2022
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia sebagai makluk sosial memiliki hubungan antara individu dengan individu,
individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok dalam tatanan masyarakat. Hidup
dalam masyarakat merupakan manifestasi bagi perkembangan seorang anak, hal ini
dikarenakan aspek sosial akan melekat pada diri anak tersebut yang akan dikembangkan
dalam perjalanan hidupnya, untuk mencap kehidupan yang hakiki. Di samping itu semua,
Pendidikan juga membantu mengembangkan aspek sosial pada diri peserta didik, aspek sosial
berperan membantu peserta didik mengembangkan dirinya dengan cara mendidik,
membimbing agar kelak dapat hidup serasi dengan masyarakat dimana mereka tinggal.
Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua individu, bahkan
dua generasi, yang memungkinkan generasi muda memperkembangkan diri. Kegiatan
pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh
masyarakat. Perhatian Sosiologi pada pendidikan semakin intensif. Dengan meningkatnya
perhatian Sosiologi pada kegiatan pendidikan tersebut maka lahirlah cabang Sosiologi
pendidikan. Ciri-ciri Sosiologis pendidikan :
1. Empiris adalah adalah ciri utama Sosiologi sebagai ilmu, Sebab bersumber dan
diciptakan dari kenyataan yang terjadi di lapangan.
2. Teoritis adalah peningkatan fase penciptaan yang menjadi salah satu bentuk budaya
yang bisa disimpan dalam waktu lama dan dapat diwariskan kepada generasi muda.
3. Komulatif adalah sebagai akibat dari penciptaan terus – menerus sebagai
konsekuensi dari terjadinya perubahan di masyarakat, yang membuat teori – teori itu
akan berkomulasi mengarah kepada teori yang lebih baik.
4. Nonetis adalah karena teori ini menceritakan apa adanya tentang masyarakat beserta
individu – individu di dalamnya, tidak menilai apakah hal itu baik atau buruk.
Dalam kehidupan bermasyarakat dibedakan tiga macam norma yang dianut oleh
pengikutnya, yakni (1) Paham individualisme, (2)Paham kolektivisme, dan (3) Paham
integralistik. Paham individualisme dilandasi teori bahwa manusia itu lahir merdeka dan hidup
merdeka.Masing-masing boleh berbuat apa saja menurut keinginannya, asalkan tidak
mengganggu keamanan orang lain.
Dampak individualisme menimbulkan cara pandang yang lebih mengutamakan
kepentingan individu di atas kepentingan masyarakat. Dalam masyarakat seperti ini, usaha
untuk mencapai pengembangan diri, antara anggota masyarakat satu dengan yang lain saling
berkompetisi sehingga menimbulkan dampak yang kuat.
Paham kolektivisme memberikan kedudukan yang berlebihan kepada masyarakat dan
kedudukan anggota masyarakat secara perseorangan hanyalah sebagai alat bagi masyarakatnya.
Sedangkan paham integralistik dilandasi pemahaman bahwa masing-masing anggota
masyarakat saling berhubungan erat satu sama lain secara organis merupakan masyarakat.
Landasan Sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham integralistik yang
bersumber dari norma kehidupan masyarakat, yaitu;
1) Kekeluargaan dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat,
2) Kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat
3) Negara melindungi warga anegaranya,
4) Selaras serasi seimbang antara hak dan kewajiban.Oleh karena itu, pendidikan
di Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia perindividu
melainkan juga kualitas struktur masyarakatnya.
Sifat sebagai makhluk sosial sudah dimiliki sejak bayi, dan tampaknya merupakan
potensi yang dibawa sejak lahir. Bahwa manusia merupakan makhluk sosial karena beberapa
faktor berikut:
(1) Sifat ketergantungan manusia dengan manusia lainnya,
(2)Sifat adaptability dan intelegensi. Manusia sebagai makhluk sosial,
1. Fungsi eksplanasi
Menjelaskan atau memberikan pemahaman tentang fenomena yang termasuk ke dalam
ruang lingkup pembahasannya. Untuk diperlukan konsep-konsep, proposisi-proposisi mulai
dari yang bercorak generalisasi empirik sampai dalil dan hukum-hukum yang mantap, data dan
informasi mengenai hasil penelitian lapangan yang actual, baik dari lingkungan sendiri maupun
dari lingkungan lain, serta informasi tentang masalah dan tantangan yang dihadapi. Dengan
informasi yang lengkap dan akurat, komunikan akan memperoleh pemahaman dan wawasan
yang baik dan akan dapat menafsirkan fenomena-fenomena yang dihadapi secara akurat.
Penjelasan-penjelasan itu bisa disampaikan melalui berbagai media komunikasi.
2. Fungsi prediksi
Meramalkan kondisi dan permasalahan pendidikan yang diperkirakan akan muncul
pada masa yang akan datang. Sejalan dengan itu, tuntutan masyarakat akan berubah dan
berkembang akibat bekerjanya faktor-faktor internal dan eksternal yang masuk ke dalam
masyarakat melalui berbagai media komunikasi. Fungsi prediksi ini amat diperlukan dalam
perencanaan pengembangan pendidikan guna mengantisipasi kondisi dan tantangan baru.
3. Fungsi utilisasi
Menangani permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan masyarakat
seperti masalah lapangan kerja dan pengangguran, konflik sosial, kerusakan lingkungan, dan
lain-lain yang memerlukan dukungan pendidikan, dan masalah penyelenggaraan pendidikan
sendiri.
Jadi, secara umum sosiologi pendidikan bertujuan untuk mengembangkan fungsi-
fungsinya selaku ilmu pengetahuan (pemahaman eksplanasi, prediksi, dan utilisasi) melalui
pengkajian tentang keterkaitan fenomena-fenomena siosial dan pendidikan, dalam rangka
mencari model-model pendidikan yang lebih fungsional dalam kehidupan masyarakat. Secara
khusus, Sosiologi Pendidikan berusaha untuk menghimpun data dan informasi tentang
interaksi sosial di antara orang-orang yang terlibat dalam institusi pendidikan dan dampaknya
bagi peserta didik, tentang hubungan antara lembaga pendidikan dan komunitas sekitarnya,
dan tentang hubungan antara pendidikan dengan pranata kehidupan lain.
(2.2) A. Landasan Psikologi Pendidikan
2. Psikologi Belajar
Di kalangan ahli psikologi terdapat keragaman dalam cara menjelaskan dan mendefinisikan
makna belajar (learning). Namun, baik secara eksplisit maupun secara implisit pada akhirnya
terdapat kesamaan maknanya, ialah bahwa definisi manapun konsep belajar itu selalu
menunjukkan kepada suatu proses perubahan prilaku atau pribadi seseorang berdasarkan
praktik atau pengalaman tertentu.
Secara psikologis, belajar dapat didefinisikan sebagai “suatu usaha yang dilakukan oleh
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara sadar dari hasil interaksinya
dengan lingkungan” (Slameto, 1991:2). Definisi ini menyiratkan dua makna. Pertama, bahwa
belajar merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan
perubahan tingkah laku. Kedua, perubahan tingkah laku yang terjadi harus secara
sadar. Maka kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu dipandang
sebagai Proses belajar, sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri dipandang sebagai Hasil
belajar. Hal ini berarti, belajar pada hakikatnya menyangkut dua hal yaitu proses
belajar dan hasil belajar.
Para ahli psikologi cenderung untuk menggunakan pola-pola tingkah laku manusia sebagai
suatu model yang menjadi prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip belajar ini selanjutnya lazim
disebut dengan Teori Belajar.
1) Teori belajar klasik masih tetap dapat dimanfaatkan, antara lain untuk menghapal
perkalian dan melatih soal-soal (Disiplin Mental). Teori Naturalis bisa dipakai dalam
pendidikan luar sekolah terutama pendidikan seumur hidup.
2) Teori belajar behaviorisme bermanfaat dalam mengembangkan perilaku-perilaku nyata,
seperti rajin, mendapat skor tinggi, tidak berkelahi dan sebagainya.
3) Teori-teori belajar kognisi berguna dalam mempelajari materi-materi yang rumit yang
membutuhkan pemahaman, untuk memecahkan masalah dan untuk mengembangkan ide
(Pidarta, 2007:218).
3. Psikologi Sosial
Menurut Hollander (1981) psikologi sosial adalah psikologi yang mempelajari psikologi seseorang
di masyarakat, yang mengkombinasikan ciri-ciri psikologi dengan ilmu sosial untuk mempelajari
pengaruh masyarakat terhadap individu dan antar individu (Pidarta, 2007:219).
Menurut Klinger (dikutip Pidarta, 2007:222) faktor-faktor yang menentukan motivasi belajar
adalah.
1. Minat dan kebutuhan individu.
2. Persepsi kesulitan akan tugas-tugas.
3. Harapan sukses.
Dalam proses dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendidikan peranan psikologi menjadi sangat
mutlak. Analisis psikologi akan membantu para pendidik memahami struktur psikologis anak didik
dan kegiatan-kegiatannya, sehingga kita dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan
secara efektif.