HASIL
OLEH:
TIDORA F. ROTASOUW
NIM. 2014 40 185
UNIVERSITAS PATTIMURA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
AMBON
2020
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................4
C. Tujuan Penelitian..............................................................................................5
D. Manfaat Penelitian............................................................................................5
E. Ruang Lingkup Dan Keterbatasan Penelitian...................................................6
F. Penjelasan Istilah...............................................................................................7
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara maritim, wilayah pesisir memiliki arti penting dan
strategis bagi Indonesia khususnya Kabupaten Sinjai baik dari segi ekologis, ketahanan
pangan, ekonomi, keanekaragaman biologi, sosial budaya maupun keindahan alamnya, serta
pencegahan terhadap erosi atau abrasi, gelombang laut dan badai. Sumber daya pesisir
tersebut merupakan unsur-unsur hayati dan non hayati yang terdapat di wilayah laut, terdiri
atas unsur hayati yang berupa ikan, kerang-kerangan, terumbu karang, padang lamun, dan
biota lain beserta ekosistemnya. Sedangkan unsur non hayati terdiri atas sumber daya di lahan
pesisir, permukaan air, di dalam airnya dan di dasar laut seperti minyak dan gas, pasir kuarsa,
Sumber protein hewani, pangan asal ternak mempunyai keterkaitan yang erat dengan
upaya meningkatkan pembangunan sumber daya manusia (SDM), yaitu meningkatkan daya
intelektualnya melalui perbaikan gizi protein hewani (Bahri, 2002). Bahan pangan hewani
merupakan bahan makanan yang berasal dari hewan atau olahan yang bahan dasarnya dari
hasil hewan (Suharyanto, 2009). Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani (daging,
ikan, dan susu) dan nabati (tahu dan tempe). Protein hewani memiliki komposisi protein yang
lebih lengkap dibandingkan protein nabati. Namun, di Indonesia konsumsi protein hewani
tergolong tinggi akan tetapi daya beli masyarakat masih rendah (Ginting,dkk. 2013). Menurut
Badan Pusat Statistik (2013), diperoleh data bahwa konsumsi protein hewani di Indonesia
1
tahun 2013 yaitupada daging 2,38% dan ikan 7,56% lebih tinggi dibanding konsumsi protein
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan
protein serta sebagai alternatif pengganti protein hewani yaitu dengan meningkatkan
konsumsi terhadap gastropoda dan bivalvia. Gastropoda atau yang lebih dikenal dengan siput
atau keong merupakan kelas yang memiliki anggota terbanyak dalam filum moluska.
(Saripantung et al., 2013). menurut Harminto (2003) dalam Ulmaula, dkk (2016) Gastropoda
merupakan hewan bercangkang yang berjalan dengan perut, (gastro: perut, podos: kaki) maka
dari itu hewan ini memiliki alat gerak mengunakan perut sebagai kakinya, hewan ini
umumnya bercangkang tunggal yang terpilin membentuk spiral dan memiliki ragam warna
pada cangkangnya dan cangkang hewan ini sudah terpilin sejak embrio. Gastropoda memiliki
ciri utama yakni cangkang tunggal, berulir, memiliki kepala yang berkembang baik, serta
dilengkapi dengan tentakel, mata, dan radula (Dharma 1988). Gastropoda merupakan kelas
dari moluska yang paling sukses dan mempunyai penyebaran yang sangat luas mulai dari
bakken 1992).
Berbeda dengan gastropoda, bivalvia tidak memiliki kepala, mata, dan radula. Bivalvia
lebih dikenal dengan istilah kerang. Bivalvia memiliki dua keping cangkang yang saling
berhubungan di bagian dorsal dan memiliki kaki yang berbentuk kapak (Pecherik 2000).
satu keanekaragaman hayati yang terdapat di perairan Indonesia. Bivalvia yang secara khas
memiliki dua bagian cangkang, yang keduanya kurang lebih simetris. Kelas ini dalam
perkembangannya dilaporkan memiliki 30.000 jenis. Habitat kerang ini adalah di laukt dan
payau. Bivalvia merupakan salah satu kelas dari Filum Molluska. Filum Molluska terdiri dari
7 kelas, yaitu kelas Aplachopora, Kelas Monoplacopora, Kelas Polyplacopora, Kelas
Scacopoda, Kelas Gastropoda dan Kelas Cephalopoda (Kastawi, 2005). Bivalvia disebut
juga dengan Pelecypoda dan Lamellibrankhiata. Disebut bivalvia karena hewan ini
mempunyai dua cangkang dikedua sisi hewan dengan engsel di bagian dorsal. Fungsi dari
cangkang tersebut adalah sebagai pelindung tubuh dan bentuknya digunakan untuk
identifikasi. Bivalvia disebut juga Pelecypoda karena kakinya yang berbentuk kapak.
dan berukuran sangat besar dan juga dianggap memiliki fungsi tambahan yaitu pengumpul
bahan makanan, disamping sebagai tempat pertukaran gas. Salah satu contoh hewan ini
Gastropoda dan Bivalvia merupakan sumberdaya hayati yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat. Cangkangnya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan perhiasan, dan
sebagian dagingnya dapat dijadikan sebagai sumber protein. Gastropoda dan Bivalvia yang
Protein adalah senyawa organic kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan
polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan
ikatan peptide (Abrams, 2004). Protein adalah salah satu zat gizi yang paling penting
Protein hewani adalah protein sempurna karena mengandung asam amino esensial yang
berguna untuk pertumbuhan, perbaikan dan pemeliharaan struktur tubuh mulai dari sel,
Keanekaragaman dan distribusi gastropoda dan bivalvia di desa karlutu kara belum
pernah di kaji, oleh karena itu penelitian ini di lakukan untuk mengetahui keanekaragaman
dan distribusi gastropoda dan bivalvia tersebut di habitatnya. Data yang di peroleh
selamjutnya dapat di gunakan dalam pengelolaannya sehingga dapat meningkatkan
alaminya berarti akan memudahkan dalam menentukan lokasi budidayanya (Safar et al.2000)
Umumnya masyarakat desa karlutu kara Memanfaatkan pesisir perairan pantai ini
sebagai tempat penangkapan ikan karang dan pencarian beberapa jenis gastropoda dan
bivalvia untuk di konsumsi yang biasanya dengan nama bameti, selain dari kegiatan bameti
yang di lakukan oleh masyarakat setempat. Masyarakat juga memanfaatkan wilayah pesisir
pantai di desa karlutu kara untuk aktifitas pengambilan pasir dan batu. Hal ini di lakukan
karena masyarakat belum menyadari pentingnya pelestarian wilaya pesisir dan pentingnya
Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti merasa tertarik
melakukan penelitian dengan judul “Identifikasi Jenis Gastropoda Dan Bivalvia yang di
Konsumsi Sebagai Pengganti Protein Hewani di Desa Karlutu Kara Kecamatan Seram Utara
B. Rumusan Masalah
1. Jenis-jenis gastropoda dan bivalvia apa saja yang ditemukan di daerah perairan pantai
2. Apa saja jenis-jenis gastropoda dan bivalvia yang bisa dikonsumsi oleh masyarakat Desa
C. Tujuan Penelitian
perairan pantai Desa Karlutu Kara Kecamatan Seram Utara Barat Kabupaten Maluku
Tengah?
2. Untuk mengetahui jenis-jenis gastropoda dan bivalvia yang bisa di konsumsi oleh
masyarakat desa karlutukara kecamatan seram utara barat kabupaten Maluku tengah.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan informasi bagi dosen dan mahasiswa, dan juga sebagai acuan untuk
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat Desa Karlutu Kara Kecamatan Seram Utara
b. Peneliti lebih memahami dan mengetahui tentang konsumsi berbagai jenis gastropoda
1. Ruang Lingkup
maka, yang menjadi ruang lingkup penelitian adalah gastropoda dan bivalvia di perairan Desa
2. Batasan Penelitian
Masalah ini di batasi oleh jenis-jenis gastropoda dan bivalvia yang di konsumsi oleh
masyarakat dan jumblah pengambilan sampel Desa Karlutu Kara Kecamata Seram Utara
F. Penjelasan Istilah
Agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran dalam judul ini, penulis perlu
1. Gastropoda merupakan hewan bercangkang yang berjalan dengan perut, (gastro: perut,
podos: kaki) maka dari itu hewan ini memiliki alat gerak mengunakan perut sebagai
kakinya, hewan ini umumnya bercangkang tunggal yang terpilin membentuk spiral dan
memiliki ragam warna pada cangkangnya dan cangkang hewan ini sudah terpilin sejak
2. Bivalvia merupakan salah satu kelas dari Filum Molluska. Filum Molluska terdiri dari 7
3. Protein hewani adalah protein sempurna karena mengandung asam amino esensial yang
berguna untuk pertumbuhan, perbaikan dan pemeliharaan struktur tubuh mulai dari sel,
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Konsumsi
Konsumsi pangan merupakan banyaknya atau jumlah pangan, secara tunggal maupun
beragam,, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah upaya
untu memenuhi keinginan makan (rasa lapar) atau untu memperoleh zat-zat gizi yang
diperlukan tubuh. Tujuan psikologis adalah untuk memenuhi kepuasaan emosional atau
selera, sedangkan tujuan sosiologis adalah untuk memelihara hubungan manusia dalam
keluarga dan masyarakat (Sediaoetama, 1996). Konsumsi pangan merupakan factor utama
untuk memenuhi kebutuhan gizi yang selanjutnya bertindak menyediakan energy bagi tubuh,
mengatur proses metabolisme, memperbaiki jaringan tubuh serta untuk pertumbuhan (Harper
dkk., 1986).
Pangan asal laut ini dibutuhkan manusia selain sebagai bahan pangan yang memiliki
cita rasa, utamanya dijadikan sebagai sumber protein hewani yang dibutuhkan tubuh sebagai
protein fungsional maupun sebagai pembangun struktur (pertumbuhan), terutama pada anak-
anak di bawah 5 tahun, di mana laju pertumbuhan dan pengembangan sel-sel otaknya sangat
tinggi. Protein hewani menjadi sangat penting oleh karena mengandung asam-asam amino
yang lebih lengkap dan mendekati susunan asam amino yang dibutuhkan manusia sehingga
akan lebih mudah dicerna dan lebih efisien pemanfaatannya (Anonimus, 1982).
7
Gambar 2.1.Lokasi Penelitian
Indonesia masih rendah. Padahak bahwa abad ini merupakan abad pertarungan talenta, yaitu
abad yang penuh dengan persaingan dan pertarungan ketat dalam bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi yang membutuhkan talenta yang kuat. Untuk memenuhi pertarungan ini maka
dibutuhkan manusia-manusia cerdas dan kuat. Hal ini bisa dipenuhi dengan konsumsi protein
B. Gastropoda
Gastropoda merupakan hewan Moluska yang berjalan dengan bagian kaki perut,
berasal dari bahasa Yunani (gaster = perut; podas = kaki) artinya hewan yang memiliki kaki
perut (Esti, 2006). Gastropoda sering juga disebut siput, meskipun Gastropoda juga memiliki
hewan gastropoda bergerak atau berjalan dengan menggunakan kaki yang berada diperutnya.
Kaki gastropoda menyerupai flat yang digunakan untuk bergerak dan bagian bawah kakinya
terdapat silia yang banyak mengandung sel kelenjar. Beberapa jenis keong berukuran kecil,
yang hidup pada substrat lumpur dan pasir memerlukan pergerakan dengan bantuan dorongan
dari silianya. Kelenjar dari kaki menguraikan saluran lender ketika spesies melakukan
Kelas gastropoda merupakan kelas terbesar dari filum molluska yang memiliki 40.000
spesies atau 80 % dari filum molluska. Di Indonesia diperkirakan terdapat sekitar 1.500 jenis
hewan ini. Kelas gastropoda lebih umum dikenal dengan sebutan keong atau siput, dan
mempunyai ukaran yang relative besar. Gastropoda merupakan kelas yang terpenting dari
filum molluska, karena sebagian diantaranya merupakan sumber protein dan bernilai
ekonomis tinggi. Beberapa jenis gastropoda yang bisa di makan. Kebanyakan siput laut
1987).
1. Morfologi Gastropoda
Gastropoda merupakan kelas moluska yang terbesar dan populasi. Ada sekitar 50.000
spesies Gastropoda yang masih hidup dan 15.000 jenis telah menjadi fosil (Adun ,2011).
Gastropoda berasal dari bahasa Latin gaster yang berartiperut dan podos yang berarti kaki,
jadi Gastropoda adalah hewan bertubuh lunak, yang berjalan dengan perut sebagai alat gerak.
Kelas Gastropoda umumnya lebih dikenal dengan sebutan siput atau keong. Tubuh
Gastropoda sanga bervariasi dalam bentuk dan ukurannya (Lia, 2009). Gastropoda umumnya
Cangkang Gastropoda yang berputar ke arah belakang searah dengan jam disebut
dekstral, sebaliknya bila cangkangnya berputar berlawanan arah dengan jarum jam disebut
Gastropoda yang hidup di laut umumnya berbentuk dekstral dan sedikit sekali
ditemukan dalam bentuk sinistral. Gastropoda mempunyai badan yang tidak simetri dengan
mantelnya terletak di bagian depan, cangkangnya berikut isi perutnya terguling spiral kearah
belakang. Letak mantel di bagian belakang inilah yang mengakibatkan gerakan torsi atau
perputaran pada pertumbuhan siput Gastropoda. Proses torsi ini dimulai sejak dari
perkembangan larvanya. Pada umumnya gerakannya berputar dengan arah berlawanan jarum
jam dengan sudut 180° sampai kepala dan kaki kembali ke posisi semula.
Struktur umum morfologi Gastropoda terdiri atas: suture, posterior canal, aperture,
lapisan tipis terdiri dari bahan protein seperti tanduk, disebut conhiolin atau conchin. Lapisan
kalsium karbonat terdiri atas 3 lapisan atau lebih, yang terluar adalah prismatic atau palisade,
lapisan tegah atau lamella dan paling dalam adalah lapisan nacre atau hypostracum (Sugiarto,
2005).
2. Anatomi Gastropoda
Struktur anatomi Gastropoda dapat dilihat pada susunan tubuh yang terdiri atas:
kepala, badan, dan alat gerak. Kepala memilikisepasang alat peraba yangdapat dipanjang
pendekkan. Alat peraba ini terdapat titik mata untuk membedakanterang dan gelap.
Gastropoda pada umumnya memiliki kepala yang jelas dengan mata pada ujung tentakel.
Pada mulut terdapat lidah parut dan gigi rahang. Kebanyakan Gastropoda
menggunakan radulanya untuk memakan alga atau tumbuhan, akan tetapi beberapa kelompok
merupakan pemangsa, dan radulanya termodifikasi untuk mengebor lubang pada cangkang
Moluska lain atau untuk mencabik–cabik mangsa. Pada siput konus, gigi radula berfungsi
gastropoda adalah tumbuhan air sisa hewan, cacing air, dan ada pula yang memangsa jenis
3. Klasifikasi Gastropoda
Gastropoda umumnya hidup di laut tetapi ada sebagian yang hidup di darat.
Berdasarkan organ pernafasannya maka kelas ini dibagi menjadi tiga sub-kelas, yaitu
a. Prosobranchia
Memiliki dua buah insang yang terletak di anterior; sistem syaraf terpilin membentuk
angka delapan; tentakel berjumlah dua buah; cangkang umumnya tertutup oleh operculum.
1. Ordo archaeogastropoda
Insang primitif berjumlah satu atau dua buah, yang tersusun dalam dua baris filament,
nefrida berjumlah dua buah.49 Mereka dapat ditemukan di laut dangkal yang bertemperatur
hangat, menempel di permukaan karang di daerah pasang surut serta di muara sungai. Contoh
2. Ordo mesogastropoda
Insang sebuah dan tersusun dalam satu baris filamen, jantung beruang satu, nefridium
berjumlah satu buah, mulut dilengkapi dengan radula berjumlah tujuh dalam satu baris.
Hewan ini hidup di hutan bakau, pasang surut, karang-karang, laut dangkal bertemperatur
hangat, parasit pada binatang laut serta di atas hamparan pasir. Contoh anggota ordo
Mesogastropoda adalah Crepidula, Littorina, Campeloma, Pleurocera, Strombus,Charonia,
Vermicularia.
3. Ordo neogastropoda
Insang sebuah tersusun dalam satu baris filamen, jantung beruang satu nefridium
berjumlah satu buah, mulut dilengkapi dengan radula yang berjumlah tiga buah, atau kurang
dalam satu baris. Ordo ini memiliki banyak anggota contohnya diantaranya Muricidae,
b. Opisthobranchia
Memiliki dua buah insang yang terletak di posterior, cangkang umumnya tereduksi
dan terletak di dalam mantel, jantung beruang satu, organ reproduksi berumah satu. Hidup di
laut dan umumnya mempunyai cangkang yang tipis, tetapi ada sebagian tidak mempunyai
cangkang. Opisthobranchia memiliki beberapa ordo dengan karakteristiknya yang berbeda–
beda.
c. Pulmonata
Hidup di air tawar atau tanah, tak ada insang, rongga mantel berfungsi sebagai paru-
2. Habitat Gastropoda
Gastropoda dapat hidup pada tempat yang beragam mulai dari laut, rawarawa, sungai,
danau, hutan dan lain-lain. Mereka dapat hidup dalam air tawar, air payau, air laut, dan juga
di daratan. Sebagian siput Gastropoda hidup di daerah hutan-hutan bakau, menempel pada
akar atau batangnya, malahan ada yang memanjat misalnya, Littorina, Cassidula, dan lain-
lain.
pada perairan dangkal. Perairan dangkal memiliki tekstur substrat dan kandungan bahan
organik serta parameter oseanografi yang mendukung pertumbuhan gastropoda itu sendiri.
Siput yang banyak ditemukan di laut dangkal diantaranya Cypraea, Strombus, Cymatium,
Oliva Terembra, dan lain-lain. Semakin dalam, semakin sedikit siput yang dapat ditemukan
(Dharma, 1988).
B. Bivalvia
Bivalvia merupakan salah satu kelas dari Filum Molluska. Filum Molluska terdiri dari
karena hewan ini mempunyai dua cangkang dikedua sisi hewan dengan engsel di bagian
dorsal. Fungsi dari cangkang tersebut adalah sebagai pelindung tubuh dan bentuknya
digunakan untuk identifikasi. Bivalvia disebut juga Pelecypoda karena kakinya yang
lembaran-lembaran dan berukuran sangat besar dan juga dianggap memiliki fungsi tambahan
yaitu pengumpul bahan makanan, disampingsebagai tempat pertukaran gas. Salah satu contoh
hewan ini adalah kerang, tiram, remis, kijing dan sebangsanya (Romihmotarto, 2009).
Pada umumnya hewan ini mempunyai cangkang setangkup dan sebuah mantel yang
berupa dua daun telinga atau cuping. Mantel dilekatkan pada cangkang dengan bantuan otot-
otot yang meninggalkan bekas garis melengkung (pallial line) dan biasanya berwarna putih
mengkilap (Romimohtarto, 2009). Bentuk tubuhnya simetris bilateral dan memiliki kebiasaan
menggali lubang pada pasir dan lumpur yang merupakan substrat hidupnya dengan
menggunakan kakinya. Sebagian besar jenis Bivalvia hidup dilautan,, hanya sedikit jenis
Bivalvia juga merupakan salah satu fauna penting dalam ekosistem perairan karena
berperan dalam penyediaan makanan untuk berbagai spesies lain dalam rantai makanan dan
mempengaruhi siklus energy (Nur’aini, 2011). Cara hidup Bivalvia dengan tiga cara, yaitu (a)
membuat lubang pada substrat, (b) melekat langsung pada substrat dengan semen, (c) melekat
1. Morfologi Bivalvia
Pelecypoda disebut juga bivalvia berasal dari kata bi (dua) valve (kutub) berarti
hewan yang mempunyai dua belahan cangkok. Pelecypoda disebut juga dari kata pelekhis
(kapak kecil) dan poda (kaki) yang berarti mempunyai kaki yang pipih seperti kapak kecil.
Kelas ini memiliki 15.000 spesies meliputi remis, tiram dan bangsa kepah lainnya. Bivalvia
tidak bisa hidup di wilayah daratan, karena bentuk kaki kapak yang digunakan untuk
menggali. Bivalvia tidak memiliki kepala dan radula, memiliki dua keeping cangkok
(cangkok) yang berhubungan di bagian dorsal (Lia, 2009). Bivalvia dapat hidup pada semua
tipe perairan, yaitu air tawar estuary dan perairan laut (Nur’aini, 2012). Bivalvia memiliki
karakteristik hidup dengan cara membenamkan diri, menggali serta meletakkan diri pada
substrat, menggunakan alat perekat pada karang dan batu (Zia, 2016).
Bivalvia memiliki tubuh pipih secara lateral dan tertutup dua keeping cangkang yang
berhubungan di bagian dorsal dengan adantya “hinge ligament”. Keping cangkok bivalvia
dihubungkan oleh engsel elastis ligament dan mempunyai satu atau dua buah otot adductor
yang melekat dibagian dalam cangkoknya untuk membuka dan menutup kedua keeping
cangkok tersebut (Septiani, 2012). Jika adductor tersebut dalam keadaan kondisi rileks maka
interior ligament akan menekan cangkok sehingga cangkok menjadi terbuka. Cangkok ini
umumnya terlindung dari gerakan menyamping oleh sockets dan gerigi terletak pada hinge
Bagian cangkok (cangkang) yang membesar atau menggelembung dekat sendi disebut
umbo (bagian cangkang yang umurnya paling tua). Di sekitar umbo terdapat garis konsetris
1. Periostrakum
Lapisan tipis paling luar yang terbuat dari bahan organic konkiolin, sering tak ada
2. Prismatic
Lapisan bagian tengah yang terbuat dari kristal-kristal kapur (kalsium karbonat)
3. Nakreas
Lapisan bagian dalam yang terbuat dari kristal – kristal kalsium karbonat dan
mengeluarkan bermacam-macam warna jika terkena cahaya. Sering juga disebut lapisan
2. Anatomi Bivalvia
Mulut terdapat pada ujung anterior massa viseral, terbuka dari ruang mantel. Mulut
dengan palps (lembaran berbentuk seperti bibir), tidak memiliki radula. Esofagus pendek,
terus kelambung, intestinum panjang sebagian melingkar dalam kaki, dan terbuka pada anus
yang terletak dekat sifon ekskuren. Insang umumnya lempengan berjumlah satu atau dua
pasang dilengkapi silis untuk filter feeding (makan dengan menyaring larutan), kepala tidak
ada, organ reproduksinya biasanya berumah dua. Beberapa jenis bersifat protandri, gonad
terbuka ke dalam rongga mantel, larva berupa veliger atau glocchidium (Dermawan , 2008).
Gambar 2.10. Anatomi Bivalvia
berupa benang-benang kuat yang dihasilkan oleh kelenjar dalam kaki. Kerang dapat
berpindah tempat dengan menarik byssus dari tempatnya menempel dengan menggunakan
otot retraktot byssus. Ada jenis tertentu tidak dapat berpindah tempat, karena dalam proses
pembentukan cangkang tepi mantel menghasilkan perekat untuk melekatkan ke substrat yang
kemudian mengeras. Bivalvia dengan cara hidup menempel, kaki kerang tidak berfungsi
3. Klasifiksi Bivalvia
1. Ordo Taxodonta
Gigi pada hinge memanjang dan sama, kedua otot aduktor berukuran kurang lebih
sama, pertautan antar filament insang tidak ada, habitat di pantai. Memiliki anggota famili
Arcidae dan Trisidos dengan ciri-ciri yaitu ; bentuk dan panjang cangkang beragam,
tergantung jenisnya. Lapisan cangkang berwarna putih, jalurjalur radial ke umbo terlihat
jelas. Lapisan cangkang dalam berwarna putih keruh. Hidup dengan membenamkan diri di
pantai berpasir.
2. Ordo Anisomyaria
Anisomyaria memilki otot aduktor anterior kecil atau tidak ada, posterior besar, sifon
tidak ada, pertautan antar filament dengan cilia, biasanya sessile, kaki mengecil dan
mempunyai byssus. Salah satu anggota famili dari ordo ini adalah Mytilidae, Arcidae,
3. Ordo Veneroida
Cangkang selalu berukuran sama tanpa lapisan mutiara, jumlah gigi cardial sedikit,
memiliki sifon, insang tipe eulamelibranchia. Anggota ordo Veneroida adalah spesies yang
mempunyai byssus fungsional pada tahap larva dan hilang pada tahap dewasa, biasanya
Jenis-jenis Bivalvia yang umumnya hidup laut dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
4. Habitat Bivalvia
Spesies Bivalvia dapat ditemukan di berbagai lingkungan, seperti daerah estuarin dan
pesisir pantai. Bivalvia memiliki karakteristik yang berbeda dengan Gastropoda. Mereka
hidup dengan membenamkan, menggali dan meletakan diri pada substrat menggunakan alat
perekat (Zia, 2016). Menurut Sumich berdasarkan habitatnya Bivalvia dapat dikelompokkan
ke dalam:
Daerah pasang surut dengan variasi faktor lingkungan terbesar, jenis habitat utama
yaitu pantai berpasir, berlumpur dan berbatu. Di daerah ini hidup berbagai jenis organisme
Bivalvia.Bivalvia juga melekatkan diri pada benda dan cenderung mengikuti bentuk
Habitat ini wilayah perairan sekitar pulau yang kedalamannya 20 sampai 40 m. Jenis
Bivalvia yang ditemukan di daerah seperti ini seperti; Plica sp, Chalamis sp, Amussium sp.
C. Protein Hewani
Protein merupakan salah satu zat gizi yang paling penting peranannya dalam
digunakan sebagai indicator untuk melihat kondisi gizi masyarakat dan juga keberhasilan
pemerintah dalam pembangunan pangan, pertanian, kesehatan, dan social ekono mi secara
integritas. Protein dapat diperoleh dari bahan pangan nabati atau hewani, namun
dibandingkan dengan protein nabati, protein hewani mempunyai beberapa keunggulan. Salah
satu yang terpenting adalah pembawa sifat keturunan dari generasi ke generasi dab berperan
Kebutuhan protein dalam tiap likogram berat badan adalah tinggi pada bayi oleh
sebab itu pertumbuhannya yang cepat sekali untuk kemudian berkurang dengan
bertambahnya umur. Disarankan untuk memberikan 2,5-3 gram tiap kilogram berat badan
bagi bayi dan 1,5-2 gram bagi anak pra sekolah. Jumlah protein yang diberikan dianggap kuat
jika mengandung asam amino esensial dalam jumlah yang cukup mudah dicerna dan diserap
oleh tubuh.
1. Fungsi Protein
Pertumbuhan atau penambahan otot terjadi bila tersedia cukup asam amino yang
Protein bersifat sebagai buffer yang menjaga jaringan tubuh dalam keadaan netral,
5. Pembentukan antibodi
Protein bertindak sebagai antibodi yang berperan melawan infeksi terhadap bahan
Protein bertugas mengangkut zat-zat gizi dari saluran cerna melalui dinding saluran
cerna ke dalam darah, jaringan dan melalui membran sel ke dalam sel
7. Sumber energi
2009)
2. Kebutuhan Protein
diantaranya adalah :
1. Perkembangan jaringan
Periode dimana perkembangan terjadi dengan cepat seperti pada masa janin dan
2. Kualitas protein
Kebutuhan protein dipengaruhi oleh kualitas protein makanan pola asam aminonya.
Bagi yang tidak mengkonsumsi hewani dianjurkan untuk memperbanyak konsumsi pangan
3. Digestibilitas protein
ikatan kimia antara gula dan asam amino yang membentuk ikatan yang tidak dapat dicerna.
Digestibilitas dan absorpsi dipengaruhi oleh jarak antara waktu makan, internal yang lebih
hanya untuk pembangunan jaringan. Karbohidrat juga mendukung sintesis protein dengan
5. Status kesehatan
Setelah trauma atau operasi asam amino dibutuhkan untuk pembentukan jaringan,
Umur merupakan salah satu factor yang mempengaruhi tingkat konsumsi protein
hewani asal laut pada manusia. Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
protein remaja berkisar antara 88,3% - 129,6%, dan remaja mengkonsumsi dibawah
kebutuhan minimal sebanyak 35,6%. Kekurang protein dapat menyebabkan gangguan pada
asupan dan transportasi zat-zat gizi. Asupan protein yang lebih, maka protein akan
mengalami deaminase, kemudian nitrogen dikeluarkan dari tubuh dan sisa-sisa ikatan karnon
akan diubah menjadi lemak dan disimpan dalam tubuh. Oleh karena itu, konsumsi protein
2. Pendidikan
perilaku hidup sehat. Pendidikan juga suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan
mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang
tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan
cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun media massa. Semakin
banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang
kesehatan. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau
masyarakat untu menyerap informasi dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya
diharapkan pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan dan gizi juga meningkat sehingga
dapat menimbulkan sikap dan perilaku positif terhadap kemajuan IPTEK dan kemajuan
ekonomi. Pengetahun sangat erat hubungannya dengan pendidikan dimana diharapkan
seseorang dengan pendidikan tinggi maka orang tersebut semakin luas pengetahuannya.
timbulnya perubahan budaya makan dan gaya hidup yang negatif terhadap kesehatan dan
Data besar keluarga berdasarkan BKKBN (1998) bahwa dikategorikan menjadi tiga
kelompok yaitu keluarga kecil yang terdiri dari kurang dari empat orang, keluarga sedang
dengan jumlah anggota keluarga sebanyak lima sampai enam orang, keluarga besar dengan
jumlah anggota keluarga sebanyak lebih dari tujuh orang. Besar keluarga didefinisikan
sebagai keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak dan anggota
anggota keluarga berarti banyak pula jumlah kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi. Begitu
pula sebaliknya, semakin sedikit anggota keluarga semakin sedikit kebutuhan yang harus
dipenuhi. Sehingga dalam keluarga yang jumlah anggotanya banyak akan diikuti oleh
banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi. Semakin besar ukuran rumah tangga berarti
semakin banyak anggota rumah tangga yang pada akhirnya akan semakin berat beban rumah
terjadi pada keluarga yang memiliki anggota lebih kecil. Hal ini terjadi karena, jika
banyaknya anggota keluarga bertambah maka pangan yang dibutuhkan untuk setiap anak
akan berkurang dan kebanyakan dari orang tua tidak menyadari bahwa anak-anak sedang
tumbuh memerlukan pangan yang lebih tinggi daripda golongan yang lebih tua (Suhardjo,
2003).
4. Pendapatan
Keluarga yang berpenghasilan cukup atau tinggi lebih mudah dalam menentukan
pemilihan bahan pangan sesuai dengan syarat mutu yang baik. Tingkat pendapatan
merupakan factor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi.
Biasanya makin baik (tinggi) tingkat pendapatan, tingkat konsumsi makin tinggi. Karena
ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka
kebutuhan konsumsi menjadi makin besar. Pendapatan yang tinggi akan meningkatkan daya
beli sehingga keluarga mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan dan akhirnya
berdampak positif terhadap status gizi. Dimana pendapatan makin besar pendapatan
seseorang maka akan semakin banyak jumlah dan barang yang akan dikonsumsi, dan begitu
juga sebaliknya semakin kecil pendapatan seseorang maka semakin sedikit pula barang atau
hokum Engel dimana saat terjadi peningkatan pendapatan, konsumen akan membelanjakan
pendapatannya untuk pangan dengan alokasi semakin kecil. Sebaliknya bila pendapatan
menurun, alokasi yang dibelanjakan untuk pangan semakin meningkat (Soekirman, 2000).
E. Penelitian sebelumnya
lakukan adalah :
bandaingkan dengan pantai berpasir yakni 29,11 ind/m2 sementara pantai berpasir
yakni 1,44 ind/m2. Keanekaragaman jenis di pantai berbatu lebih tinggi yakni
karet, coklat dan sawit di temukan 10-20 spesis Gastropoda Terestrial dengan
F. Kerangka Berfikir
Gastropoda dan bivalvia merupakan sumber daya hayati yang banyak di manfaatkan
perhiasan. Dan sebagian dagingnya dapat di jadikan sebagai sumber protein .adapun
kecendurungan hidup dari filum ini yaitu tergantung pada jenisnya, ada juga yang cenderung
hidup pada substrat pantai yang berpasir,berlumpur,dan berkarang.semua itu tergantung dari
keadaan suhu,ph, dan salinitas air di sekitarnya. Dari semua banyak jenis gastropoda dan
bivalvia sebagian besar sudah di manfaatkan oleh manusia sebagai sumber makanan
tambahan.
Hal ini yang mendorong penulis untuk melakukan identifikasi mengenai jenis
gastropoda dan bivalvia yang di konsumsi sebagai pengganti protein hewani di Desa Karlutu
Kara. Dengan menggunakan metode transek kuadrat dan observasi wawancara dan
kuesioner untuk mengidentifikasi jenis dan preferensi habitat dari gastropoda dan bivalvia
dan juga tanggapan masyarakat terhadap cara mengkonsumsi gastropoda dan bivalvia.
Gastropoda dan bivalvia
Dari semua banyak jenis gastropoda dan bivalvia sebagian besar sudah di
manfaatkan oleh manusia sebagai sumber makanan tambahan.
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Tipe Penelitian ini adalah deskriptif untuk mengetahui jenis-jenis gastropoda dan
bivalvia yang ada pada perairan pantai Desa Karlutu Kara Kecamatan Seram Utara Barat
Kabupaten Maluku Tengah. Dan jenis-jenis gastropoda dan bivalvia yang di makan.
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dilokasi Pantai Desa Karlutu Kara Kecamatan Seram
2. Waktu Penelitian
1. Populasi
2. Sampel
Sampel dalam peneelitian ini adalah jenis-jenis Gastropoda dan Bivalvia yang terdapat
dalam petak cuplikan dengan teknik purposive Sampling, yang mana cara pengambilan
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi wawancara dan
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Terikat
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal jenis-jenis gastropoda dan
bivalvia
2. Variabel Bebas
F. Prosedur Penelitian
1. Survey lapangan. Dilakukan survey lapangan untuk memperoleh gambaran secara jelas
ada berapa jenis gastropoda dan bivalvia dan penyebarannya yang terdapat di Desa
Karlutu Kara.
2. Kuesioner atau Angket. Kuesioner atau angket ini berisikan daftar pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan kepada responden yang bersifat tertutup agar responden menjawab
Walkman, ditunjukkan untuk mengetahui jenis-jenis gastropoda dan bivalvia yang bisa
6. Analisis data. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif yaitu dengan
A. Observasi
B. Identifikasi
C. Wawancara
2x2
m
4m
4m
Gambar 3.1 Skema pengambilan sampel dengan plot dalam satu transek.
Data yang di dapat dalam penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif dengan
2. Setuju (S) :4
3. Netral (N) :3
A. Hasil
1. Lokasi Penelitian
Desa Karlutu kara merupakan desa yang secara administrasi termasuk dalam wilayah
Kecamatan Seram Utara Barat kabupaten Maluku Tengah.Penelitian ini berlangsung di desa
Karlutu kara, di mana lokasi penelitian berada dekat dengan pemukiman masyarakat,
sehingga lokasi penelitian ini berpotensi di jadikan sebagai pemanfaattan dan pengembangan
Gastropoda dan Bivalvia. Misalnya kondisi substrat, suhu, dan salinitas. Gastropoda dan
bivalvia relatif umum dapat hidup di perairan dangkal seperti, pasir, batuan padat atau daerah
terjadinya pasang surut. Di mana kondisi substrat lingkungan pantai desa Karlutu kara
memiliki substrat Berbatu dan berpasir sehingga banyak di temukan berbagai jenis
gastropoda dan bivalvia. Gastropoda dan Bivalvia juga di manfaatkan oleh masyarakat pesisir
pantai untuk kebutuhan hidupnya, sehingga sebagian Gastropoda dan bivalvia perlu di
lestarikan kembali.
Faktor lingkungan baik fisik maupun kimia yang di ukur dalam penelitian ini yaitu,
suhu, pH, oksigen terlarut (DO) dan substrat. Pengukuran faktor lingkungan di lakukan
bersamaan dengan pengumpulan data jenis Gastropoda dan Bivalvia di setian transek dan plot
a. Suhu
1
Hasil pengukuran suhu pada stasiun pengamatan di perairan pantai desa Karlutu Kara
menunjukan, suhu tertinggi pada saat pengambilan sampel terdapat pada transek II plot II
yaitu 25,8°C, sedangkan suhu terendah terdapat pada transek I plot I yaitu 25,3°C
Tabel 4.1. Hasil pengukuran suhu air laut pada daera perairan plantain desa Karlutu
Kara Kecamatan seram utara barat kabupaten maluku tengah.
Pengukuran suhu air laut °C (Plot)
Plot Suhu
I 25,3
II 25,4
III 25,5
IV 25,6
b. pH V 25,8
tertinggi saat pengambilan VIII 25,7 sampel terdapat pada plot VII
Tabel 4.2. hasil pengukuran pH air laut pada daera perairan desa karlutu kara
Pengukuran pH air laut (plot)
Plot Ph
I 8,1
II 8,4
III 8,4
IV 8,2
V 8,4
VI 8,3
VII 8,5
VIII 8.2
IX 8,5
c. Salinitas
Hasil pengukuran salinitas pada stasiun pengamatan di perairan pantai desa karlutu
kara menunjukan salinitas tertinggih pada saat pengambilan sampel terdapat pada plot VI
yaitu 35, sedangkan salinitas terendah terdapat pada plot II yaitu 26.
Tabel 4.3. hasil pengukuran air laut pada daerah perairan pantai desa karlutu kara
Pengukuran salinitas air laut
Plot Salinitas
I 32
II 26
III 30
IV 30
V 29
VI 35
VII 34
VIII 28
IX 29
d. Oksigen Terlarut ( DO )
menunjukan, DO tertinggi pada saat pengambilan sampel terdapat pada plot I yaitu 4,6,
Plot DO
I 4,6
II 3,7
III 3,1
IV 3,4
V 3,1
VI 3,7
VII 3,7
VIII 3,4
IX 3,7
e. Subsrat
Hasil pengamatan jenis substrat secara visual deskritif pada 3 transek pengamatan di
perairan panatai desa karlutu kara di peroleh 2 tipe substrat yaitu karang berpasir dan batu
berkarang. Pada stasiun pertama di dominasi oleh jenis substrat karang berpasir dan stasiun
Tabel 4.5. Hasil pengukuran substrat pada daera perairan daerah pantai desa karlutu
kara
Transek Substrat
I Karang berpasir
II Batu berkarang
III Karang berpasir
3. Jenis – jenis gastropoda dn bivalvia yang terdapat pada pantai desa karlutu kara
Tabel 4.8 Jenis Gastropoda dan Bivalvia yang di konsumsi oleh masyarakat
4. Keanekaragaman jenis – jenis gastropoda dan bivalvia pada perairan pantai desa
Indeks keanekaragaman jenis Gastropoda dan Bivalvia pada kawasan pesisir pantai
desa karlutu kara kecamatan seram utara barat kabupaten maluku tengah untuk setia jenisnya
mempunyai nilai yang berbeda beda. Pada transek pertama indeks keanekaragaman yang
tertinggi yaitu 0,351, dan indeks keanekaragaman yang terendah yaitu sebesar 0,09,. Rata –
rata indeks keanekaragaman jenis gastropoda dan bivalvia pada transek I yaitu 2,125.
No Nama jenis H’
1 Ostrea edulis 0,083
2 Tridacna coctanta 0,241
3 Pinctada maxima 0,178
4 Mauritia eglantine 0,057
5 Cypraea Iyx 0,136
6 Chikoreus cnissodus 0,178
7 Trochus sp 0,241
8 Turbo broneus 0,154
9 Trocus nilatikus 0,342
10 Drupa morum 0,357
Rata- rata 1,968
keanekaragaman yang tertinggih sebesar 0,344, dan indeks keanekaragaman yang terendah
yaitu sebesar 0,045. Rata – rata indeks keanekaragaman gastropoda dan bivalvia pada transek
ke 3 yaitu 2,160.
No Nama jenis Hˈ
1 Drupa morum 0,257
2 Cypraea anulus 0,191
3 Cyprea moneta 0,147
4 Luria isabella 0,091
5 Lambis – lambis 0,062
6 Conus miles 0,045
7 Thais tuberosa 0,227
8 Trocus nilatikus 0,191
9 Chikoreus cnissodus 0,147
10 Mauritia eglatine 0,344
11 Hippopus porcellanus 0,257
12 Trochus sp 0,302
Rata – rata 2,160
Dari uraian keanekaragaman jenis gastropoda dan bivalvia pada ketiga transek di
perairan pantai desa karlutu kara kecamatan seram utara barat kabupaten maluku tengah.
Dapat dihitung nilai rata-rata untuk indeks keanekaragaan jenis gastropoda dan bivalvia di
Transek H’
T1 2,125
T2 1,968
T3 2,160
4. Gastropod dan Total 6,253 bivalvia yang di
Rata-rata 2084.3
konsumsi oleh masyarakat desa karlutu
kara
bivalvia yang di konsumsi oleh masyarakat desa karlutu kara sebanyak 11 jenis, jenis
gastropoda dan bivalvia yg di konsumsi sebagai pengganti protein hewani tersebut dapat di
Tabel 4.12 . 18 jenis gastropod dan bivalvia yang di konsumsi oleh masyarakat
gastropoda dan bivalvia dari 19 jenis yang di konsumsi oleh masyarakat desa karlutu kara,
bagian gastropoda dan bivalvia yang dikonsumsi sebagai pengganti protein hewani oleh
masyarakat desa karlutu kara dari berbagai literature, terdapat 11 jenis gastropoda dan
bivalvia yang termasuk dalam 11 family. Dan masih banyak lagi yang belum terindifikasi
karena belum ada masyarakat yang membudidayakannya. Masyarakat desa karlutu kara
mengkonsumsi gastropoda dan bivalvia di karenakan cuaca air laut tidak stabil dan
mengharuskan mereka untuk mencari gastropoda dan bivalvia untuk di konsumsi sebagai
pengganti protein hewani. Menurut masyarakat desa karlutu kara selain dikonsumsi,
cangkang gastropoda dan bivalvia juga bisa di jadikan sebagai hiasan di dalam rumah.
5. Deskripsi Responden
Responden dalam penelitian ini adalah bapak/ibu yang sering pergi mencari
gastropoda dan bivalvia yang berjumlah 9 orang terdiri dari 8 orang perempuan dan 1 orang
Tabel 4.13 Daftar nama responden berdasarkan umur dan jenis kelamin
B. Pembahasan
Dari penelitian yang di lakukan di pantai desa karlutu kara kecamatan seram utara
barat,secar keseluruhan dari 3 transek di temukan 22 jenis Gastropoda dan Bivalvia yang
mewakili 14 family pada filum mollusca, Diantaranya yaitu family Cymitidae, Family
Family Tricidae, Family Turbinidae, Family Trochidae, Family Tridacnidae, Family Arcidae,
temukan yang lebih mendominasi yaitu Turbo Broneus dengan jumlah spesies yaitu 65.
dengan jumlah spesiel yaitu 2. Secara keseluruhan jumlah spesies pada transek pertama yaitu
247
Pada transek ke dua di temukan 10 jenis gastropoda dan Bivalvi. Pada transek ke dua
ini yang sangat mendominasi yaitu jumlah spesies yaitu 65, sedangkan yang terendah yaitu
Maurittia eglentinedengan jumlah spesies 3. Secara keseluruhan jumlah spesies pada transek
ke 2 yaitu 230.
Pada transekketiga di temukan 12 jenis gastropoda dan bivalvia. Pada transek ketiga
ini jenis yang sangat mendominasi yaitu maurittia eglentine dengan jumlah yaitu 35,
sedangkan jenis yang terendah yaitu Conus miles dengan jumlah spesies 2.secara keseluruhan
Dari uraian tentang gastropoda dan bivalviayang di kemukakan pada ketiga transek di
perairan pantai desa karlutukara kecamatan seram utara barat kabupaten maluku tengah
menunjukan bahwa nilai rata-rata indeks keanekaragaan gastropoda dan bivalvia pada transek
I, II, dan III, tergolong sedang, berdasarkan Shannon-Weiner (Krep, 1989), Nilai
keanekaragaman H’ pada transek I, II, dan III berkisar antara 1,00-3,00. Irwan (2008)
menjelaskan hal ini di karenakan jumlah spesies yang menempati daera tersebut tidak banyak
keanekaragaman pada ketiga transek tersebut tergolong dalam kategori sedang. Sementara
itu, nilai rata-rata indeks keanekaragaman jenis gastropoda dan bivalvia pada lokasi
dalam ketegori sedang, hal ini di karenakan jumlah spesies yang mendominasi pada tiap-tiap
transek pada lokasi penelitian ini jumlahnya tidak terlalu banyak, dan tidak terlalu sedikit
atau tergolong sedang. Hal yang sama diungkapkan Soegianto (1994) dalam Emiyanti (2013)
tinggih jika komunitas di susun oleh banyaknya spesies,dengan kata lain bahwa nilai indeks
keanakaragaman sangat di pengaruhi oleh jumlah spesies dan jumlah total individu masing-
masing spesies pada suatu komunitas, sebaliknya, jika kominitas itu disusun oleh sangat
sedikit dan jika hanya sedikitjenis yang dominan maka keanekaragaman jenisnya rendah.
Berdasarkan pertanyaan tentang indeks keanekaragaman di pesisirpantai desa karlutu
kara terlihat pada ketiga transek bahwa fator fisik kimia pun tidak terlalu memberikan
pengaruh terhadap penurunan tingkat keanekaragaman jenis gastropoda dan bivalvia. Karena
berdasarkan hasil pengukuran faktor fisik-kimia baik meliputi suhu, pH, salinitas, oksigen
terlarut maupun substrat dasar, menunjukan angka yang optimal dan normal untuk
perkembangbiakan dan pertumbuhan gastropoda dan bivalvia. Jadi, dapat di katakan bahwa
gastropoda dan bivalvia di perairan pantai desa karlutu kara kecamatan seram utara barat
kabupaten maluku tengah, saat kondisi laut tidak memungkinkan mereka untuk melaut ,
walaupun kaya akan gastropoda dan bivalvia, namun dominan tiap spesiesnya pada lokasi
penelitian tidakterlalu banyak. Hal ini mungkin menyebabkan sehingga nilai indeks
keanekaragaman jenis gastropoda dan bivalvia di perairan pantai desa karlutu kara kecamatan
2. Faktor Lingkungan
Hasil pengukuran suhu air laut pada saat pengambilan sampel Gatropoda dan Bivalvia
di perairan pantai desa karlutu kara terlihat pada stasiun memiliki kisaran antar 25,3°C –
25,8°C, suhu pada perairan pantai desa karlutu kara ptimal bagi perkembangan dsn kehidupan
Gastropoda dan Bivalvia. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suwondo dkk (2006) dalam
Munarto (2010) yang menyatakan bahwa suhu sangat berpengaru terhadap proses
metabolisme suatu organisme, Gastropoda dan Bivalvia dapat melakukan proses metabolisme
Pernyataan yang sama juga di perkuat oleh pescod (1973) dalam Munarto (2010) yang
menjelaskan bahwa perubahan suhu berpengaruh terhadap jenis organisme yang dapat hidup
dan bertahan pada wilaya perairan tertentu, serta aktifitas suatu organisme, semakin tinggih
suhu suatu perairan, maka semakin sedikit oksigen yang terlarut dalam air. Suhu yang tinggih
akan menurunkan jumlah oksigen yang terlarut dalam air, akibatnya gastropoda dan bivalvia
serta organisme lainnya akan mati karena kurangnya oksigen. Suhu air yang relatif tinggih
pada suatu perairan di tandai dengan munculnya ikan dan organisme laut lainnya ke
Faktor lingkungan yang berikutnya adalah pH, menurut Odum (1993) dalam Emyarti
dkk (2013) menyatakan bahwa pH adalah faktor pembatas bagi organisme yang hidup di
suatu perairan. Perairan dengan pH yang terlalu tinggih atau rendah akan mempengaruhi
ketahanan hidup organisme yang hidup di dalamnya. Sebagian besar bita akuatik sensitif
Pada lokasi penelitian terlihat jelas bahwa kisaran nilai ph air laut pada transek yaitu
sekitr 8,4 – 8,5 yang mana pH tersebut tergolong netra dan menunjang pertumbuhan dan
Rahmawati (2014) Gastropoda dapat bertumbu hdengan baik pada kisaran pH 6-7
Kordi dan tanjung (2002) dalam Unarto (2010), menambahkan bahwa nilai pH yang
aktifitas pernafasan gastropoda dan bivalvia meningkat dan selera makan menurun.
Halsebaliknya terjadi pada perairan yang memiliki nilai ph yang tinggih dapat menyebabkan
kadar amonia meningkat, sehingga secara tidak langsung telah membahayakan organisme
Faktor berikutnya yang juga penting adalah salinitas, salinitas adalah jumlah garam
terlarut dalam 1000 gram air laut ( setelah seluru bromide telah di ganti khlorine, seluruh
karbon telah di ubah ke oksidasi dan seluru materi organik telah di uraikan). Menurut Odum
(1993) menyatakan bahwa salinitas akan mempengaruhi penyebaran organisme baik secara
vertikal maupun horizontal. Riniatshi dan Kusharton (2009) juga menambahkan bahwa
salinitas akan berpengaruh langsung pada populasi gastropoda dan bivalvia, setiap gastropoda
dan bivalvia mempunyai batas toleransiyang berbedah terhadap tingkat salinitas yang
tubuhnya.
Pada lokasi penelitian, terlihat bahwa pengukuran salinitas pada perairan pantai desa
karlutu kara pada transek yaitu 26 – 35%. Apabila di lihat dari kisaran salinitasnya,maka
dapat di katakan bahwa perairan pantai desa karlutu kara sangat ideal untuk pertumbuham
biota-biota laut, seperti Gastropoda dan bivalvia. Gross (1972) menyatakan bahwa gastropoda
dan bivalvia umumnya mentoleransi salinitas berkisar 25-40%. Karena pengaru salinitas
secara tidak langsung mengakibatkan adanya perubahan komposisi dalam suatu ekosistem.
Faktor lingkungan yang berikut adalah oksigen terlarut. Oksigen terlarut merupakan
faktor yang penting bagi pertubuhan biota-biota laut, seperti gastropoda dan bivalvia. Faudiaz
(1992) mengatakan bahwa oksigen terlarut merupakan kebutuhan mendasar untuk kehidupan
tumbuhan dan hewan di dalam air. Kehidupan organisme di dalam air tergantung dari
kemampuan air untuk mempertahankan kosentasi oksigen minimal yang di butuhkan untuk
kehidupannya.
Pada lokasi penelitian, oksigen terlarut yang di ukur pada lokasi penelitian berkisar
antara 3,1 – 4,6 mg/I. Menurut Trinorida (1998), standar oksigen terlarut untuk perairan yang
mengandung kehidupan biologi secara normal harus cukup mengandung oksigen terlarut
perkembangbiakan. Goldman dan Horne (1983) menyatakan bahwa ada perairan dengan
kandungan oksigen terlarut rendah, kondisi suatu perairan akan menjadi anaerob, sehingga
Faktor lingkungan yang terakhir yaitu substrat, tipe substrat merupakan faktor utama
yang sangat mempengaruhi penyebaran gastropoda dan bivalvia. Tipe substrat pada perairan
pantai desa karlutu kara berupa karang berpasir dan karang berbatu.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Djaeni Sediaoetama. (1996). Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: Dian
Rakyat.
Adun Rusyana, Nuryani Y, Rustaman, Sri Rejeki & Adianto, 2011. Pengembangan Program
Perkuliahan Zoologi Invertebrata Berbasis Keterampilan Berpikir Kritis-Kreatif.
Pedagogik Praktis Yang Berkualis. Bandung: Rizqi Press.
Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Anonimus, 1982. Diary Handbook, Alfa-Laval, Diary and Food Enginering Division, Swedia.
Aryulina D., dkk. (2004). Biologi 2 SMA dan MA untuk Kelas XI. Jakarta: Esis.
Bahri, 2002. Bahri, S, Indraningsih, R. Widiastuti, T.B. Murdiati dan R. Maryam. 2002.
Keamanan Pangan Asal Ternak: Suatu Tuntutan di Era Perdagangan Bebas.
Barnes, R.D. 1974. Invertebrta Zoology Thirdd Edition. W.B. Soundress. Co. Philadelphia
Londen Toronato.
Dermawan BR. Sitorus. Keanekaragaman dan Distribusi Bivalvia Serta Kaitannya Dengan
Faktor Fisik-Kimia di Perairan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Tesis Biologi,
(Universitas Sumatra Utara.Medan. 2008
Ginting, Alan, dkk. 2013. “Studi Pertumbuhan Dan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleorotus
Ostreatus) Pada Media Tumbuh Gergaji Kayu Sengon Dan Bagas Tebu”. Jurnal.
Malang: Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya.
Harper. L. J. B. J. Deaton & J. A Driskel. 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian (Suhardjo,
penerjemah). UI Press. Jakarta.
Pechenik JA, 2000. Biology of The Invertebrates.4th Ed. New York: McGraw
Septiani Dewi Ariska. Keanekaragaman Dan Distribusi Bivalvia dan Gastropoda (Moluska)
Di Muara Karang Tirta, Pangandaran. Skripsi Biologi FMIPA. Institut Pertanian
Bogor. 2012.
Soekirman ,2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional
Suharyanto, T & Madjid, A, 2009, Asuhan Keperawatan Pada klien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan, Jakarta: TIM.
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN/DAFTAR PERTANYAAN
Identitas Responden
Nama :
Umur :
Alamat :
Pendidikan :
Lembaran pertanyaan ini bukan maksud lain, tetapi sekedar mengumpulkan data
yang berhubungan dengan penelitian identifikasi gastropoda dan bivalvia yang di konsumsi
sebagai pengganti protein hewani di desa Karlutu Kara Kecamatan Seram Utara Barat
Kabupaten Maluku Tengah dalam upaya penyusunan skripsi. Setiap jawaban yang bapak/ibu
berikan kepada peneliti merupakan bantuan berharga dan tidak ada hubungannya dengan
masalah pajak,politik, dan sebagainya. Untuk itu sudilah bapak\ibu meluangkan waktu
mengisi pertanyaan berikut secara objektif menurut adanya, atas bantuan bapak/ibu saya
mengucapkan terimah kasih.
Daftar kuesioner
Mohon untuk memberikan tanda (√ ) pada setiap pertanyaan yang bapak/ibu berikan.
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
N = Netral
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
Lampiran
Keberadaan Jenis gastropoda dan bivalvia pada perairan pantai desa karlutu kara
Keterangan :
(+) : ada
(-) : Tidak ada
Lampiran
Data hasil penelitian Gastropoda dan Bivalvia pada lokasi penelitian
No Spesies Transek I Transek II Transek III Jumlah
Plot Plot Plo Plot Plot Plo Plot Plot Plot
1 2 t3 1 2 t3 1 2 3
1 Thais tuberosa 2 1 2 1 6
2 Trocus 1 1 1 1 1 5
nilatikus
3 Cypraea Iyx 1 1 2
4 Drupa morum 1 1 2
5 Conus miles 2 3 2 2 1 10
6 Chykreus 5 15 5 10 15 10 5 65
cnissodus
s7 Mauritia 5 5 5 5 5 25
aglentine
8 Luria isabella 3 3 3 6 15
9 Lambis lambis 10 5 10 5 15 5 5 55
10 Cypraea 2 3 5 10 5 5 5 35
annulus
11 Cypraea 2 2 6 3 2 15
moneta
12 Trochus sp 4 6 5 5 5 25
13 Turbo broneus 3 3 3 6 15
14 Hippopus 1 2 1 4
porcellanus
15 Anandara 1 1 2
granosa
16 Ostrea edulis 2 1 3
17 Tridacna 2 1 3
costata
18 Pinctada 1 3 1 5
maxima
Jumlah 472
Lampiran
Perhitungan nilai keanekaragaman Gastropoda dan Bivalvia di pantai desa
karlutukara
Transek I
No Nama spesies Jumlah Pi In pi Pi In pi H’
individu
1 Luria isabella 15 0,020 -3,900 -0,079 0,079
2 Lambis lambis 55 0,008 -4,816 -0,039 0,039
3 Cypraea anulus 35 0,008 -4,816 -0,039 0,039
4 Cypraea moneta 15 0,008 -4,816 -0,039 0,039
5 Conus miles 10 0,012 -4,411 -0,054 0,054
6 Thais tuberosa 6 0,012 -4,411 -0,054 0,054
7 Drupa morum 2 0,040 -3,207 -0,130 0,130
8 Trocus nilatikus 5 0,263 -1,335 -0,351 0,351
9 Turbo broneus 15 0,101 -2,291 -0,232 0,232
10 Trochus sp 25 0,061 -2,801 -0,170 0,170
11 Chikoreus cnissodus 65 0,223 -1,502 -0,334 0,334
12 Cypraea Iyx 2 0,142 -1,954 -0,334 0,334
13 Maurita aglatine 25 0,061 -2,801 -0,170 0,170
14 Hippopus porcellanus 4 0,024 -3,718 -0,090 0,090
15 Anandara granosa 2 0,016 -4,123 -0,067 0,067
281
-2,125
H’ 2,125
Transek II
No Nama jenis Jumlah Pi In pi Pi In pi H’
individu
1 Ostrea edulis 3 0,021 -3,714 -0,083 0,083
2 Tridacna costanta 3 0,108 -2,291 -0,241 0,241
3 Pinctada maxima 5 0,057 -3,020 -0,178 0,178
4 Mauritia eglantine 25 0,013 -3,714 -0,057 0,057
5 Cypraea Iyx 2 0,043 -4,224 -0,136 0,136
6 Chikoreus cnissodus 65 0,065 -2,801 -0,178 0,178
7 Trochus sp 25 0,108 -2,291 -0,241 0,241
8 Turbo broneus 15 0,052 -3,714 -0,154 0,154
9 Trocus nilatikus 5 0,239 -1,502 -0,342 0,342
10 Drupa morum 2 0,282 -1,335 -0,357 0,357
150
-1,968
H’ 1,968
Transek III
Lampiran
Jenis Gastropoda dan bivalvia yang di temukan pada lokasi penelitian
3. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
Spesies
4. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
Spesies
5. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
Spesies
6. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
Spesies
7. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
Spesies
8. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
Spesies
9. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
Spesies
10. Klasofikasi
Kingdom
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
Spesies
11. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Class
Ordo
ssFamily
Genus
Spesies
12. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
Spesies
13. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
Spesies
14. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Class
Ordo
Family
Genud
Spesies
15. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
Spesies
16. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
Spesies
17. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Class
Ordo
Family
Genud
Spesies
18. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Molusca
Class : Gatropoda
Ordo :
Neogastropoda
Family : Conidae
Genus : Conus
Spesies : Conus miles
Lampiran
Relupilukasi pernyataan responden
Lampiran
DOKUMENTASI
Proses pengambilan data di perairan pantai desa Karlutu kara Kecamatan Seram
Utara Barat Kabupaten maluku Tengah
1. lokasi Penelitian
2. Pembuatan Transek
Mengukur faktor lingkungan
a.
Pengambilan sampel
Lampiran
DOKUMENTASI PENELITIAN