai
yang menyebar ke segenap anggota.
Jika kebanyakan masyarakat banyak yang tidak menyukai pada nilai tersebut,
maka mudah diduga situasi menjadi kacau dan masyarakat itu akan sulit dipertahankan
kelanggenggannya. Dengan demikian, dalam teori ini suatu kebutuhan mutlak yang
harus dipenuhi adalah konsensus terhadap nilai-nilai umum (seperti hukum).
Teori ini sangat menitik beratkan pada stabilitas dalam masyarakat dan
keteraturan. Bagaiamana suatu lembaga-lembaga itu mampu membantu mencukupi
kebutuhan masyarakat misalnya pendidikan, agama dan keluarga maka dari hal itulah
lembaga-lembaga sosial dianalisis. Berati untuk menganalisis suatu lembaga maka dapat
dinilai bagaiamana peranannya bisa mepertahankan stabilitas masyarakat.
Ada 4 hal yang dititik beratkan oleh teori fungsionalisme struktural, yaitu: (1) jika
anggota masyarakat tidak membagi persamaan persepsi, sikap dan nilainya, maka tidak
akan bisa hidup, (2) kontribusi pada keseluruhan dimiliki oleh setiap bagian, (3) disetiap
bagian saling memberi dukungan dan terintegrasi satu sama lain, dan (4) disetiap bagian
agar keseluruhan masyarakat menjadi stabil diharapkan saling memberi dukungan
(Usman, 2012; 52-54).

Ahmad Dani, S.Pd & Rida Desnila Putri, S.Pd 4 IAIN Bukittinggi Oktober 2020
Memahami Teori-Teori Sosiologi Dalam Pendidikan

2. Teori simbolik
Pada awal abad 20 di Universitas Chicago Amerika Serikat teori, simbolik ini
pertama kali berkembang. Tokoh utamanya berasal dari berbagai universitas di luar
Chicago (Haryanto, 2016; 67). Salah satu teori yang memiliki akar pemikiran yang
beragam adalah teori simbolik. Lahirnya teori ini banyak karya filsuf dan pemikir
ternama yang mengilhaminya. Respon terhadap dominasi teori struktural fungsional
yang telah mendominasi sosiologi selama lebih dari satu abad yang menyebabkan
lahirnya teori simbolik ini. Untuk memecahkan persoalan klasik teori struktural
fungsional, teori simbolik tidak mampu, tetapi tetap menjadi masalah, yaitu seperti apa
untuk memahami pikiran orang lain. Masalah-masalah tersebutlah yang mendasari
subject matter sosiologi menurut teori ini. George Herbert Mead adalah salah satu tokoh
dalam teori ini yang berkeinginan melakukan penelitian tentang kepribadian seseorang
dan pengalaman-pengalaman sosial. Mead memiliki maksud memahami bagaimana
kekuatan komunikasi dengan simbol-simbol terhadap seseorang dan bagaimana hal itu
bisa membuat matang dari pribadi seseorang (Haryanto, 2016; 69).
Dalam tradisi sosiologi teori simbolik merupakan teori yang muncul sebagai
reaksi terhadap teori-teori struktural fungsionalisme yang menafikan otoritas dan
otonomi seseorang dalam posisinya di masyarakat dan juga teori yang bersifat mikro.
Dalam pandangan teori simbolik, apa yang disebut sebagai “budaya manusia,” “realitas”
maupun “kebenaran,” adalah hasil atau ciptaan dari hubungan seseorang dengan orang
lain. Jalinan yang kompleks mendefenisikan situasi ketika dia berinteraksi pada waktu
itu dan juga tempat masing-masing individu mendefinisikan dirinya. Hal terpenting teori
simbolik adalah menilai antar sesama masyarakat menciptakan ilmu yang ia dapatkan
melalui hubungan-hubungan yang ia peroleh dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
Dari kaca mata teori simbolik, seseorang berbuat kepada orang lain bersumber dari
manfaat yang diperoleh dari seseorang tersebut. Hikmah tersebut berasal dan
mendapatkan perubahan saat cara berhubungan sosial berlangsung dengan penggunaan
simbol-simbol pada saat berkomunikasi dengan yang lain. Teori ini mendasarkan pada
pendapat bahwa kesanggupan seseorang dalam menilai dirinya yang ia jadikan sebagai
dasar memungkinkan mereka berkomunikasi dengan pengguaan simbol-simbol. Pada
saat berhubungan sosial, hal terpentingnya adalah simbol,melalui penggunaan simbol,
orang bisa komunikasi baik dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain. Hal yang
paling bermakna dalam komunikasi adalah penggunaan simbol (significant symbol)

Ahmad Dani, S.Pd & Rida Desnila Putri, S.Pd 5 IAIN Bukittinggi Oktober 2020
Memahami Teori-Teori Sosiologi Dalam Pendidikan

dalam interaksi sosial bahasa. Bahasa dalam pembahasan ini adalah bahasa isyarat
(gesture) maupun verbal. Seseorang dituntut mengembangkan simbol dalam interaksi
dan tidak hanya dituntut sekedar menggunakan simbol. Teori interaksi simbolik
mengklaim bahwa tidak mungkin terbentuk budaya manusia dan pengalaman tanpa
sistem simbol. Bahasa adalah alat yang paling utama wadah untuk manusia saling
mempertukarkan makna simboliknya (Haryanto, 2016; 74-76 ).
3. Teori konflik
Para teoritisi konflik datang dengan mempertanyakan mengapa interaksi terjadi
dan seiring berjalan waktu bagaimana perubahan-perubahannya. Selanjutnya terlihat
bahwa seluruh teoritisi konflik dapat mengatakan perbedaan terhadap pendidikan
dengan merujuk terhadap akar struktural ( Jong, 1984; 94).
Pada tahun 1950-an hingga 1960-an teori konflik berkembang pertama kali. Teori
konflik berkembang berkat peran sejumlah teoretikus dan tempat awal mulanya adalah
di daratan Eropa dan kemudian meyeberang ke Amerika (Haryanto, 2016; 39).
Akibat berbagai kritik dan sebagai reaksi terhadap fungsionalisme struktural teori
konflik dapat berkembang. Teori konflik mempersiapkan berbagai macam pilihan
terhadap fungsionalisme struktural, namun dalam beberapa tahun terakhir sudah
digantikan oleh berbagai pilihan teori neo-Marxian, salah satu kontribusi utama teori
konflik adalah menempatkan dasar untuk teori-toeri yang sangat diperlukan atau
digunakan oleh pemikiran Marx. Konflik awal dalam teori konflik adalah teori itu tak
pernah berhasil memutuskan dirinya dari akar struktural fungsionalnya. Teori ini lebih
merupakan sejenis fungsionalisme struktural yang sombong dibandingkan teori yang
betul-betul berpandangan kritis terhadap masyarakatnya (Ritzer dan Goodman, 2010;
153).
Dalam teori ini masyarakat dinilai seolah-olah tidak menetap atau permanen,
terutama penyebab dari dinamika yang berkuasa, selalu bekerja, memelihara dan
mengejar kedudukannya. Teori struktural konflik menganggap kelompok-kelompok
tersebut tidak pernah terintegrasi dan memiliki maksud sendiri yang beraneka ragam.
Untuk menuju maksudnya, sebuah kelompok malah harus mengorbankan kelompok lain
dibandingkan kelompoknya pribadi. Dari kejadian tersebut sering muncul masalah dan
yang memelihara posisinya serta meningkatkan kedudukannya adalah kelompok yang
tergolong kuat. Secara berkesinambungan terus terjadi mempertahankan kekuasaan,
mengembangkan dan perjuangan merebut kedudukan. Ketika dominasi suatu kelompok

Ahmad Dani, S.Pd & Rida Desnila Putri, S.Pd 6 IAIN Bukittinggi Oktober 2020
Memahami Teori-Teori Sosiologi Dalam Pendidikan

mampu memelihara keseimbangan kekuasaan dengan kelompok lain secara baik barulah
stabilitas terjadi dan itupun hanya bersifat sesaat. Setelah itu masalah sosial terjadi
dalama kehidupan lagi. Ciri-ciri yang lain dari teori konflik adalah sebagai rasionalisasi
untuk keberadaan kelompok yang berkuasa lebih memandang moral, ide dan nilai.
Landasan untuk perubahan terdapat pada struktur masyarakat dan tidak terdapat pada
nilai-nilai seseorang. Dengan demikian, kekuasaan menempel pada posisi orang dalam
masyarakat dan tidak menempel dalam diri seseorang. Teori konflik memiliki
fungsionalisme struktural adalah berpatokan pada belajar susunan hubungan dan
lembaga-lembaga sosial, hanya bedanya fungsionalisme struktural menilai masyarakat
adalah menetap, tertata bagus dan masing-masing bagiannya menyumbangkan stabilitas
dan menyebarkan nilai untuk memelihara kohesi. Sedangkan teori konflik memandang
masyarakat terus-menerus menciptakan perubahan sosial, tidak menetap dan masing-
masing bagian dalam masyarakat potensial memacu. Teori ini lebih menekankan pada
peranan kekuasaan dalam konteks pemeliharaan tatanan sosial (Usman, 2012; 55-56).
4. Teori pertukaran
Munculnya teori pertukaran pada mula dekade 1960-an. George C. Homans,
seorang sosiolog Amerika sebagai pelopor teori ini (Haryanto, 2016; 161). Kita awali
dengan menyimak Molm dan Cook, ia melihat cerita perkembangan teori pertukaran,
diawali dengan pusatnya di dalam behaviorisme.
Dalam psikologi behaviorisme yang sangat terkenal, terutama terhadap teori
pertukaran berpengaruh tak langsung dan langsung terhadap sosiologi perilaku.
Hubungan antara pengaruh dampak lingkungan terhadap perilaku aktor, perilaku
seorang aktor terhadap lingkungan adalah perilaku memusatkan pada sosiologi.
Keterkaitan ini adalah landasan untuk proses belajar yang melaluinya atau pengondisian
operan (operant conditioning) “konsekuensinya dapat diubah oleh perilaku”.
Kebanyakan manusia menafsirkan sebagai perilaku acak ini berawal di masa anak-anak.
Munculnya perilaku adalah di tempat lingkungan, entah itu berupa fisik atau sosial,
difaktori oleh perangai dan selanjutnya berbuat kembali dalam berbagai cara. Reaksi ini,
apakah negatif, netral atau negatif, aktor berikutnya juga dapat dipengaruhi. Perilaku
yang sama mungkin akan di ulang di masa depan dalam situasi serupa bila reaksi telah
menguntungkan aktor. Kecil kemungkinannya terjadi di masa depan, bila reaksi
menyiksa atau meyakitkan aktor. Sosiologi perilaku memfokuskan perhatian pada
kaitan antara histori reaksi, akiba, sifat atau lingkungan perilaku kini. Sosiologi perilaku

Ahmad Dani, S.Pd & Rida Desnila Putri, S.Pd 7 IAIN Bukittinggi Oktober 2020
Memahami Teori-Teori Sosiologi Dalam Pendidikan

