Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

MODEL INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS

(Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keterampilan Sosial

dalam Pembelajaran IPS)

Dosen Pengampu : Dr.Ratna Puspitasari,M.Pd.

Disusun :

AHMAD FAUZY ( 2281040065 )

MU’ASOMAH ( 2281040083 )

JURUSAN TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL 3 C

FAKULTAS ILMU TARBIYA,H DAN KEGURUAN

IAIN SYEIKH NURJATI CIREBON

2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan pada Allah SWT., karena atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat, keluarga
serta umatnya hingga akhir zaman.

Makalah yang membahas mengenai “KETERAMPILAN MODEL


INTERAKSI DALAM PEMBELAJARAN IPS” ini disusun untuk memenuhi
tugas salah satu Mata Kuliah Keterampilan Sosial dalam Pembelajaran IPS, dalam
kegiatan pembelajaran Program Studi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial, IAIN
Syekh Nurjati Cirebon Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ratna
Puspitasari, M.Pd. Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Keterampilan Sosial
dalam Pembelajaran IPS yang sudah memberikan arahan dan masukan dalam
penyusunan makalah ini.

Kami tim penulis menyadari bahwa makalah ini belum sepenuhnya


mencapai kesempurnaan, hal ini dikarenakan keterbatasan kami dan masih perlu
banyak belajar. Oleh karena itu, kritik dan saran kami harapkan guna perbaikan
dalam pembuatan karya tulis sejenis lainnya. Dan kami pun berharap makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kami penulis dan pada khususnya bagi pembaca
pada umumnya.

Cirebon, 17 November 2023

Kelompok 10
DAFTAR ISI

MAKALAH......................................................................................................................1
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................5
C. Tujuan...................................................................................................................5
D. Manfaat Penulisan...................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................7
PEMBAHASAN...............................................................................................................7
A. INTERAKSI SOSIAL...........................................................................................7
B. BELAJAR DAN PEMBELAJARAN....................................................................9
C. MODEL INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS................12
BAB III...........................................................................................................................24
PENUTUP.......................................................................................................................24
A. Kesimpulan..........................................................................................................24
B. Saran.....................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................26
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk yang diciptakan untuk bisa memberi


manfaat bagi manusia yang lain, sebab secara humanis manusia adalah
makhluk sosial. Sejak manusia dilahirkan dan menatap dunia, secara
otomatis manusia mempunyai dua kebutuhan primer, yaitu hasrat untuk
bisa menyatu dan berkecimpung dengan manusia lain dalam beberapa
kegiatan di lingkungan masyarakat, dan kebutuhan untuk menunggal
dengan lingkungan alam di sekitarnya.

Pada dasarnya dalam proses pembelajaran manusia tertarik pada


anggapan bahwa tabiat dasar manusia sebagai makhluk sosial,
sebagaimana namanya yang menitikberatkan pada tingkah laku sosial yang
menciptakan interaksi sosial yang dapat mengunggulkan hasil
perangkuhan kegiatan pembelajaran akademik. Peran utama pendidikan
adalah untuk menyiagakan warga negara yang dapat mengembangkan
perilaku demokratis yang terpadu, baik dalam tataran pribadi maupun
sosial sehingga mampu meningkatkan taraf kehidupan yang berbasis
demokrasi sosial yang produktif. Oleh karena itu, penyampaian materi.
konsep-konsep dasar, dan beberapa penugasan akademik yang dikerjakan
dengan mengunggulkan interaksi sosial, dapat disiasati dengan sedemikian
rupa sehingga dapat meningkatkan hasil pembelajaran.

Berkaitan dengan hal di atas, lingkungan sosial juga kepada


individu cara berbahasa, cara berperilaku, dan memberikan kasih sayang.
Akan tetapi, individu itu sendiri dapat membentuk perilaku dan bahasa
secara terus-menerus dan menciptakan ciri khas individu tersebut. Dengan
bermodal kata-kata, seseorang sudah dapat menciptakan identitas pribadi.
Berkaitan dengan hal tersebut, pembelajaran interaksi sosial juga dapat
memandu siswa untuk memiliki daya mental yang lebih baik dan
kesehatan mengajarkanemosi yang lebih akseptabel dengan cara
mengembangkan kepercayaan diri dan perasaan realistis serta
menumbuhkan empati kepada orang lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian interaksi sosial?
2. Apa pengertian belajar dan mengajar serta bagaimana interaksi sosial
dalam pembelajaran?
3. Apa saja model interaksi sosial dalam pembelajaran Ips?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian Interaksi sosial

2. Mengetahui pengertian belajar dan mengajar serta pentingnya intelaksi


dalam pembelajaran.

3. Memahami model interaksi sosial dalam pembelajaran ips.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

Makalah ini bermanfaat bagi kami dalam mengembangkan

ilmu pengetahuan dan wawasan yang dimiliki khususnya mengenai

materi Keterampilan Berempati.

2. Bagi Pembaca

Makalah ini dapat dijadikan sarana untuk menambah

pengetahuan terutama mengenai materi Keterampilan Berempati.

3. Bagi Institusi Pendidikan


Makalah ini dapat dijadikan referensi dalam pembuatan makalah
selanjutnya.
BAB II

PEMBAHASAN
A. INTERAKSI SOSIAL

Interaksi sosial berasal dari bahasa latin: Con atau Cum yang
berarti bersama-sama, dan tango berarti menyentuh, jadi pengertian secara
harfiah adalah bersama-sama menyentuh. Interaksi sosial adalah proses di
mana antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau
kelompok dengan kelompok berhubungan satu dengan yang lain. Definisi
Interaksi Sosial menurut beberapa para ahli:

1. Nasdian berpendapat, interaksi sosial merupakan suatu intensitas sosial


yang mengatur bagaimana masyarakat berperilaku dan berinteraksi satu
dengan yang lainnya.

2. Setiadi & Kolip mendefinisikan. bahwa interaksi sosial merupakan


hubungan-hubungan yang menyangkut perorangan, antara kelompok-
kelompok, maupun antara perorangan dan kelompok.

3.Bonner dalam Gunawan, interaksi sosial merupakan suatu bentuk


hubungan antara dua orang atau lebih, sehingga tingkah laku individu
yang satu dapat mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan
individu yang lain, dan sebaliknya.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan


bahwa interaksi sosial dinamakan juga dengan proses sosial yang berarti
terdapat hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan masing-
masing orang yang terlibat di dalamnya yang memainkan peran secara
aktif.(Fahri & Qusyairi. 2019).

a. Jenis-jenis Interaksi Sosial

1) Interaksi antara Individu dan Individu


Interaksi antara individu dan individu berarti individu
menyampaikan informasi kepada individu lain. Dengan demikian, subjek
dan objek interaksi sosial adalah individu.

2) Interaksi antara Individu dan Kelompok

Interaksi antara individu dan kelompok berani individu berperan


sebagai subjek/ komunikator dan kelompok berperan sebagai objek
(komunikan).

3.Interaksi antara Kelompok dan Kelompok

Interaksi antara kelompok dan kelompok berarti kelompok


berperan sebagai subjek dan kelompok lain berperan sebagai objek,(Sosial
dkk.).

b. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Soekanto memaparkan bahwa interaksi sosial dikategorikan ke


dalam bentuk kerja sama (cooperation), persaingan (competition),
akomodasi (accommodation), dan pertentangan atau pertikaian (conflict).

Gillin dan Gillin memaparkan dalam Soekanto memaparkan


kembali bahwa interaksi terbagi menjadi dua bentuk yaitu:

a. Interaksi sosial asosiatif


Interaksi sosial yang mendekatkan atau menyatukan,meliputi
kerjasama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.
b. Interaksi sosial disosiatif,
Interaksi sosial yang menjauhkan atau bertentangan meliputi
persaingan, kontravensi, konflik.
c. Syarat Interaksi Sosial

1) Kontak Sosial
Secara harfiah, kontak sosial berarti terjadi hubungan secara fisik.
Akan tetapi, sebagai gejala sosial kontak dapat terjadi baik secara langsung
(primer) maupun tidak langsung (sekunder). Terjadinya kontak sosial tidak
hanya bergantung dari tindakan seseorang, tetapi juga berdasarkan
tanggapan (respons) seseorang terhadap tindakan tersebut. Misalnya.
ketika seseorang melambaikan tangan maka respons dari pihak lain yaitu
membalas dengan lambaian tangan. Selain primer dan sekunder, kontak
sosial dapat bersifat positif dan negatif. Suatu kontak sosial dikatakan
positif apabila mengarah pada kesepakatan atau kerja sama. Adapun
kontak sosial dikatakan negatif apabila mengarah pada pertentangan.

2) Komunikasi

Arti terpenting komunikasi adalah seseorang memberikan tafsiran


terhadap perilaku informasi berita kepada orang lain. Orang yang
bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perilaku/informasi
berita tersebut. Beberapa komponen dalam proses komunikasi sebagai
berikut.

(1) Sumber informasi/pengirim pesan (komunikator).

(2) Informasi/pesan yang disampaikan (stimulus).

(3) Saluran/media.

(4) Penerima informasi (komunikan).

(5) Respons atau tanggapan dan penerima informasi.

Apabila dalam interaksi sosial salah satu komponen tersebut tidak


terpenuhi dapat terjadi kegagalan dalam proses interaksi (Sosial dkk).

B. BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

1) Hilhard Bower dalam buku Theories of Learning


Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang
terhadap sesuatu situasi yang disebabkan oleh pengalamannya yang
berulang ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah taku itu tidak
dapat dijelaskan atau dasar Kecendrungan respon pembawaan
kematangan.

2) Winkel

Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung


dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap.
Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.

3) Robert M. Gagne

Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia


setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan karena
proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi
oleh faktor dari luar diri dan faktor dalam diri dan keduanya saling
berinteraksi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses


perubahan kepribadian seseorang yang diperlihatkan dalam bentuk
peningkatan kualitas sikap, pengetahuan, kebiasaan. daya pikir serta yang
lainnya.

A. Definisi Pembelajaran

Nasution (2005: 12) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu


aktivitas mengorganisasi atau mengatur Lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan anak didik 12 sehingga terjadi proses belajar.
Gulo (2004: 24) mendefinisikan pembelajaran sebagai usaha untuk
menciptakan sistem lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan belajar.

Jadi pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara


sengaja oleh pendidik untuk memberikan ilmu pengetahuan dengan
berbagai cara atau metode agar dapat dimengerti oleh siswa dan dapat
melakukan kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien.

B. Interaksi dalam pembelajaran

Dalam konteks pendidikan , guru mengajar agar peserta didik dapat


belajar dan menguasai isi pelajaran hingga dapat mencapai sesuatu
objektif yang ditentukan dari penguasaan kognitif. juga dapat
mempengaruhi perubahan sikap, serta keterampilan seseorang peserta
didik. Pengajaran memberikan kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak,
yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan
adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.

Salah satu hal yang memegang peranan pentung bagi keberhasilan


pengajaran adalah proses pelaksanaan pengajaran. Pengajaran berintikan
interaksi antar guru dengan peserta didik atau sebaliknya antara pesesta
didik dengan guru dalam proses belajar mengajas. Proses interaksi ini,
guru melakukan kegiatan mengajar dan peserta didik belajar. Kegiatan
mengajar dan belajar ini, bukan merupakan dua hal yang terpisah tetapi
bersatu, dua hal yang menyatukannya adalah interaksi tersebut.

Dalam Interaksi pelaksanaan pembclajaran banyak sekali faktor


yang mempengaruhi berhasil dan tidaknya perubahan yang terjadi pada
peserta didik ke arah yang lebih baik. Menurut Mulyasa Hal ini dspat
disebabkan adanya faktor internal yang datang dari dalam diri individu,
maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan. Yang termasuk
faktor individual antara lain faktor kematangan, Kecerdasan, latihan,
motivasi dan faktor pribadi. Sedang yang termasuk faktor eksternal antara
fain faktor keluarga atau lingkungan masyarakat maupun lingkungan
sekolah yang diantaranya guru dan lembaga pendidikan, alat-alat yang
dipertukan dan dipergunakan dalam mengajar sesta motivasi sosial, (Fahri
& Qusyairi. 2019).

C. Pentingnya Interaksi dalam Pembelajaran


Interaksi di dalam segala hal memang sangat pertu agar tidak
terjadi salah pengertian dan penafsiran, khususnya selama proses
pembelajaran, interaksi antara guru dan peserta didik sangatlah penting
sebab kondisi peserta didik yang beragam. kemampuan peserta didik yang
beragam. Jika guru hanya terfokus pada kegiatannya sendiri, maka akan
terjadi kekosongan pada peserta didik. Untuk itu, antara guru dan Peserta
didik harus selalu berinteraksi, tidak hanya guru yang aktif melainkan
peserta didik juga harus aktif. Jika peserta didik merasa tidak mengerti
materi pelajaran, maka seharusnya mereka mengatakannya pada guru
sehingga guru mengerti bahwa ada peserta didiknya yang belum mengerti
dan guru dapat menjelaskan materi yang ia bawakan kembali,(Fahri &
Qusyairi, 2019).

