SOSIOLOGI PENDIDIKAN
JURUSAN TARBIYAH
PENDAHULUAN
Pendidikan di Indonesia saat ini mengalami kondisi yang jauh dari apa yang diharapkan. Masalah
dalam dunia pendidikan di Negara ini sangat bermacam-macam, meliputi hubungan sistem
pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat, hubungan antar manusia di dalam
sekolah,pengaruh sekolah terhadap perilaku dan kepribadian semua pihak sekolah dan lembaga
pendidikan dalam masyarakat. Untuk itu, para guru dan calon guru harus paham dan dibekali
sosiologi pendidikan serta terampil mengoperasionalkan dalam kegiatan pendidikan.
Di dalam kegiatan manusia sebagai mahluk sosial menimbulkan berbagai ilmu pengetahuan sendiri.
Termasuk disini kegiatan manusia untuk mendidik generasi-generasi mudanya, ialah dengan
memberikan, mewariskan kebudayaannya kepada anak cucunya. Didalam karya mendidik inilah
manusia berusaha untuk mengetahui bagaimanakah proses pendidikan itu dilihat dari segi sosialnya,
ditinjau dari konstelasi sosial, dimana terjalin karya mendidik itu. Maka disini timbullah suatu cabang
ilmu pengetahuan ialah sosiologi pendidikan. Dewasa ini ilmu pengetahuan telah berkembang pesat,
terutama dalam bidang teknologi modern, Ilmu sosiologipun tidak mau ketinggalan. Salah satu
diantaranya adalah Sosiologi Pendidikan. Ilmu ini masih sangat muda dan masih memerlukan
pembinaan, terutama dilingkungan akademis. Secara garis besar, Plato dalam teori sosialnya amat
mementingkan masyarakat dibanding individu. Bahkan individualisme disamakan dengan egoisme,
dengan egoisme kelompok dengan altruisme. Oleh karenanya Plato memandang bahwa susunan
Negara adalah sintesis antara aristokrasi dengn demokrasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penyusun merumuskan rumusan masalah sebagai
berikut:
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan
mendeskripsikan:
D. Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun secara
praktis. Secara teoritis makalah ini berguna untuk pengembangan konsep sosiologi pendidikan.
Adapun secara praktis makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
2. Pembaca / guru, sebagai media informasi tentang konsep dasar sosiologi pendidikan.
E. Prosedur Makalah
Makalah ini disusun dengan menggunakan metode kepustakaan. Metode ini tidak hanya berarti
pergi ke perpustakaan. Tapi dapat pula dilakukan dengan mencari materi dengan menggunakan
akses internet. Penulis menggunakan metode ini karena jauh lebih praktis, efektif, efisien, serta
sangat mudah untuk mencari bahan dan data-data tentang topik ataupun materi yang penulis
gunakan untuk makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
Sosiologi ini dicetuskan oleh Aguste Comte maka dari itu dia dikenal sebagai bapak sosiologi, ia lahir
di Montpellier tahun 1798. ia merupakan seorang penulis kebanyakan konsep, prinsip dan metode
yang sekarang dipakai dalam sosiologi berasal dari Comte. Comte membagikan sosiologi atas statika
sosial dan dinamika sosial dan sosiologi mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
1. Bersifat empiris yaitu didsarkan pada observasi dan akal sehat yang hasilnya tidak bersifat
spekulatif.
2. Bersifat teoritis yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dan hasil observasi.
3. Bersifat kumulatif yaitu teori-teori sosiologi dibentuk berdasarkan teori yang ada kemudian
diperbaiki, diperluas dan diperhalus
4. Bersifat nenotis yaitu tidak mempersoalkan baik buruk suatu fakta tertentu tetapi untuk
menjelaskan fakta tersebut.
Comte mengatakan bahwa tiap-tiap cabang ilmu pengetahuan manusia mesti melalui tiga tahapan
perkembangan teori secara berturut-turut yaitu keagamaan atau khayalan, metafisika atau abstrak
dan saintifik atau positif ( Soekadijo, 1989:4 ). Setelah selesai perang dunia II, perkembangan
masyarakat berubah secara drastis dimana masyarakat dunia menginginkan adanya perubahan
dalam menyahuti perkembangan dan kebutuhan baru terhadap penyesuaian perilaku lembaga
pendidikan. Oleh karena itu disiplin sosiologi pendidikan yang sempat tenggelam dimunculkan
kembali sebagai bagian dari ilmu-ilmu penting dilembaga pendidikan ( Muhyi Batu bara, 2004:5 ).
Perkembangan sosiologi pendidikan sebagai ilmu pengetahuan dimulai sejak awal abad ke 20 yang
merupakan bagian dari sosiologi. Tetapi sebenarnya sosiologi pendidikan lahir bersamaan
munculnya persoalan-persoalan pendidikan yang tidak teratasi dan kemudian pendidikan tersebut
diatasi dengan menggunakan pendekatan sosiologis.
Sebelum berakhirnya PD II sosiologi pendidikan sebagai suatu ilmu pengetahuan semapat hilang dari
peredaran dan tidak dianggap sebagai sesuatu yang penting untuk diajarkan di Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan (LPTK) di Amerika Serikat. Setelah PD II, perkembangan masyarakat mengalami
perubahan secara dratis.
Dinamika masyarakat dunia menginginkan adanya perubahan dalam menyahuti perkembangan dan
kebutuhan baru terhadap penyesuaian perilaku lembaga pendidikan, dalam menyikapi perlunya
dimensi pendidikan menjadi instrumen terpenting dalam memajukan masyarakat. Karena itu,
disiplin sosiologi pendidikan yang sempat tenggelam tersebut dimunculkan kembali sebagai bagian
dari ilmu penting di lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK). Lester Frank Word (1841-
1913), salah seorang pelopor sosiologi di Amerika dianggap sebagai pencetus gagasan lahirnya
sosiologi pendidikan di Amerika.
Gagasan tersebut muncul dalam bukunya yang berjudul : Applied Sociology (Sosiologi Terapan), yang
mengkaji perubahan-perubahan masyarakat karena usaha manusia. Gagasan Word tadi kemudian
dikembangkan oleh John Dewey. Dewey memandang bahwa hubungan antara lembaga pendidikan
dan masyarakat sangat penting. Pemikiran Dewey dikembangkan lagi dalam bukunya : Democracy
and Educatian (Demokrasi dan Pendidikan) pada tahun 1916 yang mendorong berkembangnya
sosiologi pendidikan. Pada tahun 1887 dibuka pertama kali kuliah sosiologi pendidikan di Amerika
Serikat.
Kemudian pada tahun 1910 Henry Suzzaalo memberi kuliah sosiologi pendidikan di Teachers Collage,
di 16 Lembaga Pendidikan Tinggi. Tahun 1917 Buku Teks Sosiologi Pendidikan pertama: Introduction
to Educational Sociology diterbitkan oleh Walter Smith.
Tahun 1928 terbit The Journal of educational pimpinan E. George Payne, dan tahun 1936 disusul
munculnya majalah : Social Education. Menurut pendapat Drs. Ary H. Gunawan, bahwa sejarah
sosiologi pendidikan terdiri dari 4 fase, yaitu:
1. fase pertama, dimana sosiologi sebagai bagian dari pandangan tentang kehidupan bersama
filsafat umum. Pada fase ini sosiologi merupakan cabang filsafat, maka namanya adalah filsafat
sosial.
2. fase kedua ini, timbul keinginan-keinginan untuk membangun susunan ilmu berdasarkan
pengalaman-pengalaman dan peristiwa-peristiwa nyata (empiris). Jadi pada fase ini mulai adanya
keinginan memisahkan diri antara filsafat dengan sosial.
3. fase ketiga ini, merupakan fase awal dari sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri
sendiri. Orang mengatakan bahwa Comte adalah “bapak sosiologi”, karena ialah yang pertama kali
mempergunakan istilah sosiologi dalam pembahasan tentang masyarakat. Sedangkan Saint Simon
dianggap sebagai “perintis jalan” bagi sosiologi. Ia bermaksud membentuk ilmu yang disebut
“Psycho-Politique”. Dengan ilmu tersebut Saint Simon dan juga Comte mengambil rumusan dari
Turgot (1726-1781) sebagai orang yang berjasa terhadap sosiologi, sehingga sosiologi menjadi
tumbuh sendiri
4. fase yang terakhir ini, ciri utamanya adalah keinginan untuk bersama-sama memberikan batas
yang tegas tentang obyek sosiologi, sekaligus memberikan pengertian-pengertian dan metode-
metode sosiologi yang khusus. Pelopor sosiologi yang otonom dalam metodenya ini berada pada
akhir abad 18 dan awal 19 antara lain adalah Fiche, Novalis, Adam Muller, Hegel, dan lain-lain.
Nama-nama sosiologi pendidikan sebagaimana yang dipakai oleh Steward adalah Sociologi Approach
to Education, Educational Sociologi, dan Sociology of Education. Meighan dan Siarj-Blatchford
mengunakan istilah Sociology of Education. W. Taylor mengunakan istilah Educational Sociology
tekanannya terletak pada pernyataan pendidikan dan sosial, sedang Sociology of Education titik
tekannya terletak pada permasalahan sosiologis. Menurut G.E jansen Educational Sociology
membahas problema pendidikan, sedangkan Sociology of Education membahas problema sosiologi
dalam pendidikan.
B. Pengertian Sosiologi Pendidikan
Sosiologi pendidikan berasal dari dua kata, sosiologi dan pendidikan. Pada awalnya sosiologi
berkembang sesuai dengan obyek dan tujuannya sendiri, demikian pula pendidikan. Dengan adanya
perkembangan masyarakat yang begitu cepat dalam segala aspek kehidupan, memerlukan
pengetahuan sesuai dengan kebutuhan. Sosiologi tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat,
demikian pula kalau hanya pendidikan saja. Perkembangan masyarakat yang sangat kompleks
memerlukan ilmu pengetahuan yang kompleks pula, salah satunya adalah sosiologi pendidikan.
Sosiologi secara etimologis sosiologi berasal dari kata latin “socius” dan kata Yunani “logos”. “Socius”
berarti kawan, sahabat, sekutu, rekan, masyarakat. “logos” berarti ilmu. Jadi sosiologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang masyarakat. (Chaerudin, dkk, 1995:67).
1. Menurut W.F. Ogburn dan M.F. Nimkoff dalam buku mereka “A Handbook of Sociology”,
memberikan definisi sosology is the scientific of social life; yang maksudnya : sosiologi adalah studi
secara ilmiah terhadap kehidupan sosial. (Ahmadi, 1984:9)
2. Menurut Roucek dan Wafren : Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara
manusia dalam kelompok-kelompok. (Soekanto, 1989:16).
3. Menurut Ibnu Chaldun, sosiologi adalah mempelajari tentang masyarakat manusia dalam
bentuknya yang bermacam-macam, watak dan ciri-ciri dari pada tiap-tiap bentuk itu dan hukum
yang menguasai perkembangan. Sementara Prof. Groenman mendefinisikan sosiologi sebagai suatu
ilmu yang mempelajari tindakan-tindakan manusia dalam usahanya menyesuaikan diri dalam suatu
ikatan.
Sedangkan pengertian pendidikan sendiri diartikan dari istilah paedegogic berasal dari bahasa
Yunani, terdiri dari kata “pais”, artinya anak, dan ”again” diterjemahkan membimbing, jadi
paedagogic yaitu bimbingan yang diberikan kepada anak. Secara definitif pendidikan (paedagogic)
diartikan, sebagai berikut:
3. Menurut Ki Hajar Dewantara, Mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tinginya. (Ahmadi dan Uhbiyati, 2001:69).
Terdapat pula pengertian sosiologi pendidikan menurut para ahli, yaitu sebagai berikut :
7. F.G Robbins dan Brown, pengertian sosiologi pendidikan ialah ilmu yang membicarakan dan
menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta
mengorganisasi pengalaman. Sosiologi pendidikan mempelajari kelakuan sosial serta prinsip-prinsip
untuk mengontrolnya.
Ruang lingkup sosiologi pendidikan menurut Brookoover dibagi menjadi 4 kategori yaitu:
a. Hubungan antara sistem pendidikan dengan proses sosial dan perubahan kebudayaan
b. Analisis terhadap hubungan antara sistem sekolah dengan sistem sosial dimasyarakat
a. Ciri budaya sekolah, terutama yang jelas-jelas berbeda dengan budaya diluar sekolah
d. Analisis terhadap klik dan struktur kelompok kekeluargaan di dalam sistem persekolahan
Dari penjelasan diatas jelaslah apa yang dimaksud dengan ssosiologi pendidikan dan apa ruang
lingkup garapannya. Secara singkat sosiologi pendidikan dapat didefinisikan sebagai suatu analisis
ilmiah tentang interaksi antara manusia dalam sistem pendidikan dan dengan luar sistem
pendidikan, serta hubungannya antara pendidikan sebagai sebuah institusi sosial dan instusi sosial
lainnya.
Karakteristik yang membedakan sosiologi dengan disiplin sosial yang lain, yaitu (Soekamto, 1999)
1. Sosiologi termasuk kelompok ilmu sosial, yaitu kelompok ilmu yang mempelajari peristiwa atau
gejala-gejala sosial
2. Sosiologi bersifat kategoris yaitu tidak normatif, membicarakan obyeknya secara apa
aqdanya (des sein) dan bukan bagaimana seharusnya (das sollen)
3. Sosiologi bersifat generalis, yaitu Sosiologi meneliti atau mencari prinsip atau hukum-hukum
umum interaksi manusia
4. Sosiologi bersifat abstrak yaitu wujud kesatuannya yang bersifat umum atau terpisah-pisah
5. Sosiologi merupakan ilmu yang umum, yaitu mempelajari umum yang ada pada setiap
interaksi umum. Yaitu mempelajari gejala-gejala yang khusus
6. Sosiologi termasuk ilmu murni yaitu tujuan penelitian Sosiologi semata-mata demi
perkembangan ilmu itu sendiri bukan untuk kepentingan kehidupan praktis
1. Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga,
sekolah, maupun masyarakat. Dalam hal ini harus diperhatiakan pengaruh lingkungan dan
kebudayaan masyarakat terhadap perkembangan pribadi anak. Misalnya, anak yang terdidik dengan
baik dalam keluarga yang religius, setelah dewasa/tua akan cendrung menjadi manusia yang religius
pula. Anak yang terdidik dalam keluarga intelektual akan cendrung memilih/mengutamakan jalur
intlektual pula, dan sebagainya.
2. Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis perkembangan dan kemajuan social. Banyak
orang/pakar yang beranggapan bahwa pendidikan memberikan kemungkinan yang besar bagi
kemajuan masyarakat, karena dengan memiliki ijazah yang semakin tinggi akan lebih mampu
menduduki jabatan yang lebih tinggi pula (serta penghasilan yang lebih banyak pula, guna
menambah kesejahteraan social). Disamping itu dengan pengetahuan dan keterampilan yang banyak
dapat mengembangkan aktivitas serta kreativitas social.
Sedangkan menurut para ahli, sosiologi pendidikan memberikan tujuan dan manfaat sebagai
berikut :
a. Untuk memahami peraturan tentang penelitian dalam masyarakat dan sekolah sebagai
instrument dan faktor sosial atau kemajuan sosial yang mempengaruhi sekolah,
b. Untuk memahami ideologi yang demokratis kultur kita dan kecenderungan sosial dan ekonomi
dalam hubungan dengan kedua agen pendidikan informal dan formal.
d. Kurikulum masyarakat
e. Untuk menggunakan teknik penelitian dan pemikiran kritis untuk mencapai tujuan.
Mengapa para guru dan calon guru harus memahami dan dibekali dengan sosiologi pendidikan?
Berikut alasan pentingnya mempelajari sosiologi pendidikan bagi guru (Gunawan: 2000)
1. Kenyataan menunjukan bahwa masyarakat mengalami perubahan sangat cepat, progresif, dan
kerap kali menunjukan segala “desitegrati” (berkurangnya kesetiaan terhadap nilai-nilai umum).
Perubahan sosial yang cepat menimbulkan “ciltural lag” (ketinggalan kebudayaan akibat adanya
hambatan-hambatan). Cultural lag ini merupakan sumber masalah-masalah sosial dalam
masyarakat. Masalah-masalah sosial juga dialami oleh dunia pendidikan, sehingga lembaga-lembaga
pendidikan tidak mampu mengatasinya. Maka para ahli sosiologi diharapkan dapat menyumbangkan
pemikirannya untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental.
2. Guru adalah seorang administrator, informator, konduktor, dan sebagainya, dan harus
berkelakuan menurut harapan masyarakatnya. Dari guru, sebagai pendidik dan pembangun generasi
baru diharapkan tingkah laku yang bermoral tinggi demi masa depan bangsa dan negara.
3. Kepribadian guru dapat mempengaruhi suasana kelas, baik kebebasan yang dinikmati anak
dalam mengeluarkan buah pikiran, dan mengembangkan kreatifitasnya ataupun pengekangan dan
keterbatasan yang dialami dalam pengembangan kepribadiannya. Kebebasan guru juga terbatas
oleh kepribadian atasannya (kepala sekolah, pengawas, kakanwil, sampai mendikbud) seluruhnya
dipengaruhi, dibatasi, serta diarahkan pada pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional (TPN) dalam
GBHN, Undang-Undang Pendidikan, peraturan, dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hubungan dan
interaksi manusia, baik itu individu atau kelompok dengan peresekolahan sehingga terjalin kerja
sama yang sinergi dan berkesinambungan antara manusia dengan pendidikan. Untuk itu, para guru
dan calon guru harus paham dan dibekali sosiologi pendidikan serta terampil mengoperasionalkan
dalam kegiatan pendidikan.
B. Saran
Dengan penulisan makalah ini penulis mengharapkan para pendidik bisa menjadi pendidik yang baik
yang mampu membimbing serta memberikan solusi bagi semua anak didiknya agar dapat
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya secara optimal. Dengan adanya sosiologi
pendidikan ini diharapkan dapat menciptakan suatu interaksi yang baik antara masing-masing
individu.
DAFTAR PUSTAKA: