Dosen pengampu:
Disusun oleh:
ILMU PEMERINTAHAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2017
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Sosiologi merupakan salah satu rumpun ilmu sosial yang sangat penting
dalam mengkaji hubungan antar manusia. Dalam perkembangannya, sosiologi
menjadi ilmu yang sangat membantu dalam mengetahui keterkaitan antar
manusia dan golongannya. Ilmu Pemerintahan menjadi salah satu rumpun
ilmu sosial yang juga akan menjadi lebih lengkap bila kajiannya juga
menggunakan bantuan dari ilmu sosiologi, karena dengan ilmu sosiologi
pembelajaran kelas ilmu pemerintahan yang mempelajari hubungan negara,
pemerintah, lembaga swasta dan civil society bisa lebih memahami apa yang
terjadi dengan hubungan manusia yang merupakan anggota masyarakat atau
civil society.
Dalam mempelajari suatu ilmu, selain memahami perspektifnya, kita juga
perlu memahami konsep-konsep dasarnya. Mempelajari konsep dasar dari
sebuah ilmu, berarti kita mempelajari pemetaan materi dari kajian ilmu
tersebut. Dengan pemetaan tersebut juga, kita akan dengan lebih mudah
memahami kajian ilmu tersebut. Oleh karena dua hal tersebut, kelompok
kami dengan makalah berikut akan membahas tentang konsep dasar sosiologi
selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Sosiologi, juga
untuk kepentingan mempelajari sosiologi dari konsep-konsep dasarnya agar
kita semakin paham dengan kajian ilmu sosiologi.
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang kami ambil
adalah sebagai berikut :
A. PENGERTIAN SOSIOLOGI
1. INTERAKSI SOSIAL
Sesuai dengan pandangan ahli sosiologi seperti Max Weber bahwa pokok
pembahasan sosiologi adalah tindakan sosial, maka Interaksi sosial sangat
perlu untuk kita bahas dan memang merupakan salah satu bab yang sangat
penting dalam sosiologi. Sosiologi memiliki salah satu cabang yang
mengkhususkan diri mempelajari interaksi sehari-hari. Interaksi-interaksi
yang dibahas bahkan seperti interaksi antara pejalan kaki yang
berpapasan ,dokter dengan pasiennya, juru masak dengan pelanggan restoran,
dosen dengan mahasiswanya, dan lain sebagainya. Hal-hal yang dibahas
memang bersifat “down to earth” yang praktis dan realistis. Beberapa buku
yang bisa didapati membahas tentang hal-hal yang telah disebut seperti
“Sociology of Familiar” (lihat Birenbaum dan Sagarin, 1973) dan “Down o
earth Sociology” (lihat Heslin, 1981). Berikut beberapa konsep penting dalam
mempelajari interaksi sosial:
Interaksionisme Simbolik
Dalam mempelajari Interaksi Sosial, diperlukan pendekatan-pendekatan,
salah satunya dikenal dengan nama Interaksionisme Simbolik. Pendekatan ini
menitikberatkan pada penggunaan simbol-simbol pada interaksi. Kita telah
mengerti apa itu interaksi, selanjutnya untuk memahami pon ini, kita harus
mengerti juga makna dari simbol yang merupakan kata dasar dari simbolik.
Simbol oleh Leslle White didefinisikan sebagai “a thing the value or
meaning of which is bestowed upon by those who use it”. Simbol dalam
interaksionisme ini menurutnya adalah pesan yang dapat ditangkap melalui
cara non sensoris. Lebih jauh lagi simbol-simbol tersebut harus juga memalui
interpretasi lawan bicaranya seperti yang dijelaskan oleh Blumer. Contohnya
adalah seorang yang menyapa dengan assalamualaikum apakah dijawab
dengan baik atau tidak juga tergantung pada penafsiran si pemberi salam.
DEFINISI SITUASI
Pada konsep ini, interaksi sosial akan dinilai dari penggunaan aturan-
aturan yang ada didalamnya. Ada 3 aturan mengenai ini seperti yang
disebutkan David A. Karp dan W. C. Yoles, yakni aturan mengenai ruang,
waktu, dan gerak dan sikap tubuh. Dalam kajian yang menjadi rujukan kedua
penulis tersebut, yakni The Hidden Dimension (1982) karya Hall,
disimpulkan bahwa interaksi sosial akan cenderung menggunakan empat
jarak : jarak intim (0 cm-45 cm), pribadi (45 cm-1,22 M) sosial (1,22 m-
3,66m) dan publik(>3,66m). Aturan waktu yang dimaksud disini adalah
hubungan timbal balik yang terus terjadi meskipun tanggapan baru bisa
dilaksanakan di waktu lain, juga tentang nilai-nilai penggunaan waktu
contohnya perbedaan budaya “jam karet” dan disiplin waktu. Pada aturan
gerak tubuh, seseorang akan dianggap tidak sopan ketika melakukan gerakan
gerakan tertentu ketika berinteraksi dengan orang lain.
Pendekatan ini lebih menjurus kepada interaksi antar manusia yang satu
dengan yang lain tanpa mengeluarkan kata-kata atau menghiraukannya, tetapi
lebih berfokus kepada gerak tubuh atau gesturenya.
Erving Goffman merupakan salah seorang ahli sosiologi masa kini yang
dinilai turut memberikan sumbangan penting terhadap kajian interaksi, yakni
prinsip dramaturginya. Menurut Goffman, setiap individu yang berjumpa
akan mengumpulkan informasi lawan bicaranya dan memanfaatkannya untuk
mendefinisikan situasi. Menurut Goffman, pada setiap perjumpaan masing-
masing pihak akan dengan sengaja atau tidak membuat pernyataan
(expression) dan pihak lain akan mendapatkan kesan (impression). Sebuah
pernyataan (expression) pun dibagi menjadi dua yakni yang diberikan dan
dilepaskan. Contohnya adalah apabila ada seseorang yang mengucapkan
terimakasih dengan wajah muram, expression yang diberikan adalah sebuah
ucapan terimakasih tetapi apa yang dilepaskan adalah raut muka muramnya
yang mengisyaratkan isi hati yang sebenarnya.
2. SISTEM SOSIAL
A. Pengertian sistem sosial
Unsur unsur dalam sistem sosial adalah satuan dari interaksi sosial, yang
kemudian membentuk struktur artinya unsur unsur itu merupakan bagian-
bagian yang saling bergantungan dan menyatu dalam sistem sosial. Menurut
Robert M.Z Lawang (1985), bahwa inti dari sistem sosial adalah selalu ada
hubungan timbal balik yang konstan.
Secara umum unsur-unsur dari sistem sosial adalah terdiri dari status,
peranan dan perbedaan sosial; akan tetapi sesungguhnya banyak sekali
komponen yang terkandung dalam pengertian sistem sosial itu. Menurut
Alvin L.Bertrand (1980), ada sepuluh unsur yang terkandung dalam sistem
sosial, yaitu sebagai berikut:
1. Keyakinan (pengetahuan)
Keyakinan merupakan unsur sistem sosial yang di anggap sebagai
pedoman dalam melakukan penerimaan suatu pengetahuan di dialam
kehidupan kelompok sosial dalam masyarakat. Misalnya, dalam
menilai berbahaya atau tidak dalam menerima anggota baru pada suatu
kelompok atau organisasi sosial, dinilai berdasarkan kekuatan
keyakinan.
2. Perasaan (sentimen)
Menurut Alvin perasaan menunjuk pada bagaimana perasaan suatu
anggota sistem sosial (angota kelompok) tentang hal-hal, peristiwa-
peristiwa serta tempat tempat tertentu. Suatu keberhasilan sistem sosial
juga di pengaruhi bagaimana perasaan anggotanya secara umum.
