SOSIALISASI
1 KS 2 / KELOMPOK 9
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya makalah yang berjudul Sosialisasi ini dapat terselesaikan dalam rangka
memenuhi tugas membuat makalah dari Dosen Pengantar Sosiologi kami, Bapak Ir. Jeffry
Raja Hamonangan Sitorus, M.Si.
Makalah ini telah kami susun berdasarkan informasi yang kami dapatkan dari berbagai
sumber yang berhasil membantu dan memperlancar proses pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami selaku penyusun makalah ini mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang
berkontribusi dalam penyusunan makalah ini. Karena tanpa bantuan dari mereka, makalah ini
tak akan dapat kami selesaikan dengan baik.
Terlepas dari semua hal ini, kami menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat
kekurangan baik dari segi penulisan, tata bahasa, maupun isi. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi memperbaiki dan
melengkapi makalah yang telah kami buat ini.
Akhir kata, kami berharap bahwa makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan bagi para pembaca.
(Penulis)
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
b. Informal Sosialisasi
Tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat
kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan
kelompokkelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.
Baik sosialisasi formal maupun sosialisasi informal tetap mengarah kepada
pertumbuhan pribadi anak agar sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di
lingkungannya. Di dalam bersosialisasi, kita dapat membentuk kepribadian kita. Karena
lingkungan masyarakat merupakan salah satu tempat untuk melakukan sosialisasi. Jika
lingkungan masyarakatnya baik secara otomatis berpengaruh terhadap pembentukan
kepribadian. Seperti yang kita ketahui bahwa kepribadian adalah keseluruhan cara di
mana seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Beberapa
manfaat yang kita dapatkan dari sosialisasi adalah seseorang mampu menjadi anggota
masyarakat yang baik, seseorang dapat menyesuaikan tingkah lakunya sesuai dengan
harapan masyarakat, seseorang akan lebih mengenal dirinya sendiri dalam lingkungan
sosialnya dan seseorang akan menyadari eksistensi dirinya terhadap masyarakat di
sekelilingnya. Dengan alasan tersebut maka penulis membahas tentang “Sosialisasi dan
Pembentukan Kepribadian”.
1.3. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian sosialisasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
2
BAB II
PEMBAHASAN
F. Bruce J. Cohen
3
G. Robert M. Z. Lawang
Sosialisai adalah proses mempelajari norma, nilai, peran, dan semua persyaratan lainnya
yang diperlukan untuk memungkinkan partisipasi yang efektif dalam kehidupan sosial
H. M. Sitorus
Sosialisasi adalah proses di mana seseorang mempelajari pola-pola hidup dalam
masyarakat sesuai dengan nila-nilai, norma, dan kebiasaan yang berlaku untuk berkembang
sebagai anggota masyarakat dan sebagai individu (pribadi).
Jadi, dari pengertian di atas dapat kami simpulkan bahwa sosialisasi adalah suatu proses
di mana individu belajar memahami, menghayati, menyesuaikan dan melaksanakan nilai, norma
dan segala pola yang ada pada masyarakat. Proses sosialisasi dapat tercapai melalui komunikasi
dengan anggota masyarakat lainnya. Melalui komunikasi inilah terjadi interaksi dengan
lingkungan yang ada di sekelilingnya. Seorang individu dalam proses sosialisasinya memilki
beberapa tahap. Pada tahap awalnya ia akan banyak belajar pada lingkungan terdekatnya yaitu
keluarga (ayah, ibuk, kakek atau neneknya). Individu akan belajar mengenai perasaan, emosi
dan tingkah laku yang ada sesuai dengan kemampuan biologisnya. Seiring berjalannnya waktu,
individu tersebut mulai mengenal lingkungan sosial yang lebih luas lagi seperti pada lingkungan
sekolah atau pun teman sepermainan atau teman sebayanya.
4
. Sosialisasi sekunder
Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer
yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Bentuk-
bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi
suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami
'pencabutan' identitas diri yang lama.
5
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara
langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada
posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara
bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja
sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan
hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di
luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai
dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku
di luar keluarganya.
. Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya
pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya
dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia
dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama--bahkan dengan orang lain
yang tidak dikenalnya-- secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah
menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.
6
Keluarga (kinship)
Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung,
dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam suatu rumah.
Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas (extended family),
agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa
keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti. Pada
masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh orang-orabng
yang berada di luar anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat agen sosialisasi
yang merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pramusiwi, menurut Gertrudge
Jaegerperanan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar karena
anak sepenuhnya berada dalam ligkugan keluarganya terutama orang tuanya sendiri.
Teman pergaulan
Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan manusia
ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai
kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses
sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja.
Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu.
Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak
sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain
dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan
dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari peraturan yang
mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-
nilai keadilan.
Lembaga pendidikan formal (sekolah)
Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis,
dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian
(independence), prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di
lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan
berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri
dengan penuh rasa tanggung jawab.
Media massa
7
Yang termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat
kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh
media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.
Contoh:
- Penayangan acara “SmackDown!” di televisi diyakini telah menyebabkan
penyimpangan perilaku anak-anak dalam beberapa kasus.
- Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup
masyarakat pada umumnya.
- Gelombang besar pornografi, baik dari internet maupun media cetak atau tv, didahului
dengan gelombang game eletronik dan segmen-segmen tertentu dari media TV (horor,
kekerasan, ketaklogisan, dan seterusnya) diyakini telah mengakibatkan kecanduan massal,
penurunan kecerdasan, menghilangnya perhatian/kepekaan sosial, dan dampak buruk lainnya.
Agen-agen lain
Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga dilakukan
oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan.
Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya dan
membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas dilakukan. Dalam
beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar.
2. Faktor ekstrinsik, adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri seorang individu.
Faktor ekstrinsik ini berupa faktor lingkungan sosial budaya, tempat seorang individu hidup
dan melaksanakan pergaulan dengan warga masyarakat yang lain. Adapun kondisi faktor
ekstrinsik antara lain, kondisi lingkungan masyarakat setempat, kondisi lingkungan pergaulan,
kondisi lingkungan pendidikan, kondisi lingkungan pekerjaa, kondisi lingkungan masyarakat
8
luas, termasuk sebagai sarananya adalah media massa baik media massa cetak maupun
elektronik.
9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sistem Ilmu Pengetahuan Sistem Ekonomi Sistem Teknologi Sistem Organisasi Sosial
Sosialisasi adalah proses belajar individu untuk mengenal dan menghayati nilai dan
norma sosial sehingga terjadi pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan atau
perilaku masyarakat. Sosialisasi berlangsung terus menerus pada tiap-tiapa masyarakat. Dengan
proses sosialisasi itulah seseorang menjadi tahu bagaimana ia harus bertingkah laku dan
berkepribadian.
Sosialisasi ada dua bentuk yaitu sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder yang masing-
masing berlangsung pada masa anak-anak, masa remaja, dan masa dewasa.
Sosialisasi primer yang bersandar pada interaksi dalam keluarga merupakan cara yang
efektif untuk menginternalisasikan nila-nilai, norma-norma, dan kebiasaan-kebiasaan. Oleh
karena itu, betapapun kuat dan besar pengaruh dari agen-agen sosialisasi yang lain, khususnya
dalam fase sosialisasi sekunder dan tersier, keluarga tetap dapat diandalkan sebagai benteng
pertahanan terhadap pengaruh-pengaruh itu.
Dalam sosialisasi terbentuklah kepribadian seseorang dalam interaksinya dengan
lingkungan sosial. Proses sosialisasi dipengaruhi oleh beberapa factor intrinsik dan ekstrinsik.
Media sosialisasi dalam pembentukan kepribadian meliputi keluarga, lingkungan sekolah,
kelompok bermain, lingkungan kerja dan media massa.
Kepribadian sangat dipengaruhi oleh pembawaan seseorang dan lingkungan, corak
budaya yang ada dalam masyarakat di mana dia berada. Faktor pembentuk kepribadian ada 4,
yaitu warisan biologis, lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya. Struktur
budaya yang ada memang tidak semuanya akan diserap dan diterima oleh individu, tetapi
setidaknya ada nilai-nilai tertentu yang dipedomani dan dijadikan dasar untuk menentukan sikap
atau perilaku dalam bertindak sehari-hari sehingga membentuk suatu cirri khas perilaku yang
disebut kepribadian.
10
Saran
Pentingnya pengetahuan tentang sosialisai dan pembentukan kepribadian yang sekarang
harus diajarkan ke anak-anak sejak dini agar kelak dapat berperan penting dilingkungan
masyarakat dengan pengetahuan yang mereka miliki.
11
DAFTAR PUSTAKA
https://media.neliti.com/media/publications/168631-ID-penguatan-peran-keluarga-dalam-
pembentuk.pdf
http://blog.unnes.ac.id/zakiyatur/wp-content/uploads/sites/98/2015/11/sosialisasi-dan-
pembentukan-kepribadian.pdf
http://e-journal.uajy.ac.id/4250/2/1KOM03678.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/196604251992032-
ELLY_MALIHAH/POKOK_MATERI_SOSIOLOGI%2C_ELLY_M/4._SOSIALISASI_DA
N_PEMBENTUKAN_SKL.pdf
iv