Anda di halaman 1dari 4

C.

Interaksi dan Informasi

Dalam kehidupan sehari-hari kita tentu pernah mengalami kesulitan berkomunikasi dengan
orang asing, ataupun orang-orang yang tidak kita kenal. Di lingkungan keluarga, tetangga
sekolah maupun tempat bekerja, kita relatif mudah menjalin komunikasi. Kedua contoh
kasus di atas disebabkan oleh sedikit/banyaknya informasi orang yang kita jumpai.

Menurut Karp dan Yoels (1979) kekurangan informasi orang yang tidak dikenal dapat
diatasi melalui sumber-sumber informasi yang diwarisi sejak lahir seperti :

- ras

- usia

- jenis kelamin

- penampilan daya tarik fisik

- bentuk tubuh

- cara berbusana, dan

- percakapan

 Dalam masyarakat yang mengenal diskriminasi, interaksi tergantung pada warna kulit
yang berinteraksi. Orang kulit putih menganggap lebih unggul dari orang kulit hitam.
Orang kulit putih akan menghargai orang kulit putih meskipun posisinya jauh lebih
rendah darinya. Sedangkan orang kulit hitam tidak dihargai meskipun posisinya jauh
lebih tinggi darinya.

 Dalam masyarakat interaksi dengan orang yang lebih tua seperti ibu, ayah, kakek,
nenek, paman, bibi akan berbeda dengan interaksi dengan teman sebaya atau yang
lebih muda, seperti : adik, anak, kemenakan, dan cucu.

 Jenis kelamin juga memengaruhi interaksi. Dalam percakapan di kalangan pria kita
sering membahas pengalaman di bidang seks atau kata-kata makian yang tidak
dilakukan manakala pembicaraan itu dihadiri wanita. Ahli lain menyatakan bahwa
ketidakjelasan mengenai jenis kelamin juga mempersulit interaksi, misalnya pada saat
kita berpapasan dengan waria apakah kita harus menyapa : Pak, Bu, Mas, atau Mbak.
 Hasil penelitian Karp dan Yoels memperlihatkan bahwa penampilan juga memengaruhi
interaksi, orang yang berpenampilan menarik lebih mudah mencari pasangan, dan
orang yang kurang menarik mengeluh karena mengalami kesulitan dalam pergaulan.
Hasil penelitian tersebut diimplementasikan melalui media cetak khususnya : Biro
kontak jodoh serta iklan lowongan pekerjaan dimana syarat penampilan (menarik,
manis) menjadi salah satu syarat yang diinginkan.

 Dalam berinteraksi orang sering cenderung mengaitkan antara bentuk tubuh dengan
watak seseorang, seperti :

a. Orang berbentuk Endomorph (bulat, gemuk) diangggap memiliki watak


tertentu antara lain : tenang, santai dan pemaaf.

b. Orang berbentuk Mesomorph (atletis dan berotot) berwatak : dominan,


yakin, aktif, dan

c. Orang berbentuk Ectomorph (tinggi, kurus) berwatak tenang dan pemalu.

 Pengalaman sehari-hari menunjukkan bahwa orang berbusana pakaian resmi, akan


diperlakukan berbeda dengan orang yang bepakaian santai (T-Shirt dan blue jeans)
oleh petugas kantor ataupun tempat hiburan. Seseorang yang berbusana eksekutif akan
diperlakukan berbeda dengan seorang pelayan berseragam di sebuah restoran. Kasus-
kasus di atas menunjukkan bahwa pakaian merupakan faktor dalam suatu interaksi.

 Ucapan yang dilakukan seseorang dalam suatu percakapan dapat menunjukkan status si
pembicara, misal :

- Saya tidak hadir rapat karena dipanggil Pak Menteri

- Tas ini saya beli di Roma

- Sabtu pagi saya selalu main golf

- Saya harus menghadap ke istana

D. Lingkup dan Tahapan Interaksi

Anda memasuki sebuah Perguruan Tinggi bersama-sama ratusan atau bahkan ribuan
lulusan Sekolah Lanjutan Atas. Dari sekian ratus yang memilih jurusan yang sama, berapa
orang yang Anda kenal secara intim, anda kenal secara sambil lalu, atau bahkan belum atau
tidak anda kenal sama sekali dan mungkin juga tidak akan pernah anda kenal.

Pertanyaan-pertanyaan di atas dimaksudkan untuk membuat anda sadar bahwa sebenarnya


ruang lingkup interaksi cukup luas, mulai dari interaksi antara orang yang saling mengenal
secara intim hingga interaksi orang yang saling tidak mengenal.

Tahapan interaksi dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu :

1. Tahap-tahap yang mendekatkan peserta interaksi

2. Tahap-tahap yang menjauhkan peserta mereka

- Tahap-tahap yang mendekatkan dirinci menjadi :

a. Tahap memulai (initiating)

b. Menjajaki (experimenting)

c. Meningkatkan (intensifying)

d. Menyatupadukan (integrating), dan

e. Mempertalikan (bonding)

Dikala Anda mahasiswa baru, misalnya kemungkinan besar Anda memulai dari
menjajaki interaksi dengan teman seangkatan Anda dengan tegur sapa yang diikuti obrolan
kecil misalnya pencarian informasi mengenai asal SMA, kota tempat tinggal selama masih
di SMA, jurusan di fakultas, penugasan oleh panitia pekan orientasi pengenalan kampus.
Hasil penjajakan ini dijadikan landasan untuk memutuskan apakah hubungan tidak perlu
dilanjutkan, perlu dilanjutkan tetapi diusahakan agar dipertahankan seperti keadaan
sekarang, atau harus ditingkatkan. Menurut Knapp peningkatan hubungan terjadi secara
hati-hati dan bertahap. Secara bertahap terjadi pengingkatan komunikasi pribadi dan
komunikasi nonverbal; kebersamaan dalam tindakan pun meningkat.
Tahap penyatupaduan merupakan suatu tahap antara yang menjembatani peningkatan
hubungan dan tahap pertalian. Pada tahap ini masing-masing pihak mulai merasakan
dirinya sebagai bagian dari suatu kesatuan dan pihak luar pun memperlakukan kedua
individu sebagai suatu kesatuan. Pada masyarakat dan lapisan tertentu keterpaduan jiwa
dapat ditunjang dengan peningkatan kontak fisik. Namun meskipun tahap ini mengandung
peningkatan lebih lanjut dari hubungan, adanya bagian dari diri yang tidak ikut dipadukan
masih dijumpai.

Pertalian merupakan tahap terakhir dalam proses interaksi yang mempersatukan dan
ditandai diresmikannya pertalian yang terjalin oleh masyarakat. Peresmian yang
mencerminkan dukungan masyarakat terhadap hubungan berupa pernikahan memperkuat
ikatan hubungan tersebut dan mempersulit masing-masing pihak untuk menarik diri dari
hubungan.

Anda mungkin juga menyukai