Disusun Oleh :
Septia Hilda Aisyaroh 101811535018
Sekarningtyas Rahardianti Putri 101811535025
Hermasdito Syahsyah Rachman Syarief 101811535042
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar
sehingga kami pada akhirnya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada
waktunya. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya hingga pada umatnya
sampai akhir zaman.
Mudah-mudahan makalah sederhana yang telah berhasil kami susun ini bisa
dengan mudah dipahami oleh siapapun yang membacanya. Serta tak lupa kami juga
berharap adanya masukan serta kritikan yang membangun demi terciptanya
makalah yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
I
KATA PENGANTAR ...................................................................................... I
II
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan ini setiap manusia pastinya tidak dapat yang namanya
hidup sendirian, yang dimana manusia itu hakikatnya selalu membutuhkan
manusia lainnya untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka maka
dari itu terciptalah interaksi sosial di dalam masyarakat. Interaksi sosial bisa
didefinisikan sebagai hubungan dan pengaruh timbal balik antara individu
dengan individu, individu dengan kelompok individu yang lainnya. Dimana
dalam interaksi sosial ini dapat menciptakan perubahan dalam diri individu
untuk menciptakan hal-hal yang baru dan membuat dinamika masyarakat
menjadi lebih hidup. Dalam hal ini interaksi sosial pun bersifat dinamis.
1
6. Apa sajakah bentuk dari Interaksi Sosial?
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Walgito (2003), interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu
dengan individu lain, individu satu dapat mempengaruhi individu lain, atau
sebaliknya, jadi terdapat hubungan yang saling timbal balik. Interaksi sosial
merupakan salah satu cara individu untuk untuk memelihara tingkah laku sosial
individu tersebut sehingga individu tetap dapat bertingkah laku sosial dengan
individu lain. Interaksi sosial dapat pula meningkatkan jumlah atau kuantitas dan
mutu atau kualitas dari tingkah laku sosial individu sehingga individu makin
matang dalam bertingkah laku sosial dengan individu lain dalam situasi sosial
(Santosa, 2010). Menurut Soekanto (2012), interaksi sosial merupakan kunci
semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada
kehidupan bersama.
3
2.2 Tujuan Interaksi Sosial
Tujuan adanya interaksi sosial yaitu terjalinnya hubungan timbal balik yang
baik, persahabatan, pertemanan, persaudaraan, hubungan dalam menjalin
kerjasama maupun hubungan dalam menjalin suatu usaha antara individu satu
dengan yang lain, atau kelompok satu dengan yang lain yang bekerjasama agar
memudahkan dalam mewujudkan tujuan yang diinginkan.
4
terhadap orang yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional,
melainkan berdasarkan penilaian perasaan seperti juga pada proses identifikasi.
2.5 Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Terdapat syarat terjadinya interaksi sosial diantaranya yaitu adanya kontak
sosial dan komunikasi.
1. Kontak sosial
Kontak sosial berasal dari bahasa latin con atau cum yang berarti
bersama-sama dan tango yang berarti menyentuh. Jadi secara harfiah kontak
adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi
hubungan badaniah. Sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan
badaniah, karena orang dapat mengadakan hubungan tanpa harus menyentuhnya,
seperti misalnya dengan cara berbicara dengan orang yang bersangkutan. Dengan
berkembangnya teknologi dewasa ini, orang-orang dapat berhubungan satu sama
lain dengan melalui telepon, telegraf, radio, dan yang lainnya yang tidak perlu
memerlukan sentuhan badaniah. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga
bentuk (Soerjono Soekanto : 59) yaitu sebagai berikut :
a. Antara orang perorangan
Kontak sosial ini adalah apabila anak kecil mempelajari kebiasaankebiasaan
dalam keluarganya. Proses demikian terjadi melalui komunikasi, yaitu suatu
proses dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan
nilai-nilai masyarakat di mana dia menjadi anggota.
b. Antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya
Kontak sosial ini misalnya adalah apabila seseorang merasakna bahwa
tindakan-tindakannya berlawanan dengan norma-norma masyarakat.
c. Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.
Umpamanya adalah dua partai politik yang bekerja sama untuk mengalahkan
partai politik lainnya. Kontak sosial memiliki beberapa sifat, yaitu kontal sosial
positif dan kontak sosial negative. Kontak sosial positif adalah kontak sosial yang
mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial negative mengarah
kepada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan kontak
sosial. Selain itu kontak sosial juga memiliki sifat primer atau sekunder. Kontak
5
primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan
berhadapan muka, sebaliknya kontak yang sekunder memerlukan suatu perantara.
2. Komunikasi
Komunikasi adalah bahwa seseorang yang memberi tafsiran kepada orang lain
(yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap),
perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang
bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin
disampaikan. Dengan adanya komunikasi sikap dan perasaan kelompok dapat
diketahui olek kelompok lain aatau orang lain. Hal ini kemudain merupakan
bahan untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukannya. Dalam komunikasi
kemungkinan sekali terjadi berbagai macam penafsiran terhadap tingkah laku
orang lain. Seulas senyum misalnya, dapat ditafsirkan sebagai keramah tamahan,
sikap bersahabat atau bahkan sebagai sikap sinis dan sikap ingin menunjukan
kemenangan. Dengan demikian komunikasi memungkinkan kerja sama antar
perorangan dan atau antar kelompok. Tetapi disamping itu juga komunikasi bisa
menghasilkan pertikaian yangterjadi karena salah paham yang masing-masing
tidak mau mengalah.
2.6 Bentuk Interaksi Sosial
Menurut Gillin and Gillin (Setiadi dkk 2013: 101) ada dua macam proses
sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yaitu proses asosiatif
dan proses disosiatif. Bentuk interaksi asosiatif adalah kerjasama, akomodasi, dan
asimilasi. Kerjasama ialah suatu bentuk interaksi sosial dimana orangorang atau
kelompok-kelompok bekerjasama bantu membantu untuk mencapai tujuan
bersama. Kerjasama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap
kelompoknya dan kelompok lain (Setiadi dkk 2013: 102). Akomodasi dapat
diartikan sebagai suatu keadaan, dimana terjadi keseimbangan dalam interaksi
antara orang perorangan dan kelompok manusia, sehubungan dengan
norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat
(Anwar dan Adang 2013: 196). Asimilasi merupakan suatu proses dimana
pihak-pihak yang berinteraksi mengidentifikasikan dirinya dengan
kepentingan-kepentingan serta tujuan-tujuan kelompok dan merupakan
pencampuran dua atau lebih budaya yang berbeda sebagai akibat dari proses
6
sosial, kemudian menghasilkan budaya tersendiri yang berbeda dengan budaya
asalnya. Bentuk interaksi disosiatif adalah persaingan, pertentangan, dan
kontravensi. Persaingan diartikan sebagai proses sosial, dimana individu atau
kelompok-kelompok manusia bersaing mencari keuntungan melalui
bidang-bidang kehidupan yang ada pada suatu masa tertentu menjadi pusat
perhatian umum dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam
prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan
(Sujarwanto 2012). Pertentangan merupakan bentuk interaksi sosial yang berupa
perjuangan yang langsung dan sadar antara orang dengan orang atau kelompok
dengan kelompok untuk mencapai tujuan yang sama. Kontravensi merupakan
bentuk interaksi yang berbeda antara persaingan dan pertentangan.Kontravensi
ditandai oleh adanya ketidakpastian terhadap diri seseorang, perasaan tidak suka
yang disembunyikan, dan kebencian terhadap kepribadian orang, tetapi
gejala-gejala tersebut tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian (Setiadi
dkk 2013: 103).
7
BAB III
8
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
10