Anda di halaman 1dari 17

TEORI KELUARGA

DISUSUN OLEH
ALIFIA NUR SHEILA ( 1504617056 )

Dosen Pengampu:
MIRDAT SILITONGA,S.Pd, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2019
Ringkasan

Struktural fungsional adalah lebih membahas dimana adanya kesamaan fungsi


dan peran dalam suatu keluarga agar adanya keseimbangan dalam satu keluarga itu
karena akan adanya saling mengerti diantara antar keluarga.
Sosial konflik ialah adanya sikap seseorang dalam menerima setiap perubahan
atau konflik yang ada disekitarnya karena merasa setiap perubahan itu wajar dalam
dunia ini.
Ekologi ialah adanya suatu pengaruh lingkungan di dalam diri individu karena
bisa memberikan perubahan yang ada di dirinya.
Sosial Exchange ialah adanya suatu keinginan dalam diri manusia untuk adanya
timbal balik dengan orang lain atau adanya untung dan rugi dalam suatu hal
Feminisme ialah suatu hak yang dimiliki wanita pada saat ini karena merasa
hak nya dibedakan dengan lelaki,jadi wanita ingin lebih menjadi superior dibanding
lelaki karena adanya perbedaan hak
Gender ialah adanya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam
peran,fungsi dan tanggung jawab oleh tata nilai sosial yang diniliai oleh masyarakat.
Perkembangan ialah adanya tahapan-tahapan yang terjadi di masyarakat
sepanjang waktu khususnya dipernikahan
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Keluarga merupakan kelompok sosial yang terkecil dalam masyarakat yang
membangun sebuah bangsa. Keluarga mempunyai andil yang besar dalam keberhasilan
membangun suatu bangsa. Bangsa yang besar itu dapat tercermin dari masing-masing
keluarganya. Hal tersebut berkaitan dengan peran keluarga sebagai tempat untuk
mencurahkan segala kasih sayang antara orang tua terhadap anaknya atau pun sebaliknya.
Keluarga juga akan memberikan kehangatan, kedekatan, serta rasa aman bagi anak dan
anggota keluarga lainnya.

Keluarga merupakan unit terkecil dari suatu masyarakat. Suatu keluarga terdapat
ayah, ibu, anak dan kesemuanya itu mempunyai tugas dan fungsi masing-masing, apabila
tidak di jalankan tugas serta fungsinya dengan baik maka akan terjadi suatu ketimpangan
antar anggota keluarga yang terkadang memicu konflik. Salah satu anggota keluarganya
yang kurang paham bahkan tidak melakukan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik,
maka keluarga tersebut akan mengalami gangguan dalam perjalanan kehidupan
berkeluarga. Keluarga tersebut akan mengalami berbagai persoalan yang membuat
hubungan kekeluargaan tersebut retak dan tidak sehat. Keluarga dapat dikatakan
harmonis yaitu apabila keluarga tersebut saling mengerti dan paham akan tugas, fungsi
dan tanggung jawabnya.

Orang tua mempunyai tanggung jawab untuk mengasuh anak agar anak tersebut bisa
berkembang dengan baik. Kebutuhan yang diberikan oleh orang tua melalui pola asuh
akan memberikan kesempatan pada anak untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah
sebagian dari orang-orang yang ada di sekelilingnya. Maksud dari penelitian ini adalah
agar mengetahui maksud dari teori-teori didalam keluarga yang seharusnya

1.2 Tujuan

1. Mendapatkan pemahaman secara mendalam dan mendiskripsikan mengenai teori-teori


keluarga yangditinjau dari perspektif teori keharmonisan keluarga.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya keluarga dari macam –
macam teori yang ada.
1.3 Manfaat

Penelitian ini memiliki manfaat baik secara teoritis maupun praktis yang diantaranya
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dan dan dapat memperkuat
teori-teori yang berkaitan dengan kajian teori mengenai keluarga

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dan
memberikan wawasan tambahan tentang keluarga
b. Bagi Universitas Negeri Jakarta Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
sumber informasi bagi warga Universitas Negeri Jakarta mengenai pola asuh keluarga
melalui teori-teori keluarga

c. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi warga
masyarakat mengenai pola asuh keluarga melalui teori-teori keluarga
BAB II ISI

2.1 Teori Struktural Fungsional

Fungsionalisme Struktural atau lebih popular dengan ‘Struktural Fungsional’


merupakan hasil pengaruh yang sangat kuat dari teori sistem umum di mana pendekatan
fungsionalisme yang diadopsi dari ilmu alam khususnya ilmu biologi, menekankan
pengkajiannya tentang cara- cara mengorganisasikan dan mempertahankan sistem.
Pendekatan strukturalisme yang berasal dari linguistik, menekankan pengkajiannya pada
hal- hal yang menyangkut pengorganisasian bahasa dan sistem sosial.

Fungsionalisme struktural atau ‘analisa sistem’ pada prinsipnya berkisar pada


beberapa konsep, namun yang paling penting adalah konsep fungsi dan konsep
struktur.(Adibah, 2017)

Secara esensial, prinsip- prinsip pokok fungsionalisme adalah sebagai berikut:


1) Masyarakat merupakan sistem yang kompleks yang terdiri dari bagian- bagian yang
saling berhubungan dan saling tergantung, dan setiap bagian tersebut berpengaruh
secara signifikan terhadap bagian- bagian lainnya.
2) Setiap bagian dari masyarakat eksis karena bagian tersebut memiliki fungsi penting
dalam memelihara eksistensi dan stabilitas masyarakat secara keseluruhan, karena
itu eksistensi satu bagian tertentu dari masyarakat dapat diterangkan apabila
fungsinya bagi masyarakat sebagai keseluruhan dapat diidentifikasi.
3) Semua masyarakat mempunyai mekanisme untuk mengintegrasikan dirinya, yaitu
mekanisme yang dapat merekatkannya menjadi satu; salah satu bagian penting dari
mekanisme ini adalah komitmen para anggota masyarakat kepada serangkaian
kepercayaan dan nilai yang sama.
4) Masyarakat cenderung mengarah kepada suatu keadaan homeostatis, dan gangguan
pada salah satu bagiannya cenderung menimbulkan penyesuaian pada bagian lain
agar tercapai harmoni dan stabilitas.
5) Perubahan sosial merupakan kejadian yang tidak biasa dalam masyarakat, tetapi
bila itu terjadi, maka perubahan pada umumnya akan membawa kepada
konsekwensi-konsekwensi yang menguntungkan masyarakat secara keseluruhan
(Stephen K. Sanderson, 2000: 9).
Menurut teori struktural fungsional seperti yang dikemukakan Parsons bahwa ma-
syarakat akan berada dalam kedaaan harmonis dan seimbang bila institusi/atau lembaga-
lembaga yang ada pada masyarakat dan negara mampu menjaga stabilitas pada
masyarakat tersebut. (Purnomo, 2014)

Struktural-fungsionalisme lahir sebagai reaksi terhadap teori evolusionari. Jika tujuan


dari kajian-kajian evolusionari adalah untuk membangun tingkat-tingkat perkembangan
budaya manusia. (Marzali, 1997)

Maka tujuan dari kajian-kajian struktural-fungsionalisme adalah untuk


membangun suatu sistem sosial, atau struktur sosial, melalui pengajian terhadap pola
hubungan yang berfungsi antara individu individu, antara kelompok-kelompok, atau
antara institusi-institusi sosial di dalam suatu masyarakat, pada suatu kurun masa tertentu.
Jadi pendekatan evolusionari lebih bersifat historis dan diakronis, sedangkan pendekatan
struktural-fungsional lebih bersifat statis dan sinkronis. Struktural-fungsional adalah
penggabungan dari dua pendekatan, yang bermula dari pendekatan fungsional Durkheim,
kemudian digabungkan dengan pendekatan struktural R-B. Karena itu untuk memahami
pendekatan struktural-fungsional, orang harus melihat dulu sejarah perkembangan
pendekatan fungsional. Dan untuk menyama ratakan hak dan fungsi peran masing-
masing anggota keluarga sehingga bersatunya keluarga dengan harmonis

2.2 Teori Sosial Konflik

Teori konflik adalah teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi
melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat
adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi
semula (Tualeka, 2017). Teori ini didasarkan pada pemilikan sarana- sarana produksi
sebagai unsur pokok pemisahan kelas dalam masyarakat.

Teori Konflik adalah suatu perspektif yang memandang masyarakat sebagai sistem sosial
yang terdiri atas kepentingan-kepentingan yang berbeda- beda dimana ada suatu usaha
untuk menaklukkan komponen yang lain guna memenuhi kepentingan lainnya atau
memproleh kepentingan sebesar-besarnya(Setiyawan & Maret, 2018) . Teori ini juga bisa
dibilang menerima apapun perubahan yang ada,karena memang pada dasarnya perubahan
itu adalah hal yang lumrah di dunia ini

Teori konflik juga mengatakan bahwa konflik itu perlu agar terciptanya
perubahan sosial(Quraishy, 2005). Ketika struktural fungsional mengatakan bahwa
perubahan sosial dalam masyarakat itu selalu terjadi pada titik ekulibrium, teori konflik
melihat perubahan sosial disebabkan karena adanya konflik-konflik kepentingan. Namun
pada suatu titik tertentu, masyarakat mampu mencapai sebuah kesepakatan bersama. Di
dalam konflik, selalu ada negosiasi-negosiasi yang dilakukan sehingga terciptalah suatu
konsensus.

Tokoh-tokoh teori konflik terbagi ke dalam dua fase yakni tokoh sosiologi klasik
dan tokoh sosiologi modern. Adapun tokoh-tokoh teori konflik sosiologi klasik adalah
sebagai berikut:
1. Thomas Hobbes
Teori konflik yang dikemukakan oleh Thomas Hobbes adalah bahwa pada dasarnya
dorongan utama dari tindakan manusia diformulasikan sebagai berikut: pada tingkatan
pertama manusia dengan keinginannya terus-menerus dan kegelisahannya akan
kekuasaan setelah berkuasa, artinya rasa ingin berkuasa akan berhenti bilamana sudah
masuk liang kubur. Hal ini terwujud dalam dua hal, seorang raja dan problematikanya
karena keinginan untuk berkuasa adalah sesuatu hal yang tak pernah mengalami
kepuasan.

2. Ralf Dahrendorf
Ralf Dahredorf adalah tokoh utama yang berpendirian bahwa masyarakat
mempunyai dua wajah yakni konflik dan konsensus. Sehingga teori sosiologi harus
dibagi dua bagian: teori konflik dan teori konsensus. Teoritisi konsensus harus
menguji nilai integrasi dalam masyarakat dan teoriritis konflik harus menguji konflik
kepentingan dan penggunaan kekerasan yang mengikat masyarakat bersama
dihadapan tekanan tersebut. Dahrendorf mengakui bahwa terbentuknya sebuah
masyarakat tidak akan terlepas dari adanya dua unsur yakni konsensus dan konflik
yang menjadi persyaratan satu sama lainnya.
Menurut Lewis A. Coser bahwa konflik mempunyai beberapa fungsi sebagai
1) Konflik dapat membantu mengeratkan ikatan kelompok yang berstruktur secara
longgar. Masyarakat yang mengalami disintegrasi atau berkonflik dengan
masyarakat lain, dapat memperbaiki kepaduan integrasi.

2) Konflik juga dapat membantu fungsi komunikasi. Sebelum konflik, kelompok-


kelompok mungkin tidak percaya terhadap posisi musuh mereka, tetapi akibat
konflik, posisi dan batas antar kelompok ini sering menjadi diperjelas. Oleh
karena itu individu bertambah mampu memutuskan untuk mengambil tindakan
yang tepat dalam hubungannya dengan musuh mereka. Konflik juga
memungkinkan pihak yang bertikai menemukan ide yang lebih baik mengenai
kekuatan relatif mereka dan meningkatkan kemungkinan untuk saling mendekati
atau saling berdamai.

2.3 Teori Ekologi

Teori sistem ekologi menjelaskan bagaimana perkembangan manusia dipengaruhi oleh


berbagai jenis sistem lingkungan.(Ettekal, Mahoney, & In, 2017)

Teori ekologi merupakan sebuah teori yang menekankan pada pengaruh lingkungan
dalam perkembangan setiap individu di mana perkembangan peserta didik merupakan
hasil interaksi antara alam sekitar dengan peserta didik tersebut. (Geometry & Analysis,
2018) Dalam konteks ini, interaksi antara peserta didik dengan lingkungan sekitar dinilai
secara signifikan dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangannya.

Teori ekologi perkembangan merupakan salah satu teori yang mencoba menguraikan
pengembangkan pendidikan karakter anak dengan pendekatan ekologi. Pendekatan
tersebut dilakukan melalui lima subsistem yang relevan dengan pengembangan di
lingkungan sekolah yakni:
1) Mikrosistem, yang mengkaji setting di mana individu hidup
2) Mesosistem, mengkaji interaksi antar faktor-faktor dalam sistem mikro yang meliputi
hubungan antara beberapa mikrosistem atau beberapa konteks
3) Eksosistem, mengkaji pengalaman- pengalaman dalam setting sosial lain di mana
anak tidak memiliki peran yang aktif tetapi berefek pada pengembangan karakternya,
4) Makrosistem, kajian tentang peran kebudayaan dalam pendidikan karakter
5) Kronosistem, yang meliputi kajian terkait pemolaan peristiwa-peristiwa sepanjang
rangkaian kehidupan dan keadaan sosiohistoris.

Pendekatan ekologi yang memperhatikan pengaruh lingkungan yang membentuk


environmental press (Andayani, 2004). Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, Model
Proses dan penelitian-penelitian yang mengacu pada model ini belum menggambarkan
adanya environmental press tersebut.

2.4 Teori Pertukaran

Analisa mengenai hubungan sosial yang terjadi menurut cost and reward ini
merupakan salah satu ciri khas teori pertukaran. Teori pertukaran ini memusatkan
perhatiannya pada tingkat analisis mikro, khususnya pada tingkat kenyataan sosial
antarpribadi (interpersonal).(Economies & Justice, 2015). Pada pembahasan ini akan
ditekankan pada pemikiran teori pertukaran oleh Homans dan Blau. Homans dalam
analisisnya berpegang pada keharusan menggunakan prinsip-prinsip psikologi individu
untuk menjelaskan perilaku sosial daripada hanya sekedar menggambarkannya. Akan tetapi
Blau di lain pihak berusaha beranjak dari tingkat pertukaran antar pribadi di tingkat mikro, ke
tingkat yang lebih makro yaitu struktur sosial. Ia berusaha untuk menunjukkan bagaimana
struktur sosial yang lebih besar itu muncul dari proses-proses pertukaran dasar

Para ahli mengasumsikan bahwa transaksi-transaksi pertukaran akan terjadi


hanya apabila kedua pihak dapat memperoleh keuntungan dari pertukaran tersebut, dan
kesejahteraan masyarakat pada umumnya dapat dengan baik sekali dijamin apabila
individu-individu dibiarkan untuk mengejar kepentingan pribadinya melalui pertukaran-
pertukaran yang dinegosiasikan secara pribadi.

Teori pertukaran sosial adalah teori dalam ilmu sosial yang menyatakan bahwa dalam
hubungan sosial terdapat unsur ganjaran, pengorbanan, dan keuntungan yang
saling mempengaruhi (Homans, 2017).
Teori ini menjelaskan bagaimana manusia memandang tentang hubungan dengan
orang lain sesuai dengan anggapan diri manusia tersebut terhadap:
a. Keseimbangan antara apa yang diberikan ke dalam hubungan dan apa yang dikeluarkan
dari hubungan itu.
b. Jenis hubungan yang dilakukan.
c. Kesempatan memiliki hubungan yang lebih baik dengan orang lain

Sederhananya pendekatan social exchange juga dapat dipahami sebagai proses


pertukaran sosial yang bekenaan dengan perbuatan atau hubungan antara manusia, dan
pertukaran perbuatan tersebut akan diukur bila terjadi hubungan timbal bali/umpan balik
antara satu sama lain dalam kehidupannya sehari-hari.

2.5 TeoriFeminis

Teori feminis merupakan suatu teori tentang kehidupan sosial dan


pengalaman manusia ditinjau dari perspektif wanita (Hidayati N, 2018) . Teori feminis
memusatkan perhatiannya pada tiga hal; pertama, objek utama kajiannya adalah situasi
dan pengalaman wanita dalam masyarakat; kedua, membicarakan wanita sebagai subjek
utama dalam proses kajiannya; dan ketiga teori ini kritis dan aktif membela wanita,
berusaha menghasilkan dunia yang lebih baik untuk wanita pada khususnya dan
manusia pada umumnya (Rahman, 2010:58).

Protes yang dilancarkan kaum feminis terhadap status minoritas wanita


karena wanita dianggap sebagai kaum minoritas ditinjau dari segi kekuatan atau
kedudukannya dalam masyarakat, bukan dari segi jumlahnya selalu mengancam
kedudukan kelompok mayoritas (kaum pria), oleh karenanya upaya kaum wanita
untuk mendapat perlakuan yang sama dengan pria selalu dihalangi. Periode penting
dalam sejarah aktivitas kaum feminis di Barat adalah produktivitas kaum feminis yang
pertama di tahun 1780-1790; dan usaha kaum feminis lebih terfokus dan terorganisir

Karena adanya potensi diri pada kaum perempuan sendirilah yang


memungkinkan hal tersebut dapat terjadi. Jadi makna feminis bagi bangsa Indonesia
adalah mencari peluang kebebasan/kemerdekaan perempuan untuk perempuan. Oleh
karena itu, maka gerakan feminis dalam sejarah Indonesia itu tak ada hubungannya
perlakuan terhadap laki-laki karena perempuan hanya ingin menempatkan dirinya
sendiri dengan lebih baik di dalam bangsa ini.

Teori Feminisme ini memang menunjukan adanya keinginan perempuan untuk lebih
banyak hak nya dibanding pria karena banyaknya perbedaan yang harusnya bisa disetarakan
(Radtke, 2017)

Feminisme tidak melulu sebagai tuntutan mansipasi wanita tetapi mengacu kepada
gerakan sosial yang dilakukan pria atau wanita demi meningkatkan kedudukan dan peran
kaum perempuan serta memperjuangkan hak-hak yang tidak adil (Hidayati N, 2018)

2.6 Teori Gender

Gender adalah salah satu aspek identitas seseorang yang paling menonjol dan
berpengaruh (Miller, 2018). Jenis kelamin memengaruhi penampilan, minat, aktivitas,
persahabatan, gaya interpersonal, romantis seseorang hubungan, dan keputusan karier.
Mengingat pengaruh gender yang ada di mana-mana dalam kehidupan seseorang, sejumlah
teori telah dikembangkan untuk menjelaskan perkembangan dan diferensiasi gender.

Teori-teori ini secara umum dapat dibagi menjadi tiga keluarga: biologis, sosial, dan
kognitif. Meskipun ada pendekatan lain, entri ini akan menyoroti teori paling berpengaruh di
dalamnya domain-domain ini.

Menurut pendekatan biologis, perbedaan gender psikologis dan perilaku adalah


karena perbedaan biologis antara pria dan wanita. Dalam keluarga pendekatan ini,
peneliti telah berfokus pada penjelasan sejarah, seperti proses evolusi, dan penjelasan
proksimal, seperti gen dan hormon seks. Para ahli teori evolusi, seperti David Buss dan David
Geary, menekankan bahwa kelangsungan hidup spesies manusia tergantung pada reproduksi
yang berhasil; gen yang bertanggung jawab atas strategi yang mengarah pada reproduksi
yang berhasil lebih cenderung diteruskan ke keturunan kita daripada strategi yang tidak
mengarah keberhasilan reproduksi. Proses evolusi ini diyakini mengarah pada gender
psikologis perbedaan karena perilaku yang diperlukan untuk reproduksi yang berhasil
memerlukan perbedaan gender . Wanita memiliki tanggung jawab fisik untuk kehamilan dan
gizi keturunan mereka dan, oleh karena itu, hanya dapat memiliki jumlah anak yang terbatas.

Butler merupakan teoritikus yang tersohor dengan teorinya mengenai gender


sebagai konstruksi sosial. Menurut pemikirannya (Butler, 2004: 42), gender merupakan
norma sosial yang dimana norma itu sendiri dapat menentukan intelligibilitas seseorang,
mempengaruhi apa yang boleh dan akan muncul dalam domain sosial.

Perbedaan peran gender ini sangat membantu kita untuk memikirkan kembali
tentang pembagian peran yang selama ini dianggap telah melekat pada manusia
perempuan dan laki-laki untuk membangun gambaran relasi gender yang dinamis dan
tepat serta cocok dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat. Perbedaan konsep
gender secara sosial telah melahirkan perbedaan peran perempuan dan laki-laki dalam
masyarakatnya (Puspitawati, Gender, & Konsep, 2013).

Secara umum adanya gender telah melahirkan perbedaan peran, tanggung jawab,
fungsi dan bahkan ruang tempat dimana manusia beraktivitas. Sedemikian rupanya
perbedaan gender ini melekat pada cara pandang kita, sehingga kita sering lupa seakan-
akan hal itu merupakan sesuatu yang permanen dan abadi sebagaimana permanen dan
abadinya ciri biologis yang dimiliki oleh perempuan dan laki-laki.

2.7 Teori Perkembangan

Dalam teori pembangunan konsensus bahwa kemampuan dan pertumbuhan ekonomi


penting, dan itu institusi, divisi sosial, dan pertumbuhan manusia adalah faktor utama untuk
memahami kesenjangan pembangunan menempatkan sosiolog dalam posisi istimewa untuk
berkontribusi(Viterna & Robertson, 2016)

Dalam Dictionary of Psychology, perkembangan adalah tahapan tahapan perubahan


yang progresif yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia dan organisme lainnya,
tanpamembedakan aspek-aspek yang terdapat dalam diri organisme-organisme tersebut.
Sedangkan menurut Santrok dan Yussen (dalam Mulyani Sumantri), perkembangan adalah
pola gerakan atau perubahan yang dimulai pada saat terjadi pembuahan dan berlagsung terus
selama siklus kehidupan.
Perkembangan manusia adalah salah satu contoh perbedaan tersebut
yang meliputi beberapa aspek dan karaktersitik yang masing masing memengaruhi satu
sama lain. Tahapan perkembangan manusia dimulai sejak fase masa sebelum lahir
(prenatal period), masa bayi baru lahir (new born), masa balita (babyhood), masa anak
sekolah (early chilhood), masa pra remaja (later childhood), masa puber (puberty), masa
dewasa, dan masa usia lanjut.(Perspektif & Dan, 2012)
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Konsep Teori struktural fungsional adalah sebuah teori yang berisi sudut pandang
yang menafsirkan masyarakat sebagai sebuah struktur dengan bagian-bagian yang
saling berkaitan dan saling mengetahui peran dan tanggung jawab masing-masing
sehingga adanya keseimbangan.

Konsep Teori Sosial konflik adalah suatu perspektif yang memandang masyarakat
sebagai sistem sosial yang terdiri atas kepentingan-kepentingan yang berbeda- beda
dimana ada suatu usaha untuk menaklukkan komponen yang lain guna memenuhi
kepentingan lainnya atau memproleh kepentingan sebesar-besarnya

Konsep Ekologi manusia menyangkut saling ketergantungan antara manusia


dengan lingkungan, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya buatan.
Pendekatan ekologi atau ekosistem menyangkut hubungan interdependensi antara
manusia dan lingkungan di sekitarnya sesuai dengan aturan norma kultural yang
dianut. Konsep ekologi manusia juga dikaitkan dengan pembangunan.

Konsep Teori Pertukaran adalah Para ahli mengasumsikan bahwa transaksi-


transaksi pertukaran akan terjadi hanya apabila kedua pihak dapat
memperoleh keuntungan dari pertukaran tersebut, dan kesejahteraan masyarakat
pada umumnya dapat dengan baik sekali dijamin apabila individu-individu
dibiarkan untuk mengejar kepentingan pribadinya melalui pertukaran-
pertukaran yang dinegosiasikan secara pribadi.

Konsep Teori Feminis ialah gerakan sosial yang dilakukan pria atau wanita demi
meningkatkan kedudukan dan peran kaum perempuan serta memperjuangkan
hak-hak yang tidak adil

Konsep Teori Gender ialah secara umum adanya gender telah melahirkan
perbedaan peran, tanggung jawab, fungsi dan bahkan ruang tempat dimana
manusia beraktivitas. Sedemikian rupanya perbedaan gender ini melekat pada
cara pandang kita, sehingga kita sering lupa seakan-akan hal itu merupakan
sesuatu yang permanen dan abadi sebagaimana permanen dan abadinya ciri
biologis yang dimiliki oleh perempuan dan laki-laki. Padahal itu adalah kesetaraan
antara perempuan dan laki-laki

