“INTERAKSI SOSIAL”
BERFIKIR KRITIS
DOSEN :
MANADO
ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2023
i
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yesus, atas Berkat dan Anugerah-NYA
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan judul “ INTERAKSI SOSIAL”.
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh dosen
dengan mata kuliah PROSES KEPERAWATAN DAN BERPIKIR KRITS.
Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu atau Nci Ns. Yannerit Chintya.,
S.Kep., M.Kep selaku dosen mata kuliah pancasila proses keperawatan dan berpikir kritis karena
sudah membimbing dan mengarahkan dalam pembuatana tugas makalah ini.
Tak ada gading yang tak retak karenanya kami sebagai tim penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari sisi materi maupun penulisannya.
Kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima berbagai masukan maupun saran agar
supaya kami bisa jadi lebih baik lagi kedepannya dan bisa menampilkan tugas dengan baik.
Semoga makalah yang kami buat ini bisa menambah wawasan, berguna dan bermanfaat bagi
seluruh pembaca untuk perkembangan dan pengingkatan ilmu pengetahuan.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................3
B. Etiologi............................................................................................................................4
D.Definisi Isolasi........................................................................................................
E.Etiologi Isolasi........................................................................................................
D. Isolasi Sosial..........................................................................................................25
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................60
B. Saran......................................................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................61
iii
BAB I
PENDAHALUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang diciptakan untuk bisa memberi
manfaat bagi manusia yang lain, sebab secara humanis manusia adalah
makhluk sosial. Sejak manusia dilahirkan dan menatap dunia, secara otomatis
manusia mempunyai dua kebutuhan primer, yaitu hasrat untuk bisa menyatu
dan berkecimpung dengan manusia lain dalam beberapa kegiatan di
lingkungan masyarakat, dan kebutuhan untuk menunggal dengan lingkungan alam di
sekitarnya.
Pada dasarnya dalam proses pembelajaran manusia tertakluk pada
anggapan bahwa tabiat dasar manusia sebagai makhluk sosial, sebagaimana
namanya yang yang menitikberatkan pada tingkah laku sosial yang
menciptakan interaksi sosial yang dapat mengunggulkan hasil perangkuhan
kegiatan pembelajaran akademik. Peran utama pendidikan adalah untuk
menyiagakan warga negara yang dapat mengembangkan perilaku demokratis
yang terpadu, baik dalam tataran pribadi maupun sosial sehingga mampu
meningkatkan taraf kehidupan yang berbasis demokrasi sosial yang produktif.
Oleh karena itu, penyampaian materi, konsep-konsep dasar, dan beberapa
penugasan akademik yang dikerjakan dengan mengunggulkan interaksi sosial,
dapat disiasati dengan sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan hasil
pembelajaran.
Berkaitan dengan hal di atas, lingkungan sosial juga mengajarkan
kepada individu cara berbahasa, cara berperilaku, dan memberikan kasih
sayang. Akan tetapi, individu itu sendiri dapat membentuk perilaku dan
bahasa secara terus-menerus dan menciptakan ciri khas individu tersebut.
Dengan bermodal kata-kata, seseorang sudah dapat menciptakan identitas
pribadi. Berkaitan dengan hal tersebut, pembelajaran interaksi sosial juga dapat
memandu siswa untuk memiliki daya mental yang lebih baik dan kesehatan
emosi yang lebih akseptabel dengan cara mengembangkan kepercayaan diri
dan perasaan realitis serta menumbuhkan empati kepada orang lain. Interaksi sosial
merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang-orang/perorangan, antara kelompok-
kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.1
Hubungan antara perorangan terjadi antara seseorang dengan orang lain baik yang
sudah mengenal satu sama lain maupun tidak saling mengenal untuk
menyampaikan suatu maksud tertentu. Begitu pun yang terjadi antara kelompok
dengan kelompok lain, faktor terjadinya interaksi sosial dapat dengan faktor di
sengaja maupun secara tidak sengaja. Kelompok-kelompok tersebut melakukan
interaksi baik dalam bentuk positif maupun dalam bentuk negatif. Dalam bentuk
1
positif misalnya menjalin suatu kerjasama untuk mencapai suatu tujuan tertentu
sedangkan dalam bentuk negatif bisa berbentuk suatu konflik untuk saling
menjatuhkan satu sama lain. Sedangkan hubungan antara perorangan dengan
kelompok terjadi di dalam suatu kelompok dan lebih dominan untuk mempererat
keakraban dalam suatu kelompok. Individu tersebut biasanya sudah mengenal satu
sama lain. Hubungan-hubungan tersebut mendorong seseorang untuk mencapai
suatu perubahan. Tanpa adanya interaksi sosial maka manusia tidak akan
berkembang menuju suatu proses perubahan. Hubungan itu dapat mempengaruhi
individu lain dan membuat suatu perubahan sikap baik secara pikiran dan
tindakannya. Perubahan itu dapat mengarah ke peningkatan maupun penurunan
sikap seseorang.
Interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat memiliki pola tertentu
dan mempengaruhi bentuk interaksi sosial itu sendiri. Pola interaksi salah satu
aspek yang termasuk dalam suatu proses interaksi sosial. Karena setiap manusia
memiliki karakter yang berbeda sehingga menjadi salah satu penyebab adanya
pola-pola interaksi. Pola interaksi disebabkan juga oleh perbedaan status dalam
suatu kelompok.
Masyarakat Indonesia khususnya masyarakat muda pada era ini mulai
banyak memilih untuk mengikuti organisasi-organisasi yang terdapat dalam
masyarakat untuk menambah pergaulan dalam proses interaksi dalam masyarakat.
Salah satunya organisasi komunitas motor yang saat ini sangat digemari
masyarakat. Alasan masyarakat mengikuti komunitas motor beragam. Ada yang
berawal dari kesamaan hobi, kesamaan jenis kendaraan, kesamaan dalam
memodifikasi kendaraannya dan lain-lain. Untuk memenuhi kebutuhan akan
rekreasi, orang mengadakan club-club dan kelompok-kelompok lain dengan tujuan
untuk itu.3 Tidak memandang perbedaan agama, suku bangsa, bahasa dan
lain sebagainya komunitas motor hadir untuk mempersatukan semua masyarakat
dalam satu tujuan bersama dengan subjek kendaraan bermotor.
Berdasarkan faktor terjadinya interaksi dari teori interaksi sosial terdiri
dari empat faktor yaitu faktor imitasi, faktor sugesti, faktor identifikasi, dan faktor
simpati.7 Keempat faktor tersebut yang menentukan seseorang untuk memutuskan
memilih untuk mengikuti suatu komunitas tersebut atau tidak. Selain
mempengaruhi terjadinya interaksi sosial, faktor-faktor tersebut juga
mempengaruhi pola interaksi seorang individu dalam sebuah kelompok. Faktor-
faktor tersebut juga sebagai pertimbangan seorang individu untuk memilih
memasuki suatu kelompok atau tidak sama sekali.
2
putus asa tidak mampu membuat tujuan hidup serta tidak mampu konsentrasi
dan membuat keputusan. (Suerni1 & PH, 2019).Sedangkan menarik diri adalah
gangguan perawatan diri, gangguan penampilan diri dan potensial terjadinya
halusinasi bahkan keinginan untuk bunuh diri. Mengingat dampak yang timbul
seperti menarik diri maka diperlukan tindakan asuhan keperawatan yang
komprehensif dan intensif khususnya untuk menarik diri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Definisi Interaksi Sosial ?
2. Bagaimana Etiologi Interaksi Sosial ?
3. Apa Saja Ciri, Syarat, Dan Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial ?
4. Apa Itu Definisi Isolasi Sosial ?
5. Bagaimana Etiologi Isolasi Sosial ?
6. Bagaimana Konsep Keperawatan Atau Konsep Asuhan Keperawatan Dalam Interaksi
Sosial ?
7. Bagaimana Konsep Keperawatan Atau Konsep Asuhan Keperawatan Dalam Isolasi
Sosial ?
3
BAB II
KONSEP TEORI
4
dari konflik sering pula mengakibatkan perubahan situasi bagi siapapun yang terlibat
didalamnya. Covid 19 (Corona Virus Disease 19) merupakan konflik yang sekarang
ini sedang dihadapi oleh masyarakat belahan dunia. Yang pertama sekali ditemukan di
Kota Wuhan, China. Coronavirus (Covid 19) adalah kumpulan virus yang bisa
menginfeksi sistem pernapasan sampai pada akhirnya dapat mematikan banyak
manusia. Ada dugaan bahwa virus ini pada awalnya ditularkan dari hewan ke
manusia, namun kemudian diketahui bahwa virus corona juga menularkan dari
manusia ke manusia. Dan dapat menginfeksi siapa saja. Keberadaan dari Covid 19
yang mematikan ini banyak menyita perhatian dunia. Ada yang menanganinya secara
serius bahkan ada pula yang tidak memperdulikan. Namun seiringnya waktu virus ini
banyak menyebarkan korban sehingga memerlukan kerjasama yang baik antar
keluarga, rekan kerja dan pihak-pihak terkait lainnya. Dan ini termasuk kedalam
konflik yang memang harus ditangani dengan kerja yang pasti. Covid 19 dan proses
sosial memiliki hubungan yang erat kaitannya dengan interaksi sosial pada saat
pandemi konflik ini. Banyak yang terjadi akibat pandemi ini. Pergeseran sosial
termasuk didalamnya. Yang pada mulanya proses sosial secara langsung dapat
menimbulkan interaksi sosial secara langsung kini banyak yang mengalami
perubahan. Bahkan kemahiran seseorang dalam memainkan perannya pada masa
pandemi ini menentukan nasib nya kedepan.
