Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN


SEBAGAI ILMU TERAPAN
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Sosiologi dan Antropologi

Dosen Pengampu :

Ery Rahmawati, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :

Kelompok 2

1. Dinda Sundyajayanti (1886206018)


2. Mujib Budiansyah (1886206039)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


STKIP PGRI SIDOARJO
2019-2020
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah
SWT, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan tugas ini,
yang berjudul “SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN
SEBAGAI ILMU TERAPAN “.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih
jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangannya,
hal ini dikarenakan keterbatasan waktu, pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki penyusun, oleh karena itu
penyusun sangat mengharapkan adanya saran dan kritik
yang sifatnya membangun untuk perbaikan dimasa yang
akan datang.
Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya tugas ini, semoga Allah SWT, membalas
amal kebaikannya Amin.
Dengan segala pengharapan dan doa semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun khususnya
dan bagi pembaca umumnya.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A.Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................2
C.Tujuan Penulisan.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3
A.Landasan sosial budaya dalam pendidikan.............................................3
B. Sistem nilai budaya dan ideologi dalam pendidikan..............................7
C. Kajian Sosiologi dan Antropologi........................................................10
BAB III PENUTUP....................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Manusia adalah makhluk hidup yang diberikan berbagai potensi oleh
Tuhan, setidaknya manusia diberikan panca Indera dalam hidupnya. Namun
tentu saja potensi yang dimilikinya harus digunakan semaksimal mungkin
sebagai bekal dalam menjalani hidupnya. Untuk memaksimalkan semua
potensi yang dimiliki oleh kita sebagai manusia, tentunya harus ada sesuatu
yang mengarahkan dan membimbingnya, supaya berjalan dan terarah sesuai
dengan apa yang diharapkan. Mengingat begitu besar dan berharganya
potensi yang dimiliki manusia, maka manusia harus dibekali dengan
pendidikan yang cukup sejak dini.

Secara sosiologi, pendidikan adalah sebuah warisan budaya dari


generasi ke generasi, agar kehidupan masyarakat berkelanjutan, dan
identitas masyarakat itu tetap terpelihara. Sosial budaya merupakan bagian
hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan hampir
setiap kegiatan manusia tidak terlepas dari unsur sosial budaya. Dan pada
kenyataannya masyarakat mengalami perubahan sosial yang begitu cepat,
maju dan memperlihatkan gejala desintegratif yang meliputi berbagai sendi
kehidupan dan menjadi masalah, salah satunya dirasakan oleh dunia
pendidikan.

Tidak hanya perubahan sosial, budaya pun berpengaruh besar dalam


dunia pendidikan akibat dari pergeseran paradigma pendidikan yaitu
mengubah cara hidup, berkomunikasi, berpikir, dan cara bagaimana
mencapai kesejahteraan. Dengan mengetahui begitu pesatnya arus
perkembangan dunia diharapkan dunia pendidikan dapat merespon hal-hal
tersebut secara baik dan bijak. Sehingga, landasan sosial budaya merupakan
landasan yang dapat memberikan pemahaman tentang dimensi kesosialan
dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap
perilaku individu.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana landasan sosial budaya dalam pendidikan ?


2. Bagaimana sistem nilai budaya dan ideologi dalam pendidikan?
3. Bagaimana sosiologi dan antropologi pendidikan

C.Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui landasan sosial budaya dalam pendidikan.


2. Untuk mengetahui sistem nilai budaya dan ideologi dalam
pendidikan.
3. Untuk mengetahui sosiologi dan antropologi pendidikan.
BAB II

PEMBAHASAN
A.Landasan sosial budaya dalam pendidikan
Aspek sosial dalam pendidikan sangat berperan pada pendidikan begitu
pun dengan aspek budaya dalam pendidikan. Dapat dikatakan tidak ada
pendidikan yang tidak dimasuki unsur budaya. Materi yang dipelajari anak-
anak adalah budaya, cara belajar mereka adalah budaya, begitu pula
kegiatan-kegiatan mereka dan bentuk-bentuk yang dikerjakan juga budaya.
Maka, bisa dikatakan bahwa pengertian sosiologi pendidikan yaitu ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang hubungan dan interaksi manusia,
baik itu individu atau kelompok dengan persekolahan sehingga terjalin
kerja sama yang sinergi dan berkesinambungan antara manusia dengan
pendidikan. Berikut akan dibahas mengenai sosial dan budaya pada
pendidikan, sebagai berikut :

1. Sosiologi dan Pendidikan


Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara
manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Salah
satu bagian sosiologi, yang dapat dipandang sebagai sosiologi khusus
adalah sosiologi pendidikan.
Wiradi (1988) menulis bahwa sosiologi pendidikan meliputi :

1) interaksi guru-siswa;

2) dinamika kelompok di kelas dan di organisasi intra sekolah;

3) struktur dan fungsi sistem pendidikan

4) sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap pendidikan.

Wujud dari sosiologi pendidikan adalah tentang konsep proses sosial.


Proses sosial merupakan suatu cara berhubungan antar individu, antar
kelompok atau antara individu dan kelompok yang menghasilkan
bentuk hubungan tertentu.
Interaksi dan proses sosial dapat terjadi sebagai akibat dari salah satu
atau gabungan dari faktor-faktor berikut:

1. Imitasi

Imitasi atau peniruan bisa bersifat positif dan bisa pula bersifat
negatif.

2. Sugesti

Sugesti akan terjadi kalau seorang anak menerima atau tertarik


pada pandangan atau sikap orang lain yang berwibawa atau
berwewenang atau mayoritas.

3. Identifikasi

Seorang anak dapat juga mensosialisasikan diri lewat identifikasi


yang mencoba menyamakan dirinya dengan orang lain, baik
secara sadar maupun di bawah sadar.

4. Simpati

Simpati akan terjadi manakala seseorang merasa tertarik kepada


orang lain

Adapun, sosiologi mempunyai ciri-ciri sebagai uraian berikut :


1). Empiris: bersumber dan diciptakan dari kenyataan yang terjadi di
lapangan.

2). Teoretis : merupakan peningkatan fase penciptaan, bisa disimpan


dalam waktu lama, dan dapat diwariskan kepada generasi muda.

3). Kumulatif : berakumulasi mengarah kepada teori yang lebih baik.


4). Nontes : menceritakan apa adanya, tidak menilai apakah hal itu
baik atau buruk.
Untuk memudahkan terjadi sosialisasi dalam pendidikan,
maka guru perlu menciptakan situasi, terutama pada dirinya, agar
faktor-faktor yang mendasari sosialisasi itu muncul pada diri anak-
anak.

Interaksi sosial akan terjadi apabila memenuhi dua syarat berikut:

1. Kontak sosial

Kontak sosial bisa menghasilkan interaksi positif atau interaksi


negatif.

Kontak sosial berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu:

 Kontak antar individu.


 Kontak antara individu dengan kelompok atau
sebaliknya.
 Kontak antar kelompok.

2. Komunikasi

Adalah proses penyampaian pikiran dan perasaan seseorang


kepada orang lain atau sekelompok orang. Ada sejumlah alat yang
dapat dipakai mengadakan komunikasi. Alat-alat yang dimaksud
adalah:

 Langsung : Lisan dan isyarat


 Tidak Langsung: tulisan dan alat-alat bantu

Ada sejumlah bentuk interaksi sosial, yaitu sebagai berikut :

1. Kerja sama      : belajar kelompok


2. Akomodasi : meredakan pertentangan
3. Asimilasi atau akulturasi : penyatuan pikiran
4. Persaingan : kompetisi
5. Pertikaian : pertentangan/konflik
Diketahui bersama bahwa manusia selain sebagai makhluk
individu juga merupakan makhluk sosial. Oleh karena itu dalam
melakukan interaksi sosial manusia terkadang membentuk kelompok
sosial. Kelompok sosial berarti himpunan sejumlah orang, paling
sedikit dua orang, yang hidup bersama, karena cita-cita yang sama.

Ada beberapa persyaratan untuk terjadinya kelompok sosial, yaitu:

1. Setiap anggota memiliki kesadaran sebagai anggota kelompok

2. Ada interaksi timbal balik antar anggota

3. Mempunyai tujuan yang sama

4. Membentuk norma yang mengatur ikatan kelompok

5. Ada struktur dalam kelompok yang membentuk peranan dan status


sebagai dasar ikatan kegiatan kelompok

Dalam dunia pendidikan, kelompok sosial ini pun dapat


dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu, berdasarkan keakraban
hubungan (kelompok primer dan sekunder) dan berdasarkan peraturan
(kelompok formal dan informal). Ada dua teori yang dipakai untuk
meningkatkan produktivitas kelompok sosial, yaitu: (Wuraji, 1988
dan Sudarja, 1988) :

 Teori Struktural Fungsional


Setiap struktur (bagian-bagian) kelompok memiliki fungsi masing-
masing. Setiap bagian memiliki kebebasan untuk berkreasi,
berinisiatif, dan mengembangkan ide untuk kemajuan kelompok
 Teori konflik
Perubahan atau perbaikan kelompok dilakukan dengan prinsip-
prinsip pemaksaan melalui peraturan
Ada implikasi konsep sosial pada pendidikan, yaitu ;

a. Sekolah dan masyarakat sekitarnya harus saling menunjang.


b. Perlu dibentuk badan kerjasama antara sekolah dan tokoh
masyarakat
c. Pendidikan (Sekolah) harus berfungsi secara maksimal
sebagai wahana proses sosialisasi anak.
d. Dinamika kelompok harus diarahkan untuk kepentingan
belajar

B. Sistem nilai budaya dan ideologi dalam pendidikan

Sistem merupakan istilah dari bahasa yunani “system” yang artinya


adalah himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur
untuk mencapai tujuan bersama.

Pengertian sistem menurut sejumlah para ahli:

Menurut. L James Havery sistem adalah prosedur logis dan rasional


untuk merancang suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan
yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam
usaha mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.

Menurut John Mc Manama sistem adalah sebuah struktur konseptual


yang tersusun dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja
sebagai suatu kesatuan organik untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan
secara efektif dan efisien.

Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan


tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan
masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe),
simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan
lainnya sebagai acuan perilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi
atau sedang terjadi.

Nilai-nilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, moto,


visi misi, atau sesuatu yang nampak sebagai acuan pokok moto suatu
lingkungan atau organisasi. Sistem Nilai Budaya, Pandangan Hidup, dan
Ideologi. Sistem budaya merupakan tingkatan tingkat yang paling tinggi dan
abstrak dalam adat istiadat. Hal itu disebabkan karena nilai – nilai budaya
itu merupakan konsep – konsep mengenai apa yang hidup dalam alam
pikiran sebagian besar dari dari warga suatu masyarakat mengenai apa yang
mereka anggap bernilai, berharga, dan penting dalam hidup, sehingga dapat
berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada
kehidupan para warga masyarakat itu sendiri.

Nilai – nilai budaya ini bersifat umum , luas dan tak konkret maka
nilai – nilai budaya dalam suatu kebudayaan tidak dapat diganti dengan
nilai-nilai budaya yang lain dalam waktu yang singkat. Dalam masyarakat
ada sejumlah nilai budaya yang satu dan yang lain berkaitan satu sama lain
sehingga merupakan suatu sistem, dan sistem itu sebagai suatu pedoman
dari konsep –konsep ideal dalam kebudayaan memberi pendorong yang kuat
terhadap arah kehidupan masyarakat.

Menurut ahli antropologi terkenal C.Kluckhohn , tiap sistem nilai


budaya dalam tiap kebudayaan itu mengenai lima masalah dasar dalam
kehidupan manusia yang menjadi landasan bagi kerangka variasi sistem
nilai budaya adalah :

 Masalah mengenai hakikat dari hidup manusia. Ada


kebudayaan yang memandang hidup manusia itu pada
hakikatnya suatu hal yang buruk dan menyedihkan. Pada
agama Budha misalnya, pola–pola tindakan manusia akan
mementingkan segala usaha untuk menuju arah tujuan
bersama dan memadamkan hidup baru. Adapun kebudayaan
– kebudayaan lain memandang hidup manusia dapat
mengusahakan untuk menjadikannya suatu hal yang indah
dan menggembirakan.
 Masalah mengenai hakikat dari karya manusia Kebudayaan
memandang bahwa karya manusia bertujuan untuk
memungkinkan hidup, kebudayaan lain menganggap hakikat
karya manusia itu untuk memberikannya kehormatan, ada
juga kebudayaan lain yang menganggap karya manusia
sebagai suatu gerak hidup yang harus menghasilkan lebih
banyak karya lagi.
 Masalah mengenai hakekat dari kedudukan manusia dalam
ruang dan waktu. Kebudayaan memandang penting dalam
kehidupan manusia pada masa lampau, keadaan serupa ini
orang akan mengambil pedoman dalam tindakannya contoh –
contoh dan kejadian- kejadaian dalam masa lampau.
Sebaliknya ada kebudayaan dimana orang hanya mempunyai
suatu pandangan waktu yang sempit. Dalam kebudayaan ini
perencanaan hidup menjadi suatu hal yang sangat amat
penting.
 Masalah mengenai hakekat hubungan manusia dengan alam
sekitarnya,
kebudayaan yang memandang alam sebagai suatu hal yang
begitu dahsyat sehingga manusia hanya dapat bersifat
menyerah tanpa dapat berusaha banyak. Sebaliknya, banyak
pula kebudayaan lain yang memandang alam sebagai lawan
manusia dan mewajibkan manusia untuk selalu berusaha
menaklukan alam. Kebudayaan lain masih ada yang
menganggap bahwa manusia dapat berusaha mencari
keselarasan dengan alam.
 Masalah mengenai hakekat hubungan manusia dengan
sesamanya.
Ada kebudayaan yang mementingkan hubungan vertikal
antara manusia dengan sesamanya. Tingkah lakunya akan
berpedoman pada tokoh – tokoh pemimpin. Kebudayaan lain
mementingkan hubungan horizontal antara manusia dan
sesamanya. Dan berusaha menjaga hubungan baik dengan
tetangga dan sesamanya merupakan suatu hal yang penting
dalam hidup. Kecuali pada kebudayaan lain yang tidak
menganggap manusia tergantung pada manusia lain, sifat ini
akan menimbulkan individualisme.
C. Kajian Sosiologi dan Antropologi
S. Nasution menuturkan bahwa sosiologi pendidikan ialah ilmu yang
berusaha untuk mengetahui cara mengendalikan proses pendidikan untuk
mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik. Ditinjau dari segi
etimologinya, istilah sosiologi pendidikan terdiri atas dua perkataan yaitu
sosiologi dan pendidikan. Maka jelas bahwa dalam sosiologi pendidikan
yang menjadi masalah sentralnya adalah aspek sosiologi dalam pendidikan.
dalam pendidikan terdapat aspek-aspek sosiologis karena situasi pendidikan
adalah situasi hubungan dan pergaulan sosial, yaitu hubungan sosial antara
pendidik dengan anak didik, pendidik dengan pendidik, anak-anak dengan
anak-anak, tenaga administrasi dengan pendidik, dan tenaga administrasi
dengan anak-anak

Menurut George Payne, yang kerap disebut bapak Sosiologi


pendidikan, secara spesifik memandang sosiologi pendidikan sebagai studi
yang komprehensif tentang segala aspek pendidikan dari segala segi ilmu
yang diterapkan. Baginya, sosiologi pendidikan tidak hanya meliputi segala
sesuatu dalam bidang sosiologi yang dapat dikenakan sosiologis. Adapun
menurutnya adalah memberikan guru-guru, para peneliti yang efektif dalam
sosiologi yang dapat memberikan sumbangannya kepada pemahaman yang
lebih mendalam tentang pendidikan.

R.J. Stalcup mengemukakan bahwa sosiologi of education


merupakan suatu analisis terhadap proses-proses sosiologis yang
berlangsung dalam lembaga pendidikan. Tekanan dan wilayah telaahnya
pada lembaga pendidikan itu sendiri.

Jadi kesimpulannya sosiologi pendidikan adalah ilmu yang


mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika, masalah-
masalah pendidikan ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui
analisis atau pendekatan sosiologis.
Sedangkan antropologi berasal dari kata Yunani ”antrophos” yang
berarti ”manusia” dan ”logos” yang berarti ”ilmu”. Jadi antropologi adalah
ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang manusia sebagai makhluk
masyarakat. Menurut R. Bedediet (Harsojo,1984:1) perhatian ilmu
pengetahuan ini ditujukan kepada sifat khusus badaniah dan cara produksi
tradisi serta nilai-nilai yang membuat pergaulan hidup yang satu berbeda
dari pergaulan hidup lainnya.

Antropologi pendidikan merupakan sebuah kajian sistematik, tidak


hanya mengenai praktek pendidikan dalam perspektif budaya, tetapi juga
tentang asumsi yang dipakai antropologi terhadap pendidikan dan asumsi
yang dicerminkan oleh praktek-praktek pendidikan.

Menurut Shomad (2009:1), antropologi pendidikan mengkaji


penggunaan teori-teori dan metode yang digunakan oleh para antropolog
serta pengetahuan khususnya yang berhubungan dengan kebutuhan manusia
atau masyarakat. Dengan demikian, antropologi pendidikan bukan
menghasilkan ahli-ahli antropologi melainkan menambah wawasan ilmu
pengetahuan tentang pendidikan melalui perspektif antropologi.

Pendidikan dapat diperoleh melalui lembaga formal dan informal.


Penyampaian kebudayaan melalui lembaga informal tersebut dilakukan
semenjak kecil di dalam lingkungan keluarganya. Dalam masyarakat,
pendidikan memiliki fungsi yang sangat besar dalam memahami
kebudayaan sebagai satu keseluruhan.

Antropologi pendidikan dihasilkan melalui teori khusus dan


percobaan yang terpisah dengan kajian yang sistematis mengenai praktek
pendidikan dalam perspektif budaya, sehingga antropologi menyimpulkan
bahwa sekolah merupakan sebuah benda budaya yang menjadi skema nilai-
nilai dalam membimbing masyarakat.
BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN

Jadi kesimpulannya sosiologi pendidikan adalah ilmu yang


mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika, masalah-
masalah pendidikan ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui
analisis atau pendekatan sosiologis.

Sedangkan antropologi berasal dari kata Yunani ”antrophos” yang


berarti ”manusia” dan ”logos” yang berarti ”ilmu”. Jadi antropologi adalah
ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang manusia sebagai makhluk
masyarakat. Menurut R. Bedediet (Harsojo,1984:1) perhatian ilmu
pengetahuan ini ditujukan kepada sifat khusus badaniah dan cara produksi
tradisi serta nilai-nilai yang membuat pergaulan hidup yang satu berbeda
dari pergaulan hidup lainnya.

Antropologi pendidikan merupakan sebuah kajian sistematik, tidak


hanya mengenai praktek pendidikan dalam perspektif budaya, tetapi juga
tentang asumsi yang dipakai antropologi terhadap pendidikan dan asumsi
yang dicerminkan oleh praktek-praktek pendidikan.

Menurut Shomad (2009:1), antropologi pendidikan mengkaji


penggunaan teori-teori dan metode yang digunakan oleh para antropolog
serta pengetahuan khususnya yang berhubungan dengan kebutuhan manusia
atau masyarakat. Dengan demikian, antropologi pendidikan bukan
menghasilkan ahli-ahli antropologi melainkan menambah wawasan ilmu
pengetahuan tentang pendidikan melalui perspektif antropologi.
DAFTAR PUSAKA

Fauzan, 2009, Landasan Sosial Budaya Sosial Budaya Pendidikan,


http://defauzan.wordpress.com, di akses 18-03-2011.

Anda mungkin juga menyukai