DISUSUN OLEH
ALIFIA NUR SHEILA ( 1504617056 )
Dosen Pengampu:
MIRDAT SILITONGA,S.Pd, M.Si
1.1 LatarBelakang
Keluarga merupakan kelompok sosial yang terkecil dalam masyarakat yang
membangun sebuah bangsa. Keluarga mempunyai andil yang besar dalam keberhasilan
membangun suatu bangsa. Bangsa yang besar itu dapat tercermin dari masing-masing
keluarganya. Hal tersebut berkaitan dengan peran keluarga sebagai tempat untuk
mencurahkan segala kasih sayang antara orang tua terhadap anaknya atau pun sebaliknya.
Keluarga juga akan memberikan kehangatan, kedekatan, serta rasa aman bagi anak dan
anggota keluarga lainnya.
Keluarga merupakan unit terkecil dari suatu masyarakat. Suatu keluarga terdapat
ayah, ibu, anak dan kesemuanya itu mempunyai tugas dan fungsi masing-masing, apabila
tidak di jalankan tugas serta fungsinya dengan baik maka akan terjadi suatu ketimpangan
antar anggota keluarga yang terkadang memicu konflik. Salah satu anggota keluarganya
yang kurang paham bahkan tidak melakukan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik,
maka keluarga tersebut akan mengalami gangguan dalam perjalanan kehidupan
berkeluarga. Keluarga tersebut akan mengalami berbagai persoalan yang membuat
hubungan kekeluargaan tersebut retak dan tidak sehat. Keluarga dapat dikatakan
harmonis yaitu apabila keluarga tersebut saling mengerti dan paham akan tugas, fungsi
dan tanggung jawabnya.
Orang tua mempunyai tanggung jawab untuk mengasuh anak agar anak tersebut bisa
berkembang dengan baik. Kebutuhan yang diberikan oleh orang tua melalui pola asuh
akan memberikan kesempatan pada anak untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah
sebagian dari orang-orang yang ada di sekelilingnya. Maksud dari penelitian ini adalah
agar mengetahui maksud dari teori-teori didalam keluarga yang seharusnya
1.2 Tujuan
Penelitian ini memiliki manfaat baik secara teoritis maupun praktis yang diantaranya
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dan dan dapat memperkuat
teori-teori yang berkaitan dengan kajian teori mengenai keluarga
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dan
memberikan wawasan tambahan tentang keluarga
b. Bagi Universitas Negeri Jakarta Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
sumber informasi bagi warga Universitas Negeri Jakarta mengenai pola asuh keluarga
melalui teori-teori keluarga
c. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi warga
masyarakat mengenai pola asuh keluarga melalui teori-teori keluarga
BAB II ISI
Teori konflik adalah teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi
melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat
adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi
semula (Tualeka, 2017). Teori ini didasarkan pada pemilikan sarana- sarana produksi
sebagai unsur pokok pemisahan kelas dalam masyarakat.
Teori Konflik adalah suatu perspektif yang memandang masyarakat sebagai sistem sosial
yang terdiri atas kepentingan-kepentingan yang berbeda- beda dimana ada suatu usaha
untuk menaklukkan komponen yang lain guna memenuhi kepentingan lainnya atau
memproleh kepentingan sebesar-besarnya(Setiyawan & Maret, 2018) . Teori ini juga bisa
dibilang menerima apapun perubahan yang ada,karena memang pada dasarnya perubahan
itu adalah hal yang lumrah di dunia ini
Teori konflik juga mengatakan bahwa konflik itu perlu agar terciptanya
perubahan sosial(Quraishy, 2005). Ketika struktural fungsional mengatakan bahwa
perubahan sosial dalam masyarakat itu selalu terjadi pada titik ekulibrium, teori konflik
melihat perubahan sosial disebabkan karena adanya konflik-konflik kepentingan. Namun
pada suatu titik tertentu, masyarakat mampu mencapai sebuah kesepakatan bersama. Di
dalam konflik, selalu ada negosiasi-negosiasi yang dilakukan sehingga terciptalah suatu
konsensus.
Tokoh-tokoh teori konflik terbagi ke dalam dua fase yakni tokoh sosiologi klasik
dan tokoh sosiologi modern. Adapun tokoh-tokoh teori konflik sosiologi klasik adalah
sebagai berikut:
1. Thomas Hobbes
Teori konflik yang dikemukakan oleh Thomas Hobbes adalah bahwa pada dasarnya
dorongan utama dari tindakan manusia diformulasikan sebagai berikut: pada tingkatan
pertama manusia dengan keinginannya terus-menerus dan kegelisahannya akan
kekuasaan setelah berkuasa, artinya rasa ingin berkuasa akan berhenti bilamana sudah
masuk liang kubur. Hal ini terwujud dalam dua hal, seorang raja dan problematikanya
karena keinginan untuk berkuasa adalah sesuatu hal yang tak pernah mengalami
kepuasan.
2. Ralf Dahrendorf
Ralf Dahredorf adalah tokoh utama yang berpendirian bahwa masyarakat
mempunyai dua wajah yakni konflik dan konsensus. Sehingga teori sosiologi harus
dibagi dua bagian: teori konflik dan teori konsensus. Teoritisi konsensus harus
menguji nilai integrasi dalam masyarakat dan teoriritis konflik harus menguji konflik
kepentingan dan penggunaan kekerasan yang mengikat masyarakat bersama
dihadapan tekanan tersebut. Dahrendorf mengakui bahwa terbentuknya sebuah
masyarakat tidak akan terlepas dari adanya dua unsur yakni konsensus dan konflik
yang menjadi persyaratan satu sama lainnya.
Menurut Lewis A. Coser bahwa konflik mempunyai beberapa fungsi sebagai
1) Konflik dapat membantu mengeratkan ikatan kelompok yang berstruktur secara
longgar. Masyarakat yang mengalami disintegrasi atau berkonflik dengan
masyarakat lain, dapat memperbaiki kepaduan integrasi.
Teori ekologi merupakan sebuah teori yang menekankan pada pengaruh lingkungan
dalam perkembangan setiap individu di mana perkembangan peserta didik merupakan
hasil interaksi antara alam sekitar dengan peserta didik tersebut. (Geometry & Analysis,
2018) Dalam konteks ini, interaksi antara peserta didik dengan lingkungan sekitar dinilai
secara signifikan dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangannya.
Teori ekologi perkembangan merupakan salah satu teori yang mencoba menguraikan
pengembangkan pendidikan karakter anak dengan pendekatan ekologi. Pendekatan
tersebut dilakukan melalui lima subsistem yang relevan dengan pengembangan di
lingkungan sekolah yakni:
1) Mikrosistem, yang mengkaji setting di mana individu hidup
2) Mesosistem, mengkaji interaksi antar faktor-faktor dalam sistem mikro yang meliputi
hubungan antara beberapa mikrosistem atau beberapa konteks
3) Eksosistem, mengkaji pengalaman- pengalaman dalam setting sosial lain di mana
anak tidak memiliki peran yang aktif tetapi berefek pada pengembangan karakternya,
4) Makrosistem, kajian tentang peran kebudayaan dalam pendidikan karakter
5) Kronosistem, yang meliputi kajian terkait pemolaan peristiwa-peristiwa sepanjang
rangkaian kehidupan dan keadaan sosiohistoris.
Analisa mengenai hubungan sosial yang terjadi menurut cost and reward ini
merupakan salah satu ciri khas teori pertukaran. Teori pertukaran ini memusatkan
perhatiannya pada tingkat analisis mikro, khususnya pada tingkat kenyataan sosial
antarpribadi (interpersonal).(Economies & Justice, 2015). Pada pembahasan ini akan
ditekankan pada pemikiran teori pertukaran oleh Homans dan Blau. Homans dalam
analisisnya berpegang pada keharusan menggunakan prinsip-prinsip psikologi individu
untuk menjelaskan perilaku sosial daripada hanya sekedar menggambarkannya. Akan tetapi
Blau di lain pihak berusaha beranjak dari tingkat pertukaran antar pribadi di tingkat mikro, ke
tingkat yang lebih makro yaitu struktur sosial. Ia berusaha untuk menunjukkan bagaimana
struktur sosial yang lebih besar itu muncul dari proses-proses pertukaran dasar
Teori pertukaran sosial adalah teori dalam ilmu sosial yang menyatakan bahwa dalam
hubungan sosial terdapat unsur ganjaran, pengorbanan, dan keuntungan yang
saling mempengaruhi (Homans, 2017).
Teori ini menjelaskan bagaimana manusia memandang tentang hubungan dengan
orang lain sesuai dengan anggapan diri manusia tersebut terhadap:
a. Keseimbangan antara apa yang diberikan ke dalam hubungan dan apa yang dikeluarkan
dari hubungan itu.
b. Jenis hubungan yang dilakukan.
c. Kesempatan memiliki hubungan yang lebih baik dengan orang lain
2.5 TeoriFeminis
Teori Feminisme ini memang menunjukan adanya keinginan perempuan untuk lebih
banyak hak nya dibanding pria karena banyaknya perbedaan yang harusnya bisa disetarakan
(Radtke, 2017)
Feminisme tidak melulu sebagai tuntutan mansipasi wanita tetapi mengacu kepada
gerakan sosial yang dilakukan pria atau wanita demi meningkatkan kedudukan dan peran
kaum perempuan serta memperjuangkan hak-hak yang tidak adil (Hidayati N, 2018)
Gender adalah salah satu aspek identitas seseorang yang paling menonjol dan
berpengaruh (Miller, 2018). Jenis kelamin memengaruhi penampilan, minat, aktivitas,
persahabatan, gaya interpersonal, romantis seseorang hubungan, dan keputusan karier.
Mengingat pengaruh gender yang ada di mana-mana dalam kehidupan seseorang, sejumlah
teori telah dikembangkan untuk menjelaskan perkembangan dan diferensiasi gender.
Teori-teori ini secara umum dapat dibagi menjadi tiga keluarga: biologis, sosial, dan
kognitif. Meskipun ada pendekatan lain, entri ini akan menyoroti teori paling berpengaruh di
dalamnya domain-domain ini.
Perbedaan peran gender ini sangat membantu kita untuk memikirkan kembali
tentang pembagian peran yang selama ini dianggap telah melekat pada manusia
perempuan dan laki-laki untuk membangun gambaran relasi gender yang dinamis dan
tepat serta cocok dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat. Perbedaan konsep
gender secara sosial telah melahirkan perbedaan peran perempuan dan laki-laki dalam
masyarakatnya (Puspitawati, Gender, & Konsep, 2013).
Secara umum adanya gender telah melahirkan perbedaan peran, tanggung jawab,
fungsi dan bahkan ruang tempat dimana manusia beraktivitas. Sedemikian rupanya
perbedaan gender ini melekat pada cara pandang kita, sehingga kita sering lupa seakan-
akan hal itu merupakan sesuatu yang permanen dan abadi sebagaimana permanen dan
abadinya ciri biologis yang dimiliki oleh perempuan dan laki-laki.
3.1 Kesimpulan
Konsep Teori struktural fungsional adalah sebuah teori yang berisi sudut pandang
yang menafsirkan masyarakat sebagai sebuah struktur dengan bagian-bagian yang
saling berkaitan dan saling mengetahui peran dan tanggung jawab masing-masing
sehingga adanya keseimbangan.
Konsep Teori Sosial konflik adalah suatu perspektif yang memandang masyarakat
sebagai sistem sosial yang terdiri atas kepentingan-kepentingan yang berbeda- beda
dimana ada suatu usaha untuk menaklukkan komponen yang lain guna memenuhi
kepentingan lainnya atau memproleh kepentingan sebesar-besarnya
Konsep Teori Feminis ialah gerakan sosial yang dilakukan pria atau wanita demi
meningkatkan kedudukan dan peran kaum perempuan serta memperjuangkan
hak-hak yang tidak adil
Konsep Teori Gender ialah secara umum adanya gender telah melahirkan
perbedaan peran, tanggung jawab, fungsi dan bahkan ruang tempat dimana
manusia beraktivitas. Sedemikian rupanya perbedaan gender ini melekat pada
cara pandang kita, sehingga kita sering lupa seakan-akan hal itu merupakan
sesuatu yang permanen dan abadi sebagaimana permanen dan abadinya ciri
biologis yang dimiliki oleh perempuan dan laki-laki. Padahal itu adalah kesetaraan
antara perempuan dan laki-laki