Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SOSIOLOGI OLAHRAGA

“PERSYARATAN AKTIVITAS OLAHARAGA YANG DAPAT MEMBANGUN

INTERAKSI DALAM MASYARAKAT”

Disusun Oleh:
Auliya Hafiz (Nim. 21199014)
Ryzki ‘Adilla (Nim. 21199053)

Dosen Pembimbing MK:


Dr. Willadi Rasyid, M. Pd
Dr. Anton Komaini, M. Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA (S2)


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
2

KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul “Aktifitas Olahraga Dan Interaksi Sosial Dalam Masyarakat” sebagai

salah satu tugas pada mata kuliah Sosiologi Olahragadengan baik dan semampu

penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih terdapat

banyak kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang penulis harapkan dari berbagai pihak sebagai

bahan perbaikan dalam proses penyusunan materi yang selanjutnya.

Tak lupa ucapan terimkasih kami haturkan kepada bapak dosen, orang tua

tercinta serta kepada rekan-rekan seperjuangan karena atas dorongan dan

semangat kerja sama yang baik sehingga kami dapat aktif dalam mengikuti proses

belajar pada saat ini.

Padang, 18 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................... i


KATA PENGANTAR........................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan.................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Interaksi Sosial.......................................................... 3
B. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial ............................................... 7
C. Aktivitas Olahraga yang Mampu Membangun Interaksi dalam
Masyarakat............................................................................. 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 16
DAFTAR PUSTA............................................................................... 17

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam perkembangannya olahraga saat ini sangat diminati oleh berbagai

kalangan masyarakat baik laki-laki dan perempuan, namun sesungguhnya olahraga itu

sendiri sudah menjadi kebutuhan bagi masing-masing individu tersebut yang berguna

untuk menjaga hingga meningkatkan kondisi fisik maupun fisikis seseorang ketika

melakukan aktifitas olahraga.

Secara fisikologis aktifitas olahraga menjadi wahana untuk meningkatkan fungsi

kerja jantung, kelincahan, kecepatan, dan kekuatan. Sedangkan secara sosial aktifitas

olahraga dapat dijadikan media sosialisasi melalui interaksi yang terjadi secara

komunikatif dengan orang lain bahkan lingkungan sekitar.

Salah satu indikasi meningkatnya keinginan masyarakat akan derajat kesehatan

yang tinggi, penampilan jasmani yang proposional serta aktualisasi diri yang lebih dalam

lingkungannya mencerminkan bahwa kebutuhan masyarakat semakin beragam sehingga

membutuhkan tempat untuk menyalurkan serta memenuhi kebutuhan tersebut.

Partisipasi masyarakat dalam aktifitas olahraga memiliki berbagai macam tujuan

mengacu kepada kebutuhan pokok manusia yang hendaknya bisa tercapai dalam aktifitas

olahraga sebagai wadah untuk berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan seperti

fisikologis, dan harga diri, aktualisasi diri serta prestasi.

Dengan perkembangannya teknologi interaksi yang terjadi dalam olahraga juga

semakin berkembang, namun interaksi sosial tersebut tidak terjadi secara langsung.

Interaksi tersebut memanfaatkan media sosial, bahkan menariknya interaksi yang terjadi

1
2

di media sosial tersebut relative lebih banyak, di bandingkan dengan interaksi sosial

secara langsung, disinilah olahraga berperan penting terhadap interaksi sosial dalam

masyarakat secara langsung.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan interaksi sosial?

2. Apa saja bentuk-bentuk dari interaksi sosial?

3. Apa aktivitas olahraga yang mampu membangun interaksi dalam masyarakat?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui interaksi sosial.

2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dari interaksi sosial.

3. Untuk mengetahui aktivitas olahraga yang mampu membangun interaksi dalam

masyarakat.
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Interaksi Sosial

Manusia di samping sebagai makhluk individual juga merupakan makhluk sosial.

Sebagai makhluk individual manusia mempunyai dorongan atau motif untuk

mengadakan hubungan dengan dirinya sendiri, sedangkan sebagai makhluk sosial

manusia mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain, manusia

mempunyai dorongan sosial. Dengan adanya dorongan atau motif sosial pada manusia,

maka manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau untuk

mengadakan interaksi. Dengan demikian maka akan terjadilah interaksi antara manusia

satu dengan manusia yang lain.

1. Pengertian Interaksi Sosial

Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan

proses sosial) karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-

aktivitas sosial. Bentuk lain proses sosial hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dari

interaksi sosial. Interaksi sosial itu sendiri menurut Walgito (2003: 65) ialah

“hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat

mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan

yang saling timbal balik”. Dapat dikatakan hubungan tersebut terdapat diantara

individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan

kelompok.

Interaksi sosial menurut Gillin dan Gillin dalam Soekanto (2012: 55)

mengatakan bahwa “hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut

hubungan antara orang-orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia,

3
4

maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia”. Sedangkan pendapat

lain dari Soyomukti (2016: 315) mengatakan bahwa “Interaksi sosial adalah tindakan,

kegiatan, atau praktik dari dua orang atau lebih yang masing-masing mempunyai

orientasi dan tujuan”. Jadi, interaksi sosial menghendaki adanya tindakan yang saling

diketahui.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa interaksi

sosial adalah suatu proses ketika orang-orang yang berkomunikasi saling pengaruh-

mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Jadi interaksi sosial merupakan kunci

semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tak mungkin ada kehidupan

bersama. Bertemunya orang perorang secara jasmaniah belaka tidak akan

menghasilkan pergaulan hidup. Pergaulan hidup baru akan terjadi apabila setiap orang

dalam pergaulan itu terlibat dalam suatu interaksi.

2. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Interaksi Sosial

Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor, yang

menurut Soekanto (2012: 57-58) ada 4 faktor terjadinya interaksi sosial, yaitu: (1)

imitasi, (2) sugesti, (3) identifikasi, (4) simpati. Berikut ini penjelasan lebih lanjut.

a. Imitasi

Faktor Imitasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses

interaksi sosial. Imitasi atau peniruan dapat mendorong seseorang untuk mematuhi

kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Namun demikian, imitasi

mungkin pula mengakibatkan terjadinya hal-hal yang negatif dimana misalnya

yang ditiru adalah tindakan-tindakan yang menyimpang. Selain itu, imitasi juga

dapat melemahkan atau bahkan mematikan pengembangan daya kreasi seseorang.

b. Sugesti
5

Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan

atau sesuatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak

lain. Jadi proses ini sebenarnya hampir sama dengan imitasi, tetapi titik-tolaknya

berbeda. Berlangsungnya sugesti dapat terjadi karena pihak yang menerima dilanda

oleh emosi, yang menghambat daya berpikirnya secara rasional. Proses sugesti

terjadi apabila orang yang memberikan pandangan adalah orang yang berwibawa

atau mungkin karena sifatnya yang otoriter. Dan juga kiranya pula bahwa sugesti

terjadi oleh sebab yang memberikan pandangan atau sikap merupakan bagian

terbesar dari kelompok yang bersangkutan, atau masyarakat.

c. Identifikasi

Faktor identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan-kecenderungan

atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak

lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, karena kepribadian

seorang dapat terbentuk atas dasar proses ini. Proses identifikasi dapat berlangsung

dengan sendirinya (secara tidak sadar), maupun dengan sengaja karena sering kali

seseorang memerlukan tipe-tipe ideal tertentu di dalam proses kehidupannya.

d. Simpati

Proses simpati sebenarnya merupakan suatu proses dimana sseorang merasa

tertarik pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan memegang peranan yang

sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk

memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya. Inilah perbedaan

utamanya dengan identifikasi yang didorong oleh keinginan untuk belajar dari

pihak lain yang dianggap kedudukannya lebih tinggi dan harus dihormati karena

mempunyai kelebihan-kelebihan atau kemampuan-kemampuan tertentu yang patut


6

dijadikan contoh. Proses simpati akan dapat berkembang di dalam suatu keadaan

dimana faktor saling mengerti terjamin.

3. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut

hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan

kelompok. Dua syarat terjadinya interaksi sosial menurut Soekanto (2012: 62) yaitu :

a. Kontak Sosial (Social Contact)

Di era yang kian maju, kemajuan teknologi informasi telah menghasilkan

suatu bentuk kontak sosial yang baru. Orang dapat melakukan kontak sosial

melalui telepon, telegraf, radio, surat, e-mail dan lain sebagainya. Kontak sosial

dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu antar individu, antar individu dengan

kelompok, antar kelompok. Selain itu, suatu kontak dapat pula bersifat langsung

maupun tidak langsung. Setiadi dan Kolip (2011: 74) menjelaskan bahwa

“Kontak sosial langsung yaitu hubungan timbal balik antar-individu

maupun antar kelompok terjadi secara fisik, seperti berbicara, tersenyum, bahasa

tubuh (isyarat) dan lainnnya. Sedangkan kontak sosial tak langsung yaitu kontak

yang terjadi melalui mediator (perantara) seperti radio, televisi, telegram, whatsupp

dan lain-lain”.

b. Komunikasi (Communication)

Komunikasi yaitu seseorang memberi arti pada perilaku orang lain,

perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang

bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan

oleh orang tersebut. Komunikasi dan kontak sosial sangat mirip. Akan tetapi perlu

diketahui bahwa kontak belum tentu berarti komunikasi, sebab dalam komunikasi
7

diperlukan adanya pemahaman makna atas pesan dan tujuan yang disampaikan

oleh masing-masing pihak yang melakukan komunikasi. Sifat-sifat dari komunikasi

itu sendiri dijelaskan Setiadi dan Kolip (2011: 77) ada dua jenis, yaitu (1)

Komunikasi positif. Komunikasi dapat dikatakan positif jika pihak-pihak yang

melakukan komunikasi ini terjalin kerja sama sebagai akibat kedua belah pihak

saling memahami maksud atau pesan yang disampaikannya. (2). Komunikasi

negatif. Kominikasi dapat dikatakan negatif jika pihak-pihak yang melakukan

komunikasi tersebut tidak saling mengerti atau salah paham maksud masing-

masing pihak sehingga tidak menghasilkan kerja sama, tetapi justru sebaliknya.

B. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan

(competition), dan bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict).

Dalam suatu proses sosial dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu hubungan sosial

asosiatif dan disosiatif. Menurut Soekanto (2012), proses-proses interaksi sosial yang

pokok adalah sebagai berikut:

1. Proses-Proses yang Asosiatif

Proses sosial asosiatif adalah hubungan positif yang terjadi dalam masyarakat.

Proses ini bersifat membangun serta mempererat atau memperkuat hubungan jalinan

solidaritas dalam kelompok masyarakat untuk menjadi satu kesatuan yang lebih erat.

Proses-proses yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Kerja Sama (Cooperation)

Beberapa sosiolog menganggap bahwa kerja sama merupakan bentuk

interaksi sosial yang pokok. Kerja sama disini dimaksudkan sebagai suatu usaha

bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau
8

beberapa tujuan bersama. Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa

mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang

bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri

untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut. Kesadaran akan adanya

kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta

yang penting dalam kerja sama yang berguna. Dalam teori sosiologi akan dapat

dijumpai beberapa bentuk kerja sama yang biasa diberi nama kerja sama

(coorperation). Kerja sama tersebut lebih lanjut dibedakan lagi dengan ; (1) kerja

sama spontan (spontaneous cooperation), kerja sama langsung (directed

cooperation), kerja sama kontrak (contractual cooperation), dan kerja sama

tradisional (traditional cooperation). Kerja sama spontan adalah kerja sama yang

serta merta. Kerja sama langsung merupakan hasil dari perintah atasan atau

penguasa, sedangkan kerja sama kontrak merupakan kerja sama atas dasar tertentu,

dan kerja sama tradisional merupakan bentuk kerja sama sebagai bagian atau unsur

dari sistem sosial.

b. Akomodasi (Accomodation)

Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti, yaitu yang pertama

akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti kenyataan adanya suatu

keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi antara individu dan kelompok

sehubungan dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di

dalam masyarakat. Yang kedua yaitu akomodasi yang menunjuk pada suatu

proses. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia

untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan.

Jadi dapat dikatakan bahwa akomodasi merupakan upaya untuk mencapai


9

penyelesaian dari suatu pertikaian atau konflik oleh pihak-pihak yang bertikai yang

mengarah pada kondisi atau keadaan selesainya suatu konflik atau pertikaian

tersebut. Tujuan dari akomodasi itu sendiri menurut Setiadi dan Kolip (2011: 81)

ada 4 macam, yaitu :

1) Mengurangi perbedaan paham, pertentangan politik, atau permusuhan antar

kelompok, seperti suku, ras dan kelompok kepentingan lain.

2) Mencegah terjadinya ledakan konflik yang berupa benturan antar kelompok.

Seperti contohnya perpecahan yang mengarah pada disintegrasi sosial.

3) Menyatukan dua kelompok atau lebih yang terpisah-pisah untuk mencapai

persatuan dan kesatuan.

4) Mengupayakan terjadinya proses pembauran antar suku, etnis atau ras, antar

agama, antar golongan, dan sebagainya sehingga mengarah pada proses

terjadinya asimilasi.

c. Asimilasi (Assimilation)

Asimilasi merupakan suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan, yang

ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan yang terdapat antara

individu atau kelompok dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi

kesatuan tindak, sikap, dan proses-proses mental dengan memerhatikan

kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama. Menurut Koentjaraningrat

(pengantar antropologi) dalam Soekanto (2012: 74) menjelaskan bahwa proses

asimilasi timbul bila ada:

1) Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya;

2) Orang-perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara

langsung dan intensif untuk waktu yang lama sehingga;


10

3) Kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-

masing berubah dan saling menyesuaikan diri.

Selanjutnya faktor yang mendukung terjadinya asimilasi adalah toleransi,

kesempatan di bidang ekonomi yang seimbang, menghargai kebudayaan lain,

terbuka, ada persamaan unsur kebudayaan, perwakilan campuran, musuh bersama

dari luar. Sedangkan faktor yang menghambat terjadinya asimilasi adalah

kehidupan yang terisolasi, tidak punya pengetahuan budaya yang lainnya, perasaan

takut pada budaya lain, ada perbedaan ciri fisik, in-group feeling yang kuat,

perbedaan kepentingan, dan lain-lain.

2. Proses Disosiatif

Interaksi sosial disosiatif adalah proses sosial yang mengarah pada konfik atau

dapat merenggangkan solidaritas kelompok. Proses disosiatif disebut pula proses

oposisi. Interaksi sosial disosiatif yaitu sebuah proses sosial yang menjurus ke

masalah atau konflik, yang mengakibatkan kerenggangan dalam berinteraksi, biasa

juga dikenal dengan sebuah proses oposisi. Proses interaksi sosial disosiatif terdiri

dari tiga bentuk, yaitu persaingan, kontravensi, dan pertentangan atau konflik.

a. Persaingan (Competition)

Persaingan dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, di mana individu

atau kelompok yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang

kehidupan yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian umum dengan cara

menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa

mempergunakan kekerasan atau ancaman. Persaingan itu sendiri ada tua tipe, yaitu

yang bersifat pribadi dan yang tidak bersifat pribadi. Fungsi-fungsi persaingan ada
11

4, yaitu (1) untuk menyalurkan keinginan-keinginan yang bersifat kompetitif, (2)

sebagai jalan dimana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang pada suatu masa

menjadi pusat perhatian tersalurkan dengan sebaik-baiknya, (3) sebagai alat untuk

mengadakan seleksi atas dasar jenis kelamin dan seleksi sosial, dan (4) sebagai alat

untuk menyaring warga golongan-golongan karya untuk mengadakan pembagian

kerja. Selanjutnya, hasil atau dampak yang terjadi akibat adanya suatu persaingan

adalah perubahan kepribadian seseorang, kemajuan, solidaritas kelompok, dan

disorganisasi.

b. Kontravensi (Contravention)

Kontravensi merupakan bentuk proses sosial yang berada antara persaingan

dan pertentangan atau pertikaian. Kontravensi merupakan sikap mental yang

tersembunyi terhadap orang-orang lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan

golongan tertentu. Bentuk-bentuk dari kontravensi itu sendiri menurut Wiese dan

Becker dalam Soekanto (2012: 88) yaitu sebagai berikut :

1) Yang umum meliputi perbuatan-perbuatan seperti penolakan, keengganan,

perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguan-gangguan,

perbuatan kekerasan, dan mengacaukan rencana pihak lain;

2) Yang sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain di muka umum,

mencerca, memfitnah, melemparkan beban pembuktian kepada pihak lain, dan

seterusnya;

3) Yang intensif mencakup penghasutan, menyebarkan desas-desus,

mengecewakan pihak-pihak lain dan seterusnya;

4) Yang rahasia, umpamanya mengumumkan rahasia pihak lain, perbuatan

berkhianat, dan seterusnya;


12

5) Yang taktis, misalnya mengejutkan lawan, mengganggu atau membingungkan

pihak lain, umpamanya dalam kampanye partai-partai politik dalam pemilihan

umum.

c. Pertentangan (pertikaian atau conflict)

Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses sosial dimana individu

atau kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan

dengan ancaman atau kekerasan. Sebab musabab atau akar-akar terjadinya

pertentangan adalah (1) perbedaan individu-individu, (2) perbedaan kebudayaan,

(3) perbedaan kepentingan, dan (4) perubahan sosial. Pertentangan-pertentangan

yang menyangkut suatu tujuan, nilai, atau kepentingan itu masih bisa dikatakan

bersifat positif apabila sepanjang tidak berlawanan dengan pola-pola hubungan

sosial di dalam struktur sosial yang tertentu. Bentuk kongret dari pertentangan atau

pertikaian (conflict) ini yaitu :

1) Pertentangan pribadi;

2) Pertentangan rasial;

3) Pertentangan antara kelas-kelas sosial, umumnya disebabkan oleh karena

adanya perbedaan-perbedaan kepentingan;

4) Pertentangan politik; dan

5) Pertentangan yang bersifat internasional.

C. Aktivitas Olahraga Yang Mampu Membangun Interaksi Dalam Masyarakat

Setalah dipaparkan secara lebih mendalam pada pembahasan sebelumnya

mengenai hakikat interaksi sosial dan beserta bentuk-bentuk interaksi sosial dalam suatu

proses sosial, selanjutnya kita akan membahas mengenai implikasinya di dalam aktivitas
13

olahraga. Salah satu aktivitas manusia di jaman sekarang yang populer, yang dilakukan

manusia oleh seluruh belahan dunia ini, dimana-mana olahraga dibicarakan dan

dilakukan hampir setiap saat oleh kalangan atau status sosial manapun. Di kantor,

sekolah lembaga-lembaga formal, informal dan non formal semua mengenal olahraga

apakah sekedar pembicaraan semata atau sebagai pelaku olahraga.

Di Indonesia olahraga sudah dikenal baik yang digalakkan oleh pemerintah maupun

masyarakat, kita masih ingat gerakan memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan

masyarakat. Melalui aktivitas olahraga manusia melakukan kegiatan untuk berbagai

tujuan, yang antara lain untuk kesehatan, prestasi, prestise, dan yang lebih maju lagi

adalah dengan olahraga profesional sudah dijadikan mata pencaharian.

Manusia sebenarnya diciptakan sebagai mahluk yang sadar. Kesadaran manusia

dapat disimpulkan dari kemampuannya untuk berfikir, berkehendak dan merasa. Dengan

pikirannya manusia mendapatkan ilmu pengetahuan, dengan kehendaknya manusia dapat

mencapai kesenangan. Sarana untuk memelihara dan meningkatkan ilmu pengetahuan

dinamakan logika, sedangkan sarana-sarana untuk memelihara serta meningkatkan pola

prilaku dan seni, masing-masing disebut etika dan estetika. Atas dasar hakikat

keberadaan manusia sebagai mahluk yang sadar, yang mempunyai kemampuan berfikir,

beraktivitas (bergerak), baik secara sendiri (individu) maupun secara bersama-sama

(kelompok) yang melahirkan proses-proses sosial yang disebut juga interaksi sosial. Oleh

karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial,

seperti yang dipaparkan sebelumnya.

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang

menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok

manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Yang tentunya
14

begitu banyak berpengaruh terhadap kehidupan keseharian dalam hubungannya manusia

dengan manusia lainnya. Dalam olahraga begitu banyak interaksi sosial yang terjadi baik

sebagai antara antara atlet itu sendiri, atlet dengan pelatih, atlet dengan penonton atau

penggemar, dan seterusnya. Terjadinya interakasi sosial tersebut tentu dengan latar

belakang yang berbeda-beda baik antara si kaya dan si miskin, berpendidikan dan kurang

berpendidikan, suku, agama, gender, ras yang berbeda pula. Semuanya bercampur baur

dengan segala perbedaan yang dimiliki menjadi satu tujuan apakah mereka berolahraga

untuk kesehatan semata, prestasi, prestise, atau sebagai mata pencaharian sebagai atlet

profesional. Semuanya dapat kita lihat di liga sepak bola profesional. Seperti ajang

Priemer League (Liga Inggris), begitu banyak manusia yang terlibat, dengan begitu

banyak perbedaan seperti warna kulit, agama, bangsa, dan fungsi serta peran yang

berbeda. Dengan satu tujuan bermain sepakbola untuk mencari nafkah.

Lebih lanjut menurut Kiram (2019: 69-70) menggambarkan peranan olahraga

dalam mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat, sebagai berikut :

“Olahraga adalah miniatur kehidupan. Di dalam olahraga ada perjuangan,


kompetisi, persaingan, konflik, komunikasi, dan interaksi. Olahraga juga menghasilkan
integrasi dan rasa nasionalisme. Di dalam olahraga ada unsur kerja sama dan ada aturan
yang mengikat. Olahraga menawarkan dan menjanjikan ketegangan dan sensasi. Dalam
aktivitas olahraga, melibakan sekaligus domain-domain kognitif, afektif, motorik, dan
emosi. Olahraga juga memiliki nilai-nilai kesehatan, sportivitas, dan tanggung jawab
serta bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukan merupakan karakter khusus
dalam olahraga. olahraga penuh dengan muatan nilai-nilai pendidikan. Olahraga
merupakan suatu instrumen yang efektif untuk pembentukan karakter. Olahraga telah
berkembang sebagai suatu industri yang menjanjikan untuk dijadikan sebagai suatu
sektor kekuatan perekonomian suatu negera. Olahraga juga telah menyediakan jutaan
lapangan pekerjaan. Olahraga juga telah berkembang di parawisata, rekreasi, dan
pemanfaatan waktu senggang yang kian hari semakin dibutuhkan. Olahraga juga telah
15

menjadi tidak hanya sebagai duta politik, tetapi juga sudah menjadi kekuatan politik.
Olahraga telah menimbulkan fenomena-fenomena sosial yang cukup besar dalam
kehidupan masyarakat. Pada kenyataannya olahraga telah memengaruhi perilaku sosial
masyarakat, baik secara individu maupun kelompok”.

Jadi dari sana melalui olahraga dapat dikatakan bahwa manusia dapat melakukan

interaksi sosial dengan segala kompleksitasnya, dimana terjadinya atau adanya kontak

sosial (social contact), terjadinya komunikasi (communication), dan bahkan terjadinya

suatu persaingan (competition) atau bahkan terjadinya sebuah pertikaian (conflict).

Dengan pemaparan di atas dan juga contoh di atas sebelumnya, maka dalam olahraga

seperti sepakbola dapat dikatakan sudah terjadi suatu interaksi sosial yang kompleks.

Dengan terjadinya interaksi sosial dalam dunia olahraga tersebut, maka dapat pula

dikatakan terjadi suatu kehidupan sosial. Karena pergaulan hidup semacam ini terjadi

bilamana ada orang perorang atau kelompok-kelompok manusia bekerja sama, saling

berbicara, dan seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama, mengadakan

persaingan,dan sebagainya. Terlepas dari itu, bagian terpenting dari olahraga yaitu

memiliki nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, seperti interaksi dan integrasi,

nilai-nilai sportivitas, perjuangan, membangkitkan rasa nasionalisme dan lain

sebagainya. Dan itu sangatlah dibutuhkan untuk membangun suatu masyarakat yang

cerdas, sehat, tangguh jujur, memiliki daya juang yang tinggi, memiliki daya adaptasi

yang tinggi terhadap perubahan, mampu berkerja sama dengan orang lain, memiliki rasa

nasionalis yang tinggi serta bertanggung jawab. Nilai-nilai tersebut tidak hanya sejalan

dengan falsafah Pancasila dan UUD-1945, bahkan diperlukan untuk mewujudkan

masyarakat yang diinginkan oleh falsafah Pancasila dan UUD-1945.


16

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Interaksi sosial adalah suatu proses ketika orang-orang yang berkomunikasi

saling pengaruh-mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Jadi interaksi sosial

merupakan kunci semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tak mungkin ada

kehidupan bersama. Bertemunya orang perorang secara jasmaniah belaka tidak akan

menghasilkan pergaulan hidup. Pergaulan hidup baru akan terjadi apabila setiap orang

dalam pergaulan itu terlibat dalam suatu interaksi.

Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor, yang

menurut Soekanto (2012: 57-58) ada 4 faktor terjadinya interaksi sosial, yaitu: (1)

imitasi, (2) sugesti, (3) identifikasi, (4) simpati. Dua syarat terjadinya interaksi sosial

menurut Soekanto (2012: 62) yaitu (1) Kontak Sosial (Social Contact) (2) Komunikasi

(Communication)

16
17

DAFTAR PUSTAKA

Walgito. 2003. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Offset.


Soekanto, Soejono. 2012 Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Soyomukti, Nurani. 2016. Pengantar Sosiologi (Dasar Analisis, Teori, dan Pendekatan
Menuju Analisis Masalah-Masalah Sosial, Perubahan Sosial, dan Kajian-kajian
Strategis). Jogjakarta : Ar-Ruzz Media
Setiadi, Elly M dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi. Jakatra : Kencana.
Kiram, P. H. Y. (2019). Menelusuri dan Menguak Nilai-Nilai Luhur Olahraga. Kencana.

17

Anda mungkin juga menyukai