Anda di halaman 1dari 70

IDENTIFIKASI JENIS GASTROPODA DAN BIVALVIA YANG DIKONSUMSI

SEBAGAI PENGGANTI PROTEIN HEWANI DI DESA KARLUTU KARA


KECAMATAN SERAM UTARA BARAT
KABUPATEN MALUKU TENGAH

HASIL

OLEH:
TIDORA F. ROTASOUW
NIM. 2014 40 185

UNIVERSITAS PATTIMURA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
AMBON
2020
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................4
C. Tujuan Penelitian..............................................................................................5
D. Manfaat Penelitian............................................................................................5
E. Ruang Lingkup Dan Keterbatasan Penelitian...................................................6
F. Penjelasan Istilah...............................................................................................7

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Pengertian Konsumsi......................................................................................8
B. Pengertian Gastropoda....................................................................................9
C. Morfologi Gastropoda....................................................................................10
D. Anatomi Gastropoda.......................................................................................12
E. Klasifikasi Gastropoda...................................................................................13
F. Habitat Gastropoda.........................................................................................16
G. Pengertian Bivalvia........................................................................................17
H. Morfologi Bivalvia.........................................................................................18
I. Anatomi Bivalvia...........................................................................................20
J. Klasifikasi Bivalvia........................................................................................21
K. Habitat Bivalvia..............................................................................................23
L. Pengertian Protein...........................................................................................24
M. Fungsi Protein.................................................................................................25
N. Kebutuhan Protein...........................................................................................26
O. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Protein Hewani Asal
Laut………………………………………………………………………….27
P. Penelitian sebelumnya……………………………………………………….28
Q. Kerangka berfikir……………………………………………………………29

BAB III METODE PENELITIAN


A. Tipe Penelitian................................................................................................31
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian.........................................................................31
C. Populasi Dan Sampel......................................................................................31
D. Variabel Penelitian..........................................................................................31
E. Instrumen Penelitian.......................................................................................32
F. Teknik Pengumpulan Data..............................................................................32
G. Teknik Analisis Data.......................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................34


DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Morfologi Gastropoda...................................................................11

2.2 Struktur Gastropoda......................................................................12

2.3 Contoh Ordo Archaegastropoda....................................................14

2.4 Ordo Mesogastropoda....................................................................14

2.5 Ordo Neogastropoda......................................................................15

2.6 Subkelas Ophisthobranchia............................................................16

2.7 Contoh Subkelas Pulmonta............................................................16

2.8 Morfologi Pelecypoda...................................................................19

2.9 Anatomi Bivalvia...........................................................................21

2.10 Bentuk-bentuk Cangkang..............................................................23

3.1 Skema Pengambilan sampel...........................................................34


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara maritim, wilayah pesisir memiliki arti penting dan

strategis bagi Indonesia khususnya Kabupaten Sinjai baik dari segi ekologis, ketahanan

pangan, ekonomi, keanekaragaman biologi, sosial budaya maupun keindahan alamnya, serta

pencegahan terhadap erosi atau abrasi, gelombang laut dan badai. Sumber daya pesisir

tersebut merupakan unsur-unsur hayati dan non hayati yang terdapat di wilayah laut, terdiri

atas unsur hayati yang berupa ikan, kerang-kerangan, terumbu karang, padang lamun, dan

biota lain beserta ekosistemnya. Sedangkan unsur non hayati terdiri atas sumber daya di lahan

pesisir, permukaan air, di dalam airnya dan di dasar laut seperti minyak dan gas, pasir kuarsa,

timah dan karang mati (Idris, 2001).

Sumber protein hewani, pangan asal ternak mempunyai keterkaitan yang erat dengan

upaya meningkatkan pembangunan sumber daya manusia (SDM), yaitu meningkatkan daya

intelektualnya melalui perbaikan gizi protein hewani (Bahri, 2002). Bahan pangan hewani

merupakan bahan makanan yang berasal dari hewan atau olahan yang bahan dasarnya dari

hasil hewan (Suharyanto, 2009). Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani (daging,

ikan, dan susu) dan nabati (tahu dan tempe). Protein hewani memiliki komposisi protein yang

lebih lengkap dibandingkan protein nabati. Namun, di Indonesia konsumsi protein hewani

tergolong tinggi akan tetapi daya beli masyarakat masih rendah (Ginting,dkk. 2013). Menurut

Badan Pusat Statistik (2013), diperoleh data bahwa konsumsi protein hewani di Indonesia
1
tahun 2013 yaitupada daging 2,38% dan ikan 7,56% lebih tinggi dibanding konsumsi protein

nabati yaitu 2,31%.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan

protein serta sebagai alternatif pengganti protein hewani yaitu dengan meningkatkan

konsumsi terhadap gastropoda dan bivalvia. Gastropoda atau yang lebih dikenal dengan siput

atau keong merupakan kelas yang memiliki anggota terbanyak dalam filum moluska.

Gastropoda merupakan anggota moluska yang sebagian besar bercangkang

(Saripantung et al., 2013). menurut Harminto (2003) dalam Ulmaula, dkk (2016) Gastropoda

merupakan hewan bercangkang yang berjalan dengan perut, (gastro: perut, podos: kaki) maka

dari itu hewan ini memiliki alat gerak mengunakan perut sebagai kakinya, hewan ini

umumnya bercangkang tunggal yang terpilin membentuk spiral dan memiliki ragam warna

pada cangkangnya dan cangkang hewan ini sudah terpilin sejak embrio. Gastropoda memiliki

ciri utama yakni cangkang tunggal, berulir, memiliki kepala yang berkembang baik, serta

dilengkapi dengan tentakel, mata, dan radula (Dharma 1988). Gastropoda merupakan kelas

dari moluska yang paling sukses dan mempunyai penyebaran yang sangat luas mulai dari

darat, air tawar, intertidal hingga laut dalam (Ny

bakken 1992).

Berbeda dengan gastropoda, bivalvia tidak memiliki kepala, mata, dan radula. Bivalvia

lebih dikenal dengan istilah kerang. Bivalvia memiliki dua keping cangkang yang saling

berhubungan di bagian dorsal dan memiliki kaki yang berbentuk kapak (Pecherik 2000).

Sjafraenan dan Umar (2009) menyatakan bivalvia (kerang-kerangan) merupakan salah

satu keanekaragaman hayati yang terdapat di perairan Indonesia. Bivalvia yang secara khas

memiliki dua bagian cangkang, yang keduanya kurang lebih simetris. Kelas ini dalam

perkembangannya dilaporkan memiliki 30.000 jenis. Habitat kerang ini adalah di laukt dan

payau. Bivalvia merupakan salah satu kelas dari Filum Molluska. Filum Molluska terdiri dari
7 kelas, yaitu kelas Aplachopora, Kelas Monoplacopora, Kelas Polyplacopora, Kelas

Scacopoda, Kelas Gastropoda dan Kelas Cephalopoda (Kastawi, 2005). Bivalvia disebut

juga dengan Pelecypoda dan Lamellibrankhiata. Disebut bivalvia karena hewan ini

mempunyai dua cangkang dikedua sisi hewan dengan engsel di bagian dorsal. Fungsi dari

cangkang tersebut adalah sebagai pelindung tubuh dan bentuknya digunakan untuk

identifikasi. Bivalvia disebut juga Pelecypoda karena kakinya yang berbentuk kapak.

Sedangkan disebut Lamellibrankhiata karena insangnya yang berbentuk lembaran-lembaran

dan berukuran sangat besar dan juga dianggap memiliki fungsi tambahan yaitu pengumpul

bahan makanan, disamping sebagai tempat pertukaran gas. Salah satu contoh hewan ini

adalah kerang, tiram, remis, kijing dan sebangsanya (Romihmotarto, 2009).

Gastropoda dan Bivalvia merupakan sumberdaya hayati yang dapat dimanfaatkan oleh

masyarakat. Cangkangnya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan perhiasan, dan

sebagian dagingnya dapat dijadikan sebagai sumber protein. Gastropoda dan Bivalvia yang

dapat dimakan diantaranya Stombus luhuanus, Strombus gibberulus, Nerita maxima,

Gafrarium tumidum, Barabtia decussata, dan Pinna muricata.

Protein adalah senyawa organic kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan

polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan

ikatan peptide (Abrams, 2004). Protein adalah salah satu zat gizi yang paling penting

peranannya dalam pembangunan sumber daya manusia.

Protein hewani adalah protein sempurna karena mengandung asam amino esensial yang

berguna untuk pertumbuhan, perbaikan dan pemeliharaan struktur tubuh mulai dari sel,

jaringan hingga organ (Aryulina dkk. 2004).

Keanekaragaman dan distribusi gastropoda dan bivalvia di desa karlutu kara belum

pernah di kaji, oleh karena itu penelitian ini di lakukan untuk mengetahui keanekaragaman

dan distribusi gastropoda dan bivalvia tersebut di habitatnya. Data yang di peroleh
selamjutnya dapat di gunakan dalam pengelolaannya sehingga dapat meningkatkan

kesejatraan manusia secara berkelanjutan dengan mengetahui kehidupan biota di habitat

alaminya berarti akan memudahkan dalam menentukan lokasi budidayanya (Safar et al.2000)

Umumnya masyarakat desa karlutu kara Memanfaatkan pesisir perairan pantai ini

sebagai tempat penangkapan ikan karang dan pencarian beberapa jenis gastropoda dan

bivalvia untuk di konsumsi yang biasanya dengan nama bameti, selain dari kegiatan bameti

yang di lakukan oleh masyarakat setempat. Masyarakat juga memanfaatkan wilayah pesisir

pantai di desa karlutu kara untuk aktifitas pengambilan pasir dan batu. Hal ini di lakukan

karena masyarakat belum menyadari pentingnya pelestarian wilaya pesisir dan pentingnya

keberadaan komunitas yang berasosiasi di dalamnya.

Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti merasa tertarik

melakukan penelitian dengan judul “Identifikasi Jenis Gastropoda Dan Bivalvia yang di

Konsumsi Sebagai Pengganti Protein Hewani di Desa Karlutu Kara Kecamatan Seram Utara

Barat Kabupaten Maluku Tengah”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dijelaskan rumusan permasalahan

dalam penelitian ini adalah

1. Jenis-jenis gastropoda dan bivalvia apa saja yang ditemukan di daerah perairan pantai

Desa Karlutukara Kecamatan Seram Utara Barat Kabupaten Maluku Tengah?

2. Apa saja jenis-jenis gastropoda dan bivalvia yang bisa dikonsumsi oleh masyarakat Desa

Karlutukara Kecamatan Seram Utara Barat Kabupaten Maluku Tengah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah


1. Untuk mengetahui Jenis -jenis gastropoda dan bivalvia yang di temukan di daerah

perairan pantai Desa Karlutu Kara Kecamatan Seram Utara Barat Kabupaten Maluku

Tengah?

2. Untuk mengetahui jenis-jenis gastropoda dan bivalvia yang bisa di konsumsi oleh

masyarakat desa karlutukara kecamatan seram utara barat kabupaten Maluku tengah.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat Memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan informasi bagi dosen dan mahasiswa, dan juga sebagai acuan untuk

mengembangkan penelitian lanjutan .

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat Desa Karlutu Kara Kecamatan Seram Utara

Barat Kabupaten Maluku Tengah agar bisa mengkonsumsi protein hewani.

b. Peneliti lebih memahami dan mengetahui tentang konsumsi berbagai jenis gastropoda

dan bivalvia sebagai pengganti protein hewani.

E. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Ruang lingkup dan keterbatasan penelitian sebagai berikut

1. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian

maka, yang menjadi ruang lingkup penelitian adalah gastropoda dan bivalvia di perairan Desa

Karlutu Kara Kecamatan Seram Utara Barat Kabupaten Maluku Tengah.

2. Batasan Penelitian
Masalah ini di batasi oleh jenis-jenis gastropoda dan bivalvia yang di konsumsi oleh

masyarakat dan jumblah pengambilan sampel Desa Karlutu Kara Kecamata Seram Utara

Barat Kabupaten Maluku Tengah.

F. Penjelasan Istilah

Agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran dalam judul ini, penulis perlu

menjelaskan istilah-istilah yang dipakai dalam judul ini.

1. Gastropoda merupakan hewan bercangkang yang berjalan dengan perut, (gastro: perut,

podos: kaki) maka dari itu hewan ini memiliki alat gerak mengunakan perut sebagai

kakinya, hewan ini umumnya bercangkang tunggal yang terpilin membentuk spiral dan

memiliki ragam warna pada cangkangnya dan cangkang hewan ini sudah terpilin sejak

embrio. (Menurut Harminto 2003) dalam Ulmaula, dkk (2016)

2. Bivalvia merupakan salah satu kelas dari Filum Molluska. Filum Molluska terdiri dari 7

kelas, yaitu kelas Aplachopora, Kelas Monoplacopora, Kelas Polyplacopora, Kelas

Scacopoda, Kelas Gastropoda dan Kelas Cephalopoda (Kastawi, 2005).

3. Protein hewani adalah protein sempurna karena mengandung asam amino esensial yang

berguna untuk pertumbuhan, perbaikan dan pemeliharaan struktur tubuh mulai dari sel,

jaringan hingga organ (Aryulina dkk. 2004).


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Konsumsi

Konsumsi pangan merupakan banyaknya atau jumlah pangan, secara tunggal maupun

beragam,, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah upaya

untu memenuhi keinginan makan (rasa lapar) atau untu memperoleh zat-zat gizi yang

diperlukan tubuh. Tujuan psikologis adalah untuk memenuhi kepuasaan emosional atau

selera, sedangkan tujuan sosiologis adalah untuk memelihara hubungan manusia dalam

keluarga dan masyarakat (Sediaoetama, 1996). Konsumsi pangan merupakan factor utama

untuk memenuhi kebutuhan gizi yang selanjutnya bertindak menyediakan energy bagi tubuh,

mengatur proses metabolisme, memperbaiki jaringan tubuh serta untuk pertumbuhan (Harper

dkk., 1986).

Pangan asal laut ini dibutuhkan manusia selain sebagai bahan pangan yang memiliki

cita rasa, utamanya dijadikan sebagai sumber protein hewani yang dibutuhkan tubuh sebagai

protein fungsional maupun sebagai pembangun struktur (pertumbuhan), terutama pada anak-

anak di bawah 5 tahun, di mana laju pertumbuhan dan pengembangan sel-sel otaknya sangat

tinggi. Protein hewani menjadi sangat penting oleh karena mengandung asam-asam amino

yang lebih lengkap dan mendekati susunan asam amino yang dibutuhkan manusia sehingga

akan lebih mudah dicerna dan lebih efisien pemanfaatannya (Anonimus, 1982).

7
Gambar 2.1.Lokasi Penelitian

Konsumsi masyarakat terhadap pangan hewani konsumsi produk laut masyarakat

Indonesia masih rendah. Padahak bahwa abad ini merupakan abad pertarungan talenta, yaitu

abad yang penuh dengan persaingan dan pertarungan ketat dalam bidang ilmu pengetahuan

dan teknologi yang membutuhkan talenta yang kuat. Untuk memenuhi pertarungan ini maka

dibutuhkan manusia-manusia cerdas dan kuat. Hal ini bisa dipenuhi dengan konsumsi protein

hewani yang tinggi.

B. Gastropoda

Gastropoda merupakan hewan Moluska yang berjalan dengan bagian kaki perut,

berasal dari bahasa Yunani (gaster = perut; podas = kaki) artinya hewan yang memiliki kaki

perut (Esti, 2006). Gastropoda sering juga disebut siput, meskipun Gastropoda juga memiliki

anggota lain seperti limpet, abalone dan nudibrankia.


Pada umumnya gastropoda merupakan hewan yang lunak dan lambat pergerakannya,

hewan gastropoda bergerak atau berjalan dengan menggunakan kaki yang berada diperutnya.

Kaki gastropoda menyerupai flat yang digunakan untuk bergerak dan bagian bawah kakinya

terdapat silia yang banyak mengandung sel kelenjar. Beberapa jenis keong berukuran kecil,

yang hidup pada substrat lumpur dan pasir memerlukan pergerakan dengan bantuan dorongan

dari silianya. Kelenjar dari kaki menguraikan saluran lender ketika spesies melakukan

pergerakan (Barnes, 1974).

Kelas gastropoda merupakan kelas terbesar dari filum molluska yang memiliki 40.000

spesies atau 80 % dari filum molluska. Di Indonesia diperkirakan terdapat sekitar 1.500 jenis

hewan ini. Kelas gastropoda lebih umum dikenal dengan sebutan keong atau siput, dan

mempunyai ukaran yang relative besar. Gastropoda merupakan kelas yang terpenting dari

filum molluska, karena sebagian diantaranya merupakan sumber protein dan bernilai

ekonomis tinggi. Beberapa jenis gastropoda yang bisa di makan. Kebanyakan siput laut

memakan pelecypoda. Bekicot termasuk gastropoda yang merugikan pertanian (Nontji,

1987).

1. Morfologi Gastropoda

Gastropoda merupakan kelas moluska yang terbesar dan populasi. Ada sekitar 50.000

spesies Gastropoda yang masih hidup dan 15.000 jenis telah menjadi fosil (Adun ,2011).

Gastropoda berasal dari bahasa Latin gaster yang berartiperut dan podos yang berarti kaki,

jadi Gastropoda adalah hewan bertubuh lunak, yang berjalan dengan perut sebagai alat gerak.

Kelas Gastropoda umumnya lebih dikenal dengan sebutan siput atau keong. Tubuh

Gastropoda sanga bervariasi dalam bentuk dan ukurannya (Lia, 2009). Gastropoda umumnya

bercangkang tunggal, membentuk spiral. Beberapa jenis diantaranya tidak mempunyai


cangkang. Morfologi cangkangnya sebagian besar terbuat dari bahan kalsium karbonat yang

bagian luarnya dilapisi periostrakum dan zat tanduk.

Cangkang Gastropoda yang berputar ke arah belakang searah dengan jam disebut

dekstral, sebaliknya bila cangkangnya berputar berlawanan arah dengan jarum jam disebut

sinistral (Bunjamin, 1988).

Gastropoda yang hidup di laut umumnya berbentuk dekstral dan sedikit sekali

ditemukan dalam bentuk sinistral. Gastropoda mempunyai badan yang tidak simetri dengan

mantelnya terletak di bagian depan, cangkangnya berikut isi perutnya terguling spiral kearah

belakang. Letak mantel di bagian belakang inilah yang mengakibatkan gerakan torsi atau

perputaran pada pertumbuhan siput Gastropoda. Proses torsi ini dimulai sejak dari

perkembangan larvanya. Pada umumnya gerakannya berputar dengan arah berlawanan jarum

jam dengan sudut 180° sampai kepala dan kaki kembali ke posisi semula.

Struktur umum morfologi Gastropoda terdiri atas: suture, posterior canal, aperture,

gigi columella, bibir luar, columella, siphonal, umbilicus.

Gambar 2.2. Morfologi Gastropoda

Cangkang Gastropoda terdiri atas 4 lapisan, luar adalah periostrakum merupakan

lapisan tipis terdiri dari bahan protein seperti tanduk, disebut conhiolin atau conchin. Lapisan
kalsium karbonat terdiri atas 3 lapisan atau lebih, yang terluar adalah prismatic atau palisade,

lapisan tegah atau lamella dan paling dalam adalah lapisan nacre atau hypostracum (Sugiarto,

2005).

2. Anatomi Gastropoda

Struktur anatomi Gastropoda dapat dilihat pada susunan tubuh yang terdiri atas:

kepala, badan, dan alat gerak. Kepala memilikisepasang alat peraba yangdapat dipanjang

pendekkan. Alat peraba ini terdapat titik mata untuk membedakanterang dan gelap.

Gastropoda pada umumnya memiliki kepala yang jelas dengan mata pada ujung tentakel.

Pada mulut terdapat lidah parut dan gigi rahang. Kebanyakan Gastropoda

menggunakan radulanya untuk memakan alga atau tumbuhan, akan tetapi beberapa kelompok

merupakan pemangsa, dan radulanya termodifikasi untuk mengebor lubang pada cangkang

Moluska lain atau untuk mencabik–cabik mangsa. Pada siput konus, gigi radula berfungsi

sebagai panah racun yang digunakan untuk melumpuhkan mangsa.

Gastropoda bernapas dengan menggunakan insang atau paru-paru. Makanan

gastropoda adalah tumbuhan air sisa hewan, cacing air, dan ada pula yang memangsa jenis

Gastropoda lainnya. Gastropoda bersifat hermafrodit dengan alat reproduksinya berupa

adalah ovotestis yang dapat menghasilkan sperma dan ovum.

Gambar 2.3. Struktur Gastropoda

3. Klasifikasi Gastropoda
Gastropoda umumnya hidup di laut tetapi ada sebagian yang hidup di darat.

Berdasarkan organ pernafasannya maka kelas ini dibagi menjadi tiga sub-kelas, yaitu

Prosobranchia, Ophistobranchia dan Pulmonata (Dharma B, 1988).

a. Prosobranchia

Memiliki dua buah insang yang terletak di anterior; sistem syaraf terpilin membentuk

angka delapan; tentakel berjumlah dua buah; cangkang umumnya tertutup oleh operculum.

Subkelas ini dibagi lagi ke dalam tiga ordo.

1. Ordo archaeogastropoda

Insang primitif berjumlah satu atau dua buah, yang tersusun dalam dua baris filament,

nefrida berjumlah dua buah.49 Mereka dapat ditemukan di laut dangkal yang bertemperatur

hangat, menempel di permukaan karang di daerah pasang surut serta di muara sungai. Contoh

famili ordo Achaeogastropoda adalah Haliotis, Trochus, Acmaea.

Gambar 2.4. Contoh Ordo Archaeogastropoda

2. Ordo mesogastropoda

Insang sebuah dan tersusun dalam satu baris filamen, jantung beruang satu, nefridium

berjumlah satu buah, mulut dilengkapi dengan radula berjumlah tujuh dalam satu baris.

Hewan ini hidup di hutan bakau, pasang surut, karang-karang, laut dangkal bertemperatur

hangat, parasit pada binatang laut serta di atas hamparan pasir. Contoh anggota ordo
Mesogastropoda adalah Crepidula, Littorina, Campeloma, Pleurocera, Strombus,Charonia,

Vermicularia.

Gambar 2.5. Ordo Mesogastropoda

3. Ordo neogastropoda

Insang sebuah tersusun dalam satu baris filamen, jantung beruang satu nefridium

berjumlah satu buah, mulut dilengkapi dengan radula yang berjumlah tiga buah, atau kurang

dalam satu baris. Ordo ini memiliki banyak anggota contohnya diantaranya Muricidae,

Columbellidae, Conidae, dan Buccinidae.

Gambar 2.6. Ordo Neogastropoda

b. Opisthobranchia

Memiliki dua buah insang yang terletak di posterior, cangkang umumnya tereduksi

dan terletak di dalam mantel, jantung beruang satu, organ reproduksi berumah satu. Hidup di

laut dan umumnya mempunyai cangkang yang tipis, tetapi ada sebagian tidak mempunyai
cangkang. Opisthobranchia memiliki beberapa ordo dengan karakteristiknya yang berbeda–

beda.

Gambar 2.7. Subkelas Opisthobranchia

c. Pulmonata

Hidup di air tawar atau tanah, tak ada insang, rongga mantel berfungsi sebagai paru-

paru, cangkoknya sederhana, spiralnya teratur, kadang-kadang rudimeter. Sebagian anggota

ordo ini cangkoknya mempunyai epipragma, hemaprodit (Adun, 2011).

Gambar 2.8. Contoh Subkelas Pulmonta

2. Habitat Gastropoda

Gastropoda dapat hidup pada tempat yang beragam mulai dari laut, rawarawa, sungai,

danau, hutan dan lain-lain. Mereka dapat hidup dalam air tawar, air payau, air laut, dan juga

di daratan. Sebagian siput Gastropoda hidup di daerah hutan-hutan bakau, menempel pada

akar atau batangnya, malahan ada yang memanjat misalnya, Littorina, Cassidula, dan lain-

lain.

Gastropoda di pantai umumnya merangkak di atas permukaan tanah dan ditemukan

pada perairan dangkal. Perairan dangkal memiliki tekstur substrat dan kandungan bahan

organik serta parameter oseanografi yang mendukung pertumbuhan gastropoda itu sendiri.
Siput yang banyak ditemukan di laut dangkal diantaranya Cypraea, Strombus, Cymatium,

Oliva Terembra, dan lain-lain. Semakin dalam, semakin sedikit siput yang dapat ditemukan

(Dharma, 1988).

B. Bivalvia

Bivalvia merupakan salah satu kelas dari Filum Molluska. Filum Molluska terdiri dari

7 kelas, yaitu Kelas Aplachopora, Kelas Monoplacopora, Kelas Polyplacopora, Kelas

Scacopoda, Kelas Gastropoda, Kelas Cephalopoda (Kastawi, 2005).

Bivalvia disebut juga dengan Pelecypoda dan Lamellibrankhiata. Disebut bivalvia

karena hewan ini mempunyai dua cangkang dikedua sisi hewan dengan engsel di bagian

dorsal. Fungsi dari cangkang tersebut adalah sebagai pelindung tubuh dan bentuknya

digunakan untuk identifikasi. Bivalvia disebut juga Pelecypoda karena kakinya yang

berbentuk kapak. Sedangkan disebut Lamellibrankhiata karena insangnya yang berbentuk

lembaran-lembaran dan berukuran sangat besar dan juga dianggap memiliki fungsi tambahan

yaitu pengumpul bahan makanan, disampingsebagai tempat pertukaran gas. Salah satu contoh

hewan ini adalah kerang, tiram, remis, kijing dan sebangsanya (Romihmotarto, 2009).

Pada umumnya hewan ini mempunyai cangkang setangkup dan sebuah mantel yang

berupa dua daun telinga atau cuping. Mantel dilekatkan pada cangkang dengan bantuan otot-

otot yang meninggalkan bekas garis melengkung (pallial line) dan biasanya berwarna putih

mengkilap (Romimohtarto, 2009). Bentuk tubuhnya simetris bilateral dan memiliki kebiasaan

menggali lubang pada pasir dan lumpur yang merupakan substrat hidupnya dengan

menggunakan kakinya. Sebagian besar jenis Bivalvia hidup dilautan,, hanya sedikit jenis

yang hidup di darat (Kastawi, 2005).

Bivalvia juga merupakan salah satu fauna penting dalam ekosistem perairan karena

berperan dalam penyediaan makanan untuk berbagai spesies lain dalam rantai makanan dan

mempengaruhi siklus energy (Nur’aini, 2011). Cara hidup Bivalvia dengan tiga cara, yaitu (a)
membuat lubang pada substrat, (b) melekat langsung pada substrat dengan semen, (c) melekat

pada substrat dengan perantara seperti benang (Romihmotarto, 2009).

1. Morfologi Bivalvia

Pelecypoda disebut juga bivalvia berasal dari kata bi (dua) valve (kutub) berarti

hewan yang mempunyai dua belahan cangkok. Pelecypoda disebut juga dari kata pelekhis

(kapak kecil) dan poda (kaki) yang berarti mempunyai kaki yang pipih seperti kapak kecil.

Kelas ini memiliki 15.000 spesies meliputi remis, tiram dan bangsa kepah lainnya. Bivalvia

tidak bisa hidup di wilayah daratan, karena bentuk kaki kapak yang digunakan untuk

menggali. Bivalvia tidak memiliki kepala dan radula, memiliki dua keeping cangkok

(cangkok) yang berhubungan di bagian dorsal (Lia, 2009). Bivalvia dapat hidup pada semua

tipe perairan, yaitu air tawar estuary dan perairan laut (Nur’aini, 2012). Bivalvia memiliki

karakteristik hidup dengan cara membenamkan diri, menggali serta meletakkan diri pada

substrat, menggunakan alat perekat pada karang dan batu (Zia, 2016).

Bivalvia memiliki tubuh pipih secara lateral dan tertutup dua keeping cangkang yang

berhubungan di bagian dorsal dengan adantya “hinge ligament”. Keping cangkok bivalvia

dihubungkan oleh engsel elastis ligament dan mempunyai satu atau dua buah otot adductor

yang melekat dibagian dalam cangkoknya untuk membuka dan menutup kedua keeping

cangkok tersebut (Septiani, 2012). Jika adductor tersebut dalam keadaan kondisi rileks maka

interior ligament akan menekan cangkok sehingga cangkok menjadi terbuka. Cangkok ini

umumnya terlindung dari gerakan menyamping oleh sockets dan gerigi terletak pada hinge

line (Isdrajad, 2010).

Bagian cangkok (cangkang) yang membesar atau menggelembung dekat sendi disebut

umbo (bagian cangkang yang umurnya paling tua). Di sekitar umbo terdapat garis konsetris

yang menunjukkan garis interval pertumbuhan (Adun, 2011).


Gambar 2.9. Morfologi Pelecypoda

Cangkang terdiri atas 3 lapisan, yaitu :

1. Periostrakum

Lapisan tipis paling luar yang terbuat dari bahan organic konkiolin, sering tak ada

pada bagian umbo

2. Prismatic

Lapisan bagian tengah yang terbuat dari kristal-kristal kapur (kalsium karbonat)

3. Nakreas

Lapisan bagian dalam yang terbuat dari kristal – kristal kalsium karbonat dan

mengeluarkan bermacam-macam warna jika terkena cahaya. Sering juga disebut lapisan

mutiara (Adun, 2011)

2. Anatomi Bivalvia

Mulut terdapat pada ujung anterior massa viseral, terbuka dari ruang mantel. Mulut

dengan palps (lembaran berbentuk seperti bibir), tidak memiliki radula. Esofagus pendek,

terus kelambung, intestinum panjang sebagian melingkar dalam kaki, dan terbuka pada anus

yang terletak dekat sifon ekskuren. Insang umumnya lempengan berjumlah satu atau dua

pasang dilengkapi silis untuk filter feeding (makan dengan menyaring larutan), kepala tidak

ada, organ reproduksinya biasanya berumah dua. Beberapa jenis bersifat protandri, gonad

terbuka ke dalam rongga mantel, larva berupa veliger atau glocchidium (Dermawan , 2008).
Gambar 2.10. Anatomi Bivalvia

Bivalvia jenis tertentu melekatkan diri ke substrat dengan menggunakan byssus

berupa benang-benang kuat yang dihasilkan oleh kelenjar dalam kaki. Kerang dapat

berpindah tempat dengan menarik byssus dari tempatnya menempel dengan menggunakan

otot retraktot byssus. Ada jenis tertentu tidak dapat berpindah tempat, karena dalam proses

pembentukan cangkang tepi mantel menghasilkan perekat untuk melekatkan ke substrat yang

kemudian mengeras. Bivalvia dengan cara hidup menempel, kaki kerang tidak berfungsi

untuk merayap sehingga kaki mengecil.

3. Klasifiksi Bivalvia

Klasifikasi Pelecypoda masih sangat beragam Pelecypoda di bagi menjadi 3 ordo

yaitu Toxodonta, Anisomyaria Filibranchia, Eulamellibranchia.

1. Ordo Taxodonta

Gigi pada hinge memanjang dan sama, kedua otot aduktor berukuran kurang lebih

sama, pertautan antar filament insang tidak ada, habitat di pantai. Memiliki anggota famili

Arcidae dan Trisidos dengan ciri-ciri yaitu ; bentuk dan panjang cangkang beragam,

tergantung jenisnya. Lapisan cangkang berwarna putih, jalurjalur radial ke umbo terlihat

jelas. Lapisan cangkang dalam berwarna putih keruh. Hidup dengan membenamkan diri di

pantai berpasir.

2. Ordo Anisomyaria
Anisomyaria memilki otot aduktor anterior kecil atau tidak ada, posterior besar, sifon

tidak ada, pertautan antar filament dengan cilia, biasanya sessile, kaki mengecil dan

mempunyai byssus. Salah satu anggota famili dari ordo ini adalah Mytilidae, Arcidae,

Pinnidae dan masih banyak lainnya.

3. Ordo Veneroida

Cangkang selalu berukuran sama tanpa lapisan mutiara, jumlah gigi cardial sedikit,

memiliki sifon, insang tipe eulamelibranchia. Anggota ordo Veneroida adalah spesies yang

mempunyai byssus fungsional pada tahap larva dan hilang pada tahap dewasa, biasanya

dianggap sebagai fitur primitif.

Jenis-jenis Bivalvia yang umumnya hidup laut dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.11 Bentuk-bentuk Cangkang Bivalvia

4. Habitat Bivalvia

Spesies Bivalvia dapat ditemukan di berbagai lingkungan, seperti daerah estuarin dan

pesisir pantai. Bivalvia memiliki karakteristik yang berbeda dengan Gastropoda. Mereka

hidup dengan membenamkan, menggali dan meletakan diri pada substrat menggunakan alat

perekat (Zia, 2016). Menurut Sumich berdasarkan habitatnya Bivalvia dapat dikelompokkan

ke dalam:

1. Jenis Bivalvia yang hidup di perairan mangrove


Bivalvia pada mangrove dipengaruhi perubahan yang terjadi di ekosistem

tersebut, karena sifat moluska hidupnya cenderung menetap, menyebabkan bivalvia

menerima setiap perubahan lingk ungan tersebut.

2. Jenis Bivalvia yang hidup di perairan dangkal

Daerah pasang surut dengan variasi faktor lingkungan terbesar, jenis habitat utama

yaitu pantai berpasir, berlumpur dan berbatu. Di daerah ini hidup berbagai jenis organisme

Bivalvia.Bivalvia juga melekatkan diri pada benda dan cenderung mengikuti bentuk

permukaan benda-benda tersebut (Pieter, 2013).

3. Jenis Bivalvia yang hidup dilepas Pantai

Habitat ini wilayah perairan sekitar pulau yang kedalamannya 20 sampai 40 m. Jenis

Bivalvia yang ditemukan di daerah seperti ini seperti; Plica sp, Chalamis sp, Amussium sp.

C. Protein Hewani

Protein merupakan salah satu zat gizi yang paling penting peranannya dalam

pembangunan sumber daya manusia. Bersama-sama energy kecukupan protein dapat

digunakan sebagai indicator untuk melihat kondisi gizi masyarakat dan juga keberhasilan

pemerintah dalam pembangunan pangan, pertanian, kesehatan, dan social ekono mi secara

integritas. Protein dapat diperoleh dari bahan pangan nabati atau hewani, namun

dibandingkan dengan protein nabati, protein hewani mempunyai beberapa keunggulan. Salah

satu yang terpenting adalah pembawa sifat keturunan dari generasi ke generasi dab berperan

pula dalam proses perkembangan kecerdasan manusia.

Kebutuhan protein dalam tiap likogram berat badan adalah tinggi pada bayi oleh

sebab itu pertumbuhannya yang cepat sekali untuk kemudian berkurang dengan

bertambahnya umur. Disarankan untuk memberikan 2,5-3 gram tiap kilogram berat badan

bagi bayi dan 1,5-2 gram bagi anak pra sekolah. Jumlah protein yang diberikan dianggap kuat
jika mengandung asam amino esensial dalam jumlah yang cukup mudah dicerna dan diserap

oleh tubuh.

1. Fungsi Protein

Protein memegang peranan penting dalam berbagai proses biologi. Peranan-peranan

tersebut antara lain :

1. Pertumbuhan dan pemeliharaan.

Pertumbuhan atau penambahan otot terjadi bila tersedia cukup asam amino yang

sesuai, termasuk untuk pemeliharaan dan perbaikan,

2. Pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh

Hormon-hormon dan berbagai enzim adalah proteinyang bertindak sebagai katalisator

atau membantu perubahan-perubahan kimia dalam tubuh,

3. Mengatur keseimbangan air

Protein membantu keseimbangan distribusi cairan dalam tubuh,

4. Memelihara netralitas tubuh

Protein bersifat sebagai buffer yang menjaga jaringan tubuh dalam keadaan netral,

5. Pembentukan antibodi

Protein bertindak sebagai antibodi yang berperan melawan infeksi terhadap bahan

asing yang masuk dalam tubuh

6. Mengangkut zat-zat gizi

Protein bertugas mengangkut zat-zat gizi dari saluran cerna melalui dinding saluran
cerna ke dalam darah, jaringan dan melalui membran sel ke dalam sel

7. Sumber energi

Protein merupakan sumber energi yang ekuivalen dengan karbohidrat. (Almatsier,

2009)
2. Kebutuhan Protein

Menurut Anonim (2007) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan protein

diantaranya adalah :

1. Perkembangan jaringan

Periode dimana perkembangan terjadi dengan cepat seperti pada masa janin dan

kehamilan membutuhkan lebih banyak protein

2. Kualitas protein

Kebutuhan protein dipengaruhi oleh kualitas protein makanan pola asam aminonya.

Bagi yang tidak mengkonsumsi hewani dianjurkan untuk memperbanyak konsumsi pangan

nabatinya untuk kebutuhan asam amino

3. Digestibilitas protein

Ketersediaan asam amino dipengaruhi oleh persiapan makanan. Panas menyebabkan

ikatan kimia antara gula dan asam amino yang membentuk ikatan yang tidak dapat dicerna.

Digestibilitas dan absorpsi dipengaruhi oleh jarak antara waktu makan, internal yang lebih

panjang akan menurunkan enzim yang tersedia dan tempat absorpsi.

4. Kandungan energi dari makanan

Jumlah karbohidrat mencukupi kebutuhan energy, sehingga protein dapat digunakan

hanya untuk pembangunan jaringan. Karbohidrat juga mendukung sintesis protein dengan

merangsang pelepasan insulin,

5. Status kesehatan

Setelah trauma atau operasi asam amino dibutuhkan untuk pembentukan jaringan,

penyembuhan luka dan produksi faktorimunitas untuk melawan infeksi.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Protein Hewani Asal Laut

(Gastropoda dan Bivalvia)


1. Umur

Umur merupakan salah satu factor yang mempengaruhi tingkat konsumsi protein

hewani asal laut pada manusia. Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia semakin berkembang pula daya tangkap dan pola

pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.angka kecukupan

protein remaja berkisar antara 88,3% - 129,6%, dan remaja mengkonsumsi dibawah

kebutuhan minimal sebanyak 35,6%. Kekurang protein dapat menyebabkan gangguan pada

asupan dan transportasi zat-zat gizi. Asupan protein yang lebih, maka protein akan

mengalami deaminase, kemudian nitrogen dikeluarkan dari tubuh dan sisa-sisa ikatan karnon

akan diubah menjadi lemak dan disimpan dalam tubuh. Oleh karena itu, konsumsi protein

secara berlebihan dapat menyebabkan kegemukan (Almatsier, 2004).

2. Pendidikan

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan perilaku sikap dan

perilaku hidup sehat. Pendidikan juga suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan

mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang

tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan

cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun media massa. Semakin

banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang

kesehatan. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau

masyarakat untu menyerap informasi dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya

dalam hal kesehatan dan gizi (Fallah, 2004).

Menurut Soekirman (2000) bahwa dengan meningkatnya tingkat pendidikan,

diharapkan pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan dan gizi juga meningkat sehingga

dapat menimbulkan sikap dan perilaku positif terhadap kemajuan IPTEK dan kemajuan
ekonomi. Pengetahun sangat erat hubungannya dengan pendidikan dimana diharapkan

seseorang dengan pendidikan tinggi maka orang tersebut semakin luas pengetahuannya.

Meningkatnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat diharapkan dapat menangkal

timbulnya perubahan budaya makan dan gaya hidup yang negatif terhadap kesehatan dan

timbulnya masalah gizi yang tidak diinginkan.

3. Jumlah Anggota Keluarga

Data besar keluarga berdasarkan BKKBN (1998) bahwa dikategorikan menjadi tiga

kelompok yaitu keluarga kecil yang terdiri dari kurang dari empat orang, keluarga sedang

dengan jumlah anggota keluarga sebanyak lima sampai enam orang, keluarga besar dengan

jumlah anggota keluarga sebanyak lebih dari tujuh orang. Besar keluarga didefinisikan

sebagai keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak dan anggota

keluarga lainnya yang tinggal bersama.

Jumlah keluarga sangat menentukan jumlah kebutuhan keluarga. Semakin banyak

anggota keluarga berarti banyak pula jumlah kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi. Begitu

pula sebaliknya, semakin sedikit anggota keluarga semakin sedikit kebutuhan yang harus

dipenuhi. Sehingga dalam keluarga yang jumlah anggotanya banyak akan diikuti oleh

banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi. Semakin besar ukuran rumah tangga berarti

semakin banyak anggota rumah tangga yang pada akhirnya akan semakin berat beban rumah

tangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Kejadian kekurangan protein jarang

terjadi pada keluarga yang memiliki anggota lebih kecil. Hal ini terjadi karena, jika

banyaknya anggota keluarga bertambah maka pangan yang dibutuhkan untuk setiap anak

akan berkurang dan kebanyakan dari orang tua tidak menyadari bahwa anak-anak sedang

tumbuh memerlukan pangan yang lebih tinggi daripda golongan yang lebih tua (Suhardjo,

2003).
4. Pendapatan

Keluarga yang berpenghasilan cukup atau tinggi lebih mudah dalam menentukan

pemilihan bahan pangan sesuai dengan syarat mutu yang baik. Tingkat pendapatan

merupakan factor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi.

Biasanya makin baik (tinggi) tingkat pendapatan, tingkat konsumsi makin tinggi. Karena

ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka

kebutuhan konsumsi menjadi makin besar. Pendapatan yang tinggi akan meningkatkan daya

beli sehingga keluarga mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan dan akhirnya

berdampak positif terhadap status gizi. Dimana pendapatan makin besar pendapatan

seseorang maka akan semakin banyak jumlah dan barang yang akan dikonsumsi, dan begitu

juga sebaliknya semakin kecil pendapatan seseorang maka semakin sedikit pula barang atau

jasa yang dikonsumsi.

Keterkaitan ketahanan pangan dan ketidaktahanan pangan dapat dijelaskan dengan

hokum Engel dimana saat terjadi peningkatan pendapatan, konsumen akan membelanjakan

pendapatannya untuk pangan dengan alokasi semakin kecil. Sebaliknya bila pendapatan

menurun, alokasi yang dibelanjakan untuk pangan semakin meningkat (Soekirman, 2000).

E. Penelitian sebelumnya

Beberapa penelitian terdahulu yang merupakan pijakan dalam penelitian yang di

lakukan adalah :

1. Keanekaragaman dan kepadatan gasstropoda di perairan Desa Morindino

Kecamatan kambowa Kabupaten Buton utara oleh Jurnal Iral.Rahmadani, Nur

Irawati. Hasil penelitian Kepadatan organismedi pantai berbatu lebih tinggih di

bandaingkan dengan pantai berpasir yakni 29,11 ind/m2 sementara pantai berpasir

yakni 1,44 ind/m2. Keanekaragaman jenis di pantai berbatu lebih tinggi yakni

1,8742 sementara pantai berpasir lebih rendah yakni 1,5858.


2. Keanakaragaman dan kepadatan gastropoda Terestrial di Perkebunana Bogorejo

kecamatan Gedongtataan kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Oleh Jurnal

Heryanto (2013).Hasil Penelitian memperlihatkan bahwa di kawasan perkebunana

karet, coklat dan sawit di temukan 10-20 spesis Gastropoda Terestrial dengan

kepadatan berkisar antar 27,85-201,18 ind/m2, serta indeks Keanekaragaman

berkisar antara 1,73-2,64. Keanakaragaman dan jumlah spesies gastropoda

Terestrial tertinggi di temukan di kebun karet, sementara itu kepadatan tertinggih

di temukan di kebun karet.

F. Kerangka Berfikir

Gastropoda dan bivalvia merupakan sumber daya hayati yang banyak di manfaatkan

oleh masyarakat.cangkangnya juga dapat di manfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan

perhiasan. Dan sebagian dagingnya dapat di jadikan sebagai sumber protein .adapun

kecendurungan hidup dari filum ini yaitu tergantung pada jenisnya, ada juga yang cenderung

hidup pada substrat pantai yang berpasir,berlumpur,dan berkarang.semua itu tergantung dari

keadaan suhu,ph, dan salinitas air di sekitarnya. Dari semua banyak jenis gastropoda dan

bivalvia sebagian besar sudah di manfaatkan oleh manusia sebagai sumber makanan

tambahan.

Hal ini yang mendorong penulis untuk melakukan identifikasi mengenai jenis

gastropoda dan bivalvia yang di konsumsi sebagai pengganti protein hewani di Desa Karlutu

Kara. Dengan menggunakan metode transek kuadrat dan observasi wawancara dan

kuesioner untuk mengidentifikasi jenis dan preferensi habitat dari gastropoda dan bivalvia

dan juga tanggapan masyarakat terhadap cara mengkonsumsi gastropoda dan bivalvia.
Gastropoda dan bivalvia

Merupakan sumber daya hayati yang banyak di manfaatkan oleh masyarakat.cangkangnya


juga dapat di manfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan perhiasan. Dan sebagian
dagingnya dapat di jadikan sebagai sumber protein .

Dari semua banyak jenis gastropoda dan bivalvia sebagian besar sudah di
manfaatkan oleh manusia sebagai sumber makanan tambahan.

Hal ini yang mendorong penulis untuk melakukan identifikasi


mengenai jenis gastropoda dan bivalvia yang di konsumsi sebagai
pengganti protein hewani di Desa Karlutu Kara

Menggunakan metode transek kuadrat dan


observasi wawancara dan kuesioner

Untuk mengidentifikasi jenis dan preferensi habitat dari


gastropoda dan bivalvia dan juga tanggapan masyarakat terhadap
cara mengkonsumsi gstropoda dan bivalvia.

Gambar. 2.12 Kerangka Berpikir


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe Penelitian ini adalah deskriptif untuk mengetahui jenis-jenis gastropoda dan

bivalvia yang ada pada perairan pantai Desa Karlutu Kara Kecamatan Seram Utara Barat

Kabupaten Maluku Tengah. Dan jenis-jenis gastropoda dan bivalvia yang di makan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Adapun lokasi dan waktu penelitian diatur sebagai berikut

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dilokasi Pantai Desa Karlutu Kara Kecamatan Seram

Utara Barat Kabupaten Maluku Tengah.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan setelah di seminarkan.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Semua jenis gastropoda dan bivalvia untuk pengganti protein hewani

2. Sampel

Sampel dalam peneelitian ini adalah jenis-jenis Gastropoda dan Bivalvia yang terdapat

dalam petak cuplikan dengan teknik purposive Sampling, yang mana cara pengambilan

sampelnya pada plot pengamatan.


D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi wawancara dan

kuesioner terhadap 8 orang anggota masyarakat.

E. Variabel Penelitian

1. Variabel Terikat

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal jenis-jenis gastropoda dan

bivalvia

2. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pengganti protein hewani

F. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur kerja dalam penelitian ini adalah :

1. Survey lapangan. Dilakukan survey lapangan untuk memperoleh gambaran secara jelas

ada berapa jenis gastropoda dan bivalvia dan penyebarannya yang terdapat di Desa

Karlutu Kara.

2. Kuesioner atau Angket. Kuesioner atau angket ini berisikan daftar pertanyaan-pertanyaan

yang diberikan kepada responden yang bersifat tertutup agar responden menjawab

pertanyaan dengan apa yang dialami.

3. Wawancara. Wawancara dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan alat rekam

Walkman, ditunjukkan untuk mengetahui jenis-jenis gastropoda dan bivalvia yang bisa

dikonsumsi oleh masyarakat sebagai pengganti protein hewani, manfaat konsumsi

gastropoda dan bivalvia untuk kesehatan.

4. Pengambilan sampel. Jenis-jenis gastropoda dan bivalvia dicatat nama local/daerah,

khasiat, cara pengolahan dan manfaatnya.


5. Dokumentasi. Mengambil gambar jenis-jenis gastropoda dan bivalvia yang dijadikan

sebagai konsumsi pengganti protein hewani.

6. Analisis data. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif yaitu dengan

mendsekripsikan jenis, pengolahan, khasiat, dan pemanfaatannya.

G. Teknik Pengumpulan data

A. Observasi

B. Identifikasi

C. Wawancara
2x2
m

4m

4m

Gambar 3.1 Skema pengambilan sampel dengan plot dalam satu transek.

H. Teknik Analisis Data

Data yang di dapat dalam penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif dengan

menggunakan skala liker apabila responden menjawab :

1. Sangat Setuju (SS) :5

2. Setuju (S) :4

3. Netral (N) :3

4. Tidak Setuju (TS) :2

5. Sangat Tidak Setuju (STS) :1


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Lokasi Penelitian

Desa Karlutu kara merupakan desa yang secara administrasi termasuk dalam wilayah

Kecamatan Seram Utara Barat kabupaten Maluku Tengah.Penelitian ini berlangsung di desa

Karlutu kara, di mana lokasi penelitian berada dekat dengan pemukiman masyarakat,

sehingga lokasi penelitian ini berpotensi di jadikan sebagai pemanfaattan dan pengembangan

bagi masyarakat sekitar.

2. Data kondisi Lingkungan pada Lokasi Penelitian

Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi kehidupan suatu organisme termasuk

Gastropoda dan Bivalvia. Misalnya kondisi substrat, suhu, dan salinitas. Gastropoda dan

bivalvia relatif umum dapat hidup di perairan dangkal seperti, pasir, batuan padat atau daerah

terjadinya pasang surut. Di mana kondisi substrat lingkungan pantai desa Karlutu kara

memiliki substrat Berbatu dan berpasir sehingga banyak di temukan berbagai jenis

gastropoda dan bivalvia. Gastropoda dan Bivalvia juga di manfaatkan oleh masyarakat pesisir

pantai untuk kebutuhan hidupnya, sehingga sebagian Gastropoda dan bivalvia perlu di

lestarikan kembali.

Faktor lingkungan baik fisik maupun kimia yang di ukur dalam penelitian ini yaitu,

suhu, pH, oksigen terlarut (DO) dan substrat. Pengukuran faktor lingkungan di lakukan

bersamaan dengan pengumpulan data jenis Gastropoda dan Bivalvia di setian transek dan plot

pada stasiun pengaturan.

a. Suhu
1
Hasil pengukuran suhu pada stasiun pengamatan di perairan pantai desa Karlutu Kara

menunjukan, suhu tertinggi pada saat pengambilan sampel terdapat pada transek II plot II

yaitu 25,8°C, sedangkan suhu terendah terdapat pada transek I plot I yaitu 25,3°C

Tabel 4.1. Hasil pengukuran suhu air laut pada daera perairan plantain desa Karlutu
Kara Kecamatan seram utara barat kabupaten maluku tengah.
Pengukuran suhu air laut °C (Plot)

Plot Suhu
I 25,3

II 25,4

III 25,5

IV 25,6

b. pH V 25,8

Hasil pengukuran pH VI 25,7 pada stasiun pengamatan di

perairan pantai desa karlutu VII 25,7 kara menunjukan, pH

tertinggi saat pengambilan VIII 25,7 sampel terdapat pada plot VII

dan IX yaitu 8,5 , sedangkan IX 25,7 pH terendah terdapat pada

plot I yaitu 8,1.

Tabel 4.2. hasil pengukuran pH air laut pada daera perairan desa karlutu kara
Pengukuran pH air laut (plot)

Plot Ph
I 8,1

II 8,4

III 8,4

IV 8,2

V 8,4

VI 8,3
VII 8,5

VIII 8.2

IX 8,5

c. Salinitas

Hasil pengukuran salinitas pada stasiun pengamatan di perairan pantai desa karlutu

kara menunjukan salinitas tertinggih pada saat pengambilan sampel terdapat pada plot VI

yaitu 35, sedangkan salinitas terendah terdapat pada plot II yaitu 26.

Tabel 4.3. hasil pengukuran air laut pada daerah perairan pantai desa karlutu kara
Pengukuran salinitas air laut

Plot Salinitas
I 32

II 26

III 30

IV 30

V 29

VI 35

VII 34

VIII 28

IX 29

d. Oksigen Terlarut ( DO )

Hasil pengukuran DO pada stasiun pengamatan di perairan desa karlutu kara

menunjukan, DO tertinggi pada saat pengambilan sampel terdapat pada plot I yaitu 4,6,

sedangkan DO terendah terdapat pada plot III dan V yaitu 3,1.


Tabel 4.4. hasil pengukuran oksigen terlarut air laut pada daerah perairan pantai desa
karlutu kara.
Pengukuran DO air laut (mg/I) (plot)

Plot DO

I 4,6

II 3,7

III 3,1

IV 3,4

V 3,1

VI 3,7

VII 3,7

VIII 3,4

IX 3,7

e. Subsrat

Hasil pengamatan jenis substrat secara visual deskritif pada 3 transek pengamatan di

perairan panatai desa karlutu kara di peroleh 2 tipe substrat yaitu karang berpasir dan batu

berkarang. Pada stasiun pertama di dominasi oleh jenis substrat karang berpasir dan stasiun

kedua di dominasi oleh batu berkarang.

Tabel 4.5. Hasil pengukuran substrat pada daera perairan daerah pantai desa karlutu
kara
Transek Substrat
I Karang berpasir
II Batu berkarang
III Karang berpasir
3. Jenis – jenis gastropoda dn bivalvia yang terdapat pada pantai desa karlutu kara

kecamatan seram utara barat kabupaten Maluku tengah.

Tabel 4.6 jenis gastropoda

KELAS ORDO FAMILY GENUS SPESIE


S
Gastropoda Mesogastropoda Cymitidae Chicoreus Chikoreus
cnisssodus
Cypraeidae Cypraea Cypraea
Iyx
Cypraeidae Mauritia Mauritia
eglantine
Cypraeidae Luria Luria
isabella
Littorinimorpha Strombidae Lambis Lambis
lambis
Cypraeoidae Cypraea Cypraea
annulus
Cypraeoidae Cypraea Cypraea
moneta
Neogastropoda Conidae Conus Conus miles
Muricidae Thais Thais
tuberosa
Moricidae Drupa Drupa
morum
Archeogastrood Trocidae Trocus Trocus
a nilatikus
Trochida Turbinidae Turbo Turbo
bruneus
Trochidae Trochus Trochus sp

Tabel 4.7 Jenis – jenis bivalvia

KELAS ORDO FAMILY GENUS SPESIES


Bivalvia Veneroida Tridacnidae Hippopus Hippopus
porcellanus
Arcoida Arcidae Anandara Anandara
granosa
Ostreoida Ostreoidae Ostrea Ostrea edulis
Venerida Cardiidae Tridacna Tridacna
costata
Pterioida Pteriidae Pinctada Pinctada
maxima

Tabel 4.8 Jenis Gastropoda dan Bivalvia yang di konsumsi oleh masyarakat

Kelas Ordo Family Genus Spesies


Gastropoda Neogastropoda Conidae Conus Conus
miles
Muricidae Thais Thais
tuberosa
Muricidae Drupa Drupa
morum
Trocida Turbinidae Turbo Turbo
Bruneus
Torchidae Trochus Trochus sp
Archeogastropoda Trocus Trocus
nilatikus
Bivalvia Veneroida Tridacnidae Hippopus Hippopus
porcellanu
s
Arcoida Arcidae Anandara Anandara
granosa
Ostreoida Ostreoidae Ostrea Ostrea
adulis
Venerida Cardiidae Tridacna Tridacna
costanta
Pterioida Pterioidae Pinctada Pinctada
Maxima

4. Keanekaragaman jenis – jenis gastropoda dan bivalvia pada perairan pantai desa

karlutu kara kecematan seram utara barat kabupaten maluku tengah

a. Indeks Keanekaragaman jenis gastropoda.

Indeks keanekaragaman jenis Gastropoda dan Bivalvia pada kawasan pesisir pantai

desa karlutu kara kecamatan seram utara barat kabupaten maluku tengah untuk setia jenisnya

mempunyai nilai yang berbeda beda. Pada transek pertama indeks keanekaragaman yang

tertinggi yaitu 0,351, dan indeks keanekaragaman yang terendah yaitu sebesar 0,09,. Rata –

rata indeks keanekaragaman jenis gastropoda dan bivalvia pada transek I yaitu 2,125.

Tabel 4.9 pada transek I


No Nama jenis Hˈ
1 Luria isabella 0,079
2 Lamnis lambis 0,039
3 Cypraea anulus 0,351
Indeks 4 Cypraea moneta 0,039 keanekaragaman jenis
5 Conus miles 0,039
gastropoda dan bivalvia 6 Thais tuberosa 0,054 pada transek 2, tingkat
7 Drupa morum 0,054
keanekaragaman yang 8 Trocus nilatikus 0,130 tertinggi sebesar 0,357,
9 Turbo broneus 0,351
danindeks 10 Trochus sp 0,232 keanekaragaman yang
11 Chikoreus cnissodus 0,170
terendah yaitu sebesar 12 Cypraea Iyx 0,334 0,057. Rata-rata indeks
13 Maurita eglatine 0,277
keanekaragaman jenis 14 Hippopus 0.09 gastropoda dan bivalvia

pada transek 2 yaitu porcellanus 1,968.


15 Anandara granosa 0,067
Rata –rata 2,125

Tabel 4,10 pada transk 2

No Nama jenis H’
1 Ostrea edulis 0,083
2 Tridacna coctanta 0,241
3 Pinctada maxima 0,178
4 Mauritia eglantine 0,057
5 Cypraea Iyx 0,136
6 Chikoreus cnissodus 0,178
7 Trochus sp 0,241
8 Turbo broneus 0,154
9 Trocus nilatikus 0,342
10 Drupa morum 0,357
Rata- rata 1,968

Indeks keanekaragaman jens gastropoda dan bivalvia pada transek ke 3 tingkat

keanekaragaman yang tertinggih sebesar 0,344, dan indeks keanekaragaman yang terendah
yaitu sebesar 0,045. Rata – rata indeks keanekaragaman gastropoda dan bivalvia pada transek

ke 3 yaitu 2,160.

Tabel 4.11 pada transek 3

No Nama jenis Hˈ
1 Drupa morum 0,257
2 Cypraea anulus 0,191
3 Cyprea moneta 0,147
4 Luria isabella 0,091
5 Lambis – lambis 0,062
6 Conus miles 0,045
7 Thais tuberosa 0,227
8 Trocus nilatikus 0,191
9 Chikoreus cnissodus 0,147
10 Mauritia eglatine 0,344
11 Hippopus porcellanus 0,257
12 Trochus sp 0,302
Rata – rata 2,160

Dari uraian keanekaragaman jenis gastropoda dan bivalvia pada ketiga transek di

perairan pantai desa karlutu kara kecamatan seram utara barat kabupaten maluku tengah.

Dapat dihitung nilai rata-rata untuk indeks keanekaragaan jenis gastropoda dan bivalvia di

lokasi penelitian.Indeks keanekaragaman jenis gastropodapada lokasi penelitianyaitu 2084

Transek H’
T1 2,125
T2 1,968
T3 2,160
4. Gastropod dan Total 6,253 bivalvia yang di
Rata-rata 2084.3
konsumsi oleh masyarakat desa karlutu

kara

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di lapangan, jenis gastrooda dan

bivalvia yang di konsumsi oleh masyarakat desa karlutu kara sebanyak 11 jenis, jenis
gastropoda dan bivalvia yg di konsumsi sebagai pengganti protein hewani tersebut dapat di

lihat pada tabel 4.

Tabel 4.12 . 18 jenis gastropod dan bivalvia yang di konsumsi oleh masyarakat

desa karlutu kara.

No Nama jenis Bagian yang Cara pengolahan


Nama lokal Nama ilmia di gunakan
1 Bia piring Anandara Dagingnya Di rebus kemudian
granosa Lepaskan dagingnya dari
cangkangnya Baru di
olah menjadi makanan
2 Bia jari lima Lambis lambis Dagingnya Di rebus, pisahkan
daging daru cangkang
baru di olah kembali
menjadi makanan
3 Bia garu Tridacna Dagingnya Di rebus, barulah di olah
costata menjadi makanan
4 Bia garu Hippopus Dagingnya Di rebus, Kemudian
lalamun porcellanus pisahkan daging dari
cangkangnya baru di
olah menjadi makanan
5 Bia lola Trocus Dagingnya Di rebus, kemudian
nilatikus pisahkan daging dari
cangkangnya barulah
diolah menjadi makanan
6 Bia mata Turbo bruneus Dagingnya Di rebus, kemudian
bulan pisahkan daging dari
cangkangnya baru di olh
menjadi makanan
7 Bia cicin Trochus sp Dagingnya Di rebus, kemudian
pisahkan daging dari
cangkangnya baru di
olah menjadi makanan
8 Bia jala Conus miles Dagingnya Di rebus, kemudian
pisahkan daging dari
cangkangnya baru lah
diolah menjadi makanan
9 Bia duri Thais tuberosa Dagingnya Di rebus, kemudian
lemon pisahkan daging dari
cangkangnya barulah di
olah menjadi makanan
10 Bia kodok Periglypta Dagingnya Di rebus, kemudian
reticulate pisahkan daging dari
cangkangnya barulah di
olah menjadi makanan
11 Bia mutiara Pinctada Dagingnya dan Di rebus, kemudian
maxima cangkangnya pisahkan daging dari
cangkangnya barulah di
olah menjadi makanan
Berdasarkan hasil wawacara yang sudah dilakukan telah diketahui bahwa ada 11 jenis

gastropoda dan bivalvia dari 19 jenis yang di konsumsi oleh masyarakat desa karlutu kara,

bagian gastropoda dan bivalvia yang dikonsumsi sebagai pengganti protein hewani oleh

masyarakat desa karlutu kara dari berbagai literature, terdapat 11 jenis gastropoda dan

bivalvia yang termasuk dalam 11 family. Dan masih banyak lagi yang belum terindifikasi

karena belum ada masyarakat yang membudidayakannya. Masyarakat desa karlutu kara

mengkonsumsi gastropoda dan bivalvia di karenakan cuaca air laut tidak stabil dan

mengharuskan mereka untuk mencari gastropoda dan bivalvia untuk di konsumsi sebagai

pengganti protein hewani. Menurut masyarakat desa karlutu kara selain dikonsumsi,

cangkang gastropoda dan bivalvia juga bisa di jadikan sebagai hiasan di dalam rumah.

5. Deskripsi Responden

Responden dalam penelitian ini adalah bapak/ibu yang sering pergi mencari

gastropoda dan bivalvia yang berjumlah 9 orang terdiri dari 8 orang perempuan dan 1 orang

laki-laki yang terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.13 Daftar nama responden berdasarkan umur dan jenis kelamin

No Daftar nama Umur Jenis kelamin Pendidikan


1 Ibu Evi latusuay 46 Perempuan SMAs
Tahun
2 Ibu Na Rumamelete 53 Perempuan SD
Tahun
3 Ibu Ega nahusona 21 Perempuan SMA
Tahun
4 Ibu Aniza Latue 26 Perempuan SMA
Tahun
5 Bpk Ulis Nilapancuran 42 Laki-laki SMP
Tahun
6 Ibu Ata Rumamelete 44 Perempuan SMA
Tahun
7 Ibu Ita Telehala 31 Perempuan SMA
Tahun
8 Ibu Beti Liule 24 Perempuan SMA
Tahun
9 Ibu Ani ayal 49 Perempuan SI PAK
Tahun

B. Pembahasan

1. Identifikasi jenis Gastropoda dan Bivalvia

Dari penelitian yang di lakukan di pantai desa karlutu kara kecamatan seram utara

barat,secar keseluruhan dari 3 transek di temukan 22 jenis Gastropoda dan Bivalvia yang

mewakili 14 family pada filum mollusca, Diantaranya yaitu family Cymitidae, Family

Cypraeadae, Family Strombidae, Family Cypraeoidae, Family Conidae, Family Muricidae,

Family Tricidae, Family Turbinidae, Family Trochidae, Family Tridacnidae, Family Arcidae,

Family Ostreoidae, FamilyCardiidae, Family Pteriidae.

Pada transek pertama di temukan 15 jenis Gastropodadan bivalvia, Spesies yang di

temukan yang lebih mendominasi yaitu Turbo Broneus dengan jumlah spesies yaitu 65.

Sedangkan yang terendah yaitu Hippopus Porcelanus, Anandara granosa,luria isabella

dengan jumlah spesiel yaitu 2. Secara keseluruhan jumlah spesies pada transek pertama yaitu

247

Pada transek ke dua di temukan 10 jenis gastropoda dan Bivalvi. Pada transek ke dua

ini yang sangat mendominasi yaitu jumlah spesies yaitu 65, sedangkan yang terendah yaitu
Maurittia eglentinedengan jumlah spesies 3. Secara keseluruhan jumlah spesies pada transek

ke 2 yaitu 230.

Pada transekketiga di temukan 12 jenis gastropoda dan bivalvia. Pada transek ketiga

ini jenis yang sangat mendominasi yaitu maurittia eglentine dengan jumlah yaitu 35,

sedangkan jenis yang terendah yaitu Conus miles dengan jumlah spesies 2.secara keseluruhan

jumlah spesies pada transek ketiga yaitu 205.

Dari uraian tentang gastropoda dan bivalviayang di kemukakan pada ketiga transek di

perairan pantai desa karlutukara kecamatan seram utara barat kabupaten maluku tengah

menunjukan bahwa nilai rata-rata indeks keanekaragaan gastropoda dan bivalvia pada transek

I, II, dan III, tergolong sedang, berdasarkan Shannon-Weiner (Krep, 1989), Nilai

keanekaragaman H’ pada transek I, II, dan III berkisar antara 1,00-3,00. Irwan (2008)

menjelaskan hal ini di karenakan jumlah spesies yang menempati daera tersebut tidak banyak

jenisnya serta individu-individu yangmenepati habitat tersebut bersifat khas, sehingga

keanekaragaman pada ketiga transek tersebut tergolong dalam kategori sedang. Sementara

itu, nilai rata-rata indeks keanekaragaman jenis gastropoda dan bivalvia pada lokasi

penelitian secara menyeluruh yaitu 2084,33.Nilai rata-rata pada lokasi penelitiantergolong

dalam ketegori sedang, hal ini di karenakan jumlah spesies yang mendominasi pada tiap-tiap

transek pada lokasi penelitian ini jumlahnya tidak terlalu banyak, dan tidak terlalu sedikit

atau tergolong sedang. Hal yang sama diungkapkan Soegianto (1994) dalam Emiyanti (2013)

menyatakan bahwa suatu komunitas di katakan mempunyai keanekaragaman jenis yang

tinggih jika komunitas di susun oleh banyaknya spesies,dengan kata lain bahwa nilai indeks

keanakaragaman sangat di pengaruhi oleh jumlah spesies dan jumlah total individu masing-

masing spesies pada suatu komunitas, sebaliknya, jika kominitas itu disusun oleh sangat

sedikit dan jika hanya sedikitjenis yang dominan maka keanekaragaman jenisnya rendah.
Berdasarkan pertanyaan tentang indeks keanekaragaman di pesisirpantai desa karlutu

kara terlihat pada ketiga transek bahwa fator fisik kimia pun tidak terlalu memberikan

pengaruh terhadap penurunan tingkat keanekaragaman jenis gastropoda dan bivalvia. Karena

berdasarkan hasil pengukuran faktor fisik-kimia baik meliputi suhu, pH, salinitas, oksigen

terlarut maupun substrat dasar, menunjukan angka yang optimal dan normal untuk

perkembangbiakan dan pertumbuhan gastropoda dan bivalvia. Jadi, dapat di katakan bahwa

faktor lingkungan tidak terlalu memberikan pengaruh terhadap keanekaragaman jenis

gastropoda dan bivalvia di perairan pantai desa karlutu kara kecamatan seram utara barat

kabupaten maluku tengah, saat kondisi laut tidak memungkinkan mereka untuk melaut ,

walaupun kaya akan gastropoda dan bivalvia, namun dominan tiap spesiesnya pada lokasi

penelitian tidakterlalu banyak. Hal ini mungkin menyebabkan sehingga nilai indeks

keanekaragaman jenis gastropoda dan bivalvia di perairan pantai desa karlutu kara kecamatan

seram utara barat kabupaten maluku tengah tergolong sedang.

2. Faktor Lingkungan

Hasil pengukuran suhu air laut pada saat pengambilan sampel Gatropoda dan Bivalvia

di perairan pantai desa karlutu kara terlihat pada stasiun memiliki kisaran antar 25,3°C –

25,8°C, suhu pada perairan pantai desa karlutu kara ptimal bagi perkembangan dsn kehidupan

Gastropoda dan Bivalvia. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suwondo dkk (2006) dalam

Munarto (2010) yang menyatakan bahwa suhu sangat berpengaru terhadap proses

metabolisme suatu organisme, Gastropoda dan Bivalvia dapat melakukan proses metabolisme

secara optimal pada kisaran 25,3°C.

Pernyataan yang sama juga di perkuat oleh pescod (1973) dalam Munarto (2010) yang

menjelaskan bahwa perubahan suhu berpengaruh terhadap jenis organisme yang dapat hidup

dan bertahan pada wilaya perairan tertentu, serta aktifitas suatu organisme, semakin tinggih

suhu suatu perairan, maka semakin sedikit oksigen yang terlarut dalam air. Suhu yang tinggih
akan menurunkan jumlah oksigen yang terlarut dalam air, akibatnya gastropoda dan bivalvia

serta organisme lainnya akan mati karena kurangnya oksigen. Suhu air yang relatif tinggih

pada suatu perairan di tandai dengan munculnya ikan dan organisme laut lainnya ke

permukaan untuk mencari oksigen.

Faktor lingkungan yang berikutnya adalah pH, menurut Odum (1993) dalam Emyarti

dkk (2013) menyatakan bahwa pH adalah faktor pembatas bagi organisme yang hidup di

suatu perairan. Perairan dengan pH yang terlalu tinggih atau rendah akan mempengaruhi

ketahanan hidup organisme yang hidup di dalamnya. Sebagian besar bita akuatik sensitif

terhadap perubahan pH dan menyukai kisaran pH sekitar 8 – 9,5

Pada lokasi penelitian terlihat jelas bahwa kisaran nilai ph air laut pada transek yaitu

sekitr 8,4 – 8,5 yang mana pH tersebut tergolong netra dan menunjang pertumbuhan dan

perkebangan gastropoda dn bivalvia. Menurut Chindpromvong dan Sukhapant (1981) dalam

Rahmawati (2014) Gastropoda dapat bertumbu hdengan baik pada kisaran pH 6-7

Kordi dan tanjung (2002) dalam Unarto (2010), menambahkan bahwa nilai pH yang

rendah menurunnya jumlah oksigen terlarut pada suatuperairan, sehingga menyebabkan

aktifitas pernafasan gastropoda dan bivalvia meningkat dan selera makan menurun.

Halsebaliknya terjadi pada perairan yang memiliki nilai ph yang tinggih dapat menyebabkan

kadar amonia meningkat, sehingga secara tidak langsung telah membahayakan organisme

yang berada pada perairan tersebut.

Faktor berikutnya yang juga penting adalah salinitas, salinitas adalah jumlah garam

terlarut dalam 1000 gram air laut ( setelah seluru bromide telah di ganti khlorine, seluruh

karbon telah di ubah ke oksidasi dan seluru materi organik telah di uraikan). Menurut Odum

(1993) menyatakan bahwa salinitas akan mempengaruhi penyebaran organisme baik secara

vertikal maupun horizontal. Riniatshi dan Kusharton (2009) juga menambahkan bahwa

salinitas akan berpengaruh langsung pada populasi gastropoda dan bivalvia, setiap gastropoda
dan bivalvia mempunyai batas toleransiyang berbedah terhadap tingkat salinitas yang

tergantung pda kemampuan organisme tersebut dalam mengendalikan tekanan osmotik

tubuhnya.

Pada lokasi penelitian, terlihat bahwa pengukuran salinitas pada perairan pantai desa

karlutu kara pada transek yaitu 26 – 35%. Apabila di lihat dari kisaran salinitasnya,maka

dapat di katakan bahwa perairan pantai desa karlutu kara sangat ideal untuk pertumbuham

biota-biota laut, seperti Gastropoda dan bivalvia. Gross (1972) menyatakan bahwa gastropoda

dan bivalvia umumnya mentoleransi salinitas berkisar 25-40%. Karena pengaru salinitas

secara tidak langsung mengakibatkan adanya perubahan komposisi dalam suatu ekosistem.

Faktor lingkungan yang berikut adalah oksigen terlarut. Oksigen terlarut merupakan

faktor yang penting bagi pertubuhan biota-biota laut, seperti gastropoda dan bivalvia. Faudiaz

(1992) mengatakan bahwa oksigen terlarut merupakan kebutuhan mendasar untuk kehidupan

tumbuhan dan hewan di dalam air. Kehidupan organisme di dalam air tergantung dari

kemampuan air untuk mempertahankan kosentasi oksigen minimal yang di butuhkan untuk

kehidupannya.

Pada lokasi penelitian, oksigen terlarut yang di ukur pada lokasi penelitian berkisar

antara 3,1 – 4,6 mg/I. Menurut Trinorida (1998), standar oksigen terlarut untuk perairan yang

mengandung kehidupan biologi secara normal harus cukup mengandung oksigen terlarut

sebesar 5 – 7 mg/l, menunjukan bahwa perairan dalam keadaan baik untuk

perkembangbiakan. Goldman dan Horne (1983) menyatakan bahwa ada perairan dengan

kandungan oksigen terlarut rendah, kondisi suatu perairan akan menjadi anaerob, sehingga

mengganggu kehidupan gastropoda dan bivalvia di dalamnya.

Faktor lingkungan yang terakhir yaitu substrat, tipe substrat merupakan faktor utama

yang sangat mempengaruhi penyebaran gastropoda dan bivalvia. Tipe substrat pada perairan

pantai desa karlutu kara berupa karang berpasir dan karang berbatu.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Djaeni Sediaoetama. (1996). Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: Dian
Rakyat.

Adun Rusyana, Nuryani Y, Rustaman, Sri Rejeki & Adianto, 2011. Pengembangan Program
Perkuliahan Zoologi Invertebrata Berbasis Keterampilan Berpikir Kritis-Kreatif.
Pedagogik Praktis Yang Berkualis. Bandung: Rizqi Press.

Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Anonimus, 1982. Diary Handbook, Alfa-Laval, Diary and Food Enginering Division, Swedia.

Aryulina D., dkk. (2004). Biologi 2 SMA dan MA untuk Kelas XI. Jakarta: Esis.

Bahri, 2002. Bahri, S, Indraningsih, R. Widiastuti, T.B. Murdiati dan R. Maryam. 2002.
Keamanan Pangan Asal Ternak: Suatu Tuntutan di Era Perdagangan Bebas.

Barnes, R.D. 1974. Invertebrta Zoology Thirdd Edition. W.B. Soundress. Co. Philadelphia
Londen Toronato.

Dermawan BR. Sitorus. Keanekaragaman dan Distribusi Bivalvia Serta Kaitannya Dengan
Faktor Fisik-Kimia di Perairan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Tesis Biologi,
(Universitas Sumatra Utara.Medan. 2008

Dharma, B 1988. Siput dan Kerang Indonesia. PT Sarana Graha. Jakarta.

Esti, Aji Handayani.Keanekaragaman Jenis Gastropoda Di Pantai Randusanga Kabupaten


Brebes Jawa Tengah..Skripsi. (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2006)

Ginting, Alan, dkk. 2013. “Studi Pertumbuhan Dan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleorotus
Ostreatus) Pada Media Tumbuh Gergaji Kayu Sengon Dan Bagas Tebu”. Jurnal.
Malang: Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya.

Harminto, S., 2003, Taksonomi Avertebrata, Penerbit Universitas Terbuka, Jakarta.

Harper. L. J. B. J. Deaton & J. A Driskel. 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian (Suhardjo,
penerjemah). UI Press. Jakarta.

Isdrajad Setyobudiandi. et.al .Seri Biota


34 Laut Gastropoda Dan Bivalvia :Biota Laut
Indonesia. Bogor: STP Hatta -Sjahrir Banda Naira.2010.

Kastawi, Y. 2005. Zoologi Avertebrata. UM Press. Malang.

Lia Dibyowati . Keanekaragaman Moluska (Bivalvia Dan Gastropoda) Di Sepanjang Pantai


Carita, Pandeglang Banten. Skripsi. (Institut Pertanian Bogor. 2009).

Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Djambatan, Jakarta.

Nur’aini Yuniarti.Keanekaragaman dan Distribusi Bivalvia dan Gastropoda (Moluska) di


Pesisir Glayem Juntinyuat, Indramayu, Jawa Barat. Skripsi Untuk Meraih Gelar
Sarjana Sains FMIPA Institut Pertanian Bogor.2012

Nybakken J. W. 1992. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. Eidman

Pechenik JA, 2000. Biology of The Invertebrates.4th Ed. New York: McGraw

Pieter F Silulu, et.al. Biodiversitas Kerang Oyster (Mollusca, Bivalvia) Di Daerah


Intertidal Halmahera Barat, Maluku Utara. Jurnal Ilmiah Platax, Vol. 1-2. Januari 2013,
ISSN:2302-3589.

Septiani Dewi Ariska. Keanekaragaman Dan Distribusi Bivalvia dan Gastropoda (Moluska)
Di Muara Karang Tirta, Pangandaran. Skripsi Biologi FMIPA. Institut Pertanian
Bogor. 2012.

Soekirman ,2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional

Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi.Bumi Aksara. Jakarta

Suharyanto, T & Madjid, A, 2009, Asuhan Keperawatan Pada klien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan, Jakarta: TIM.

Zia Ulmaula, et.al. Ke anekaragaman Bivalvia dan Gastropoda Bedasarkan Karateristik


Sedimen Daerah Intertidal Kawasan Pantai Ujong Pancu Kecamatan Peukan Bada
Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Kelautan Dan Perikanan Unsyiah Vol.1 No. 124-134
April 2016.

Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN/DAFTAR PERTANYAAN
Identitas Responden

Nama :
Umur :
Alamat :
Pendidikan :

Lembaran pertanyaan ini bukan maksud lain, tetapi sekedar mengumpulkan data
yang berhubungan dengan penelitian identifikasi gastropoda dan bivalvia yang di konsumsi
sebagai pengganti protein hewani di desa Karlutu Kara Kecamatan Seram Utara Barat
Kabupaten Maluku Tengah dalam upaya penyusunan skripsi. Setiap jawaban yang bapak/ibu
berikan kepada peneliti merupakan bantuan berharga dan tidak ada hubungannya dengan
masalah pajak,politik, dan sebagainya. Untuk itu sudilah bapak\ibu meluangkan waktu
mengisi pertanyaan berikut secara objektif menurut adanya, atas bantuan bapak/ibu saya
mengucapkan terimah kasih.
Daftar kuesioner
Mohon untuk memberikan tanda (√ ) pada setiap pertanyaan yang bapak/ibu berikan.
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
N = Netral
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju

No Pertanyaan Sangat Setuju Netral Tidak Sangat


Setuju (S) (N) Setuju Tidak
(SS) (ST) Setuju
(STS)
1 Gastropoda dan bivalvia mudah
di temukan di perairan pantai
Desa Kaelutu kara
2 Gastropoda dan bivalvia dapat
di konsumsi oleh masyrakat
Desa Karlutu Kara
3 Gastropoda dan bivalvia dapat
di konsumsi setiap harinya oleh
masyarakat desa karlutu kara
4 Masyarakat mengkonsumsi
gastropoda dan bivalvia saat
cuaca air laut sedang tidak
stabil.
5 Kesulitan dalam pengambilan
gastropoda dan bivalvia
6 Pada umumnya gastropoda dan
bivalvia bisa di konsumsi
7 Antara gastropoda dan bivalvia,
Bivalvialah yang paling sering
di temukan lebih banyak dari
gastropoda
8 Saya biasanya merebus
gastropoda dan bivalvia
sebelum di konsumsi
9 Saya sering pergi mencari
gastropoda dan bivalvia
10 Saya biasanya Menggunaka
cangkangnya sebagai hiasan
rumah

Lampiran

Keberadaan Jenis gastropoda dan bivalvia pada perairan pantai desa karlutu kara

No Nama Spesies Transek 1 Transek 2 Transek 3


Plot Plot Plot Polt Plot Plot Plot Plot Plot
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Thais tuberosa - + - + + - - + -
2 Trocus nilatikus + + + - - + - + -
3 Cypraea Iyx + + - + + - - - -
4 Drupa morum - - - + + - - - -
5 Conus miles + - - + - - + + +
6 Chikreus cnissodus + + + + - - + + +
7 Mauritia eglantine + - - + - - + + +
8 Luria isabella + + + - - - - - -
9 Lambis lambis - + + + + - + + +
10 Cypraea annulus + + + + - - + + +
11 Cypraea moneta + + + - - - + - +
12 Trochus sp + - + - - + + - +
13 Turbo bruneus - + - + - + + - +
14 Hippopus + + + - - - - - -
porcellanus
15 Anandara granosa - - + - + - - - -
16 Ostrea edulis - - - - - - - - +
17 Tridacna costata + + - - - - - --
18 Pinctada maxima - + + + - - - - -

Keterangan :
(+) : ada
(-) : Tidak ada

Lampiran
Data hasil penelitian Gastropoda dan Bivalvia pada lokasi penelitian
No Spesies Transek I Transek II Transek III Jumlah
Plot Plot Plo Plot Plot Plo Plot Plot Plot
1 2 t3 1 2 t3 1 2 3
1 Thais tuberosa 2 1 2 1 6
2 Trocus 1 1 1 1 1 5
nilatikus
3 Cypraea Iyx 1 1 2
4 Drupa morum 1 1 2
5 Conus miles 2 3 2 2 1 10
6 Chykreus 5 15 5 10 15 10 5 65
cnissodus
s7 Mauritia 5 5 5 5 5 25
aglentine
8 Luria isabella 3 3 3 6 15
9 Lambis lambis 10 5 10 5 15 5 5 55
10 Cypraea 2 3 5 10 5 5 5 35
annulus
11 Cypraea 2 2 6 3 2 15
moneta
12 Trochus sp 4 6 5 5 5 25
13 Turbo broneus 3 3 3 6 15
14 Hippopus 1 2 1 4
porcellanus
15 Anandara 1 1 2
granosa
16 Ostrea edulis 2 1 3
17 Tridacna 2 1 3
costata
18 Pinctada 1 3 1 5
maxima
Jumlah 472

Lampiran
Perhitungan nilai keanekaragaman Gastropoda dan Bivalvia di pantai desa
karlutukara
Transek I
No Nama spesies Jumlah Pi In pi Pi In pi H’
individu
1 Luria isabella 15 0,020 -3,900 -0,079 0,079
2 Lambis lambis 55 0,008 -4,816 -0,039 0,039
3 Cypraea anulus 35 0,008 -4,816 -0,039 0,039
4 Cypraea moneta 15 0,008 -4,816 -0,039 0,039
5 Conus miles 10 0,012 -4,411 -0,054 0,054
6 Thais tuberosa 6 0,012 -4,411 -0,054 0,054
7 Drupa morum 2 0,040 -3,207 -0,130 0,130
8 Trocus nilatikus 5 0,263 -1,335 -0,351 0,351
9 Turbo broneus 15 0,101 -2,291 -0,232 0,232
10 Trochus sp 25 0,061 -2,801 -0,170 0,170
11 Chikoreus cnissodus 65 0,223 -1,502 -0,334 0,334
12 Cypraea Iyx 2 0,142 -1,954 -0,334 0,334
13 Maurita aglatine 25 0,061 -2,801 -0,170 0,170
14 Hippopus porcellanus 4 0,024 -3,718 -0,090 0,090
15 Anandara granosa 2 0,016 -4,123 -0,067 0,067
281
-2,125
H’ 2,125

Transek II
No Nama jenis Jumlah Pi In pi Pi In pi H’
individu
1 Ostrea edulis 3 0,021 -3,714 -0,083 0,083
2 Tridacna costanta 3 0,108 -2,291 -0,241 0,241
3 Pinctada maxima 5 0,057 -3,020 -0,178 0,178
4 Mauritia eglantine 25 0,013 -3,714 -0,057 0,057
5 Cypraea Iyx 2 0,043 -4,224 -0,136 0,136
6 Chikoreus cnissodus 65 0,065 -2,801 -0,178 0,178
7 Trochus sp 25 0,108 -2,291 -0,241 0,241
8 Turbo broneus 15 0,052 -3,714 -0,154 0,154
9 Trocus nilatikus 5 0,239 -1,502 -0,342 0,342
10 Drupa morum 2 0,282 -1,335 -0,357 0,357
150
-1,968
H’ 1,968

Transek III

No Nama spesies Jumlah Pi In pi Pi In pi H’


individu
1 Drupa morum 2 -0,257 0,257
2 Cypraea anulus 35 -0,191 0,191
3 Cypraea moneta 15 -0,147 0,147
4 Luria isabella 15 -0,091 0,091
5 Lambis lambis 55 -0,062 0,062
6 Conus miles 10 -0,045 0,045
7 Thais tuberosa 6 -0,227 0,227
8 Trocus nilatikus 5 -0,091 0,091
9 Chikoreus cnissodus 65 -0,147 0,147
10 Mauritia eglantine 25 -0,344 0,344
11 Hippopus porcellanus 4 -0,257 0,257
12 Trochus sp 25 -0,302 0,302
262
-2,160
H’ 2,160

Lampiran
Jenis Gastropoda dan bivalvia yang di temukan pada lokasi penelitian

Jenis Gastropoda dan Bivalvia Klasifikasi


1. Klasifikasi
Kingdom :
Phylum :
Class :
Ordo
Family
Genus
Spesies
2. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
Spesies

3. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
Spesies

4. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
Spesies
5. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
Spesies
6. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
Spesies
7. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
Spesies
8. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
Spesies
9. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
Spesies
10. Klasofikasi
Kingdom
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
Spesies
11. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Class
Ordo
ssFamily
Genus
Spesies
12. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
Spesies
13. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
Spesies

14. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Class
Ordo
Family
Genud
Spesies

15. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
Spesies
16. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
Spesies
17. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Class
Ordo
Family
Genud
Spesies
18. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Molusca
Class : Gatropoda
Ordo :
Neogastropoda
Family : Conidae
Genus : Conus
Spesies : Conus miles

Lampiran
Relupilukasi pernyataan responden

Nama Pertanyaan Total Rata-


Responden rata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 5 4 3 4 2 4 2 4 3 3 34 3,4
2 4 4 2 4 2 5 1 3 3 3 31 3,1
3 5 4 4 4 2 4 4 4 3 4 38 3,8
4 5 5 3 4 4 4 2 5 4 2 38 3,8
5 5 5 3 3 2 4 2 5 3 4 36 3,6
6 4 4 3 4 2 4 3 4 4 4 36 3,6
7 5 5 3 4 3 4 4 5 3 4 40 4,0
8 5 5 2 3 2 5 2 4 3 2 33 3,3
9 5 5 3 4 2 3 5 5 5 5 42 4,2
Total 43 41 26 34 21 37 25 39 31 31 Rata-
rata
Rata-rata 4,7 4, 2,8 3, 2,3 4, 2,7 4,3 3, 3,4 3,64
5 7 1 4

Lampiran
DOKUMENTASI
Proses pengambilan data di perairan pantai desa Karlutu kara Kecamatan Seram
Utara Barat Kabupaten maluku Tengah

1. lokasi Penelitian
2. Pembuatan Transek
Mengukur faktor lingkungan
a.
Pengambilan sampel
Lampiran
DOKUMENTASI PENELITIAN

Gbr.1. Memperkenalkan identitas kepada Gbr.2. Menanyakan nama responden


responden

Gbr.3. Memberikan pernyataan kepada Gbr.4. Menanyakan nama responden


responden

Gbr.5. Menanyakan pernyataan pada


respondententang gastropoda dan bivalvia

Anda mungkin juga menyukai