5
Interaksi sosial bersifat asosiatif akan mengarah pada bentuk penyatuan.
Interaksi sosial ini terdiri atas beberapa hal berikut.
2) Akomodasi
Akomodasi merupakan suatu proses penyesuaian antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok guna
mengurangi, mencegah, atau mengatasi ketegangan dan kekacauan. Proses
akomodasi dibedakan menjadi bebrapa bentuk antara lain :
3) Asimilasi
6
Proses asimilasi menunjuk pada proses yang ditandai adanya usaha
mengurangi perbedaan yang terdapat diantara beberapa orang atau
kelompok dalam masyarakat serta usaha menyamakan sikap, mental, dan
4) Akulturasi
Proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat
manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur -
unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat
laun unsur - unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam
kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari
kebudayaan itu sendiri.
b. Disosiatif
Interaksi sosial ini mengarah pada bentuk pemisahan dan terbagi
dalam tiga bentuk sebagai berikut:
1) Persaingan/kompetisi
Adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok
sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara
kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak
lawannya.
2) Kontravensi
Adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan
pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak
senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang - terangan
seperti perbuatan menghalangi, menghasut, memfitnah, berkhianat,
provokasi, dan intimidasi yang ditunjukan terhadap perorangan atau
kelompok atau terhadap unsur - unsur kebudayaan golongan tertentu.
Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak
sampai menjadi pertentangan atau konflik.
3) Konflik
Adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat
tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat
mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang
pemisah yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka yang
bertikai tersebut.
7
D. Definisi Isolasi Sosial
Isolasi sosial merupakan upaya pasien untuk menghindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun komunikasi dengan
orang lain. Dari permasalahan gejala isolasi sosial tersebut dibutuhkan rehabilitative
yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi fisik, membantu
menyesuaikan diri, meningkatkan toleransi, dan meningkatkan kemampuan pasien
berisolasi. Untuk meminimalkan dampak dari isolasi sosial dibutuhkan pendekatan
dan memberikan penatalaksanaan untuk mengatasi gejala pasien dengan isolasi sosial.
Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk menggambarkan dan memaparkan aplikasi
asuhan keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial.
Berdasarkan hasil pengkajian, ketiga pasien menunjukkan pasien malu dan takut
untuk keluar rumah, merasa dirinya tidak berguna, dan tidak berani berbicara
dengan orang lain. Berdasarkan hasil pengkajian tersebut, penulis menetapkan
diagnosa keperawatan yaitu isolasi sosial: menarik diri. Adapun cara yang
dilakukan penulis untuk mengatasi masalah tersebut ialah dengan memberikan
tindakan keperawatan generalis dengan cara mengidentifikasi penyebab, tanda,
keuntungan, dan kerugian isolasi sosial. cara berkenalan dengan orang lain secara
bertahap. Adapun dari hasil implementasi didapatkan bahwa strategi pelaksanaan
yang dilakukan mampu meningkatkan keberanian pasien untuk berbicara dengan
orang lain. Diharapkan perawat dapat memperhatikan kebutuhan pasien dengan
isolasi sosial: menarik diri sehingga masalah pada pasien dapat diperhatikan dan
teratasi.
8
BAB III
PROSES KEPERAWATN
9
d) Faktor Presipitasi
Masalah khusus tentang harga diri rendah kronis disebabkan
oleh setiap situasi yang dihadapi individu dan ia tak mampu
menyelesaikan masalah yang di hadapi . Situasi atas stressor ini
dapat mempengaruhi terjadinya harga diri rendah kronis.
e) Pemeriksaan Fisik
Menurut Mandasari, (2019) pengkajian fisik yang dilakukan
adalah :
1) Ukur dan observasi tanda-tanda vital seperti tekanan darah akan bertambah
naik, nadi cepat, suhu, pernapasan terlihat cepat.
2) Ukur tinggi badan dan berat badan.
3) Yang kita temukan pada klien dengan prilaku kekerasan pada saat
pemeriksaan fisik (mata melotot, pandangan tajam, tangan mengepal,
rahang mengatup, wajah memerah)
4) Verbal (mengancam, mengupat kata-kata kotor, berbicara kasar dan ketus).
2) Konsep Diri
a) Citra tubuh : Tanyakan kepada klien terhadap persepsi tubuhnya, badan tubuh
yang disukai dan tidak disukai.
b) Identitas diri: posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status dan
posisinya (sekolah, tempat kerja, kelompok), kepuasan klien sebagai laki-
laki/perempuan.
c) Peran : peran klien dikeluarga, kegiatan sehari-hari klien dirumah untuk
keluarga.
d) Ideal diri : Harapan klien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat
kerja, masyarakat), harapan klien terhadap penyakitnya.
e) Harga diri : Menurut Safitri (2020) data yang perlu dikaji pada penderita
Harga Diri Rendah yaitu :
1) Subyektif
Mengatakan tidak berguna.
Mengatakan tidak mampu.
Mengatakan tidak semangat beraktivitas atau bekerja
Mengatakan malas melakukan perawatan diri
10
2) Objektif
Mengintrospeksi diri yang negatif.
Perasaan tidak mampu.
Memandang kehidupan kearah yang pesimis.
Tidak mau diberi pujian.
Terjadi penurunan produktivitas.
Penolakan kemampuan diri.
Tidak memperhatikan perawatan diri.
Pakaian tidak rapi.
Selera makan berkurang.
Tidak berani kontak mata dengan orang lain.
Bicara lambat dengan nada yang lirih
b) Hubungan Sosial
Pada hubungan sosial, kaji pada siapa klien kepada siapa
klien curhat, kelompok apa saja yang diikuti dalam
masyarakat, serta sejauh mana klien terlibat dalam
kelompok masyarakat.
c) Spiritual
1) Nilai dan keyakinan: keyakinan terhadap gangguan jiwa sesuai dengan norma
budaya dan agama yang dianut.
2) Kegiatan ibadah : Kegiatan ibadah klien dirumah. Pendapat klien/keluarga
tentang kegiatan ibadah klien
d) Status Mental
1) Penampilan
Lihat penampilan klien, rapi atau tidaknya. Misalnya rambut acak-acakan,
kancing baju tidak tepat, resleting tidak ditutup.
2) Pembicaraan
Amati cara berbicara atau berkomunikasi klien apakah cepat, keras,
inkoherensi, apatis, lambat, membisu, atau tidak mampu memulai pembicaraan.
3) Aktivitas Motorik
Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat /keluarga:
a) Kelambatan :
1) Hipokinesa, hipoaktivitas : gerakan atau aktivitas yang berkurang.
2) Katalepsi : mempertahankan secara kaku posisi badan tertentu, juga bila
hendak diubah orang lain.
3) Flexibelitas serea : mempertahankan posisi yang dibuat orang lain
b) Peningkatan
1) Hiperkinesa, hiperaktivitas: aktivitas yang berlebihan.
2) Gaduh gelisah katonik: aktivitas motorik yang tidak bertujuan yang
dilakukan berkali-kali seakan tidak dipengaruhi rangsangan luar.
3) Tremor: jari-jari yang tampak gemetar ketika klien menjulurkan tangan.
11
4) Kompulsif: kegiatan yang dilakukan berulang-ulang, seperti mencuci
tangan, mencuci muka, mandi, mengeringkan tangan.
4) Alam Perasaan
Tanyakan kepada klien apakah klien merasa sedih,
ketakutan, putus asa, khawatir, gembira berlebihan,
serta berikan penjelasan mengapa klien merasakan
perasaan itu.
5) Afek
Terkadang afek pasien tampak datar, tumpul, emosi
pasien berubah-ubah, kesepian, apatis, depresi atau
sedih, dan cemas.
6) Interaksi selama wawancara
a) Bermusuhan, tidak kooperatif, atau mudah tersinggung.
b) Kontak mata kurang : tidak mau menatap lawan bicara.
c) Defensif : selalu mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya.
d) Curiga : menunjukkan tidak percaya pada orang lain.
7) Persepsi
Biasanya pasien berbicara dan dapat mejawab
dengan jelas.
8) Isi Fikir
Biasanya pasien merasa dirinya tidak berharga lagi
9) Tingkat Kesadaran
Biasanya psaien akan lebih banyak berdiam dan menunduk
10) Memori
Biasanya klien diwaktu wawancara dapat mengingat
kejadian yang terjadi dan mengalami gangguan daya
ingat jangka panjang.
11) Kemampuan Penilaian
Biasanya klien mengalami kemampuan penilaian ringan dan sedang dan tidak
mampu mengambil keputusan
12) Daya pikir diri
Biasanya klien mengingkari penyakit yang dideritanya
e) Kebutuhan persiapan pulang
1) Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat
makan.
2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta
membersihkan dan merapikan pakaian.
3) Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
4) Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan diluar rumah.
5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat
f) Masalah psikososial dan lingkungan
Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.
12
g) Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien
kemudian tiap bagian yang dimiliki klien disimpulkan
dalam masalah.
h) Aspek Medik
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi
psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi,
terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan
klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan
bermasyarakat.
i) Aktivitas dan istirahat
Gangguan tidur, bangun lebih awal, insomnia, dan hiperaktivitas.
j) Higiene
Kebersihan personal kurang, terlihat kusut/ tidak terpelihara
k) Integritas ego
1) Dapat timbul dengan ansietas berat, ketidakmampuan untuk rileks, kesulitan
yang dibesar-besarkan, mudah agitasi.
2) Mengekspresikan persaaan tidak adekuat, perasaan tidak berharga, kurang
diterima, dan kurang percaya pada orang lain. Menunjukkan kesulitan koping
terhadap stres, menggunakan mekanisme koping yang tidak sesuai
l) Neurosensori
Mengalami emosi dan perilaku abnormal dengan sistem keyakinan/ketakutan
bahwa diri ataupun orang terdekat berada dalam bahaya karena diracuni atau
diinfeksi, mempunyai penyakit, merasa tertipu oleh pasangan individu, dicurangi
oleh orang lain, dicintai atau mencintai dari jarak jauh.
m) Keamanan
Dapat menimbulkan prilaku berbahaya/menyerang
n) Interaksi Sosial
1) Kerusakan bermakna dalam fungsi sosial/perkawinan
2) Umumnya bermasalah dengan hokum
o) Masalah yang Perlu Dikaji
1) Menarik diri
2) Konsep diri : harga diri rendah
3) Resiko gangguan persepsi sensori halusinasi
13
Untuk dapat mengangkat diagnosis gangguan interaksi sosial, Perawat harus
memastikan bahwa tanda dan gejala dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:
DS:
DO:
Bila data diatas tidak tampak pada pasien, maka Perawat harus melihat kemungkinan
masalah lain pada daftar diagnosis keperawatan, atau diagnosis keperawatan lain yang
masuk dalam sub kategori interaksi sosial pada SDKI.
b) Etiologi (Penyebab)
Etiologi (penyebab) dalam diagnosis keperawatan adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan status kesehatan.
Penyebab (etiologi) untuk masalah gangguan interaksi sosial adalah:
Defisiensi bicara
Hambatan perkembangan/maturase
Ketiadaan orang terdekat
Perubahan neurologis (mis: kelahiran prematur, distres fetal, persalinan
cepat, atau persalinan lama)
Disfungsi sistem keluarga
Ketidakteraturan atau kekacauan lingkungan
Penganiayaan atau pengabaian anak
Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
Model peran negatif
Impulsif
Perilaku menentang
c) Penulisan Diagnosis
Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang berarti
penulisannya menggunakan metode tiga bagian, yaitu:
Contoh:
14
Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan impulsif dibuktikan dengan merasa
tidak nyaman dengan situasi sosial, merasa sulit menerima atau mengkomunikasikan
perasaan, kurang responsive atau tertarik pada orang lain, tidak berminat melakukan
kontak emosi atau fisik.
Gangguan interaksi sosialb.d impulsif d.d merasa tidak nyaman dengan situasi sosial,
merasa sulit menerima atau mengkomunikasikan perasaan, kurang responsive atau
tertarik pada orang lain, tidak berminat melakukan kontak emosi atau fisik.
Perhatikan:
Masalah = gangguan interaksi sosial
Penyebab = impulsif
Tanda/gejala = merasa tidak nyaman dengan situasi sosial., dst
b.d = berhubungan dengan
d.d = dibuktikan dengan
Contoh:
15
Perasaan nyaman dengan situasi sosial meningkat
Perasaan mudah menerima atau mengkomunikasikan perasaan meningkat
Responsif pada orang lain meningkat
Minat melakukan kontak emosi meningkat
Minat melakukan kontak fisik meningkat
Perhatikan:
e) Intervensi (SIKI)
Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat
harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.
Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus
memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.
Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur
luaran keperawatan.
Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk
diagnosis gangguan interaksi sosialadalah:
Observasi :
Identifikasi penyebab kurangnya keterampilan sosial
Identifikasi focus pelatihan keterampilan sosial
16
Terapeutik :
Edukasi :
Observasi :
Terapeutik :
17
Edukasi :
18
Adanya tracheostomy atau endotracheal tube akan menghambat kemampuan
pasien untuk berbicara.
DS:
Tidak ada
DO:
Bila data diatas tidak tampak pada pasien, maka Perawat harus melihat
kemungkinan masalah lain pada daftar diagnosis keperawatan, atau diagnosis
keperawatan lain yang masuk dalam sub kategori interaksi sosial pada SDKI.
b) Etiologi (Penyebab)
Etiologi (penyebab) dalam diagnosis keperawatan adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan status kesehatan.
Etiologi (penyebab) untuk masalah gangguan komunikasi verbal adalah:
19
Kelainan palatum
Hambatan fisik (misal: terpasang trakeostomi, intubasi, krikotiroidektomi)
c) Penulisan Diagnosis
Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang berarti penulisannya
menggunakan metode tiga bagian, yaitu:
Contoh:
Perhatikan:
20
Kemampuan mendengar meningkat
Kesesuaian ekspresi wajah/tubuh meningkat
Contoh:
Perhatikan:
e) Intervensi (SIKI )
Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat
harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.
Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus
memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.
Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur
luaran keperawatan.
Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk
diagnosis gangguan komunikasi verbal adalah :
21
Tindakan yang dilakukan pada intervensi promosi komunikasi: defisit
bicaraberdasarkan SIKI, antara lain:
Observasi
Terapeutik
Edukasi
22
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Observasi
23
Periksa kemampuan penglihatan
Monitor dampak gangguan penglihatan (mis: risiko cidera, depresi,
kegelisahan, kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari)
Terapeutik
Edukasi
24
Pengambilan keputusan (di diskusikan bersama keluarga terkait)
Kebiasaan hidup sehari-hari (kebiasaan tidur/istirahat, kebiasaan rekreasi,
kebiasaan makan keluarga)
13) Status sosial ekonomi keluarga (membahas masalah keuangan keluarga)
b) Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
2) Riwayat Keluarga Inti
3) Riwayat keluarga sebelumnya
c) Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga (keluarga saling berinteraksi dan berkomunikasi
secara terbuka)
2) Struktur kekuatan keluarga (saling menghormati dan menghargai keputusan
yang di musyawarahkan bersama)
3) Struktur peran (peran masing-masing dalam keluarga)
4) Nilai dan norma keluarga (keluarga menerapkan sopan santun dan slaing
menghormati)
d) Fungsi Keluarga
1) Fungsi efektif (keluarga menerapkan saling melengkapi dan tolong menolong
satu sama lain)
2) Fungsi sosialisasi (Dalam berhubungan sosial dengan masyarakat atau
tetangga disekitar lingkungan tempat tinggalnya baik, dan tidak ada masalah
dalam sosialisasi.)
3) Fungsi keperawatan kesehatan
Pembagian masalah berdasarkan lima tugas perawatan kesehatan :
Mengenal masalah kesehatan
Memutuskan untuk merawat
Mampu merawat
Modifikasi lingkungan
Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
Fungsi reproduksi
Fungsi ekonomi
e) Pemeriksaan Fisik (pemeriksaan Tanda-Tanda Vital [TTV)
25
DS:
Tidak ada
DO:
Bila data diatas tidak tampak pada pasien, maka Perawat harus melihat
kemungkinan masalah lain pada daftar diagnosis keperawatan, atau diagnosis
keperawatan lain yang masuk dalam sub kategori interaksi sosial pada SDKI.
b) Etiologi (Penyebab)
Etiologi (penyebab) dalam diagnosis keperawatan adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan status kesehatan.
Etiologi (penyebab) untuk masalah gangguan proses keluarga adalah :
c) Penulisan Diagnosis
Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang berarti penulisannya
menggunakan metode tiga bagian, yaitu:
Contoh:
26
Gangguan proses keluargab.d perubahan status kesehatan anggota keluarga d.d
keluarga tidak mampu beradaptasi terhadap situasi, tidak mampu berkomunikasi
secara terbuka diantara anggota keluarga.
Perhatikan:
Contoh:
Perhatikan:
27
Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam,
maka proses keluarga
Ekspektasi = Membaik
e) Intervensi (SIKI)
Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat
harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.
Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus
memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.
Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur
luaran keperawatan.
Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk
diagnosis gangguan proses keluarga adalah:
Observasi
Terapeutik
28
Diskusikan rencana medis dan perawatan
Edukasi
Kolaborasi
Observasi
29
Identifikasi masalah atau gangguan dalam proses keluarga
Identifikasi kebutuhan perawatan mandiri di rumah untuk klien dan
tetap beradaptasi dengan pola hidup keluarga
Terapeutik
Edukasi
Observasi
30
Identifikasi penengah dalam keluarga
Identifikasi ketidakpuasan dan/atau konflik yang terjadi
Identifikasi kejadian saat ini atau akan terjadi yang mengancam
keluarga
Identifikasi kebutuhan dan harapan dalam keluarga
Terapeutik
Edukasi
D. Isolasi Sosial
1) Pengkajian
a) Indentitas Klien
1) Nama
2) Umur
3) Status perkawinan
4) Agama
5) Pendidikan
6) Pekerjaan
31
7) Suku atau bangsa
8) Alamat
b) Faktor Predisposisi
1) Riwayat gangguan jiwa
2) Riwayat pengobatan
3) Riwayat penganiayaan
4) Riwayat anggota keluarga yang gangguan jiwa
5) Pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan
c) Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-tanda vital (nadi, suhu, dan pernapasan)
2) Ukur (berat badan dan tinggi badan)
3) Keluhan fisik
DS:
DO:
Menarik diri
Tidak berminat/menolak berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan
Bila data diatas tidak tampak pada pasien, maka Perawat harus melihat
kemungkinan masalah lain pada daftar diagnosis keperawatan, atau diagnosis
keperawatan lain yang masuk dalam sub kategori interaksi sosial pada SDKI.
b) Etiologi (Penyebab)
32
Etiologi (Penyebab) alam diagnosis keperawatan adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan status kesehatan.
Etiologi (Penyebab) untuk masalah isolasi sosia ladalah:
Keterlambatan perkembangan
Ketidakmampuan menjalin hubungan yang memuaskan
Ketidaksesuaian minat dengan tahap perkembangan
Ketidaksesuaian nilai-nilai dengan norma
Ketidaksesuaian perilaku sosial dengan norma
Perubahan penampilan fisik
Perubahan status mental
Ketidakadekuatan sumber daya personal (mis: disfungsi berduka,
pengendalian diri buruk)
c) Penulisan Diagnosis
Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang berarti penulisannya
menggunakan metode tiga bagian, yaitu:
Contoh:
33
Verbalisasi ketidakamanan ditempat umum menurun
Perilaku menarik diri menurun
Contoh:
Perhatikan:
e) Intervensi (SIKI)
Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat
harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.
Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus
memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.
Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur
luaran.
Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk
diagnosis isolasi sosial adalah:
Promosi sosialisasi
Terapi aktivitaseperawatan.
34
Promosi sosialisasi adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk
meningkatkan kemampuan pasien untuk berinteraksi dengan orang lain.
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Observasi
Terapeutik
36
Tingkatkan keterlibatan dalam aktivitas rekreasi dan diversifikasi
untuk menurunkan kecemasan (mis: vocal group, bola voli, tenis
meja, jogging, berenang, tugas sederhana, permainan sederhana,
tugas rutin, tugas rumah tangga, perawatan diri, dan teka-teki dan
kartu)
Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu
Fasilitasi mengembangkan motivasi dan penguatan diri
Fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya sendiri
untuk mencapai tujuan
Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
Berikan penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas
Edukasi
Kolaborasi
37
c) Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
2) Riwayat kesehatan keluarga
d) Riwayat Obstetrik
1) Riwayat ANC
2) Riwayat menstruasi
3) Riwayat persalinan
e) Pola Fungsional Gordon
1) Pola persepsi kesehatan
2) Pola nutrisi dan metabolik
3) Pola eliminasi
4) Pola aktivitas dan latihan
5) Pola persepsi kognitif
6) Pola istirahat dan tidur
7) Pola konsep diri dan persepsi diri
8) Pola peran dan hubungan
9) Pola reproduksi dan seksual
10) Pola mekanisme koping
11) Pola keyakinan dan nilai
f) Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Kesadaran
Tanda-tanda vital
g) Pemeriksaan Head To Toe
Kepala (rambut, mata, mulut, hidung, leher, dan telinga)
Dada (payudara)
Abdomen (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
DS:
38
Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan peran menjadi orang tua
DO:
Tampak adanya dukungan emosi dan pengertian pada anak atau anggota
keluarga
Bila data diatas tidak tampak pada pasien, maka Perawat harus melihat
kemungkinan masalah lain pada daftar diagnosis keperawatan, atau diagnosis
keperawatan lain yang masuk dalam sub kategori interaksi sosial pada SDKI.
b) Penulisan Diagnosis
Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan promosi kesehatan, yang berarti
penulisannya menggunakan metode dua bagian, yaitu:
[masalah] + [tanda/gejala]
Perhatikan:
39
Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk
diagnosis kesiapan peningkatan menjadi orang tua adalah: “peran menjadi orang
tua membaik.”
Peran menjadi orang tua membaik berarti membaiknya kemampuan orang tua
memberi lingkungan bagi anak atau anggota keluarga yang cukup, untuk
memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan.
Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa peran menjadi orang tua membaik
adalah:
Contoh:
Perhatikan:
d) Intervensi (SIKI)
Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat
harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.
Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus
memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.
Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur
luaran keperawatan.
Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk
diagnosis kesiapan peningkatan menjadi orang tua adalah:
40
Promosi antisipasi keluarga
Promosi pengasuhan
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
41
Observasi
Terapeutik
Edukasi
42
Pengambilan keputusan (di diskusikan bersama keluarga terkait)
Kebiasaan hidup sehari-hari (kebiasaan tidur/istirahat, kebiasaan rekreasi,
kebiasaan makan keluarga)
12) Status sosial ekonomi keluarga (membahas masalah keuangan keluarga)
43
DS:
DO:
Bila data diatas tidak tampak pada pasien, maka Perawat harus melihat
kemungkinan masalah lain pada daftar diagnosis keperawatan, atau diagnosis
keperawatan lain yang masuk dalam sub kategori interaksi sosial pada SDKI.
b) Penulisan Diagnosis
Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan promosi kesehatan, yang berarti
penulisannya menggunakan metode dua bagian, yaitu:
[masalah] + [tanda/gejala]
44
Perhatikan:
Contoh:
Perhatikan:
45
Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,
d) Intervensi (SIKI)
Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat
harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.
Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus
memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.
Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur
luaran keperawatan.
Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk
diagnosis kesiapan peningkatan proses keluarga adalah:
Observasi
Terapeutik
Edukasi
46
Anjurkan anggota keluarga mempertahankan keharmonisan
keluarga
Kolaborasi
Observasi
Terapeutik
Edukasi
47
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antar 0rang- orang-perorangan,antara kelompok-kelompok
manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Apabila ada
pertemuan diantara dua atau lebih, maka saat itu juga interaksi sosial terjadi. Proses
saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara, atau berkelahi hal-hal tersebut
merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial. Perlu dipahami juga dalam bentuk
interaksi sosial tidak hanya dilakukan secara langsung ada jabat tangan, berbicara,
berpelukan atau sebagainya seperti yang disebutkan dalam bentuk-bentuk interaksi
sosial, akan tetapi adanya suatu respon dan isyarat sudah termasuk juga dalam
interaksi sosial. Karena syarat dari interaksi sosial adalah adanya kontak sosial (social
contact) dan adanya komunikasi.
Model interaksi sosial adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pada
terbentuknya hubungan antara peserta diklat yang satu dengan yang lainnya. Model
ini beranjak dari paradigma bahwa individu tidak mungkin bisa membebaskan dirinya
dari interaksi dengan orang lain. Dalam konteks yang lebih luas, hubungan itu
mengarah pada hubungan individu dengan masyarakat. Oleh karena itu, proses
pembelajaran harus dapat menjadi wahana untuk mempersiapkan peserta didik agar
dapat menjadi wahana untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat berinteraksi
secara ekstensif dengan masyarakat, mengembangkan sikap dan perilaku demokratis,
serta menumbuhkan produktivitas kegiatan belajar peserta didik
B. Saran
Hendaknya kita sebagai makhluk sosial harus bsa berinteraksi sosial dengan
lingkungan atau masyarakat dalam kehidupan kita. Dan juga kita sebagai mahasiswa
khususnya, jurusan keperawatan harus bisa memahami proses keperawatan yang
didalamnya terdiri dari Pengkajian, Diagnosa, Implementasi, Intervensi, dan Evaluasi.
Agar supaya kita bisa lebih mudah membuat ASKEP (Asuhan Keperawatan).
48
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/ACER/Downloads/6642-Article%20Text-16029-1-10-20181129.pdf
file:///C:/Users/ACER/Downloads/19-37-1-SM.pdf
file:///C:/Users/ACER/Downloads/1837-Article%20Text-5407-1-10-20200722.pdf
file:///C:/Users/ACER/Downloads/BAB%20I%20devi.pdf
file:///C:/Users/ACER/Downloads/bab%2012345%20untuk%20sidang.pdf
https://perawat.org/gangguan-interaksi-sosial/#modifikasi-perilaku-keterampilan-sosial-
i13484
https://www-nursetogether-com.translate.goog/impaired-verbal-communication-nursing-
diagnosis-care-plan/?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc
https://www.academia.edu/15043143/
ASUHAN_KEPERAWATAN_GANGGUAN_INTERAKSI_SOSIAL
https://perawat.org/gangguan-komunikasi-verbal/
https://perawat.org/gangguan-proses-keluarga/
https://perawat.org/isolasi-sosial/
https://perawat.org/kesiapan-peningkatan-menjadi-orang-tua/
https://perawat.org/kesiapan-peningkatan-proses-keluarga/
https://repository.poltekkes-smg.ac.id/index.php?p=fstream&fid=2920&bid=13082
https://repository.poltekkes-smg.ac.id/index.php?p=fstream&fid=126201&bid=30375
https://repository.poltekkes-smg.ac.id/index.php?p=fstream&fid=51862&bid=21060
file:///C:/Users/ACER/Downloads/fix%20kayane.pdf
http://123.231.148.147:8908/index.php?p=fstream-pdf&fid=2728&bid=12991
https://id.scribd.com/document/368975111/Makalah-Isolasi-Sosial-Kelompok-6
https://scholar.google.co.id/scholar?q=related:tLcdWq7ltuEJ:scholar.google.com/
&hl=id&as_sdt=0,5#d=gs_qabs&t=1682759661680&u=%23p%3DtLcdWq7ltuEJ
https://repository.poltekkes-smg.ac.id/index.php?p=fstream&fid=132115&bid=31162
49