Anda di halaman 1dari 8

BAB I

FUNGSI DAN PERANAN SOSIOLOGI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Sosiologi


Secara etimologi, sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu socius dan logos. Socius artinya teman
atau kawan, dan logos artinya ilmu atau pikiran. Secara sederhana, dapat diartikan bahwa sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara teman dengan teman.
Para ahli mendefinisikan socius sebagai pergaulan hidup. Alam perkembangan selanjutnya,
sosiologi memiliki arti sebagai ilmu tentang pergaulan hidup, yaitu pergaulan antara seseorang dengan
seseorang, seseorang dengan kelompok atau golongan, dan pergaulan antara golongan atau kelompok
dengan golongan atau kelompok. Dalam sosiologi, makna teman atau kawan cakupannya lebih luas
dibandingkan dengan pengertian kita sehari-hari. Mengapa demikian? Karena termasuk ke dalam
kategori teman atau kawan disini bisa juga musuh. Dengan demikian, yang dimaksud dengan teman
disini adalah kawan dan lawan.
Pengertian lawan dimaksudkan sebagai teman adalah berangkat dari suatu kenyataan bahwa di
dalam pergaulan antar manusia, akan selalu terjadi hubungan-hubungan antara orang yang satu dengan
yang lain, dan diantara orang-orang yang saling berhubungan tersebut mempunyai pemikiran, tujuan,
dan kesamaan pandangan. Bahkan, sering terjadi diantara orang-orang yang saling berhubungan
tersebut mempunyai pemikiran, tujuan, dan pandangan yang saling bertolak belakang. Hal ini
menimbulkan terjadinya konflik di antara mereka, namun mereka akan tetap berhubungan. Misalnya,
orang yang sedang bersaing untuk memperoleh suatu posisi tertentu. Disadari atau tidak, orang-orang
tersebut akan saling menghalangi untuk memperoleh posisi itu, namun diantara kedua orang itu tetap
saling berinteraksi.
Contoh lainnya adalah pemilihan umum. Sebelum pemilu, semua partai politik akan bersaing untuk
memperoleh simpati dari masyarakat. Dalam persaingan memperoleh simpati ini, sering terjadi
persaingan yang tidak sehat. Bahkan, tidak jarang suatu kampanye partai politik berakhir dengan
kerusuhan di antara simpatisan partai-partai politik tersebut.
Sosiologi termasuk ke dalam kelompok ilmu-ilmu sosial (social science). ilmu ini lahir berkat jasa
seorang filsuf Prancis yang bernama Auguste Comte. Ia menulis buku yang sangat terkenal, yaitu “Cours
de Philosophie Positive”. Ia menyatakan bahwa pendekatan-pendekatan umum untuk mempelajari
masyarakat harus melalui urutan-urutan tertentu sampai pada tahap terakhir, yaitu tahap ilmiah.
Auguste Comte disebut sebagai bapak sosiologi karena ialah yang pertama kali memakai istilah
sosiologi serta mengkajinya secara sistematis sehingga ilmu tersebut melepaskan diri dari filsafat dan
berdiri sejak pertengahan abad 19.

1. Definisi Sosiologi
a. Roucek dan Warren
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok.
b. Pitirim A. Sorokin
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hal berikut.
1) Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya antara
gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, dan gerak
masyarakat dengan politik).
2) Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non sosial (misalnya
dengan gejala geografis dan biologis).
3) Ciri-ciri umum semua jenis gejala sosial.
c. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial, termasuk perubahan
sosial.
d. William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkof
Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi
sosial.
e. J.A.A. Van Doorn dan C.J. Lammars
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan
yang bersifat stabil.
f. Auguste Comte
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari manusia sebagai makhluk yang mempunyai naluri untuk
senantiasa hidup bersama dengan sesamanya.
g. Charles Elwood
Sosiologi merupakan pengetahuan yang menguraikan hubungan manusia dan golongannya, asal
dan kemamuannya, serta bentuk dan kewajibannya.
h. Herbert Spencer
Sosiologi mempelajari tumbuh, bangun, dan kewajiban masyarakat.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa sosiologi mempelajari
masyarakat dalam hubungannya dengan manusia lain.
Dalam perkembangannya, ranah sosiologi berkembang menjadi cabang-cabang secara lebih
khusus lagi. Cabang-cabang tersebut antara lain sosiologi pendidikan, sosiologi agama, sosiologi
keluarga, sosiologi hukum, sosiologi politik, sosiologi kesenian, sosiologi ekonomi, sosiologi medis,
sosiologi ilmu pengetahuan, sosiologi perdesaan, sosiologi perkotaan, dan sosiologi industri.

2. Sifat dan Hakikat Sosiologi


Hakikat sosiologi adalah sebagai berikut (Soekanto 2013: 18-21).
a. Sosiologi termasuk rumpun ilmu-ilmu sosial yang bersangkut paut dengan gejala-gejala
kemasyarakatan.
b. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang kategoris. Artinya, sosiologi membatasi diri dengan
apa yang terjadi dan bukan pada apa yang seharusnya terjadi.
c. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang murni karena bertujuan untuk membentuk dan
mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak, bukan ilmu pengetahuan terapan atau
terpakai.
d. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak. Artinya, yang diperhatikan adalah pola
dan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat.
e. Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola secara umum.
Sosiologi meneliti dan mencari apa yang menjadi prinsip atau hukum-hukum umum dan
interaksi antarmanusia dan perihal sifat, hakikat, isi dan struktur masyarakat manusia.
f. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang rasional, terkait dengan metode yang
dipergunakannya.
g. Sosiologi termasuk ilmu pengetahuan yang umum dan bukan merupakan ilmu pengetahuan
yang khusus. Artinya, sosiologi mengamati dan mempelajari gejala-gejala umum yang ada pada
setiap interaksi dalam masyarakat secara empiris.

Sifat sosiologi sebagai ilmu yaitu sebagai berikut .


a. Bersifat empiris, artinya didasarkan pada observasi dan akal sehat yang hasilnya tidak bersifat
spekulatif.
b. Bersifat teoritis, artinya sosiologi senantiasa berusaha menyusun simpulan dari hasil-hasil
observasi untuk menghasilkan teori keilmuan.
c. Bersifat kumulatif, artinya teori sosiologi dibentuk berdasarkan teori yang sudah ada, kemudian
diperbaiki, diperluas, dan diperdalam.
d. Bersifat nonetis, artinya yang dipersoalkan dalam sosiologi bukanlah baik atau buruknya fakta
tertentu, tetapi menjelaskan fakta tersebut secara analitis dan apa adanya.

3. Tujuan dan kegunaan Sosiologi


Sosiologi mempunyai tujuan pokok meningkatkan kemampuan manusia dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungan hidupnya. Bagi siswa, sosiologi bertujuan untuk mengembangkan sikap dan
kemampuan dalam berperilaku di dalam menghadapi perbedaan-perbedaan yang muncul dalam
masyarakat yang mencakup berbagai faktor sosial maupun budaya.
Dalam kehidupan bermasyarakat, sosiologi dapat digunakan untuk hal-hal berikut
a. Peranan Sosiologi dalam Pembangunan
Sosiologi dapat memberikan masukan bagi terlaksananya proses pembangunan, baik pada
tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun proses penilaian akhir pembangunan. Sering terjadi
suatu pembangunan yang dilaksanakan mengabaikan peran sosiologi. Artinya, pelaksanaan
pembangunan itu tanpa mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang muncul sebagai
akibat dari proses maupun akhir pembangunan tersebut. Adapun dalam aspek pembangunan,
pengaruh yang muncul bukan hanya menyangkut kondisi alam seperti cuaca dan iklim, tetapi
dampak langsung yang menyangkut segi-segi kehidupan masyarakat. Disinilah peranan sosiologi
sebenarnya sangat diperlukan.
Dengan kajian sosiologis, kita dapat memprediksi kondisi masyarakat sebelum dan sesudah
pelaksanaan pembangunan. Artinya, apakah suatu pembangunan itu lebih menguntungkan
masyarakat sekitar ataukah masyarakat sekitar hanya akan menanggung dampak negatif dari
pembangunan itu sendiri. Misalnya, bila di kota A didirikan suatu industri yang bertarif
internasional, maka akan muncul berbagai hal yang mengiringinya. Pada satu sisi, industri itu
dapat menyerap tenaga kerja dan memajukan roda perekonomian. Namun, pada sisi yang lain,
pembangunan industri akan memunculkan masalah baru seperti pencemaran udara, polusi, dan
munculnya rumah kumuh. Pembangunan itu akan lebih baik jika dari awal dilakukan pengkajian
mengenai kemungkinan-kemungkinan negatif yang akan muncul, sehingga hal-hal seperti itu
dapat diminimalisasi.
Pembangunan itu juga tidak berarti dalam pengertian fisik semata, tetapi dapat juga dalam
pembentukan karakter suatu masyarakat atau bangsa. Artinya, dengan adanya perkembangan
yang begitu cepat dalam semua hal, kita bisa menekankan perlunya sifat keterbukaan dengan
dunia luar, juga kejujuran dalam menyampaikan berbagai macam informasi sehingga
masyarakat dapat memahami situasi dan kondisi yang ada. Pembangunan karakter juga dapat
membentuk pribadi-pribadi yang baik, penuh kedisiplinan, dan rasa tanggung jawab yang tinggi.

