Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“INDIKASI OBAT DAN KONTRAINDIKASI OBAT”


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas mata kuliah
“ Farmakologi ”
Dosen Pengajar :
Apt. Hidayat Nata S. Si

KELOMPOK 1
Anggota :
 Ismi Rahmawati
 Reina Hapsari Putri
 Sofie Chailani
 Wilyan
 Zaeni Farhan

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN INDONESIA MAJU
Jl. Harapan No.50, RT.2/RW.7, Lenteng Agung, Kec. Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, Daerah
Khusus Ibukota Jakarta 12610
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Indikasi Obat dan
Kontraindiksi Obat tidak lupa sholawat serta salam tercurah limpahkan kepada baginda agung
Rasulullah SAW. Dan juga kami berterimakasih kepada Bapak Apt. Hidayat Nata S. Si selaku
Dosen mata kuliah Farmakologi yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Farmakologi tentang Indikasi Obat dan Kontraindiksi Obat. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan-kekurangan dan
jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan
demi perbaikan di masa yang akan datang.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang
telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Akhir kata
penyusun mengtucapkan mohon maaf apabila ada kesalahan dan kami berharap semoga makalah
ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................................... iii
BAB 1 ...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN .............................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG ............................................................................................................4
BAB II ..............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN ...............................................................................................................................5
A. PENGERTIAN INDIKASI ....................................................................................................5
B. PENGERTIAN KONTRAINDIKASI ....................................................................................5
C. JENIS- JENIS KONTRAINDIKASI .....................................................................................5
a. Kontraindikasi Relatif .......................................................................................................5
b. Kontraindikasi Absolut ......................................................................................................6
D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRAINDIKASI ................................................6
PERTANYAAN DAN JAWABAN ............................................................................................................ 7
BAB III....................................................................................................................................................... 11
PENUTUP.................................................................................................................................................. 11
A. KESIMPULAN ............................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 12

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Obat pada dasarnya merupakan bahan yang hanya dengan takaran tertentu dan
dengan penggunaan yang tepat dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosa, mencegah
penyakit, menyembuhkan atau memelihara kesehatan (Depkes RI,2008).
Obat adalah racun yang jika tidak digunakan sebagaimana mestinya dapat
membahayakan penggunanya, tetapi jika obat digunakan dengan tepat dan benar maka
diharapkan efek positifnya akan maksimal dan efek negatifnya menjadi seminimal
mungkin (ISFI, 2008). Oleh karena itu sebelum menggunakan obat, harus diketahui sifat
dan cara pemakaian obat agar penggunaannya tepat dan aman (Depkes RI, 2008)
Perawat berperan penting dalam memberikan obat-obatan sebagai hasil kolaborasi
dengan dokter kepada pasien. Mereka bertanggung jawab dalam pemberian obat –
obatan yang aman.
Perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan
mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang
diberikan di luar batas yang direkomendasikan. Secara hukum perawat bertanggung
jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau
obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien. Sekali obat telah
diberikan, perawat bertanggung jawab pada efek obat yang diduga bakal terjadi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan pengertian indikasi ?
2. Jelaskan pengertian kontraindikasi ?
3. Sebutkan jenis – jenis kontraindikasi ?
4. Apa saja Faktor yang mempengaruhi kontraindikasi ?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN INDIKASI
Indikasi obat adalah suatu khasiat atau kegunaan dari suatu obat tertentu. Istilah
ini menjelaskan kondisi,gejala,atau penyakit apa saja yang membuat seseorang boleh
menggunakan obat tersebut atau menjalani prosedur medis tertentu.
Sebagai contoh demam,nyeri,ringan,atau kram menstruasi nisa redakan oleh ibu
profen ,ibu profen boleh di pergunakan atau di pakai karena memang di indikasikan
atau di tujukan untuk mengatasi kondisi – kondisi tertentu.
B. PENGERTIAN KONTRAINDIKASI
Kontraindikasi adalah efek obat yang secara nyata dapat memberikan dampak
kerusakan fisiologis atau anatomis secara signifikan, memperparah penyakit serta lebih
lanjut dapat membahayakan kondisi jiwa pasien.
Pemberian obat-obatan yang dikontraindikasikan pada kondisi tertentu ini harus
dihindarkan atau di bawah penanganan khusus.
Tidak hanya berlaku dalam penggunaan obat ,larangan ini juga dapat di temukan
pada beberapa prosedur medis lain,seperti operasi,pijat dan pemeriksaan MRI
Jika di paksakan ,kondisi ini dapat berdampak buruk bagi seseorang. Tidak hanya
berpotensi memperparah penyakit,pengobatan dengan mengabaikan potensi bahaya ini
bahkan bisa menyebabkan kematian.
C. JENIS- JENIS KONTRAINDIKASI
Kontraindikasi terbagi kedalam dua jenis. Setiap jenis memiliki tingkat risiko
yang berbeda sehingga wajib di perhatikan dengan baik.
a. Kontraindikasi Relatif
Kontraindikasi relatif adalah kondisi yang membuat pengobatan tertentu
tidak disarankan, tetapi masih boleh dilakukan dengan pengecualian. Penggunaan
obat atau prosedur medis masih boleh dilakukan apabila manfaat yang didapatkan
masih jauh lebih besar dari risikonya.

5
Perhatian ini juga dapat diberikan sebagai bentuk kehati-hatian terhadap
dua macam pengobatan yang dilakukan secara bersama. Sebagai contoh, salah
satu larangan ibu hamil yaitu tidak boleh menjalani pemeriksaan rontgen.
Pasalnya, rontgen saat hamil dapat menyebabkan kerusakan pada sel janin.
Namun, jika ibu hamil memiliki masalah serius pada organ dalam yang
berisiko menyebabkan komplikasi pada dirinya dan janin, pemeriksaan rontgen
boleh dilakukan.
b. Kontraindikasi Absolut
Kontraindikasi absolut adalah kondisi yang membuat Anda mutlak tidak
boleh menjalani pengobatan tertentu. Jika diabaikan, pengobatan tersebut malah
akan membahayakan nyawa.
Contohnya, ibu hamil tidak boleh mengonsumsi obat isotretinoin karena
dapat menyebabkan bayi lahir prematur, cacat, meninggal dalam kandungan, atau
keguguran.
Melihat efek yang bisa ditimbulkan, penting untuk memahami larangan
tertentu sebelum minum obat atau menjalani prosedur medis. Jika Anda
mengalami kesulitan, jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter.

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRAINDIKASI


1. Usia pasien (misalnya, anak di bawah < 2 tahun atau lansia > 65 tahun).
2. Kondisi penyakit tertentu pada pasien (misalnya, kerusakan fungsi hati dan
ginjal).
3. Reaksi hipersensitivitas (alergi) terhadap obat tertentu.
4. Interaksi membahayakan dengan senyawa kimia atau obat – obatan lain.
5. Kondisi hamil dan menyusui

6
PERTANYAAN DAN JAWABAN

Penanya : Ryo Maulana


Jawab : Ismi Rahmawati
1. Adakah obat yang tidak memiliki kontraindikasi ?
Hampir semua obat memiliki kontraindikasi,karena obat itu adalah racun apabila kita
mengkonsumsinya tidak sesuai dengan anjuran dokter maka akan membahayakan
seseorang apalagi seseorang tersebut mempunyai riwayat penyakit tertentu. Walaupun
jika ada obat tanpa kontraindikasi paling obat herbal dan itupun tidak semua.

Penanya : Fajrin Asyfani


Jawab : Ismi Rahmawati
Reina Hapsari Putri
2. Kenapa ketika penggunaan obat memakai dosis dewasa tidak memberi efek sedangkan
ketika memakai dosis anak memberikan efek ?
Mungkin bisa jadi karena kebiasaan orang tersebut sering mengkonsumi obat tanpa resep
dokter maka akan mengakibatkan seseorang mengalami resistensi obat. Resistensi obat
itu berhubungan dengan perilaku yang menolak atau melakukan penolakan atau
ketahanan dalam kondisi tertentu. Jika bentuk sediaanya sama kemungkinan tidak
mungkin kecuali sugesti dosis kecil, tetapi jika bentuk sediaan atau berbeda merk itu
mungkin, Karena jenis pengikat atau pembawannya beda, jadi pelepasan zat aktifnya
membedakan kecepatan efek obatnya.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian obat :
- Ukuran Tubuh
Ukuran tubuh seseorang dapat mempengaruhi seberapa banyak dosis obat yang harus
diberikan pada seseorang. Biasanya penghitungan dilakukan berdasarkan bobot
badan, dapat pula dilakukan dengan body surface area (BSA). Pada umumnya, dosis
obat untuk dewasa itu adalah „standardisasi‟ dosis bagi dewasa normal (tanpa
gangguan organ) dengan bobot badan 70 kg. Jadi, jika ukuran tubuh seseorang jauh
lebih kecil, atau malah jauh lebih besar, dari „standar‟ ini, bisa jadi efek obat yang ia
alami akan sedikit berbeda. Namun, untuk beberapa jenis obat, dosis obat yang
diberikan harus dihitung sesuai kondisi bobot badan atau BSA pasien, tidak bisa
menggunakan dosis „standar‟. Contoh obat yang harus diberikan sesuai dengan
ukuran tubuh ini adalah obat-obat kemoterapi. Salah satu alasannya adalah karena
obat kemoterapi memiliki efek samping yang cukup signifikan pada tubuh, sehingga
dosisnya harus benar-benar dihitung agar tetap dapat memberikan manfaat terapi
yang maksimal dengan efek samping yang minimal. Penghitungan dosis lewat bobot
badan dan BSA juga lazim digunakan untuk menghitung dosis obat untuk anak-anak.
- Usia
Usia berhubungan erat dengan kondisi organ tubuh seseorang, terutama ginjal dan
hati. Jadi nih, ginjal dan hati itu berperan penting dalam membuang sisa obat dari

7
dalam tubuh. Jika kerja ginjal dan hati mulai menurun karena faktor usia, maka sisa
obat yang dibuang dari dalam tubuh akan berkurang. Hal ini dapat menyebabkan efek
terapi obat berlangsung lebih lama, namun berpotensi juga meningkatkan kejadian
efek samping. Oleh sebab itu, pada pasien geriatri (usia di atas 65 tahun), dibutuhkan
dosis yang lebih kecil. Dosis berdasarkan usia juga sering digunakan pada pasien
anak. Dalam kasus anak-anak, hal ini dikarenakan fungsi organ hati dan ginjal mereka
yang belum seberkembang dewasa
- Toleransi dan Resistensi
Beberapa obat, jika dikonsumsi secara terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup
panjang, dapat menyebabkan sesuatu yang disebut toleransi. Jika sudah terjadi
toleransi, maka obat tidak akan memberikan efek yang semestinya, atau bisa
dikatakan „tidak mempan‟. Contohnya nih, isosorbid dinitrat dan beberapa obat anti-
depresan. Jika toleransi sudah terjadi, biasanya pasien butuh dosis yang lebih besar
agar efek terapi dapat dirasakan. Sedangkan resistensi biasanya terjadi pada
penggunaan antibiotik. Jika suatu bakteri sudah resisten terhadap antibiotik tertentu,
maka obat antibiotik yang diminum tersebut tidak akan memberikan efek seperti yang
diharapkan, alias infeksinya masih tetap ada.

Penanya : Adinda Risti Sofiyandi


Jawab : Ismi Rahmawati
3. Adakah kontraindikasi dari obat antasida ?
- Orang yang mempunya hipersensitivitas pada obat tersebut
- Penderita penyakit fungsi hati
- Penderita penyakit gagal ginjal berat
- Ibu hamil dan menyusui

Penanya : Taufan Surya Nugraha


Selvina Widianti
Jawab : Reina Hapsari Putri
Sofie Chailani
4. Apa bedanya obat paten dan obat generik ? dan lebih efektif obat paten atau generik ?
- Obat paten adalah obat yang di jual dengan nama/ merek dagang dari suatu obat
dengan perbedaan harga,kecepatam dalam penyembuhan
- Obat generik adalah obat yang telah habis masa patennya,sehingga bisa di produksi
oleh semua perusahaan farmasi tanpa perlu membayar hak paten. Umumnya obat
generik memiliki efektifitas yang sama dengan obat patem ,namun obat generik lebih
murah di banding obat paten.

8
Penanya : Dikdik Septian Nugraha
Jawab : Ismi Rahmawati
5. Mengapa obat kimia dan obat tradisional tidak boleh diminum secara bersamaan? Dan
apkah akan menimbulkan efek ? ( Dikdik septian Nugraha)
JAWAB : ( ismi rahmawati )
- penggunaan obat kimia dan obat herbal tergantung dari kandungan obat tersebut.
Penggunaan obat kimia biasanya didampingi dengan saran dan resep dokter.
Penggunaan secara bersamaan dengan obat herbal juga tentu harus sepengetahuan
dari dokter. Konsumsi Herbal dan obat kimia secara bersamaan memang perlu ekstra
hati-hati.
- Pada saat obat kimia dan Herbal yang berbahan sama digunakan berbarengan, ada
potensi terjadinya dampak tambahan yang bisa menguntungkan namun bisa pula
merugikan. Interaksi negatif bisa muncul karena ada beberapa jenis Herbal yang
benar-benar bertentangan dengan obat-obat tertentu
- Herbal dan obat kimia sebenarnya memiliki khasiat yang sama. Namun, bekerja
dengan cara yang berbeda. Kalau obat-obatan kimia bekerja dengan meredam gejala
sakit, Herbal (baik dalam bentuk suplemen, kapsul, jamu, atau rebusan) umumnya
berperan dalam menyeimbangkan fungsi organ tubuh agar kembali bekerja dengan
baik.
- antara kedua pengobatan ini terdapat dua perbedaan berarti, yakni obat kimia punya
efek yang langsung instan tetapi efek sampingnya sangatlah beresiko
- ketika kita mengonsumsi obat herbal, kita disarankan lebih sabar. karena efek obat
herbal tidak seperti obat kimia yang dosis dan ukurannya sudah diukur berdasarkan
gejala suatu penyakit.

Penanya : Wida Widayati


Jawab : Reina Hapsari Putri
6. Apakah ada kandungan obat yang tidak boleh di minum secara bersamaan ? sebutkan
contohnya ?
Ada, yaitu seperti warfarin dan asetosal yang tidak boleh disatukan karena fungsi dari
warfarin ialah untuk mengencerkan darah sedangkan asetosal untuk menggumpalkan
darah. Lalu suplemen zat besi dan kafein, suplemen zat besi berfungsi untuk menambah
sel darah merah. Apabila dikombinasikan dengan makanan atau obat yang mengandung
kafein, maka fungsi suplemen tersebut akan menurun. Obat yg mengandung kafein
seperti bodrex dan panadol.

Penanya : Riska Setiani


Jawab : Ismi Rahmawati
7. Bagaimana interaksi obat herbal dan kimia ?
Interaksi obat Herbal dan obat kimia dapat terjadi, karena Herbal dan obat kimia
mengandung senyawa aktif yang sama-sama mempengaruhi tubuh. Jika Herbal dan obat
kimia ini dikonsumsi secara bersamaan, ada 3 interaksi yang mungkin timbul yaitu

9
efeknya semakin kuat, menjadi berkurang, atau malah hilang sama sekali. Cukup sulit
menentukan mana yang paling baik, karena efek yang diinginkan sangat dipengaruhi oleh
jenis penyakit dan kondisi tubuh pasien. Interaksi yang menguntungkan juga akan terjadi
jika herbal yang dikonsumsi berefek mengurangi efek samping obat.

Penanya : Sylva Azzahra


Jawab : Sofie Chailani
8. Saat orang yang mengkonsumi obat tanpa resep dokter atau sudah kecanduan obat apotik
apa dampak yang akan terjadi ?
Setiap obat ada pasti indikasinya namun jika di konsumi secara rutin berarti kan tubuhnya udah
menerima obat itu kecuali kalo dia misalkan tiba-tiba hamil dan kontraindikasi nya tidak boleh
untuk wanita hamil tentunya harus di hentikan.

10
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Istilah menjelaskan kondisi,gejala,atau penyakit apa saja yang membuat seseorang
boleh menggunakan obat tersebut atau menjalani prosedur medis tertentu.Sebagai
contoh demam,nyeri,ringan,atau kram menstruasi nisa redakan oleh ibu profen ,ibu
profen boleh di pergunakan atau di pakai karena memang di indikasikan atau di tujukan
untuk mengatasi kondisi – kondisi tertentu.
Kontraindikasi adalah efek obat yang secara nyata dapat memberikan dampak
kerusakan fisiologis atau anatomis secara signifikan, memperparah penyakit serta lebih
lanjut dapat membahayakan kondisi jiwa pasien.
Tidak hanya berlaku dalam penggunaan obat ,larangan ini juga dapat di temukan pada
beberapa prosedur medis lain,seperti operasi,pijat dan pemeriksaan MRI Jika di
paksakan ,kondisi ini dapat berdampak buruk bagi seseorang.
Kontraindikasi relatif Kontraindikasi relatif adalah kondisi yang membuat pengobatan
tertentu tidak disarankan, tetapi masih boleh dilakukan dengan pengecualian.
Kontraindikasi Absolut Kontraindikasi absolut adalah kondisi yang membuat Anda
mutlak tidak boleh menjalani pengobatan tertentu.

11
DAFTAR PUSTAKA

Agus Dani. 2022. “Ini Pengertian Indikasi, Kontraindikasi dan Efek Samping yang Tertera dalam
Kemasan Obat”, https://www.murianews.com/amp/2022/09/12/316143/ini-pengertian-indikasi-
kontraindikasi-dan-efek-samping-yang-tertera-dalam-kemasan-obat, diakses pada 11 Oktober
2022 pukul 09.00 WIB.

2021.“Pengertian Kontra Indikasi pada Kemasan Obat”, https://kumparan.com/berita-


update/pengertian-kontra-indikasi-pada-kemasan-obat-1xDWh22CblX/full, diakses pada 11
Oktober 2022 pukul 09.16 WIB.

12

Anda mungkin juga menyukai