INTERPERSONAL
Kelompok 3
Atika 09180000097
Raihandika 09180000112
PRODI S1 KEPERAWATAN
1
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN .................................................................................................. 5
BAB II ..................................................................................................................... 7
3
2.6 Komunikasi Efektif dalam Hubungan Interpersonal dengan Sesama
Tenaga Kesehatan Lainnya................................................................................ 33
BAB IV ................................................................................................................. 38
PENUTUP ............................................................................................................. 38
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
gaya yang dipakai sehari-hari. Mereka menganggap cara komunikasi yang mereka
pakai sudah benar. Padahal kalau dicermati masih banyak kesalahan dalam
berkomunikasi.
1.3 Tujuan
2. Mengetahui dan mendeskripsikan definisi, faktor, hambatan dalam
komunikasi efektif
3. Memberikan informasi tentang 3 komunikasi efektif dalam hubungan
interpersonal dengan klien
4. Memaparkan ciri-ciri dari komunikasi efektif dalam hubungan
interpersonal dengan keluarga
5. Menjelaskan unsur-unsur dari komunikasi efektif dalam hubungan
interpersonal dengan kelompok
6. Menjelaskan komunikasi efektif dalam sesama perawat
7. Menjelaskan dengan siapa sja komunikasi efektif dalam keperawatan
terjadi
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
7
Secara singkat dapat kita katakan bahwa tujuan komunikasi adalah
mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan, dan tindakan komunikator dapat
diterima oleh orang lain (komunikasi). Sebagai tenaga kesehatan yang memiliki
tanggungjawab sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Komunikasi yang
dilakukan perawat bertujuan agar pelayanan keperawatan yang diberikan dapat
berjalan efektif. Kemampuan komunikasi yang efektif ini merupakan
keterampilan yang harus dimiliki oleh perawat professional.
8
Selain secara lisan, unsur-unsur komunikasi verbal juga
dapat dilakukan melalui tulisan. Unsur-unsur komunikasi ini
dapat berupa surat-menyurat konvensional, surat elektronik
(email), chatting, dan lain sebagainya. Yang perlu di perhatikan
dalam komunikasi verbal yaitu :
a. Berlangsung secara timbal balik.
b. Makna pesan ringkas dan jelas.
c. Bahasa mudah dipahami.
d. Cara penyampaian mudah diterima.
e. Disampaikan secara tulus.
f. Mempunyai tujuan yang jelas.
g. Memperlihatkan norma yang berlaku.
h. Disertai dengan humor.
9
Yang perlu di perhatikan dalam komunikasi non verbal
adalah :
a. Penampilan fisik.
b. Sikap tubuh dan cara berjalan.
c. Ekspresi wajah.
d. Sentuhan
E. Unsur-unsur Komunikasi
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif kita perlu memahami
unsur-unsur komunikasi, antara lain:
1. Komunikator.
Pengirim (sender) yang mengirim pesan kepada
komunikan dengan menggunakan media tertentu. Unsur
yang sangat berpengaruh dalam komunikasi, karena
merupakan awal (sumber) terjadinya suatu komunikasi.
2. Komunikan
Penerima (receiver) yang menerima pesan dari
komunikator, kemudian memahami, menerjemahkan dan
akhirnya memberi respon.
3. Media
Saluran (channel) yang digunakan untuk
menyampaikan pesan sebagai sarana berkomunikasi.
Berupa bahasa verbal maupun non verbal, wujudnya berupa
ucapan, tulisan, gambar, bahasa tubuh, bahasa mesin, sandi
dan lain sebagainya
4. Pesan.
Isi komunikasi berupa pesan (message) yang
disampaikan oleh Komunikator kepada Komunikan.
10
Kejelasan pengiriman dan penerimaan pesan sangat
berpengaruh terhadap kesinambungan komunikasi
5. Tanggapan/feedback.
Merupakan dampak (effect) komunikasi sebagai
respon atas penerimaan pesan. Diimplentasikan dalam
bentuk umpan balik (feed back) atau tindakan sesuai
dengan pesan yang diterima.
11
empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau
mengerti terlebih dulu sebelm didengarkan atau dimengrti oleh
orang lain. Dengan memahami dan mendengar orang lain
terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan
kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama
atau sinergi dengan orang lain. Sikap empati akan
memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan (message)
dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan
(receiver) menerimanya.
4. Clarity
Clarity adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga
tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang
berlainan. Kesalahan penafsiran dapat menimbulkan berbagai
dampak yang tidak diinginkan. Clarity juga dapat diartikan sebagai
keterbukaan dan tranparansi. Harapannya dengan mengembangkan
sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan), maka
dapat menimbulkan rasa percaya (trust) penerima pesan terhadap
pemberi informasi.
5. Humble (rendah hati)
12
Humble adalah sikap rendah hati untuk membangun rasa
saling menghargai. Prinsip kelima dalam membangun komunikasi
yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur
yang terkait dengan prinsip pertama. Untuk membangun rasa
menghargai orang lain biasanya didasari oleh sikap rendah hati
yang kita miliki.
2. Persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap
suatu kejadian atau peristiwa, dan dibentuk oleh harapan atau
pengalaman. Perbedaan persepsi antara perawat-pasien dapat
mengakibatkan terhambatnya komunikasi.
3. Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku, sehingga
penting bagi perawat untuk menyadari nilai seseorang. Perawat
perlu berusaha untuk mengetahui dan mengklarifikasi nilai
sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang tepat
dengan klien.
4. Latar belakang sosial budaya
13
Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh
faktor budaya, dan budaya ini juga yang membatasi cara bertindak
dan berkomunikasi. Klien sebagai manusia pasti mempunyai
budaya yang berbeda-beda antara yang satu dan yang lain.
5. Emosi
Emosi merupakan perasaan subjektif terhadap suatu kejadian.
Ekspresi emosi seperti sedih, senang, dan terharu dapat
mempengaruhi orang lain dalam berkomunikasi. Perawat perlu
mengkaji emosi klien dan keluarganya sehinnga perawat dapat
memberikan asuhan keperawataan yang tepat.
6. Jenis kelamin
Setiap jenis kelamin memiliki gaya komunikasi yang berbeda-
beda. Menurut Tanned (1990); dalam Nurjannah, I (2005),
menyebutkan bahwa wanita dan laki-laki mempunyai perbedaan
gaya komunikasi.
7. Pengetahuan
Pasien yang tingkat pengetahuannya rendah akan sulit berespon
dengan pertanyaan mengandung bahasa verbal dibanding dengan
orang yang tingkat pengetahuannya tinggi. Jadi perawat perlu
untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien agar bisa berinteraksi
dengan baik.
14
gaya bahasa yang berbeda-beda pada lawan bicaranya berdasarkan
peran dan hubungan, terutama dengan klien.
9. Lingkungan
Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi yang
efektif. Lingkungan yang berisik dan tidak ada privasi pasti akan
mengganggu proses komunikasi perawat-klien.
10. Jarak
Jarak dapat mempengaruhi proses komunikasi, jarak tertentu
akan memberikan rasa aman, kejelasan pesan, dan kontrol ketika
berkomunikasi. Maka perawat perlu memperhitungkan jarak
berinteraksi dengan klien.
1. Komunikasi verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan
keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal
terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya
lebih akurat dan tepat waktu. Katakata adalah alat atau simbol yang
dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon
emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan.
15
penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Ulang bagian yang penting
dari pesan yang disampaikan.
b) Perbendaharaan kata
Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan
kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi
bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari
informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti
klien.
c) Arti denotatif dan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang
digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan
atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Ketika berkomunikasi
dengan klien, perawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga
tidak mudah untuk disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika
menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.
d) Selaan dan kesempatan bicara
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan
keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan
yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan
menimbulkan kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan
sesuatu terhadap klien. Selaan perlu digunakan untuk menekankan
pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk
mendengarkan dan memahami arti kata.. Perawat juga bisa
menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat
atau terlalu cepat dan perlu untuk diulang.
e) Waktu dan relevansi
Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu
tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh
karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk
berkomunikasi.
f) Humor
16
Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi
ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan
meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan
emosional terhadap klien.
2. Komunikasi non-verbal
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa
menggunakan katakata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk
menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan
verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dari saat pengkajian
sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non-verbal menambah
arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.
Sikap pada saat melakukan komunikasi interpersonal;
a) Metakomunikasi.
contoh : tersenyum ketika sedang marah.
b) Penampilan personal
c) Intonasi (nada suara).
Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi
dengan klien
d) Ekspresi wajah.
Menjaga Kontak mata
Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika sedang
berbicara dengan klien. Ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga
perawat tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien
dilakukan dalam keadaan sejajar.
e) Sikap tubuh dan ekspresi wajah.
f) Sentuhan.
Kasih sayang, dukungan emosional, dan perhatian disampaikan
melalui sentuhan
17
Dalam melakukan proses komunikasi interpersonal dipengaruhi
oleh beberapa hal terhadap isi pesan dan sikap penyampaian pesan antara
lain:
18
g) Tatanan interaksi. Komunikasi interpersonal akan lebih efektif jika
dilakukan dalam lingkungan yang menunjang. Kalau tempatnya
bising, ruangan sempti, tidak leluasa untuk berkomunikasi dapat
mengakibatkan ketegangan dan tidak nyaman.
19
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, juga siap
menyelesaikan masalah-masalah dalam keluarga dengan pembicaraan
yang dijalani dalam kesabaran dan kejujuran serta keterbukaan.
2. Empati (Empathy)
Empaty adalah suatu perasaan individu yang merasakan
sama seperti yang dirasakan orang lain, tanpa harus secara
nyata terlibat dalam perasaan ataupun tanggapan orang
tersebut.
3. Dukungan
Adanya dukungan dapat membantu seseorang lebih
bersemangat dalam melakukan aktivitas serta meraih tujuan
yang diinginkan. Dukungan ini lebih diharapkan dari orang
terdekat yaitu, keluarga.
20
5. Kesamaan (Equality)
kesamaan disini dimaksudkan individu mempunyai
kesamaan dengan orang lain dalam hal berbicara dan
mendengarkan.
21
dengan ibu jika anak merasa kurang sehat, sedih, maka peran
ibu lebih menonjol.
4. Komunikasi anak dan anak yang lainnya
Komunikasi ini terjadi antara anak 1 dengan anak yang lain.
Dimana anak yang lebih tua lebih berperan sebagai
pembimbing pada anak yang masih muda. Biasanya
dipengaruhi oleh tingkatan usia atau faktor kelahiran.
3. Komunikasi Individual
Komunikasi individual atau komunikasi interpersonal
adalah komunikasi yang sering terjadi dalam keluarga.
22
Komunikasi yang terjadi berlangsung dalam sebuah interaksi
antarpribadi, antara suami dan istri, antara ayah dan anak,
antara ibu dan anak, antar anak dan anak.
4. Komunikasi kelompok
Hubungan akrab antara orang tua dan anak sangat penting
untuk dibina dalam keluarga keakraban hubungan itu dapat
dilihat dari frekuensi pertemuan antara orang tua dan anak
dalam suatu waktu dan kesempatan. Sudah waktunya orang tua
meluangkan waktu dan kesempatan untukduduk bersama
dengan anak-anak, berbicara, berdialog dalam suasana santai.
23
3. Keluarga dengan anak – anak remaja
Tahap ini cenderung ditandai dengan bertambahnya konflik
sehubungan dengan bertambahya kebebasan anak – anak.
Masalah – masalah otonomi dan kontrol menjadi sangat tajam
pada tahun –tahun ini. Anak – anak remaja mulai mengalihkan
komunikasi dari komunikasi keluarga kepada komunikasi
dengan teman- teman sebaya. Karena perubahan – perubahan
fisiologis dan psikologis yang dialami remaja, topik –topik
tertentu menjadi perhatian mereka. Pendeknya, usia remaja
merupakan tantangan terbesar bagi komunikasi keluarga. Bila
orang tua dan anak dapat mengatasi badai, komunikasi
selanjutnya akan lebih lancar. Selanjutnya dapat disimpulkan
dengan pertambahan usia, hubungan kita dengan saudara-
saudara kandung tetap penting
2. Empati
Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita
pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang lain. Syarat utama
24
dari sikap empati adalah kemampuan untuk mendengar dan
mengerti orang lain, sebelum didengar dan dimengerti orang
lain.
Orangtua yang baik tidak akan menuntut anaknya untuk
mengerti keinginannya, tapi ia akan berusaha memahami anak
atau pasangannya terlebih dulu. Ia akan membuka dialog
dengan mereka, mendengar keluhan dan harapannya.
Mendengarkan di sini tidak hanya melibatkan indra saja, tapi
melibatkan pula mata hati dan perasaan. Cara seperti ini dapat
memunculkan rasa saling percaya dan keterbukaan dalam
keluarga.
3. Audibel
Audibel berarti “dapat didengarkan” atau bisa dimengerti
dengan baik. Sebuah pesan harus dapat disampaikan dengan
cara atau sikap yang bisa diterima oleh si penerima pesan. Raut
muka yang cerah, bahasa tubuh yang baik, kata-kata yang
sopan, atau cara menunjuk, termasuk ke dalam komunikasi
yang audibel ini.
4. Jelas
Pesan yang disampaikan harus jelas maknanya dan tidak
menimbulkan banyak pemahaman, selain harus terbuka dan
transparan.
Ketika berkomunikasi dengan anak, orangtua harus
berusaha agar pesan yang disampaikan bisa jelas maknanya.
Salah satu caranya adalah berbicara sesuai bahasa yang mereka
pahami (melihat tingkatan usia).
25
5. Tepat
Dalam membahas suatu masalah hendaknya proporsi yang
diberikan tepat baik waktunya, tema maupun sasarannya.
Waktu yang tepat untuk membicarakan masalah anak misalnya
pada waktu makan malam. Pada waktu sarapan pagi, karena
ketergesaan maka yang dibicarakan umumnya masalah yang
ringan saja.
26
2. Suasana Psikologis
Suasana Psikologis di akui mempengaruhi komunikasi.
Komunikasi sulit berlangsung bila seseorang dalam keadaan
sedih, bingung, marah, merasa kecewa, merasa irihati, diliputi
prasangka, dan suasana psikologis lainnya.
3. Lingkungan Fisik
Komunikasi dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja,
dengan gaya, dan cara yang berbeda. Komunikasi yang
berlangsung dalam keluarga berbeda dengan yang terjadi di
sekolah. Karena memang kedua lingkungan ini berbeda.
Suasana di rumah bersifat informal, sedangkan suasana di
sekolah bersifat formal. Demikian juga komunikasi yang
berlangsung dalam masyarakat. Karena setiap masyarakat
memiliki norma yang harus diataati, maka komunikasi yang
berlangsungpun harus taat norma.
4. Kepemimpinan
Dalam keluarga seorang pemimpin mempunyai peranan
yang sangat penting dan strategis. Dinamika hubungan dalam
keluarga dipengaruhi oleh pola kepemimpinan. Karakteristik
seorang pemimpin akan menentukan pola komunikasi
bagaimana yang akan berproses dalam kehidupan yang
membentuk hubungan-hubungan tersebut.
5. Bahasa
Dalam komunikasi verbal orang tua atau anak pasti
menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan
sesuatu. Pada suatu kesempatan bahasa yang dipergunakan oleh
orang tua ketika secara kepada anaknya dapat mewakili suatu
objek yang dibicarakan secara tepat. Tetapi dilain kesempatan,
27
bahasa yang digunakan itu tidak mampu mewakili suatu objek
yang dibicarakan secara tepat. Maka dari itu dalam
berkomunikasi dituntut untuk menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti antara komunikator dan komunikasi.
6. Perbedaan Usia
Komunikasi dipengaruhi oleh usia. Itu berarti setiap orang
tidak bisa berbicara sekehendak hati tanpa memperhatikan
siapa yang diajak bicara. Berbicara kepada anak kecil berbeda
ketika berbicara kepada remaja. Mereka mempunyai dunia
masing-masing yang harus dipahami.
28
Untuk mengatasi hambatan tersebut di atas, dapat ditanggulangi
dengan cara sebagai berikut :
29
2.4 Komunikasi Efektif dalam Hubungan Interpersonal dengan Kelompok
A. Definisi kelompok
Cartwright dan Zender (1968): kelompok itu sekumpulan
individu yang mempunyai hubungan antara anggota yang satu
dengan yang lain yang membuat mereka saling tergantung
dalam tingkatan tertentu.
Baron & Byrne (1979): kelompok memiliki dua tanda
psikologis, yaitu pertama, adanya sense of belonging ; kedua,
nasib anggota kelompok tergantung satu sama lain sehingga
hasil setiap anggota terkait dengan anggota yang lain.
Forsyth (1983): kelompok adalah dua atau lebih individu yang
saling mempengaruhi melalui interaksi sosial.
Gibson : kumpulan yang terdiri dari dua individu atau lebih
yang berinteraksi dan saling bergantungan, yang saling
berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu.
B. Jenis Kelompok
1. Kelompok Primer : dalam kelompok ini terjadi interaksi sosial
yang intensif serta hubungan lebih erat diantara anggota serta
biasa disebut dengan kelompok tatap muka yang diartikan
dengan suatu kelompok sosial yang anggotanya sering bertatap
muka dan saling mengenal dekat, serta memiliki hubungan erat.
Sifat interaksi ini lebih bersifat kekeluargaan dan berdasarkan
simpati. Pada kelompok ini memiliki sense of belongingnes/rasa
memiliki yang tinggi diantara anggota.
30
3. Kelompok bentukan, kelompok ini terjadi karena dibentuk oleh
kekuatan eksternal, artinya wadah kelompok disediakan oleh
pihak tertentu, dimana anggota dari kelompok bentukan ini
terdiri dari berbagai macam kelompok tertentu yang disatukan.
Ciri – ciri yang mudah terlihat adalah kurangnya rasa seiya
sekata dalam langkah dan ikatan batin antar anggota kurang
kuat. Kelompok ini juga memiliki struktur organisasi dan
pembagian kerja demi kelangsungan kelompok. Kelompok ini
kurang kuat dan mudah digoyang oleh kekuatan eksternal lain.
2. Komunikan
Komunikan (penerima pesan) adalah manusia yang berakal
budi, kepada siapa pesan komunikator ditujukan. Peran antara
komunikator dan komunikan bersifat dinamis, saling bergantian.
31
3. Pesan
Pesan bersifat abstrak. Pesan dapat bersifat konkret maka
dapat berupa suara, mimik, gerak-gerik, bahasa lisan, dan
bahasa tulisan. Pesan bersifat verbal (verbal communication):
(1) oral (komunikasi yang dijalin secara lisan); (2) written
(komunikasi yang dijalin secara tulisan). Pesan bersifat non
verbal (non verbal communication): (1) gestural communication
(menggunakan sandi-sandi bidang kerahasiaan)
5. Efek komunikasi
Efek komunikasi diartikan sebagai pengaruh yang
ditimbulkan pesan komunikator dalam diri komunikannya.
Terdapat tiga pengaruh dalam diri komunikan : (1) kognitif
(seseorang menjadi tahu sesuatu); (2) afektif (sikap seseorang
terbentuk) dan (3) konatif (tingkah laku, hal yang membuat
seseorang bertindak melakukan sesuatu).
6. Umpan balik
Umpan balik dapat dimaknai sebagai jawaban komunikan
atas pesan komunikator yang disampaikan kepadanya. Pada
komunikasi yang dinamis, komunikator dan komunikan terus-
menerus saling bertukar peran.
32
2.5 Komunikasi Efektif dalam Hubungan Interpersonal dengan Sesama
Perawat
Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien komunikasi antar
tenaga kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan
informasi tentang klien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan
dilakukan perawat dapat tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi
antar perawat berjalan dengan baik. Hubungan perawat dengan perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi hubungan
profesional, hubungan struktural dan hubungan intrapersonal.
Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan
hubungan yang terjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab
yang sama dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Hubungan sturktural merupakan hubungan yang terjadi berdasarkan
jabatan atau struktur masing- masing perawat dalam menjalankan tugas
berdasarkan wewenang dan tanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan
keperawatan. Laporan perawat pelaksana tentang kondisi klien kepada
perawat primer, laporan perawat primer atau ketua tim kepada kepala ruang
tentang perkembangan kondisi klien, dan supervisi yang dilakukan kepala
ruang kepada perawat pelaksana merupakan contoh hubungan struktural.
Hubungan interpersonal perawat dengan perawat merupakan hubungan yang
lazim dan terjadi secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan
ini adalah hal- hal yang tidak terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa
pengaruh dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya
33
memberikan pelayanan keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi hubungan
profesional, hubungan struktural dan hubungan intrapersonal.
Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan
hubungan yang terjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab
yang sama dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Hubungan sturktural merupakan hubungan yang terjadi berdasarkan
jabatan atau struktur masing- masing perawat dalam menjalankan tugas
berdasarkan wewenang dan tanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan
keperawatan. Laporan perawat pelaksana tentang kondisi klien kepada
perawat primer, laporan perawat primer atau ketua tim kepada kepala ruang
tentang perkembangan kondisi klien, dan supervisi yang dilakukan kepala
ruang kepada perawat pelaksana merupakan contoh hubungan struktural.
Hubungan interpersonal perawat dengan perawat merupakan hubungan
yang lazim dan terjadi secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam
hubungan ini adalah hal- hal yang tidak terkait dengan pekerjaan dan tidak
membawa pengaruh dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya
1. Komunikasi antara Perawat dengan Dokter
Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang
telah cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien.
Perawat bekerja sama dangan dokter dalam berbagai bentuk. Perawat
mungkin bekerja di lingkungan di mana kebanyakan asuhan keperawatan
bergantung pada instruksi medis. Perawat diruang perawatan intensif dapat
mengikuti standar prosedur yang telah ditetapkan yang mengizinkan
perawat bertindak lebih mandiri. Perawat dapat bekerja dalam bentuk
kolaborasi dengan dokter.
Komuniaksi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan
baik apabila dari kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya
menjalankan tugas secara individu, perawat dan dokter sendiri adalah
kesatuan tenaga medis yang tidak bisa dipisahkan. Dokter membutuhkan
bantuan perawat dalam memberikan data-data asuhan keperawatan, dan
perawat sendiri membutuhkan bantuan dokter untuk mendiagnosa secara
34
pasti penyakit pasien serta memberikan penanganan lebih lanjut kepada
pasien. Semua itu dapat terwujud dwngan baik berawal dari komunikasi
yang baik pula antara perawat dengan dokter.
35
farmasi.
Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi memberikan informasi tentang
obat-obatan mana yang sesuai dan dapat dicampur atau yang dapat
diberikan secara bersamaan. Kesalahan pemberian dosis obat dapat
dihindari bila baik perawat dan apoteker sama-sama mengetahui dosis
yang diberikan. Perawat dapat melakukan pengecekkan ulang dengan tim
medis bila terdapat keraguan dengan kesesuaian dosis obat. Selain itu, ahli
farmasi dapat menyampaikan pada perawat tentang obat yang dijual bebas
yang bila dicampur dengan obat-obatan yang diresepkan dapat berinteraksi
merugikan, sehingga informasinini dapat dimasukkan dalam rencana
persiapan pulang. Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang
mendapat izin untuk merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli
farmasi dapat bekerja hanya di ruang farmasi atau mungkin juga terlibat
dalam konferensi perawatan klien atau dalam pengembangan sistem
pemberian obat.
36
BAB III
CONTOH KASUS
Kasus 2
Perawat melapor ke Dokter Jaga Ruangan melalui telepon,Pasien Ibu
Ambar, 35 tahun, dirawat sejak 1 hari yang lalu (tanggal 14Maret 2018 di
kamar Isolasi, masuk dari Poliklinik Paru), Diagnosa masuk : TB Milier,
Pneumonia. Saat keliling kamar saat overan dinas pasien mengeluh bahwa
sesak, danlemas, batuk, dan mengeluarkan darah segar sebanyak melalui
mulut. Pasien riwayat putus obat OAT 3 bulan yang lalu karena kuning, ada
DMterkontrol dengan obat anti diabetes Metformin 2x1 tb, Hasil Rontgen
: TB Milier dan pneumonia, Hasil Lab : lekosit 32.000, Hb: 6,8 mg/dl , TTV
: kes. CM, RR ;TD 110/60 mmHg, HR : 88 x/menitireguler, akral dingin,
konjungtiva anemis. Rencanakan kolaborasi dengan dokter untuk tindakan
segera dan dilihatdokter
37
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Komunikasi interpersonal adalah termasuk pesan pengiriman dan
penerimaan pesan antara dua atau lebih individu. Hal ini dapat mencakup
semua aspek komunikasi seperti mendengarkan, membujuk, menegaskan,
komunikasi nonverbal , dan banyak lagi. Sebuah konsep utama komunikasi
interpersonal terlihat pada tindakan komunikatif ketika ada individu yang
terlibat tidak seperti bidang komunikasi seperti interaksi kelompok, dimana
mungkin ada sejumlah besar individu yang terlibat dalam tindak komunikatif.
Konsep diri dan Persepsi interpersonal sangat dibutuhkan untuk
pencapaian dalam kelancaran komunikasi. Orang yang lancar dalam
berkomunikasi berarti orang tersebut mempunyai keahlian dalam
berkomunikasi. Persepsi interpersonal besar pengaruhnya bukan saja pada
komunikasi interpersonal, tetapi juga pada hubungan interpersonal. Karena itu
kecermatan persepsi interpersonal akan sangat berguna untuk meningkatkan
kualitas komunikasi interpersonal kita.
Orang yang mempunyai keahlian komunikasi maka komunikasi orang
tersebut akan berjalan efektif. Kita harus memupuk keahlian kita dalam
komunikasi interpersonal melalui konsep diri. Konsep diri seperti yang telah
tertuang diatas sangat penting dilakukan agar kita ahli dalam berkomunikasi.
Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik.
4.2 Saran
Bagian akhir dari makalah ini, kami sarankan bahwa aturan komunikasi
dalam proses keperawatan yang telah ditetapkan dapat dijalankan sesuai
prosedurnya dan mahasiswa/i diharapkan dapat mempersiapkan diri dalam
mengumpulkan, memadukan, menyamakan, menyalurkan informasi dalam
pelayanan kesehatan dan meningkatkan kinerja dalam mewujudkan
38
komunikasi yang adekuat sehingga mampu menjadi mahasiswa/i professional
dalam berkomunikasi secara verbal maupun non verbal serta diharapkan
memiliki pemahaman yang mendalam tentang tahap-tahap proses keperawatan
dalam komunikasi proses keperawatan.
39
DAFTAR PUSTAKA
https://nishapramawaty.wordpress.com/2010/10/16/komunikasi-
interpersonal-dalam-keperawatan/
https://felixsharieff.wordpress.com/2009/12/15/komunikasi-
pribadi-dan-kelompok/
http://auliyashobah44.blogspot.com/2017/11/komunikasi-efektif-
dalam-keperawatan_3.html
https://www.academia.edu/9129248/Hubungan_Antara_Komunika
si_Interpersonal_dalam_Keluarga_dengan_Pemahaman_Moral_pada_Remaja
https://www.scribd.com/document/378636737/367803877-
Komunikasi-Efektif-Dalam-Hubungan-Interpersonal-Perawat-docx
40