Konsep Teori Perkembangan adalah Perkembangan manusia adalah salah satu


contoh perbedaan tersebut yang meliputi beberapa aspek dan karaktersitik
yang masing masing memengaruhi satu sama lain. Tahapan perkembangan
manusia dimulai sejak fase masa sebelum lahir (prenatal period), masa bayi baru
lahir (new born), masa balita (babyhood), masa anak sekolah (early chilhood),
masa pra remaja (later childhood), masa puber (puberty), masa dewasa, dan masa
usia lanjut
DAFTAR PUSTAKA

Adibah, I. Z. (2017). STRUKTURAL FUNGSIONAL ROBERT K . MERTON : Aplikasinya


dalam Kehidupan Keluarga. STRUKTURAL FUNGSIONAL ROBERT K.MERTON, 1(1),
171–184.
Andayani, B. (2004). Tinjauan pendekatan ekologi tentang perilaku pengasuhan orangtua.
Buletin Psikologi, (1), 44–60.
Economies, M., & Justice, V. D. (2015). “ SOCIAL EXCHANGE THEORY". Telaah
Konsep George C. Homans Tentang Teori Pertukaran Sosial, 9(2), 261–287.
Ettekal, A., Mahoney, J. L., & In, E. L. (2017). The SAGE Encyclopedia of Out-of-.
Ecological Systems Theory, (April), 3–7. https://doi.org/10.4135/9781483385198.n94
Geometry, R., & Analysis, G. (2018). TEORI EKOLOGI BRONFENBRENNER SEBAGAI
SEBUAH PENDEKATAN DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. TEORI EKOLOGI BRONFENBRENNER SEBAGAI
SEBUAH PENDEKATAN DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM, 7(vol 7), 139–158.
Hidayati N. (2018). Teori Feminisme : Sejarah,Perkembangan dan Relevansinya dengan
Kajian Keislaman Kontemporer. Jurnal Harkat, 14(1), 21–29.
Homans, P. G. C. (2017). Social exchange. I(1), 97–111.
Marzali, A. (1997). Amri Marzali ( Universitas Indonesia ) Abstract Sejarah Pendekatan
Fungsional Teori Radcliffe-Brown. Struktural-Fungsionalisme, XXI(52), 127–137.
Miller, C. F. (2018). Gender Development , Theories of. (April 2016).
https://doi.org/10.1002/9781118663219.wbegss590
Perspektif, D., & Dan, P. (2012). PERKEMBANGAN KOGNITIF MANUSIA DALAM
PERSPEKTIF PSIKOLOGI DAN ISLAM Shokhibul Arifin. PERKEMBANGAN
KOGNITIF MANUSIA, 10, 50–67.
Purnomo, S. (2014). Krisis Karakter the Crisis of Characters. Jurnal Pembangunan
Pendidikan: Fondasi Dan Aplikasi, 2(1), 72–81.
Puspitawati, S., Gender, H., & Konsep, K. (2013). KONSEP , TEORI DAN ANALISIS
GENDER Oleh : Herien Puspitawati Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
Fakultas Ekologi Manusia- Institut Pertanian Bogor Indonesia . PT IPB Press . Bogor .
4, 1–13.
Quraishy, B. (2005). Islamic Images and Terminology. Ejournal.Unisba.Ac.Id, (26).
Retrieved from https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mediator/article/view/1178
Radtke, H. L. (2017). Feminist theory in Feminism & Psychology [ Part I ]: Dealing with
differences and negotiating the biological. (2014).
https://doi.org/10.1177/0959353517714594
Setiyawan, K. B., & Maret, U. S. (2018). Teori Konflik : Sebuah Kajian Menuju Pemikiran
Ralf Dahrendorf Teori Konflik : Sebuah Kajian Menuju Pemikiran Ralf Dahrendorf
Dosen pengampu : Dr . Argyo Demartoto , M . Si Disusun Oleh : Khabib Bima S Nurul
Istiqomah Yossy Elsatama. (October), 0–15.
https://doi.org/10.13140/RG.2.2.24667.41763
Tualeka, M. W. N. (2017). Teori Konflik Sosiologi Klasik Dan Modern. Al-Hikmah, 3(1),
32–48. Retrieved from http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/Ah/article/view/409
Viterna, J., & Robertson, C. (2016). New Directions for the Sociology of Development.
(August). https://doi.org/10.1146/annurev-soc-071913-043426

Anda mungkin juga menyukai