Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

Materi
“ LANDASAN SOSIOLOGIS PENDIDIKAN ”

Dosen Pengempu :
Kadek Dwi Sentana Putra, S. Pd., M. Pd.

Disusun Oleh :
PBI 2 / B
Kelompok 1
1. Ni Luh Gede Gita Septiani Putri (2011171036)
2. Sagung Dwi Erika Putri (2011171066)
3. Ni Kadek Juliartini (2011171034)
4. I Gede Yoga Pratama (2011171049)

Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar


Tahun Ajaran 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya, kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu nya, tidak lupa kami ucapkan terimakasi kepada
Kadek Dwi Sentana Putra, S. Pd., M. Pd. selaku dosen mata kuliah Landasan Pendidikan, yang
telah memberikan kesempatan kepada kelompok kami untuk menyusun makalah ini yang
berjudul “Landasan Sosiologis Pendidikan”. Dan juga kami ucapkan terimakasih kedapa teman-
teman yang telah membantu dan memberikan materi dan masukannya sehingga terselesainya
makalah ini.
Dengan keseriusan dan ketekunan dalam pembuatan makalah Landasan Sosiologis
Pendidikan ini, harapan kami dapat memberikan manfaat bagi teman-teman dan para pembaca,
khususnya memotivasi untuk memulai untuk menulis makalah Landasan Sosiologis Pendidikan.
Serta dapat menjadi pembelajaran bagi kami dalam pembuatan sebuah makalah, terkhusus dalam
materi Landasan Sosiologis Pendidikan.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
penyusunan makalah ini, baik dari segi materi maupun dari tata bahasa. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka saya menerima kritik dan saran dari teman-teman demi perbaikan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah Landasan Sosiologis Pendidikan ini dapat menjadi inspirasi
bagi teman-teman dan pembaca untuk memulai berkarya khususnya dalam hal tulis menulis.

Denpasar, 15 April 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk hidup yang diberikan berbagai potensi oleh Tuhan, setidaknya
manusia diberikan panca indera dalam hidupnya. Namun tentu saja potensi yang dimilikinya
harus digunakan semaksimal mungkin sebagai bekal dalam menjalani hidupnya. Untuk
memaksimalkan semua potensi yang dimiliki oleh kita sebagai manusia, tentunya harus ada
sesuatu yang mengarahkan dan membimbingnya, supaya berjalan dan terarah sesuai dengan
apa yang diharapkan.
Mengingat begitu besar dan berharganya potensi yang dimiliki manusia, maka manusia
harus dibekali dengan pendidikan yang cukup sejak dini. Di lain pihak manusia juga
memiliki kemampuan dan diberikan akal pikiran yang berbeda dengan makhluk yang lain.
Sedangkan pendidikan itu adalah usaha yang disengaja dan terencana untuk membantu
perkembangan potensi dan kemampuan manusia agar bermanfaat bagi kepentingan
hidupnya.
Secara sosiologi, pendidikan adalah sebuah warisan budaya dari generasi ke generasi,
agar kehidupan masyarakat berkelanjutan, dan identitas masyarakat itu tetap terpelihara.
Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-
hari, dan hampir setiap kegiatan manusia tidak terlepas dari unsur sosial budaya.
Memasuki abad ke-21 dan menyongsong milenium ketiga tentu akan terjadi banyak
perubahan dalam kehidupan masyarakat sebagai akibat dari era globalisasi. Tak hanya
perubahan sosial, budaya pun berpengaruh besar dalam dunia pendidikan akibat dari
pergeseran paradigma pendidikan yaitu mengubah cara hidup, berkomunikasi, berpikir, dan
cara bagaimana mencapai kesejahteraan. Dengan mengetahui begitu pesatnya arus
perkembangan dunia diharapkan dunia pendidikan dapat merespon hal-hal tersebut secara
baik dan bijak yang berlandaskan sosiologi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan landasan sosiologis pendidikan?
2. Bagaimana sejarah lahirnya landasan sosiologis pendidikan?
3. Apa yang menjadi landasan dalam sosiologis pendidikan?
4. Bagaimana implementasi landasan sosiologis pendidikan?
5. Bagaimana implikasi landasan sosiologis pendidikan?
6. Apa fungsi kajian dalam landasan sosiologis pendidikan?
7. Apa saja ruang lingkup landasan sosiologis pendidikan?
8. Bagaimana aplikasi landasan sosiologis terhadap bimbingan dan konseling?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian landasan sosiologis pendidikan
2. Untuk mengetahui bagaimana lahirnya landasan sosiologis pendidikan
3. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi landasan dalam sosiologi pendidikan
4. Untuk mengetahui bagaimana implementasi landasan sosiologis pendidikan
5. Untuk mengetahui fungsi kajian dalam landasan sosiologis pendidikan
6. Untuk mengetahui ruang lingkup dalam landasan sosiologis pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Landasan Sosiologis


Sosiologi lahir dalam abad ke-19 di Eropa, karena pergeseran pandangan tentang
masyarakat, sebagai ilmu empiris yang memperoleh pijakan yang kokoh. Sosiologi sebagai
ilmu yang otonom dapat lahir karena terlepas dari pengaruh filsafat. Nama sosiologi untuk
pertama kali digunakan oleh August Comte (1798-1857) pada tahun 1839, sosiologi
merupakan ilmu pengetahuan positif yang memepelajari masyarakat. Sosiologi mempelajari
berbagai tindakan sosial yang menjelma dalam realitas sosial. Mengingat banyaknya realitas
sosial, maka lahirlah berbagai cabang sosiologi seperti sosiologi kebudayaan, sosiologi
ekonomi, sosiologi agama, sosiologi pengetahuan, sosiologi pendidikan, dan lain-lain.
Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua individu, bahkan dua
generasi, yang memungkinkan generasi muda memperkembangkan diri. Kegiatan
pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh
masyarakat. Perhatian sosiologi pada pendidikan semakin intensif. Dengan meningkatnya
perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan tersebut maka lahirlah cabang sosiologi
pendidikan.
Ciri-ciri sosiologis pendidikan :
1. Empiris adalah adalah ciri utama sosiologi sebagai ilmu, Sebab bersumber dan
diciptakan dari kenyataan yang terjadi di lapangan.
2. Teoritis adalah peningkatan fase penciptaan yang menjadi salah satu bentuk budaya
yang bisa disimpan dalam waktu lama dan dapat diwariskan kepada generasi muda.
3. Komulatif adalah sebagai akibat dari penciptaan terus – menerus sebagai
konsekuensi dari terjadinya perubahan di masyarakat, yang membuat teori – teori itu
akan berkomulasi mengarah kepada teori yang lebih baik.
4. Nonetis adalah karena teori ini menceritakan apa adanya tentang masyarakat beserta
individu – individu di dalamnya, tidak menilai apakah hal itu baik atau buruk.
Dalam kehidupan bermasyarakat dibedakan tiga macam norma yang dianut oleh
pengikutnya:
1. Paham individualisme
2. Paham kolektivisme
3. Paham integralistik
Paham individualisme dilandasi teori bahwa manusia itu lahir merdeka dan hidup merdeka.
Masing-masing boleh berbuat apa saja menurut keinginannya masing-masing, asalkan tidak
mengganggu keamanan orang lain. Dampak individualisme menimbulkan cara pandang
lebih mengutamakan kepentingan individu di atas kepentingan masyarakat.
Dalam masyarakat seperti ini, usaha untuk mencapai pengembangan diri, antara anggota
masyarakat satu dengan yang lain saling berkompetisi sehingga menimbulkan dampak yang
kuat selalu menang dalam bersaing dengan yang kuat sajalah yang dapat eksis. Berhadapan
dengan paham di atas adalah paham kolektivisme yang memberikan kedudukan yang
berlebihan kepada masyarakat dan kedudukan anggota masyarakat secara perseorangan
hanyalah sebagai alat bagi masyarakatnya. dalam masyarakat yang menganut paham
integralistik; masing-masing anggota masyarakat saling berhubungan erat satu sama lain
secara organis merupakan masyarakat.
Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham integralistik yang bersumber
dari norma kehidupan masyarakat:
1. Kekeluargaan dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat.
2. Kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat.
3. Negara melindungi warga anegaranya
4. Selaras serasi seimbang antara hak dan kewajiban.
Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia orang
perorang melainkan juga kualitas struktur masyarakatnya.
Sifat sebagai makhluk sosial sudah dimiliki sejak bayi, dan tampaknya merupakan potensi
yang dibawa sejak lahir. Bahwa manusia merupakan makhluk sosial karena beberapa faktor
berikut:
1. Sifat ketergantungan manusia dengan manusia lainnya
2. Sifat adaptability dan intelegensi.
Dengan demikian, manusia sebagai makhluk sosial, menjadikan sosiologi sebagai landasan
bagi proses dan pelaksanaan pendidikan, karena memang karakteristik dasar manusia
sebagai makhluk sosial akan berkembang dengan baik dan menghasilkan kebudayaan-
kebudayaan yang bernilai serta peradaban tinggi melalui pendidikan.

B. Sejarah Lahirnya Sosiologis Pendidikan


Sosiologi lahir dalam abad ke-19 di Eropa, karena pergeseran pandangan tentang
masyarakat, sebagai ilmu empiris yang memperoleh pijakan yang kokoh. Sosiologi sebagai
ilmu yang otonom dapat lahir karena terlepas dari pengaruh filsafat. Nama sosiologi untuk
pertama kali digunakan oleh August Comte (1798-1857), sosiologi merupakan ilmu
pengetahuan positif yang memepelajari tentang masyarakat.
Sosiologi mempelajari berbagai tindakan sosial yang menjelma dalam realitas sosial.
Mengingat banyaknya realitas sosial, maka lahirlah berbagai cabang sosiologi seperti
sosiologi kebudayaan, sosiologi ekonomi, sosiologi agama, sosiologi pengetahuan, sosiologi
pendidikan.
Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari tampilnya
sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain Herbert Spencer, Karl
Marx,Emile Durkheim, Ferdinand Tonnies, George Simmel, Max Weber, dan Pitirim
Sorokin (semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing berjasa besar menyumbangkan
beragam pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan
sosiologi. Emile Durkheim (ilmuwan sosial Perancis) berhasil melambangakan sosiologi
sebagai disiplin akademis. Emile memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang
berupaya menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus pemelihara
keteraturan sosial. Pada tahun 1876 di organic, yang memahami masyarakat seperti tubuh
manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama
lain. Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialism dialektis, yang menganggap
konflik antar kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan masyarakat.

C. Landasan Dalam Sosiologis Pendidikan


Landasan sosiologi mengandung norma dasar pendidikan yang bersumber dari norma
kehidupan masyarakat yang dianut oleh suatu bangsa. Untuk memahami kehidupan
bermasyarakat suatu bangsa, kita harus memusatkan perhatian pada pola hubungan antar
pribadi dan antar kelompok dalam masyarakat tersebut. Untuk terciptanya kehidupan
masyarakat yang rukun dan damai, terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam
perkembangannya menjadi norma-norma sosial yang mengikat kehidupan bermasyarakat
dan harus dipatuhi oleh masing-masing anggota masyarakat.
Dalam kehidupan bermasyarakat dibedakan tiga macam norma yang dianut oleh
pengikutnya, yaitu:
1. Paham Individualisme
Paham individualisme dilandasi teori bahwa manusia itu lahir merdeka dan hidup
merdeka. Masing-masing boleh berbuat apa saja menurut keinginannya, asalkan
tidak mengganggu keamanan orang lain.
Dampak individualisme menimbulkan cara pandang yang lebih mengutamakan
kepentingan individu di atas kepentingan masyarakat. Dalam masyarakat seperti ini,
usaha untuk mencapai pengembangan diri, antara anggota masyarakat satu dengan
yang lain saling berkompetisi sehingga menimbulkan dampak yang kuat.
2. Paham Kolektivisme
Paham kolektivisme memberikan kedudukan yang berlebihan kepada masyarakat dan
kedudukan anggota masyarakat secara perseorangan hanyalah sebagai alat bagi
masyarakatnya.
3. Paham Integralistik.
Paham integralistik dilandasi pemahaman bahwa masing-masing anggota masyarakat
saling berhubungan erat satu sama lain secara organis merupakan masyarakat.
Masyarakat integralistik menempatkan manusia tidak secara individualis melainkan
dalam konteks strukturnya manusia adalah pribadi dan juga merupakan relasi.
Kepentingan masyarakat secara keseluruhan diutamakan tanpa merugikan kepentingan
pribadi. Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham integralistik yang
bersumber dari norma kehidupan masyarakat:
1. kekeluargaan dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat
2. kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat
3. negara melindungi warga negaranya
4. selaras serasi seimbang antara hak dan kewajiban.
Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia secara
orang per orang.

D. Implementasi Landasan Sosiologis Pendidikan


Masyarakat Indonesia setelah kemerdekaan, utamanya pada zaman pemerintahan orde
baru telah banyak perubahan. Sebagai masyarakat majemuk, maka komunitas dengan ciri-
ciri unik baik secara horizontal maupun vertical masih dapat ditemukan. Demikian pula
halnya dengan sifat-sifat dasar dari zaman penjajahan belum terhapus seluruhnya. Namun
dengan niat politik yang kuat menjadi suatu masyarakat bangsa Indonesia serta dengan
kemajuan dalam berbagai bidang pembangunan. Berbagai upaya yang persatuan dan
kesatuan yang kokoh, berbagai upaya tersebut dilaksanakan dengan tidak mengabaikan
kenyataan tentang kemajemukan masyarakat Indonesia. Hal terakhir tersebut kini makin
mendapat perhatian yag semestinya dengan antara lain memasukkannya muatan local di
dalam kurikulum sekolah. Muatan lokal yang didasarkan pada kebhinekaan masyaraka
Indonesia. Dengan demikian akan dapat diwujudkan manusia Indonesia dengan wawasan
nusantara dan berjiwa nasional akan tetapi memahami dan menyatu dengan
lingkungan.dilakukan, baik melalui jalur sekolah (seperti mata pelajaran PKn, pendidikan
sejarah) maupun jalur pendidikan luar sekolah (penataran, P4, Pemasyarakaatn P4 non
penaratan ) telah mulai menumbuhkan benih-benih.
E. Implikasi Landasan Sosiologis Pendidikan
Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun
informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula.
Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi
landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia yang
menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan
diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyarakatnya. Oleh
karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan,
kondisi, karakteristik, kekayaan, dan perkembangan yang ada di masyakarakat.
Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem-sosial budaya
tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat.
Salah satu aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang
mengatur cara berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut
dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya. Sejalan
dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga turut
berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan perubahan dan
penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam
menetapkan tujuan pembelajaran di sekolah dasar maka penting untuk dilihat dari sudut
pandang sosiologi. Tujuan pembelajaran di sekolah dasar hendaknya seimbang dalam
pencapaian kompetensi kognitif, psikomotorik, dan afektif. Kompetensi-kompetensi tersebut
harapannya nanti dapat menjadi bekal peserta didik saat mereka terjun ke masyarakat.
Pendidik merupakan subjek yang mendidik para peserta didik. Pendidik hendaknya
mengenali latar belakang sosial peserta didik agar dalam melakukan pembelajaran sesuai
dengan lingkungan peserta didik dan harapan masyarakat.
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu
rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa
pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan
masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal
pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai
perkembangan lebih lanjut di masyarakat.

F. Fungsi Kajian Landasan Sosiologis Pendidikan


1. Fungsi eksplanasi
Menjelaskan atau memberikan pemahaman tentang fenomena yang termasuk ke dalam
ruang lingkup pembahasannya. Untuk diperlukan konsep-konsep, proposisi-proposisi
mulai dari yang bercorak generalisasi empirik sampai dalil dan hukum-hukum yang
mantap, data dan informasi mengenai hasil penelitian lapangan yang actual, baik dari
lingkungan sendiri maupun dari lingkungan lain, serta informasi tentang masalah dan
tantangan yang dihadapi. Dengan informasi yang lengkap dan akurat, komunikan akan
memperoleh pemahaman dan wawasan yang baik dan akan dapat menafsirkan
fenomena-fenomena yang dihadapi secara akurat. Penjelasan-penjelasan itu bisa
disampaikan melalui berbagai media komunikasi.
2. Fungsi prediksi
Meramalkan kondisi dan permasalahan pendidikan yang diperkirakan akan muncul pada
masa yang akan datang. Sejalan dengan itu, tuntutan masyarakat akan berubah dan
berkembang akibat bekerjanya faktor-faktor internal dan eksternal yang masuk ke dalam
masyarakat melalui berbagai media komunikasi. Fungsi prediksi ini amat diperlukan
dalam perencanaan pengembangan pendidikan guna mengantisipasi kondisi dan
tantangan baru.
3. Fungsi utilisasi
Menangani permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan masyarakat
seperti masalah lapangan kerja dan pengangguran, konflik sosial, kerusakan lingkungan,
dan lain-lain yang memerlukan dukungan pendidikan, dan masalah penyelenggaraan
pendidikan sendiri.
Jadi, secara umum sosiologi pendidikan bertujuan untuk mengembangkan fungsi-
fungsinya selaku ilmu pengetahuan (pemahaman eksplanasi, prediksi, dan utilisasi) melalui
pengkajian tentang keterkaitan fenomena-fenomena siosial dan pendidikan, dalam rangka
mencari model-model pendidikan yang lebih fungsional dalam kehidupan masyarakat.
Secara khusus, Sosiologi Pendidikan berusaha untuk menghimpun data dan informasi
tentang interaksi sosial di antara orang-orang yang terlibat dalam institusi pendidikan dan
dampaknya bagi peserta didik, tentang hubungan antara lembaga pendidikan dan komunitas
sekitarnya, dan tentang hubungan antara pendidikan dengan pranata kehidupan lain.

G. Ruang Lingkup Landasan Sosiologis Pendidikan


Para ahli Sosiologi dan ahli Pendidikan sepakat bahwa, sesuai dengan namanya,
Sosiologi Pendidikan atau Sociology of Education (juga Educational Sociology) adalah
cabang ilmu Sosiologi, yang pengkajiannya diperlukan oleh professional dibidang
pendidikan (calon guru, para guru, dan pemikir pendidikan) dan para mahasisiwa serta
professional sosiologi.
Mengenai ruang lingkup Sosiologi Pendidikan, Brookover mengemukakan adanya empat
pokok bahasan berikut:
1) Hubungan sistem pendidikan dengan sistem social lain
2) Hubungan sekolah dengan komunitas sekitar
3) Hubungan antar manusia dalam sistem pendidikan
4) Pengaruh sekolah terhadap perilaku anak didik
Rochman Natawidjaja (2007: 81).
Sosiologi Pendidikan diharapkan mampu memberikan rekomendasi mengenai bagaimana
harapan dan tuntutan masyarakat mengenai isi dan proses pendidikan itu, atau bagaimana
sebaiknya pendidikan itu berlangsung menurut kacamata kepentingan masyarakat, baik pada
level nasional maupun lokal.
Sosiologi Pendidikan secara operasional dapat defenisi sebagai cabang sosiologi yang
memusatkan perhatian pada mempelajari hubungan antara pranata pendidikan dengan
pranata kehidupan lain, antara unit pendidikan dengan komunitas sekitar, interaksi social
antara orang-orang dalam satu unit pendidikan, dan dampak pendidikan pada kehidupan
peserta didik. Rochman Natawidjaja (2007: 82).
H. Aplikasi Landasan Sosiologis Terhadap Bimbingan Dan Konseling
Landasan sosilogis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada
konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang
mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan
produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan
dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-
budaya yang ada di sekitarnya. Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial-budaya dapat
mengakibatkan tersingkir dari lingkungannya. Lingkungan sosial-budaya yang
melatarbelakangi dan melingkupi individu berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan
pula dalam proses pembentukan perilaku dan kepribadian individu yang bersangkutan.
Apabila perbedaan dalam sosial-budaya ini tidak “dijembatani”, maka tidak mustahil
akan timbul konflik internal maupun eksternal, yang pada akhirnya dapat menghambat
terhadap proses perkembangan pribadi dan perilaku individu yang besangkutan dalam
kehidupan pribadi maupun sosialnya.
Dalam proses konseling akan terjadi komunikasi interpersonal antara konselor dengan
klien, yang mungkin antara konselor dan klien memiliki latar sosial dan budaya yang
berbeda. Pederson dalam Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber hambatan
yang mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar budaya, yaitu :
(a) perbedaan bahasa;
(b) komunikasi non-verbal
(c) stereotipe
(d) kecenderungan menilai
(e) kecemasan.
Kurangnya penguasaan bahasa yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkomunikasi
dapat menimbulkan kesalahpahaman. Bahasa non-verbal pun sering kali memiliki makna
yang berbeda-beda, dan bahkan mungkin bertolak belakang. Stereotipe cenderung
menyamaratakan sifat-sifat individu atau golongan tertentu berdasarkan prasangka subyektif
(social prejudice) yang biasanya tidak tepat. Penilaian terhadap orang lain disamping dapat
menghasilkan penilaian positif tetapi tidak sedikit pula menimbulkan reaksi-reaksi negatif.
Kecemasan muncul ketika seorang individu memasuki lingkungan budaya lain yang unsur-
unsurnya dirasakan asing. Kecemasan yanmg berlebihan dalam kaitannya dengan suasana
antar budaya dapat menuju ke culture shock, yang menyebabkan dia tidak tahu sama sekali
apa, dimana dan kapan harus berbuat sesuatu. Agar komuniskasi sosial antara konselor
dengan klien dapat terjalin harmonis, maka kelima hambatan komunikasi tersebut perlu
diantisipasi.
Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, Moh. Surya (2006)
mengetengahkan tentang tren bimbingan dan konseling multikultural, bahwa bimbingan dan
konseling dengan pendekatan multikultural sangat tepat untuk lingkungan berbudaya plural
seperti Indonesia. Bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan landasan semangat
bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di atas keragaman. Layanan bimbingan dan konseling
hendaknya lebih berpangkal pada nilai-nilai budaya bangsa yang secara nyata mampu
mewujudkan kehidupan yang harmoni dalam kondisi pluralistik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dasar sosiologis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan, dan karakteristik
masyarakat. Sosiologi pendidikan merupakan analisa ilmiah tentang proses social di dalam
sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat
bidang :
1) hubungan sistem pendidikan dengan sistem sosial lain
2) hubungan sekolah dengan komunitas sekitar
3) hubungan antar manusia dalam sistem pendidikan
4) pengaruh sekolah terhadap perilaku anak didik
Landasan sosiologis mengandung norma dasar pendidikan yang bersumber dari norma
kehidupan masyarakat yang dianut oleh suatu bangsa. Untuk memahami kehidupan
bermasyarakat suatu bangsa, kita harus memusatkan perhatian pada pola hubungan antar
pribadi dan antar kelompok dalam masyarakat tersebut. Untuk terciptanya kehidupan
bermasyarakat yang rukun dan damai, terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam
perkembangannya menjadi norma-norma sosial yang mengikat kehidupan bermasyarakat
dan harus dipatuhi oleh masing-masing anggota masyarakat.
Sosiologi pendidikan dituntut untuk melakukan tiga fungsi, yaitu:
(1) fungsi eksplanasi
(2) fungsi prediksi
(3) fungsi utilisasi.
Secara umum, sosiologi pendidikan bertujuan untuk mengembangkan fungsi-fungsinya
tersebut melalui pengkajian fenomena-fenomena sosial dan pendidikan, dalam rangka
mencari model-model pendidikan yang lebih fungsional dalam kehidupan masyarakat.
Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah mempengaruhi sistem
pendidikan nasional. Hal tersebut sangatlah wajar, mengingat kebutuhan akan pendidikan
semakin meningkat dan kompleks. Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk
menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan masyarakat terutama dalam hal
menumbuhkembangkan ke-Bhineka tunggal ika-an, baik melalui kegiatan jalur sekolah
maupun jalur pendidikan luar sekolah.
B. Saran
Manusia sebagai makhluk sosial, maka setiap manusia seharusnya menjadikan sosiologi
sebagai landasan bagi proses dan pelaksanaan pendidikan, karena memang karakteristik
dasar manusia sebagai makhluk sosial akan berkembang dengan baik dan menghasilkan
kebudayaan-kebudayaan yang bernilai serta peradaban tinggi melalui pendidikan. Maka
perlu adanya komitmen dari pemerintah untuk memberikan suatu pengembangan yang
memadai tentang sosiologi pendidikan. Seperti tampak seperti ini seharusnya pendidikan
melaksanakan pengembangan, yang dilaksanakan umumnya tidak memilih salah satu tetapi
seharusnya diupayakan seimbang antara pelestarian dan pengembangan sosial.
DAFTAR PUSTAKA

Tirtarahardja, U. & Sula, S. L. L. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.


Ruswandi, Uus & Hermawan Heris, A. 2008. Nurhamzah.  Landasan Pendidikan. Bandung: CV.
Insan Mandiri.
Sutikno Sobry. M. 2008. Landasan Pendidikan. Bandung: Prospect.
Natawidjaya. R. Sukmadinata,.N.S.  Ibrahim. Djohar. A.  2007.    Ilmu  Rujukan Filsafat, Teori,
dan Praksis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Sukardjo, M. & Komarudin, Ukim. 2009. Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya .
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
https://rimatrian.blogspot.com/2014/12/landasan-sosiologis-
pendidikan.html#:~:text=Landasan%20sosiologi%20pendidikan%20merupakan
%20asumsi,dijadikan%20titik%20tolak%20dalam%20pendidikan.&text=Landasan
%20sosiologis%20pendidikan%20juga%20merupakan,sosial%20di%20dalam%20sistem
%20pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai