Anda di halaman 1dari 35

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 1


BAB I ...................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN .................................................................................................. 2
I. Latar Belakang ......................................................................................... 2
II. Identifikasi Masalah ................................................................................. 3
BAB II ..................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4
1. Pengertian Sistem ..................................................................................... 4
2. Pengertian Sistem Sosial ......................... Error! Bookmark not defined.
3. Pengertian Sistem Politik......6
BAB III ................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 7
1. Sejarah Sistem Sosial dan Politik ............................................................. 7
2. Unsur-unsur Sistem Sosial ...................... Error! Bookmark not defined.
3. Unsur-unsur Sistem Politik ................... Error! Bookmark not defined.3
4. Ciri-ciri Umum Sistem Sosial .....13
5. Ciri-ciri Umum Sistem Politik ............................................................... 14
6. Fungsi Sistem Sosial. ..19
7. Fungsi Sistem Politik ..20
8. Pemikiran Sistem Sosial menurut Tallcot Parsons ..22
9. Pemikiran Sistem Politik menurut Gabriel Almond .. 25
10. Hubungan Sistem Sosial dan Sistem Politik....32
BAB IV ................................................................................................................. 34
PENUTUP ....................................................................................................................... 34
1. Kesimpulan ............................................................................................. 34
2. Saran ....................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 35

Makalah Sistem Sosial dan Politik 1


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Apabila pembicaraan dimulai tentang kehidupan sosial dan politik sebagai suatu
sistem aktivitas, maka akan kita jumpai konsekuensi tertentu dari cara kita melakukan
analisis mengenai operasi suatu sistem. Sistem selalu terkait dengan keadaan dimana
bagian-bagiannya satu sama lain bergantung secara fungsional, yang mempunyai
batas-batas tertentu tapi merupakan komponen daripada suatu keutuhan yang bulat.
Jika salah satu komponen itu berubah maka bagian-bagian lainnya juga pasti berubah.
Dengan perkataan lain, jika suatu variabel dalam sistem sosial maupun politik
mengalami perubahan kualitas dan kuantitas maka yang lain juga akan mengalami
perubahan yang sama walaupun dalam kadar yang berbeda.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapatlah dirumuskan pengertian sistem yang
lebih lengkap sebagai: suatu kebulatan atau keseluruhan yang utuh, di mana di
dalamnya terdapat komponen-komponen, yang pada gilirannya merupakan sistem
tersendiri, yang mempunyai fungsi masing- masing, saling berhubungan satu dengan
yang lain menurut pola, tata atau norma tertentu dalam rangka mencapai suatu tujuan.
Jika pengertian ini kita kaitkan dengan sistem sosial maka kebulatan atau
keseluruhan yang utuh itu adalah masyarakat, sedangkan komponen-komponen itu
adalah interaksi yang terjadi diantara masyarakat sebagai pelaku sosial. Sementara
suatu sistem politik terdiri dari interaksi peranan para warga negara dengan tujuan
pencapaian kekuasaan.
Makalah kali ini akan membahas dua sistem yang saling berkaitan satu dengan
lainnya yaitu sistem sosial dan politik, termasuk di dalam makalah ini terdapat
sejarah, pengertian, unsur-unsur, ciri-ciri umum, fungsi, pemikiran-pemikiran dan
hubungan antara sistem sosial dan politik itu sendiri.

Makalah Sistem Sosial dan Politik 2


1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah sistem sosial politik?


2. Apa unsur-unsur sistem sosial?
3. Apa unsur-unsur sistem politik?
4. Bagaimana ciri-ciri umum sistem sosial?
5. Bagaimana ciri-ciri sistem politik?
6. Apakah fungsi sistem sosial?
7. Apakah fungsi sistem politik?
8. Bagaimana pemikiran sistem sosial menurut Tallcot Parsons?
9. Bagaimana pemikiran sistem politik menurut Gabriel Almond?
10. Bagaimana hubungan antara sistem sosial dan sistem politik?

Makalah Sistem Sosial dan Politik 3


BAB II

TINJAUAN LITERATUR

2.1 Pengertian Sistem

Kata sistem berasal dari bahasa Yunani, yaitu systema yang artinya hubungan
yang berlangsung di antara satuan-satuan atau komponen secara teratur. Dalam
perkembangannya, istilah itu mengalami pembiasan sehingga memiliki banyak arti,
bergantung pada objek dan cakupan pembicaraannya. Sementara menurut Prof. Dr.
Pamuji dalam teori sistem dan pengetrapannya dalam management yang dimaksud
dengan sistem adalah:

1. Suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks atau terorganisisr, suatu


himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk
suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks atau utuh.
2. Suatu kebulatan atau keseluruhan yang utuh, dimana didalamnya terdapat
komponen-komponen yang pada gilirannya merupakan sistem tersendiri
yang mempunyai fungsi masing-masing, saling berhubungan satu sama
lain menurut pola, tata atau norma tertentu dalam rangka mencapai suatu
tujuan.

Menurut Prof. Dr. Sri Sumantri dalam sistem-sistem pemerintahan negara-negara


sistem diartikan sebagai:

Sekelompok bagian-bagian yang bekerja bersama-sama untuk melakukan


suatu maksud. Apabila salah satu bagian rusak atau tidak dapat menjalankan
tugasnya, maka maksud yang hendak dicapai tidak akan terpenuhi, atau
setidak-tidaknya sistem yang terwujud akan mendapat gangguan.

Selanjutnya pengertian sistem menurut sarjana ilmu pemerintahan Drs. Musanef


dalam bukunya Sistem Pemerintahan di Indonesia, sistem diartikan sebagai:

1. Suatu sarana yang menguasai keadaan dan pekerjaan agar dapat


menjalankan tugasnya dengan teratur.

Makalah Sistem Sosial dan Politik 4


2. Suatu tatanan dari hal-hal yang saling berkaitan dan berhubungan
sehingga membentuk satu kesatuan dan satu keseluruhan.

2.2 Pengertian Sistem Sosial

Sistem sosial menurut Tallcot Parsons dalam bukunya yang berjudul The Social
System tahun 1951, dia mengartikan sistem sosial sebagai satu dari tiga cara di mana
tindakan sosial bisa diorganisasi. Lalu juga terdapat dua sistem tindakan yang saling
melengkapi, yakni sistem kultural yang mengandung nilai dan simbol serta sistem
kepribadian para pelaku individual.
Dr. Nasikun dalam Sistem Sosial Indonesia berpandangan bahwa:

Suatu sistem sosial, pada dasarnya, tidak lain adalah suatu sistem dari pada
tindakan-tindakan. Ia terbentuk dari interaksi sosial yang terjadi di antara
berbagai individu, yang tumbuh dan berkembang di atas standar penilaian
umum yang disepakati bersama oleh para anggota masyarakat. Yang paling
penting di antara berbagai standar penilaian umum tersebut, adalah apa yang
kita kenal sebagi norma-norma sosial. Norma-norma sosial itulah
sesungguhnya yang membentuk struktur sosial.

Sependapat dengan pernyataan Dr Nasikun Sistem sosial menurut Prof. Dr. I. B.


Wirawan dalam bukunya Teori-teori Sosial Dalam Tiga Paradigma adalah:

Suatu sistem tindakan yang terbentuk dari sistem sosial berbagai individu,
yang tumbuh dan berkembang dengan tidak secara kebetulan, tetapi tumbuh
dan berkembang di atas standar penilaian umum atau norma-norma sosial
yang disepakati bersama oleh para anggota masyarakat. Norma-norma sosial
inilah yang membentuk struktur sosial. Interaksi sosial terjadi karena adanya
komitmen terhadap norma-norma sosial yang menghasilkan daya untuk
mengatasi perbedaan pendapat dan kepentingan di antara anggota masyarakat
dengan menemukan keselarasan satu sama lain di dalam suatu tingkat
integrasi sosial tertentu.

Makalah Sistem Sosial dan Politik 5


2.3 Pengertian Sistem Politik

David Easton berpendapat bahwa Sistem politik adalah kesatuan (kolektivitas)


seperangkat struktur politik yang memiliki fungsi masing-masing untuk mencapai
tujuan negara.
Menurut Berry Iriawan dalam Sistem Politik Indonesia yang mengutip pengertian
Sistem Politik menurut Almond (1960) dalam The Politics of Developing Areas
mengatakan:

Sistem politik pada hakikatnya melaksanakan fungsi-fungsi mempertahankan


kesatuan masyarakat, menyesuaikan dan mengubah unsur pengaturan
hubungan, agama dan sistem ekonomi, melindungi kesatuan sistem politik
dan ancaman-ancaman dari luar atau mengembangkannya terhadap
masyarakat lain atau menyerangnya.

Sementara pengertian Sistem politik menurut Beddy Iriawan sendiri dalam Sistem
Politik Indonesia, yaitu:

Suatu keseluruhan komponen-komponen atau lembaga-lembaga yang


berfungsi di bidang politik yang kegiatannya menyangkut penentuan
kebijakan umum (public policies) dan bagaimana kebijakan itu dilaksanakan,
yaitu hal-hal yang menyangkut kehidupan negara atau pemerintahan.
Selanjutnya berinteraksi berdasarkan proses-proses (proses saling pengaruh-
mempengaruhi) yang dapat diramalkan untuk memenuhi kebutuhan publik.

Makalah Sistem Sosial dan Politik 6


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Sistem Sosial Politik

Dilihat dari sisi sejarah sistem sosial dan politik di eropa masa lampau, kita
mengenal sistem kerajaan, kita juga mengenal yang sistem feodalisme yang berdiri
sekitar setelah abad kedelapan. Dalam sejarah islampun kita juga akan menemukan
bahwa negara-negara di bawah kekuasaan islam juga membentuk sebuah imperium,
sampai kemudian bangsa Viking dari utara irlandia dan dari hungaria saling
menyerang satu sama lain, di situ kita akan melihat bahwa banyak raja-raja eropa
khususnya di spanyol yang sering mengalami kekalahan sehingga pada akhirnya
banyak tanah yang diakuisisi sebagai harta rampasan perang. Ini adalah awal di mana
para raja tersebut kemudian berpikir bagaimana tanah itu tidak diambil, sebenarnya
para raja ini bukan tanpa daya menyerahkan tanah-tanahnya diambil atau tidak ada
tentara yang mengamankan tetapi seringkali pusat ibu kota kerajaan dan pusat tanah
yang diserang itu terlalu jauh, sedangkan banyak serangan dari luar atau ekspansi
yang itu datang secara tidak terduga.
Melihat kenyataan ini akhirnya para raja membentuk sebuah pemerintahan yang
lebih bersifat desentralisasi sehingga dari sistem tersebut memungkinkan adanya
ketersediaan tentara yang merata di masing-masing daerah yang nantinya tentara
tersebut akan siap siaga membendung arus ekspansi tersebut. Berdasarkan atas hal ini
akhirnya terbentuklah sistem viet, yaitu sebuah sistem yang memungkinkan adanya
pembagian tanah kepada elit-elit militer di setiap daerah. Jadi para elit militer tersebut
dititipkan sebuah tanah untuk mengelolanya secara bebas dengan catatan para elit
tersebut memiliki beban pajak yang harus dibayarkan kepada raja, di sisi lain para elit
militer memiliki tugas untuk mempertahankan tanah tersebut ketika ada kelompok
lain yang akan menyerang dan menduduki wilayah tersebut. Inilah awal mula

Makalah Sistem Sosial dan Politik 7


terbentuknya kelas baru, yang pada awalnya kelas sosial di eropa hanya terbagi
menjadi kelas kerajaan dan rakyat biasa, dengan adanya sistem tersebut akhirnya lahir
kelas tuan tanah yang seolah-olah telah menjadi raja-raja lokal, dan itu menjadi awal
terbentuknya sistem feodalisme.
Setelah sistem feodalisme ini berjalan selama beberapa abad di eropa, akhirnya
terjadi reneissans dan revolusi industri yang melahirkan kapitalisme, di mana
kapitalisme ini juga pada akhirnya hampir secara total merubah sistem feodalistik
yang pada awalnya pemegang kuasa lokal adalah para tuan tanah. Pada era ini tuan
tanah hampir tidak berdaya menghadapi sistem kekuasaan yang dipegang oleh para
pemilik modal yang menggunakan industri sebagai alat terlebih lagi para pemilik
modal pada akhirnya juga memiliki akses pemerintahan karena kita ingat bahwa
revolusi ini bukan hanya revolusi dalam bidang ekonomi tetapi juga revolusi dalam
bidang pemerintahan yang pada awalnya adalah monarki menjadi sistem keterwakilan
atau demokrasi yang memungkin adanya pemilik modal masuk dalam keterwakilan
tersebut. Tetapi dari sini kemudian juga pada akhirnya menyebabkan terpecahnya
sistem sosial di eropa menjadi dua kubu yang sama besar yaitu sosialisme dan
kapitalisme itu sendiri, yang satu berorientasi pada prinsip pembagian alat kerja dan
membagi kesempatan yang sama kepada seluruh individu untuk berdaya
mendapatkan kesejahteraannya dengan cara memberdayakan alat kerja tersebut dan
yang satu berprinsip pada kuasa modal dan kapitalisasi atau kepemilikan pribadi yang
tidak mau membagi kepemilikan tersebut dengan asusmsi harus ada kompetisi untuk
mendapatkannya.
Kemudian jika kita beranjak ke nusantara, sistem sosial di nusantara dapat
ditemukan sejak awal mula masuknya ajaran hindu budha. Pada masa itu kita
mengenal bahwa di dalam sistem sosial hindu-budha sangat menekankan adanya
strata sosial yang disebut kasta. Tetapi pada perkembangan selanjutnya sistem kasta
ini mengalami penyurutan bahkan jika boleh dikatakan hilang sama sekali karena
adanya rekonstruksi kebudayaan oleh para ilmuan islam yang datang belakangan
sebagai dai penyebar agama islam, tetapi dalam rekonstruksi tersebut bukan tanpa
perjuangan yang sangat panjang karena ajaran islam masuk ke nusantara dengan

Makalah Sistem Sosial dan Politik 8


motif awal perdagangan yang dilakukan oleh para saudagar dari arab sehingga kita
melihat pada masa itu perkembangan islam di nusantara tidak begitu massif,
penghapusan kasta tersebut baru mulai terasa panjang setelah itu yaitu pada abad ke
14. Orang sering mengaitkan hal tersebut atas ulah wali songo, yang menggunakan
rekonstrusksi kebudayaan dalam penyebarannya. Berbeda dengan para saudagar yang
lebih menekankan pada dakwah yang bersifat biologis dengan cara menikahi
penduduk local, tidak banyak persentuhan budaya yang digunakan oleh para dai
tersebut. Bahkan dakwah walisongo dalam penyebaran islam pun mereka
menggunakan strategi merapat ke kuasaan, seperti yang bisa kita lihat di Samudra
Pasai, Demak, Cirebon, Banten dan sebagainya.
Sistem sosial di masyarakat nusantara di masa itu memperlihatkan bahwa ulama
pada waktu itu memiliki pengaruh yang sangat kuat di masyarakat karena selain
sebagai seorang penyebar agama, ulama pada waktu itu merangkap sebagai penguasa
politik. Meskipun di masa-masa sebelum itu seperti pada masa Sriwijaya dan
Majapahit terlihat peran agamawan atau bahkan raja juga merupakan seorang
agamawan tetapi mereka bukanlah seorang dai seperti di kerajaan islam.
Sayangnya masa di mana para agamawan memegang otoritas kekuasaan ini tidak
berlangsung lama di nusantara karena faktor masuknya ideologi baru yang sangat
besar di nusantara, abad 16-17 eropa sudah mulai melakukan ekspansi ke wilayah
nusantara. Sehingga terjadi penancapan kekuasaan dan pengaruh yang sangat kuat
masyarakat eropa melalui kolonialisasi. Ekspansi eropa ke nusantara pada awalnya
menyasar kekuasaan-kekuasaan local di daerah, inilah yan menjadi awal di mana
posisi agamawan tergantikan. Meskipun di beberapa kerajaan posisi agamawan tidak
merangkap otoritas sebagai penguasa tetapi tetap di berbagai kerajaan tersebut tetap
menempati posisi peting seperti penasehat kerajaan, setelah eropa masuk dan
mencengkram ekonomi kemudian juga mengambil alih kekuasaan akhirnya para
agamawan terlempar ke luar istana. Inilah kemudian awal di mana banyak menjamur
pesantren di pedalaman-pedalaman nusantara, dan kerajaan nusantara semenjak
dikuasai oleh kolonial akhirnya semacam mengalami sekularisasi yang membendakan
ranah agama dan ranah pemerintahan.

Makalah Sistem Sosial dan Politik 9


Selain gejala di atas timbul gejala-gejala lain yang tidak kalah serius, jika kita
melihat secara kasat mata orang awam kita akan langsung mengklasifikasikan
pembagian kelas sosial di masa sebelum kolonialisme masuk melalui uraian di atas,
yaitu keluarga kerajaan, agamawan dan rakyat, di mana rakyat dalam kelas ini adalah
sebagai kawula yang mengabdi dan taat pada sabda raja. Tetapi di zaman kolonial
lahir kelas baru yang bernama priyayi, priyayi ini pada mulanya lahir dari sistem
birokrasi modern. Terutama ditopang oleh sistem politik etis yang digunakan oleh
bangsa Belanda pada masa itu sebagai politik balas jasa, tetapi di suatu sisi politik
etis yang kemudian melahirkan banyak sekolah-sekolah bagi pribumi (seperti
STOVIA, HBS dsb) itu dibuat untuk memenuhi tenaga kerja terdidik yang akan
ditempatkan di dalam birokrasi-birokrasi dan mengurusi administrasi. Dari sinilah
akhirnya orang biasa mampu meningkatkan status sosialnya, yaitu dengan sekolah.
Kondisi di atas juga bisa kita asumsikan juga menjadi salah satu hal yang
mempengaruhi konfigurasi politik yang terjadi di awal abad ke 20 di nusantara karena
zaman perjuangan kemerdekaan dari cengkraman kolonialisme selain tidak bisa
dilepaskan dari dialektika ideologi politik luar juga tidak bisa dilepaskan dari
pertarungan ideologi di dalam indonesia sendiri. Kita mengenal di abad 20 banyak
sekali ideologi yang bertebaran di atas kita seperti sosialisme, komunisme,
kapitalisme, islam modernis, islam tradisional dan sebagainya yang pada akhirnya
semua ideologi tersebut menjadi sebuah kekuatan politik yang diperjuangkan oleh
para pejuang kemerdekaan.
Kemudian jika kita melihat paska kemerdekaan juga tidak bisa dilepaskan dari
pertaruangan ideologi-ideologi di atas, kubu nasionalis akhirnya melakukan
transformasi kepentingannya ke dalam tubuh PNI, sosialis menjadi PKI, islam
tradisional menjadi NU, islam modernis menjadi Masyumi. Inilah golongan elit yang
mengisi kelas sosial di indonesia setelah kemerdekaan. Dari kondisi ini akhirnya
dapat dilihat dinamika perdebatan di tubuh konstituante, di mana pada waktu itu
sangat jelas bahwa setiap kebijakan yang diambil sudah pasti berdasarkan loby-loby
politik yang out put-nya disesuaikan dengan kepentingan ideologi masing-masing.
Meskipun secara kuantitas islam menang tetapi secara kualitas umat islam kalah

