Anda di halaman 1dari 10

Nama : Hermasdito Syahsyah Rachman Syarief

NIM : 101811535042
Mata Kuliah : Pemberdayaan Masyarakat dibidang Kesehatan

A. Keranga Kerja Pemberdayaan Masyarakat

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajad kesehatan


masyarakat karena yang berpengaruh terhadap kualitas sumberdaya manusia.
Program kesehatan masyarakat lebih mengutamakan upaya – upaya preventif dan
promotif yang proaktif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif yang
sering disebut dengan paradigma sehat. Pemberdayaan masyarakat merupakan
salah satu strategi untuk mempercepat tercapainya programpembangunan
kesehatan. Model pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan meliputi
kemampuan mengidentifikasi dan memecahkan masalah kesehatan.

Faktor-faktor internal dan eksternal komunitas pada level anggota


masyarakat, institusi masyarakat, kepemimpinan masyarakat, dan akses
informasi kesehatan memilik iperan penting dalam pemberdayaan masyarakat
di bidang kesehatan. Pemberdayaan masyarakat adalah sebagai subjek
sekaligus objek dari sistem kesehatan. dalam dimensi
kesehatan,pemberdayaan merupakan proses yang dilakukan oleh masyarakat
(dengan atau tampa campur tangan pihak luar) untuk memperbaiki kondisi
lingkungan, sanitasi dan aspek lainnya yang secara langsung maupun tidak
langsung berpengaruh dalam kesehatan masyarakat.

Tujuan akhir dari pemberdayaan masyarakat adalah memandirikan


masyarakat dalam meningkatkan kemampuan personal, dan atau aksi dan
norma sosial, dan atau kebijakan publik dan pelaksanaan organisasi dalam
kerangka pemberdayaan di bidang kesehatan. Kegiatan Pemberdayaan
Masyarakat dapat melalui survey PHBS, Evaluasi Pelaksanaan Desa Siaga dan
Refreshing Kader Posyandu. Sebagai kegiatan yang bersifat komprehensif,
tentunya harus diikuti dengan kualitas rekam jejak kegiatan atau sistem informasi
yang dapat diandalkan.Kegiatan tersebut juga harus mempunyai indikator –
indikator yang berkualitas sebagai referensi dalam meningkatkan upaya
pemberdayaan masyarakat.
Indikator keberhasilan ditentukan dengan upaya kompehensif terhadap
pelaksanaan kegiatan di masyarakat yang aplikabel dan terukur, yang disusun
berdasarkan data – data pelaksanaan kegiatan dan sudah barang tentu
merupakan modal untuk penilaian kinerja di bidang tersebut. Untuk
menilai kualitas kinerja diperlukan upaya analisis hasil kegiatan berdasarkan
capaian –capaian kinerja yang selama ini telah dilakukan, yang diaplikasikan dalam
dokumen capaian kinerja berupa laporan rutin

B. Modal Sosial Pemberdayaan Masyarakat

Istilah modal sosial sejatinya merujuk kepada kapasitas individu untuk


memperoleh barang material atau simbolik yang bernilai berdasarkan kebajikan
hubungan sosial dan keanggotaan dalam kelompok sosial atau kapasitas pluralitas
seseorang untuk menikmati keuntungan tindakan kolektif berdasarkan kebajikan
dari partisipasi sosial, kepercayan terhadap institusi atau komitmen untuk
menetapkan cara dalam melakukan sesuatu (Ritzer, 2004). Menurut Portes (1998)
modal sosial adalah kemampuan dari para aktor untuk menjamin manfaat dengan
bertumpu pada keanggotaan dalam jejaring sosial dan struktur-struktur sosial lain.
Sedangkan menurut Woolcock (1998) modal sosial adalah derajat kohesi sosial
yang ada dalam komunitas. Ia mengacu pada proses-proses antar orang yang
membangun jejaring, norma-norma, dan social trust, dan memperlancar koordinasi
dan kerjasama yang saling menguntungkan. Kemudian Lang & Hornburg (1998)
berpendapat bahwa modal sosial umumnya merujuk pada ketersediaan rasa saling
percaya di dalam masyarakat (stocks of sosial trust), norma-norma, dan jejaring
yang dapat dimanfaatkan masyarakat dalam rangka menyelesaikan persoalan-
persoalan bersama

Fungsi Menurut Bourdieu, Coleman, Putnam, modal sosial berfungsi


sebagai agen perubahan sosial dan dapat memberi dukungan individual aktor atau
kelompok mencapai berbagai tujuan dan memenuhi kepentingan. ( Usman, 2018).
Modal sosial memiliki dua dimensi yaitu dimensi kognitif (kultural) dan dimensi
struktural (Bain dan Hicks dikutip Krishna dan Shradder dalam Syahra, 2003).
Dimensi kognitif berkaitan dengan nilai-nilai, sikap dan keyakinan yang
mempengaruhi kepercayaan, solidaritas dan resiprositas yang mendorong ke arah
terciptanya kerja sama dalam masyarakat guna mencapai tujuan bersama. Dimensi
struktural merupakan susunan, ruang lingkup organisasi dan lembaga-lembaga
masyarakat pada tingkat lokal yang mewadahi dan mendorong terjadinya kegiatan-
kegiatan kolektif yang bermanfaat bagi masyarakat.

Sumber :

Fathy, Rusydan. 2019. MODAL SOSIAL: KONSEP, INKLUSIFITAS DAN


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT. Jurnal Pemikiran dan Penelitian
Sosiologi, 3(2): 35 - 53
C. Konsep Partisipasi

Partisipasi dimaknai yaitu “partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan


masyarakat untuk mengakomodasikan kepentingan mereka dalam proses
penyusunan rencana pembangunan” Dari pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan atau keikutsertaan seseorang
masyarakat dalam proses interaksi sosial, pengidentifikasian masalah dan potensi
yang ada di masyarakat dalam situasi tertentu, baik dalam pengambilan keputusan
(solusi) menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan proses
keterlibatan masyarakat di dalam mengevaluasi perubahan yang terjadi

Partisipasi anggota masyarakat merupakan keterlibatan anggota masyarakat


dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan
(implementasi) program/proyek pembangunan yang dikerjakan di dalam
masyarakat (Raharjo.2006) . Sedangkan Partisipasi masyarakat dalam
pembangunan diartikan ikut sertanya masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam
kegiatan pembangunan dan ikut serta pemanfaatan dan menikmati hasil
pembangunan (Suryono.2001). Berdasarkan hal tersebut maka partisipasi
masyarakat adalah suatu aktivitas yang mengikutsertakan perasaan dan emosional
seseorang dalam proses pembuatan keputusan dan melaksanakan tanggung jawab
dalam suatu organisasi atau kelompok dalam mencapai tujuan bersama yang telah
ditetapkan.

Konsep partisipasi, dalam perkembangannya, memiliki pengertian yang


beragam walaupun dalam beberapa hal memiliki persamaan. Dalam konsep
pembangunan, pendekatan partisipasi paling tidak memiliki tiga makna. Pertama,
partisipasi dimaknai sebagai kontribusi masyarakat untuk meningkatkan efisiensi
dan efektifitas pembangunan dalam mempromosikan proses demokratisasi dan
pemberdayaan. Kedua, pendekatan ini dikenal sebagai partisipasi dalam dikotomi
instrumen dan tujuan. Konsep ketiga, partisipasi dimaknai sebagai sebuah situasi
dimana pejabat lokal, tokoh masyarakat, LSM, birokrasi dan aktor-aktor lain yang
terlibat langsung dengan program partisipatif, melakukan praktik yang jauh dari
prinsip partisipasi.
Partisipasi sepadan dengan arti peranserta, ikutserta, keterlibatan, atau
proses belajar bersama saling memahami, menganalisis, merencanakan dan
melakukan tindakan oleh sejumlah anggota masyarakat. Penggalangan partisipasi
itu dilandasi adanya pengertian bersama dan adanya pengertian tersebut adalah
karena diantara orang-orang itu saling berkomunikasi dan berinteraksi sesamanya.
Dalam menggalang peran serta semua pihak itu diperlukan (1) terciptanya suasana
yang bebas atau demokratis dan (2) terbinanya kebersamaan. Selanjutnya
dinyatakan bahwa, partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah sebagai ikut
sertanya masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan-kegiatan
pembangunan, dan ikut serta memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil
pembangunan (Slamet, Y. 2002)

Sumber :

Mustanir, Ahmad; Abadi, Partisan. 2017. PARTISIPASI MASYARAKAT


DALAM MUSYAWARAH RENCANA PEMBANGUNAN DI
KELURAHAN KANYUARA KECAMATAN WATANG SIDENRENG
KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG. Jurnal Politik Profetik,5(2): 247
- 261
D. Pendekatan Direktif dan Non Direktif
1. Pendekatan langsung (direktif)

Pendekatan langsung adalah “ cara pendekatan terhadap masalah secara


langsung. Supervisor memberikan arahan langsung”. Dalam hal ini tentu peran
supervisor lebih dominan. Supervisor juga dapat menggunakan penguatan dan
pemberian hukuman. Pada dasarnya pendekatan ini didasarkan pemahaman
terhadap psikologi behaviorisme, yaitu adanya respon terhadap stimulus atau
rangsangan. Namun para pakar berpendapat, sesuai yang dikutip Mufidah, bahwa
“pola ini dianggap kurang efektif dan mungkin kurang manusiawi, karena kepada
guru yang disupervisi tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan
dan kreatifitas mereka.” Supervisi dengan pendekatan ini, menuntut supervisor
yang banyak bicara dan berkomentar. Supervisor sedikit sekali memberikan pujian
dan semangat yang mendorong guru. Supervisi dengan pendekatan ini didasarkan
asumsi bahwa mengajar terdiri dari beberapa ketrampilan teknis dengan standar dan
kompetensi yang telah ditetapkan. Menurut Glickman, adalah sebagai berikut:

a. Menjelaskan
b. Menyajikan
c. Mengarahkan
d. Memberi contoh
e. Menetapkan tolok ukur
f. Menguatkan.

Pada pendekatan ini, supervisor mengarahkan kegiatan untuk perbaikan


pengajaran dan menetapkan standar perbaikan pengajaran dan penggunaan standar
tersebut harus diikuti oleh guru. Tanggung jawab proses sepenuhnya berada
ditangan supervisi, sedangkan tanggung jawab guru rendah. .

2. Pendekatan tak langsung (non direktif)

Pendekatan tak langsung adalah “cara pendekatan terhadap permasalahan


yang sifatnya tidak langsung.” Dengan memakai pendekatan ini, supervisor tidak
secara langsung menunjukkan permasalahan, akan tetapi ia mendengarkan terlebih
dahulu keluhan para guru. Ia memberikan kesempatan sebanyak mungkin untuk
mengutarakan permasalahan yang dihadapinya. Pendekatan tak langsung ini,
berdasarkan pemahaman psikologi humanistik, yaitu sangat menghargai orang
yang akan dibantu. Disini peran supervisor adalah mendengarkan keluhan dan
permasalahan guru serta mencoba memahaminya. Lebih rincinya peran supervisor
adalah sebagai berikut:

a. Mendengarkan
b. Memberi penguatan
c. Menjelaskan
d. Menyajikan
e. Memecahkan masalah.

Karena pada dasarnya guru merasa lebih dihormati, maka guru akan
cenderung mau secara terbuka mengemukakan permasalahan-permasalahan yang
dihadapinya, khususnya dalam hal pembelajaran. Pola ini bertolak dari premis
bahwa belajar pada dasarnya adalah pengalaman pribadi sehingga pada akhirnya
individu harus mampu memecahkan masalahnya sendiri. Tugas supervisor disini
adalah mendengarkan semua keluhan yang disampaikan oleh para guru dan juga
gagasan dan ide-ide yang dipunyai guru untuk mengatasi masalah tersebut. Dan
juga supervisor meminta kejelasan terhadap hal-hal yang kurang dipahaminya, serta
mewujudkan inisiatif yang dimiliki oleh guru untuk mengatasi masalahnya dan
meningkatkan kinerjanya terutama dalam kegiatan pembelajaran.

Sumber :

Darsono. 2016. IMPLEMENTASI PENDEKATAN DIREKTIF, NON DIREKTIF


DAN KOLABORATIF DALAM SUPERVISI PENDIDIKAN ISLAM
Studi Kasus di MAN Trenggalek. TA’ALLUM, 4(2): 335 - 358
E. Contoh Model Pemberdayaan Masyarakat
1.

Model pemberdayaan masyarakat dalam peningkatan literasi berbasis KUM


merupakan hasil analisis dari penelitian, FGD, dan kajian teori, dimana
model ini memberikan gambaran secara lengkap tentang langkah-langkah
program kegiatan literasi berbasis KUM yang dilaksanakan oleh PKBM.
Tujuan dibangunnya model literasi berbasis KUM antara lain adalah untuk
mempermudah bagi penyelenggara program dalam melaksanakan proses
kegiatan pembelajaran serta menambah kajian teori berkenaan dengan
peningkatan literasi (baca tulis) berbasis Kewirausahaan Usaha Mandiri
(KUM). Program kegiatan ini pada dasarnya merupakan program dari
pemerintah yang telah menyediakan anggaran guna meningkatan literasi
berbasis Kewirausahaan Usaha Mandiri, namun dalam pelaksanaannya
dibutuhkan persiapan terlebih dahulu antara lain PKBM bekerjasama
dengan kelurahan, RW, dan RT dalam rangka sosialisasi dan rekrutment
warga masyarakat khususnya mereka yang rentan terhadap buta aksara dan
secara umum mereka yang buta aksara. Pelaksanaan kegiatan ini selain
dilakukan oleh penyelenggara juga dibantu oleh tutor dan nara sumber
teknis guna menjalankan pembelajaran baik literasi maupun KUM. Dari
proses pembelajaran tersebut perlu dilihat kendala-kendala yang ada
sekaligus dilakukan evaluasi tahap demi tahap, sehingga bila muncul
kendala dapat dicari jalan keluarnya. Selain melihat kendala yang ada dalam
proses pembelajaran, pihak PKBM perlu memberikan dana stimulus baik
untuk transport warga belajar atau dana stimulus, sehingga saat program
telah selesai warga belajar mampu berusaha mandiri guna meningkatkan
literasi dan ekonominya.

Dokumentasi
2. dan
Pemantauan
Pelatihan
Motivasi dan (Wiraswasta
Tingkah Laku )
Wiraswasta Manajemen
Teknologi /
Produk
Teknologi
Produksi Pembentu Meningkatkan
Pengembangan Konsultasi kan dan
Kemiskinan Usaha IKK
IKK Fungsional secara mikro
Sosial isasi melalui
Ekonomi Kelompok pengembanga
n eklmpok
Bantuan atau koperasi
Dukungan
Modal inkra utk.
Kebijakan.
Perangsang Pemberdayaa
Makro yg
n kemiskinan
berpihak Bantuan
IKK Promosi
Pemasaran
dan Pengadaan
Bahan

Kerjasama
dengan Instasi
Terkait Pihak
Koordinasi Ketiga
dan
Sinkornisasi
Program
Pembinaan
Industri Kecil
dan
Kerajinan
Pemberdayaan Masyarakat Miskin Berbasis Industri Kecil dan Kerajinan
Model Pemberdayaan Miskin Berbasis Industri Kecil/Kerajinan bertujuan
untuk memberdayakan masyarakat miskin melalui upaya mengembangkan
usaha industri kecil/kerajinan dengan meningkatkan kemampuan
berwirausaha, mengembangkan teknologi produksi, manajemen maupun
pemasarannya agar secara ekonomis mampu mandiri serta memiliki posisi
tawar-menawar yang kuat. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, strategi
yang harus ditempuh adalah pendekatan terintegrasi artinya bahwa seluruh
aspek permasalahnharus dipecahkan secara simultan, sehingga suatu
kegiatan pada dasarnya merupakan bagian atau persiapan untuk kegiatan
pemecahan masalah berikutnya. Di samping itu, program pembinaan yang
dilakukan oleh berbagai instansi harus saling menunjang dan merupakan
kesatuan program yang utuh. Begitu pula metode yang dikembangkan harus
konsisten. Jadi terintegrasi baik dalam aspek yang didekati, institusi yang
dilibatkan maupun metode yang diterapkan. Guna pembentukan modal
bersama dan penguatan penguasaan akses produksi, maka perlu dibentuk
satuan kelompok, dimana dalam kelompok ada kegiatan yang perlu
dilaksanakan yaitu : pemupukan modal melalui simpanan anggota,
pelayanan kredit modal kerja bagi anggota, pengadaan bahan baku bersama,
promosi/pemasaran bersama, pengadaan/penggunaan alat produksi
bersama.

Sumber :

Sudarti. 2011. MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN


BERBASIS INDUSTRI KECIL/KERAJINAN (IKK). HUMANITY,7(1): 64
– 72

Mulyono, Sungkowo Edy. 2015. MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


UNTUK PENINGKATAN LITERASI BERBASIS KEWIRAUSAHAAN
USAHA MANDIRI MELALUI PKBM DI KOTA SEMARANG. Journal of
Nonformal Education,1(1): 51 - 60

Anda mungkin juga menyukai