C. MODEL INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS


a. Pengertian Model Pembelajaran Interaksi Sosial

Model interaksi sosial adalah suatu model pembelajaran yang


menekankan pada terbentuknya hubungan antara peserta diklat yang satu
dengan yang lainnya. Model ini beranjak dari paradigma bahwa individu
tidak mungkin bisa membebaskan dirinya dari interaksi dengan orang lain.
Dalam konteks yang lebih luas, hubungan itu mengarah pada hubungan
individu dengan masyarakat. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus
dapat menjadi wahana untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat
berinteraksi secara ekstensif dengan masyarakat, mengembangkan sikap
dan perilaku demokratis, serta menumbuhkan produktivitas kegiatan
belajar peserta didik.

Model interaksi sosial didasarkan pada dua hipotesis pokok, vaitu;


(1) Masalah-masalah sosial dapat diredam dan dipecahkan melalui
musyawarah bersama melalui proses-proses sosial yang melibatkan
berbagai kelompok masyarakat; (2) Proses sosial yang demokratis perlu
dikembangkan dalam upaya perbaikan sistem kehidupan sosial masyarakat
secara terarah dan berkesinambungan.

B. Macam-macam Model Pembelajaran interaksi Sosial

a) Investigasi Kelompok

Investigasi kelompok merupakan sarana untuk memajukan dan


membimbing keterlibatan siswa di dalam proses pembelajaran. Dalam
investigasi kelompok, kebermaknaan pembelajaran sangat bergantung
pada aspek kebutuhan-kebutuhan siswa dalam memperoleh dan
mengembangkan domain kognitif, nilai-nilai (value), serta pengalaman
belajar mereka dapat terpenuhi secara optimal melalui kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah.

Pembelajaran investigasi kelompok yang di dalamnya sangat


menekankan vitalnya komunikasi yang bebas dan saling bertukar
(sharing) pengalaman yang dimiliki akan memberikan lebih banyak
manfaat dibandingkan jika mereka melakukan tugas secara sendiri-
sendiri.

Joyce, Weil dan Calhoun (2000: 16) mengungkapkan bahwa


model investigasi kelompok dapat digunakan untuk membentangkan
permasalahan amoral dan sosial yang terjadi di lingkungan siswa,
selanjutnya siswa dapat diorganisasikan dengan teknik melakukan
penelitian bersama atau cooperative inquiry terhadap masalah-ma
sosial dan moral, maupun masalah akademis.

1) Langkah-langkah Pembelajaran Investigasi kelompok

Adapun untuk memperjelas langkah tersebut berikut salah satu


contoh model pembelajaran yang dilakukan oleh Killen (dalam
Aunurrahman 2012: 152) memaparkan beberapa ciri esensial
penerapan investigasi kelompok sebagai model pembelajaran, yaitu:
a) Para siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil (maksimal 4
orang) dan memiliki independensi terhadap guru.

b) Kegiatan yang dilakukan siswa terfokus pada upaya-upaya untuk


menjawab beberapa pertanyaan yang telah dirumuskan.

c) Pengalaman belajar siswa yang harus dikuasai meliputi


mengumpulkan dan menganalisis sejumlah data, selanjutnya
merumuskan kesimpulan.

d) Dalam kegiatan belajar, siswa dapat memanfaatkan berbagai ragam


pendekatan yang bervariatif.

e) Hasil-hasil dari penelitian para siswa dirundingkan dengan


bergiliran di antara seluruh siswa dalam kelompok.

2) Sistem Sosial dalam Pembelajaran Investigasi Kelompok

Sistem sosial adalah model pembelajaran investigasi kelompok


menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis yang diatur oleh suatu
kesepakatan yang dikembangkan atau paling tidak divalidasi oleh
pengalaman kelompok dalam batas dan hubungan terhadap fenomena
rumit yang kemudian dijelaskan oleh seorang guru.

Sebagai objek pembelajaran. Aktivitas kegiatan kelompok


timbul dalam sejumlah struktur eksternal minimalis yang diberikan
oleh seorang guru. Sistem sosial dalam pembelajaran ini menjelma
dalam kegiatan kelompok antara perbedaan peran siswa dan guru
meskipun status keduanya yang sama. Atmosfer merupakan salah satu
alasan negosiasi.

3) Peran Guru dalam Pembelajaran Investigasi Kelompok

Peran guru dalam model pembelajaran Investigasi kelompok


sebagai berikut:
a) peran guru dalam model pembelajaran Investigasi Kelompok
sebagai berikut:
b) Guru berperan sebagai fasilitator yang langsung dan implikasi
dalam kegiatan kelompok (membimbing siswa dalam merumuskan
rancangan, action, dan mengelola kelompok).
c) Memberikan informasi (pengetahuan tentang metode yang
digunakan).
d) Konselor akademik (membantu siswa saat menghadapi suatu
keadaan yang membingungkan kemudian guru akan menguji dan
memperhatikan kebiasaan alami mereka yang tercermin dalam
reaksi yang berbeda-beda).
e) Membantu siswa membingkai proposisi yang reliable.
f) Memberikan bantuan kepada siswa tanpa harus menekan siswa.