mengatakan bahwa efek perilaku masa kini adalah cerminan dari masa lalu. Kita dapat
meramalkan apakah aktor akan menghasilkan perilaku yang sama dalam situasi kini
dengan mengetahui apa yang menyebabkan perilaku tertentu di masa lalu.
Ongkos (hukuman) dan hadiah (penguatan) sosiologi perilaku sangat tertarik pada
hal demikian yang ditentukan oleh kemampuannya memperkuat perilaku, sedangkan
biaya mengurangi kemungkinan perilaku. Behaviorisme pada umumnya, gagasan
tentang besar pengaruhnya terhadap teori pertukaran awal adalah hadiah dan biaya pada
khususnya.
Memusatkan perhatian pada aktor dalam teori pertukaran terdapat teori pilihan
rasional. Mempunyai tujuan atau mempunyai maksud aktor dipandang sebagai manusia.
Maksudnya adalah aktor memiliki tindakan dan tujuan mengarah pada usaha untuk
mencapai tujuan itu. Aktor juga dinilai memilki pilihan (keperluan atau nilai). Teori
pilihan rasional tidak mengindahkan kejadian pilihan atau apa yang menjadi dasar
pilihan aktor, yang penting adalah fakta bahwa kegiatan dilaksanakan untuk meraih
maksud yang sesuai dengan jenjang pilihan aktor.
Menurut Homans, inti dari teori pertukaran terletak pada sekumpulan proposisi
fundametal. Meski beberapa proposisinya menerangkan setidaknya dua individu yang
berinteraksi, namun ia dengan hati-hati menunjukkan bahwa proposisi itu berdasarkan
prinsip psikologis. Proposisi itu memiliki sifat psikologis karena dua alasan menurut
Homans, yaitu:
a. Proposisi itu dapat dinyatakan dan di tes secara empiris oleh orang yang mengakatan
dirinya sendiri psikolog.
b. Menerangkan fenomena individu dalam masyarakat proposisi itu barulah disebut
bersifat psikologis.
Proposisi itu lebih mengenai sikap seseorang dari pada masyarakat atau
kelompok, menjadi bagian psikologi adalah manusia pada umumnya (Ritzer dan
Goodman, 2010; 356-359)
C. Contoh masing-masing dari teori sosiologi pendidikan
1. Contoh teori struktural fungsional
Contoh pada teori struktural fungsional, menganggap diri seseorang sebagai suatu
sistem, diri memiliki kebutuhan tertentu dan memilki pemeliharaan terhadap
keberadaannya, contohnya kebutuhan minimal suhu tubuh (pada angka tertentu secara
konstan). Jika suhu tubuh sesuai dengan kebutuhan diri maka terdapat keserasian. Jika

Ahmad Dani, S.Pd & Rida Desnila Putri, S.Pd 8 IAIN Bukittinggi Oktober 2020
Memahami Teori-Teori Sosiologi Dalam Pendidikan

suhu tubuh sangat panas, keserasian itu tidak akan stabil, tubuh kita akan berkeringat
dan setelah itu akan kembali berada pada keserasian lagi. Berkeringat adalah menjadi
fungsional dalam cara mencari keserasian (Usman, 2012; 51).
2. Contoh teori simbolik
Contoh pada teori simbolik, menurut Weber bahwa defenisi terkait dengan
hubungan sosial diharapkan dapat memahami maanfaat-manfaat dan motif-motif yang
mengawali sikap manusia contoh, dalam memahami ada orang yang menebang pohon,
dalam menebang pohon ini sosiologi harus bisa memahami kenapa ia menebang pohon
itu, bisa jadi karena motifnya marah atau yang setara dengan motif yang lain dan
mungkin saja dia membutuhkan uang untuk keperluan memasak. Hal itu harus dipahami
terhadap motif yang diperbuat melalui proses yang disebut Weber sebagai verstehen,
yaitu membayangkan kita sedang berada dalam keadaan orang yang sikap atau
perbuatannya ataupun perilakunya untuk didefinisikan. Dalam memahami tindakan
sosial (verstehen), harus ada tanda atau sebagai bukti yang subjektif khusus para pelaku.
Hal tersebut mengharuskan kita untuk memahami dan meresap seluruh komponen
makna yang digunakan pelaku dalam menjelaskan kenapa ia berbuat dan bertindak
dengan yang ia perbuat itu. Simbol-simbol yang dipakai sipelaku untuk melukiskan
tingkah lakunya tidak bisa dilakukan tanpa mengetahui pemahaman ini (Campbell,
1994; 204-205)
3. Contoh teori konflik
Contoh pada teori konflik adalah pada saat proses perkuliahan, mahasiswa jurusan
hukum ada dua orang yang selalu berteman akrab. Setelah keduanya menyelesaikan
perkuliahan atau wisuda, mereka berdua diminta oleh orang yang sama menjadi
pengacara pada suatu masalah yang menuntut mereka untuk saling berhadapan di meja
hijau. Di meja hijau mereka tentu mengadu ilmu yang mereka dapatkan selama proses
perkuliahan dan mereka harus teliti dan agresif dalam hal melindungi kliennya. Namun,
setelah keluar dari ruangan meja hijau mereka seolah-olah tidak seperti di meja hijau,
mereka melupakan masalah itu dan mereka makan di sebuah rumah makan,
membicarakan dan bercerita masa lalu itu dengan penuh keakraban. (Rasyid, 2015; 280)
4. Contoh teori pertukaran
Contoh pada teori pertukaran, dikatakan oleh seorang tokoh sosiologi adalah
Homans bahwa ekonomi dasar (teori pilihan rasional) dan teori pertukaran berasal dari
psikologi perilaku. Studi burung merpati adalah langkah awal memulai dengan

Ahmad Dani, S.Pd & Rida Desnila Putri, S.Pd 9 IAIN Bukittinggi Oktober 2020
Memahami Teori-Teori Sosiologi Dalam Pendidikan

membahas paradigma perilaku yang diungkapkan Homans contohnya, dilaboratorium


dan di dalam sangkarnya ada seekor burung merpati naif atau segar. Paruh yang dimiliki
seekor burung itu adalah salah satu ciri-cirinya dan untuk menyelidiki lingkungan
sekitarnya ia bawa sejak lahir. Pada saat dalam sangkarya, ia mematuk ke kiri kanan
belakang dan depan, merah bundar yang ia patuk merupakan salah satu sasaran yang
tepat, disaat itu mesin otomatis memberinya makan dengan butiran padi dan psikolog
yang menungguinya berada di sana untuk memperhatikan. Sebuah kenyataan bahwa
merpati ini melakukan hal yang sama berulang kali, meskipun bukan sekedar mematuk-
matuk maksud dari merpati itu, namun akan selalu meningkat merah bundar yang ia
patuk tersebut. Singkat ceritanya merpati ini ingin mendapatkan hadiah dengan perilaku
yang ia lakukan itu meskipun ia sambil belajar mematuk (Homans, 1961; 81).
D. Manfaat teori sosiologi pendidikan agama islam
Manfaat teori sosiologi pendidikan agama islam yaitu munculnya teori-teori sosiologi
disebabkan banyaknya konflik yang timbul dalam masyarakat atau proses sosial. Banyak
manfaat dari teori-teori sosiologi yang diungkapkan oleh para perintis sosiologi pendidikan
agama Islam, diantaranya:
1. Sebuah teori atau beberapa teori merupakan kesimpulan dari hal-hal yang sudah
didapatkan serta telah diuji keabsahannya yg berkaitan sasaran atau objek yang
dipahami sosiologi pendidikan agama Islam.
2. Usaha untuk mengetahui ke arah mana masyarakat akan berkembang atas dasar fakta
yang diketahui pada masa yang lampau dan pada dewasa ini merupakan pengetahuan
teoritis memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk mengadakan proyeksi sosial.
3. Sebuah wadah pengontrol atau pengendali sikap dan perilaku seseorang, masyarakat
atau kelompok.
4. Agar pendidikan khususnya pendidikan agama Islam tidak ketinggalan dengan dinamika
perubahan maka, diharapakan mampu mempelajari perubahan-perubahan sosial yang
terjadi dalam kehidupan bermasyarakat (Maksum, 2013; 17)

KESIMPULAN
Teori adalah suatu teori pada kenyataannya menggambarkan ikatan antara dua fakta
ataupun lebih, atau aturan fakta sesuai metode-metode yang sudah ditentukan. Lahirnya teori-
teori dalam sosiologi itu disebabkan dengan adanya dan ditemukan dari pengalaman dalam
menjalankan kehidupan. Sedangkan pengertian pendidikan yaitu menggambarkan suatu cara

Ahmad Dani, S.Pd & Rida Desnila Putri, S.Pd 10 IAIN Bukittinggi Oktober 2020
Memahami Teori-Teori Sosiologi Dalam Pendidikan

yang meliputi tiga aspek yaitu individu, masyarakat atau kelompok nasional dari individu
tersebut dan semua aspek kebenaran, baik spritual maupun material yang role playing dalam
memutuskan nasib, sifat, rupa manusia maupun masyarakat.
Jadi, pengertian teori sosiologi pendidikan agama Islam adalah ikatan antara dua fakta
ataupun lebih, atau aturan fakta sesuai metode-metode yang sudah ditentukan serta studi yang
membahas mengenai aktifitas pendidikan yang mencakup proses, tata cara dan hasil dari sudut
pandang ilmu sosial, begitu juga sebaliknya adanya perubahan ilmu sosial yang terjadi
dimasyarakat dilihat dari ilmu pendidikan agama Islam. Dalam makalah ini kami telah
membahas teori-teori sosiologi pendidikan agama Islam diantranya teori struktural fungsional,
teori simbolik, teori konflik dan teori pertukaran.

DAFTAR PUSTAKA
Natasaputra, M. (1982). Pengantar sosiologi. Yogyakarta. Multi Aksara.
Shadily, H. (1983). Sosiologi untuk masyarakat indonesia. Jakarta. Bina Aksara
Jong S.C.N. de. (1984). Sosiologi pendidikan suatu ihtisar teoritis tentang pendidikan,
perkembangan dan modernisasi. Jakarta. Sangkala Pulsar
Supardan, d. (2009). Pengantar ilmu sosial sebuah kajian pendekatan struktural. Jakarta.
Bumi Aksara
Soekanto, S dan Sulistyowati B. (2015). Sosiologi suatu pengantar. Jakarta. Rajawali Pers
Ritzer, G dan Goodman. d.j. (2010). Teori sosiologi modern. Jakarta. Kencana
Usman S, (2012). Sosiologi sejarah, teori dan metodologi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar
Haryanto, S. (2016). Spektrum teori sosial dari klasik hingga postmodern. Jogjakarta. Ar-
Ruzz Media
Zeitlin, I.M. (1995). Memahami kembali sosiologi: kritik terhadap sosiologi kontemporer.
Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
Campbell, T. (1994). Tujuh teori sosial: sketsa, penilaian, perbandingan. Yogyakarta.
Kanisius.
Homans, G. C. (1961). Social behavior: itselementary forms. New York. Harcourt, Brace and
World.
Rasyid, M.R. (2015). Pendidikan dalam Perspektif Teori Sosiologi. Journal Auladuna, 2 (2),
280.
Maksum, A. (2013). Sosiologi pendidikan. Malang. IDB.

Ahmad Dani, S.Pd & Rida Desnila Putri, S.Pd 11 IAIN Bukittinggi Oktober 2020
Memahami Teori-Teori Sosiologi Dalam Pendidikan

Nurkholis. (2013). Pendidikan dalam Upaya Memajukan Teknologi. Jurnal Kependidikan, 1


(1), 24

Ahmad Dani, S.Pd & Rida Desnila Putri, S.Pd 12 IAIN Bukittinggi Oktober 2020

Anda mungkin juga menyukai