Anda di halaman 1dari 81

Karya Tulis Ilmiah

FORMULASI SEDIAAN SABUN CAIR CUCI TANGAN DARI


EKSTRAK DAUN BIDARA (Ziziphus mauritiana)

FORMULATION OF A READY, HAND-WASHED LIQUID SOAP FROM


EXTRACT OF LOTUS LEAVES (Ziziphus mauritiana)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan


Pendidikan Pada Program Studi D III Farmasi
Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo

OLEH :
RONALDO HAMSAH
DF.18.03.076

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


BHAKTI PERTIWI LUWU RAYA PALOPO
PROGRAM STUDI DIII FARMASI
TAHUN 2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Hasil penelitian dengan judul:

FORMULASI SEDIAAN SABUN CAIR CUCI TANGAN DARI


EKSTRAK DAUN BIDARA (Ziziphus mauritiana)

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji ujian Karya


Tulis Ilmiah Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo pada Hari Jum’at
Tanggal 25 Juni 2021

Pembimbing

Apt. Anugrah Umar, S.Si,.M,Si


NIDN. 09 2404 8508

Mengetahui,

Ketua Stikes Ketua Program studi


Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo D III Farmasi

(Dr. Ns Agustina R Palamba S.Kep, M.Kes) (Apt. Anugrah Umar, S.Si,.M,Si)


NIDN.09 2608 5301 NIDN.09 2404 8508

HALAMAN PENGESAHAN
i
KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya
Pada Tanggal 25 hari Jum’at 2021, bertempat di Ruang Ujian Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo, telah dilaksanakan

seminar KTI hasil penelitian farmasi sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi program D III Farmasi, terhadap mahasiswa atas nama :

Nama : Ronaldo Hamsah

NIM : DF.18.03.076

Program studi : Farmasi

Jenjang : Diploma III Farmasi

Judul KTI :Formulasi Sediaan Sabun Cair Cuci Tangan

Dari Ekstrak Daun Bidara (Ziziphus mauritiana)

Yang telah diuji oleh Tim Penguji KTI Hasil Penelitian Farmasi, sebagai

berikut:

Tim Penguji Tanda Tangan

1. APT. ANUGRAH UMAR, S.Si.,M.Si (..................................)

2. APT. RISKA PURNAMASARI, S.Farm., M.Si (..................................)

3. Ns.NIRWAN,S.Kep.,M.Kes (..................................)

Mengetahui
Ketua STIKES Ketua Program Studi
Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo D III Farmasi

(Agustina R.Palamba,S.Sos,S.Kep,Ns, M.Kes) (Apt. Anugrah Umar, S.Si,.M.Si)


NIDN: 092 608 5601 NIDN: 09 2404 850

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH


ii
KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya
Yang bertada tangan di bawah ini :

Nama : Ronaldo Hamsah

Nim : DF.18.03.076

Program Studi : D III Farmasi

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang

saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri.

Bukanmerupakan peambilan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila

dikemudian hari terbukti atau dap dibuktikan bahwa sebagian

ataukeseluruhan ini hasil karya orang lain. Saya bersedia menerima

sanksi atas perbuatan tersebut

Dibuat di : Palopo

Pada Tanggal :25 Juni 2021

Yang menyatakan :

Peneliti

iii
KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI

Yang bertada tangan di bawah ini :

Nama : Ronaldo Hamsah

Nim : DF.18.03.076

Program Studi : D III Farmasi

Demi pengembangan ilmu dan pengetahuan, menyatakan bersedia

membuat karya tulis ilmiah dalam bentuk jurnal dan menyetujui untuk

memberikan kepada Stikes Bhakti Bertiwi Luwu Raya Palopo atas karya

ilmiah saya, beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak

bebas Royalty Non-Ekslusif Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo

berhak menyimpan, mengalihmediakan, mengolah, mencantumkan nama

saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.

Dibuat di : Palopo

Pada Tanggal :25 Juni 2021

Yang menyatakan :

Peneliti

KATA PENGANTAR
iv
KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT,

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini, yang merupakan salah satu persyaratan untuk mencapai

gelar Ahli Madya pada Program Pendidikan Farmasi di SekolahTinggi Ilmu

Kesehatan (STIKes) Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan, mungkin masih banyak kekurangan atau kelemahan baik

dari segi penyusunan maupun dari pandangan pengetahuan, oleh karna

itu penulis mengharap adanya saran, pendapat, atau kritik yang bersifat

konstruktif dari semua demi kesempurnaan penulisan KTI ini.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini banyak pihak yang

berperan dan ikut membantu, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih dan penghormatan yang setinggi-tingginya

kepada kedua orang tua saya dan yang tercinta yang selalu memberikan

dorongan dan semangat serta doa dan kepada adik-adikku yang

memberikan kasih sayang dan perhatian kepada penulis selama menuntut

ilmu sehingga terselesainya Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini.

v
KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya
Selama proses penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini banyak

kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi, namun atas bantuan

bimbingan dan kerjasama dari semua pihak yang terlibat didalamnya

sehingga hambatan dan kesulitan tersebut dapat terasi dengan baik.

Untuk itu perkenankanlah penulis dengan segala hormat dan kerendahan

hati mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya

kepada ibu Apt.Anugrah Umar, S.Si., M.Si. selaku pembimbing dengan

penuh kesabaran dan keikhlasan meluangkan waktu, tenaga dan

pikirannya untuk memberikan perhatian, bimbingan dan arah kepada

penulis. Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada :

Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Asrul Prayudi, SE, MM. Selaku Ketua Yayasan Stikes

Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo.

2. Ibu DR. Ns. Agustina R. Palambang, S.Kep., M.Kes. selaku

Ketua Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo.

3. Ibu Apt.Anugrah Umar, S.Si., M.Si. Selaku ketua prodi DIII

Farmasi Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo.

4. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya

Palopo yang telah memberikan kemudahan bagi penulis dalam

menyelesaikan pendidikan selama ini.

5. Ibu Apt.Riska Purnamasari, S.Farm., M.Si. Selaku kepala

laboratorium DIII Farmasi Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo

yang telah memberikan izin untuk penelitian.

vi
KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya
6. Rekan-rekan mahasiswa Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo

angkatan 2018 dan yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu

yang secara langsung maupun tidak langsung yang telah

memberikan dukungan selama perkuliahan sampai menyelesaikan

penelitian.

7. Terkhusus penulis ucapkan kepada kedua orang tua tercinta

Ayahanda Syaril Hamzah dan Ibunda Hasmawati serta seluruh

keluarga besar penulis atas segala perhatian, pengorbanan, kasih

sayang serta doa restunya yang luar biasa selama ini.

Akhirnya semua amal baik dan bantuan semua pihak mendapatkan

pahala yang sebesar-besarnya dari Allah SWT, dan hasil penulisan ini

menjadi bacaan yang bermanfaat. Amiiin..

Palopo, 25 Juni 2021

Peneliti

vii
KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN................................................................. ii

KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH..................................................... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH........................... iv

KATA PENGANTAR ........................................................................... v

DAFTAR ISI ........................................................................................ viii

DAFTAR TABEL.................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xi

ABSTRAK ........................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1

A. Latar Belakang.................................................................. 1

B. Rumusan masalah............................................................ 4

C. Tujuan Penelitian............................................................... 4

D. Manfaat Penelitian............................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 6

A. Tinjauan Umum Tentang Tanaman Bidara (Ziziphus

mauritiana)........................................................................ 6

B. Tinjauan Umum Tentang Sabun....................................... 10

C. Tinjauan Umum Tentang Kulit........................................... 15

D. Tinjauan Umum Tentang Simplisia................................... 19

viii
KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya
E. Tinjauan Umum Tentang Ekstrak Dan Ekstraksi.............. 24

F. Formula Sabun Cair.......................................................... 27

G. Tinjauan Umum Tentang Bahan....................................... 28

H. Kerangka Konsep.............................................................. 36

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 37

A. Jenis Penelitian.............................................................. 37

B. Waktu Dan Tempat........................................................ 37

C. Populasi Dan Sampel..................................................... 37

D. Alat Dan Bahan.............................................................. 38

E. Proses Kerja................................................................... 38

F. Uji Evaluasi Sediaan...................................................... 42

G. Analisis Data.................................................................. 45

H. Etika Meneliti.................................................................. 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................... 47

A. Hasil Penelitian............................................................... 47

B. Pembahasan.................................................................. 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 50

A. Kesimpulan..................................................................... 54

B. Saran ............................................................................. 54

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 55

LAMPIRAN

ix
KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Hasil Uji Organoleptik............................................................................31

Tabel 4.2. Hasil Uji pH............................................................................................32

Tabel 4.3. Hasil Uji Tinggi Busa..............................................................................33

x
KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Kerja Penelitian

Lampiran 2. Perhitungan Bahan

Lampiran 3. Dokumentasi

xi
KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya
ABSTRAK

Ronaldo Hamsah.”Formulasi Sediaan Sabun Cair Cuci Tangan Dari


Ekstrak Daun Bidara (Ziziphus Mauritiana)” (Anugrah Umar).

Sabun adalah senyawa natrium atau kalium dengan asam lemak


dari minyak nabati atau hewani yang berbentuk padat, lunak atau cair,
berbusa digunakan sebagai pembersih, dengan ditabahkan zat pewangi,
dan bahan lainnya yang tidak membahayakan kesehatan. Tanaman
bidara kaya akan manfaat karena memiliki kandungan antara lain
alkaloid, flavonoid, polifenol, saponin, tanin, dan terfenoid. Senyawa fenol
dan flavonoid perpengaruh terhadap aktivitas antioksidan. Antioksidan
memiliki peranan yang penting dalam mencegah penyakit degeneratif.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui ekstrak daun bidara (Ziziphus
mauritiana), dapat diformulasikan kedalam sediaan sabun cair.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Penelitian ini
dilakukan dari bulan Juni 2021 dan formula dibuat dengan berbagai
variasi dengan konsentrasi ekstrak daun bidara (Ziziphus mauritiana) 1%,
3%, 5%. Dengan parameter uji yaitu uji organoleptis, uji pH, uji tinggi
busa.
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa formulasi sabun cair (FI,
FII, FIII) memiliki bentuk warna dan aroma yang stabil, pH sediaan
berkisar 8,2-8,8 dan nilai tinggi busa adalah 5-7 cm. Hal ini dapat
dikatakan bahwa formulasi sabun cair cuci tangan dari ekstrak daun
bidara dapat digunakan sebagai sabun cair.

Kata Kunci : Sabun Cair, Ektrak Daun Bidara

Pustaka : 43 (2010-2021)

xii
KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan aspek penting yang dapat

mempengaruhi kualitas hidup (quality of life) setiap individu. Salah

satu cara yang efektif untuk menjagah kesehatan tubuh adalah

dengan menjaga kebersihan, salah satunya adalah kebersiaan

tangan (Radji, 2010). Tangan adalah salah satu penularan

terjangkitnya penyakit yang dapat ditularkan berbagai penyakit. Hal

tersebut disebabkan oleh virus, baktri dan jamur yang menempel

pada tangan ketika seseorang melakukan aktivitas. Salah satu cara

yang paling mudah, sederhana, efektif dan umum dilakukan oleh

masyarakat adalah mencuci tangan menggunakan air mengalir dan

sabun. Manfaat mencuci tangan menggunakan sabun adalah untuk

mencegah melalui media tangan, sepeti diare, koleradan cacingan

(Kemenkes, 2014).

Salah satu bakteri yang paling sering mengkontaminasi kulit

tangan adalah Staphylococcus aureus. Penyebaran

Staphylococcus aureus paling sering ditularkan dari tangan ke

tangan (WHO, 2013). Bakteri berpotensi menjadi patogen jika

jumlahnya melebihi batas dan akan menjadi bahaya bagi manusia.

Kemunculan bakteri yang melebihi batas dapat disebabkan oleh

1
KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya
2

berbagai cara salah satunya ialah kurangnya kebiasaan mencuci

tangan. Pada kondisi tertentu, sering kali keberadaan air dan sabun

menjadi kendala karena tidak tersedianya sarana untuk

membersihkan tangan. Sehingga seiring perkembangan zaman

kebiasaan mencuci tangan telah teralihkan dengan bahan

antiseptic (Lindawati et al., 2014).

sabun adalah senyawa natrium atau kalium dengan asam

lemak dari minyak nabati atau hewani yang berbentuk padat, lunak

atau cair, berbusa digunakan sebagai pembersih, dengan

ditabahkan zat pewangi, dan bahan lainnya yang tidak

membahayakan kesehatan (Langingi, 2012).

Berdasarkan jenisnya sabun dapat dibedakan menjadi 2

bagian yaitu cair dan batangan.Sabun cair memiliki kelebihan

antara lain proses pembuatanya relatif lebih mudah,biaya

produksinya yang murah, serta mudah penyimpanan

penggunaanya sehingga, sabun tidak mudah rusak.

Sabun cair adalah sediaan pembersih kulit yang dibuat dari

bahan dasar sabun dengan penambahan bahan lain yang diijinkan

dan digunakan untuk mandi tanpa menimbulkan iritasi pada kulit.

Sabun cair merupakan produk yang lebih banyak disukai

dibandingkan sabun padat oleh masyarakat sekarang ini. Sabun

dihasilkan dari dua bahan utama yaitu alkali dan trigliserida (lemak

atau minyak) (Irmayanti, Putu Yunia, dkk, 2014 ).

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


3

Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari

minyak atau lemak alami. Surfaktan mempunyai struktur bifolar,

bagian kepala bersifat hidrofilik dan bagian ekor bersifat hidrofobik.

karena bersifat inilah sabun mampu mengangkat kotoran (biasanya

lemak) dari badan atau pakaian. Dengan ini pemanfaatan sabun

sebagai pembersih kulit semakin menjadi trend dan beragam

keragaman sabun yang dijual secara komersial terlihat pada jenis,

warna, wangi dan manfaat yang ditawarkan, berdasarkan jenisnya

sabun dibedakan atas dua macam yaitu sabun padat (batangan)

dan sabun cair (Irmayanti, Putu Yunia, dkk, 2014).

Indonesia memiliki beranekaragam tanaman yang dapat

dimanfaatkan sebagai sumber saponin. Salah satu jenis tanaman

yang dapat digunakan sebagai sumber saponin ialah tanaman

bidara (Safrudin dan Fitri, 2018). Berdasarkan penelitian Najafi

(2013) daun bidara mengandung metabolit sekunder seperti

glikosida, tanin, fenol dan saponin. Saponin berfungsi sebagai zat

antibakteri, antijamur, antioksidan, dan antiinflamasi (Michael et al.,

2011).

Menurut Samirana, dkk., (2015) daun bidara mengandung

flavonoid dan polifenol yang memiliki aktivitas antioksidan.

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Ashraf, dkk., (2015)

ekstrak metanol daun bidara (Ziziphus mauritiana Lamk.) memiliki

aktivitas antioksidan sangat kuat berdasarkan nilai IC50 sebesar

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


4

0.11 mg/mL sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Lado (2016)

dengan menggunakan varietas yang sama dengan pelarut etanol

menyebutkan bahwa ekstrak etanol daun bidara memiliki aktivitas

antioksidan dengan intensitas kuat berdasarkan nilai IC50 sebesar

74,507 ± 3,934 ppm.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Akhtar, dkk.,

(2016) ekstrak etanol daun bidara sebesar 4% yang diformulasikan

menjadi sediaan emulsi air dalam minyak dapat meremajakan kulit

dan mencegah penuaan dini karena mengandung senyawa

flavonoid dan polifenol yang dapat mengurangi bahaya 2 akibat

stress oksidatif pada kulit, dan dapat melembapkan kulit (Kohen,

1990; Goo, dkk., 2003).

Berdasarkan masyarakat Desa Lampuara menggunakan

atau memanfaatkan daun bidara sebagai obat untuk mengobati

kolesterol, demam, bengkak dan diare.

Bedaskan uraian diatas, maka penulis ingin melakukan

penelitian mengenai pembuatan sediaan sabun cair cuci tangan

dari ekstrak daun bidara (Ziziphus mauritiana).

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


5

B. Perumusn Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

suatu masalah yaitu :

1. Apakah daun bidara (Ziziphus mauritiana) dapat diformulasikan

menjadi bentuk sediaan sabun cair ?

2. Bagaimana uji evaluasi sabun cair cuci tangan ekstrak daun

bidara (Ziziphus mauritiana) ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui ekstrak daun bidara (Ziziphus mauritiana),

dapat diformulasikan kedalam sediaan sabun cair.

2. Untuk mengetahui uji evaluasi terhadap sabun cair cuci tangan

ekstrak daun bidara (Ziziphus mauritiana).

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini yaitu :

1. Bagi penulis

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang

pemanfaatan dari ekstrak daun bidara sebagai sabun cair cuci

tangan.

2. Bagi masarakat

Sebagai media atau informasi bagi masyarakat untuk

meningkatkan penggunaan dari tanaman bidara salah satunya

pada bagian daun yang dapat bermanfaat sebagai sabun cair

cuci tangan.

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


6

3. Bagi institusi

Sebagai referensi/bacaan dan sebagai acuhan untuk

penelitian lanjutan tentang formulasi sediaan sabun cair cuci

tangan dari ekstrak daun bidara (Ziziphus mauritiana).

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Tanaman Bidara (Ziziphus mauritiana)

1. Klasifikasi (Gembong, 2010: 19)

Regnum : Plantae

Divisi : Mognoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Rosales

Famili : Rhamnaceae

Genus : ziziphus

Spesies : Ziziphus mauritiana

Gambar 1. Daun Bidara (Ziziphus mauritiana)

2. Morfologi

Ziziphus mauritiana adalah semak atau pohon berduri

dengan tinggi hingga 15 m, diameter batang 40 cm atau lebih.

Kulit batang abu-abu gelap atau hitam, pecah-pecah tidak

beraturan. Daun tunggal dan berselang-seling, memiliki panjang

4-6 cm dan lebar 2,5-4,5 cm. Tangkai daun berbulu dan pada
7
KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya
8

pinggiran daun terdapat gigi yang sangat halus. Buah berbiji

satu, bulat sampai bulat telur, ukuran kirakira 6x4 cm, kulit buah

halus atau kasar, mengkilap, berwarna kekuningan sampai

kemerahan atau kehitaman, daging buah putih, renyah, agak

asam hingga manis (Goyal et al., 2012).

3. Manfaat Tanaman Bidara

Manfaat dari tanaman bidara (Ziziphus mauritiana) yaitu

untuk mengobati abses (bisul), gangguan hati, demam, asma,

luka, bengkak, dan diare (Sareng, 2018). Menurut Blumert dan

Liu dalam (Mardiana, 2012), senyawa saponin berkhasiat

sebagai obat antikanker, antitumor, dan penurun kolesterol.

4. Kandungan Kimia

Tanaman bidara memiliki tiga kandungan kimia yaitu

polifenol, saponin dan tannin (Chang 2002).” Senyawa kimia

yang terkandung pada tanaman bidara yang digunakan sebagai

pengobatan antara lain: alkaloid, fenol, flavanoid, dan terpenoid”

(Adzu dkk, 2001 dalam Raden, 2017).

Tanaman Bidara (Ziziphus mauritiana) memiliki

banyak manfaat karena mengandung fenolat dan flavonoid.

Menurut Harbon (dalam Raden, 2017) megatakan,senyawa

fenolat adalah senyawa yang mempunyai sebuah cincin

aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksi, senyawa yang

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


9

berasal dari tumbuhan yang memiliki ciri sama, yaitu cincin

aromatic yang mengandung satu atau lebih gugus hidroksil.

a. Flavonoid (polifenol)

Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang

tersebar luas di alam. Golongan flavonoid dapat digambarkan

sebagai deretan senyawa C6-C3-C6 yang artinya kerangka

karbonnya terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzene

tersubstitusi), disambungkan oleh rantai alifatik tiga karbon”

(Robinson, 1995) dalam Raden, 2017). Fungsi flavonoid pada

tumbuhan adalah untuk mengatur proses fotosintesis, zat

mikroba, antivirus, dan antiinsektisida. Flavonoid dihasilkan oleh

jaringan tumbuhan sebagai respon terhadap infeksi atau luka

yang kemudian berfungsi menghambat fungi yang

menyerangnya. Pereaksi yang biasa digunakan untuk flavonoid

adalah HCl pekat yang akan merubah warna sampel menjadi

merah atau jingga jika sampel mengandung flavonoid. (Kristanti,

dkk., 2008 dalam Raden, 2017).

b. Saponin

Saponin berasal dari bahasa latin sapo yang berarti

sabun, karena sifatnya sama seperti sabun. “Sampel yang

mengandung saponin akan menghasilkan busa yang bertahan

selama 10 menit apabila direaksikan dengan asam klorida 1 M”

(Hayati, 2008 dalam (Raden, 2017). “Dua jenis saponin yang

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


10

dikenal yaitu glikosida triterpenoid alkohol dan glikosida struktur

steroid. Aglikonya disebut sapogenin, diperoleh dengan

hidrolisis dalam asam atau menggunakan enzim”

(Robinson,1995 dalam Raden, 2017) .

c. Tannin

Tannin merupakan salah satu senyawa metabolik

sekunder yang terdapat pada tanaman (Jayanegara dan sofyan

dalam hidayah 2016). Menurut liberty,dkk (2012) tannin

merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang memiliki

beberapa khasiat yaitu sebagai anti diare dan anti oksidan.

5. Kegunaan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Najafi,

2013) menyebutkan bahwa “ekstrak metanol dan etanol daun

bidara memiliki aktivitas antioksidan. Ekstrak metanol daun

bidara memiliki aktivitas antibakteri antitumor, dan antikanker.”

“Emulsi daun bidara juga dapat digunakan untuk meremajakan

kulit karena mengandung polifenol sebagai antioksidan” (Akhtar

dkk., 2016 dalam hikmah)

6. Nama Daerah

Bidara yang memiliki nama latin (Ziziphus mauritiana)

Lam. dikenal dengan beberapa nama daerah yaitu Widara

(Jawa, Sunda), Rangga (Bima), Kalangga (Sumba) dan Bekul

(Bali), bidara (Makasar,Bugis). (Goyal et al., 2012).

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


11

B. Tinjauan Umum Tentang Sabun

1. Pengertian Sabun

Sabun adalah senyawa natrium atau kalium dengan asam

lemak dari minyak nabati atau hewani yang berbentuk padat,

lunak atau cair, berbusa digunakan sebagai pembersih, dengan

ditabahkan zat pewangi, dan bahan lainnya yang tidak

membahayakan kesehatan (Langingi, 2012).

Sabun dikenal sebagai salah satu senyawa kimia tertua di

dunia. Sejak zaman dahulu, sabun sudah digunakan sebagai

kosmetik untuk membersihkan tubuh (Muliyawan dan Suriana,

2013)

2. Jenis-Jenis Sabun

Berdasarkan jenisnya, sabun dibedakan menjadi tiga

macam, yaitu sabun opaque, sabun transparan, sabun

translusen, dan sabun herbal. Jenis sabun tersebut dapat

dibedakan dengan mudah dari penampakannya.

1. Sabun opaque adalah jenis sabun yang biasa digunakan

sehari-hari yang berbentuk kompak dan tidak tembus

cahaya.

2. Sabun transparan merupakan sabun yang paling banyak

meneruskan cahaya jika pada batang sabun dilewatkan

cahaya.

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


12

3. Sabun translusen merupakan sabun yang sifatnya berada di

antara sabun transparan dan sabun opaque. Sabun

transparan mempunyai harga yang relatif lebih mahal dan

umumnya digunakan oleh kalangan menengah atas. Sabun

transparan juga dapat digolongkan kedalam sabun

aromaterapi, sedangkan sabun herbal merupakan sabun

yang mengandung sari tanaman, berfungsi membersihkan

dan mengobati penyakit kulit, (Malik, 2011).

3. Sifat-Sifat Sabun

Sifat sifat sabun yaitu :

a. Sabun bersifat basa. Sabun adalah garam alkali dari asam

lemak suku tinggi sehinggah akan dihidrolisis parsial oleh air.

Karna itu larutan sabun dalam air bersifat basa.

CH3(CH2)16COONa + H2O → CH3(CH2)16COOH + NaOH.

b. Sabun menghasilkan buih atau busa. Jika larutan sabun

dalam air diaduk maka akan meghsailkan buih, peristiwa ini

tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat

mehasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air

mengendap. CH3(CH2)16COONa + CaSO4 → NaSO4 +

Ca(CH3(CH22)16COO)2

c. sabun mempunyai sifat membersihkan. Siat ini disebabkan

oleh kimia koloid, sabun (garam natrium dari asm lemak)

digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


13

maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus par dan

non polar. Molekul sabun mempuai rantai hydrogen

CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang rsifat

hidrofobik (tidak suka air) dan larut dal zat organic

sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik

(suka air) dan larut dalam air. (Naomi, dkk., 2013).

4. Formula Sabun Cair Secara Umum

a) Minyak nabati

Minyak nabati berfungsi sebagai sumber asam lemak.

Asam-asam lemak merupakan komponen utama penyusun

lemak atau minyak. Karakteristik suatu sabun sangat

dipengaruhi oleh karakteristik minyak yang digunakan.

Setiap minyak memiliki jenis asam lemak yang dominan.

Asam- asam lemak dalam minyak inilah yang nantinya akan

menentukan karakteristik sabun yang dihasilkan.

b) Zat Pendapar

Senyawa alkali merupakan garam terlarut dari logam

alkali seperti kalium dan natrium. Alkali digunakan sebagai

bahan kimia yang bersifat basa dan akan bereaksi serta

menetralisir asam. Alkali yang umum digunakan adalah

NaOH atau KOH.

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


14

Kalium hidroksida (KOH) adalah basa kuat yang

terbentuk dari oksida basa kalium oksida yang dilarutkan

dalam air. Kalium hidroksida membentuk larutan alkalin yang

kuat ketika dilarutkan dalam air. Kalium hidroksida sama

seperti natrium hidroksida digunakan di dalam berbagai

macam bidang industri. Kebanyakan digunakan sebagai

basa dalam proses industri bubur kayu, kertas, tekstil, air

minum, sabun, dan deterjen.

c) Air

Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H 2O.

Satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang

terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat

tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Zat kimia ini

merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki

kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya,

seperti garam- garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan

banyak macam molekul organik. Dalam pembuatan sabun,

air yang baik digunakan sebagai pelarut yang baik adalah air

sulingan.

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


15

d) Zat aditif

Zat adiktif yang paling umum ditambahkan dalam

pembuatan sabun adalah parfum, pewarna, dan pengawet.

Parfum merupakan bahan yang ditambahkan dalam suatu

produk kosmetika khususnya untuk sabun wajah dan sabun

badan dengan tujuan menutupi bau yang tidak enak serta

untuk memberikan wangi yang menyenangkan terhadap

pemakainya. Jumlah yang ditambahkan tergantung selera,

tetapi biasanya 2%-10% untuk campuran sabun. Pewarna

digunakan untuk membuat produk lebih menarik. Sedangkan

pengawet ditambahkan agar produk dapat bertahan lebih

lama.

e) Surfaktan

Bahan ini mampu untuk mengangkat kotoran. Sabun

menghasilkan busa berasal dari bahan surfaktan. Bahan

surfaktan yang umum dipakai adalah Emal 20 C, Emal TD,

Texhapon, dan sebagainya. (Williams dan Schmitt, 2011).

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


16

C. Tinjauan Umum Tentang Kulit

1. Pengertian Kulit

Kulit adalah pembatas antara manusia dan

lingkungannya. Kulit mempunyai berat rata-rata 4 kg dan

meliputi area seluas 2m². Kulit berperan sebagai pembatas,

melindungi tubuh dari lingkungan luar dan mencegah hilangnya

zat-zat tubuh yang penting, terutama air (Weller, et al, 2015).

Kulit menutupi seluruh permukaan tubuh manusia dan

merupakan bagian tubuh utama yang menghubungkan dengan

dunia luar. Berat rata-rata kulit adalah 4 kg dengan luas

permukaan 2 m2 . Kulit terdiri dari tiga lapisan, yaitu epidermis,

dermis, dan hipodermis. Kulit adalah organ yang dinamis yang

terus mengalami perubahan dengan terlepasnya lapisan luar

dan digantikan oleh lapisan dalam. Ketebalan kulit juga

bermacam-macam antara berbagai lokasi anatomis, jenis

kelamin, dan usia individu. Perbedaan ketebalan kulit terutama

menggambarkan perbedaan ketebalan lapisan dermis,

sedangkan ketebalan epidermis cukup konstan sepanjang

hidup dan tiap-tiap lokasi anatomis. Kulit yang paling tebal

terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki, yaitu setebal +

1,5 mm dan yang paling tipis terdapat pada kelopak mata dan

postauricular (0,05 mm) (Weller et al, 2015).

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


17

2. Struktur Kulit

Kulit terdiri dari dua lapisan yang berbeda, lapisan

luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel dan

lapisan dalam yaitu dermis yang merupakan suatu lapisan

jaringan ikat.

a) Epidermis

Epidermis tidak menggandung pembuluh darah dan

sangat bergantung kepada dermis untuk suplai nutrisi dan

pembuangan limbah dengan cara difusi melalui

dermoepidermal junction. Epidermis ini bertingkat-tingkat,

epithelium skuamosa yang utamanya mengandung keratinosit.

Permukaan epidermis mengandung didalamnya stratum

germinativum, stratum spinosum, stratum granulosum, dan

stratum korneum (Amirlak, 2015).

b) Dermis

Fungsi utama dari dermis adalah untuk menopang

dan mendukung epidermis. Dermis memeliki struktur yang lebih

kompleks dan tersusun atas 2 lapisan berupa supefisial papiler

dermis (pars papilare) dan retikuler dermis (pars retikuler) yang

terletak lebih dalam. Papiler dermis lebih tipis dan terdiri dari

jaringan ikat longgar yang mengandung kapiler, serabut elastik,

serabut retikuler, dan kolagen. Sedangkan retikuler dermis

terdiri dari lapisan jaringan ikat yang tebal mengandung

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


18

pembuluh darah, serabut elastik, serabut kasar dari serat

kolagen yang tersusun dilapisan permukaan. Lapisan retikuler

juga mengandung fibroblast, sel mast, ujung saraf, limfatik, dan

epidermal appendages (pelengkap). Jaringan sekeliling dermis

terbentuk oleh mucopolysaccharides(utamanya asam

hialuronat), chondroitin sulfat, dan glikoprotein. Sedangkan

lapisan permukaan dalam dermis mengandung lapisan

subkutaneus dan panniculus adiposus yang berfungsi sebagai

bantalan (Amirlak, 2015).

c) Subkutan

Lapisan Subkutan adalah kelanjutan dermis yang

terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di

dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan

inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-

sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan

yang lain oleh trabekula yang fibrosa. Pembuluh darah

subkutan berasal dari arteri septokutaneus atau fasciokutaneus

perforator. Pembuluh darah berfungsi sebagai penyuplai darah

ke jaringan ikat yang kontak dekat dengannya seperti tulang,

otot, fascia, syaraf, dan lemak. Pembuluh darah kutaneus

beranastomosis dengan pembuluh darah kutaneus lainnya

untuk membentuk jaringan kutaneus pada kulit. Hal ini

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


19

membuat jaringan subkutan dapat bertahan hidup dengan

suplai darahnya sendiri (Amirlak, 2015).

Gambar 2. Struktur Kulit Manusia (Amirlak, 2015).

3. Fungsi Kulit

Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh dan

bersambung dengan selaput lendir yang melapisi rongga yang

berfungsi sebagai berikut (Djuanda,2007, Wasitaatmadja,

2010):

a) Fungsi Proteksi

b) Fungsi Absorbsi

c) Fungsi Preseps

d) Fungsi Ekskresi

e) Fungsi Keratinasi

f) Fungsi Pembentukan Pigmen

g) Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh

h) Fungsi Pembentukan Vitamin D

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


20

D. Tinjauan Umum Tentang Simplisia

1. Definisi Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan

sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga

dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah

dikeringkan. Simplisia dibagi menjadi tiga golongan yaitu

simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia mineral

(Melinda, 2014).

2. Jenis Simplisia

a) Simplisia nabati

Simplisa nabati adalah simplisia yang berupa

tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman.

Yang dimaksud dengan eksudat tanaman adalah isi sel

yang secara spontan keluar dari tanaman atau yang

dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat

nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari

tanamannya (Melinda, 2014).

b) Simplisia hewani

Simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan

atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan

belum berupa zat kimia murni. Contohnya adalah minyak

ikan dan madu (Gunawan, 2010).

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


21

c) Simplisia mineral

Simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral

yang belum diolah atau yang telah diolah dengan cara

sederhana dan belum berupa zat kimia murni (Meilisa,

2009). Contohnya serbuk seng dan serbuk tembaga

(Gunawan, 2010).

3. Proses Pembuatan Simplisia

a) Sortasi basah

Sortasi basah adalah pemilihan hasil panen ketika

tanaman masih segar (Gunawan, 2010). Sortasi basah

dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-

bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun,

akar yang telah rusak serta pengotoran lainnya harus

dibuang. Tanah yang mengandung bermacam-macam

mikroba dalam jumlah yang tinggi. Oleh karena itu

pembersihan simplisia dan tanah yang terikut dapat

mengurangi jumlah mikroba awal (Melinda, 2014).

b) Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan

pengotor lainnya yang melekat pada bahan simplisia.

Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dan

mata air, air sumur dan PDAM, karena air untuk mencuci

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


22

sangat mempengaruhi jenis dan jumlah mikroba awal

simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian

kotor, maka jumlah mikroba pada permukaan bahan

simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat pada

permukaan bahan tersebut dapat mempercepat

pertumbuhan mikroba (Gunawan, 2010). Bahan simplisia

yang mengandung zat mudah larut dalam air yang

mengalir, pencucian hendaknya dilakukan dalam waktu

yang sesingkat mungkin (Melinda, 2014).

c) Perajangan

Beberapa jenis simplisia perlu mengalami perajangan

untuk memperoleh proses pengeringan, pengepakan dan

penggilingan. Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan

maka semakin cepat penguapan air, sehingga

mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang

terlalu tipis juga menyebabkan berkurangnya atau

hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap, sehingga

mempengaruhi komposisi, bau, rasa yang diinginkan

(Melinda, 2014). Perajangan dapat dilakukan dengan pisau,

dengan alat mesin perajangan khusus sehingga diperoleh

irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki

(Gunawan, 2010).

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


23

d) Pengeringan

Proses pengeringan simplisia, terutama bertujuan sebagai

berikut:

1) Menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak

mudah ditumbuhi kapang dan bakteri.

2) Menghilangkan aktivitas enzim yang bisa menguraikan

lebih lanjut kandungan zat aktif.

3) Memudahkan dalam hal pengolahan proses selanjutnya

(ringkas, mudah disimpan, tahan lama, dan

sebagainya) (Gunawan, 2010).

Terdapat dua cara pengeringan yaitu pengeringan

alamiah (dengan sinar matahari langsung atau dengan

diangin-anginkan) dan pengeringan buatan dengan

menggunakan instrumen (Melinda, 2014).

e) Sortasi kering

Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah

mengalami proses pengeringan. Pemilihan dilakukan

terhadap bahan-bahan yang terlalu gosong atau bahan

yang rusak (Gunawan, 2010). Sortasi setelah pengeringan

merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi

untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-

bagian tanaman yang tidak diinginkan atau kotoran-kotoran

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


24

lainnya yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering

(Melinda, 2014).

f) Penyimpanan

Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka

simplisia perlu ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri

agar tidak saling bercampur antara simplisia satu dengan

lainnya (Gunawan, 2010). Untuk persyaratan wadah yang

akan digunakan sebagai pembungkus simplisia adalah

harus inert, artinya tidak bereaksi dengan bahan lain, tidak

beracun, mampu melindungi bahan simplisia dari cemaran

mikroba, kotoran, serangga, penguapan bahan aktif serta

dari pengaruh cahaya, oksigen dan uap air (Melinda, 2014)

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


25

E. Tinjauan Umum Tentang Ekstrak Dan Ekstraksi

1. Definisi Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan yang dapat berupa kering,

kental, dan cair, dibuat dengan menyari simplisia nabati atau

hewani menurut cara yang sesuai yaitu maserasi, perkolasi,

atau penyeduhan dengan air mendidih. Sebagai cairan penyari

digunakan air, eter atau campuran etanol dan air. Penyarian

dilakukan diluar pengaruh cahaya matahari langsung. penyarian

dengan campuran etanol dan air dapat digunakan dengan cara

maserasi atau perkolasi. Penyarian dengan eter dilakukan

dengan cara perkolasi. Penyarian dengan air dilakukan dengan

cara maserasi, perkolasi atau disiram dengan air mendidih

(Anief, 2010:168-169).

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari

campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai.

Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai kesetimbangan

antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi

dalam tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan

dari sampel dengan penyaringan. (Mukhriani, 2014).

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


26

2. Metode Ekstraksi

Metode ekstraksi berdasarkan ada tidaknya proses

pemanasan dapat dibagi menjadi dua macam yaitu ekstraksi

cara dingin dan ekstrasi cara panas.

a) Ekstraksi cara dingin Pada metode ini tidak dilakukan

pemanasan selama proses ekstraksi berlangsung dengan

tujuan agar senyawa yang diinginkan tidak menjadi rusak.

Beberapa jenis metode ekstraksi cara dingin, yaitu:

1. Maserasi atau dispersi

Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan

menggunakan pelarut diam atau dengan adanya

pengadukan beberapa kali pada suhu ruangan. Metoda ini

dapat dilakukan dengan cara merendam bahan dengan

sekali-sekali dilakukan pengadukan.

2. Perkolasi

Perkolasi merupakan metode ekstraksi dengan

bahan yang disusun secara unggun dengan menggunakan

pelarut yang selalu baru sampai prosesnya sempurna dan

umumnya dilakukan pada suhu ruangan. Prosedur metode

ini yaitu bahan direndam dengan pelarut, kemudian pelarut

baru dialirkan secara terus menerus sampai warna pelarut

tidak lagi berwarna atau tetap bening yang artinya sudah

tidak ada lagi senyawa yang terlarut.

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


27

b) Ekstraksi cara panas Pada metode ini melibatkan

pemanasan selama proses ekstraksi berlangsung. Adanya

panas secara otomatis akan mempercepat proses ekstraksi

dibandingkan dengan cara dingin. Beberapa jenis metode

ekstraksi cara panas, yaitu:

1. Ekstraksi refluks

Ekstraksi refluks merupakan metode ekstraksi yang

dilakukan pada titik didih pelarut tersebut, selama waktu dan

sejumlah pelarut tertentu dengan adanya pendingin balik

(kondensor).Kelebihan metode refluks adalah padatan yang

memiliki tekstur kasar dan tahan terhadap pemanasan

langsung dapat diekstrak dengan metode ini.Kelemahan

metode ini adalah membutuhkan jumlah pelarut yang

banyak.

2. Ekstraksi dengan alat soxhlet

Ekstraksi dengan alat soxhlet merupakan ekstraksi

dengan pelarut yang selalu baru,umumnya dilakukan

menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi

konstandengan adanya pendingin balik. (Irawan, B.,2010)

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


28

F. Formulasi Sabun Cair

Tabel F. Formulasi sabun cair

Formula
Bahan Kegunaan
F1 F2 F3

Ekstrak
Zat aktif 1% 3% 5%
daun bidara

Minyak
Pelembut 5% 5% 5%
kelapa

Kalium Pengatur PH /

hidroksida pembentuk 10% 10% 10%

sabun

Na-CMC Pengsuspensi/
2% 2% 2%
pengental

Sodium
Pembusa 3% 3% 3%
lauryl sulfate

Asam
Pengelmusi 5% 5% 5%
stearat

Nipagin Pengawet 0,02% 0,02% 0,02%

Nipasol Pengawet 0,18% 0,18% 0,18%

Parfum Pengaroma Qs Qs Qs

Aquadest pelarut ad 100 ml ad 100 ml ad 100 ml

Keterangan :
F1 : Formula sabun dengan 1 gram ekstrak daun bidara
F2 : Formula sabun dengan 3 gram ekstrak daun bidara
F3 : Formula sabun dengan 5 gram ekstrak daun bidara

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


29

G. Tinjauan Umum Tentang Bahan

1. Alasan Penambahan Bahan

a) Minyak kelapa

Minyak berfungsi sebagai sumber asam lemak. Asam-asam

lemak merupakan komponen utama penyusun lemak atau

minyak. Karakteristik suatu sabun sangat dipengaruhi oleh

karakteristik minyak yang digunakan sebagai pembentuk

sabun dengan konsentrasi 4-20%. (Rowe, 2009).

b) KOH

Kalium hidroksida digunakan dalam formulasi farmasi untuk

mengatur PH dengan konsentrasi 10-30%. Hal ini juga dapat

digunakan untuk bereaksi dengan lemah asam membentuk

garam. (Lestari, 2011).

c) Na-CMC

Pengental yang umumnya digunakan dalam pembuatan

sabun yaitu Na-CMC dengan batas konsentrasi 2-5%.

(Rowe, 2006)

d) Sodium Lauryl Sulfate

SLS adalah zat kimia yang bersifat surfaktan yang memiliki

efek pengental dan kemampuan menghasilkan busa dengan

konsentrasi 10%. (Rowe, 2006).

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


30

e) Asam stearat

Asam stearat adalah asam organic padat yang diperoleh dari

lemak. Asam stearat dalam penggunaan topical berfungsi

sebagai bahan pengemulsi konsetrasi yang baik dalam

formulasi topical yaitu 1-20% (Rowe, 2009 :697).

f) Nipagin

Nipagin atau metal paraben digunakan sebagai pengawet

antimikroba dalam kosmetik, produk makanan dan sediaan

farmasetik. Metal paraben sering dikombinasikan dengan

paraben-paraben lainnya sebagai pengawet antimikroba

(Arthur H. Kibbe, 2000). Adapun aktivitas pengawet ini

memiliki rentang ph 4-8 dalam sediaan topical konsentrasi

umum digunakan 0,02-0,3% (Rowe, 2009 :592).

g) Nipasol

Nipasol atau propil paraben digunakan sebagai bahan

pengawet dengan konsentrasi 0,01-0,6%. Dengan aktivitas

antimikroba ditunjukan dengan ph antara 4-8. Dan titik didih

295% (Dirjen POM, 1997 : 535 ; Raymond, 2009 : 96).

h) Parfum/fragrance

Fragrance pada umumnya berfungsi untuk menutupi

karakteristik bau dari asam lemak atau fase minyak.

Fragrance yang digunakan tidak boleh menyebabkan

perubahan stabilitas atau perubahan produk akhir. Jumlah

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


31

fragrance yang digunakan pada sabun tergantung dari

kebutuhan konsumen, biasanya berkisar dari 0,3% (untuk

kulit sensitif) hingga 1,5% (untuk sabun deodoran). (barel et

al, 2009)

i) Aquadest

Aquadest adalah air murni yang diperoleh dengan cara

penyulingan, pertukaran ion, osmosis atau dengan cara yang

sesuai. Air murni lebih bebas kotoran maupun mikroba. Air

murni digunakan dalam sediaan yang membutuhkan air

terkecuali untuk parenteral, aquadest tidak dapat digunakan

(Dirjen POM, 1979 : 92).

2. Uraian Bahan

a) Minyak kelapa (FI. Edisi III : 456)

Nama resmi : OLEUM COCOS

Nama lain : Minyak Kelapa

Berat jenis : 0,940-0,950 g / mL

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, atau

kuning Pucat, bau khas tidak tengik.

Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol (95%)

p, pada suhu 600C, sangat mudah larut

dalam kloroform P dan eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung

dari cahaya, di tempat sejuk.

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


32

Penggunaan : Zat tambahan (pembentuk sabun)

b) Kalium hidroksida (Depkes RI, 1979)

Nama resmi : KALII HYDROXYDUM

Nama lain : Kalium Hidroksida

RM/BM : KOH/56,1056

Kelarutan : Larut dalam 1 bagian air, dalam 3

bagian etanol (95%) P, sangat mudah

larut dalam etanol mutlak

mendidih.Pemerian: Batang, pelet atau

bongkahan, putih, sangat mudah

meleleh basah.

Kegunaan : Pengatur PH

Penyipanan : Dalam wadah tertutup rapat

c) Na-CMC (Dirjen POM, 1979 : 401)

Nama resmi : NATRII CARBOXYMETHIL

CELLULOSUM

Nama lain : Natrium karboksimetil selulosa

Pemerian : Serbuk atau butiran putih atau kuning

gading, tidak berbau, dan besifat

higroskopik.

Kelarutan : Mudah terdispers dalam air

membentuk suspensi koloid, tidak larut

dalam etanol.

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


33

Kegunaan : Pengental

d) Sodium lauryl sulfate (Rowe, 2009 : 448)

Nama resmi : NATRIUM LAURIL SULFATE

Nama lain :Sodium lauryl sulfate, SLS, Natrium

laurel sulfat, Dodecl sodium sulfat,

Sodium monolauril sulat.

Berat molekul : 288,38 g/mol

Ruus molekul : C12H25NaO45

Range : 0,5-2,5%

Pemerian : Serbuk atau hablur putih atau kuning

pucat dengan bau lemah atau bau

khas.

Kelautan : Larut dengan air, praktis larut dala

klorofrom dan eter.

Penyimpanan : Dalam wadah terutu rapat, terlindung

dari cahaya.

Kegunaan : Surfakta anionic, emulsifying agent,

skin penetrasi, wetting agent.

e) Asam Stearat (Acidum stearicum) (Dirjen POM, 1979 : 157-

158)

Nama resmi : ACIDUM STEARICUM

Nama lain : Asam stearat

Rumus molekul : C18H16O2

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


34

Berat molekul : 284,36

Pemerian : Zat padat keras mengkilat,

menunjukan susunan hablur putih atau

kuning pucat mirip lemak lilin.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut

dalam 20 bagian etanol (95%) P, dalam

2 bagian klorofrom P, dan dalam 3

bagian eter.

Peyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Pengemulsi

f) Nipagin (Dirjen POM, 1979 ; Arthur H.K, 2000)

Nama resmi : METHYLIS PARABENUM

Nama lain : Metil paraben, Nipagin M

Pemerian : Serbuk hablur halus, putih, hampir

tidak berbau, tidak mempunyai rasa,

agak membakar diikuti rasa tebal.

Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20

bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian

etanol (95%) P dan dalam 3 bagian

aseton, jika didinginkan larutan tetap

jernih.

Rumus molekul : C8 H8 O3

Berat molekul : 152,15

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


35

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Khasiat : Zat tambahan (pengawet)

Inkompabilitas : Pengawet seperti metil paraben atau

paraben lainnya dapat berkurang

dengan adanya surfaktan nonionik

seperti polisorbat 80. Incomp dengan

zat seperti bentonit, magnesium

trisilikat, talk, tragakan, sodium alginat,

sorbitol, dan atropin.

g) Nipasol (Dirjen POM, 1979 ; Arthur H.K, 2000)

Nama resmi : PROPYLIS PARABENUM

Nama lain : Propil paraben, Nipasol

Pemerian : Serbuk hablur putih; tidak berbau;

tidak berasa.

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut

dalam 3,5 bagian etanol (95%) P,

dalam 3 bagian aseton P, dalam 140

bagian gliserol P dan dalam 40 bagian

minyak lemak, mudah larut dalam alkali

hidroksida.

Rumus molekul : C10 H12 O3

Berat molekul : 180,21

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


36

Khasiat : Zat tambahan (pengawet)

Inkompabilitas : Magnesium aluminium silikat,

magnesium trisilikat, kuning oksida

besi, biru laut dilaporkan dapat

menyerap propil paraben, dengan

demikian dapat mengurangi fungsi dari

pengawet tersebut.

h) Parfum (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : OLEUM ROSAE

Nama lain : Minyak mawar, Rose oil

Pemerian : Cairan tidak berwara atau kuning, bau

mempunyai bunga mawar, rasa khas,

pada suhu 25oC kental, dan jika

didinginkan perlahan-lahan berubah

menjadi massa hablur bening yang jika

dipanaskan mudah melebur

Kelarutan : Larut dalam kloroform.

Kegunaan : Sebagai pengaroma

i) Aquadest (FI. Edisi III Hal, 96)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Aquadest, air suling

Rumus molekul :   H2O

Berat molekul      : 18,02

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


37

Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau,

tidak berasa.

Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap

Kegunaan :  Zat pelarut

H. Kerangka Konsep

Konsentrasi
Ekstrak Sabun Cair - Uji
Daun Bidara
Organoleptis
1%, 3%, 5%
- Homogenitas
- Uji pH
- Uji Tinggi Busa
- Uji Irtasi
- Uji Hedonik
Keterangan :

: Variabel Tergantung

: Variabel Terkait

: Variabel Bebas

: Hubungan antara variabel terkait


dengan variabel tergantung

: Hubungan antara variabel bebas


dengan variabel terkait

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian secara

eksperimental yaitu suatu penelitian dengan melakukan kegiatan

percobaan untuk mengetahui pengaruh yang ada, sebagai akibat

dari adanya perlakuan tertentu atau eksperimen dilakukan dengan

meneliti percobaan yang dilakukan terhadap uji variable terikat.

B. Tempat dan Waktu

Tempat penelitian Laboratorium Farmasi Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan (STIKES) Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo,

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 17-25 Juni 2021.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah daun bidara (Ziziphus

mauritiana) yang diambil dari Desa Lampuara Kecamatan

Pondrang Selatan Kabupaten Luwu.

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah daun bidara (Ziziphus

mauritiana) sebanyak 1 k yang dibuat ekstrak sebagai

pembuatan sabun cair cuci tangan.

38
KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya
39

D. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan

Alat yang digunakan yaitu batang pengaduk, bejana

maserasi, pipet tetes, timbangan analitik, cawan porselin,

corong, Erlenmeyer, gelas ukur, kertas saring, kompor, PH

meter, sendok tanduk, thermometer, dan wadah sabun.

2. Bahan yang digunakan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

ekstrak daun bidara (Ziziphus mauritiana), minyak kelapa, KOH

(kalium hidroksida), asam stearat, CMC (carboksil methyl

selulosa), SLS (sodium lauril sulfat), nipagin, nipasol, parfum,

etanol 70%, dan aquadest.

E. Proses kerja

1. Penyiapan sampel

a) Pengambilan sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

daun bidara (Ziziphus mauritiana). Bagian yang diambil yaitu

daun yang segar.

b) Pembuatan simplisia

Setelah sampel terkumpul. Kemudian dibersihkan dan

dipisahkan dari kotoran setelah itu dicuci sampai bersih

dibawah air mengalir, lalu ditiriskan dan kemudian di angin-

anginkan, lalu di timbang. Selanjutnya sampel dikeringkan

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


40

dalam ruangan yang tidak terpapar cahaya matahari

langsung. Proses pengeringan dilakukan selama ± 2 minggu.

Pengeringan diakhiri setelah terdapat beberapa tanda mudah

dipatahkan atau rapuh kemudian simplisia diserbukkan

menggunakan blender kemudian diayak hingga diperoleh

serbuk setelah itu timbang kembali. Selanjutnya sampel

dimasukkan kedalam wadah tertutup dan terhindar dari sinar

matahari.

2. Pembuatan ekstraksi

Proses ekstrasi dengan metode maserasi, Simplisia daun

bidara yang telah kering sebanyak 400 gram lalu masukan

kedalam wadah yang tertutup dan tambahkan cairan penyari

atau pelarut yaitu etanol 70% sebanyak 2 L, disimpan selama

3x24 jam pada suhu kamar dan terlindungi dari cahaya dan

sesekali diaduk tiap 8 jam. Selanjutnya disaring menggunakan

kertas saring untuk memisahkan ampas dengan filtrate. Ampas

diekstraksi kembali dengan etanol 70% yang baru dengan jumlah

yang sama, kemudian disimpan selama 2 hari lalu disaring lagi.

Ekstak hasil maserasi kemudian disatukan dan diuapkan dengan

cara diangin-anginkan menggunakan kipas angin hingga

diperoleh ekstrak etanol yang kental.

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


41

3. Rancangan formula
Tabel F. Formulasi sabun cair
Formula
Bahan Kegunaan
F1 F2 F3

Ekstrak
Zat aktif 1% 3% 5%
daun bidara

Minyak
Pelembut 5% 5% 5%
kelapa

Kalium Pengatur PH /

hidroksida pembentuk 3% 3% 3%

sabun

Na-CMC Pengsuspensi/
2% 2% 2%
pengental

Sodium
Pembusa 3% 3% 3%
lauryl sulfate

Asam
Pengelmusi 5% 5% 5%
stearat

Nipagin Pengawet 0,02% 0,02% 0,02%

Nipasol Pengawet 0,18% 0,18% 0,18%

Parfum Pengaroma Qs Qs Qs

Aquadest pelarut ad 100 ml ad 100 ml ad 100 ml

Keterangan :
F1 : Formula sabun dengan 1 gram ekstrak daun bidara
F2 : Formula sabun dengan 3 gram ekstrak daun bidara
F3 : Formula sabun dengan 5 gram ekstrak daun bidara

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


42

4. Proses pembuatan sabun cair

1) Bahan-bahan yang telah disiapkan ditimbang sesuai dengan

formula.

2) Diukur aquadest panas sebanyak 30 ml, kemudian

dimasukkan kedalam lumpang, lalu masukan Na-cmc sedikit

demi sedikit dan didiamkan selama beberapa menit, setelah

itu digerus cepat hingga homogen (campuran I).

3) Ditimbang bahan-bahan fase air yaitu ekstrak daun bidara,

nipagin, SLS, KOH, dan aquadest.

4) Ditimbang bahan-bahan fase minyak seperti minyak kelapa,

nipasol dan asam stearat sesuai perhitungan bahan.

5) Dipanaskan fase minyak yaitu asam stearat, nipasol, dan

minyak kelapa sambil diaduk hingga mencapai suhu 80 0C

(campuran II).

6) Kemudian fase air yaitu nipagin, KOH dimasukkan kedalam

campuran I sambil diaduk hingga homogen.

7) Dimasukkan campuran II kedalam campuran I sedikit demi

sedikit sambil diaduk hingga homogen.

8) Dimasukkan SLS sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga

homogen, kemudian teteskan parfum secukupnya dan diaduk

hingga homogen.

9) Dicukupkan dengan aquadest sampai 100 ml.

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


43

10)Dimasukkan kedalam wadah bersih yang telah disiapkan.

11)Dilakukan uji evaluasi sediaan yaitu uji organoleptik, uji PH, uji

tinggi busa, dan uji homogenitas.

F. Uji Evaluasi Sediaan

Pemeriksaan sabun cair dilakukan dengan cara

pemeriksaan; uji organoleptis, uji pH, uji tinggu busa, uji

homogenitas.

1. Uji Organoleptis

Pengujian ini berpokus pada sediaan sabun cair dengan

melihat secara langsung warna, bentuk, dan bau dari sabun cair

pada penyimpanan selama 1 minggu.

Tabel 1. Perencanaan Skala Uji Organoleptis


Hari ke-
Sediaan Indicator
1 4 8
Warna
FI Bentuk
Aroma
Warna
F II Bentuk
Aroma
Warna
F III Bentuk
Aroma

Keterangan :
F1 : Formula sabun dengan 1 gram ekstrak daun bidara
F2 : Formula sabun dengan 3 gram ekstrak daun bidara
F3 : Formula sabun dengan 5 gram ekstrak daun bidara

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


44

2. Uji pH

Nilai pH merupakan nilai yang menunjukkan derajat

keasaman suatu bahan. Uji pH sabun cair dilakukan dengan

menggunakan pH meter (dikalibrasi dengan larutan buffer pH

sabun cair yang diharapkan masuk kedalam rentang standard

pH pada SNI 06-4085-1996, yaitu pH 8-11) cara pengujian pH

sangat sederhana, yaitu dengan memastikan terlebih dahulu

apakah pH meter telah dikalibrasi, selanjutnya elektroda yang

telah dibersihkan dengan aquadest dicelupkan kedalam sampel

sabun cair yang akan diperiksa pada suhu ruang. Nilai pH yang

muncul pada skala pH meter dibaca dan dicatat. (SNI, 1996).

Tabel 2. Perencanaan Skala Uji pH

Parameter Hari ke-


Sediaan
(1996) 1 4 8

FI

F II 8-11

F III

Keterangan :
F1 : Formula sabun dengan 1 gram ekstrak daun bidara
F2 : Formula sabun dengan 3 gram ekstrak daun bidara
F3 : Formula sabun dengan 5 gram ekstrak daun bidara

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


45

3. Uji Tinggi Busa

Uji tinggi busa dilakukan dengan cara, disiapkan alat dan

bahan yang akan digunakan, kemudian dilarutkan 1 mL sediaan

sabun cair cuci tangan dari ekstrak daun bidara dengan 5 mL

aquadest dalam tabung reaksi, setelah itu kocok dengan

kecepatan konstan selama 20 detik, diukur tinggi busa sabun

cairdalam aquadest dan catat hasil yang diperoleh.

Tabel 3. Data Pengujian Daya Busa Sediaan Sabun Cair Ekstrak

Daun Bidara

Parameter Hari ke-


Sediaan
(SNI 1996) 1 4 8

FI

F II

F III

Keterangan :
F1 : Formula sabun dengan 1 gram ekstrak daun bidara
F2 : Formula sabun dengan 3 gram ekstrak daun bidara
F3 : Formula sabun dengan 5 gram ekstrak daun bidara

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


46

G. Analisis Data

1. Pengumpulan Data

a. Data primer adalah data yang di peroleh dari hasil penelitian

di laboratorium.

b. Data sekunder adalah data yang bersumber dari literature

yang mendukung penelitian.

2. Penyajian Data

Data penelitian ini di peroleh dari hasil penelitian di

laboratorium Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes)

Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo.

H. Etika Meneliti

Sebelum penelitian di laksanakan, peneliti mengajukan

permohonan izin kepada kepala laboratorium farmasi untuk

mendapatkan izin melakukan penelitian

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHSAN

A. Hasil Penelitian

1. Hasil Uji Organoleptik pada sediaan sabun cair cuci tangan dari

ekstrak daun bidara (ziziphus mauritiana)

Tabel 4.1. Hasil Uji Organoleptik

Hari ke-
Sediaan Indicator
1 4 8
Warna Coklat susu Coklat susu Coklat susu
Bentuk cair cair cair
FI
Khas
Aroma Khas parfum Khas parfum
parfum
Warna Coklat Coklat Coklat
Bentuk cair cair cair
F II
Khas
Aroma Khas parfum Khas parfum
parfum
Warna Coklat Coklat Coklat
Bentuk cair cair cair
F III
Khas
Aroma Khas parfum Khas parfum
parfum

Sumber : Data primer 2021

Keterangan :

Formula I : sediaan sabun cair cuci tangan menggunakan


ekstrak daun bidara 1%
Formula II : sediaan sabun cair cuci tangan menggunakan
ekstrak daun bidara 3%
Formula III : sediaan sabun cair cuci tangan menggunakan
ekstrak daun bidara 5%
47
KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya
48

Berdasarkan tabel 4.1 formula I memiliki warnah coklat susu

sedangkan formula II dan III memiliki warna coklat, bentuk dari

sediaan sabun cair cuci tangan (FI, FII dan FIII) agak kental dan

memiliki bau khas parfum.

2. Uji PH

Tabel 4.2. Hasil Uji pH pada sediaan sabun cair cuci tangan dari
ekstrak daun bidara (ziziphus mauritiana)
Parameter Hari ke-
Sediaan (SNI
1996) 1 4 8
FI 8,2 8,2 8,3
F II 8-11 8,4 8,4 8,6
F III 8,5 8,6 8,8
BerSuSumber : Data primer 2021
Berdasarkan tabel diatas ph formula I, II dan III pada hari

pertama hingga hari kedelapan yaitu 8,2-8,8.

3. Uji Tinggi Busa

Tabel 4.3. Hasil Uji Tinggi Busa pada sediaan sabun cair cuci tangan dari
ekstrak daun bidara (ziziphus mauritiana)

Parameter Hari ke-


Sediaan
(SNI 1996) 1 4 8
FI 5 cm 5 cm 5 cm
F II 1,2-22 cm 7 cm 7 cm 7 cm
F III 7 cm 7 cm 7 cm

Sumber : Data primer 2021

Berdasarkan tabel di atas formula I, II, dan III memiliki tinggi

busa yaitu 5-7 cm.

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


49

B. Pembahasan

sabun adalah senyawa natrium atau kalium dengan asam

lemak dari minyak nabati atau hewani yang berbentuk padat, lunak

atau cair, berbusa digunakan sebagai pembersih, dengan

ditabahkan zat pewangi, dan bahan lainnya yang tidak

membahayakan kesehatan (Langingi, 2012). Pada penelitian ini

formulasi sediaan sabun cair cuci tangan yang dibuat dari ekstrak

daun bidara (Ziziphus mauritiana) yang bertujuan untuk membuat

sediaan sabun cair cuci tangan dengan menggunakan variasi

ekstrak kental daun bidara (Ziziphus mauritiana) 1%, 3% dan 5%

yang digunakan sebagai zat aktif dan untuk mengetahui hasil

evaluasi fisik dari sediaan sabun cair cuci tangan dari ekstrak daun

bidara (Ziziphus mauritiana) yang meliputi uji organoleptik, uji pH,

dan uji tinggi busa.

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah ekstrak

daun bidara karena daun bidara memiliki senyawa kimia yang

bersifat menghambat pertumbuhan bakteri. Ekstrak daun bidara

yang digunakan pada formulasi sediaan sabun cair cuci tangan

yaitu 1%, 3% dan 5%. Ekstrak daun bidara diperoleh dengan

menimbang 400 gram daun bidara yang telah dihaluskan

kemudian dimaserasi selama 5 hari pada suhu kamar terlindungi

dari cahaya sambil diaduk, kemudian disaring filtrate yang

diperoleh dipekatkan dengan diangin-anginkan hingga diperoleh

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


50

ekstrak kental, untuk membuat sediaan sabun cair cuci tangan,

selain ekstrak daun bidara sebagai zat aktif juga dibutuhkan zat-zat

tambahan berupa KOH dan minyak kelapa sebagai pembentuk

sabun, Na-CMC sebagai pengental, metal paraben atau nipagin

sebagai pengawet fase air, propil paraben atau nipasol sebagai

pengawet fase minyak, sodium laurel sulfat digunakan sebagai

pembusa, dan sebagai pengaroma digunakan parfum. (Gina

Lestari, 2020)

Sediaan dibuat dengan cara ekstrak daun bidara sebagai zat

aktif dan bahan tambahan ditimbang terlebih dahulu sesuai

perhitungan kemudian diukur aqua panas 30 ml masukkan dalam

mortar dan dimasukkan Na-CMC didiamkan selama beberapa

menit lalu gerus cepat hingga homogen. Dipanaskan (fase minyak)

minyak kelapa, asam stearat dan propil paraben diatas hot plate

aduk hingga homogen dengan suhu 80 oC, kemudian dipanaskan

(fase air) aquadest. KOH dan metal paraben diatas hot plate aduk

hingga homogen, lalu kedua campuran dimasukkan kedalam

lumpang secara bersamaan, aduk cepat hingga homogen,

kemudian dimasukkan campuran Na-CMC aduk hingga homogen.

Dimasukkan sodium laurel sulfat digerus hingga homogen,

kemudian dimasukkan ekstrak daun bidara kedalam lumpang gerus

hingga homogen, dan diteteskan parfum kedalam lumpang digerus

hingga homogen kemudian dicukupkan volumenya dengan

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


51

aquadest sampai 100 ml kemudian dilakukan uji evaluasi sediaan

yaitu uji organoleptik, uji pH, uji tinggi busa dan uji homogenitas.

a. Hasil Uji Organoleptik

Tujuan dilakukannya uji organoleptik dalam sediaan sabun

cair cuci tangan dengan menggunakan konsentrasi ekstrak daun

bidara (Ziziphus mauritiana) yaitu untuk mengamati kestabilan fisik

sediaan yang meliputi perubahan warna, aroma dan tekstur. Hasil

pengujian organoleptik terhadap formulasi sediaan sabun cair cuci

tangan ekstrak daun bidara dapat dilihat pada tabel 4.1. Pengujian

organoleptik dilakukan dengan mengamati warna, aroma dan

tekstur atau bentuk sediaan sabun cair cuci tangan selama masa

penyimpanan satu minggu.

Hasil uji organoleptik berdasarkan warna pada sediaan

sabun cair ekstrak daun bidara formula I, II dan III pada hari

pertama hingga hari kedelapan memiliki warna yang sama yaitu

formula I pada hari pertama hingga hari kedelapan memiliki warna

coklat susu, formula II pada hari pertama hingga hari kedelapan

memiliki warna coklat, formula III pada hari pertama hingga hari

kedelapan memiliki warna coklat, karena ekstrak yang digunakan

pada formula I 1%, formula II 3% dan formula III 5%. Hal ini

menunjukkan bahwa sediaan sabun cair cuci tangan dari ekstrak

daun bidara (Ziziphus mauritiana) memiliki warna yang sedikit

menarik.

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


52

Hasil uji organoleptik berdasarakan aroma pada sabun cair

formula I, formula II dan formula III pada hari pertama hingga hari

kedelapan menunjukan aroma khas parfum. Hal ini disebabkan

karena pada setiap formula dilakukan penambahan parfum

secukupnya hingga wangi. Hal ini menunjukan bahwa sediaan

sabun cair cuci tangan dari ekstrak daun bidara (Ziziphus

mauritiana) stabil.

Hasil organoleptik berdasarkan bentuk atau tekstur masing-

masing formula sediaan sabun cair cuci tangan selama satu

minggu memiliki persamaan antara formula I, formula II dan formula

III bentuk sediaan yang didapatkan yaitu cair.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Servina

Yuni Sari, (2018) Berdasarkan dari uji organoleptis diketahui bahwa

masing-masing formula sabun mandi cair dari ekstrak etanol daun

bidara tidak terjadi perubahan warna pada minggu ke 0 sampai

minggu ke 2, bentuk sabun pada minggu ke 0 – minggu ke 2 masih

berbentuk kental homogen. Bau pada minggu ke 0 – minggu ke 2

masih beraroma khas sabun tidak mengalami perubahan bau dan

dapat disimpulkan dari hasil pengamatan uji organoleptis sediaan

sabun cair ekstrak daun bidara tidak berubah baik pada warna, bau

dan bentuk maupun pada sediaan sabun.

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


53

b. Uji Ph

Hasil pengukuran pH terhadap formula sabun cair cuci

tangan dari ekstrak daun bidara selama satu minggu dapat dilihat

pada tabel 4.2. Pengujian pH dilakukan untuk mengetahui derajat

keasaman formula sabun cair cuci tangan selama masa

penimpanan satu minggu dengan menggunakan alat pengukur pH

meter. Pada pengujian pH yang dilakukan pada hari pertama

hingga hari kedelapan pada formula I, formula II dan formula III

sabun cair cuci tangan dengan konsentrasi ekstrak daun bidara

sebesar 1%, 3% dan 5% diperoleh hasil pengujian yang berbeda

yaitu formula I pada hari pertama hingga keempat memiliki pH 8,2

pada hari kedelpan memiliki pH 8,3, formul II pada hari pertama

hingga hari keempat memiliki pH 8,4 pada hari kedelapan memiliki

pH 8,6, formula III pada hari pertama memiliki pH 8,5, pada hari

keempat memiliki pH 8,6 dan pada hari kedelapan pH 8,8. Hasil

menunjukan semua formula sabun cair yang dihasilkan memenuhi

kriteria sabun cair yang baik. Hal tersebut karena sabun cair kontak

langsung dengan kulit dan dapat menimbulkan masalah apabila

pH-nya tidak sesuai dengan pH kulit. Kulit memiliki kapasitas

ketahanan dan dapat dengan cepat beradaptasi terhadap produk

yang memiliki pH 8.0-10.8 (Frost et al., 1982).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Servina

Yuni Sari, (2018) Pada pemeriksaan pH menunjukkan bahwa

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


54

sediaan yang dibuat tanpa penambahan EDB (Ekstrak Daun

Bidara) memiliki pH berkisar 8,3 dengan menggunakan EDB

(Ekstrak Daun Bidara) memiliki pH berkisar 8,5 – 8,7. Semakin

tinggi konsentrasi penambahan ektrak daun bidara pH yang

dihasilkan semakin tinggi dengan demikian formula tersebut dapat

digunakan menjadi sediaan sabun mandi cair.

c. Hasil Uji Tinggi Busa

Hasil pengujian tinggi busa terhadap formulasi sabun cair

cuci tangan dari ekstrak daun bidara selama penyimpanan 1

minngu dilihat pada tabel 4.3. Hasil pengujian tinggi busa pada

formula I, formula II dan formula III menunjukkan adanya

perbedaan yaitu formula I pada hari pertama hingga hari kedelapan

yaitu 5 cm sedangkan formula II dan formula III pada hari pertama

hingga kedelapan yaitu 7 cm.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Servina

Yuni Sari, (2018) uji daya busa pada sediaan sabun cair untuk

mengetahui ada atau tidaknya busa yang dihasilkan pada formulasi

sediaan yang dibuat baik itu pada sediaan tanpa penambahan

ekstrak maupun formulasi dengan tambahan ekstrak, dan dari data

yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa sediaan sabun cair

ekstrak daun bidara dapat menghasilkan busa baik yang tidak

dengan tambahan ekstrak maupun dengan tambahan ektrak daun

bidara.

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpilan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa

1. Ekstrak daun bidara (Ziziphus mauritiana) dapat diformulasikan

sebagai sabun cair cuci tangan dengan menurunkan konsentrasi

KOH sebesar 3%.

2. Formulasi sabun cair cuci tangan dari ekstrak daun bidara

(Ziziphus mauritiana) dengan menggunakan konsentrasi ekstrak

1%, 3% dan 5% memenuhi syarat uji organoleptik, uji pH, dan uji

tinggi busa.

B. Saran

1. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan uji

homogenitas,uji iritasi dan uji stabilitas.

2. Kepada intitisi diharapkan hasil penelituian ini dapat digunakan

sebagai sumber referensi/bacaan dan sebagai acuhan untuk

penelitian lanjutan tentang formulasi sediaan sabun cair cuci

tangan dari ekstrak daun bidara (Ziziphus mauritiana).

55
KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya
55

DAFTAR PUSTAKA

Akhtar, N., Ijaz, S., Khan, H.M.S, Uzair. B., & Khan, B.A. 2016. Ziziphus
mauritiana Lam Leaf Extract Emulsion for Skin Rejuvenation.
Journal pharmaceutical.

Amirlak B, 2015, Skin Anatomy, Department Of Dermatology, New York


University.

Anief, M., 2010, Ilmu Meracik Obat, Edisi ketiga belas, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta, 168, 169

Ashraf, A., Sarfraz, R.A., Anwar, F., Shahid, S.A., 2015. Chemical
Composition And Biological Activities of Leaves of Ziziphus
mauritiana L. Native to Pakistan. Pak. J. Bot Volume 47.

Badan Standarisasi Nasional, 1996, Standar Sabun Mandi Cair, SNI 06-
4085-1996, Dewan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Barel A.O., Paye M. and Maibach H.I., 2009, Handbook of Cosmetic


Science and Technology, 3rd Editio., Informa Healthcare USA,
Inc., New York.

Bintoro, A., A.M. Ibrahim dan B. Situmeang. 2017. Analisis dan identifikasi
senyawa saponin dari daun bidara (Zhizipus mauritania L.). Jurnal
Itekima. 2(1): 84- 94.

Chang, Kang–Tsung, 2002, Introdcution To Geographic Information


Systems. New York: McGraw-Hill. Paper halaman 179.

D Dahiru, End OO. 2010. Evaluation of The Antioksidan Effects of


Ziziphus mauritiana Lam. Leaf Extracts againt Chronic Ethanol-
Induced Hepatotoxicity In Rat Liver. African Journal Traditional
Complementary Alternative Mediines (CAM).

DepKes RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Dragon S, Patricia M. Daley B.A, Henry F, Maso, & Lester I., 1969,
Studies on Lanolin Derivatives In Shampoo Systems, J. Soc.
Cosmetic Chemis's, 20, 777 793

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


56

Gaudensia Goit Sareng, dkk, (2018). Formulasi Sediaan Sabun Padat


Ekstrak Daun Bidara (ziziphus mauritiana lamk), Politeknik
Kesehatan KEMENKES Kupang.

Goo, H.C., Hwang, Y.S., Choi, Y.R., Cho, H.N., Suh, H., 2003.
Development of Collagenase-Resistant Collagen and Its
Interaction With Adult Human Dermal Fibroblasts. Biomaterials
Volume 24.

Goyal M. et al, 2012, Review on ethnomedicinal uses, pharmacological


activity and phytocheical constituents of Ziziphus muritiana (Z.
Jujuba Lam., non Mill), Spatula DD, Volume 2, pp.

Gunawan, D., dan Sri, M. 2010. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) jilid 1.
Jakarta : Penebar Swadaya.

Hidayah N. 2016. Pemanfaatan Senyawa Metabolit Sekunder Tanaman


(Tanin dan Saponin) dalam Mengurangi Emisi Metan Ternak
Ruminansia Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 11 No. 2

Irawan B., Jos B. 2010. Peningkatan Mutu Minyak Nilam Dengan


Ekstraksi dan Destilasi pada Berbagai Komposisi Pelarut. Fakultas
Teknik, Universitas Diponegoro Semarang.

Irmayanti, Putu Yunia, dkk, 2014. Formula Sediaan Sabun Mandi Cair Dari
Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia Mangostana Linn.) . Jurusan
farmasi FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran.

Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI.

Kohen, R. 1999. Skin Antioxidants: Their Role in Aging and in Oxidative


Stress--New Approaches for their Evaluation. Biomed
Pharmacother

Lado, V. 2016. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Bidara


(Ziziphus mauritiana Lamk.) dengan Metode DPPH (1,1-dyphenil-
2-picryhydrazyl). Karya Tulis Ilmiah. Prodi Farmasi Poltekkes
Kemenkes Kupang. Kupang.

Langingi, R., Momuat, L.I., dan Kumaunang, M.G., 2012, Pembuatan


Sabun Mandi Padat dari VCO yang Mengandung Karotenoid
Wortel, Jur. MIPA UNSRAT Online, 1 (1), 20-23.

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


57

Lestari, Endang. G. 2011. Peranan Zat Pengatur Tumbuh dalam


Perbanyakan Tanaman melalui Kultur Jaringan. Jurnal Agro
Biogen.

Liberty, dkk. 2012. “Penentuan Kandungan Tanin dan Uji Aktivitas


Antioksidan Ekstrak Biji Buah Alpukat (Persea americana
Mill.)”.Jurnal Mipa Unsrat. Vol 1.

Malik. 2011. Peanfaatan VCO (Virgin coconut oil) Untuk Pembuatan


Sabun Padat dengan Penamban Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper
crotum ruiz & PAV). Skripsi. Sekolah Tinggi Agama Islam Negri
Batusangkar.

Melinda. 2014. Aktivitas Antibakteri Daun Pacar (Lowsonia inermis L),


Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Michel, G.C., D.I. Nesseem and M.F. Ismail. 2011. Antidiabetik activity and
stability study of the formulated leaf extract of Ziziphus spina-
christi with the influence of seasonal variation. Journal of
Ethnopharmacology. 133(1): 53-62.

Mukhriani. 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi


Senyawa Aktif. Jurnal kesehatan. Volume VII No.2.

Muliyawan, Dewi., dan Suriana, N. 2013. A-Z tentang Kosmetik, PT Elex


Media Komputindo, Jakarta.

Najafi, S. 2013. Phytochemical Screening and Antibacterial Activity Of


Leaf Extract Of Ziziphus mauritiana Lam. Faculty of Science
University of Zabol. International Research Journal Of Applied And
Basic Sciences.

Naomi, P. 2013 . Pembuatan Sabun Lunak Dari Minyak Goreng Bekas


Ditinjau Dari Kinetika Reaksi Kimia. Palembang : Universitas
Sriwijaya.

Raden, P. Z. A. 2017. Uji Aktivitas Daun Bidara Arab (Ziziphus spina-cristi


L) Sebagai Antikanker Pada Sel Kanker Kolon (WiDr) Melalui
Metode MTT dan Identifikasi Senyawa Aktif Dengan Metode LC-
MS. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Radji, Maksum. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa


Farmasi dan Kedokteran. Jakarta: EGC.

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


58

Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Edisi VI,


Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, ITB, Bandung.

Rowe, R.C. et Al. 2006. Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 5th Ed,


The Pharmaceutical Press, London.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J. and Owen, S.C. 2009. Handbook of


Pharmaceutical Excipients, sixth edition. Pharmaceutical Press.

Safrudin, N. dan F. Nurfitasari. 2018. Analisis senyawa metabolit sekunder


dan uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH (1,1-diphenyl-
2- picrylhydrazyl) dari ekstrak daun bidara (Ziziphus spina-christi
L.). Jurnal Itekima. 4(2): 11-20

Samirana, P.O., Taradipta, I.D.M.R., Leliqia, N.P.E. 2015. Uji Aktivitas


Adaptogenik Ekstrak Etanol Daun Bidara (Ziziphus mauritiana
Auct. Non Lamk.) dengan Metode Swimming Endurance Test
pada Mencit Galur Balb/C. Jurusan Farmasi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Bali.

Servina Yuni Sari, DKK, (2018). Formulasi Sediaan Sabun Cair dari
Ekstrak Daun Bidara (ziziphus mauritiana, Fakultas Farmasi dan
Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia Medan.

Tjitrosoepomo, Gembong.2010. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta).


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Hal.19

Wasitaatmadja, S. 2010. Akne Vulgaris.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.


ed.6. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Weller, R.B., Hunter, H.J.A., and Mann, M.W. 2015, Clinical Dermatology,
Fifth Edition, John Wiley and Sons Ltd., Chichester.

Williams D. F., dan Schmitt, W. H. 2011. Kimia dan Teknologi Industri


Kosmetika dan Produk-produk Perawatan Diri. (Terjemahan).
Bogor: IPB.

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


Lampiran 1

SKEMA KERJA

Penyiapan simplisia daun

Maserari selama 5 hari menggunakan etanol

Diangin-anginkan menggunakan kipas angin

Disiapkan ekstrak kental daun bidara

Formulasi

Formula I Formula II Formula III

Hasil formulasi

Uji evaluasi

Organoleptis pH Tinggi busa

Hasil dan pembahasan

Kesimpulan

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


Lampiran 2

PERHITUNGAN BAHAN

1. Ekstrak Daun Bidara

1
1% = = x 100 = 1 gram
100

3
3% = = x 100 = 3 gram
100

5
5% = = x 100 = 5 gram
100

2. Minyak kelapa 5%

5
= x 100 = 5 gram
100

3. KOH 3%

3
= x 100 = 3 gram
100

4. Na-CMC 2%

2
= x 100 = 2 gram
100

5. SLS 10%

10
= X 100 = 10 gram
100

6. Asam stearat 5 %

5
= x 100 = 5 gram
100

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


7. Nipagin 0,02%

0,02
= x 100 = 0,02 gram
100

8. Nipasol 0,18%

0,18
= x 100 = 0,18 gram
100

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


Lampiran 3

Dokumentasi Penelitian

1. Bahan

2. Proses pembuatan ekstrak

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


3. Proses pembuatan sabun

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


4. Uji Organoleptik

Hari Pertama Hari keempat

FI
FI

F II F II

F III F III

Hari Kedelapan

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


5. Uji pH

Hari Pertama

F III
FI F II

Hari keempat

FI F II F III

Hari Kedelapan

FI F II F III

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


6. Uji Tinggi Busa

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya

Anda mungkin juga menyukai