4) Sistem Dukungan dalam Pembelajaran Investigasi Kelompok

Sistem pendukung dalam investigasi kelompok harus


komprehensif dan responsif terhadap semua kebutuhan siswa. Sekolah
harus dilengkapi dengan sebuah ruang perpustakaan yang
menyediakan informasi dan opini dari berbagai macam media; sekolah
juga harus memberikan akses terhadap referensi-referensi luar. Siswa
harus diberi motivasi untuk menyelidiki dan berkoneksi dengan orang-
orang yang dapat dijadikan testimoni di luar sekolah. Penelitian
referensi dilakukan secara bersama-sama semacam ini merupakan hal
yang relatif langkah karena sistem pendukung yang demikian tidak
cukup menjalankan beberapa tingkat penelitian. Jadi pada intinya, guru
dan siswa harus dapat menghimpun segala sesuatu yang dibutuhkan
oleh mereka.

b). Bermain Peran (Role Playing)


Role Playing merupakan sebuah model pembelajaran yang
didasarkan pada perspektif pendidikan individu maupun interaksi
sosial. Model mi mengakomodasi kebutuhan tiap-tiap siswa untuk
dapat menemukan makna pribadinya dalam jagat sosial mereka dan
menunjang cara memecahkan masalah/dilema pribadi dengan
dukungan golongan sosialnya. Dalam dimensi sosial model ini
membantu memudahkan individu untuk bekerjasama menganalisis
keadaan sosial, khususnya masalah antar manusia. Model ini juga
membantu dalam proses pengembangan sikap sopan dan demokratis
dalam menghadapi masalah.

1). Langkah-langkah Pembelajaran bermain peran

Langkah-langkah pembelajaran bermain peran adalah sebagai berikut:

1. Pemanasan (warming up): Guru mempersiapkan siswa dengan


memberikan pengantar tentang topik yang akan dimainkan.

2. Memilih partisipan: Guru memilih siswa yang akan memainkan


peran-peran yang tersedia. Pemilihan peran ini bisa dilakukan dengan
cara musyawarah atau memberikan kesempatan pada siswa yang
berminat untuk mengajukan dirinya sendiri.

3. Menyiapkan pengaturan panggung (ruang kelas): Guru mendekorasi


panggung atau ruang kelas agar sesuai dengan situasi yang akan
dimainkan.

4. Menyusun tahap-tahap peran: Guru menyusun tahap-tahap peran


yang akan dimainkan oleh siswa.

5. Memainkan peran: Siswa memainkan peran yang telah ditentukan.

6. Diskusi dan evaluasi: Guru bersama siswa mendiskusikan


permainan tadi dan melakukan evaluasi terhadap peran-peran yang
dilakukan. Usulan perbaikan akan muncul.
7. Memainkan peran ulang (manggung ulang): Siswa dapat
memainkan perannya lebih sesuai dengan skenario.

Dalam pembelajaran bermain peran, siswa dapat menggali


perasaannya, memperoleh inspirasi dan pemahaman yang berpengaruh
terhadap sikap, nilai, dan persepsinya, mengembangkan keterampilan
dan sikap dalam memecahkan masalah, dan mendalami mata pelajaran
dengan berbagai macam cara.

2) Sistem Sosial dalam Pembelajaran dalam Pembelajaran Role


Playing (Bermain Peran)

Sistem sosial dalam model ini cukup terukur. Guru memiliki


tanggungjawab, paling tidak pada awal permainan, untuk memulai
tahap-tahap dan membimbing siswa melalui aktivitas dalam setiap
tahap. Kendatipun materi eksklusif dalam musyawarah dan pemeranan
sangat ditentukan oleh siswa.
Pertanyaan yang diajukan oleh guru seharusnya dapat
merangsang ekspresi atau ungkapan yang kredibel serta bebas dan
menggambarkan perasaan atau pikiran siswa yang sebenarnya. Guru
harus menanamkan kualitas dan kepercayaan antara dirinya dan siswa-
siswanya. Walaupun guru reflektif dan sportif, siswa tetaplah pihak
yang berperan mengambilalih atau mengontrol, arah pengajaran, serta
hal yang terpenting lagi yaitu memutuskan apa yang harus diperiksa
dan usulan mana yang akan dieksplorasi. Pada intinya, guru
memformat penelusuran tingkah laku dengan berpegangan pada ciri
khas pertanyaan yang muncul, guru juga menetapkan fokus.

3) Peran Guru dalam Pembelajaran Role Playing (Bermain Peran)

Berikut ini peran guru dalam pembelajaran Role Playing (bermain


peran) yang antara lain:
a) Guru seharusnya menerima semua respon dan saran siswa terlebih
gagasan dan perasaan mereka, dengan teknik yang tidak terkesan
menjustifikasi mereka.

b) Guru harus responsif sebagai upaya mendorong siswa untuk


menelusuri bidang-bidang yang berbeda dalam situasi permasalahan
tertentu, serta mempertimbangkan alternatif yang berbeda.

c) Meningkatkan pemahaman siswa berkenaan perasaan dan pikiran


mereka sendiri.

d) Menitikberatkan beberapa cara yang berbeda untuk memainkan


peran yang sama dan konsekuensi yang berbeda yang akan mereka
temukan.

e) Membantu siswa untuk merefleksikan dan memerhatikan


konsekuensi-konsekuensi untuk mengevaluasi resolusi dan
menganalogikannya dengan alternatif yang lain.

4) Masalah Sosial dalam Pembelajaran Role Playing (Bermain Peran)

Berikut ini beberapa permasalahan sosial yang mudah untuk


ditelusuri yang bantuan model Role Playing yaitu:

a) Konflik Interpersonal

Memunculkan konflik antara beberapa orang sehingga siswa dapat


menemukan teknik untuk mengatasi konflik tersebut.

b) Relasi Antarkelompok.

Ciri Role Playing yang satu ini dapat digunakan untuk membuka
Stereotype dan prasangka atau untuk mendorong penerimaan terhadap
hal-hal yang ganjil.

c) Dilema Individu
Hal yang paling problematis dalam Role Playing ini adalah
membuat siswa dapat mengakses dilema dan membantu mereka untuk
mengerti mengapa hal tersebut terjadi dan apa yang seharusnya
dilakuakan.

d) Masalah Historis atau Kontemporer.

Dalam Role Playing ini dihadapkan pada pembuat kebijakan, dan


pemimpin politik, atau negarawan harus mengahdapi suatu masalah
dan kemudian membuat keputusan.

5) Sistem Pendukung dalam Pembelajaran Role Playing (Bermain


Peran)

Materi atau bahan yang terkandung dalam Role Playing memang


hanya segelintir, akan tetapi hal itu tidak mempengaruhi nilai atau
perannya yang sangat vital. Perangkat utamanya adalah situasi
problematis. Situasi ini akan membantu siswa dalam membentuk dan
mengarahkan pada setiap peran.Film, novel, dan cerpen merupakan
sumber yang istimewa untuk dijadikan situasi permasalahan.
Problematika sebuah cerita atau ringkasan situasi permasalahan juga
penting. Cerita problematik adalah narasi-narasi pendek untuk
mengilustrasikansetting, situasi dan kondisi, tindakan, dan interlokusi
dalam situasi tersebut.

c. Pembelajaran Yurisprudensial

Pada mulanya model ini merupakan studi kasus dalam proses


peradilan yang selanjutnya diaplikasikan dalam kegiatan
pembelajarandi sekolah. Dalam model ini para peserta didik sengaja
dilibatkan dalam ragam permasalahan sosial yang menuntut pabrikasi
kebijakan pemerintah yang diperlukan serta pelbagai macam pilihan
untuk mengatasi isu sosial tersebut, misalnya tentang konfrontasi
moral, intoleransi dan tingkah laku sosial lainnya. Model ini juga
didasarkan atas konsep tentang keberagaman masyarakat dalam
menafsirperbedaan-perbedaan paradigma dan prioritas bahkan
konfrontasi nilai antara seseorang dengan yang lain. Untuk mengatasai
masalah yang komplek terutama tentang isu-isu yang kontrofersial
maka menuntut warga negara untuk dapat berbicara satu sama lain,
dapat bernegosiasi mengenai perbedaan-perbedaan dalam masyarakat
tersebut.

Model ini potensial untuk digunakan dalam kajian bidang studi


yang membahas tentang isu-isu kebijaksanaan umum atau berkaitan
dengan kebijaksanaan umum, termasuk yang berkenaan dengan isu-isu
atau konflik moral dalam kehidupan sehari-hari.

2) Sistem Sosial dalam Pembelajaran Yurisprudensial

Struktur dalam model ini menjangkau wilayah mulai dari level


tertinggi hingga terendah. Guru dapat memulai dari tahap pertama,
kemudian berlanjut pada tahap-tahap berikutnya. Setiap tahap dalam
langkah-langkah pembelajaran Yurisprudensial, guru memantau
(monitoring) perkembangan kemampuan siswa dalam menyelesaikan
tugasnya. Setelah mempelajari model ini, siswa seharusnya dapat
melaksanakan prosesnya tanpa bantuan siapapun.

Cara demikian membuat siswa mampu memperoleh kontrol


maksimum dalam sebuah proses. Iklim sosial sangatlah kuat dan
konfrontatif.

3) Peranan Guru dalam Pembelajaran Yurisprudensial

Dalam model ini guru memiliki peranan sebagai berikut.

a) Memeriksa substansi yaitu merespon anotasi siswa dengan


menanyakan kembali terkait relevansi, koherensi, partikularitas, dan
kejelasan definitif.

b) Guru mendorong siswa untuk berpikir, sehingga satu pikiran atau


urutan alasan dapat dikejar dan diperpanjang untuk ekmudian
mengantarkan pada konklusi yang logis sebelum memulai membahas
argumen yang lain.

c) Mengantisipasi tuntutan siswa terhadap nilai-nilai yang harus


dipersiapkan untuk menantang dan melakukan penjejakan serta
pemeriksaan.

d) Guru memeriksa pendapat salah seorang siswa secara mendetail


sebelum menantang siswa yang lain.

4) Sistem Pendukung dalam Pembelajaran Yurisprudensial

Materi utama yang dapat menjunjung model ini adalah inskripsi-


inskripsi sumber yang fokus pada situasi permasalahan. Ciri yang
membedakan pendekatan ini adalah bahwa kasus-kasus tersebut
merupakan catatan-catatan mengenai situasi-situasi yang nyata dan
hopotikal. Hal yang patut diperhatikan adalah bahwa semua fakta yang
berasosiasi dengan situasi dan kondisi semacam ini dapat dimasukan
dalam materi-materi kasus sehingga kasus yang dibahas tidak akan
kabur dan membingungkan. Dalam hal ini sumber dokumen haruslah
fokus pada status problematika yang sangat dibutuhkan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Model Pembelajaran Interaksi


Sosial

Selama model pembelajaran Interaksi Sosial diterapkan, proses


interaksi akan muncul dan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.

Beberapa factor tersebut meliputi; (1) Faktor Imitasi, merupakan


aktifitas meniru individu terhadap gaya hidup orang lain yang
diamatinya ketika menghadapi situasi dan keadaan tertentu; (2) Faktor
Sugesti, merupakan penilaian berdasarkan sudut pandang atau sikap
individu yang berasal dari individu itu sendiri namun diterima oleh
orang lain. Factor ini serupa dengan proses yang terjadi pada factor
imitasi, namun letak perbedaannya pada titik tolaknya yaitu si
penerima (orang lain) mengalami kondisi emosi yang serupa,
akibatnya kemampuan rasionalnya menjadi terhambat; (3) Faktor
Identifikasi, merupakan kecenderungan individu secara sadar maupun
tidak sadar untuk menjadi serupa dengan orang lain; (4) Faktor
Simpati, merupakan suatu proses individu yang tertarik pada pihak
lain. Meskipun factor simpati berupa keinginan individu untuk
memahami dan bertindak kooperatif dengan orang lain, tapi
sebenarnya peran vital dalam faktor ini adalah lebih condong pada
perasaan individu tersebut.

1). Langkah-langkah Pembelajaran yurisprudensial

Model pembelajaran Telaah Yurisprudensi (Jurisprudential


Inquiry) adalah model pembelajaran yang membantu siswa untuk
belajar berpikir secara sistematis tentang isu-isu kontemporer yang
sedang terjadi dalam masyarakat. Langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam penerapan model ini adalah sebagai berikut:

1. Orientasi terhadap kasus

2. Mengidentifikasi isu

3. Pengambilan posisi (sikap)

4. Mempertahankan posisi (sikap)

5. Memperjelas ulang dan memperkuat posisi (sikap)

6. Menguji asumsi tentang fakta-fakta, definisi, dan konsekuensi

Guru memperkenalkan kepada peserta didik materi-materi


kasus dan mengkajinya (orientasi terhadap kasus). Peserta didik
mensintesis fakta, mengaitkan dengan isu-isu umum dan
mengidentifikasikan nilai-nilai yang terlibat dalam kasus tersebut
(mengidentifikasi isu). Peserta didik diminta mengambil sikap atau
pendapat terhadap isu tersebut dan menyatakan sikapnya (pengambilan
posisi atau sikap). Selanjutnya, peserta didik diminta mempertahankan
posisi atau sikap yang telah diambilnya dengan mengajukan argumen
logis dan rasional untuk mendukung sikap yang telah diambilnya.
Setelah itu, guru memperjelas ulang dan memperkuat terhadap sikap
yang telah diambil. Terakhir, guru menguji atau mendiskusikan apakah
argumentasi yang digunakan untuk mendukung sikap tersebut relevan
dan valid.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Interaksi sosial adalah proses di mana antara individu dengan


individu, individu dengan kelompok. atau kelompok dengan kelompok
berhubungan satu dengan yang lain. Terdapat pula jenis-jenis interaksi
social, bentuk-bentuk interaksi social, syarat interaksi social, serta
terdapat ciri interaksi social.
Belajar dan pembelajaran. Secara umum belajar dapat
dikatakan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil
interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
secara sengaja oleh pendidik untuk memberikan ilmu pengetahuan
dengan berbagai cara atau metode agar dapat dimengerti oleh siswa
dan dapat melakukan kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Model pembelajaran merupakan salah satu hal yang sangat
penting di dalam proses kegiatan belajar mengajar untuk menunjang
keberhasilan belajar. Proses pembelajaran akan berlangsung baik,
menarik dan dapat memotivasi minat peserta didik diantaranya karena
ketepatan model pembelajaran yang digunakan. Peserta didik akan
terbantu dalam proses pembelajaran karena model pembelajaran akan
mendorong aktifitas siswa dalam belajar. Macam macam model
pembelajaran interaksi social yaitu, Investigasi Kelompok, Bermain
Peran (Role Playing) dan Pembelajaran Yurisprudensial).
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Adya Winata, K., Hasanah, A., Sangga Buana, U., Sunan, U., & Djati.
G. (2021). Implementasi Model Pembelajaran Interaksi Sosial Untuk
Meningkatkan Karakter Peserta Didik. Jurnal Pendidikan, 9(1), 22-32.

Bali, M. M. E. 1. (2017). Model Interaksi Sosial dalam Mengelaborasi


Keterampilan Sosial. PEDAGOGIK: Jurnal Pendidikan, 42), 211-227.
https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/pedagogik/article/view/19

Fahri, L. M., & Qusyairi, L. A. H. (2019). Interaksi Sosial dalam


Proses Pembelajaran. Palapa, 11), 149-166.
https://%20//doi.org/10.36088/palapa.v7il.194

Festiawan., R. (2020). Belajar dan pendekatan pembelajaran. Jurnal K.


1-17.

Ahmadi, A. 2009.Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.


Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Baharun, H. (2016). Pengembangan Media Pembelajaran PAI Berbasis


Lingkungan Melalui Model ASSURE. Cendekia: Journal of Education
and Society, 14(2), 231-246. https:/ /
doi.org/10.21154/cendekia.v14i2.610.
Baharun, H. (2017). Peningkatan Kompetensi Guru melalui Sistem
Kepemimpinan Kepala Madrasah. At-Tajdid: Jurnal ilmu Tarbiyah,
6(1), 1-25.

Baharun, H. (2017). Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktik


(Konsep, Prinsip, Pendekatan dan Langkah-langkah Pengembangan
Kurikulum PAIL. Yogyakarta: CV Cantrik Pustaka.

Bali, M. M. E. I. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Fan N Pick


dan Two Stay Two Stray Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial
dan Hasil Belajar IPS Siswa. Jurnal Manajemen FE UM.

Elksnin & Elksnin.1999. Keterampilan Sosial pada Anak Menengah


Akhir.(http:fajar.multiply.com/journal/item/191) diakses 22 Maret
2018.

Joyce, B., Weil and Calhoun. 2000. Models of Teaching. New York: A
Person Education Company.

Rosenberg, Michael S. et. al. 1992.Educating Students with Behavior


Disorders. Boston London: Allyn and Bacon.

Seefeldt, Carol dan Nita Barbour. 1994. Early Childhood Education An


Introduction 3rd Edition. New York: Macmillan College Publishing
Company.

Wahyuti, S. M. (2015). Pengembangan Keterampilan Sosial Siswa


Melalui Pemahaman Multikultural Dalam Bimbingan Konseling, 2,
26-34.
https://arishidayat89.blogspot.com/2015/01/langkah-langkah-model-
pembelajaran.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai