MAKALAH
Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah
Dosen Pengampu :
Machrup Eko Cahyono, M.Pd.I
1. Prof. Dr. H. Maftukhin M. Ag. Selaku rektor UIN Tulungagung yang telah
memberikan dukungan kepada kami dan mengizinkan kami memakai semua
fasilitas yang ada di UIN Tulungagung untuk menunjang kelancaran proses
perkuliahan kami.
2. Prof. Dr. Hj. Binti Maunah M.Pd.I. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan ILmu
Keguruan yang telah bekerja keras mengurus dan mengatur fakultas kami.
3. Macrub Eko Cahyono, M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah profesi
keguruan yang sangat tulus dan ikhlas dalam memberikan bimbingan dan
pembelajaran kepada kami.
4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan kritik, saran, semangat, dan motivasi dalam proses pembuatan
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumsan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan.................................................................................2
BAB II PEMBAHSAN
A. Kesimpulan..............................................................................................9
B. Saran........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai mahkluk sosial tidak bisa hidup sendiri karena
mereka saling membutuhkan antara satu sama lain. Dalam hubungan manusia
sehari-hari pasti selalu terjadi komunikasi, baik komunikasi tertulis maupun
lisan.Komunikasi adalah suatu aktivitas penyampaian informasi,
baik itu pesan, ide, dan gagasan, dari satu pihak ke pihak lainnya yang
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Bahasa dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Karena bahasa
juga termasuk alat komunikasi antar makhluk hidup yang menghasilkan
bunyi atau symbol untuk berkomunikasi. Bahasa adalah alat untuk
berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk
menyampaikan pikiran atau gagasan, konsep dan perasaan. Bahasa sebagai
alat komunikasi mempunyai fungsi dan peranan penting. Fungsi umum
bahasa adalah sebagai alat komunikasi sosial. Dalam masyarakat ada
komunikasi atau saling hubungan antar anggota. Dengan demikian, setiap
masyarakat dipastikan memunyai dan menggunakan alat komunikasi sosial
tersebut. Tidak ada masyarakat tanpa bahasa dan tidak ada pula bahasa tanpa
masyarakat.1
Dengan adanya saling butuh itu, maka manusia suka atau tidak suka,
tidak dapat mengelak dari kerja sama. Semakin banyak kebutuhan manusia,
semakin sedikit pula kemampuan untuk memenuhinya dan kita tidak bisa
mengelak dari kebutuhan pada tangan atau bantuan orang lain. Maka tidak
heran, seiring tingginya kebutuhan, semakin seseorang tergantung kepada
selainnya. Demikian pula sebaliknya.
Manusia mempunyai dua sifat hakiki yaitu sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial. Makhluk individu itu biasanya cenderung memikirkan
1
Soeparno, Dasar-Dasar Linguistik, (Yogyakarta: Mitra Gama Widya, 2003), hlm. 5
1
keinginan-keinginan itu sendiri,cita-cita itu sendiri,Sedangkan kalau makhluk
sosial itu adalah manusia yang mempunyai naluri hidup bersama, hidup
berkelompok, hidup bermasyarakat.Oleh karena itu di dalam makalah ini
akan menjelaskan mengenai manusia sebagai makhluk sosial dalam
pandangan islam dan implikasinya terhadap pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian manusia sebagai makhluk sosial?
C. Tujuan Permasalahan
1. Mengetahui pengertian manusia sebagai makhluk sosial.
2. Mengetahui pandangan islam terhadap manusia sebagai makhluk sosial.
3. Mengetahui implikasi manusia sebagai makhluk sosial dalam pendidikan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
Ety Nur Inah, Peranan Komunikasi dalam Pendidikan, Jurnal Al – Ta’dib, Vol. 6, No. 1
Januari-Juni 2013, hlm. 177
3
komunikasi. Tetapi yang terpenting adalah bagaimana membangun
komunikasi itu yang menyenangkan sehingga tujuan bisa tercapai, meski ada
perbedaan pendapat. Bila komunikasi tidak berjalan dengan baik maka
biasanya menghambat suatu roda organisasi. Hal ini pun bisa terjadi dalam
dunia pendidikan. Bahkan semua bidang disiplin ilmu pasti membutuhkan
yang namanya komunikasi.
1. Karateristik Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Karakteristik manusia sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu
bentuk interaksi sosial didalam hubugannya dengan makhluk sosial
lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari
dua hal yakni :
1. Tekanan emosional. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia
berinteraksi satu sama lain.
2. Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam
kondisi manusia yang direndahkan maka akan memiliki hasrat yang
tinggi untuk berhubungan dengan orang lain.3
2. Kedudukan Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang paling sempurna dan
paling tinggi derajatnya adalah manusia. Di dunia ini tidak ada satupun
manusia yang sama dan tidak ada satu pun manusia yang mampu hidup
sendiri. Sehingga dipastikan setiap manusia selalu melekat di dalam
dirinya status yang tidak dapat dipisahkan, yaitu makhluk individu dan
makhluk sosial.
Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga
masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup
sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai
kedudukan dan kekayaan, dia selalu membutuhkan manusia lain. Setiap
manusia cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi
3
Herimanto dan Winarno, Ilmu Sosial dan Budaya, (Jakarta: Bayumedia Publishing,
2011), hlm. 56
4
dengan manusia lainnya. Dapat dikatakan bahwa sejak lahir, dia sudah
disebut sebagai makhluk sosial.
Kesadaran manusia sebagai makhluk sosial, akan memberikan rasa
tanggungjawab untuk mengayomi individu yang jauh lebih ”lemah” dari
pada wujud sosial yang ”besar” dan ”kuat”. Kehidupan sosial,
kebersamaan, baik itu non formal (masyarakat) maupun dalam bentuk-
bentuk formal (institusi, negara) dengan wibawanya wajib mengayomi
individu.4
3. Pengembangan Manusia Sebagai Individu dan Sosial
a. Pengembangan Manusia Sebagai Individu
Sebagai makhluk individu itu biasanya biasa berkembang
dengan adanya pendidikan namun ia kalah dalam suatu kelompok atau
organisai.Manusia harus memiliki kesadaran diri yang dimulai dari
kesadaran pribadi di antara segala kesadaran terhadap segala sesuatu.
Dengan akal tersebut, manusia dapat mengembangkan potensi-potensi
yang ada di dalam dirinya seperti, karya, cipta, dan karsa. Dengan
pengembangan potensi-potensi yang ada, manusia mampu
mengembangkan dirinya sebagai manusia seutuhnya yaitu makhluk
ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
Perkembangan manusia secara perorangan pun melalui tahap-
tahap yang memakan waktu puluhan atau bahakan belasan tahun untuk
menjadi dewasa. Upaya pendidikan dalam menjadikan manusia
semakin berkembang. Perkembangan keindividualan memungkinkan
seseorang untuk mengembangkan setiap potensi yang ada pada dirinya
secara optimal.
4
Tim CBDC (2019), Character Building Kewarganegaraan (Char6014), Character
Building Center (CBDC) Universitas Bina Nusantara Norma dalam masyarakat 1 September
2020 diakses pada tanggal 31 Agustus 2021 pukul 23.40
5
Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam
kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan
sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia adalah selalu ingin
berhubungan dengan manusia lain. Keadaan positif dan negatif ini
adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan
pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antar individu. Tiap-tiap
pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan
bersama Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Pada zaman modern seperti saat ini manusia memerlukan pakaian yang
tidak mungkin dibuat sendiri.
Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga
mempunyai perasaaan emosional yang ingin diungkapkan kepada orang
lain dan mendapat tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia
memerlukan pengertian, kasih saying, harga diri pengakuan, dan
berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya
dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan berinteraksi dengan
orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat.
B. Pandangan Islam Terhadap Manusia Sebagai Makhluk Sosial
6
insaniah yang ada dengan kekurangan dan keterbatasan, Allah SWT
menugaskan misi khusus kepada umat manusia untuk menguji dan
mengetahui mana yang jujur, beriman dan dusta dalam beragama. 5
Demikian pula orang miskin tidak dapat hidup tanpa orang kaya yang
mempekerjakan dan mengupahnya. Demikianlah seterusnya. Allah SWT
berfirman yang artinya: “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat
Rabbmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam
kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian
yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan
sebagian yang lain. Dan rahmat Rabbmu lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan.”(Az-Zukhruf: 32).
Bila ditinjau dari perspektif Islam, baik dari aspek normatif maupun
interaktif pengamalan syariat. Pandangan itu secara garis besarnya adalah:
Pertama, Penciptaan manusia, bahkan semua makhluk ciptaan-Nya secara
berpasangan, memberikan makna adanya saling ketergantungan, hidup
bersama, saling berinteraksi dan berinterelasi. Kedua, Nilai-nilai dalam
pelaksanaan ibadah shalat berjamaah, puasa, zakat dan haji juga memberikan
pelajaran bahwa manusia secara kodrati dituntut untuk empati terhadap
sesama. Jadi, sosialitas merupakan kodrat manusia dalam mengarungi
kehidupannya. Mereka tidak bisa hidup sendirian.6
5
https://media.neliti.com/media/publications/56722-ID-none.pdf di akses pada tanggal
31 Agustus 2021 pada jam 23.00
6
https://adab.radenfatah.ac.id/main/index.php/2018/07/28/esensi-manusia-sebagai-
makhluk-sosial/ di akses pada tanggal 31Agustus 2021 pada jam 23.47
7
Alat-alat potensial dan berbagai potensi dasar atau fitrah manusia harus
ditumbuhkembangkan secara optimal dan terpadu melalui proses pendidikan
sepanjang hayatnya.
Manusia diberi kebebasan/kemerdekaan untuk berikhtiar
mengembangkan alat-alat potensial dan potensi dasar, dalam
perkembangannya tidak bisa dilepaskan dari adanya batas-batas tertentu
yaitu, adanya hukum-hukum yang pasti dan tetap menguasai alam, atau
hukum-hukum yang biasa disebut dengan takdir (keharusan universal atau
kepastian umum sebagai batas akhir dari ikhtiar manusia dalam kehidupannya
di dunia). Disamping itu, pertumbuhan dan perkembangan alat-alat potensial
dan fitrah manusia itu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor heriditas
(bawaan/keturunan), lingkungan alam dan geografis, lingkungan sosio-
cultural, sejarah dan factor - faktor temporal.
Oleh karena itu pendidikan yang dilakukan harus juga melihat faktor
millieu (lingkungan) disamping faktor-faktor yang lain seperti, faktor tujuan,
pendidik, peserta didik, dan alat pendidikan. Semuanya saling berkaitan dan
mempengaruhi antara satu faktor dengan faktor lainnya. Dalam kaitannya
dengan tugas dan tujuan penciptaan manusia, yakni sebagai ‘abdullah yang
terdapat dalam (Qs. Adz-Dzariyat; 56), dan juga sebagai khalifatullah yang
terdapat dalam (Qs. Al-Fathir; 39 dan Qs. Al-An’am; 165).
Maka pendidikan dalam Islam antara lain adalah untuk membimbing
dan mengarahkan manusia agar mampu mengemban amanat dari Allah yaitu
menjalankan tugas-tugas hidupnya sebagai ‘abdullah (hamba Allah yang
harus tunduk dan taat terhadap segala aturan dan kehendak-Nya serta
mengabdi hanya kepada-Nya) dan juga sebagai khalifatullah (berupa tugas
terhadap diri sendiri, keluarga/rumah tangga, dalam masyarakat dan tugas
kekhalifahan terhadap alam dengan “mengkulturkan natur dan menaturkan
kultur”).7
7
Zainuddin, ”Hakekat Manusia Dan Implikasinya Dalam Pendidikan Implikasi Manusia
Sebagai Makhluk Sosial Dalam Pendidikan, 2013
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup berkelompok saling
membutuhkan satu sama lain. Sebagai makhluk sosial dan hidup
berkelompok dalam kehidupan sehari-hari, tentu tidak luput dari namanya
interaksi atau komunikasi. Komunikasi mempermudah manusia dalam
berinteraksi, sehingga maksud dan tujuan yang mau disampaikan dapat
terwujud. Sedangkan pandangan islam terhadap manusia sebagai makhluk
sosial itu secara garis besar yaitu pertama, Penciptaan manusia, bahkan semua
makhluk ciptaan-Nya secara berpasangan, memberikan makna adanya saling
ketergantungan, hidup bersama, saling berinteraksi dan berinterelasi. Kedua,
Nilai-nilai dalam pelaksanaan ibadah shalat berjamaah, puasa, zakat dan haji
juga memberikan pelajaran bahwa manusia secara kodrati dituntut untuk
empati terhadap sesama. serta implikasi dari manusia sebagai makhluk sosial
terhadap pendidikan yaitu antara lain adalah untuk membimbing dan
mengarahkan manusia agar mampu mengemban amanat dari Allah yaitu
menjalankan tugas-tugas hidupnya sebagai ‘abdullah dan juga sebagai
khalifatullah.
B. Saran
Demikian yang dapat kami sampaikan dalam makalah ini. Mungkin
masih banyak kesalahan dan kekurangan yang perlu dibenahi. Kesalahan
dalam belajar adalah suatu yang wajar dan maklum. Tetapi perlu adanya
perbaikan sehingga kesalahan dapat diperbaiki dan tidak terulang kembali.
Penulis menerima segala kritik dan saran dari pembaca.
9
DAFTAR PUSTAKA
https://adab.radenfatah.ac.id/main/index.php/2018/07/28/esensi-manusia-
sebagai-makhluk-sosial/ di akses pada tanggal 31Agustus 2021 pada jam
23.47.
Inah, Ety Nur. 2013. Peranan Komunikasi dalam Pendidikan. Jurnal Al – Ta’dib.
Vol. 6, No. 1 Januari-Juni.
Winarno, dan Herimanto. 2011. Ilmu Sosial dan Budaya. Jakarta: Bayumedia
Publishing.
10
11