b. Peranan Sosiologi dalam Penelitian


Penelitian sosiologi dimaksudkan untuk memperoleh gambaran suatu perencanaan sosial
yang lebih efektif. Artinya, dengan adanya suatu gejala sosial di dalam masyarakat, sosiologi
berfungsi untuk mencari sebab-sebab atau akar suatu masalah sosial untuk kemudian diberikan
kepada para pengambil keputusan untuk mengambil langkah terbaik dalam mengatasi masalah
tersebut. Dalam penelitian ini, peran sosiologi bukan sebagai pengambil keputusan atau
penentu kebijakan, tetapi hanya member masukan, sedangkan segala keputusan akan diambil
diserahkan kepada pemerintah.
Dalam kaitannya dengan fungsi sosiologi untuk penelitian, kita perlu memahami bagaimana
cara memperoleh data sehingga simpulan dari hasil penelitian itu dapat menunjukkan kondisi
nyata di masyarakat. Untuk memperoleh data, kita dapat menggunakan instrument-instrumen
seperti angket, pedoman wawancara, dan observasi.
4. Krakterisitik Sosiologi
a. Sosiologi tidak memiliki dalil, teori, atau konsep yang pasti, mengingat objeknya adalah
masyarakat yang senantiasa berubah dan sangat heterogen.
b. Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang bersifat kategoris dan empiris. Artinya, sosiologi
membatasi diri untuk menganalisis apa yang terjadi, bukan terhadap apa yang seharusnya
terjadi.
c. Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang bersifat umum. Artinya, memusatkan perhatian kepada
gejala-gejala sosial secara universal. Oleh sebab itu, sosiologi merupakan ilmu pengetahuan
murni, bukan ilmu pengetahuan terapan.
d. Sosiologi mempelajari hal-hal yang bersifat abstrak. Artinya, yang diperhatikan dalam sosiologi
adalah bentuk dan pola-pola peristiwa dalam masyarakat.

5. Tokoh-Tokoh Sosiologi
a. Auguste Comte (1798-1857)
Auguste Comte lahir di Montpellier, Prancis pada tanggal 20 Januari 1798. Akibat penyakit
kanker yang dideritanya, ia meninggal pada tanggal 5 September 1857. Peranannya dalam
perkembangan ilmu sosiologi sangat besar. Hal inilah yang membuatnya mendapat julukan
sebagai Bapak Sosiologi. Salah satu sumbangan pemikirannya adalah tentang hukum kemajuan
kebudayaan masyarakat. Menurutnya, kemajuan kebudayaan manusia dapat dibagi menjadi tiga
zaman, yaitu sebagai berikut.
1) Zaman teologis
Zaman teologis adalah zaman dimana masyarakatnya mempunyai kepercayaan magis,
percaya pada roh, jimat serta agama, dunia bergerak menuju alam baka, menuju ke
pemujaan terhadap nenek moyang, menuju ke sebuah dunia dimana orang mati mengatur
orang hidup.
2) Zaman metafisika
Zaman metafisika, yaitu masa masyarakat dimana pemikiran manusia masih terbelenggu
oleh konsep filosofis yang abstrak dan universal.
3) Zaman positif
Zaman positif, yaitu masa dimana segala penjelasan gejala sosial maupun alam dilakukan
dengan mengacu pada deskripsi ilmiah (hukum-hukum ilmiah)

Pemikirannya tentang hukum kemajuan kebudayaan masyarakat membuatnya mendapat


julukan sebagai perintis positivisme. Menurutnya, ciri-ciri metode positivisme adalah objek yang
dikaji berupa fakta, bermanfaat, dan mengarah kepastian serta kecermatan. Bagi Comte,
manusia harus membangun intelektualitas berdasarkan pada sebuah moralitas. Menurutnya,
kesejahteraan, kebahagiaan, dan kemajuan sosial tergantung perkembangan perasaan altruistic.
Oleh sebab itu, kita harus meningkatkan rasa kemanusiaan agar masyarakat menjadi tertib,
maju, dan modern.

b. Karl Marx (1818-1883)


Karl Marx lahir di Jerman pada tanggal 5 Mei 1818. Pendidikan formalnya ditempuh di
Universitas Bonn dan Univeritas Berlin dengan mengambil jurusan hukum. Pada tahun 1841, dia
memperoleh gelar doctor dari Universitas Jena.
Sumbangan pemikiran Marx bagi ilmu sosiologi adalah teorinya mengenai kelas sosial.
Pemikirannya dia tuliskan pada buku yang berjudul The Communist Manifest yang ditulis
bersama Friedrich Engels. Menurutnya, sejarah masyarakat merupakan sejarah perjuangan
kelas. Pandangannya terhadap perkembangan pembagian kerja dalam kapitalisme
menumbuhkan dua kelas yang berbeda, yaitu sebagai berikut.
1) Kelas borjuis (majikan), terdiri atas orang-orang yang menguasai alat produksi.
2) Kelas proletar (buruh), yang tidak memiliki alat produksi dan modal sehingga menjadi kelas
yang dieksploitasi oleh kelas borjuis.

Kelas proletar dalam pemikiran Marx, suatu saat akan menyadari kepentingan mereka
bersama. Ketika hal itu terwujud, kelompok ini akan melakukan pemberontakan dan
menciptakan masyarakat tanpa kelas. Meski sampai sekarang pemikiran tersebut tidak pernah
terwujud, namun pemikiran tentang stratifikasi dan konflik sosial tetap berpengaruh. Pada
langkah selanjutnya, hal itu memengaruhi pemikiran sosiologi, khususnya tentang kapitalisme.

c. Emile Durkheim (1858-1917)


David Emile Durkheim lahir pada tanggal 15 April 1858 dan meninggal pada tanggal 15
November 1917 pada umur 59 tahun. Berbagai pemikirannya membuatnya terkenal sebagai
pencetus sosiologi modern. Selain pemikirannya, ia juga mendirikan fakultas sosiologi pertama
di sebuah Universitas Eropa pada tahun 1895. Berbagai pemikirannya dituangkan dalam jurnal
L’Année Sociologique pada tahun 1896. Sebagai ilmuan, dia cukup rajin menuangkan hasil
pemikirannya dalam berbagai buku. Karya utamanya antara lain Rules of The Sociological
Method, The Division of Labour in Society, Suicide, Moral Education, dan The elementary
Forms Of The Religious Life.
Pemikiran Durkheim sampai sekarang masih menjadi rujukan bagi ilmu sosiologi. Salah
satunya adalah pandangannya bahwa setiap masyarakat memerlukan solidaritas. Menurutnya,
ada dua tipe utama solidaritas, yaitu sebagai berikut.
1) Solidaritas mekanis, merupakan tipe solidaritas yang didasarkan pada persamaan dan
biasanya ditemui pada masyarakat sederhana.
2) Solidaritas organis, ditandai dengan adanya saling ketergantungan antarindividu atau
kelompok lain, masyarakat tidak lagi memenuhi kebutuhannya sendiri.

Durkheim mengembangkan lima metode untuk mempelajari sosiologi, yaitu sebagai berikut.
1) Sosiologi harus bersifat ilmiah, dimana fenomena-fenomena sosial harus dipelajari secara
objektif dan menunjukkan sifat kausalitasnya.
2) Sosiologi harus memperlihatkan karakteristik sendiri yang berbeda dengan ilmu-ilmu lain.
3) Menjelaskan kenormalan patologi.
4) Menjelaskan masalah sosial secara “social” pula.
5) Mempergunakan metode komparatif secara sistematis.

d. Max Weber (1864-1920)


Karl Emil Maximilian Weber lahir di Erfurt, Jerman pada tahun 1864. Berbagai disiplin ilmu
dipelajari, meliputi bidang hukum, ekonomi, sejarah, filsafat, teologi, dan pendidikan. Hal itu ia
tempuh di berbagai universitas di Jerman, diantaranya Heidelberg dan Berlin. Salah satu karya
penting dari Weber berjudul The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalisme. Ia meneliti
hubungan antara etika Protestan (Sekte Kalvinisme) dengan munculnya perkembangan
kapitalisme. Menurutnya, ajaran Kalvinisme mengharuskan umatnya bekerja keras agar dapat
menuntun mereka ke surga. Syaratnya, setiap keuntungan dari hasil kerja keras tidak boleh
digunakan untuk berfoya-foya. Hidup mereka harus tetap sederhana dan melarang segala
bentuk kemewahan. Ajaran ini menjadikan para penganutnya menjadi makmur. Setiap
keuntungan yang dihasilkan selalu ditanamkan menjadi modal. Menurutnya, dari sinilah
kapitalisme di Eropa berkembang pesat.
6. Hubungan Sosiologi dengan Ilmu Lainnya.
Berikut ini adalah beberapa ilmu yang sering terkait dengan kajian sosiologi.
a. Ilmu politik, memusatkan kajiannya pada pemerintah dan penggunaan kekuasaan politis.
Mereka melihat berbagai gagasan di belakang sistem pemerintah, terutama pada proses-proses
politik. Sementara itu, ahli sosiologi mengkaji berbagai perilaku politik, alasan orang-orang ikut
serta berpolitik, mengapa mereka bergabung dalam pergerakkan politik, serta hubungan antara
politik dan institusi sosial lainnya.
b. Ilmu sejarah, mempelaari bagaimana suatu peristiwa , urutan, dan makna tentang peristiwa
lampau. Pada perkembangannya, penyelidikan sejarah tidak hanya membuat laporan tentang
orang-orang dan tempat-tempat saja. Mereka juga mempelajari bagaimana kecenderungan
sosial yang luas dari waktu ke waktu. Data-data inilah yang banyak digunakan oleh ahli sosiologi
pada saat melakukan penyelidikan historis. Contohnya, sosiolog dapat membandingkan
pengaruh sosial industrialisasi di Negara-negara Barat pada tahun 1800-an dengan pengaruh
industrialisasi sekarang di Negara-negara yang sedang berkembang. Artinya, melalui acuan
historis, sosiolog dapat menjelaskan tentang peristiwa sosial masa sekarang.
c. Psikolog, mempelajari proses mental manusia. Psikolog akan mempelajari tentang operasi
pikiran yang logis, alasan, persepsi, mimpi-mimpi, kreativitas, neurosis, konflik mental, dan
berbagai macam emosi. Perbedaan antara psikologi kajiannya memusatkan pada pengalaman
individu, sedangkan sosiologi menekankan pengalaman kelompok sosial. Meski demikian, kajian
psikologi sosial dapat digunakan sosiolog untuk memahami kepribadian dan perilaku yang
dipengaruhi oleh individu-individu.
d. Ilmu ekonomi, mengkaji bagaiman manusia memperoleh barang-barang dan jasa melalui
kegiatan produksi , distribusi, serta konsumsi. Kajian ilmu ekonomi dapat digunakan oleh
sosiolog untuk meneliti basis sosial tentang perilaku ekonomi. Melalui kajian sosiologi, uang
tidak hanya dilihat sebagai barang yang keluar masuk bank semata. Kita akan mempelajari
mengapa uang disimpan disana oleh orang-orang. Tentunya, keputusan tersebut berdasarkan
keputusan sosial. Contohnya, orang menabung untuk mengantisipasi sesuatu maupun
menabung untuk kepentingan pendidikan serta persiapan membeli perumahan. Hubungan
kedua ilmu ini terletak pada basis perilaku sosial yang ikut menentukan tipe dan bentuk
interaksi.
e. Antropologi, memusatkan kajiannya pada studi biologi manusia dan kebudayaannya dalam
semua periode. Kajian antropologi terbagi dua. Pertama, ilmu antropologi fisik yang
berkonsentrasi pada dua aspek yakni evolusi biologi manusia dan perbedaan fisik antarorang-
orang di dunia. Kedua, ilmu antropologi budaya yang mengkaji perkembangan dan kultur yang
sebagian besar difokuskan pada masyarakat dan budaya pramodern.

B. Metode dalam Sosiologi


Metode, secara sederhana dapat diartikan sebagai cara. Dalam pengertian yang lebih ilmiah,
metode berarti cara kerja yang tersistem untuk memudahkan kita dalam melaksanakan suatu pekerjaan
atau kegiatan, sehingga tujuan yang kita inginkan dapat tercapai dengan sempurna atau maksimal.
1. Metode kualitatif
a. Metode historis
Penelitian yang analisis datanya didasarkan pada peristiwa –peristiwa masa lampau untuk
mengetahui kejadian masa kini.
b. Metode Komparatif
Penelitian dengan membandingkan antara kondisi masyarakat satu dengan yang lain, dengan
maksud untuk mengetahui perbedaan dan persamaan, disamping untuk mengetahui sebab-
sebab terjadinya kondisi masyarakat yang demikian.
c. Metode Studi Kasus
Metode ini dipergunakan untuk meneliti kebenaran peristiwa-peristiwa tertentu. Misalnya,
gerakan-gerakan mahasiswa untuk menolak kenaikan harga BBM, atau gerakan mahasiswa
memprotes berbagai kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak kepada rakyat.

2. Metode Kuantitatif
Metode kuantitatif merupakan cara penelitian yang dalam analisis datanya menggunakan
keterangan berdasarkan angka-angka. Metode ini umum digunakan dalam perhitungan secara
statistik.
Berikut ini beberapa metode yang termasuk ke dalam metode kuantitatif.
a. Metode Eksperimen (Percobaan)
Metode ini digunakan dalam menguji pengaruh dari proses perubahan pola kehidupan
masyarakat. Metode ini dilaksanakan untuk membandingkan dua kelompok , yaitu kelompok uji
coba dan kelompok terkontrol. Sebaiknya, kelompok yang diteliti tidak diberitahu sebelumnya
untuk menghindarkan individu-individu yang diteliti melakukan tindakan-tindakan palsu atau
berbohong.

b. Metode Induktif dan Deduktif


Metode induktif adalah metode yang dipergunakan untuk mempelajari gejala-gejala khusus,
serta kaidah-kaidah yang berlaku dalam lapangan yang lebih luas. Sementara itu, metode
deduktif dimulai dari kaidah-kaidah yang berlaku secara umum untuk kemudian dipelajari dalam
keadaan yang khusus.

c. Metode Survei Lapangan


Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang hanya diperoleh dalam kehidupan
masyarakat secara langsung. Data bisa diperoleh melalui angket wawancara, ataupun observasi
secara langsung. Jika menggunakan angket, peneliti harus terlebih dahulu membuat angket.
Angket adalah daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Ada angket tertutup,
terbuka, dan semiterbuka. Syarat utama jika kita menggunakan angket adalah memastikan
bahwa responden atau pihak yang kita teliti tidak buta huruf. Jika menggunakan wawancara,
kita harus menyiapkan pedoman wawancara. Pedoman wawancara bisa juga berupa angket. Jika
menggunakan observasi, kita membuat lembaran observasi. Semua hal yang ingin diketahui kita
daftar terlebih dahulu.

d. Metode Empiris
Metode empiris menyandarkan diri pada keadaan yang nyata dalam masyarakat melalui
penelitian. Metode rasionalitas mengutamakan pemikiran sehat untuk mencapai pengertian
tentang masalah-masalah kemasyarakatan.

e. Metode Fungsionalisme
Metode ini bertujuan untuk meneliti kegunaan lembaga-lembaga kemasyarakatan dan struktur
sosial

Metode-metode tersebut sering kali digunakan bersama dalam suatu penelitian, karena
memiliki sifat saling melengkapi dalam proses penelitian.
C. Penerapan Sosiologi dalam kehidupan Sehari-hari

Pada kajian sebelumnya, telah dijelaskan definisi dan ruang lingkup objek kajian sosiologi. Sebagai
ilmu yang mempelajari masyarakat, sosiologi mengkaji berbagai kenyataan social yang ada di
masyarakat. Ruang lingkupnya paling luas disbanding cabang-cabang ilmu lainnya.
Seluruh kegiatan manusia sebagai anggota masyarakat beserta semua yang dihasilkan dari proses
social menjadi objek kajian sosiologi, mulai dari masalah kemiskinan, kejahatan, perilaku seksual,
kehidupan keluarga, pendidikan, kelas-kelas social, konflik social, akibat pertumbuhan penduduk,
pelanggaran hokum, hingga program pembangunan Negara.
Semua persoalan tersebut berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari manusia sebagai anggota
masyarakat. Setiap persoalan dapat terjadi di masyarakat, meski frekuensi dan intensitasnya berbeda.
Pada masa sekarang, kenyataan social yang sangat actual adalah penanganan kemiskinan,
pembangunan masyarakat, penanganan korupsi, penegakkan hokum, dan integritas bangsa. Sosiologi
dapat memberikan sumbangan berharga untuk menangani berbagai masalah tersebut.
Pada awalnya, kajian sosiologi semata-mata hanya untuk memahami realitas yang ada. Kajian
seperti ini bersifat murni keilmuan. Misalnya, masalah kemiskinan yang dialami masyarakat desa.
Sebagai ilmu murni (pure science), sosiologi berusaha mencari pengetahuan mengenai kemiskinan
tersebut, mengapa kemiskinan terjadi,apa akibatnya, serta bagaimana intensitas dan kuantitasnya.
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu dapat dijadikan pengetahuan yang semata-mata digunakan
untuk pengembangan sosiologi sebagai ilmu (teori). Pada kajian murni untuk kepentingan ilmu,
sosiologi tidak sedikit pun bertujuan untuk mencoba mencari jalan keluar agar masyarakat bisa
terbebas dari kemiskinan.

Apabila kajian mengenai kemiskinan ditujukan untuk merumuskan langkah-langkah praktis dalam
menanggulangi kemiskinan, barulah sosiologi memasuki tahap penerapan. Disinilan arti penting
sosiologi bagi kehidupan manusia. Sebagai ilmu terapan, sosiologi dapat membantu manusia
memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat. Kemiskinan tidak semata dikaji untuk
menghasilkan pengetahuan (teori) mengenai kemiskinan. Perkelahian pelajar tidak semata diteliti
hanya untuk menyusun teori mengenai gejala sosial tersebut, tetapi dilanjutkan dengan upaya praktis
untuk menangani gejala-gejala tersebut.
Sehubungan dengan luasnya ruang lingkup objek kajian sosiologi, maka bidang-bidang kehidupan
yang dijangkau penerapan sosiologi pun sangat luas. Semua sisi kehidupan manusia sebagai anggota
masyarakat dapat menjadi bidang penerapan pengetahuan sosiologi. Oleh karena itu, memiliki
pengetahuan mengenai sosiologi sangat penting bagi siapa saja. Seseorang belajar sosiologi tidak
semata-mata untuk menjadi sosiolog (ahli sosiologi). Menurut definisi Horton dan Hunt, sosiolog
adalah seorang yang telah mendapatkan gelar sarjana atau telah mengikuti studi lanjutan dalam
sosiologi dan terikat dalam mengajar, mengadakan riset, atau karya professional lain dalam bidang
sosiologi. Tanpa menjadi sosiolog pun seseorang dapat berperan dalam penerapan ilmu pengetahuan
sosiologi.
Pekerjaan sosial, dokter, hakim, insinyur, guru, birokrat, wartawan, dan bahkan berbagai organisasi,
perusahaan, dan yayasan membutuhkan peran sosiologi untuk melakukan penelitian dan
pengembangan. Karir apapun yang dijalani seseorang, ia tentunya tetap akan menjadi warga
masyarakat. Sebagai warga masyarakat, tentu akan berpartisipasi dalam kelompok sosial dan menjadi
penerus kebudayaan antargenerasi. Pengetahuan sosiologi dapat membantu setiap orang dalam
menjalankan perannya di masyarakat dengan bekal wawasan yang luas.

Anda mungkin juga menyukai