Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP

TENAGA KERJA INDONESIA (TKI)

M A K A LA H

DISUSUN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS


SEMESTER GANJIL
MATA KULIAH DINAMIKA POLITIK LOKAL
DOSEN : IBU ARUNDINA PRATIWI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PEMBANGUNAN DAERAH (MPD)

OLEH :
NOVI HERISANDI
NPM. 09.1.0.15.0.038

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
BANDUNG
2011

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang maha esa sehingga penulis dapat menyelesaikan
salah satu tugas dari mata kuliah Dinamika Politik Lokal oleh Ibu Arundina Pratiwi.

Dengan disusunnya Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan dan masukan
pengembangan ilmu Dinamika Politik Lokal baik tingkat Pusat maupun Daerah.

Berkenaan dengan materi perkuliahan Dinamika Politik Lokal mudah mudahan


makalah yang penulis buat ini dapat bermanfaat bagi orang lain dan bagi semua pihak serta penulis
sendiri, adapun kesalahan ataupun kekurangan dalam penulisan atau bahan yang penulis buat,
penulis sangat mengharapkan masukan dari teman teman atau pun dari Dosen untuk
menyempurnakan makalah ini.

Bandung, Maret 2011


Penulis,

DAFTAR ISI
Hal

DAFTAR ISI i

BAB. I. PENDAHULUAN 1-3


A. Latar Belakang Permasalahan
B. Pokok Permasalahan
C. Tujuan Penulisan Makalah

BAB. II. TINJAUAN TEORI 4

BAB. III. PEMBAHASAN 5-6

BAB. IV. PENUTUP 7-8

DAFTAR PUSTAKA

i I
BAB.
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

Berbicara tentang dinamika politik, ini sangat terkait sekali dengan persoalan partisipasi
dan demokrasi. Isu partisipasi sudah lama dibahas, namun tetap saja problematik, salah satu
sebabnya karena pemaknaan yang bias penguasa. Apakah memang masyarakat harus berpartisipasi
terhadap agenda-agenda pejabat? ataukah untuk kepentingan dan masa depan mereka sendiri?
Bukankah kalau kita hendak berdemokrasi, artinya rakyat menjadi penentu pemerintahan, justru
pejabat yang harus berpartisipasi dalam merumuskan agenda-agenda publik.
Ketika partisipasi dimaknai sebagai keikutsertaan dalam menunaikan agenda-agenda
pemerintah, maka medium yang disediakan hanyalah medium-medium birokratis-teknokratis:
mekanisme perencanaan dari bawah, penjaringan aspirasi dan sejenisnya. Medium partisipasi yang
mengacu pada (build-in atau embedded) dalam keseharian masyarakat tidak terkelola dengan baik,
bahkan cenderung diabaikan dan dimusuhi. Solidaritas berbasis kesamaan suku bangsa, agama,
bahasa, dan daerah dalam rangka partisipasi di arena publik misalnya, justru dicela sebagai kegiatan
SARA. Pada saat yang sama, tidak bisa menyangkal realitas bahwa partisipasi politik kepartaian
terkadang justru mengandalkan kemampuan memobilisasi ikatan-ikatan primordial tersebut.
Dinamika politik lokal, mau tidak mau, terbingkai oleh perubahan tatanan politik yang
dirancang pada aras nasional. Perubahan konstitusional melalui serangakaian proses amandemen,
sebetulnya bermuara pada perubahan tatanan politik dan pemerintahan yang sangat mendasar, baik
pada aras nasional maupun lokal. Beberapa di antara perubahan yang bisa diantisipasi dan
diwacanakan adalah: Kedaulatan ada di tangan rakyat dan tidak lagi dilaksanakan oleh MPR.
Konstitusi kita mengamanatkan pelaksanaan kedaulatan rakyat ini dengan mengacu pada undang-
undang dasar. Pengisian jabatan (rekrutmen) setiap lembaga perwakilan rakyat harus dilakukan
dengan pemilu. Wacana memilih orang versus memilih partai politik kini semakin marak, sejalan
dengan semakin rendahnya kepercayaan (confident) masyarakat terhadap partai politik (parpol).
Mengingat adanya sederetan permasalahan pemilu yang dikemukakan di atas, maka pelembagaan
partisipasi politik di negeri ini sangat boleh jadi akan terjebak dalam fenomena elektoralisme. Apa
artinya ada pemilu kalau yang terlibat dalam pemilihan (pemilih dan yang dipilih) tidak menghayati
dan memiliki komitmen pelembagaan perwakilan rakyat.

Kegagalan pelembagaan partisipasi politik kiranya bertautan erat dengan menggejalanya


1
konflik dan kekerasan. Kesalahfahaman tentang primordialisme pada gilirannya bermuara pada
salah urus dalam pengelolaan kekuatan-kekuatan primordial, dan ujung-ujungnya memporak-
porandakan tatanan politik formal yang dikendalikan oleh pemerintah. Hal yang sangat
disayangkan dan sering muncul dalam dinamika politik adalah Money politics (politik uang) dan
bahkan sekarang hal itu bukannya menjadi tabu melainkan justru semakin ternormalisasi sebagai
tatanan baku dalam dinamika politik lokal.
Membicarakan permasalahan tenaga kerja Indonesia memang tiada habisnya. makalah
ini akan menggambarkan berbagai permasalahan tenaga kerja Indonesia Dan masih banyak
pengalama kesaksian dari para TKI yang lain. Silih berganti kejadian dan peristiwa telah
diberitakan di media televisi dan majalah, mulai dari penganiayaan TKI, pemulangan, pelecehan
sexsual, bahkan sampai pada hukuman penjara atas TKI seperti yang terjadi di Arab
Saudi,Malaysia, singgapura, Taiwan, Hongkong dan Negara lainnya. Melihat kasus-kasus yang
telah terjadi, maka dapat dianalisa secara perlahan-lahan mengenai permasalahan TKI ini.
Pertama, yang jelas lapangan tenaga kerja dalam negeri yang kurang. Inilah yang
menyebabkan begitu banyaknya tenaga kerja Indonesia yang berbondong-bondong ke luar negeri,
meskipun mungkin dengan taruhan nyawa. Meskipun dengan dokumentasi yang tidak lengkap.Hal
ini terjadi karena sektor industri yang ada belum mampu menyerap seluruh tenaga kerja yang ada di
Indonesia, sehingga banyak sekali terjadi pengangguran di sana sini. Serta tutupnya beberapa
perusahaan-perusahaan yang ada, yang juga mengakibatkan semakin bertambahnya jumlah
pengangguran di Indonesia.terutama dampak dari kenaikan harga BBM. Contohnya dori (39) TKI
asal desa besole, meskipun tanpa dokumen resmi dia nekat pergi ke Malaysia karena faktor
ekonomi.
Kedua, upah buruh yang terlalu kecil. Dari berbagai survei tentang masalah tenaga
kerja yang bias kita lihat dari televise dan kit abaca dari majalah disebutkan bahwa upah buruh yang
ada di Indonesia paling murah, dibandingkan negara-negara Asia lainnya. Upah yang sangat kecil
ini jelas sekali sangat tidak mencukupi kebutuhan keluarga, di mana semua harga barang-barang
yang ada selalu naik setiap tahunnya. Jadi upah ini jelas berbanding terbalik dengan pengeluaran
yang harus dikeluarkan untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Ketiga, oknum PJTKI. Masih banyaknya Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia
(PJTKI) yang tidak mendapat izin dari Departemen Tenaga Kerja (Depnaker), sehingga
menyebabkan aliran TKI tidak terkontrol. Akibatnya bisa ditebak, banyak kasus-kasus pemulangan
TKI yang tidak lengkap surat-suratnya alias ilegal. Contohnya tenaga kerja asal desa ngentrong
kec.campurdarat kabupaten Tulungagung. Dian (28) yang merantau ke Brunai Darussalam. Setelah
sampai di sana baru satu minggu ternyata dia di pulangkan lagi ke Indonesia dengan alasan
dokumentasinya kurang lengkap.padahal dia membawa
2 surat-surat resmi dari PJTKI. Akan tetapi,
keberadaan PJTKI ilegal ini juga tidak lepas juga dari adanya oknum-oknum yang ikut bermain di
sini, sehingga PJTKI-PJTKI ilegal ini tetap hidup dan berjalan.
Keempat, kurangnya perhatian dari pemerintah. Pemerintah sebagai pelaku dan
pelaksana pemerintahan dirasakan sangat kurang sekali perhatiaannya atas nasib para tenaga kerja
ini. Contohnya tenaga kerja asal pantai Sidem Desa besole, nama Sudartik (20 tahun, anak dari ibu
endang ayah Ginto yang di berangkatkan tekong dari daerah Besuki selama 3 tahun tidak ada kabar
berita sampai sekarang. Apabila di pertanyakan ke tekong (pembawa tenaga kerja) oleh keluarga
TKI, pihak tekong selalu menjawab dengan mudahnya bahwa dia sudah lari dari
majikan.kecurigaan orangtua Dartik benarkah anaknya itu di pekerjakan sebagai TKW atau hanya
di buang (jual).
Dari keempat analisa penyebab terus adanya masalah dengan tenaga kerja di Indonesia,
maka dapat dilihat bahwa sebenarnya permasalahan itu semua bersumber pada masalah dari dalam
negeri Indonesia sendiri. Jelas di sini ada masalah ekonomi, pemerintahan dan sosial (politik) yang
terjadi. Masalah ekonomi yang dimaksud adalah bahwa sektor industri yang ada kurang/belum
mampu menyerap tenaga kerja yang ada. Di samping itu banyak sekali perusahaan yang tutup. Serta
harga-harga yang terus melambung tinggi hampir tiap tahun, yang biasanya seiring dengan naiknya
harga-harga minyak dan gas (migas).
Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka dapat dilihat bahwa pengaruh Kebijakan dalam
Permasalahan Tenaga Kerja di Indonesia sangat tidak di tanggapi oleh pemerintah, maka dengan ini
penulis tertarik untuk menganggkat kedalam sebuah Tugas Makalah yang berjudul :
Analisis Kebijakan Pemerintah Terhadap Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

B. Pokok Permasalahan

Untuk lebih memusatkan pada masalah Tugas Makalah yang akan dilakukan, maka
perlu adanya pembatasan terhadap masalah yang ada di Indonesia dalam pengambilan kebijakan
atau pembuat keputusan dalam menangani permasalahan Tenaga Kerja Indonesia.

C. Tujuan Penulisan Makalah

Sebagai masukan untuk menambah pengetahuan dalam mata kuliah Dinamika Politik
Lokal dan syarat untuk mengikuti Ujian Tengah Semester (UTS). Makalah ini juga diharapkan
dapat bermanfaat dalam memberikan informasi dan Pembelajaran tentang pelaksanaan atau
kegiatan para tenaga kerja indonesia serta Pengaruh Pengambilan keputusan dan kebijakan
pemerintah dalam mengatasi tenaga kerja indonesia.
BAB.3II
TINJAUAN TEORI

Menurut teori Marxist (Dalam Bahan Dinamika Politik Lokal), Teori yang dikemukakan
oleh karl marx adalah teori yang banyak mengkritik konsep kapitalisme pada masyarakat barat. Hal
ini dikarenakan masih melekatnya budaya barat atau hukum barat yang ada di Indonsia. Sehingga
dalam ilmu sosiologi, teori ini dikelompokkan kedalam teori atau pendekatan konflik.
Marx juga melihat bahwa manusia sebagai mahluk yang unik dimana mereka
mempunyai kesadaran mengenai dirinya. Mereka juga dapat merefleksikan diri dan menilai
keberadaan dirinya dalam masyarakat. Dan bagi marx juga, manusia mampu menghasilkan ide serta
kosep mengenai dunia (masyarakat) tempat dimana ia dilahirkan, dibesarkan, serta menjalani
kehidupannya sehari hari.
Marx juga beranggapan bahwa konsep kekuasaan berhubungan dengan dominasi kelas
yang sifatnya tidak stabil, tidak menyeluruh dan bersifat sementara. Perjuangan secara
berkesinambungan diperlukan untuk mempertahankan dominasi kelas, mengatasi resistensi dan
untuk menetralkan kekuasaan kelas social (Jessop,2004).
Teori Pluralisme (Dalam Bahan Dinamika Politik Lokal) juga menyebutkan bahwa :
pluralism sees politics primarily as a contest among competing interes group ( pencetus /
penganut teori pluralism pada dasarnya memandang politik sebagai kompetisi antar kelompok
kelompok yang memiliki kepentingan).
Politik dan proses pengambilan keputusan public umumnya terletak pada lingkup institusi
public
Kelompok berusaha untuk merealisasikan kepentingan mereka
Keberadaan beragam kepentingan yang saling berkompetisi menjadi dasar untuk keseimbangan
praktek demokrasi.
Gender (Dalam Bahan Dinamika Politik Lokal) adalah seperangkat peran yang seperti
halnya kostum dan topeng dalam kegiatan teater, menyampaikan kepada orang lain bahwa kita
adalah feminim (perempuan) atau maskulin (laki-laki). Perangkat khusus ini yang mencakup
penampilan, pakaian, sikap, kepribadian, bekerja di dalam dan di luar rumah tangga, seksualitas,
tanggung jawab keluarga dan sebagainya secara bersama-sama memoles atau menentukan peran
gender kita.

4
BAB. III
PEMBAHASAN
Melihat dari permasalahan Tenaga Kerja Indonesia yang berada di luar negeri sudah
seharusnya pemerintah mengambil sikap dan rasa kesadaran diri untuk memperhatikan berbagai
macam permasalahan yang telah di terima dari tenaga kerja indonseia yang berada di luar negeri. Ini
menjadi bahan pertimbangan dan kebijakan pemerintah untuk mengkaji ulang tentang kebijakan
yang selama ini dilakukan pemerintah dalam pengriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
Tenaga Kerja Indonesia sudah menjadi tuntutan kepada pemerintah untuk mengkaji
ulang kebijakan kebijakan yang telah di sepakati dalam perjanjian pengiriman TKI ke Negara
Negara dunia. Hal ini di karenakan pemerintah belum ada kejelasan tentang kontrak dan jaminan
kesehatan serta gaji dan perlindungan diri yang di terima dari perusahaan perusahaan di Negara
Negara lain. Seperti yang kita lihat baik dari media elektronik dan media masa, bahwa
permasalahan tenaga kerja Indonesia masih belum teratasi sepenuhnya dikarenakan kurangnya
perhatian pemerintah kepada TKI. Permasalahan yang timbul selalu adanya penyiksaan dan
pelecehan seksual yang diterima oleh para kaum wanita yang bekerja di luar negeri.
Permasalahan ini juga harus di anggap serius oleh pemerintah pusat dan daerah serta
pemerintah juga harus menjamin keselamatan dan keadaan para TKI yang ada di luar negeri. Sudah
banyak sekali fenomena yang di terima bagi para Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang bekerja di luar
negeri, fenomena tersebut sangat melecehkan bagi para kaum wanita dan harga diri masyarakat
Indonesia yang menjadi TKW.
Menurut dari teori marx (dalam Bahan Dinamika Politik Lokal) sebagai mahluk yang
unik bahwa setiap manusia memiliki rasa kesadaran dan menyesuaikan dirinya kepada masyarakat.
Hal ini menyatakan bahwa setiap manusia memiliki kepribadian dan rasa mendekatkan diri dengan
masyarakat lainnya. adanya kebijakan yang ada dalam mangatasi permasalahan tersebut adalah
pemerintah harus fokus terhadap pengiriman TKI ke luar negeri dan pemerintah juga harus
menentukan siapa yang boleh untuk menjadi TKI ke luar negeri, jikalau perlu pemerintah sebelum
mengizinkan keberangkatan para TKI harus penyesuaian bahasa dan keahlian dalam bidang tertentu
sehingga para TKI memiliki Spesifikasi yang ada atau keahlian yang dimiliki para TKI.
Di lihat dari berbagai permasalah yang ada selama ini dalam kasus TKI adalah selalu di
kaitkan dengan para wanita dan para pembantu rumah tangga yang bekerja di luar negeri. Ini di
akibatkan pemerintah memberikan izin bagi para TKI yang tidak terdidik dan tidak memiliki suatu
keahlian tertentu. Sehingga para TKW Indonesia yang bekerja di luar negeri kebanyakan bekerja
sebagai pembantu rumah tangga (PRT).
5
Ini menjadi suatu pelajaran bagi pemerintah untuk kembali menata system seleksi dan
perizinan pengiriman TKI ke luar negeri. Semakin banyak masalah yang di terima maka semakin
banyak pula tugas yang harus dilakukan pemerintah dalam mengatasi tenaga kerja Indonesia.
Tenaga kerja Indonesia juga selalu menjadi fenomena, seperti halnya fenomena banyaknya TKI
Indonesia yang terlantar di bawah kolong jembatan Arab Saudi. Dukungan untuk pemulangan para
TKI ini tidak hanya menjadi tugas pemerintah Indonesia saja melainkan juga tugas bagi masyarakat
Indonesia yang sangat peduli dengan kondisi dan keadaan para TKI yang terlantar sudah bebera
bulan ataupun beberapa tahun. Sehingga ada sekelompok LSM untuk turut berpartisipasi membuat
suatu kebijakan dalam pengumpulan dana untuk pemulangan bagi para TKI yang terlantar.
Melihat dari permasalahan Tenaga Kerja Indonesia yang berada di luar negeri sudah
seharusnya pemerintah mengambil sikap dan rasa kesadaran diri untuk memperhatikan berbagai
macam permasalahan yang telah di terima dari tenaga kerja indonseia yang berada di luar negeri. Ini
menjadi bahan pertimbangan dan kebijakan pemerintah untuk mengkaji ulang tentang kebijakan
yang selama ini dilakukan pemerintah dalam pengriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

