DISUSUN OLEH
KELOMPOK 8
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah dengan judul “MAKALAH KOMUNIKASI DALAM
KONTEKS SOSIAL DAN KEANEKARAGAMAN BUDAYA SERTA KEYAKINAN”.
Tim penulis menyadari bahwa terdapat beberapa orang yang terlibat dalam pembuatan
makalah ini. Semoga Tuhan senantiasa membalas segala amal kebaikannya. Tim penulis
berharap dengan disusunnya makalah ini,dapat bermanfaat bagi seluruh orang yang
membacanya..
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum memenuhi kesempurnaan, oleh
karena itu segala kritik dan saran kami butuhkan demi kesempurnaan karya tulis ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................…...1
1.3 Tujuan.............................................................................................………….1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi Dalam Konteks Sosial...............................................2
2.2 Funsi Komunikasi Dalam Konteks Sosial.......................................................2
2.3 Komunikasi Budaya.........................................................................................2
2.4 Metode Penelitian Pelayanan Kesehatan Dalam Komunikasi Antarbudaya...4
2.5 Hasil Penelitian................................................................................................7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi Dalam Konteks Sosial
Dalam kehidupannya, manusia senantiasa terlibat dalam aktivitas komunikasi.
Manusia mungkin akan mati, atau setidaknya sengsara manakala dikucilkan sama sekali
sehingga ia tidak bisa melakukan komunikasi dengan dunia sekelilingnya. Oleh sebab itu
komunikasi merupakan tindakan manusia yang lahir dengan penuh kesadaran, bahkan secara
aktif manusia sengaja melahirkannya karena ada maksud atau tujuan tertentu.
Memang apabila manusia dibandingkan dengan mahluk hidup lainnya seperti hewan,
ia tidak akan hidup sendiri. Seekor anak ayam, walaupun tanpa induk, mampu mencari
makan sendiri. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Manusia tidak dikaruniai
Tuhan dengan alat-alat fisik yang cukup untuk hidup sendiri.
Dapat dikatakan bahwa didalam kehidupan komunikasi adalah persyaratan yang
utama dalam kehidupan manusia. Tidak ada manusia yang melepaskan hidupnya untuk
berkomuikasi antar sesama. Dengan seperti itu, komunikasi sosial sangat penting dalam
kehidupan manusia pada umumnya untuk membantunya berinteraksi dengan sesama, karena
manusia tercipta sebagai mahluk sosial.
Karena sifat manusia yang selalu berubah-ubah hingga kini belum dapat diselidiki dan
dianalisis secara tuntas hubungan antara unsur-unsur didalam masyarakat secara lebih
mendalam dan terorganisir.
Dalam konteks sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa manusia lain,
karena itu dalam menjalin hubungan dengan manusia lain memerlukan komunikasi.
Komunikasi yang digunakan terdiri dari audio, visual, audiovisual, dan sebagainya.
Seorang perawat dituntut untuk dapat komunikasi tidak hanya dengan tim kesehatan
melainkan dengan pasien dan keluarga pasien. Dengan demikian tujuan akan tepat pada
dasarnya.
2.2 Fungsi Komunikasi Dalam Konteks Sosial
Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia bisa dipastikan akan
tersesat, karena ia tidak sempat menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Komunikasi
yang memungkin individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai
pantuan untuk menafsirkan, situasi apapun yang ia hadapi. Komunikasi pula yang
memungkinkannya mempelajari dan menerapkan strategi-strategi adaptif untuk mengatasi
situasi-situasi problematik yang ia masuki. Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi,
seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum, berbicar sebagai manusia dan
memperlakukan manusi lain secara beradap, karena cara-cara berprilaku tersebut harus
dipelajari lewat pengasuhan kluarga dan pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah
komunikasi. Implasif adalah fungsi komunikasi sosial ini adalah fungsi komunikasi kultural.
Para ilmuan sosial mengakui bahwa budaya dan komunikasi itu mempunyai hubungan timbal
balik, seperti dua sisi dari satu mata uang. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi,
dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau
mewariskan budaya.
Fungsi komunikasi sosial bisa terbentuk dengan adanya pembentukan dari
dalam: pembentukan konsep diri, pernyataan eksistenssi diri dan untuk kelangsungan hidup,
memupuk hubungan & memperoleh kebahagiaan
2.3 Komunikasi Budaya
Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang
memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan
dari semua perbedaan ini. Menurut Stewart L. Tubbs,komunikasi antarbudaya
adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau
perbedaan-perbedaan sosio ekonomi).Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan
dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi. Hamid Mowlana
menyebutkan komunikasi antarbudaya sebagai human flow across national boundaries.
Misalnya; dalam keterlibatan suatu konfrensi internasional dimana bangsa-bangsa dari
berbagai negara berkumpul dan berkomunikasi satu sama lain. Sedangkan Fred E. Jandt
mengartikan komunikasi antarbudaya sebagai interaksi tatap muka di antara orang-orang
yang berbeda budayanya.
Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya
adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia
dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok. Selanjutnya
komunikasi antarbudaya itu dilakukan:
1. Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan antarbudaya yang
membahas satu tema (penyampaian tema melalui simbol) yang sedang
dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna tetapi dia dapat berarti
ke dalam satu konteks dan makna-makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan;
2. Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung daripersetujuan antarsubjek yang
terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses
pemberian makna yang sama;
3. Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat
karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita;
4. Menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari
kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan berbagai cara.
2. Pengalaman
Para perawat yang menjadi informan utama menyebutkan cara berkomunikasi dengan
pasien yang berbeda budaya biasanya tergantung pasien yang dilayani, ada yang tidak bisa
menggunakan kalimat baku, tidak bisa menggunakan bahasa atau istilah medis, perawat tidak
bisa kaku dan suasana komunikasi nya pun sebisa mungkin tidak formal. Jenis hambatan ini
terjadi karena setiap individu tidak memiliki pengalaman hidup yang sama sehingga setiap
individu mempunyai persepsi dan juga konsep yang berbedabeda dalam melihat sesuatu
(Lubis, 2014:58).
3. Hambatan Fisik
Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang peneliti lakukan kepada beberapa pasien di
Instalasi Rawat Jalan RSUP H. Adam Malik sebagi informan tambahan, durasi waktu dalam
melayani pasien biasanya hanya berkisar 5-10 menit, hal ini menjadi sebuah keterbatasan
bagi para pasien dalam menyampaikan keluhan mereka. Walaupun pasien cukup memahami
kondisi perawat yang sibuk karena jumlah pasien yang banyak, namun mereka tetap akan
merasa lebih senang kalau saja diperbolehkan berkonsultasi dengan dokter dengan waktu
yang lebih lama.
Hambatan fisik lainnya adalah faktor kelelahan yang dialami oleh kedua belah pihak, baik
perawat maupun pasien. Jumlah pasien yang sangat banyak membuat perawat di RSUP H.
Adam Malik harus menjalani aktivitas pelayanan kesehatan dengan intensitas yang tinggi
setiap harinya.Demikian juga dengan pasien, prosedur berobat yang rumit dan waktu
menunggu yang cukup lama, membuat pasien mengalami kelelahan setiap kali berobat di
RSUP H. Adam Malik.
4. Kompetisi
Kompetisi juga merupakan hambatan antarbudaya yang ditemui dalam penelitian ini.
Hambatan ini muncul apabila penerima pesan sedang melakukan kegiatan lain sambil
mendengarkan (Lubis, 2014:8).
Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien sebagai informan tambahan, ketika berkonsultasi
dengan pasien, perawat sering mendegarkan keluhan pasien sambil melakukan aktivitas
lainnya, seperti mengisi status pasien atau sambil memeriksa fisik pasien.
5. Non Verbal
Selain kondisi fisik, semua tenaga medis yang menjadi informan juga mengatakan bahwa
ketika mereka berkomunikasi dengan pasien, faktor-faktor seperti gesture, ekspresi wajah dan
kontak mata turut menjadi perhatian. Mereka mengatakan bahwa pasien harus dilihat secara
keseluruhan dari atas sampai bawah. Semua data ini nantinya akan mereka gabungkan
bersama dengan hasil pemeriksaan penunjang lainnya untuk penegakan diagnosa penyakit
pasien.
Ada kondisi di mana pasien mengaku paham dengan penjelasan dokter, namun ekspresi
wajah dan gerak tubuhnya menyatakan sebaliknya atau menyatakan sehat namun wajahnya
terlihat pucat. Jadi dalam hal ini dokter harus mampu menganalisis kondisi pasien baik secara
verbal maupun non verbal. Demikian pula sebaliknya, komunikasi non verbal dokter juga
menjadi hambatan dalam pelayanan kesehatan dokter kepada pasien.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan, gerakan badaniah dan
parabahasa dokter merupakan hambatan yang sering dialami pasien. Dokter yang jarang
menatap pasien ketika berkonsultasi membuat pasien merasa tidak puas. Intonasi suara dan
kecepatan berbicara dokter ketika melayani pasien dapat mempengaruhi reaksi atau
penafsiran pasien terhadap pesan.
2.6 Komunikasi Keyakinan
Keyakinan agama dan Keyakinan Spiritual adalah bagian integral dari keyakinan
budaya seseorang dan dapat memperngaruhi keyakinan klien mengenai penyebab penyakit,
praktek penyembuhan, dan pilihan tabib atau pemberi perawatan kesehatan.
Keyakian spiritual dan agama dapat menjadi sumber kekuatan dan kenyamanan bagi klien.
Perawat yang memiliki keyakinan yang sama dengan kliennya cenderung lebih mudah
memahami dan mengambil tindakan untuk menangani kliennya.
Perawat professional harus bisa memahami,mengantisipasi dan mengambil tindakan
yangtepat terhadap klien yang berbeda keyakinanterhadap perawat tersebut.Contoh : Klien
yang menolak memakan dagingdikarenakan oleh keyakinan yang dimiliki
olehagamanya.Perawat harus mengambil tindakan yang tepatbagaimana cara membujuk
pasien tersebut untukmemakan daging tersebut.Misalnya diberikan penjelasan yang
kuatmengenai alasan kenapa pasien tersebut harusmakan daging.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam kehidupannya, manusia senantiasa terlibat dalam aktivitas komunikasi.
Manusia mungkin akan mati, atau setidaknya sengsara manakala dikucilkan sama sekali
sehingga ia tidak bisa melakukan komunikasi dengan dunia sekelilingnya. Oleh sebab itu
komunikasi merupakan tindakan manusia yang lahir dengan penuh kesadaran, bahkan secara
aktif manusia sengaja melahirkannya karena ada maksud atau tujuan tertentu.
Manusia adalah mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri melainkan selalu
berinteraksi dengan sesamanya. Untuk keperluan tersebut, manusia menggunakan bahasa
sebagai alat komunikasi sekaligus sebagai identitas kelompok. Hal tersebut dapat dibuktikan
dengan terbentuknya bagaian bahasa di dunia yang memiliki ciri-ciri yang unik yang
menyebabkan berbeda dengan bahasa lainnya.
3.3 Saran
Komunikasi sangatlah penting dalam setiap konteks kehidupan manusia. Sebagai
perawat,kita sudah semestinya mempelajari dan memahami berbagai macam komunikasi
dalam konteks-konteks yang berbeda sehingga memudahkan kita dalam melakukan tindakan
keperawatan yang benar dan tepat terhadap pasien. Dengan telah mengetahui peran
komunikasi secara tidak langsung melalui pembelajaran ini yaitu konsep komunikasi dalam
konteks sosial,dan budaya, serta keyakinan.
DAFTAR PUSTAKA
http://ojs.uma.ac.id/index.php/simbolika/article/download/1027/1033
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. “Sosiolinguisitik Perkenalan Awal”
Berry, Diane. (2007). Health Communication: Theory and Practice. New York:
Open University Press.
Kriyantono, Rachmat. (2014). Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada Media
Group.
Littlejohn, Stephen W & Karen A Foss. (2011). Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba
Humanika.