PENDAHULUAN
Apabila pembicaraan dimulai tentang kehidupan sosial dan politik sebagai suatu
sistem aktivitas, maka akan kita jumpai konsekuensi tertentu dari cara kita melakukan
analisis mengenai operasi suatu sistem. Sistem selalu terkait dengan keadaan dimana
bagian-bagiannya satu sama lain bergantung secara fungsional, yang mempunyai
batas-batas tertentu tapi merupakan komponen daripada suatu keutuhan yang bulat.
Jika salah satu komponen itu berubah maka bagian-bagian lainnya juga pasti berubah.
Dengan perkataan lain, jika suatu variabel dalam sistem sosial maupun politik
mengalami perubahan kualitas dan kuantitas maka yang lain juga akan mengalami
perubahan yang sama walaupun dalam kadar yang berbeda.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapatlah dirumuskan pengertian sistem yang
lebih lengkap sebagai: suatu kebulatan atau keseluruhan yang utuh, di mana di
dalamnya terdapat komponen-komponen, yang pada gilirannya merupakan sistem
tersendiri, yang mempunyai fungsi masing- masing, saling berhubungan satu dengan
yang lain menurut pola, tata atau norma tertentu dalam rangka mencapai suatu tujuan.
Jika pengertian ini kita kaitkan dengan sistem sosial maka kebulatan atau
keseluruhan yang utuh itu adalah masyarakat, sedangkan komponen-komponen itu
adalah interaksi yang terjadi diantara masyarakat sebagai pelaku sosial. Sementara
suatu sistem politik terdiri dari interaksi peranan para warga negara dengan tujuan
pencapaian kekuasaan.
Makalah kali ini akan membahas dua sistem yang saling berkaitan satu dengan
lainnya yaitu sistem sosial dan politik, termasuk di dalam makalah ini terdapat
sejarah, pengertian, unsur-unsur, ciri-ciri umum, fungsi, pemikiran-pemikiran dan
hubungan antara sistem sosial dan politik itu sendiri.
TINJAUAN LITERATUR
Kata sistem berasal dari bahasa Yunani, yaitu systema yang artinya hubungan
yang berlangsung di antara satuan-satuan atau komponen secara teratur. Dalam
perkembangannya, istilah itu mengalami pembiasan sehingga memiliki banyak arti,
bergantung pada objek dan cakupan pembicaraannya. Sementara menurut Prof. Dr.
Pamuji dalam teori sistem dan pengetrapannya dalam management yang dimaksud
dengan sistem adalah:
Sistem sosial menurut Tallcot Parsons dalam bukunya yang berjudul The Social
System tahun 1951, dia mengartikan sistem sosial sebagai satu dari tiga cara di mana
tindakan sosial bisa diorganisasi. Lalu juga terdapat dua sistem tindakan yang saling
melengkapi, yakni sistem kultural yang mengandung nilai dan simbol serta sistem
kepribadian para pelaku individual.
Dr. Nasikun dalam Sistem Sosial Indonesia berpandangan bahwa:
Suatu sistem sosial, pada dasarnya, tidak lain adalah suatu sistem dari pada
tindakan-tindakan. Ia terbentuk dari interaksi sosial yang terjadi di antara
berbagai individu, yang tumbuh dan berkembang di atas standar penilaian
umum yang disepakati bersama oleh para anggota masyarakat. Yang paling
penting di antara berbagai standar penilaian umum tersebut, adalah apa yang
kita kenal sebagi norma-norma sosial. Norma-norma sosial itulah
sesungguhnya yang membentuk struktur sosial.
Suatu sistem tindakan yang terbentuk dari sistem sosial berbagai individu,
yang tumbuh dan berkembang dengan tidak secara kebetulan, tetapi tumbuh
dan berkembang di atas standar penilaian umum atau norma-norma sosial
yang disepakati bersama oleh para anggota masyarakat. Norma-norma sosial
inilah yang membentuk struktur sosial. Interaksi sosial terjadi karena adanya
komitmen terhadap norma-norma sosial yang menghasilkan daya untuk
mengatasi perbedaan pendapat dan kepentingan di antara anggota masyarakat
dengan menemukan keselarasan satu sama lain di dalam suatu tingkat
integrasi sosial tertentu.
Sementara pengertian Sistem politik menurut Beddy Iriawan sendiri dalam Sistem
Politik Indonesia, yaitu:
PEMBAHASAN
Dilihat dari sisi sejarah sistem sosial dan politik di eropa masa lampau, kita
mengenal sistem kerajaan, kita juga mengenal yang sistem feodalisme yang berdiri
sekitar setelah abad kedelapan. Dalam sejarah islampun kita juga akan menemukan
bahwa negara-negara di bawah kekuasaan islam juga membentuk sebuah imperium,
sampai kemudian bangsa Viking dari utara irlandia dan dari hungaria saling
menyerang satu sama lain, di situ kita akan melihat bahwa banyak raja-raja eropa
khususnya di spanyol yang sering mengalami kekalahan sehingga pada akhirnya
banyak tanah yang diakuisisi sebagai harta rampasan perang. Ini adalah awal di mana
para raja tersebut kemudian berpikir bagaimana tanah itu tidak diambil, sebenarnya
para raja ini bukan tanpa daya menyerahkan tanah-tanahnya diambil atau tidak ada
tentara yang mengamankan tetapi seringkali pusat ibu kota kerajaan dan pusat tanah
yang diserang itu terlalu jauh, sedangkan banyak serangan dari luar atau ekspansi
yang itu datang secara tidak terduga.
Melihat kenyataan ini akhirnya para raja membentuk sebuah pemerintahan yang
lebih bersifat desentralisasi sehingga dari sistem tersebut memungkinkan adanya
ketersediaan tentara yang merata di masing-masing daerah yang nantinya tentara
tersebut akan siap siaga membendung arus ekspansi tersebut. Berdasarkan atas hal ini
akhirnya terbentuklah sistem viet, yaitu sebuah sistem yang memungkinkan adanya
pembagian tanah kepada elit-elit militer di setiap daerah. Jadi para elit militer tersebut
dititipkan sebuah tanah untuk mengelolanya secara bebas dengan catatan para elit
tersebut memiliki beban pajak yang harus dibayarkan kepada raja, di sisi lain para elit
militer memiliki tugas untuk mempertahankan tanah tersebut ketika ada kelompok
lain yang akan menyerang dan menduduki wilayah tersebut. Inilah awal mula
Secara umum, unsur-unsur sosial terdiri dari status, peranan, dan perbedaan
sosial. Menurut Alvin L. Bertrand (1980), ada sepuluh unsur yang terkandung dalam
sistem sosial, yaitu:
1. Keyakinan (pengetahuan)
Keyakinan merupakan unsur sistem sosial yang dianggap sebagai
pedoman dalam melakukan penerimaan suatu pengetahuan dalam
kehidupan kelompok sosial dalam masyarakat. Keyakinan ini secara
praktis biasanya digunakan dalam kelompok masyarakat yang masih
tergolong terbelakang segi pengetahuannya sehingga dalam menilai suatu
kebenaran dirumuskan melalui keyakinan bersama. Misalnya, dalam
menilai berbahaya atau tidak dalam menerima anggota baru pada sutau
kelompok atau organisasi sosial dinilai berdasarkan kekuatan keyakinan.
2. Perasaaan (sentimen)
Perasaan menurut Alvin, menunjuk pada bagaimana perasaan pada
anggota suatu sistem sosial (anggota kelompok) tentang hal-hal, peristiwa-
peristiwa serta tempat-tempat tertentu. Jika di dalam suatu sistem terdapat
banyak anggota yang saling menaruh dendam antara satu sama lainnya
maka bisa dikaetahui bahwa hubungan kerja samanya tidak akan berhasil
dengan baik.
1
Sejarah Sistem Sosial Politik Masyarakat Indonesia Rangkuman hasil diskusi pengantar Lentera
Yantra (selasa, 12/04/2016) bersama Uu Ukhyaruddin mahasiswa Program Study Sejarah
Kebudayaan Islam, UIN Sunan Kalijaga. Dijadikan sebagai term of reference diskusi besar Lentera
Yantra (Rabu, 20/04/2016) bersama Dr. Aris Wahyudi S.Sn., M.Hum (Online:
http://tukarkabar.com/sejarah-sistem-sosial-politik-masyarakat-indonesia/), (Diakses pada 21
September 2017)
8. Sanksi
Sanksi merupakan ancaman hukum yang ditetapkan oleh masyarakat
terhadap anggota-anggotanya yang melanggar norma sosial
kemasyarakatan. Penerapan sanksi ini ditujukan agar pelanggarnya dapat
emngubah perilakunya ke arah yang lebih baik sesuai dengan norma sosial
yang berlaku.
David easton mengajukan suatu definisi yang terdiri dari tiga unsur :
1. Sistem politik menetapkan nilai (dengan cara kebijaksanaan);
2. Penetapannya bersifat paksaan atau dengan kewenangan, dan;
3. Penetapan yang bersifat paksaan itu tadi mengikat masyarakat secara
keseluruhan.
Apabila dilihat baik dari pengertian secara etimologi seperti dalam uraian lalu,
maka dalam sistim politik menunjukan adanya unsur atau faktor :
1. Fungsi integrasi dan adaptasi terhadap masyarakat baik kedalam maupun
ke luar.
2. Penetapan nilai (allocating values) dalam masyarakat berdasarkan
kewenangan.
3. Penggunaan kewenangan/kekuasaan (authority atau power) baik secara
syah ataupun tidak.
Dilihat dari ketiga komponen (unsur) diatas, maka ada masyarakat yang dikenai
oleh nilai nilai dan ada pemegang wewenang/kekuasaan yang menetapkan nilai atau
pemerintahan
.
3.4 Ciri-ciri Umum Sistem Sosial
Menurut Alvin L. Bertrand (1980), menyatakan bahwa dalam suatu sistem sosial
paling tidak harus terdapat dua orang atau lebih yang mana di antara keduanya terjadi
Untuk memahami sistem politik, menurut Easton ada empat ciri atau atribut yang
perlu diperhatikan, yaitu:
2. Input-Output
Input merupakan masukan dari masyarakat ke dalam sistem politik. Input
yang masuk dari masyarakat ke dalam sistem politik berupa tuntutan dan
dukungan. Tuntutan secara sederhana dijelaskan sebagai seperangkat
kepentingan yang belum dialokasikan secara merata oleh sistem kepada
sekelompok masyarakat yang ada di dalam cakupan sistem lain, dukungan
merupakan upaya dari masyarakat politik mendukung keberadaan sistem
politik agar terus berjalan. Output adalah hasil kerja sistem politik yang
berasal baik dari tuntutan maupun dukungan masyarakat. Output terbagi
dua, yaitu keputusan dan tindakan yang biasanya dilakukan oleh
pemerintah. Keputusan adalah pemilihan satu atau beberapa pilihan
tindakan sesuai tuntutan atau dukungan yang masuk. Sementara itu,
Untuk mengerti sistem lebih jauh baiklah kita telah lebih lanjut dengan
mengikuti pikiran Prof. Meriam O .Irish dan Prof. James W. Protho dalam buku The
Politics of American Democracy
1. Sistem mempunyai bagian-bagian atau unsure-unsur yang hamper
mempunyai kesamaan. Unsur-unsur sistem politik ialah tindakan-tindakan
politik, yang ke semua tindakan-tindakan ini merupakan pelaksanaan
kebijaksanaan berdasarkan kewenangan. Tindakan-tindakan ini cenderung
untuk menimbulkan adanya struktur politik baik dalam perannya maupun
kelompoknya.
3. Unit-unit tertentu dari suatu sistem saling tergantung. Tiap bagian saling
memengaruhi satu sama lain. Walaupun ada perbedaan atau pembagian
tugas, tetapi pelaksanaan tugas suatu bagian sebenarnya merupakan
pelaksanaan pula dari tugas-tugas bagian lain.
Selanjutnya Prof. Irish dan Protho, mengemukakan ciri ciri umum sistem politik,
seperti tertulis dalam gambar di bawah ini.
2. Dipandang dari politik sebagai suatu sistem, kita menyadari bahwa tiada
satupun bagian yang dapat bekerja penuh tanpa melihat jalannya kegiatan
secara keseluruhan
Karena kita memandang sistem politik sebagai suatu rangkaian kegiatan yang
bertalian dengan pembuatan keputusan authoritif (yang berdasarkan kewenangan,
maka outputnya adalah keputusan atau kebijaksanaan negara.
Keputusan atau kebijaksanaan ini dapat berupa reward dan deprivations. Output
ini merupakan hasil tuntutan, dukungan atau kemasabodohan yang di buat oleh
badan-badan pembuat keputusan ke dalam peraturan-peraturan atau kebijaksanaan
untuk mempertahankan ketertiban, sehingga sistem dapat tetap berjalan dengan cara
penyesuaian untuk mengubah keadaan.
Prof. Irish dan Protho mengupas tentang fungsi sistim poltik.Dalam penyesuaian
dan perubahan lingkungan agar supaya tetap hidup setiap sistim politik melaksanakan
fungsi fungsi dasar tertentu. Apa itu fungsi ?
Dalam kata social function atau fungsi masyarakat mempunyai pengertian untuk
membantu bergaul dengan masyarakat atau saling membantu.
Adapun fungsi prinsip output dalam sistim politik, ialah jelas sekali bahwa sistim
harus mengembangkan aturan aturan umum dan kebijaksanaan untuk
mempertahankan ketertiban dan memenuhi tuntutan. Sebagai tambahan aturan-aturan
dan kebijaksanaan itu tadi harus dijalankannya dan diterapkan secara wajar, agar
supaya sistem tetap berjalan dan mampu mencegah pertentangan atau dapat
memecahkan pertentangan dalam masyarakat.
Untuk adanya gambaran yang jelas tentang fungsi sistim politik baiklah
dilukiskan dalam diagram sebagai berikut :
Setiap teori tidak lah muncul begitu saja tetapi selalu terkait dengan suasana
zaman yang berkembang. Teori Marxian bertumpu pada konflik yang dianggap
sebagai inti dinamika masyarakat. Suatu masyarakat tanpa adanya konflik dapat
disebut tidak ada dinamika. Penjelasan yang dihasilkan ialah penjelasan konfliktual
mengenai kehidupan masyarakat. Hal ini berbeda dengan penjelesan fungsional yang
lebih menekankan pada keteraturan fungsional. Di dalam situasi pertentangan itu,
Parsons lebih memilih karier intelektualnya dengan mempersoalkan tindakan sosial,
fungsionalisme tradisional, dan teori sistem umum. Fenomena yang dijelaskan oleh
Parsons adalah teori struktural fungsional. Pokok persoalan yang dikaji adalah adanya
keteraturan sosial (social order) dalam masyarakat. Walau begitu, dia tetap
melakukan kajian dalam tindakan sosial yang rasional dan sistem sosial.
Sistem sosial menurut parsons dalam bukunya yang berjudul The Social
System tahun 1951, dia mengartikan sistem sosial sebagai satu dari tiga cara di mana
tindakan sosial bisa diorganisasi. Sudut pendekatan yang perlu mendapatkan
Lalu juga terdapat dua sistem tindakan yang saling melengkapi, yakni sistem
kultural yang mengandung nilai dan simbol serta sistem kepribadian para pelaku
individual. Parsons juga mengembangkan variabel pola yang dapat dipakai untuk
menjelaskan kategorisasi tindakan atau untuk mengklasifikasikan tipe peranan dalam
sistem sosial. Variabel pola itu antara lain:
Pada tahun 1956, Gabriel A Almond mengajukan suatu perumusan baru dalam
pengkajian perbandingan politik, memanfaatkan sistem politik sebagai satu basis dan
pijakan menuju sekumpulan konsep yang berhubungan dengan struktur dan fungsi.
Terdapat banyak asumsi keuntungan fungsionalisme struktural sebagai sebuah
pendekatan studi politik. Fungsionalisme struktural telah menarik perhatian ulang
terhadap konsep sistem di saat para ilmuwan sosial terlibat dengan analisis perilaku
individu. Fungsionalisme struktural mencoba menghubungkan seluruh fenomena
sosial ke dalam satu sistem pemikiran. Dengan akar-akar pemikiran dari Eastonian,
Almond mencampurkan pengertian-pengertian struktur dan fungsi. Struktur adalah
kegiatan-kegiatan teramati yang membentuk sistem politik. Struktur ini dicirikan oleh
keteraturan dan, menurut tingkat perkembangan sistemik oleh pembedaan struktural.
Fungsionalisme bagi Almond adalah sebuah tema lama teori politik.
Fase Ketiga:
Pada tahun 1965 dan 1966 dalam sebuah artikel jurnal, Almond
menyempurnakan dan semakin mempertajam rumusan pendekatan fungsional
strukturalnya. Pertama, Almond berpendapat bahwa konsepsi sistem politiknya
berkaitan dengan saling ketergantungan - bukannya harmoni. Kedua, teori sistem
politiknya bersifat dinamis - bukannya statis dan konservatif, karena dimungkinkan
dilakukannya pengujian pola-pola perkembangan. Ketiga, Almond mencari teori
holistik ketimbang parsial. Sistem-sistem politik merupakan entitas-entitas utuh dan
dibentuk oleh lingkungan.
Terdapat batas-batas antara sistem dan lingkungannya. Input dan output
mempengaruhi sistem, dan umpan balik hadir diantara sistem dan lingkungannya.
Dalam hal ini Almond mengungkatkan tiga tingkat fungsi.
Sistem sosial lebih umum dari pada sistem politik. Sistem sosial tidak hanya
menyangkut tentang politik, tetapi juga ekonomi, budaya, agama, dan lain-lain.
Sedangkan sistem politik merupakan salah satu bidang yang di dalamnya terdapat
proses sosial yang dipelajari dalam sistem sosial. Sehingga dapat dikatakan bahwa
sistem politik merupakan bagian atau sub sistem dari sistem sosial. Dan tentu saja
keduanya berhubungan.
Sistem politik dipengaruhi sistem sosial, yaitu dalam masyarakat yang
berkembang tata-hidup paternalisme (kebapaan) dan feodalisme atau aristokratisme,
gerakan politik menuju sistem demokrasi akan mengalami hambatan hambatan. Lain
halnnya dalam masyarakat yang berkembang tata-hidup demokratisme, maka akan
menjadi tempat yang subur untuk tumbuhnya sistem politik yang demokratis.
Dalam masyarakat pasti hadir suatu konflik. Entah itu terkait kondisi ekonomi
ataupun yang berkaitan dengan SARA. Dalam hal ini, sistem sosial mencoba
menganalisis bagaimana konflik tersebut; mulai dari akar permasalahannya hingga
solusi yang bisa diberikan. Dari situ, sebagai pengintegrasi masyarakat, pemerintah
(dalam hal ini sistem politik) mengikat kembali masyarakat melalui kebijakan-
kebijakan atau keputusan-keputusan yang dikeluarkannya sebagai tanggapan dari
konflik tersebut. Tentunya melihat analisis-analisis sistem sosial. Tanpa pengetahuan
sistem sosial, bisa jadi keputusan politik yang diambil justru memicu konflik
membesar.
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
1. Kedepannya agar dibuat studi atau penelitian secara khusus yang membahas
mengenai topik kajian sistem sosial dan politik tanpa memisahkan kedua kajian
tersebut, agar menambah dan lebih memperkuat pemahaman kita sebagai
akademisi yang memelajari ilmu sosial.
Anggara, Sahya. 2013. Sistem Politik Indonesia. Bandung: CV. Pustaka Setia