Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan kesehatan dan
tindakan yang manusiawi semakin meningkat, sehingga diharapkan adanya pemberi
pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang aman, efektif dan ramah terhadap
mereka. Jika harapan ini tidak terpenuhi, maka masyarakat akan menempuh jalur hukum
untuk membelahak-haknya.
Kebijakan yang ada dalam institusi menetapkan prosedur yang tepat untuk
mendapatkan persetujuan klien terhadap tindakan pengobatan yang dilaksanakan. Institusi
telah membentuk berbagai komite etik untuk meninjau praktik profesional dan memberi
pedoman bila hak-hak klien terancam. Perhatian lebih juga diberikan pada advokasi klien
sehingga pemberi pelayanan kesehatan semakin bersungguh-sungguh untuk tetap memberikan
informasi kepada klien dan keluarganya bertanggung jawab terhadap tindakan yang
dilakukan.
Selain dari pada itu penyelenggaraan praktik keperawatan didasarkan pada kewenangan yang
diberikan karena keahlian yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan kesehatan
masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan globalisasi sebagaimana tertera
dalam Undang-Undang Kesehatan no 23 tahun 1992. Praktik keperawatan merupakan inti dari
berbagai kegiatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus menerus
ditingkatkan mutunya melalui registrasi, seritifikasi, akreditasi pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan serta pemantauan terhadap tenaga keperawatan sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan tehnologi. Terjadinya pergeseran paradigma dalam pemberian
pelayanan kesehatan dari model medikal yang menitikberatkan pelayanan pada diagnosis
penyakit dan pengobatan ke paradgima sehat yang lebih holistic yang melihat penyakit dan
gejala sebagai informasi dan bukan sebagai focus pelayanan (Cohen, 1996), maka perawat
berada pada posisi kunci dalam reformasi kesehatan ini.
Hal ini ditopang oleh kenyataan bahwa 40%-75% pelayanan di rumah sakit
merupakan pelayanan keperawatan (Gillies, 1994), Swansburg dan Swansburg, 1999) dan
hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit
maupun di tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat. Hasil penelitian
Direktorat Keperawatan dan PPNI tentang kegiatan perawat di Puskesmas, ternyata lebih dari
75% dari seluruh kegiatan pelayanan adalah kegiatan pelayanan keperawatan (Depkes, 2005)
dan 60% tenaga kesehatan adalah perawat yang bekerja pada berbagai sarana/tatanan
pelayanan kesehatan dengan pelayanan 24 jam sehari, 7 hari seminggu, merupakan kontak
pertama dengan sistem klien (1).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang
menjadi permasalahan dalam penulisan makalah ini adalah “Prinsip – prinsip Legal Dalam
Praktik Keperawatan”.

C. Tujuan Masalah
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan adalah :

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Keperawatan Dasar I

2. Agar mahasiswa mampu mengaplikasikan prisip – prinsip legal dalam keperawatan


BAB II
PEMBAHASAN

A. Malpraktek

Malpraktek adalah praktek kedokteran yang salah atau tidak sesuai dengan standar
profesi atau standar prosedur oprasional.Untuk malpraktek kedokteran juga dapat dikenai
hukum kriminal. Malpraktek kriminal terjadi ketika seorang dokter yang menangani sebuah
kasus telah melanggar undang-undang hukum pidana. Perbuatan ini termasuk ketidakjujuran,
kesalahan dalam rekam medis, penggunaan ilegal obat-obatan, pelanggaran dalam sumpah
dokter, perawatan yang lalai, dan tindakan pelecehan seksual pada pasien.
Adapun pengertian dari malprakrek lainnya adalah kelalaian dari seorang dokter atau
perawat untuk menterapkan tingkat ketrampilan dan pengetahuannya di dalam memberikan
pelayanan pengobatan dan perawatan terhadap seorang pasien yang lazim diterapkan dalam
mengobati dan merawat orang sakit atau terluka di lingkungan wilayah yang sama. Ellis dan
Hartley (1998) mengungkapkan bahwa malpraktik merupakan batasan yang spesifik dari
kelalaian (negligence) yang ditujukan kepada seseorang yang telah terlatih atau berpendidikan
yang menunjukkan kinerjanya sesuai bidang tugas/pekejaannya. Terhadap malpraktek dalam
keperawatan maka malpraktik adalah suatu batasan yang digunakan untuk menggambarkan
kelalaian perawat dalam  melakukan kewajibannya.
Tindakan yang termasuk dalam malpraktek :
1.    Kesalahan diagnosa
2.    Penyuapan
3.    Penyalahan alat
4.    Pemberian dosis obat yang salah
5.    Alat-alat yang tidak memenuhi standar kesehatan atau tidak steril.

Dampak yang terjadi akibat malpraktek :


a)    Merugikan pasien terutama pada fisiknya bisa menimbulkan cacat yang permanen.
b)    Bagi petugas kesehatan mengalami gangguan psikologisnya, karena merasa bersalah.
c)    Dari segi hukum dapat dijerat hukum pidana.
d)     Dari segi sosial dapat dikucilkan oleh masyarakat .
e)    Dari segi agama mendapat dosa.
f)     Dari etika keperawatan melanggar eitka keperawatan bukan tindakan professional.

B. Kelalaian
Kelalaian bukanlah suatu kejahatan. Seorang dokter dikatakan lalai jika ia bertindak
tak acuh, tidak memperhatikan kepentingan orang lain sebagaimana lazimnya. Akan tetapi,
jika kelalaian itu telah mencapai suatu tingkat tertentu sehingga tidak memperdulikan jiwa
orang lain maka hal ini akan membawa akibat hukum, apalagi jika sampai merenggut nyawa,
maka hal ini dapat digolongkan sebagai kelalaian berat. Kelalaian adalah suatu sikap
seseorang dimana dalam melakukan suatu tindakan ia tidak berhati-hati. Dari pengertian
diatas dapat diartikan bahwa kelalaian dapat bersifat ketidaksengajaan, kurang teliti, kurang
hati - hati, acuh tak acuh, sembrono, tidak peduli terhadap kepentingan orang lain tetapi akibat
tindakan bukanlah tujuannya. Kelalaian bukan suatu pelanggaran hukum atau kejahatan. Jika
kelalaian itu tidak sampai membawa kerugian atau cedera kepada orang lain dan orang itu
dapat menerimannya, namun jika kelalaian itu mengakibatkan kerugian materi, mencelakakan
atau bahkan merenggut nyawa orang lain ini diklasifikasikan sebagai kelalaian berat, serius
dan criminal.

C. Pertanggung Gugatan Dan Pertanggung Jawaban

a. Pertanggung Gugatan

Pertanggunggugatan Yaitu suatu tindakan gugatan apabila terjadi suatu kasus tertentu.
Contoh: Ketika dokter memberi instruksi kepada perawat untuk memberikan obat kepada
pasien tapi ternyata obat yang diberikan itu salah, dan mengakibatkan penyakit pasien
menjadi tambah parah dan dapat merenggut nyawanya. Maka, pihak keluarga pasien berhak
menggugat dokter atau perawat tersebut.
b. Pertanggung Jawaban

Pertanggungjawaban yaitu suatu konsekuensi yang harus diterima seseorang atas


perbuatannya.
Contoh: Jika ada kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh dokter dan pihak keluarga
pasien tidak terima karena kondisi pasien semakin parah maka, dokter akan bertanggung
jawab atas kesalahan atau kelalaiannya.
A. Situasi Yang Harus Dihindari Oleh Perawat
a) Kelalaian
Seorang perawat bersalah karena kelalaian jika mencederai pasien dengan cara tidak
melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan ataupun tidak melakukan tugas dengan
hati-hati sehingga mengakibatkan pasien jatuh dan cedera.
b) Pencurian
Mengambil sesuatu yang bukan milik anda membuat anda bersalah karena mencuri. Jika
anda tertangkap, anda akan dihukum. Mengambil barang yang tidak berharga sekalipun dapat
dianggap sebagai pencurian.
c) Fitnah.
Jika anda membuat pernyataan palsu tentang seseorang dan merugikan orang tersebut,
anda bersalah karena melakukan fitnah. Hal ini benar jika anda menyatakan secara verbal atau
tertulis.
d) False imprisonment
Menahan tindakan seseorang tanpa otorisasi yang tepatmerupakan pelanggaran hukum
atau false imprisonment. Menggunakan restrein fisik atau bahkan mengancam akan
melakukannya agar pasien mau bekerja sama bisa juga termasuk dalam false imprisonment.
Penyokong dan restrein harus digunakan sesuai dengan perintah dokter.
e) Penyerangan dan pemukulan

Penyerangan artinya dengan sengaja berusahan untuk menyentuh tubuh orang lain atau
bahkan mengancam untuk melakukannya. Pemukulan berarti secara nyata menyentuh orang
lain tanpa ijin.Perawatan yang kita berikan selalu atas ijin pasien atau informed consent. Ini
berarti pasien harus mengetahui dan menyetujui apa yang kita rencanakan dan kita lakukan.
f) Pelanggaran privasi
Pasien mempunyai hak atas kerahasiaan dirinya dan urusan pribadinya. Pelanggaran terhadap
kerahasiaan adalah pelanggaran privasi dan itu adalah tindakan yang melawan hukum.

g) Penganiayaan
       Menganiaya pasien melanggar prinsip-prinsip etik dan membuat anda terikat secara
hukum untuk menanggung tuntutan hukum. Standar etik meminta perawat untuk tidak
melakukan sesuatu yang membahayakan pasien. Setiap orang dapat dianiaya, tetapi hanya
orang tua dan anak-anaklah yang paling rentan. Biasanya, pemberi layanan atau keluargalah
yang bertanggung jawab terhadap penganiayaan ini. Mungkin sulit dimengerti mengapa
seseorang menganiaya ornag lain yang lemah atau rapuh, tetapi hal ini terjadi. Beberapa orang
merasa puas bisa mengendalikan orang lain. Tetapi hampir semua penganiayaan berawal dari
perasaan frustasi dan kelelahan dan sebagai seorang perawat perlu menjaga keamanan dan
keselamatan pasiennya.

A. Perlindungan Hukum Dalam Praktik Keperawatan


 Masalah Dalam Praktek Keperawatan
Masalah kesehatan di Indonesia sangat memprihatinkan mulai dari munculnya
penyakit – penyakit degenaratif, bencana alam dan kemiskinan yang semuanya itu membuat
masyarakat harus dikelilingi oleh kondisi kesehatan yang kurang baik. Kondisi ini diperburuk
oleh kurangnya tenaga kesehatan perawat yang tersebar didaerah – daerah terpencil akibat
tidak rasionalnya penempatan tenaga kesehatan didaerah – daerah terpencil maupun daerah –
daerah sangat terpencil. Selain itu masalah – masalah sosial, ekonomi, politik dan keamanan
yang mempengaruhi penduduk, khususnya keluarga miskin untuk dapat menjangkau
pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan.
Berdasarkan hasil kajian (Depkes & UI, 2005) menunjukkan, bahwa sebagian besar
perawat (56.1%) melakukan asuhan keperawatan dalam gedung Puskesmas dengan baik,
(55.29%) melakukan asuhan keperawatan keluarga dan (52.4%) sudah menerapkan asuhan
keperawatan pada kelompok dengan baik. Disamping itu, perawat juga melakukan tugas lain,
antara lain menetapkan diagnosis penyakit (92.6%); membuat resep obat (93.1%); melakukan
tindakan pengobatan di dalam maupun di luar gedung puskesmas (97.1%); melakukan
pemeriksaan kehamilan (70.1%); melakukan pertolongan persalinan (57.7%). Hal ini terjadi
tidak saja di Puskesmas terpencil tetapi juga di Puskesmas tidak terpencil. Selain itu (78.8%)
perawat melaksanakan tugas petugas kebersihan dan (63.6%) melakukan tugas administras
antara lain sebagai bendahara.
Tumpang tindih pada tenaga keperawatan maupun dengan profesi kesehatan lainnya
merupakan hal yang sering sulit untuk dihindari dalam praktik, terutama terjadi dalam
keadaan darurat maupun karena keterbatasan tenaga di daerah terpencil. Dalam keadaan
darurat, perawat yang dalam tugasnya sehari-hari berada disamping klien selama 24 jam,
sering menghadapi kedaruratan klien, sedangkan dokter tidak ada. Dalam keadaan seperti ini
perawat terpaksa harus melakukan tindakan medis yang bukan merupakan wewenangnya
demi keselamatan pasien. Tindakan ini dilakukan perawat tanpa adanya delegasi dan
protapnya dari pihak dokter dan atau pengelola Rumah Sakit. Keterbatasan tenaga dokter
terutama di Puskesmas yang hanya memiliki satu dokter yang berfungsi sebagai pengelola
Puskesmas, sering menimbulkan situasi yang mengharuskan perawat melakukan tindakan
pengobatan. Tindakan pengobatan oleh perawat yang telah merupakan pemandangan umum
di hampir semua Puskesmas terutama yang bearada di daerah tersebut dilakukan tanpa adanya
pelimpahan wewenang dan prosedur tetap yang tertulis. Dengan pengalihan fungsi perawat ke
fungsi dokter, maka sudah dapat dipastikan fungsi perawat akan terbengkalai dan tentu saja
hal ini tidak dapat dipertanggungjawabkan secara professional.

 Alasan Perlunya Perlidungan Hukum Dalam Praktek Keperawatan


                  Ada beberapa alasan mengapa Undang-Undang Praktik Keperawatan dibutuhkan.
Pertama, alasan filosofi. Perawat telah memberikan konstribusi besar dalam peningkatan
derajat kesehatan. Perawat berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan mulai dari
pelayanan pemerintah dan swasta, dari perkotaan hingga pelosok desa terpencil dan
perbatasan. Tetapi pengabdian tersebut pada kenyataannya belum diimbangi dengan
pemberian perlindungan hukum, bahkan cenderung menjadi objek hukum. Perawat juga
memiliki kompetensi keilmuan, sikap rasional, etis dan profesional, semangat pengabdian
yang tinggi, berdisiplin, kreatif, terampil, berbudi luhur dan dapat memegang teguh etika
profesi. Disamping itu, Undang-Undang ini memiliki tujuan, lingkup profesi yang jelas,
kemutlakan profesi, kepentingan bersama berbagai pihak (masyarakat, profesi, pemerintah
dan pihak terkait lainnya), keterwakilan yang seimbang, optimalisasi profesi, fleksibilitas,
efisiensi dankeselarasan.

 Fungsi Hukum Dalam Pelayanan Keperawatan


Adapun fungsi hukum dalam pelayanan keperawatan yaitu, sebagai berikut :
o Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan
o Membedakan tanggungjawab dengan profesi yang lain
o membantu mempertahankan standar praktik keperawatan dengan meletakan posisi
perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum.

 Undang – Undang Dalam Praktek Keperawatan


Berikut beberapa undang – undang tentang praktek keperawatan :
 UU No. 6 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan. UU ini merupakan penjabaran dari

UU No. 9 tahun 1960. Undang- undang ini membedakan tenaga kesehatan sarjana dan
bukan sarjana. Tenaga sarjana meliputi dokter, apoteker, dan dokter gigi. Tenaga
perawat termasuk tenaga yang bukan sarjana atau tenaga kesehatan dengan pendidikan
rendah. UU ini boleh dikatan sudah usang, karena dalam UU ini juga tercantum
berbagai jenis tenaga sarjan keperawatan seperti sekarang ini.
 UU Kesehatan No. 18 tahun 1964 mengatur tentang Wajib Kerja Paramedis. Pada

pasal 2, ayat (3) dijelaskan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda, menengah, dan
rendah wajib menjalankan wajib kerja pada pemerintah selama 3 tahun. Dalam UU
ini, lagi- lagi posisi perawat dinyatakan sebagai tenaga kerja pembantu bagi tenaga
kesehatan akademis termasuk dokter.
 Dalam SK Menkes No. 262/Per/Vll/1979 tahun 1979 yang membedakan paramedis

menjadi dua golongan yaitu golongan medis keperawatan (termasuk bidan) dan
paramdis non keperawatan. Dari aspek hukum, suatu hal yang perlu dicatat di sini
bahwa tenaga bidan tidak terpisah tetapi juga termasuk katagori keperawatan.
 Permenkes No. 363/Menkes/Per/XX/1980 tahun 1980, pemerintah membuat suatu

peryataan yang jelas perbedaan antara tenaga keperawatan dan bidan.


 Surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
94/Menpan/1986, tangal 4 nopenber 1986 menjelaskan jabatan fungsional tenaga
keperawatan dan system kredit poin. Sistem ini menguntungan perawat, karena dapat
naik pangkatnya dan tidak tergantung kepada pangkat/golongan atasannya.
 UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 merupakan UU yang banyak memberi kesempatan
bagi perkembangan keperawatan termasuk praktik keperawatan profesional, kerena
dalam UU ini dinyatakan tentang standar praktik, hak- hak pasien, kewenagan,
maupun perlindungan hukum bagi profesi kesehatan termasuk keperawatan.
a. Beberapa peryataan UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 yang dapat dipakai sebagai
acuan pembuatan UU Praktik Keperawatan adalah:Pasal 53 ayat 1 mengatakan ;
Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan profesinya.
b. Pasal 53 ayat 4 menyebutkan bahwa ketentuan mengenai standar profesi dan hak-
hak pasien ditetepkan dengan peraturan pemerintah.
c. Pasal 50 ayat 1 menyatakan bahwa tenaga kesehatan bertugas menyelengarakan
atau melaksakan kegiatan sesuai dengan bidang keahlian dan kewenagannya.
d. Sedangkan pada pasal 53 ayat 3 menyatakan bahwa ; Tenaga kesehatan, untuk
kepentingan pembuktian, dapat melakukan tindakan medis terhadap seseorang
dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan(3).
 Undang - Undang Praktik Keperawatan Di Negara Tetangga.
Negara-negara ASEAN seperti Philippines, Thailand, Singapore, Malaysia,
sudah memiliki Undang Undang Praktik Keperawatan (Nursing Practice Acts)
sejak puluhan tahun yang lalu. Mereka siap untuk melindungi masyarakatnya
dan lebih siap untuk menghadapi globalisasi perawat asing yang masuk ke
negaranya dan perawatnya bekerja di negara lain. Ketika penandatanganan
Mutual Recognition Arrangement di Philippines tahun 2006, posisi Indonesia,
bersama dengan Vietnam, Laos dan Myanmar, yang belum memiliki Konsil
Keperawatan. Semoga apa yang dilakukan oleh PPNI dapat mengangkat
derajad bangsa ini dengan negara lain, khususnya dalam pelayanan kesehatan.

 Subtansi RUU Praktik Keperawatan


                 Secara garis besar hal-hal substansial yang dimuat dan ditampung dalam rancangan
Undang-Undang Praktik Keperawatan ini antara lain menyangkut:
1.    Pengaturan kompetensi seorang tenaga keperawatan dalam memberikan pelayanan
kesehatan.
2.    Pengaturan ijin praktik kaitannya dengan sertifikasi, registrasi dan lisensi.
3.    Akreditasi tempat praktik dan orang-orang yang bertangung jawab terhadap praktik.
4.    Pengaturan tentang keterkaitan antarapraktik dengan penelitian.
5.    Pengaturan penetapan kebijakan yang sekarang ini ada pada departemen kesehatan.
6.    Ketatalaksanaan hubungan antara pasien dengan perawat
7.    Penerapan ilmu kaitannya dengan penapisan ilmu pengetahuan dan tehnologi.
8.    Pemberian sanksi disiplin(4).
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Malpraktek adalah praktek kedokteran yang salah atau tidak sesuai dengan standar
profesi atau standar prosedur oprasional. Mal praktek juga dapat
diartikansebagai kelalaian dari seorang dokter atau perawat untuk menterapkan tingkat
ketrampilan dan pengetahuannya di dalam memberikan pelayanan pengobatan dan
perawatan terhadap seorang pasien yang lazim diterapkan dalam mengobati dan merawat
orang sakit atau terluka di lingkungan wilayah yang sama. Dampak dari malpraktek
diantaranya :
1.    Merugikan pasien terutama pada fisiknya bisa menimbulkan cacat yang permanen.
2.    Bagi petugas kesehatan mengalami gangguan psikologisnya, karena merasa
bersalah.
3.    Dari segi hukum dapat dijerat hukum pidana.
4.     Dari segi sosial dapat dikucilkan oleh masyarakat .
5.    Dari segi agama mendapat dosa.
6.    Dari etika keperawatan melanggar eitka keperawatan bukan tindakan professional.

Kemudian perlindungan hukum dipraktek keperawatan bertujuan mengendalikan


cakupan praktek keperawatan, ketentuaan, perizinan bagi perawat, dan standar asuhan
adalah melindungi kepentingan masyarakat .perawat yang mengetahui dan menjalankan
undang-undang praktik perawat serta standar asuhan akan memberikan layanan
keperawatan yang aman dan kompeten.

B. SARAN

Dalam menerapkan prinsip keperawatan. Diharapkan rekan mahasiswa dapat memahami

dan mengerti mengenai “Prinsip – prinsip Legal Dalam Praktik Keperawatan ”. Agar bisa

mengaplikasikan dan melakukan asuhan keperawatan kepada pasien.


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karunia dan
berkat-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini. Meskipun banyak
kesulitan dalam membuat makalah ini, namun berkat pernyertaan-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Dan dengan sejalannya materi kuliah Konsep Keperawatan Dasar I maka mahasiswa di
tugaskan untuk membuat makalah tentang “Prinsip – prinsip Legal Dalam Praktik
Keperawatan”. Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas belajar yang di berikan. Kiranya
makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembacanaya.

Namun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami berharap adanya
kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun agar dapat menyempurnakan
makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR...................................................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................

A. Latar Belakang..................................................................................................................

B. Rumusan Masalah.............................................................................................................

C. Tujuan Penulisan...............................................................................................................

BAB II
PEMBAHASAN...............................................................................................................

A. Malpraktek........................................................................................................................

B. Kelalaian...........................................................................................................................

C. Pertanggung Gugatan dan Pertanggung Jawaban.............................................................

D. Situasi Yang Harus Dihindari Oleh Perawat.....................................................................

E. Perlindungan Hukum Dalam Praktik


Keperawatan...........................................................

BAB III
PENUTUP.......................................................................................................................

A. Kesimpulan.......................................................................................................................

B. Saran.................................................................................................................................
MAKALAH
PRINSIP – PRINSIP LEGAL DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4:
1. ANGGELIN WARIKRY
2. ELSA SAMBUR
3. FRISILYA LATUSUAY
4. JEKLIN V. MAINAKE
5. LIDOVINA FRANS
6. PRISKA DEFRETES
7. SURIYANA G. WUTABISU
KELAS : B

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
AMBON
2019

Anda mungkin juga menyukai