Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

INTERAKSI SOSIAL DAN STRUKTUR SOSIAL


Mata Kuliah : Ilmu Sosial Dasar

PEMBIMBING :
Jamil Abdul Aziz, MA.

Disusun Oleh :

 Arif Nurrahman
 Erwin Wajdi Amrullah
 M. Abdurrahman Abd Bashir
 M. Fadhlan Nuari AR
 Muhammad Wafiq

INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QUR’AN

JAKARTA 2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang elah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentu kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu nabi Muhammad SAW yang
kita nanti nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas Ilmu Sosial Dasar dengan judul
“INTERAKSI SOSIAL DAN STRUKTUR SOSIAL”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran dari ustadz untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jakarta,19 september 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .........................................................................................................1


B. Rumusan Masalah ....................................................................................................1
C. Tujuan ......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

1. Interaksi Sosial
A. Pengertian Interaksi Sosial ..................................................................................3
B. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial ...........................................................................4
C. Interaksi Sosial Dalam Pandangan Al-Qur’an ....................................................9
2. Struktur Sosial
A. Pengertian Struktur Sosial ...................................................................................11
B. Bentuk-bentuk Struktur Sosial ............................................................................14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..............................................................................................................17
B. Saran ........................................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Interaksi sosial adalah hubungan timbale balik yang saling mempengaruhi, ada aksi ada
reaksi, pelakunya lebih dari satu, misalnya individu dengan individu, individu dengan
kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Contohnya guru/dosen mengajar merupakan
contoh interaksi social antara individu dengan kelompok.

Interaksi social memerlukan syarat-syarat yaitu kontak social dan komunikasi sosial.
Kontak social dapat berupa kontak primer dan kontak sekunder, sedangkan komunikasi social
dapat secara langsung maupun tidak langsung.

Faktor yang mendasari terjadinya interaksi social meliputi imitasi, sugesti, identifikasi,
simpati, empati atau interaksi sosial yang didasari oleh factor meniru orang lain, setiap
masyarakat, manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan. Hal tersebut dapat
berupa perubahan yang tidak menarik atau kurang mencolok, perubahan yang pengaruhnya
terbatas maupun luas.

Perubahan tersebut akan terlihat dalam susunan kehidupan masyarakat pada suatu
waktu atau sekarang dibandingkan kehidupan masyarakat pada masa lampau. Hal tersebut
diiringi dengan perkembangan zaman yang semakin maju dan modern. Perubahan-perubahan
masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola perilaku, organisasi,
susunan kelembagaan, masyarakat kekuasaan dan wewenang interaksi social dan sebagainya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Interaksi Sosial?


2. Apa saja bentuk-bentuk Interaksi sosial?
3. Bagaimana interaksi social dalam pandangan islam?
4. Apa yang dimaksud dengan Struktur sosial?
5. Apa saja bentuk-bentuk struktur sosial?

1
C. Tujuan

Penulisan Makalah ini mempunyai tujuan :


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Interaksi Sosial.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendasari terjadinya proses Interaksi.
3. Untuk mengetahui Syarat-syarat Interaksi Sosial.
4. Untuk mengetahui bentuk-bentuk Interaksi Sosial.
5. Untuk mengetahui Interaksi Sosial sebagai wujud status dan peranan Sosial.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. INTERAKSI SOSIAL

A. Pengertian Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut


hubungan antara orang-orang perseorangan, antara kelompok kelompok manusia, maupun
antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi
sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau
bahkan saling berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi
sosial. Walaupun orang-orang yang bertemu muka tersebut tidak saling berbicara atau tidak
saling menukar tanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi, oleh karena masing-masing sadar
akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan maupun
saraf orang-orang yang bersangkutan, yang disebabkan oleh misalnya bau keringat, minyak
wangi, suara berjalan, dan sebagainya. Kesemuanya itu menimbulkan kesan di dalam pikiran
seseorang, yang kemudian menentukan tindakan apa yang akan dilakukannya.

Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi antara kelompok tersebut


sebagai kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya. Interaksi sosial
antara kelompok-kelompok manusia terjadi pula di dalam masyarakat. Interaksi tersebut lebih
mencolok manakala terjadi perbenturan antara kepentingan perorangan dengan kepentingan
kelompok. Misalnya, di kalangan banyak suku-suku bangsa di Indonesia, berlaku suatu
tradisi yang melembaga dalam masyarakat bahwa dalam perkawinan, pihak laki-laki
diharuskan memberikan maskawin kepada pihak wanita, yang sering kali jumlahnya besar
sekali. Dasar adanya maskawin tersebut antara lain berasal dari alam pikiran bahwa dengan
berpisahnya wanita dan keluarganya (karena dibawa oleh suaminya), maka timbul
ketidakseimbangan magis dalam keluarga si wanita tersebut. Keseimbangan akan dicapai
kembali apabila syarat-syarat maskawin tersebut dipenuhi. Beratnya syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh pihak laki-laki sering kali menyebabkan terjadinya kawin lari, yang dalam ini
disetujui oleh calon istri. Biasanya persoalan kawin lari tersebut diselesaikan oleh seluruh
masyarakat karena menyangkut kepentingan umum dan tata tertib seluruh masyarakat.

3
Suatu contoh lain adalah dalam hal seorang guru menghadapi murid-muridnya yang
merupakan suatu kelompok manusia di dalam kelas. Di dalam interaksi sosial tersebut, pada
taraf pertama akan tampak bahwa guru mencoba untuk menguasai kelasnya supaya interaksi
sosial berlangsung dengan seimbang, di mana terjadi saling pengaruh-memengaruhi antara
kedua belah pihak.

Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor, antara lain
faktor imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati, Faktor-faktor tersebut dapat bergerak sendiri-
sendiri secara terpisah maupun dalam keadaan tergabung. Apabila masing-masing ditinjau
secara lebih mendalam, maka faktor imitasi misalnya mempunyai peranan yang sangat
penting dalam proses interaksi sosial. Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat
mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Namun
demikian, imitasi mungkin pula mengakibatkan terjadinya hal-hal yang negatif di mana
misalnya yang ditiru adalah tindakan-tindakan yang menyimpang. Kecuali daripada itu,
imitasi juga dapat melemahkan atau bahkan mematikan pengembangan daya kreasi
seseorang.1

B. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan


(competition), dan bahkan juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflic). Suatu
pertikaian mungkin mendapatkan suatu penyelesaian. Mungkin penyelesaian tersebut hanya
akan dapat diterima untuk sementara waktu, prosesnya dinamakan akomodasi
(accomodation), di mana kedua belah pihak belum tentu puas sebelumnya. Suatu keadaan
dapat dianggap sebagai bentuk keempat dari interaksi sosial.

Berikut adalah bentuk-bentuk Interaksi sosial:

1) Kerja Sama (Cooperation)

Bentuk dan pola-pola kerja sama dapat dijumpai pada semua kelompok manusia.
Kebiasaan-kebiasaan dan sikap-sikap demikian dimulai sejak masa kanak-kanak di dalam
kehidupan keluarga atau kelompok kelompok kekerabatan. Atas dasar itu, anak tersebut akan
menggambarkan bermacam-macam pola kerja sama setelah dia menjadi dewasa. Bentuk

1
Idad Suhada, Ilmu Sosial Dasar (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2016, hal.69.

4
kerja sama tersebut berkembang apabila orang dapat digerakkan untuk mencapai suatu tujuan
bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di kemudian hari mempunyai
manfaat bagi semua. Juga harus ada iklim yang menyenangkan dalam pembagian kerja serta
balas jasa yang akan diterima. Dalam perkembangan selanjutnya, keahlian-keahlian tertentu
diperlukan bagi mereka yang bekerja sama, supaya rencana kerja samanya dapat terlaksana
dengan baik.

Sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama, ada lima bentuk kerja sama, yaitu sebagai
berikut:

a. Kerukunan yang mencakup gotong royong dan tolong menolong.


b. Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjan mengenai pertukaran barang- barang dan
jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih
c. Ko-operasi (co-operation), yaitu suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam
kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu
cara untuk menghindari terjadinya keguncangan dalam stabilitas organisasi yang
bersangkutan.
d. Koalisi (coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai
tujuan-tujuan yang sama.
e. Join-venture, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, misalnya
pengeboran minyak, pertambangan batu bara, perfilman, perhotelan, dan seterusnya.2

2) Akomodasi (Accommodation)
Istilah Akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu untuk menunjuk pada suatu
keadaan dan untuk menunjuk suatu proses. Tujuan Akomodasi berbeda-beda sesuai dengan
situasi yang dihadapinya, yaitu sebagai berikut:
a. Untuk mengurangi pertentangan antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok
manusia sebagai akibat perbedaan paham.
b. Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu atau secara
temporer.
c. Untuk memungkinkan terjadinya kerja sama antara kelompok-kelompok sosial yang
hidupnya terpisah sebagai akibat faktor-faktor sosial.
d. Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah.

2
Idad Suhada, Ilmu Sosial Dasar (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2016, hal.71.

5
Adapun bentuk-bentuk Akomodasi, yaitu:

a. Coersion, adalah suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan oleh karena
adanya paksaan.
b. Compromise, adalah suatu bentuk akomodasi di mana pihak-pihak yang terlibat
saling mengurangi tuntunannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap
perselisihan yang ada.
c. Arbitration, merupakan suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak
yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri.
d. Mediation, hampir menyerupai arbitration. Pada meditaion diundanglah pihak
ketiga yang netral dalam soal perselisihan yang ada.
e. Conciliation, adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari
pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu tujuan bersama.
f. Toleration, juga sering dinamakan tolerant-participation. Ini merupakan suatu
bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya.
g. Stalmate, merupakan suatu akomodasi, di mana pihak-pihak yang bertentangan
karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada suatu titik tertentu dalam
melakukan pertentangannya.
h. Adjudication, yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.3

3) Asimilasi (Assimilation)

Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut, ia ditandai dengan adanya usaha-
usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara Individu atau kelompok-
kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap
dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama.

Secara singkat, proses asimilasi juga ditandai dengan pengembangan sikap yang sama,
walau kadang kala bersifat emosional, dengan tujuan untuk mencapai kesatuan, atau
setidaknya untuk mencapai integrasi dalam organisasi, pikiran dan tindakan. Proses Asimilasi
timbul bila ada kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya, Individu sebagai
anggota kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan intensif, dan kebudayaan dari
kelompok-kelompok tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri.

3
Idad Suhada, Ilmu Sosial Dasar (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2016, hal.73.

6
Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi antara lain sebagai
berikut:

 Toleransi.
 Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi.
 Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya.
 Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat.
 Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan.
 Perkawinan campuran (amalgamation).
 Adanya musuh bersama dari luar.4

4) Persaingan (Competition)

Persaingan atau Competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana
individu atau kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang
kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum dengan cara
menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa
menmpergunakan ancaman atau kekerasan. Tipe-tipe Persaingan, yaitu persaingan ekonomi,
persaingan kebudayaan, persaingan kedudukan dan peranan dan persaingan ras.

Dampak dari persaingan adalah sebagai berikut:

a. Kepribadian seseorang, Apabila dilakukan dengan jujur akan menimbulkan perasaan


simpati.
b. Kemajuan, Persaingan akan mendorong untuk bekerja keras dan menimbulkan
semangat kerja.
c. Solidaritas kelompok, Apabila dilakukan dengan jujur semakin memperkuat ikatan
kelompok.
d. Disorganisasi, Perubahan yang terlalu cepat akibat dari persaingan adalah perubahan
struktur masyarakat itu sendiri.5

4
Idad Suhada, Ilmu Sosial Dasar (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2016, hal.75.
5
Ibid, hal.77.

7
5) Kontravensi (Contravention)

Kontravensi pada hakikatnya adalah suatu bentuk proses sosial yang berada antara
persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Kontravensi terutama ditandai oleh gejala-gejala
adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana dan perasaan tidak suka
yang disembunyikan, kebencian atau keraguan terhadap kepribadian seseorang.

Bentuk-bentuk Kontravensi secara umum ada lima, yaitu:

a. Yang umum meliputi Perbuatan-perbuatan seperti penolakan, keengganan,


perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguan-gangguan, perbuatan
kekerasan dan mengacaukan rencana pihak lain.
b. Yang sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain di muka umum.
c. Yang intensif mencakup penghasutan, menyebarkan desas-desus, dan
mengecewakan pihak lain.
d. Yang rahasia, umpamanya mengumumkan rahasia kelompok lain, khianat dan
sebagainya.
e. Yang taktis, misalnya mengejutkan lawan, mengganggu atau membingungkan pihak
lain.6

6) Pertentangan atau Pertikaian (Conflict)

Pertentangan adalah suatu proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha
untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan
ancaman dan kekerasan. Sebab Musabab atau akar-akar pertentangan antara lain sebagai
berikut:

 Perbedaan antara individu-individu.


 Perbedaan kebudayaan.
 Perbedaan Kepentingan.
 Perubahan Sosial.

Pertentangan mempunyai beberapa bentuk khusus, yaitu:

a. Pertentangan pribadi.
b. Pertentangan rasial.

6
Idad Suhada, Ilmu Sosial Dasar (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2016, hal.78.

8
c. Pertentangan antara kelas-kelas sosial.
d. Pertentangan Politik.
e. Pertentangan yang bersifat Internasional.7

C. Interaksi Sosial dalam Pandangan Al-Qur’an

Apabila melihat dalam ajaran Islam, interaksi antarmasyarakat sangatlah dianjurkan


apabila interaksi tersebut mendorong kepada sikap kebaikan dan Takwa. Akan tetapi interaksi
yang menjurus pada kejahatan sangatlah dilarang. Hal ini berdasarkan firman Allah:

ِ ‫اْلثْ ِم َو ْالعُ ْد َو‬


ۚ ‫ان‬ ِ ْ ‫َوت َ َع َاونُوا َعلَى ْال ِب ِر َوالت َّ ْق َو ٰى ۖ َو ََل ت َ َع َاونُوا َعلَى‬
ِ ‫شدِي ُد ْال ِعقَا‬
‫ب‬ َ َّ ‫َواتَّقُوا‬
َ َّ ‫َّللا ۖ ِإ َّن‬
َ ‫َّللا‬
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu
kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah, Ayat 2)

Kemudian dalam ayat lain juga Allah ‘Azza wa Jalla menegaskan:

ُ ‫اس ِإنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َوأ ُ ْنث َ ٰى َو َج َع ْلنَا ُك ْم‬


‫شعُوبًا َوقَ َبائِ َل‬ ُ َّ‫َيا أَيُّ َها الن‬
َّ ‫َّللاِ أَتْقَا ُك ْم ۚ ِإ َّن‬
ٌ ‫َّللاَ َع ِلي ٌم َخ ِب‬
‫ير‬ َّ ‫ارفُوا ۚ ِإ َّن أ َ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد‬
َ ‫ِلت َ َع‬
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat, Ayat 13)

Ayat tersebut mengandung ajaran etika bahwa terdapat suatu implikasi yang
menunjukkan falsafah keberadaan bermasyarakat manusia yang menurut-Nya manusia
diciptakan sedemikian rupa sehingga selalu hidup berkelompok-kelompok, berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku, dan manusia dikenal melalui hubungannya dengan bangsa dan sukunya
yang dalam satu hal menyebabkan kebersamaan dan hubungan antarmanusia, dan dalam hal

7
Idad Suhada, Ilmu Sosial Dasar (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2016, hal.79.

9
lain, menyebabkan manusia berpisah dan menyendiri. Faktor-faktor ini serta faktor-faktor
serupa lainnya dalam kehidupan bermasyarakat seperti perbedaan sifat, warna kulit, bentuk
tubuh, merupakan dasar untuk mengenal orang. Sekiranya semua orang bersifat, berwarna
kulit dan bertubuh sama, maka mereka tidak akan terbedakan. Hal ini akhirnya akan
menyebabkan ketiadaan kehidupan bermasyarakat yang berdasarkan hubungan-hubungan dan
pertukaran gagasan, kerja dan komoditi. Karenanya, tujuan hubungan seseorang dengan suku
dan kelompok bersifat alamiah. Perbedaan-perbedaan antarmanusia merupakan suatu syarat
penting bagi adanya kehidupan bermasyarakat. Namun hal ini tidak bisa dijadikan dalih
untuk berbangga diri karena keunggulan terletak pada keluhuran moral dan ketakwaan.

Dalam ayat lain Allah berfirman:

ً ‫ص ْه ًرا ۗ َو َكانَ َرب َُّك قَ ِد‬


‫يرا‬ ِ ‫سبًا َو‬ ِ ‫َو ُه َو الَّذِي َخ َلقَ ِمنَ ْال َم‬
َ َ‫اء َبش ًَرا فَ َج َعلَهُ ن‬
Artinya: “Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan manusia
itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.” (QS. Al-Furqan,
Ayat 54).

Ayat tersebut mengungkapkan maksud hubungan berdasarkan kelahiran dan


perkawinan, yang mengikat antarindividu sebagai yang mendasari maksud penciptaan. Allah
menciptakan manusia dengan berbagai ragam jiwa, fisik, intelektual dan kecenderungan. Dia
telah mengaruniakan sebagian mereka keunggulan dan kemampuan tertentu atas sebagian
yang lain. Dengan jalan ini, Dia telah membuat semua manusia secara hakiki saling
memerlukan dan cenderung berhubungan dengan sesamanya. Dengan demikian, Dia telah
meletakkan dasar kehidupan bersama dan bermasyarakat bukan sekedar hal biasa,
dikehendaki atau terpaksa tetapi juga alami.8

8
Idad Suhada, Ilmu Sosial Dasar (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2016, hal.81.

10
2. STRUKTUR SOSIAL

A. Pengertian Struktur Sosial

Pengertian Umum Struktur Sosial

Secara harfiah, struktur sosial berasal dari kata “structum” yang mempunyai arti
menyusun. Struktur tidak harus dalam bentuk fisik, ada pula struktur yang bekaitan dengan
sosial. Menurut ilmu sosiologi, struktur sosial merupakan susunan sosial yang membentuk
kelompok-kelompok sosial di dalam masyarakat, dimana didalamnya terdapat hubungan
timbal balik.9

Pengertian Struktur Sosial Menurut Para Ahli

Raymond Firth mengemukakan bahwa struktur sosial merupakan analytical tool yang
diwujudkan untuk membantu pemahaman tentang tingkah laku manusiadalam kehidupan
sosial. Dasar yang penting dalam struktur sosial ialah relasi-relasi sosial yang jelas penting
dalam menentukan tingkah laku manusia, yang apabila relasi sosial itu tidak dilakukan,
masyarakat itu tak terwujud lagi.

Durkheim berpendapat bahwa struktursosial merupakan representasi kolektif dari


masyarakat yang mengatur harapan masyarakat ke dalam pola sosial institusi. Durkheim
melihat dari norma sosial yang dapat didefinisikan sebagai ekspektasi masyarakat terhadap
satu sama lain. Lembaga-lembaga ini pada gilirannya membentuk hubungan kolektif dimana
orang masuk dan interkoneksi kausal di antara mereka dan tindakan mereka.

Parsonsmendefinisikan struktur sosial sebagai set seperangkat yang relatif stabil


hubungan terpola dari unit-unit yang dihasilkan dari normatif orientasi aksi. Penekanan utama
Parsons adalah pada aspek kelembagaan sosial struktur, yang ia lihat sebagai kerangka
masyarakat.

Mertonlebih menggambarkan struktur sosial sebagai struktur budaya, dan fokus pada
normatif pola membuat banyak orang menggambarkan posisi ini sebagai normatif

9
John Scott,Sociology the Key Concepts (London & New York: Routledge, 2006), hal.157.

11
fungsionalisme. Pendekatan ini telah dikritik, karena menganggap itu konsensus atas norma
sosial yang diperlukan sebagai dasar tatanan sosial.10

Radcliffe-Brown melihat struktur sosial sebagai tindakan hubungan sosial yang saling
menguntungkan kepentingan diantara individu. Radcliffe-Brown berpendapat bahwa struktur
sosial terdiri dari kompleks relasi jaringan dan interkoneksi yang mengatur aliran interaksi
diantara orang-orang tertentu pada saat tertentu.11

Soerjono Soekanto berpendapat bahwa struktur sosial merupakan jaringan dari unsur-
unsur sosial pokok, yang meliputi kelompok sosial, kebudayaan, lembaga sosial, stratifikasi
sosial, kekuasaan dan wewenang.

Talcon Parson mengatakan bahwa struktur sosial merupakan proses sosial yang
melibatkan hubungan antara manusia sehingga membentuk suatu tingkatan sosial. Hubungan
ini terjadi secara terus-menerus sehingga masyarakat terstruktur layaknya suatu organisasi.
Pengertian struktur kemasyarakatan atau sosial bisa pula dipahami dengan membaca jenis-
jenis atau klasifikasinya. Terdapat setidaknya 6 jenis klasifikasi struktur sosial.12

 Struktur kaku dan luwes

Struktur kaku bersifat statis dan tidak mungkin diubah atau paling tidak sangat sulit
untuk diubah. Struktur luwes adalah sebaliknya. Masyarakat komunis memiliki struktur sosial
yang kaku. Sedangkan masyarakat Indonesia yang menjadikan pancasila sebagai landasan
ideologinya memiliki struktur sosial yang relatif terbuka karena pancasila yang merupakan
ideologi terbuka.

 Struktur formal dan informal

Struktur formal merupakan struktur resmi dalam arti ada pengakuan tertulis dari
otoritas. Struktur informal merupakan struktur tidak resmi namun benar-benar ada di
masyarakat. Struktur ini tidak resmi karena tidak memiliki ketetapan hukum. Sebagai contoh,
struktur institusi pemerintahan merupakan struktur resmi.

10
Ibid, hal.158.
11
Garna, Judistira K., Ilmu-ilmu Sosial: Dasar-Konsep-Posisi, (Bandung: Universitas Padjadjaran,
1996). Hal.150.
12
Kaplan dan Manner, Teori Budaya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000). Hal.139.

12
 Struktur homogen dan heterogen

Struktur homogen merupakan struktur sosial yang unsur-unsurnya memiliki pengaruh


yang sama terhadap dunia luar. Struktur heterogen merupakan struktur relasi sosial yang
unsur-unsurnya memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap dunia luar, bahkan terhadap
kelompoknya sendiri.

 Struktur mekanistik dan statistik

Struktur mekanistik merupakan struktur yang menuntut kesamaan posisi sosial dari
anggotanya agar berfungsi. Struktur statistik menuntut terpenuhinya persyaratan jumlah
anggota agar berfungsi. Contoh struktur mekanistik adalah pengguna jalan yang harus taat
peraturan agar mekanisme lalu lintas dapat berfungsi. Contoh struktur statistik adalah jumlah
pemain dalam olah raga yang harus terpenuhi sebelum pertandingan dimulai.

 Struktur atas dan bawah

Struktur atas merupakan lapisan masyarakat yang berada pada tingkatan atas. Struktur
bawah merupakan lapisan golongan masyarakat yang berada di posisi bawah. Contoh struktur
atas adalah kaum elit. Contoh struktur bawah adalah rakyat jelata.

 Struktur horizontal dan vertikal

Struktur horizontal merupakan pembedaan masyarakat secara horizontal atau


berdasarkan pada aspek diferensiasi. Struktur vertikal merupakan pembedaan masyarakat
secara vertikal atau berdasarkan tingkatan. Struktur horizontal dalam sosiologi disebut juga
diferensiasi sosial. Struktur vertikal dalam sosiologi disebut juga stratifikasi sosial.
Struktur sosial dapat berfungsi sebagaimana mestinya apabila unsur-unsurnya terpenuhi.
Berikut ini unsur-unsur struktur sosial menurut Charles P. Loomis:

 Adanya pengetahuan dan keyakinan yang dimiliki oleh anggota masyarakat.


 Adanya perasaan solidaritas dari anggota-anggota masyarakat.
 Adanya tujuan dan cita-cita bersama dari warga masyarakat.
 Adanya nilai-nilai dan norma sosial yang dijadikan sebagai patokan dan pedoman bagi
anggota masyarakat.

13
 Adanya kedudukan dan peranan sosial yang memandu perilaku masyarakat.
 Adanya kekuasaan yang mengatur kehidupan sosial.
 Adanya tingkatan sosial berdasarkan status dan peran anggota masyarakat.
 Adanya sanksi sehingga norma dapat berfungsi.
 Adanya pranata dan lembaga sosial.
 Adanya konflik dan penyimpangan sosial sebagai bagian dari dinamika sosial.

Unsur-unsur stratifikasi sosial seperti yang telah di sebutkan diatas menjadi prasyarat
berfungsinya struktur sosial dalam masyarakat.13

B. Bentuk-Bentuk Struktur Sosial

Stratifikasi Sosial

Stratifikasi Sosial merupakan tingkatan antar masyarakat yang memiliki perbedaan nilai
serta biasanya dapat terlihat jelas perbedaan tingkatannya. . Stratifikasi Sosial sendiri terbagi
menjadi 3 jenis yaitu:

 Stratifikasi Sosial Tertutup adalah stratifikasi sosial yang tidak memungkinkan adanya
perpindahan posisi atau terjadinya mobilitas sosial, contoh stratifikasi sosial dalam kasta,
tidak mungkin Brahmana pindah menjadi Sudra dan sebaliknya.
 Stratifikasi Sosial Terbuka adalah stratifikasi yang memungkinkan adanya perpindahan
posisi atau mobilitas sosial baik vertikal naik maupun turun, misalnya seorang buruh
berubah menjadi pengusaha atau sebaliknya pengusaha sukses yang bangkrut kemudian
berubah menjadi buruh.
 Stratifikasi Sosial Campuran adalah perpaduan antara stratifikasi terbuka dengan
tertutup yang memungkinkan adanya mobilitas sosial baik vertikal naik maupun turun,
misalnya seorang buruh berubah menjadi pengusaha atau sebaliknya pengusaha sukses
yang bangkrut kemudian berubah menjadi buruh

Diferensiasi Sosial

Diferensiasi Sosial adalah pembagian golongan-golongan di masyarakat yang biasanya


memiliki nilai setara.Menurut Soerjono Soekanto, diferensiasi sosial adalah variasi pekerjaan,

13
http://sosiologis.com/struktur-sosial

14
prestise[5], dan kekuasaan kelompok dalam masyarakat yang dikaitkan dengan interaksi atau
akibat umum dari proses interaksi sosial yang lain.Adanya diferensiasi sosial ditandai dengan
3 ciri,yaitu: ciri fisik, ciri budaya, dan ciri sosial. Diferensiasi Sosial memiliki beberapa
jenis,yaitu:

 diferensiasi ras dan etnisitas


 diferensiasi suku
 diferensiasi klan
 diferensiasi agama
 diferensiasi okupasi
 diferensasi primordial

Jenis-jenis struktur sosial berdasarkan status

Ascribed Status

Kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memerhatikan perbedaan-perbedaan


rohaniah dan kemampuan. Kedudukan ini biasanya didapatkan dari kelahiran, seperti
seorang bangsawan ketika memiliki seorang anak, maka anak tersebut menjadi seorang
bangsawan pula. Begitu juga seorang brahmana memiliki kedudukan tersebut dikarenakan
orang tuanya memiliki kedudukan dari golongan kasta tersebut. Contoh lainnya adalah
seorang ayah dan ibu yang tercipta dari sebuah pernikahan. Jadi ascribed status adalah
kedudukan yang diperoleh dari keturunan yang tidak disengaja.

Achieved Status

Sedangkan achieved status adalah kedudukan yang diperoleh seseorang dengan usaha
yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran. Akan tetapi, bersifat
terbuka bagi siapa saja, tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengerjakan serta
mencapai tujuannya. Status ini akan didapatkan jika individu memenuhi syarat yang ada.
Dalam masyarakat modern, makin diperlukan kecakapan atau pendidikan tertentu untuk
menduduki posisi tertentu, misalnya untuk mendapatkan status guru, maka individu tersebut
harus memenuhi syarat dan berusaha agar mendapatkan status guru.

15
Assigned Status

Assigned status adalah peran yang didapatkan seseorang sebagai balas jasa yang telah
memperjuangkan sesuatuuntuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Seperti
halnya pahlawan yang memperjuangkan Indonesia. Akan tetapi, terkadang kedudukan ini
didapatkan kerana seseorang telah menduduki kepangkatan tertentu dalam waktu yang lama.
Misalnya seseorang pegawai negeri seharusnya naik pangkat secara regular, setelah
menduduki kepangkatan yang lama, selama jangka waktu tertentu.

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari data dan fakta yang telah di paparkan diatas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut
hubungan antara orang-orang perseorangan, antara kelompok kelompok manusia, maupun
antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Sedangkan struktur sosial berasal dari
kata “structum” yang mempunyai arti menyusun. Struktur tidak harus dalam bentuk fisik, ada
pula struktur yang bekaitan dengan sosial.

B. SARAN

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini akan


tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari pada pembaca sangat kami harapkan sebagai bahan evakuasi untuk
kedepannya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Suhada, Idad. 2016. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Scott, John. 2006. Sociology the Key Concepts. London & New York: Routledge.

Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. RajaGrafindo


Persada.

Kaplan dan Manner. 2000. Teori Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Garna, Judistira K., 1996. Ilmu-ilmu Sosial: Dasar-Konsep-Posisi. Bandung:


Universitas Padjadjaran.

http://sosiologis.com/struktur-sosial.

18

Anda mungkin juga menyukai