Misalnya, jika dalam anggota kelompok saling iri, benci dan dendam
satu sama lain maka hubungan kerja samanya tidak akan berjalan baik.
8. Sanksi
Sanksi merupakan ancaman hukum yang biasanya ditetapkan oleh
masyarakat terhadap anggota-anggotanya yang dianggap melanggar
norma-norma sosial kemasyarakatan. Penerapan sanksi oleh
masyarakat ditujukan agar pelanggaranya dapat mengubah perilakunya
kea rah yang lebih baik sesuai dengan norma-norma sosial yang
berlaku.
4. Fungsi adaptasi
Secara umum fungsi ini menyangkut kemampuan
masyarakat untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan
hidupnnya. Dalam pelaksanaan fungsi ini,peran teknologi sangat
penting.
3. STRUKTUR SOSIAL
4. INSTITUSI/LEMBAGA/PRANATA SOSIAL
Oleh karena itu, ada tiga kata kunci di dalam setiap pembahasan mengenai
pranata sosial yaitu:
c. Sistem hubungan, yakni jaringan peran serta status yang menjadi wahana
untuk melaksanakan perilaku sesuai dengan prosedur umum yang berlaku.
Menurut John Levis Gillin dan John Phillpe Gillin ciri umum
pranata sosial adalah sebagai berikut :
5. SOSIALISASI
Pada tahap pertama, play stage, seorang anak kecil mulai belajar
mengambil peran yang ada orang yang ada disekitarnya. Ia mulai menirukan
peran yang dijalankan oleh orangtuanya atau orang dewasa lain yang sering
berinteraksi dengannya. Misalnya disini adalah setiap kali anak kecil yang
sedang bermain mereka sering meniru peran orang dewasa disekitarnya
seperti menjadi seorang ayah, ibu, nenek, kakek dan bebrbagai profesi orang
dewasa lain. Namun, pada tahap ini seorang anak belum memahami
sepenuhnya isi-isi peran yang ditirunya. Misalnya, seorang anak menirukan
menjadi seorang ayah, tapi ia belum memahami mengapa ayah bekerja, untuk
apa ayah bekerja dll. Selain itu misalnya, seorang anak yang berpura-pura
menjadi seorang polisi, mereka atau ia tidak tahu mengapa seorang polisi
mengintrogasi pelaku kejahatan.
Pada tahap yang kedua yaitu game stage, seorang anak tidak hanya telah
mengetahui peran yang harus dijalankannya tetapi telah pula mengetahui
peran yang harus dijalankan oleh orang lain dan dengan siapa ia berinteraksi.
Contohnya adalah dimana seorang anak yang bermain sepak bola bersama
kawannya. Disitu kawan yang bermain dengannya tentu akan dibagi menjadi
2 tim. Tim yang pertama adalah tim seorang anak tersebut, dan anak tersebut
berperan menjadi seorang penjaga gawang di timnya. Seorang anak tersebut
paham betul bahwa ia harus melindungi gawangnya agar tim lawan tidak bisa
memasukkan bola di gawangnya. Disini anak tersebut paham akan peran
peran dari tim lawan yang akan mencetak gol digawangnya. Sehingga ia akan
berusaha menggagalkan peran tersebut. Selain itu ia juga paham akan peran
seorang wasit yang memimpin jalannya permainan sepak bola tersebut.
Dalam bersosialisasi pasti akan ada pihak yang menjadi pelaku atau pihak
yang melakukan sosialisasi. Pihak ini disebut Agen Sosialisasi. Fuller dan
Jacobs mengidentifikasikan empat agen sosialisasi meliputi Keluarga, Teman
bermain, Sekolah, dan Media massa.
1. Keluarga
Menurut Gertrude Jaeger(1977) mengemukakan bahwa peran para
agent sosialisasi pada tahap awal ini terutama orang tua sangat penting.
Sang anak sangat tergantung pada orang tua dan apa yang terjadi antara
orang tua dan anak pada tahap ini jarang diketahui orang luar. Arti penting
agent sosialisasi pertama terletak pada pentingnya kemampuan yang
diajarkan pada tahap ini. Mulai dari belajar berkomunikasi secara verbal
dan non verbal dan juga sentuhan fisik.
2. Teman bermain
Disini seorang anak mempelajari kemampuan baru. Kalau didalam
keluarga interaksi yang dipelajarinya dirumh melibatkan hubungan yang
tidak sederajat/ sebaya, maka dalam kelompok bermain seorang anak
belajar berinteraksi dengan teman sebaya. Ia mulai mempelajari aturan
yang mengatur peran orang yang kedududkannnya sederajat juga seorang
anak mulai belajar nilai-nilai keadilan.
3. Sekolah
Menurut Robert Dreeben berpendapat bahwa yang di pelajari anak
di sekolah di samping membaca, menulis dan berhitung adalah aturan
mengenai kemandirian, prestasi, universalisme dan spesifitas. Dari
pandangan Dreeben kita dapat melihat bahwa sekolah merupakan suatu
jenjang peralihan antara keluarga dan masyarakat. Sekolah
memperkenalkan aturan baru yang diperlukan bagi anggota masyarakat,
dan aturan baru tersebu sering berbeda dan bahkan dapat bertentangan
dengan tauran yang dipellajari selama sosialisasi berlangsung anak di
rumah.
4. Media masa
Light, Keller dan Calhoun(1989) mengemukakan bahwa media masa yang
terdiri media cetak maupun elektronik merupakan bentuk komunikasi yang
menjangkau sejumlah besar orang yang berpengaruh terhadap prilaku
khalayaknya.
A. KEDUDUKAN (status)
Kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam
suatu kelompok sosial. Kedudukan sosial artinya adalah tempat seseorang
secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain,
dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya, dan hak-hak serta
kewajiban-kewajibannya.
Secara abstrak kedudukan berarti tempat seseorang dalam suatu pola
tertentu. Dengan demikian, seseorang dikatakan mempunyai beberapa
kedudukan karena seseorang biasanya ikut serta dalam berbagai pola
kehidupan. Pengertian tersebut menunjukkan tempatnya sehubungan
dengan kerangka masyarakat secara menyeluruh. Kedudukan Tuan A
sebagai warga masyarakat merupakan kombinasi dari segenap
kedudukannya sebagai guru, kepala sekolah, ketua rukun tetangga, suami
nyonya B, ayah anak-anak, dan seterusnya.
B. PERAN (ROLE)
Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila
seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Pembedaan Antara
kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
Keduanya tak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada
yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau
kedudukan tanpa peranan. Sebagai mana halnya dengan kedudukan,
peranan juga mempunyai dua arti. Setiap orang mempunyai macam-
macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu
sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi
masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan masyarakat
kepadanya. Pentingnya peranan adalah karena ia mengatur perilaku
seseorang. Peranan menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu
dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain.
Hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat merupakan
hubungan Antara peranan-peranan individu dalam masyarakat. Peranan
diatur oleh norma-norma yang berlaku.
1. Berry, David. 1974. The Principle of Sociology, London: Constable & Co.
Ltd. Diterjemahkan oleh Wirutomo, 2003, Pokok-pokok Pikiran dalam
Sosiologi (Cetakan IV), Jakarta, Rajagrafindo Persada.
2. Ritzer, George. 2005. Sosiologi Berparadigma Ganda, Jakarta, Persada
Media Group
3. Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. Raja
Grafindo Persada
4. Sunarto, Kamanto.2004. Pengantar Sosiologi: Suatu Bungai Rampai.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
5. Wirawan, I.B., 2013. Teori-teori Sosial dalam Tiga Paradigma. Jakarta,
Prenadamedia Grup