BAB.6IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN

Masalah sosial (politik) adalah tingkat sosial masyarakat di Indonesia terutama


pendidikannya yang masih rendah, sehingga ikut menpengarui tingkat kerjaan yang didapat. Setelah
melihat permasalahaan-permasalahan yang ada, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
permasalahan para TKI ini bukan hanya semata-mata dari TKI itu sendiri, tetapi juga banyak pihak
yang ikut terlibat di dalamnya. Untuk itu diperlukan aturan yang jelas, baik dari negara atau pun
aturan umum yang harus dipatuhi secara bersama. Aturanaturan itu juga harus didukung oleh para
penegak hukum, sehingga tercermin contoh yang baik bagi masyarakat.
Hal-hal tersebut diperlukan supaya tidak ada lagi kasus-kasus penganiayaan,
pemulangan,pelecehan sexsual, dan sebagainya terhadap tenaga kerja Indonesia. Serta hubungan
diplomatik yang kuat dengan negara-negara penerima TKI ini harus juga diperkuat, sehingga setiap
masalah terhadap TKI ini dapat diselesaikan dengan bener-benar serta tidak ada masalah dengan
hubungan bilateral antar dua negara. Jadi, pada dasarnya permasalahan terhadap TKI ini merupakan
masalah bersama, baik itu dari masyarakat ataupun dari pemerintah harus bersama-sama kerja sama
dan sama-sama kerja dalam menanggulangi masalah ini, supaya kehidupan berbangsa dan
bernegara menjadi lebih baik lagi. Dan juga diharapkan pemerintah bisa lebih serius mengamati
berbagai macam masalah TKI ini. Biar slogan TKI sebagai pahlawan devisa tidak hanya sebagai
wacana saja.
Banyaknya para TKI yang berada di luar negeri sangat menjadi suatu pekerjaan yang
serius bagi pemerintah. Hampir setiap Negara para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ada yang bekerja
di berbagai Negara tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat perekonomian dan pengangguran
di indoesia sangat tinggi.sehingga satu satu nya jalan dalam menghidupkan keluarga dalah dengan
menjadi TKI. Kalau di lihat dari banyaknya TKI yang ada di berbagai Negara sangat serius untuk di
perhatikan. Dikarenakan jikalau para TKI sudah tidak bekerja lagi di luar negeri, maka sudah di
pastikan tingkat pengangguran dan kemiskinan di Indonesia juga akan semakin meningkat. Para
TKi ini juga bisa menjadi Devisa Negara yang semakin tinggi dan para TKI juga dapat membantu
tingkat kemiskinan dan pengangguran yang ada di Indonesia. Maka dengan itu pemerintah harus
serius dalam mengatasi permasalahan yang ada pada tenaga kerja Indonesia yang berdada di
berbagai Negara.

B. SARAN
7
Untuk mengatasi permasalahan permasalahan yang ada terhadap TKI dalam proses
kebijakan yang telah di sepakati, maka pemerintah sudah seharusnya memperhatikan nasib para
TKI yang berada di luar negeri. Hal ini menunjukkan bahwa sikap pemerintah sangat di butuhkan
dalam kebijakan dan perhatian dalam berbagai macam masalah yang di terima bagi para TKI.
Dalam hal ini pemerintah juga harus mengkaji ulang dalam pengiriman para TKI ke luar negeri dan
juga sebelum memberangkatkan para TKI keluar negeri, pemerintah juga harus mengadakan suatu
pertemuan baik itu dalam kesepakatan maupun dalam keahlian atau pendidikan yang ada. Sehingga
penempatan para TKI tidak hanya sembarang di tempatkan di berbagai Negara. Dan penempatan itu
juga harus sesuai dengan bidang dan keahlian para TKI agar mereka dapat bekerja sesuai dengan
keahliannya masing masing.

DAFTAR PUSTAKA
8
www.sumbawanews.com/berita/opini/dinamika-politik-lokal-menjelang-pemilu-2009.html

www.permasalahan tenaga-kerja-indonesia..html

Bahan Dari Ibu Arundina Pratiwi (Dinamika Politik Lokal) tahun 2011

Anda mungkin juga menyukai