Anda di halaman 1dari 13

1

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini untuk penyelesain tugas dari mata kuliah Sistem Informasi Kesehatan.
Makalah ini dapat terselesaikan tidak lepas karena bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak yang dengan tulus dan sabar memberikan sumbangan baik
berupa ide, materi pembahasan dan juga bantuan lainnya yang tidak dapat
dijelaskan satu persatu.
Makalah ini disusun untuk membantu proses pembelajaran mahasiswa
khususnya untuk mahasiswa farmasi. Makalah ini membahas tentang Prespektif
Fungsional.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu
kami berharap kepada Bapak/Ibu Dosen untuk memberikan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Dan kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.

Jember, 10 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2

1.3 Tujuan ......................................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Prespektif Fungsional ............................................................... 3

2.2 Tokoh – tokoh Pencetus Teori Prespektif Fungsional ................................ 3

2.3 Pendidikan dalam Prespekif Fungsional ..................................................... 6

2.4 Kesehatan dalam Prespektif Fungsional ..................................................... 7

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 9

3.2 Saran ........................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 10

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Struktur mendasari kapasitas organisasi dan kelompok untuk


menghentikan perubahan. Struktur berkaitan dengan konsep Giddens tentang
lembaga atau kapasitas. Konsep teoritis berkaitan dengan struktur yang
dikenal sebagai fungsionalisme struktural. Hal ini juga disebut teori sistem,
teori keseimbangan, atau hanya fungsionalisme. Teori Fungsionalisme
Struktural menekankan kepada keteraturan dan mengabaikan konflik dan
perubahan- perubahan dalam masyarakat. Konsep utamanya adalah fungsi,
disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest dan keseimbangan. Menurut teori ini
masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian
atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan.
Perubahan yang terjadi pada suatu bagian akan membuat perubahan pula
terhadap bagian yang lain. "asumsi dasarnya adalah bahwa setiap struktur
dalam sistem sosial, adalah fungsional terhadap yang lain. Sebaliknya jika
tidak fungsional maka struktur itu tidak akan ada atau akan hilang dengan
sendirinya.
Fungsionalisme struktural atau lebih popular dengan struktural fungsional
merupakan hasil pengaruh yang sangat kuat dari teori sistem umum di mana
pendekatan fungsionalisme yang diadopsi dari ilmu alam khususnya ilmu
biologi,menekankan pengkajiannya tentang cara – cara mengorganisasikan
dan mempertahankan sistem. Dan pendekatan strukturalisme yang berasal
dari linguistik, menekankan pengkajiannya pada hal-hal yang menyangkut
pengorganisasian bahasa dan sistem sosial. Fungsionalisme struktural atau
analisa system pada prinsipnya berkisar pada beberapa konsep, namun yang
paling penting adalah konsep fungsi dan konsep struktur.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari perspektif fungsional?


2. Siapa tokoh tokoh teori perspektif fungsinal?
3. Bagaimana pendidikan dalam perspektif fungsional?
4. Bagaimana kesehatan dalam pespektif fungsional?

1.3 Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui definisi dari perspektif fungsional


2. Untuk mengetahui tokoh teori perspektif fungsional
3. Untuk mengetahui pendidikan dalam perspektif fungsional
4. Untuk mengetahui kesehatan dalam perspektif fungsional

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Denifisi Perspektif Fungsional

Kesatuan fungsional sebagai suatu keadaan dimana seluruh bagian dari


sistem sosial bekerja sama dalam suatu tingkat keselarasan atau konsistensi
internal tahap menghasilkan konflik berkepanjangan. Fungsionalisme yang
universal beranggapan bahwa seluruh bentuk sosial dan kebudayaan yang
sudah baku memiliki fungsi-fungsi positif. Indispensability yang mengatakan
bahwa setiap peradaban, kebiasaan, ide, objek materiil dan kepercayaan
memenuhi beberapa fungsi penting, memiliki sejumlah tugas yang harus
dijalankan dan merupakan bagian terpenting yang tidak dapat dipisahkan.
Dalam sumber lain dijelaskan bahwa perspektif fungsionalis menganggap
setiap masyarakat memiliki kecenderungan untuk berubah menuju ekuilibrum
dan mengarah pada terciptanya tertib sosial. Pandangan ini juga menganggap
bahwa masyarakat dikatakan sehat jika tertib sosial, dan hal ini dapat tercapai
jika setiap orang bersedia untuk menyesuaikan diri dengan nilai-nilai kolektif
yang tumbuh di dalam masyarakat, dan mereka meyakini bahwa tujuan utama
dari institusi penting dalam masyarakat, seperti pendidikan adalah
mensosialisasikan generasi muda untuk menjadi anggota masyarakat.

2.2 Tokoh – tokoh Teori Perspektif Fungsional

1. Teori Fungsionalisme Emile Durkheim (1858-1917) (Johnson,


1990:167)
Durkheim melihat “pendidikan sebagai pemegang peran dalam
proses sosialisasi atau homogenisasi, seleksi atau heterogenisasi, dan
alokasi serta distribusi peran-peran sosial, yang berakibat jauh pada
struktur sosial yaitu distribusi peran-peran dalam masayarkat.
Durkheim memahami masyarakat dengan beberapa perspektif (pokok
pikiranya) antara lain adalah:
(1) setiap masyarakat secara relatif bersifat langgeng,

3
(2) Setiap masyarakat merupakan struktur elemen yang terintregrasi
dengan baik,
(3) setiap elemen di dalam suatu masyarakat memiliki satu fungsi, yaitu
menyumbang pada bertahanya sistem itu, dan
(4) setiap struktur sosial yang berfungsi didasarkan pada konsesnsus nilai
antara para anggotanya (Wirawan, 2006:47).

Dalam hal ini Durkheim mengajukan asumsi bahwa :

(1) masyarakat harus dipandang sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari
bagian-bagian yang tidak dapat dipisahkan,
(2) bahwa bagian-bagian suatu sistem berfungsi untuk memenuhi
kepentingan sistem secara menyeluruh,
(3) kepentingan fungsional dipergunakan dalam kondisi normal dan
patologis, untuk mencegah keadaan yang abnormal (Iskandar,
2006:43).

2. Teori Fungsionalisme Struktural Merton


Perhatian Robert K. Merton dipusatkan pada struktur sosial.
Asumsi-asumsi teori fungsional Merton adalah:
(1) Kesatuan fungsional masyarakat merupakan suatu keadaan di mana
seluruh bagian dari sistem sosial bekerja sama dalam suatu tingkat
keselarasan atau konsistensi internal yang memadai, tanpa
menghasilkan konflik yang berkepanjangan yang tidak dapat diatasi
atau diatur;
(2) Fungsionalisme universal, asumsi ini menganggap bahwa “seluruh
bentuk sosial dan kebudayaan yang sudah baku memiliki fungsi-
fungsi positif”;
(3) Asumsi indispensabilty, yaitu “dalam setiap tipe peradaban setiap
kebiasaan, ide, objek material, dan kepercayaan memenuhi beberapa
fungsi penting, memiliki sejumlah tugas yang harus dijalankan dan
merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam
kegiatan sistem sebagai keseluruhan“ (Khairani, 2014:84).

4
3. Teori Fungsionalisme Talcott Parsons (1902) (Vegeer, 1990:199)
Teori fungsionalisme struktural parsons yang paling terkenal adalah
skema AGIL. Yang memuat empat fungsi penting yang diperlukan untuk
semua sistem “tindakan” yaitu (Adaption; Goal attainment; Intregration;
Latency).
a. Adaption: (adaptasi), artinya sebuah sistem harus menanggulangi
situasi eksternal yang gawat.
b. Goal Attainment: (pencapaian tujuan), artinya sebuah sistem harus
mendefinisikan dan mencapai tujuan utama.
c. Goal Attainment ini adalah merupakan tujuan yang akan dicapai oleh
suatu sistem yaitu kebutuhan sistem untuk memobilisasi sumber-
sumber dan energi guna mencapai tujuan sistem dan menentukan
suatu prioritas tujuan-tujuan tersebut.
d. Integration (integrasi), artinya sebuha sistem harus mengatur
hubungan antar bagian yang menjadi komponenya, sistem juga harus
mengelola hubungan antar ketiga fungsi lainnya.

Dalam penerapan skema AGIL dapat dilihat bahwa pada organisme


perilaku yang merupakan sistem tindakan yang melkasanakan fungsi
adaptasi dengan menyesuaikan diri/mengubah lingkungan eksternal.
Sistem kepribadian melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan sistem
dan memobilisasi sumber daya yang ada untuk mencapainya. Sistem
sosial menanggulangi fungsi integrasi dengan mengendalikan bagian-
bagian yang menjadi komponenya. Sistem kultural melaksanakan fungsi
pemeliharaan pola dengan menyediakan aktor seperangkat norma dan
nilai-nilai yang memotivasi mereka untuk bertindak.

Asumsi Parsons adalah:

(1) sistem memiliki properti keteraturan dan bagian-bagian yang saling


tergantung,

5
(2) sistem cenmderung bergerak ke arah mempertahankan keteraturan
/keseimbangan diri,

(3) sistem mungkin statis atau bergerak dalam proses perubahan yang
teratur,

(4) sifat dasar bagian suatu sistem berpengaruh terhadap bentuk bagian
lain,

(5) sistem memelihara batas-batas dengan lingkunganya,

(6) alokasi dana integrasi merupakan dua proses fundamental yang


diperlukan untuk memelihara keseimbangan sistem,

(7) sistem cenderung menuju ke arah pemeliharaan keseimbangan.

2.3 Pendidikan dalam Perspektif Fungsional

Lembaga pendidikan didorong untuk melakukan manajemen transformatif,


model dan gaya kepemimpinan yang diharapkan dan diperlukan di saat
globlalisasi ini adalah dengan “gaya kepemimpinan transformatif”. Lembaga
pendidikan seharusnya mempunyai indikator dalam mengimplementasikan
manajemenya. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Muhyi Batu Bara
bahwa Manajemen Pendidikan Mutu Berbasis Sekolah itu menjadi konsep
dan juga
merefleksikan dan peran serta tanggung jawab masing-masing pihak antara
lain:
(1) Lingkungan sekolah yang aman dan tertib,
(2) sekolah memiliki misi dan target mutu yang ingin dicapai,
(3) sekolah memiliki kepemimpinan yang kuat,
(4) adanya harapan yang tinggi dari personil sekolah (kepala sekolah, guru,
dan staf lainya, termasuk siswa)
(5) adanya pengembangan staf sekolah yang terus menerus sesuai dengan
tuntutan IPTEK,

6
(6) adanya pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap berbagai
aspek akademik dan administrative, dan pemanfaatan hasilnya untuk
penyempurnaan dan atau perbaikan mutu,
(7) adanya komunikasi dan dukungan insentif dan orang tua siswa dan
masyarakat lainya.

2.4 Kesehatan dalam Perspektif Fungsional

Secara fungsional Sistem Informasi Kesehatan dapat dikelompokkan


menjadi 3 macam sistem informasi, yaitu sistem informasi rumah sakit,
sistem informasi kesehatan publik, dan system informasi klinis.

1. Sistem Informasi Rumah Sakit


Menurut catanan Van de Velde dan Degoulet (2003), Sistem
Informasi Rumah Sakit di negara-negara maju, terutama Amerika,
dikembangkan sejak tahun 1960an. Pada tahap awal kemunculannya,
Sistem Informasi Rumah Sakit telah menggabungkan fungsi adminsitratif
dan medis. Meski demikian, tidak jarang focus awal pengembangan
Sistem Informasi, baik yang diaplikasikan di bidang kesehatan maupun
dibidang lain, dimulai pada urusan keuangan.
Pada tahap awal ini, Sistem Informasi Rumah Sakit cenderung
bersifat otomatisasi proses, yang sebelumnya mengadalkan manusia yang
potensi kesalahannnya besar, digantikan dengan Sistem Informasi dengan
tingkat akurasi yang lebih tinggi dan menghemat waktu dalam pelayanan.
2. Sistem Informasi Kesehatan Publik
Sistem Infromasi kesehatna Publik muncul karena tuntunan akan
integrasi informasi yang tersebar. Perkembangan bidang ini dan
diseminasi pengetahuan dan keahlian informatika kepada professional
kesehatna public adalah kunci pembuka potensi Sistem Informasi untuk
meningkatkan kualitas kesehatan publik.

7
Jika Sistem Informasi Rumah Sakit terbatas pada fungsi dukung
operasional dan medis di lingkup rumah sakit, Sistem Informasi Kesehatan
Publik mempunyai cakupan yang lebih luas. Kantor-kantor pemerintah
yang mengurusi kesehatan dan lembaga layanan kesehatan non rumah
sakit pun, seperti Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) masuk dalam
ranah Sistem Informasi In

3. Sistem Informasi Klinis


Tujuan utama pembuatan Sistem Informasi Klinis adalah untuk
mengurangi biaya dengan memberikan informasi yang membantu dokter
untuk mengambil keputusan dalam aktivitas sehari-hari.Sistem Informasi
Klinis tidak hanya membantu dokter dalam menagani masalah
administratif pasien, tetapi lebih dari itu, untuk meningkatkan kualitas
layanan kepada pasien. Sistem informasi klinis dapat didukung dengan
sistem pendukung kepututsan, yang di antaranya membantu dalam
diagnose penyakit dan menentukan tindakan medis.

8
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Prespektif fungsional adalah kesatuan fungsional sebagai suatu keadaan di


mana seluruh bagian dari sistem sosial bekerja sama dalam suatu tingkat
keelarasan atau konsistensi internal tahap menghasilkan konflik
berkepanjangan. Prespektif fungsional meghasilkan beberapa teori strukural
fungsional yang disampaikan oleh beberapa tokoh seperti Talcott Parsons,
Emile Durkheim, dan Robert K. Merton.

Teori Struktural fungsional adalah sebuah teori yang berisi sudut pandang
yang menafsirkan masyarakat sebagai sebuah struktur dengan bagiann-bagiang
yang saling berkaitan. Cirinya adalah gagasan tentang kebutuhan masyarakat.
Masyarakat sama dengan organisme biologis karena mempunyai kebutuhan
dasar yang harus dipenuhi agar masyarakat dapat memnuhi kebutuhan
hidupnya dan berfungsi dengan baik.Ciri kehidupan struktural sosial muncul
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan merespon permintaan masyarakat
sebagai suatu sistem sosial.

3.2 Saran

Stabilitas tatanan sosial adalah tujuan awal dari diadakannya penyususan


struktural fungsional berdasarkan teori-teori yang telah disampaikan oleh
beberapa tokoh. Masyarakat dianggap sehat berkehidupan sosial jika stabilitas
sosial tercapai. Untuk mencapai stabilitas sosial tersebut, masyarakat harus
bersedia untuk menyesuaikan diri dengan nilai-nilai kolektif yang tumbuh di
dalam masyarakat. Dengan begitu tujuan awal penyusunan struktural
fungsional akan terealisasikan.

9
DAFTAR PUSTAKA
http://guyeojafkmunsri.blogspot.com/2013/05/perspektif-fungsional-sistem-
informasi.html
Maunah, Binti. 2016. Pendidikan dalam Perspektif Struktural Fungsional.
Cendekia, (2016),10(2): 159-178.
http://anasazwars.blogspot.com/2010/10/perspektif-fungsionalis.html

10

Anda mungkin juga menyukai