Makalah Sistem Sosial dan Politik 10


dalam perjuangan politik di masa itu. Mungkin kita akan berdebat panjang jika terlalu
membahas ini karena bagi sebagian orang klasifikasi ini tidaklah relevan sebenarnya,
tetapi hal ini bisa menjadi modal kita untuk menganalisa komponen-komponen
kekuasaan di masyarakat hingga kini.1

3.2 Unsur-unsur Sistem Sosial

Secara umum, unsur-unsur sosial terdiri dari status, peranan, dan perbedaan
sosial. Menurut Alvin L. Bertrand (1980), ada sepuluh unsur yang terkandung dalam
sistem sosial, yaitu:

1. Keyakinan (pengetahuan)
Keyakinan merupakan unsur sistem sosial yang dianggap sebagai
pedoman dalam melakukan penerimaan suatu pengetahuan dalam
kehidupan kelompok sosial dalam masyarakat. Keyakinan ini secara
praktis biasanya digunakan dalam kelompok masyarakat yang masih
tergolong terbelakang segi pengetahuannya sehingga dalam menilai suatu
kebenaran dirumuskan melalui keyakinan bersama. Misalnya, dalam
menilai berbahaya atau tidak dalam menerima anggota baru pada sutau
kelompok atau organisasi sosial dinilai berdasarkan kekuatan keyakinan.

2. Perasaaan (sentimen)
Perasaan menurut Alvin, menunjuk pada bagaimana perasaan pada
anggota suatu sistem sosial (anggota kelompok) tentang hal-hal, peristiwa-
peristiwa serta tempat-tempat tertentu. Jika di dalam suatu sistem terdapat
banyak anggota yang saling menaruh dendam antara satu sama lainnya
maka bisa dikaetahui bahwa hubungan kerja samanya tidak akan berhasil
dengan baik.

3. Tujuan, Sasaran, dan Cita-cita


Cita-cita, tujuan atau sasaran di dalam suatu sistem sosial merupakan
pedoman bertindak agar program kerja yang telah ditetapkan dan
disepakati bersama dapat tercapai secara efektif.

1
Sejarah Sistem Sosial Politik Masyarakat Indonesia Rangkuman hasil diskusi pengantar Lentera
Yantra (selasa, 12/04/2016) bersama Uu Ukhyaruddin mahasiswa Program Study Sejarah
Kebudayaan Islam, UIN Sunan Kalijaga. Dijadikan sebagai term of reference diskusi besar Lentera
Yantra (Rabu, 20/04/2016) bersama Dr. Aris Wahyudi S.Sn., M.Hum (Online:
http://tukarkabar.com/sejarah-sistem-sosial-politik-masyarakat-indonesia/), (Diakses pada 21
September 2017)

Makalah Sistem Sosial dan Politik 11


4. Norma
Unsur norma merupakan komponen sistem sosial yang dianggap paling
kritis untuk memahami serta meramalkan aksi atau tindakan manusia.
Apabila tingkah laku seseorang dipandang wajardan sesuai dengan norma-
norma yang berlaku dalam kelompoknya maka interaksi dalam kelompok
tersebut akan berlangsung dengan wajar sesuai dengan ketetapan-
ketetapan bersama.

5. Status dan peranan


Status merupakan serangkaian tanggung jawab, kewajiban serta hak-hak
yang sudah ditentukan dalam suatu masyarakat. Sedangkan, pola tingkah
laku yang diharapkan dari orang-orang pemangku status dinamakan
peranan. Peranan-peranan sosial saling berpadu sedemikian rupa sehingga
saling tunjang-menunjang secara timbal balik di dalam hal yang
menyangkut tugas, hak, dan kewajiban. Oleh karena itu, suatu penampilan
peranan status adalah proses penunjukan atau penampilan dari statuss dan
peranan sebagai unsur struktural di dalam sistem sosial.

6. Tingkatan atau pangkat (rank)


Tingkatan atau pangkat merupakan unsur sistem sosial yang berfungsi
menilai perilaku-perilaku anggota kelompok yang dimaksudkan untuk
memberikan kepanngkatan atau status tertentu sesuai dengan prestasi-
prestasi yang telah dicapai. Orang yang dianggap berhasil dalam
melaksanakan tugasnya bisa dinaikkan status ke jenjang yang lebih tinggi.
Begitu seterusnya sehingga berbagai aktivitas nampak saling
bergantungan sehingga dengan demikian dapat dikategorikan sebagai
sistem sosial.

7. Kekuasaan atau pengaruh (power)


Dalam analisis sistem sosial, suatu kekuasaan merupakan patokan bagi
para anggota suatu kelompok atau organisasi dalam menerima berbagai
perintah dan tugas.

8. Sanksi
Sanksi merupakan ancaman hukum yang ditetapkan oleh masyarakat
terhadap anggota-anggotanya yang melanggar norma sosial
kemasyarakatan. Penerapan sanksi ini ditujukan agar pelanggarnya dapat
emngubah perilakunya ke arah yang lebih baik sesuai dengan norma sosial
yang berlaku.

9. Sarana atau fasilitas


Sarana merupakan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan dari sistem
sosial. Yang paling penting dari unsur sarana terletakdari kegunaannya
bagi suatu sistem sosial. Dalam analisis sistem sosial pada prinsipnya

Makalah Sistem Sosial dan Politik 12


mengutamakan fungsi dari suatu sarana agar dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin meskipun sederhananya sarana tersebut.

10. Tekanan ketegangan (Stress-strrain)


Di dalam sistem sosial senantiasa terjadi ketegangan karena dalam
kehidupan masyarakat tidak ada satu pun anggotanya yang mempunyai
perasaan dan interpretasi sama terhadap kegiatan dan masalah yang
sedang dihadapi bersama. Ketegangan terjadi karena adanya konflik
peranan sebagai akibat dari proses sosial yang tidak merata.

3.3 Unsur-unsur Sistem Politik

David easton mengajukan suatu definisi yang terdiri dari tiga unsur :
1. Sistem politik menetapkan nilai (dengan cara kebijaksanaan);
2. Penetapannya bersifat paksaan atau dengan kewenangan, dan;
3. Penetapan yang bersifat paksaan itu tadi mengikat masyarakat secara
keseluruhan.
Apabila dilihat baik dari pengertian secara etimologi seperti dalam uraian lalu,
maka dalam sistim politik menunjukan adanya unsur atau faktor :
1. Fungsi integrasi dan adaptasi terhadap masyarakat baik kedalam maupun
ke luar.
2. Penetapan nilai (allocating values) dalam masyarakat berdasarkan
kewenangan.
3. Penggunaan kewenangan/kekuasaan (authority atau power) baik secara
syah ataupun tidak.
Dilihat dari ketiga komponen (unsur) diatas, maka ada masyarakat yang dikenai
oleh nilai nilai dan ada pemegang wewenang/kekuasaan yang menetapkan nilai atau
pemerintahan
.
3.4 Ciri-ciri Umum Sistem Sosial

Menurut Alvin L. Bertrand (1980), menyatakan bahwa dalam suatu sistem sosial
paling tidak harus terdapat dua orang atau lebih yang mana di antara keduanya terjadi

Makalah Sistem Sosial dan Politik 13


interaksi yang mempunyai tujuan dan memiliki struktur, simbol, dan harapan-harapan
bersama yang dipedomaninya.
Prof. Dr. I. B. Wirawan dalam buku teori-teori sosial dalam tiga paradigma
mengemukakan ciri-ciri atau Kondisi Minimal Sistem Sosial sebagai berikut:
1. Orientasi pelaku terhadap situasi dilatarbelakangi oleh motivasi
mewujudkan ekuilibrium (keseimbangan).
2. Harapan timbal balik yang ajek di antara pelaku.
3. Membagi dan sama-sama merasakan makna tentang apa yang sedang
terjadi.

3.5 Ciri-Ciri Umum Sistem Politik

Untuk memahami sistem politik, menurut Easton ada empat ciri atau atribut yang
perlu diperhatikan, yaitu:

1. Unit-unit dan Batasan-batasan suatu Sistem Politik


Di dalam kerangka kerja suatusistem politik, terdapat unit-unit yang satu
sama lain saling berkaitan dan saling bekerja sama untuk menggerakkan
kerja sistem politik. Unit-unit ini adalah lembaga-lembaga yang sifatnya
otoritatif untuk menjalankan sistem politik seperti legislatif eksekutif,
yudikatif, partai politik, lembaga masyarakat sipil, dan sejenisnya. Unit-
unit ini bekerja di dalam batasan sistem politik, misalnya cakupan wilayah
negara atau hukum, wilayah tugas, dan sebagainya.

2. Input-Output
Input merupakan masukan dari masyarakat ke dalam sistem politik. Input
yang masuk dari masyarakat ke dalam sistem politik berupa tuntutan dan
dukungan. Tuntutan secara sederhana dijelaskan sebagai seperangkat
kepentingan yang belum dialokasikan secara merata oleh sistem kepada
sekelompok masyarakat yang ada di dalam cakupan sistem lain, dukungan
merupakan upaya dari masyarakat politik mendukung keberadaan sistem
politik agar terus berjalan. Output adalah hasil kerja sistem politik yang
berasal baik dari tuntutan maupun dukungan masyarakat. Output terbagi
dua, yaitu keputusan dan tindakan yang biasanya dilakukan oleh
pemerintah. Keputusan adalah pemilihan satu atau beberapa pilihan
tindakan sesuai tuntutan atau dukungan yang masuk. Sementara itu,

Makalah Sistem Sosial dan Politik 14


tindakan adalah implementasi konkret pemerintah atas keputusan yang
dibuat.

3. Diferensiasi dalam Sistem


Sistem yang baik haruslah memiliki diferensiasi (pembedaan/pemisahan)
kerja. Di masa modern adalah tidak mungkin satu lembaga dapat
menyelesaikan seluruh masalah. Misalkan saja dalam pembuatan undang-
undang pemilihan umum di Indonesia, tidak bisa cukup Komisi Pemilihan
Umum saja yang merancang kemudian mengesahkan DPR. Tetapi, KPU,
lembaga kepresidenan, partai politik dan masyarakat umum dilibatkan
dalam pembuatan undang-undangnya. Meskipun bertujuan sama, yaitu
memproduksi undang-undang partai politik, lembaga-lembaga tersebut
memiliki perbedaan di dalam fungsi pekerjaannya.

4. Integrasi dalam Sistem


Meskipun dikehendaki agar memiliki diferensiasi (pembedaan atau
pemisahan), suatu sistem tetap harus memerhatikan aspek integrasi.
Integrasi adalah keterpaduan kerja antar unit yang berbeda untuk
mencapai tujuan bersama. Undang-Undang Pemilihan Umum tidak akan
diputuskan serta ditindaklanjuti jika tidak ada kerja yang terintegrasi
antara DPR, Kepresidenan, KPU, Partai Politik dan elemen-elemen
masyarakat.

Berikut ini adalah hasil pemikiran David Easton tahap pertama:

Dalam gambar di atas, Easton memisahkan sistem-sistem politik dengan


masyarakat secara keseluruhan, karena menurut Easton sistem politik adalah suatu
sistem yang berupaya meng alokasikan nilai-nilai di tengah masyarakat secara

Makalah Sistem Sosial dan Politik 15


otoritatif dan ini hanya dilakukan oleh lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan.
Suatu sistem politik bekerja untuk menghasilkan suatu keputusan (decision) dan
tindakan (action) yang disebut kebijakan (policy) guna mengalokasikan nilai.
Unit-unit dalam sistem politik menurut Easton adalah tindakan politik (political
actions), misalnya pembuatan UU, pengawasan DPR terhadap presiden, tuntutan
elemen masyarakat terhadap pemerintah, dan sejenisnya. Dalam "awal" kerjanya,
sistem politik memperoleh masukan dari unit input. Input adalah "pemberi makan"
sistem politik. Input terdiri atas dua jenis: Tuntutan dan dukungan. Tuntutan dapat
muncul baik dalam sistem politik maupun dari lingkungan (intra dan atrasocietal.
Tuntutan yang sudah terstimulasi kemudian menjadi garapan pihak-pihak di dalam
sistem politik yang untuk menentukan masalah yang penting untuk didiskusikan
melalui saluran-saluran yang ada di dalam system politik. Di sisi lain, dukungan
(support) merupakan tindakan atau orientasi untuk melestarikan ataupun menolak
system politik. Jadi, secara sederhana dapat disebutkan bahwa dukungan memiliki
dua corak yaitu positif (meneruskan) dan negatif (menolak) kinerja sebuah sistem
politik. Setelah tuntutan dan dukungan diproses di dalam sistem politik, keluarannya
disebut sebagai output, yang menurut Easton berkisar pada dua bentuk yaitu
keputusan (decision) dan tindakan (action). Output ini pada kondisi lebih lanjut akan
memunculkan feedback (umpan balik) baik dari kalangan dalam sistem politik
maupun lingkungan. Reaksi ini akan diterjemahkan kembali ke dalam format tuntutan
dan dukungan, dan secara lebih lanjut meneruskan kinerja sistem politik.
Dengan demikian, model sistem politik yang paling sederhana akan menguraikan
masukan (input) ke dalam sistem politik, yang mengubah melalui proses politik
menjadi keluaran (output). Dalam model ini masukan biasanya dikaitkan dengan
dukungan maupun tuntutan yang harus diolah oleh sistem lewat berbagai keputusan
dan pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintahan untuk bisa menghasilkan
kesejahteraan bagi rakyat. Dalam perspektif ini, maka efektivitas stem politik adalah
kemampuannya untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyat. Model sistem politik
pada prinsipnya adalah merupakan proses melingkar, yaitu masukan (input)-diproses

Makalah Sistem Sosial dan Politik 16


(procces)-keluaran (output)-dampak kebijakan menjadi umpan balik (feedback)-dan
akan diserap lagi menjadi masukan untuk diproses berikutnya.
Almond dalam buku The Politics of Developing Areas, mengatakan empat ciri
sistem politik.

1. Semua sistem termasuk yang paling sederhana mempunyai kebudayaan


politik. Dalam pengertian bahwa masyarakat paling sederhana pun
mempunyai tipe struktur politik yang terdapat dalam masyarakat yang
paling kompleks sekalipun.Tipe tersebut dapat diperbandingkan atau sama
lain sesuai dengan tingkatan dan bentuk pembidangan kerja yang teratur.

2. Semua sistem politik menjalankan fungsi fungsi yang sama walaupun


tingkatannya berbeda-beda yang ditimbulkan karena perbedaan struktur.
Hal ini dapat diperbandingkan yaitu bagaimana fungsi-fungsi itu tadi
sering dilaksanakan atau tidak dan bagaimana gaya pelaksanaannya.

3. Semua struktur politik biar bagaimanapun juga dispesialisasikannya baik


pada masyarakat yang primitif maupun masyarakat yang modern
melaksanakan banyak fungsi.

4. Semua sistem politik adalah sistem campuran dalam pengertian


kebudayaan. Secara rasionil tidak ada struktur kebudayaan yang semuanya
modern atau semuanya primitif, melainkan dalam pengertian tradisionil
semuanya adalah campuran antara unsur meorn dan trdisionil.

Untuk mengerti sistem lebih jauh baiklah kita telah lebih lanjut dengan
mengikuti pikiran Prof. Meriam O .Irish dan Prof. James W. Protho dalam buku The
Politics of American Democracy
1. Sistem mempunyai bagian-bagian atau unsure-unsur yang hamper
mempunyai kesamaan. Unsur-unsur sistem politik ialah tindakan-tindakan
politik, yang ke semua tindakan-tindakan ini merupakan pelaksanaan
kebijaksanaan berdasarkan kewenangan. Tindakan-tindakan ini cenderung
untuk menimbulkan adanya struktur politik baik dalam perannya maupun
kelompoknya.

2. Suatu sistem menunjukan suatu keseluruhan yang hamper mempunyai


kesamaan (identifiable). Hal ini mengandung arti bahwa sistem
mempunyai ikatan-ikatan yang wajar, lagi pula dalam tingkatan tertentu
kegiatan-kegiatan sistem ini adalah terpadu da terkoodinir. Bagaimana

Makalah Sistem Sosial dan Politik 17


suatu sistem bekerja, sebagian di tentukan oleh lingkungan. Ke dalam
lingkungan termasuk kegiatan-kegiatan sistem lain yang memengaruhi
sistem politik. Kita mengetahui bahwa politik memengaruhi secara
langsung kebijaksanaan negara, yang disebabkan oleh kegiatan-kegiatan
lain.

3. Unit-unit tertentu dari suatu sistem saling tergantung. Tiap bagian saling
memengaruhi satu sama lain. Walaupun ada perbedaan atau pembagian
tugas, tetapi pelaksanaan tugas suatu bagian sebenarnya merupakan
pelaksanaan pula dari tugas-tugas bagian lain.

Selanjutnya Prof. Irish dan Protho, mengemukakan ciri ciri umum sistem politik,
seperti tertulis dalam gambar di bawah ini.

1. Daerah yang bergaaris biru mewakili sistem politik, yang menunjukan


bahwa kehidupan politik dipisahkan sedikit2nya secara analitis dari
kegiatan dan sistem2 yang lain.

2. Dipandang dari politik sebagai suatu sistem, kita menyadari bahwa tiada
satupun bagian yang dapat bekerja penuh tanpa melihat jalannya kegiatan
secara keseluruhan

3. Kegiatan sistem politik secara keseluruhan hanya dapat difahami dalam


arti kegiatan lingkungan. Daerah di luar sistem politik dianggap sebagai
bagian dari suatu kebudayaan yang sangat luas yang dipengaruhi dan
mempengaruhinya.

Makalah Sistem Sosial dan Politik 18


4. Bentuk yang tidak geometris dari sistem politik seperti yang tertera dalam
gambar dan garis biru menunjukan batas ikatan, dan pada daerah yang
merupakan masyarakat dimana terdapat berbagai sistem dan kegiatannya.

Karena kita memandang sistem politik sebagai suatu rangkaian kegiatan yang
bertalian dengan pembuatan keputusan authoritif (yang berdasarkan kewenangan,
maka outputnya adalah keputusan atau kebijaksanaan negara.
Keputusan atau kebijaksanaan ini dapat berupa reward dan deprivations. Output
ini merupakan hasil tuntutan, dukungan atau kemasabodohan yang di buat oleh
badan-badan pembuat keputusan ke dalam peraturan-peraturan atau kebijaksanaan
untuk mempertahankan ketertiban, sehingga sistem dapat tetap berjalan dengan cara
penyesuaian untuk mengubah keadaan.

3.6 Fungsi Sistem Sosial

Sistem sosial pada dasarnya memiliki kecenderungan untuk mencapai stabilitas.


Karena sistem sosial menurut Nasikun (1993) memang sering kali mampu melakukan
penyesuaian-penyesuaian terhadap perubahan-perubahan yang datang dari luar, baik
dengan cara tetap memelihara status quo maupun dengan cara melakukan bersifat
reaksioner. Dengan demikian fungsi dari setiap sistem sosial menurut Halminton
(1990) ada empat yaitu:
1. Fungsi Pemeliharaan Pola. Fungsi Pemeliharaan Pola mengacu pada
keharusan mempertahankan stabilitas pola-pola budaya terlembaga yang
mendefenisikan struktur dari sistem tersebut. Dalam hal ini fungsi esensial
adalah pemeliharaan, pada tingkat kultural, dan stabilitas nilai-nilai
terlembaga melalui proses-proses yang mengartikulasikan nilai-nilai
dengan sistem kepercayaan, yaitu keyakinan-keyakinan agama, idiologi,
dan semacamnya. Selain itu adanya fungsi kendali yang menyangkut
motivasi komitmen individual.

2. Fungsi Pencapaian Tujuan. Fokus dari orientasi tujuannya terletak


dalam hubungannya sebagai suatu sistem terhadap kepribadian-
kepribadian dari individu-individu peserta. Karena itu ia menyangkut
bukannya komitmen kepada nilai-nilai masyarakat, tetapi motivasi untuk

Makalah Sistem Sosial dan Politik 19


menyumbang apa yang perlu bagi berfungsinya sistem : "Sumbangan-
sumbangan" ini berbeda menurut kedaruratannya.

3. Fungsi Adaptasi Fungsi. Adaptasi ini merupakan suatu tindakan


penyesuaiaan dari sistem terhadap "tuntutan kenyataan" yang keras yang
tidak dapat diubah 'yang datang dari lingkungan'.

4. Fungsi Integrasi. Dari keseluruhan fungsi integrasi adalah fokus dari


sifat-sifat dan prosesproses yang paling menonjol. Pentingnya integrasi
mengisyaratkan bahwa semua sistem, kecuali dalam kasus tertentu,
ituPengertia didefenisikan dan dipecahpecah menjadi unit-unit yang relatif
independen, yaitu harus diperlakukan sebagai sistem- sistem lain, yang
dalam hal ini subsistem-subsistem lain dari sistem sama yang lebih luas.
Dalam suatu masyarakat yang sangat terdeferensial, fokus primer dari
fungsi integrasi didapati dalam sistem norma-norma legalnya dan pelaku-
pelaku yang berhubungan dengan manajemennya, terutama pengadilan
dan profesi hukum.

3.7 Fungsi Sistem Politik

Prof. Irish dan Protho mengupas tentang fungsi sistim poltik.Dalam penyesuaian
dan perubahan lingkungan agar supaya tetap hidup setiap sistim politik melaksanakan
fungsi fungsi dasar tertentu. Apa itu fungsi ?
Dalam kata social function atau fungsi masyarakat mempunyai pengertian untuk
membantu bergaul dengan masyarakat atau saling membantu.
Adapun fungsi prinsip output dalam sistim politik, ialah jelas sekali bahwa sistim
harus mengembangkan aturan aturan umum dan kebijaksanaan untuk
mempertahankan ketertiban dan memenuhi tuntutan. Sebagai tambahan aturan-aturan
dan kebijaksanaan itu tadi harus dijalankannya dan diterapkan secara wajar, agar
supaya sistem tetap berjalan dan mampu mencegah pertentangan atau dapat
memecahkan pertentangan dalam masyarakat.
Untuk adanya gambaran yang jelas tentang fungsi sistim politik baiklah
dilukiskan dalam diagram sebagai berikut :

Makalah Sistem Sosial dan Politik 20


Dalam diagram ini menunjukan output daripada kegiatan pembuatan keputusan
yaitu pembuatan peratutan (rulemaking), pelaksanaan peraturan (rule aplication) dan
penyelesaian pertikaian-pertikaian.
Bentuk apapun pemerintahan pemerintahan ketiga fungsi output ini akan
dilaksanakan. (di indonesia pun ketiga fungsi output itu tadi dilaksanakan, yaitu MPR
DPR sebagai rule making, presiden dan birokrasinya sebagai rule aplication dan
mhkamah agung beserta aparat peradilan bawahnya sebagai rule adjudication)
Dalam pandangan lain sosialisasi politik merupakan kegiatan yang memberikan
input terhadap sistem politik. Macam macam tuntutan, dukungan dan ketidak
acuhan/apatisme yang ditunjukan warga negara merupakan pengaruh dari proses
sosialisasi politik. Oleh karena itulah sosialisasi politik merupakan pola input dalam
tiap-tiap sistem politik.
Dua fungsi utama lain yang merupakan ciri ciri esensil (yang perlu ada) dalam
sistem politik ialah :

Makalah Sistem Sosial dan Politik 21


1. Perumusan kepentingan rakyat (identification of interest in the population) dan
2. Pemilihan pimpinan atau pejabat pembuat keputusan (selection of leaders or
official decision maker)
Dalam negara demokrasi penyaluran kepentingan warga negara yang disalurkan
melalui kelompok penekan akan lebih sering dilakukan daripada dalam negara
kediktatoran.
Dalam negara demokrasi yang pendukungnya sudah maju dan warga negara yang
dewasa mempunyai kecakapan dan kemampuan untuk memangku jabatan pimpinan,
maka untuk jadi pemimpin itu akan melalui proses kompetisi atau persaingan yang
berat.
Oleh karena itu pemilihan pemimpin dalam negara demokrasi adalah berat. Lain
halnya dalam masyarakat feodal dan negara kediktatoran, maka untuk menjadi
pemimpin dapat juga dilakukan dengan cara menjilat ke atas.

3.8 Pemikiran Sistem Sosial menurut Talcott Parson

Setiap teori tidak lah muncul begitu saja tetapi selalu terkait dengan suasana
zaman yang berkembang. Teori Marxian bertumpu pada konflik yang dianggap
sebagai inti dinamika masyarakat. Suatu masyarakat tanpa adanya konflik dapat
disebut tidak ada dinamika. Penjelasan yang dihasilkan ialah penjelasan konfliktual
mengenai kehidupan masyarakat. Hal ini berbeda dengan penjelesan fungsional yang
lebih menekankan pada keteraturan fungsional. Di dalam situasi pertentangan itu,
Parsons lebih memilih karier intelektualnya dengan mempersoalkan tindakan sosial,
fungsionalisme tradisional, dan teori sistem umum. Fenomena yang dijelaskan oleh
Parsons adalah teori struktural fungsional. Pokok persoalan yang dikaji adalah adanya
keteraturan sosial (social order) dalam masyarakat. Walau begitu, dia tetap
melakukan kajian dalam tindakan sosial yang rasional dan sistem sosial.
Sistem sosial menurut parsons dalam bukunya yang berjudul The Social
System tahun 1951, dia mengartikan sistem sosial sebagai satu dari tiga cara di mana
tindakan sosial bisa diorganisasi. Sudut pendekatan yang perlu mendapatkan

Makalah Sistem Sosial dan Politik 22


perhatian pertama kali adalah sebuah pendekatan yang menjadi amat berpengaruh di
kalangan para ahli sosiologi selama beberapa puluh tahun terakhir ini. Sudut
pendekatan tersebut memandang masyarakat sebagai suatu sistem yang secara
fungsional terintegrasi ke dalam suatu bentuk ekuilibrium. Karena sifatnya yang
demikian, maka aliran pemikiran tersebut lebih dikenal sebagai structural- functional
aproach (selanjutnya disebut pendekatan fungsional struktural atau fungsionalisme-
struktural).
Pendekatan fungsionalisme-struktural mula-mula sekali tumbuh dari cara
melihat masyarakat yang menganalogikan masyarakat dengan organisme biologis,
suatu pendekatan yang kita kenal sebagai organismic aproach. Pendekatan tersebut
pada akhirnya mencapai tingkat perkembangannya yang sangat berpengaruh di dalam
sosiologi Amerika, khususnya di dalam pemikiran Talcott Parsons dan para
pengikutnya. Pendekatan itulah yang sekarang dikenal sebagai pendekatan
fungsionalisme struktural.
Pendekatan fungsionalisme struktural sebagaimana yang telah dikembangkan
oleh Parsons dan para pengikutnya, dapat kita kaji melalui sejumlah anggapan dasar
mereka sebagai berikut:
1. Masyarakat haruslah dilihat sebagai suatu sistem daripada bagian-bagian
yang saling berhubungan satu sama lain.

2. Dengan demikian hubungan pengaruh mempengaruhi di antara bagian-


bagian tersebut adalah bersifat ganda dan timbal balik.

3. Sekalipun integrasi sosial tidak pernah dapat dicapai dengan sempurna,


namun secara fundamental sistem sosial selalu cenderung bergerak ke arah
ekuilibrium yang bersifat dinamis: menanggapi perubahan-perubahan
yang datang dari luar dengan kecenderungan memelihara agar perubahan-
perubahan yang terjadi di dalam sistem sebagai akibatnya hanya akan
mencapai derajat yang minimal.

4. sekalipun disfungsi, ketegangan-ketegangan, dan penyimpangan-


penyimpangan senantias terjadi juga, akan tetapi di dalam jangka yang
panjang keadaan tersebut pada akhirnya akan teratasi dengan sendirinya
melalui penyesuaian-penyesuaian dan proses institusuonalisasi. Dengan
perkataan lain, sekalipun integrasi sosial pada tingkatnya yang sempurna

Makalah Sistem Sosial dan Politik 23


tidak akan pernah tercapai, akan tetapi setiap sistem sosial akan senantiasa
berproses ke arah itu.

5. Perubahan-perubahan di dalam sistem sosial pada umumnya terjadi secara


gradual, melalui penyesuaian, dan tidak secara revolusioner. Perubahan-
perubahan yang teradi secara drastis pada umumnya hanya mengenai
bentuk luarnya saja, sedangkan unsur-unsur sosial budaya yang menjadi
bangunan dasarnya tidak seberapa mengalami perubahan.

6. Pada dasarnya, perubahan-perubahan sosial timbul atau terjadi melalui


tiga macam kemungkinan: penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan oleh
sistem sosial tersebut terhadap perubahan-perubahan yang datang dari luar
(extra systemic change), pertumbuhan melalui proses diferensiasi
struktural dan fungsional, serta penemuan-penemuan baru oleh anggota-
anggota masyarakat.

7. Faktor paling penting yang memiliki daya mengintegrasikan suatu sistem


sosial adalah konsensus di antara para anggota masyarakat mengenai nilai-
nilai kemasyarakatan tertentu. Di dalam setiap masyarakat, demikian
menurut pandangan fungsionalisme struktural, selalu terdapat tujuan-
tujuan dan prinsip-prinsip dasar tertentu terhadap sebagian besar anggota
masyarakat yang menganggap serta menerimanya sebagai suatu hal yang
mutlak benar. Sistem nilai tersebut tidak saja merupakan sumber yang
menyebabkan berkembangnya integrasi sosial, akan tetapi sekaligus juga
merupakan unsur yang menstabilisir sistem sosial budaya itu sendiri.

Lalu juga terdapat dua sistem tindakan yang saling melengkapi, yakni sistem
kultural yang mengandung nilai dan simbol serta sistem kepribadian para pelaku
individual. Parsons juga mengembangkan variabel pola yang dapat dipakai untuk
menjelaskan kategorisasi tindakan atau untuk mengklasifikasikan tipe peranan dalam
sistem sosial. Variabel pola itu antara lain:

1. Efektiv vs. Netralitas Efektif ( orang bertindak untuk memuaskan kebutuhan


emosi atau netral )

2. Orientasi diri vs. Orientasi Kolektif ( mengejar kepentingan diri atau


kepentingan kolektif )

3. Universal vs Partikular ( bertindak berdasar kriteria umum atau ukuran


tertentu )

Makalah Sistem Sosial dan Politik 24


4. Kualitas vs. Performan ( status tertutup atau status terbuka, perolehan atau
prestasi )

5. Spesifitas vs. Difusi ( situasi terbatas atau segmented )

Dalam kerangka ini dikenal konsep sibernetika Parsons, yang mengandaikan


adanya mekanisme kelangsungan sistem sosial pada masyarakat. Caranya dengan
setipa masyarakat perlu melaksanakan sosialisasi sistem sosial yang dimiliki, yang
bertujuan untuk mengintegrasikan sistem personal dan sistem kulturan ke dalam
sistem sosial. Dalam hal ini, sistem kultural menjadi landasan sistem sosial, kemudian
sistem sosial menjadi landasan individual, dan kemudian sistem individual menjadi
landsan sistem organisme biologistik. Agar seluruh sistem dapat hidup dan
berlangsung, maka terdapat fungsi atau kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi. Dua
hal pokok dari kebutuhan itu ialah yang berhubungan dengan kebutuhan sistem ketika
berhubungan dengan lingkungannya dan yang berhubungan dengan pencapaian
sasaran atau tujuan, serta sarana yang perlu untuk mencapai tujuan.

3.9 Pemikiran Sistem Politik menurut Gabriel Almond

Pada tahun 1956, Gabriel A Almond mengajukan suatu perumusan baru dalam
pengkajian perbandingan politik, memanfaatkan sistem politik sebagai satu basis dan
pijakan menuju sekumpulan konsep yang berhubungan dengan struktur dan fungsi.
Terdapat banyak asumsi keuntungan fungsionalisme struktural sebagai sebuah
pendekatan studi politik. Fungsionalisme struktural telah menarik perhatian ulang
terhadap konsep sistem di saat para ilmuwan sosial terlibat dengan analisis perilaku
individu. Fungsionalisme struktural mencoba menghubungkan seluruh fenomena
sosial ke dalam satu sistem pemikiran. Dengan akar-akar pemikiran dari Eastonian,
Almond mencampurkan pengertian-pengertian struktur dan fungsi. Struktur adalah
kegiatan-kegiatan teramati yang membentuk sistem politik. Struktur ini dicirikan oleh
keteraturan dan, menurut tingkat perkembangan sistemik oleh pembedaan struktural.
Fungsionalisme bagi Almond adalah sebuah tema lama teori politik.

Makalah Sistem Sosial dan Politik 25


Sementara itu Almond juga memberikan pendapatnya tentang Sistem Politik,
rumusannya tentang Sistem Politik adalah the political system is that system of
interactions to be found in all independent societies, which performs the functions of
integration and adaption (both internally and vis a-vis ather sosietes) by means of
employment or threat of employment, of more or less legitimate physical compulsion.
Jadi menurut Almond, sistem politik antara lain adalah merupakan sistem
interaksi yang ditemui dalam masyarakat merdeka, yang menjalankan fungsi integrasi
dan adaptasi. Fungsi integrasi yang dijalankan oleh sistem politik adalah untuk
mencapai kesatuan dan persatuan dalam masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan
fungsi adaptasi adalah merupakan fungsi penyesuaian terhadap lingkungan.
Kerangka Kerja Gabriel A Almond
Konsepsi sistem politik Almond berkembang melalui 3 fase:
Fase Pertama:
Tahun 1956, Almond merumuskan tipologi awal sistem politiknya;
Pertama, ia menarik gagasan sistem dari Easton, sistem adalah sebuah konsep
menyeluruh mencakup semua tindakan berpola yang relevan dengan pengambilan
keputusan politik. Bagi Almond, sistem lebih berguna daripada proses, sistem
menyiratkan totalitas, interaksi-interaksi di antara unit-unit di dalam totalitas dan
stabilitas di dalam interaksi-interaksi tersebut yang digambarkannya sebagai
kesetimbangan yang berubah.
Kedua, penekanan pada tindakan, yang memungkinkan pengamat politik
menghindari penggambaran sistem semata-mata sebagai entitas formal atau legal.
Bukannya bersandar pada konsep-konsep seperti institusi, organisasi, atau kelompok,
Almond beralih pada peran dan fungsi. Peran merupakan unit-unit yang berinteraksi
dalam sistem politik, dan struktur merupakan pola-pola interaksi. Penggunaan
pengertian-pengerian ini memungkinkan dilakukannya studi lembaga-lembaga formal
maupun informal dalam penelitian. Selain itu, Almond juga memperkenalkan konsep
budaya politik, karena bagaimanapun budaya politik berhubungan dengan sistem
politik karena setiap budaya politik melekat pola-pola orientasi tertentu dari tindakan
politik dan pola-pola tersebut biasanya meluas melebihi batas-batas sistem politik.

Makalah Sistem Sosial dan Politik 26


Fase Kedua:
Pada fase pertama, jelas sekali Almond merenovasi konsep-konsep perbandinagn
politik, sistem politik digunakan bukannya pada negara dan aparat institusional dan
legal yang telah menjebak perhatian para ilmuwan politik tradisional. Fungsi
menggantikan kekuasaan, yang dipandang Almond juga berkonotasi legalistik.
Sementara peran mengambil tempat lembaga, adapun struktur menggantikan institusi.
Pada fase kedua ini Almond juga mengungkapkan ciri-ciri universal tentang
sistem politik, yaitu:
1. semua sistem politik memiliki struktur politik
2. fungsi-fungsi yang sama muncul dalam seluruh sistem politik
3. seluruh struktur politik..adalah multi-fungsional
4. seluruh sistem politik bercampur dengan pengertian budaya.
Almond kemudian menyusun garis besar kategori-kategori fungsinya sendiri,
memisahkannya menurut input dan output.
Sistem Politik Gabriel A Almond (Fase 2) :
Struktur dan Fungsi

Fungsi input atau fungsi-fungsi politik yaitu :

Makalah Sistem Sosial dan Politik 27


1. Sosialisasi dan perekrutan politik; sosialisasi politik mendorong orang
untuk berpartisipasi di dalam budaya politik masyarakat, sosialisasi dapat
terjadi melalui keluarga, sekolah, pekerjaan, kelompok, partai politik dan
bahkan institusi-institusi pemerintahan. Sosialisasi politik melibatkan
perekrutan orang dari kelas-kelas ataupun kelompok-kelompok etnis dan
sebagainya ke dalam sistem politik partai-partai, birokrasi dan lain-lain.
Sosialisasi politik menunjukkan pada proses dimana sikap-sikap politik
dan pola-pola tingkah laku politik diperoleh atau dibentuk, dan juga
merupakan sarana bagi suatu generasi untuk menyampaikan patokan-
patokan politik dan keyakinan-keyakinan politik kepada generasi
berikutnya. Sementara perekrutan politik diartikan sebagai perselisihan
individu-individu yang berbakat untuk dapat menduduki jabatan politik
maupun jabatan pemerintahan. Perekrutan politik antara lain dapat
ditempuh melalui kontak-kontak pribadi, persuasi, dan juga dapat
dilakukan dengan menarik golongan muda untuk dididik menjadi kader,
dalam kondisi inilah perlu dilakukan sosialisasi sejak dari awal.

2. Artikulasi Kepentingan, adalah ekspresi kepentingan-kepentingan politik


dan permintaan terhadap tindakan. Salah satu cara yang lazim ditempuh
oleh suatu masyarakat untuk dapat memenuhi kepentingan-
kepentingannya adalah dengan cara mengartikulasi atau mengemukakan
kepentingannya tersebut kepada badan-badan politik atau pemerintah yang
berwenang untuk membuat keputusan-keputusan/kebijakan. Lembaga-
lembaga atau badan-badan dan kelompok inilah yang sesungguhnya
menjalankan fungsi artikulasi kepentingan yang terorganisir dalam suatu
struktur yang sering disebut Interest Group atau kelompok- kelompok
kepentingan. Kelompok-kelompok ini pada awalnya menerima dan
menampung kepentingan-kepentingan yang diajukan oleh masyarakat,
untuk kemudian mereka membuat rumusan-rumusan tentang kepentingan
masyarakat. Hasil rumusan-rumusan itu oleh kelompok kepentingan di
bawa ke badan-badan politik maupun pemerintah yang berwenang untuk
membuat keputusan atau kebijakan. Dari mekanisme seperti ini kelompok
kepentingan mengharapkan akan memperoleh tanggapan yang mungkin
sekali berwujud keputusan-keputusan atau kebijakan yang memungkinkan
terpenuhinya kepentingan masyarakat yang mereka perjuangkan.

3. Agregasi/Penggabungan Kepentingan, adalah koalisais kepentingan dan


permintaan/tuntutan serta diartikulasikan oleh partai-partai politik,
kelompok-kelompok kepentingan dan berbagai entitas politik lainnya.
Agregasi kepentingan oleh Almond diartikan sebagai fungsi mengubah
atau mengkonversikan tuntutan-tuntutan sampai menjadi alternatif-
alternatif kebijakan umum. Jadi melalui tahapan tertentu di dalam sistem
politik, kepentingan dan tuntutan masyarakat yang telah diartikulasikan
ditampung untuk dijadikan alternatif-alternatif kebijakan. Proses ini bisa
jadi berjalan melalui tahap artikulasi, akomodasi, kombinasi, dan

Makalah Sistem Sosial dan Politik 28


kompromi. Bahkan agregasi ini bisa tumpang tindih dengan artikulasi
kepentingan dan fungsi pembuatan keputusan. Hal ini mungkin terjadi
pada setiap sistem politik dan tidak dapat dihindari, oleh karena
bagaimanapun terspesialisasikan struktur-struktur politik dalam
menjalankan fungsi-fungsi politiknya, pada dasarnya mereka menjalankan
banyak fungsi. Pada umumnya struktur yang menjalankan fungsi agregasi
kepentingan adalah partai politik dan birokrasi. Walaupun tidak tertutup
kemungkinan bagi individu-individu yang memiliki pengaruh yang besar
di dalam masyarakat dapat menjalankan fungsi agregasi kepentingan.

4. Komunikasi Politik, menggambarkan proses informasi-informasi politik,


yang mana komunikasi politik melayani seluruh fungsi-fungsi politik,
dimana sosialisasi, perekrutan politik, artikulai, agregasi/pengabungan
kepentingan terjadi melalui komunikasi politik. Komunikasi politik
merambah mulai dari input-proses-transformasi-sampai output sistem
politik (bagaikan darah dalam tubuh); mengalirkan pesan-pesan politik
berupa tuntutan, protes dan dukungan ke jantung (pusat) pemprosesan
sistem politik; dan hasil pemprosesan itu yang tersimpul dalam fungsi-
fungsi output dialirkan kembali oleh komunikasi politik yang selanjutnya
menjadi umpan balik sistem politik. Selanjutnya Almond juga
menegaskan bahwa pelaksanaan dari pada fungsi komunikasi politik pada
sistem politik yang satu mungkin dapat diperbandingkan dengan
pelaksanaan fungsi tersebut pada sistem politik lainnya dengan melihat
struktur yang melaksanakan dan gaya pelaksanaan itu sendiri.

Fungsi Output atau Fungsi-fungsi Pemerintah yaitu:


1. Pembuatan Aturan; dalam membahas fungsi pembuatan aturan,
sebenarnya tidak dapat dipisahkan dari pembahasan fungsi-fungsi output
yang lainnya. Hal ini disadari bahwa terdapat hubungan atau kaitan antara
fungsi output pembuatan aturan dengan penerapan aturan dan penilaian
aturan. Badan atau lembaga yang mempunyai wewenang untuk membuat
aturan adalah badan perwakilan rakyat dan pemerintah. Untuk itu dalam
membuat aturan/kebijakan tersebut, diperlukan kerjasama yang baik
antara badan perwakilan rakyat dan pemerintah, kedua badan pembuatan
aturan ini dituntut untuk mampu menyelaraskan berbagai kehendak atau
opini tersebut dalam proses perumusan dan penentuan kebijkan/peraturan
dengan tidak mengorbankan kelestarian sistem politik secara menyeluruh.
Pertimbangan tersebut didasari oleh landasan idiil dari sistem politik itu
sendiri yang menganjurkan supaya kehidupan masyarakat termasuk
kehidupan politk berlangsung dalam keharmonisan. Atas dasar itu
dikehendaki pula supaya lembaga-lembaga politik berproses secara serasi
melalui kerjasama.
2. Penerapan Aturan; fungsi menerapkan aturan atau menjalankan
peraturan biasanya dilakukan oleh badan eksekutif/pemerintah. Badan

Makalah Sistem Sosial dan Politik 29


eksekutif disamping mempunyai wewenang menjalankan/menerapkan
peraturan, juga mempunyai wewenang untuk membuat peraturan bersama-
sama dengan badan perwakilan rakyat. Hal ini dimaksudkan agar
peraturan- peraturan yang akan diterapkan dapat lebih sesuai/cocok atau
paling tidak mendekati kesesuaian dengankepentingan/tuntutan dan
kebutuhan masyarakat yang selalu berkembang dan berubah.
3. Penilaian Aturan; merujuk pada proses peradilan, Penilaian aturan, pada
hakekatnya diadakan untuk mencegah/preventif terjadinya
penyelewengan-penyelewengan dan penentangan terhadap peraturan-
peraturan/kebijakan yang dilaksanakan dalam kehidupan masyarakat.
Dengan adanya penilaian aturan berarti peraturan/kebijakan tidak dapat
dilaksanakan sewenang-wenang. Masyarakat dapat terhindar dan
terlindungi dari akibat-akibat pelaksanaan yang tidak sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Badan yudikatif
mempunyai wewenang untuk mencegah agar tidak terjadi
penyelewengan/penentangan terhadap peraturan/kebijakan. Badan
yudikatif/peradilan dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya harus bebas
dari campur tangan badan-badan yang lain. Badan ini akan mampu
menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik apabila disertai kebebasan.
Sebab hanya dengan kebebasan di dalam badan yudikatif, dapat
diharapkan suatu keputusan yang adil, tidak memihak. Dengan kebebasan
itulah badan yudikatif akan menghasilkan putusan-putusan yang
berpedoman pada norma-norma hukum dan keadilan serta dapat
menegakkan hak-hak warga negara.

Fase Ketiga:
Pada tahun 1965 dan 1966 dalam sebuah artikel jurnal, Almond
menyempurnakan dan semakin mempertajam rumusan pendekatan fungsional
strukturalnya. Pertama, Almond berpendapat bahwa konsepsi sistem politiknya
berkaitan dengan saling ketergantungan - bukannya harmoni. Kedua, teori sistem
politiknya bersifat dinamis - bukannya statis dan konservatif, karena dimungkinkan
dilakukannya pengujian pola-pola perkembangan. Ketiga, Almond mencari teori
holistik ketimbang parsial. Sistem-sistem politik merupakan entitas-entitas utuh dan
dibentuk oleh lingkungan.
Terdapat batas-batas antara sistem dan lingkungannya. Input dan output
mempengaruhi sistem, dan umpan balik hadir diantara sistem dan lingkungannya.
Dalam hal ini Almond mengungkatkan tiga tingkat fungsi.

Makalah Sistem Sosial dan Politik 30


Tingkat pertama, terdiri dari enam fungsi konversi yaitu artikulasi kepentingan,
penggabungan kepentingan, komunikasi politik, pembuatan aturan, penerapan aturan,
dan penilaian aturan; fungsi ini berhubungan dengan input permintaan dan dukungan
dan dengan output keputusan dan tindakan yang menjadi bagian internal sistem
politik. Permintaan-permintaan dirumuskan lewat artikulasi kepentingan dan
dipadukan menjadi arah-arah tindakan alternatif melalui penggabungan kepentingan.
Aturan-aturan ditarik melalui pembuatan aturan kemudian diimplementasi dan
diperkuat melalui penerapan aturan, dan terkadang dinilai melalui penilaian aturan.
Komunikasi mempengaruhi seluruh kegiatan tersebut.
Tingkat kedua; terdiri dari fungsi-fungsi kemampuan, yaitu regulasi, ekstraksi,
distribusi dan respon, simbolik. Fungsi ini berhubungan dengan kinerja sistem di
dalam lingkungannya. Banyak faktor yang membentuk pola- pola kemampuan sistem
politik ; (1) tergantung pada bagaimana elit politik dalam menentukan tujuan dan
tindakannya. Tanggapan atau respon para elit politik terhadap input yang berwujud
tuntutan dan dukungan yang datang dari masyarakatnya sendiri maupun dari
masyarakat internasional adalah merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat dan
pola kemampuan sistem politik. (2) birokrat/aparat-aparat organisasi dari sistem
politik itu sendiri. Dalam menjalankan fungsinya birokrasi/aparat menggunakan cara-
cara yang kotor atau menunjang terciptanya aparatur pemerintah yang bersih dan
berwibawa ? semakin baik aparat-aparat sistem politik, maka kemungkinan sistem
politik untuk berkembang menjadi semakin besar. Sebaliknya semakin buruk dan
rusaknya aparat-aparat sistem politik, maka kemungkinan kemampuan sistem politik
untuk berkembang menjadi semakin kecil, bahkan akan terjadi kemerosotan. (3)
sumber-sumber material yang diperlukan untuk melaksanakan/menjalankan sistem
politik (4) tingkat dukungan terhadap sistem politik itu sendiri. Sistem politik
memerlukan dukungan untuk dapat melaksanakan aktivitas-aktivitasnya. Jika tingkat
dukungan masyarakat terhadap sistem politik rendah, misalnya ditunjukan dengan
ketidakpatuhan masyarakat terhadap pemerintah, maka hal itu akan merintangi
perkembangan kemampuan dari sistem politik. Sebaliknya, semakin besar dukungan
masyarakat terhadap kemampuan sistem politik, misalnya ditunjukan dengan ketaatan

Makalah Sistem Sosial dan Politik 31


dan kepatuhan masyarakat terhadap kebijakan- kebijakan yang berlaku, maka hal ini
jelas akan mendukung perkembangan kemampuan sistem politik negara yang
bersangkutan.
Tingkat ketiga, terdiri dari fungsi-fungsi pemeliharaan dan adaptasi yang
menyertakan sosialisasi politik serta perekrutan .teori sistem politik dapat didasarkan
pada pemahaman hubungan antara tiga tingkatan ini dan hubungan fungsi-fungsi di
setiap tingkat.

1.10 Hubungan Sistem Sosial dan Sistem Politik

Sistem sosial lebih umum dari pada sistem politik. Sistem sosial tidak hanya
menyangkut tentang politik, tetapi juga ekonomi, budaya, agama, dan lain-lain.
Sedangkan sistem politik merupakan salah satu bidang yang di dalamnya terdapat
proses sosial yang dipelajari dalam sistem sosial. Sehingga dapat dikatakan bahwa
sistem politik merupakan bagian atau sub sistem dari sistem sosial. Dan tentu saja
keduanya berhubungan.
Sistem politik dipengaruhi sistem sosial, yaitu dalam masyarakat yang
berkembang tata-hidup paternalisme (kebapaan) dan feodalisme atau aristokratisme,
gerakan politik menuju sistem demokrasi akan mengalami hambatan hambatan. Lain
halnnya dalam masyarakat yang berkembang tata-hidup demokratisme, maka akan
menjadi tempat yang subur untuk tumbuhnya sistem politik yang demokratis.
Dalam masyarakat pasti hadir suatu konflik. Entah itu terkait kondisi ekonomi
ataupun yang berkaitan dengan SARA. Dalam hal ini, sistem sosial mencoba
menganalisis bagaimana konflik tersebut; mulai dari akar permasalahannya hingga
solusi yang bisa diberikan. Dari situ, sebagai pengintegrasi masyarakat, pemerintah
(dalam hal ini sistem politik) mengikat kembali masyarakat melalui kebijakan-
kebijakan atau keputusan-keputusan yang dikeluarkannya sebagai tanggapan dari
konflik tersebut. Tentunya melihat analisis-analisis sistem sosial. Tanpa pengetahuan
sistem sosial, bisa jadi keputusan politik yang diambil justru memicu konflik
membesar.

Makalah Sistem Sosial dan Politik 32


Contohnya peristiwa pemberontakan yang dilakukan oleh Gerakan Aceh
Merdeka. Karena tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang sistem sosial
Indonesia, pemerintah (yang pada saat itu dipimpin oleh Soeharto) mengambil
kebijakan yang salah yaitu dengan melakukan operasi militer. Pada kenyataannya
pendekatan militer hanya memperburuk keadaan dan mempersulit terjadinya damai.
Untuk itu perlu adanya pemahaman yang seimbang antara sistem sosial dengan
sistem politik. Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan sistem
sosial dengan sistem politik adalah sistem sosial menjadi kacamata bagi sistem
politik. Sistem sosial mempelajari masyarakat Indonesia yang menjadi subjek dari
output politik. Dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang akan dikeluarkan, perlu
melihat keadaan sosial masyarakat. Gejolak-gejolak serta perubahan yang terjadi
dalam masyarakat bisa jadi untuk masukan bagi sistem politik itu sendiri.

Makalah Sistem Sosial dan Politik 33


BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan

Seiring dengan kemajuan zaman konsep sistem terus mengalami perkembangan


demi memperkuat suatu ilmu pengetahuan. Begitu juga dengan sistem sosial dan
sistem politik. Sistem sosial dan politik memiliki keterkaitan satu sama lain dalam
pengaplikasiannya di dalam kehidupan bermasyarakat.
Dapat dikatakan bahwa sistem politik merupakan bagian atau sub sistem dari
sistem sosial karena sistem politik dipengaruhi sistem sosial, yaitu dalam masyarakat
yang berkembang tata-hidup paternalisme (kebapaan) dan feodalisme atau
aristokratisme, gerakan politik menuju sistem demokrasi akan mengalami hambatan
hambatan. Lain halnnya dalam masyarakat yang berkembang tata-hidup
demokratisme, maka akan menjadi tempat yang subur untuk tumbuhnya sistem
politik yang demokratis.
Selanjutnya keberadaan sistem sosial, dan sistem politik, memiliki fungsi
tersendiri dalam menjalankan serangkaian norma yang berbeda satu dengan lainnya.
Sistem sosial menjalankan serangkaian tatanan yang mengoptimalkan seluruh elemen
masyarakat menuju fungsi-fungsi integrasi. Sistem politik melaksanakan fungsi
pencapaian tujuan sistem sosial dengan mengejar tujuan-tujuan kemasyarakatan dan
memobilisasi aktor serta sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan.

2. Saran

1. Kedepannya agar dibuat studi atau penelitian secara khusus yang membahas
mengenai topik kajian sistem sosial dan politik tanpa memisahkan kedua kajian
tersebut, agar menambah dan lebih memperkuat pemahaman kita sebagai
akademisi yang memelajari ilmu sosial.

Makalah Sistem Sosial dan Politik 34


DAFTAR PUSTAKA

Anggara, Sahya. 2013. Sistem Politik Indonesia. Bandung: CV. Pustaka Setia

Maksudi, Beddy Iriawan. 2015. Sistem Politik Indonesia: Pemahaman Secara


Teoritik dan Empirik. Jakarta: Rajawali Press

Nasikun. 2014. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: Rajawali Press.

Sukarna. 1990. Sistem Politik. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Wirawan, I B. 2012. Teori-teori Sosial Dalam Tiga Paradigma (Fakta Sosial,


Definisi Sosial, dan Perilaku Sosial). Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Sejarah Sistem Sosial Politik Masyarakat Indonesia. Rangkuman hasil diskusi


pengantar Lentera Yantra (selasa, 12/04/2016) bersama Uu Ukhyaruddin mahasiswa
Program Study Sejarah Kebudayaan Islam, UIN Sunan Kalijaga. Dijadikan
sebagai term of reference diskusi besar Lentera Yantra (Rabu, 20/04/2016) bersama
Dr. Aris Wahyudi S.Sn., M.Hum (Online: http://tukarkabar.com/sejarah-sistem-
sosial-politik-masyarakat-indonesia/), (Diakses pada 21 September 2017)

Makalah Sistem Sosial dan Politik 35

Anda mungkin juga menyukai