Anda di halaman 1dari 3

Mohammad Bagas Bukhori

10010321019

Paradigma Dan Kajian Sosiologi Islam

Review materi kali ini akan meberikan penjelasan mengenai paradigma dan kajian
sosiologi islam, dengan menjabarkan mengenai definisi paradigma-paradigma dalam kajian
sosiologi, yakni paradigma fakta sosial, pardigma definisi sosial, dan paradigma perlilaku
sosial( Behavior), dan pada pembahasn ini ditutup dengan pembahasan mengenai kajian
sosiologi islam dlam paradigma sosiologis.
Paradigma sendiri dari sudut pandang teoritis dapat diartikan sebagai sesuatu yang
menunjukkan prinsip suatu model atau contoh, yang dapat diumpamakan sebagai suatu
prinsip penuntun, atau gagasan pokok yang berarti sekumpulan gagasan atau metode ilmiah
dalam berpikir. Dalam kata lain paradigma adalah kerangka berpikir, konseptul untuk
melakukan sebuah studi. Dan dalam kajian sosiologi terdapat tiga para digma yakni:
Paradigma Fakta Sosial, Paradigma Definisi Sosial, dan Paradigma Perilaku Soisal.

A. Paradigma Fakta Sosial, Definisi Sosial, Dan Paradigma Perilaku Sosial (Behavior)

Paradigma fakta sosial pertama kali dikenalkan oleh salah satu sosiologi dari
prancis yakni Emile Durkheim. Dalam karyanya yang berjudul Suicied, yang
menerangkan tentang fenomena bunuh diri pada masa itu. kehidupan masyarakat dilihat
sebagai realitas yang berdiri sendiri, lepas dari persoalan apakah individu-individu
anggota masyarakat itu suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju. Masyarakat jika
dilihat dari struktur sosialnya akan memiliki seperangkat aturan seperti undang-undang,
hierarki kekuasaan dan wewenang, sistem peradilan, serangkaian peran sosial, nilai dan
norma, pranata sosial, atau pendek kata warisan kebudayaan yang secara analitis
merupakan fakta yang terpisah dari individu warga masyarakat akan tetapi dapat
memengaruhi dan mengendalikan perilaku kesehariannya suatu individu.1
Paradigma Definisi Soisal konsep paradigma ini sangat digencarkan oleh Marx
Weber dalam teorinya yaitu teori tindakan soisal. Dalam paradigma ini individu dilihat
sebagai pelaku tindakan utama dan bebas akan tetapi tetap memilki tanggung jawab atas
pemikiran individu dan tindakannya. Dalam tindakanya itu, seseorang tetap di bawah
pengaruh bayang-bayang struktur sosial dan pranata-pranata dalam masyarakat, tetapi
fokus perhatian paradigma ini tetap pada individu dengan tindakannya tersebut.

1
Suci Fajarni, “Integrasi Tipologi Paradigma Sosiologi George Ritzer dan Margaret M. Poloma,” Jurnal Sosiologi
Agama Indonesia (JSAI) 1, no. 2 (31 Juli 2020): 145, https://doi.org/10.22373/jsai.v1i2.554.
Mohammad Bagas Bukhori
10010321019
Paradigma ini memandang, bahwa hakikat dari realitas sosial itu lebih bersifat subjektif
dibandingkan objektif menyangkut keinginan dan tindakan individual.2
Paradigma Perilaku Soisal Paradigma perilaku sosial pertama kali dipelopori
oleh B.F. Skinner yang menjadi pemuka exemplar paradigma perilaku sosial, melalui
karyanya Skinner mencoba menerjemahkan prinsip-prinsip psikologi aliran behaviorisme
kedalam sosiologi secara praktis. Berbeda dengan paradigma definisi sosial yang sudah
dijelaskan secara umum, maka di dalam paradigma perilaku sosial ini sangat
menekankan pada pendekatan yang bersifat objektif empiris. Meskipun sama-sama
berangkat dari pusat perhatian yang sama, yakni interaksi antar manusia, tetapi
paradigma perilaku sosial menggunakan sudut pandang perilaku-perilaku sosial yang
teramati dan dapat dipelajari. Jadi, dalam paradigma ini perilaku sosial itulah yang
menjadi persoalan utama, karena dapat diamati dan dipelajari secara empiris. 3
B. Kajian Sosiologi Islam Dalam Pardaigma Sosiologi

Sosiologi sebagai disiplin ilmu yang mempelajari interaksi manusia sejatinya


mencakup ruang lingkup yang luas. Segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia dalam
hubungannya dengan manusia lain dipandang sebagai wilayah kepentingan analisis
sosiologi. Oleh karena itu, selain sebagai disiplin ilmu yang sangat luas, sosiologi pun
dipandang memiliki nilai strategis bagi pengembangan dan penataan kehidupan manusia.
Melalui pendekatan sosiologis, agama dapat dipahami dengan mudah karena agama itu
sendiri diturunkan untuk kepentingan sosial. Dalam al-Qur‟an misalnya, kita jumpai
ayat-ayat berkenaan dengan hubungan manusia lainnya.4
Pendekatan sosiologis sejatnya juga sejalan dengan ajaran atau konsep agama
islam, yakni mengenai konsep habluminallah dan hablumminannas. Dengan adanya
konsep tersebut hubungan sosial masyarakat muslim tidak netral dari nilai-nilai ilahiyah.
Namun ketika mereka merealisasikan hubungan sosialnya kepada sesama, pada
hakikatnya mereka sudah mengaktualisasikan hubungannya dengan robbnya. Atas dasar
itulah kajian sosiologi yang dikembangkan dari sumber-sumber utama ajran islam yang
merupakan kepentingan yang hakiki untuk masyarakat muslim.5

2
M. S. Wagiyo, “Paradigma Sosiologi dan Teori Pendekatannya,” t.t., 7.
3
“Dirosatuna : Journal of Islamic Studies,” Journal of Islamic Studies 3, no. 1 (2020): 6.
4
M. Arif Khoiruddin, “Pendekatan Sosiologi Dalam Studi Islam,” Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman 25, no. 2
(2014): 394.
5
Aam Abdussalam, “Teori Sosiologi Islam (Kajian Sosiologis Terhadap Konsep-Konsep Sosiologi Dalam Alquran
Al-Karim),” Ta’lim 12, no. 1 (2014): 26.
Mohammad Bagas Bukhori
10010321019

Referensi

Abdussalam, Aam. “Teori Sosiologi Islam (Kajian Sosiologis Terhadap Konsep-Konsep


Sosiologi Dalam Alquran Al-Karim).” Ta’lim 12, no. 1 (2014): 25–40.
“Dirosatuna : Journal of Islamic Studies.” Journal of Islamic Studies 3, no. 1 (2020).
Fajarni, Suci. “Integrasi Tipologi Paradigma Sosiologi George Ritzer dan Margaret M.
Poloma.” Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI) 1, no. 2 (31 Juli 2020): 132–47.
https://doi.org/10.22373/jsai.v1i2.554.
Khoiruddin, M. Arif. “Pendekatan Sosiologi Dalam Studi Islam.” Tribakti: Jurnal Pemikiran
Keislaman 25, no. 2 (2014): 348–61.
Wagiyo, M. S. “Paradigma Sosiologi dan Teori Pendekatannya,” t.t.

Anda mungkin juga menyukai