Anda di halaman 1dari 13

PENGANTAR SOSIOLOGI

MATERI : TATANAN SOSIAL DAN PENGENDALIAN SOSIAL

Dosen Pengampu: Ir. Jeffry Raja Hamonangan Sitorus, M.Si.

Disusun oleh:

1 KS 2 / KELOMPOK 9

Desi Kristiyani (221810237)


Reyhan Saadi (221810557)
Rizki Nazhif Nur (221810578)

POLITEKNIK STATISTIKA STIS

2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya makalah yang berjudul Sosialisasi ini dapat terselesaikan dalam rangka
memenuhi tugas membuat makalah dari Dosen Pengantar Sosiologi kami, Bapak Ir. Jeffry
Raja Hamonangan Sitorus, M.Si.

Makalah ini telah kami susun berdasarkan informasi yang kami dapatkan dari berbagai
sumber yang berhasil membantu dan memperlancar proses pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami selaku penyusun makalah ini mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang
berkontribusi dalam penyusunan makalah ini. Karena tanpa bantuan dari mereka, makalah ini
tak akan dapat kami selesaikan dengan baik.

Terlepas dari semua hal ini, kami menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat
kekurangan baik dari segi penulisan, tata bahasa, maupun isi. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi memperbaiki dan
melengkapi makalah yang telah kami buat ini.

Akhir kata, kami berharap bahwa makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan bagi para pembaca.

Jakarta, 2 Februari 2019

(Penulis)

Daftar Isi
KATA PENGANTAR............................................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................................................iii

2
BAB I......................................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................................................2
1.3. Tujuan.......................................................................................................................................2
BAB II....................................................................................................................................................1
2.1 Pokok Pembahasan Sosiologi Makro.........................................................................................1
2.2 Struktur Sosial.............................................................................................................................2
2.3 Institusi Sosial..............................................................................................................................4
2.4 Masyarakat.................................................................................................................................4
2.5 Pengendalian Sosial....................................................................................................................5
BAB III...................................................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................7
3.2 Saran...........................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................viii

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kita hidup dalam suatu lingkungan sosial yang bukan apa adanya. Lingkungan sosial
tersebut mempunyai sejumlah prasyarat yang menjadikannya dapat terus berjalan dan
bertahan. Coba Anda identifikasi prasyarat apa saja yang ada pada lingkungan sosial Anda?
Prasyarat-prasyarat inilah yang kita sebut tatanan sosial (sosial order).

Suatu lingkungan sosial di mana individu-individunya saling berinteraksi atas dasar status
dan peranan sosial yang diatur oleh seperangkat norma dan nilai diistilahkan dengan tatanan
sosial. Pada saat kita berbicara tentang tatanan sosial, ada beberapa konsep penting yang perlu
didiskusikan yaitu tentang: struktur sosial, status sosial, peranan sosial, institusi sosial, serta
masyarakat.

Pengendalian sosial adalah suatu mekanisme untuk mencegah penyimpangan sosial


serta mengajak dan mengarahkan masyarakat untuk berperilaku dan bersikap sesuai norma
dan nilai yang berlaku. Dengan adanya pengendalian sosial yang baik diharapkan mampu
meluruskan anggota masyarakat yang berperilaku menyimpang/membangkang.
Telah dijelaskan bahwa pengendalian sosial terjadi karena adanya perilaku yang menyimpang.
Jadi, pengendalian sosial sangat berperan penting bagi kehidupan kita masing-masing. Oleh
karena itu, pengendalian sosial pun memiliki fungsi dan tujuan. Sebagai pelajar ataupun
masyarakat publik juga dapat memahami ciri-ciri pengendalian sosial,macam-macam,bentuk-
bentuk, serta lembaga pengendalian sosial.
Jika tak ada penerapan pengendalian sosial bagi pelajar maupun masyarakat publik tentunya
negara kita cenderung drastis meningkatkan perilaku yang menyimpang yang bersifat negatif.
Dari sisi negatif tersebut itulah yang akan membuat generasi penerus banga rusak atau tidak
stabil karena perilaku yang menyimpang tersebut. Jadi kita harus memahami pengendalian
sosial.
Karena adanya perilaku yang menyimpang, maka kami harus memberikan solusi untuk

1
mengontrol sosial teman-teman disini. Untuk lebih jelasnya akan kami bahas di BAB
Pembahasan berikutnya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan sosiologi makro ?

2. Jelaskan mengenai struktur sosial!

3. Apa yang dimaksud dengan institusi sosial?

4. Apa saja kriteria yang perlu dipenuhi agar suatu kelompok dapat disebut masyarakat?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui tujuan dan maksud dari sosiologi makro

2. Mengetahui struktur social

3. Mengetahui keriteria yang harus dipenui agar suatu kelompok dapat disebut masyarakat

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pokok Pembahasan Sosiologi Makro


Randall Collins (1981) mengatakan bahwa sosiologi makro menganalisa proses-proses
sosial berskala besar dan berjangka panjang. Dalam skala ruang dan waktu yang disusun
Collins pokok perhatian sosiologi makro bergerak dari kerumunan, organisasi ke arah
komunitas dan masyarakat teritorial, dan dari hari, minggu, bulan, tahun ke abad.
Makrososiologi tidak memperhatikan apa yang terjadi dengan individu atau kelompok kecil
dan apa yang terjadi dalam jangka waktu pendek seperti detik, menit, dan jam melainkan
proses jangka panjang seperti sekularisasi, rasionalisasi, industrialisasi, modernisasi,
munculnya kapitalisasi, dan urbanisasi.

Durkheim (1968) menggunakan sudut pandangan struktural. Pokok perhatian sosiologi


makro ialah tatanan meso dan makro, karena faktor sosial mengacu pada institusi yang
mengendalikan individu dalam masyarakat, sehingga Durkheim berpandangan bahwa
sosiologi ialah ilmu masyarakat dan mempelajari institusi.

Douglas (1973) yang dipengaruhi oleh pandangan klasik Durkheim mengatakan ciri-
ciri sosiologi makro ialah mengikuti ilmu-ilmu alamiah seperti pencarian hukum sebab akibat
dalam masyarakat, pengukuran variabel, dan pengujian proposisi, dan penekanan pada
penelitian terapan.

Alex Inkeles (1965), mengatakan bahwa sosiologi makro membahas hubungan sosial,
institusi dan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pandangan Durkheim yang berpendapat bahwa
sosiologi ialah ilmu masyarakat dan mempelajari institusi.

Gambaran visual mengenai apa yang merupakan pokok perhatian sosiologi dapat kita
amati pada beberapa karikatur yang menghiasi buku Peter L. Berger dan Brigitte Berger
Sociolog: A Biographical Approach (1981). Pada gambar sampul diperlihatkan seseorang laki-
laki yang duduk di kursi malas sambil membaca surat kabar di depan televisi dan di bawah
kursi terdapat kompor gas dengan masakan di atasnya; laiki-laki dengan berbagai fasilitas
tersebut berada dalam sebuah sangkar yang tergantung sehingga ia laksana seekor burung

1
yang terkurung. Pada halaman 13 buku tersebut disajikan suatu karikatur lain yang
menggambarkan tiga orang manusia yang sedang bercakap-cakap; ketiganya berada di suatu
tempat yang dikelilingi tembok tebal berwajah manusia dan berbentuk lingkaran yang seakan-
akan mengurung ketiga orang tersebut. Agaknya gambar kedua ini ada kaitannya dengan
pandangan Berger dalam buku Invitation to Sociology, bahwa “ society is the walls of our
imprisonment in history “ Berger, 1978;109. MAsyarakat adalah tembok keterkungkungan kita
dalam sejarah.

Meskipun karikatur-karikatur yang disajikan Berger ini tidak dapat secara tepat
menggambarkan apa yang menjadi pokok perhatian mesososiologi dan makrososiologi, namun
kedua gambar tersebut dapat menuntun kita ke apa yang dibayangkan Durkheim tatkala ia
menyatakan bahwa sosiologi mempelajari fakta sosial mempelajari “ cara bertindak, berpikir
dan merasakan di luar individu, dan mempunyai kekuatan memaksa yang mengendalikan
individu ” (Durkheim, 1986:30).

2.2 Struktur Sosial


Yang dimaksud ahli sosiologi dengan struktur sosial dapat dipelajari dari beberapa
pendapat berikut ini:

a. Homans mengaitkan struktur dengan perilaku sosial elementer dalam hubungan sosial
sehari-hari.

b. Lenski mengemukakan bahwa struktur sosial adalah struktur masyarakat-masyarakat


yang diarahkan oleh kecenderungan jangka panjang yang menandai sejarah.

c. Talcott Parsons berbicara struktur sosial adalah mengenai keterkaitan antara institusi-
institusi, bukan kesalingterkaitan antarmanusia.

d. Coleman melihat struktur sebagai pola hubungan antarmanusia dan anatarkelompok


manusia.

Dua konsep penting yang perlu dibahas dalam mempelajari struktur sosial yaitu: status
dan peranan (role). Menurut definisi Ralph Linton, status ialah suatu kumpulan hak dan

2
kewajiban. Peranan ialah ”the dynamic aspect of a status”. Seseorang dikatakan menjalankan
peranan manakala ia menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan statusnya.

Contoh: status dosen terdiri atas sekumpulan kewajiban tertentu seperti kewajiban mendidik
mahasiswa, melakukan penelitian ilmiah, dan melakukan pengabdian masyarakat.
Sedangkan yang merupakan haknya adalah menempati jabatan fungsional dan
menerima imbalan untuk jasanya. Peranan dosen mengacu pada bagaimana
seseorang yang berstatus dosen menjalankan hak dan kewajibannya antara lain
bagaimana ia mengajar, membimbing dan mengevaluasi mahasiswa.

Terdapat pembagian status menurut Linton yaitu:

a. Status yang diperoleh (ascribed status)

Status yang diperoleh adalah adalah status yang diberikan kepada individu tanpa
memandang kemampuan atau perbedaan antar individu yang dibawa sejak lahir.
Misalnya usia (anak, orang dewasa, usia lanjut), jenis kelamin (setiap masyarakat
menetapkan kegiatan dan sikap berbeda bagi pria dan wanita), hubungan kekerabatan,
dan kelahiran dalam suatu kelompok khusus seperti kasta atau kelas.

b. Status yang diraih (achieved status). Status yang diraih adalah status yang memerlukan
kualitas tertentu. Status ini tidak diperoleh sejak lahir tetapi harus diraih melalui
persaingan dan usaha pribadi.

Pandangan berbeda mengenai struktur sosial dikemukakan oleh Merton. Menurutnya


ciri dasar dari suatu struktur sosial ialah bahwa suatu status tidak hanya melibat satu peranan
terkait melainkan sejumlah peranan terkait. Disini terdapat perangkat peranan (role set) yaitu
pelengkap hubungan peranan yang dipunyai seseorang karena menduduki suatu status sosial
tertentu.

Contoh: status sebagai mahasiswa program Diploma IV STIS, tidak hanya melibat peranan
mahasiswa dalam kaitan dengan dosennya melainkan juga sekumpulan peranan
yang mengait status mahasiswa program Diploma IV dengan mahasiswa lain, juru
bersih, tenaga administrasi dll.

3
Konsep peranan ini berbeda dengan konsep peranan majemuk (multiple roles), yaitu mengacu
pada perangkat peranan yang terkait dengan berbagai status yang dipunyai individu.

Contoh: status seseorang sebagai guru, istri, ibu, penganut agama Katolik, anggota partai.
Yang menurut Merton kasus demikian memiliki nama yang lebih tepat yaitu
perangkat status (status-set).

2.3 Institusi Sosial


Beberapa istilah yang digunakan untuk konsep insitusi adalah lembaga
kemasyarakatan (Selo Soemardjan dan Solaeman Soemardi). Istilah lain adalah pranata
(Koentjaraningrat).

Institusi adalah seperangkat aturan yang terinstitusionalisasi yaitu:

(1) telah diterima sejumlah besar anggota sistem sosial

(2) ditanggapi secara sungguh-sungguh

(3) diwajibkan, dan terhadap pelanggarnya dikenakan sanksi tertentu (Harry M.Johnson).

2.4 Masyarakat
Terdapat empat kriteria yang perlu dipenuhi agar suatu kelompok dapat disebut
masyarakat yaitu:

(1) kemampuan bertahan melebihi masa hidup seorang individu,

(2) rekrutmen seluruh atau sebagian anggota melalui reproduksi,

(3) kesetiaaan pada suatu ”sistem tindakan utama bersama”,

(4) adanya sistem tindakan yang bersifat ”swasembada”(Marion Levy).

4
Suatu kelompok dikatakan sebagai masyarakat bila memenuhi empat keriteria tersebut dan
dapat bertahan stabil untuk beberapa generasi walaupun sama sekali tidak ada orang atau
kelompok lain di luar kelompok tersebut.

Menurut Parsons masyarakat ialah suatu sistem sosial yang swa sembada, melebihi
masa hidup individu normal, dan merekrut anggota secara reproduksi biologis serta melakukan
sosialisasi terhadap generasi berikutnya.

Shills menekankan pada aspek pemenuhan kebutuhan sendiri yang dibaginya dalam
tiga komponen: pengaturan diri, reproduksi sendiri, dan penciptaan diri. Dengan berbagai
konsep tersebut maka tidak semua kelompok dapat disebut masyarakat.

Contoh: berdasarkan kriteria Parsons, penghuni asrama tidak dapat dikatakan sebagai
masyarakat. Karena tidak dapat memproduksi sendiri kebutuhan pokok mereka
seperti sandang, pangan; usia kelompok ini biasanya tidak melebihi masa hidup salah
seorang anggotanya; anggota asrama tidak direkrut sendiri melalui reproduksi
biologis melainkan dari keluarga-keluarga di luar asrama, dan anggota asrama tidak
terlibat dalam sosialisasi awal terhadap generasi penghuni asrama berikutnya.

2.5 Pengendalian Sosial


Berger mendefinisikan pengendalian sosial sebagai cara yang digunakan masyarakat
untuk menertibkan anggota yang membangkang. Roucek mengemukakan bahwa pengendalian
sosial adalah suatu istilah kolektif yang mengacu pada proses terencana maupun tidak melalui
mana individu diajarkan, dibujuk, ataupun dipaksa untuk menyesuaikan diri pada kebiasaan
dan nilai kelompok.

Menurut Berger cara terakhir dan tertua adalah paksaan fisik.

Contoh: seorang penjahat yang melarikan diri dari penangkapan terpaksa ditembak oleh
petugas.

Paksaan fisik seringkali bahkan tidak bersifat resmi atau sah.

5
Contoh: pencopet yang meninggal setelah beramai-ramai dianiaya oleh sekumpulan orang
yang memergoki aksi pencopet tersebut.

Mekanisme lain yang digunakan masyarakat untuk mengendalikan anggotanya yaitu


membujuk, mengolok-olok, mendesas-desuskan, mempermalukan, dan mengucilkan.

Roucek berpendapat bahwa pengendalian sosial diklasifikasikan dengan berbagai cara.


Menurutnya ada pengendalian sosial yang dijalankan melalui institusi, dan ada yang tidak; ada
yang dilakukan secara lisan dan secara simbolis, dan ada yang dilakukan secara kekerasan; ada
yang menggunakan hukuman, dan ada yang menggunakan imbalan; ada yang bersifat formal,
dan ada yang informal.

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Makrososiologi merupakan sudut pandangan struktural, sudut pandangan klasik
Durkheim. Perumusan Durkheim mengenai pokok pembahasan sosiologi menunjukkan bahwa
pokok perhatian sosiologi ialah tatana meso dan makro, karena fakta sosial mengacu pada
institusi yang mengendalikan individu dalam masyarakat. Durkheim berpandangan bahwa
sosiologi ialah ilmu masyarakat dan mempelajari institusi.

Homans mengaitkan struktur dengan perilaku sosial elementer dalam hubungan sosial
sehari-hari. Lenski berbiccara mengenai struktur masyarakat yang diarahkan oleh
kecenderungan jangka panjang yang menandai sejarah. Di kala Talcott Parsons berbicara
mengenai struktur ia berbicara mengenai kesalingterkaitan antar institusi, bukan
kesalingterkaitan antarmanusia. Coleman melihat struktur sebagai pola hubungan antar
manusia dan antarkelompok manusia.

Dalam membahas struktur sosial, Linton menggunakan dua konsep penting: status dan
peran. Tipologi lain yang juga dipopulerkan Linton adalah pembagian status menjadi status
yang diperoleh dan status yang diraih.

Durkheim mengemukakan bahwa sosiologi mempelajari institusi. Sebagaimana halnya


dengan konsep lain, maka mengenai konsep institusi pun dijumpai sebagai definisi.

3.2 Saran
Setelah kami merangkum hasil diskusi, perlu kita ketahui bahwa pengendalian sosial
itu memang berperan penting bagi penerus bangsa agar negara kita dapat menjadi negara
maju. Dan kita juga telah memahami apa itu pengendalian sosial baik itu menurut para ahli
maupun secara umum, ciri-ciri pengendalian sosial, tujuan / fungsi pengendalian sosial,
macam-mcam pengendalian sosial, bentuk bentuk pengendalian sosial serta lembaga
pengendalian sosial.

7
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Ridwan dan Elly Malihah. (2007). Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan
Teknologi. Bandung : Yasindo Multi Aspek
Kuswanto dan Bambang Siswanto. (2003). Sosiologi. Solo: Tiga Serangkai

Buku pengantar sosiologi :

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi (edisi revisi). -- Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai