Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

“Analisis Kependudukan dan Ketenagakerjaan”


Dosen Pengampu: Armin Rahmansyah Nasution.SE.,M.Si

Disusun Oleh :

Kelompok 2

 Ibnu Hafizh Hasibuan 7201210004


 Novalina Esterlina Sitinjak 7203510024
 Siti Dewi ‘Aini 7203510040

PROGRAM STUDI S-1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan kemudahan dalam menyelesaikan makalah kami tepat waktu. Tanpa berkat dan
karuniaNya kami tidak akan mampu menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Kami
juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Armin Rahmansyah Nasution,SE.,M.Si. selaku
dosen Perekonomian Indonesia atas kesempatan yang di berikan kepada kami dalam
mengerjakan tugas makalah kami yang berjudul “Analisis Kependudukan dan
Ketenagakerjaan”sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari kata sempurna karena masih
banyak kesalahan dan kekurangan. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran kepada
pembaca agar makalah ini dapat lebih baik lagi. 

Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf. Demikian
yang dapat kami sampaikan. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih dan semoga makalah
kami dapat berguna serta bermanfaat.

Medan, Februari 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketenagakerjaan merupakan masalah ketatanegaraan dan kependudukan yang tak henti-
hentinya diperdebatkan bahkan dari hari ke hari atau bulan kebulan terus mengisi lembaran-
lembaran perjalanan kehidupan bangsa Indonesia ini. Jika diperhatikan masalahnya sudah
mendekati kebobrokan, yang berujung pada krisis kepercayaan sehingga pihak manapun
tidak berdaya mengatasinya baru sebatas retorika belaka. Masalah kependudukan selalu
berkaitan dengan masalah ketenagakerjaan. Salah satu contoh adalah tingginya tingkat
pertumbuhan penduduk akan berpengaruh juga pada tingginya penyediaan (supply) tenaga
kerja. Penawaran tenaga kerja yang tinggi tanpa diikuti penyediaan kesempatan kerja yang
cukup akan menimbulkan pengangguran dan setengah pengangguran. Kasus-kasus
ketenagakerjaan itu merebak memenuhi tanah air ini seperti pemogokan tenaga kerja karena
rendahnya upah yang diberikan oleh perusahaan, PHK yang dilakukan oleh perusahaan
dengan alasan efisiensi pekerjaan tanpa adanya pesangon, penyekapan tenaga kerja sampai
berhari-hari yang akan dikirim keluar negeri tanpa diberi makan atau kebutuhan sehari-hari,
penipuan calon-calon tenaga kerja dengan membayar sejumlah uang administrasi jutaan
rupiah oleh perusahaan fiktif.

Berbagai macam permasalahan ketenagakerjaan yang muncul kepermukaan dewasa ini,


sebagian besar masih didominasi oleh permasalahan pelanggaran terhadap peraturan
perundang–undangan ketenagakerjaan secara umum disamping permasalahan sumber daya
manusia Indonesia yang minim kualitasnya. Dalam hal ini, di berbagai media baik elektronik
maupun cetak tak jarang kita saksikan permasalahan–permasalahan yang berhubungan
dengan ketenagakerjaan, seperti: terjadinya pemogokan dan unjuk rasa buruh/pekerja yang
bermuara dari sistem pengupahan dan imbalan kerja yang tidak layak seperti penetapan upah
yang tidak memenuhi standard kebutuhan hidup minimum, penggunaan tenaga kerja secara
kontrak, tidak berlakunya Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) bagi para tenaga kerja,
pelanggaran terhadap ketetapan upah minimum, pemutusan kerja sepihak oleh pihak
pengusaha, pendistribusian tenaga kerja yang tidak seimbang antara tenaga kerja lokal
dengan tenaga kerja pendatang sering menimbulkan gejolak–gejolak, sering terjadinya
kecelakaan kerja dan penyakit karena pengetahuan dan kesadaran yang kurang dari

1
pengusaha dan pekerja tentang syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan lain
sebagainya.

Indonesia sebagai bangsa yang sedang berkembang (development country) pada hakekatnya
tidak terlepas dari berbagai bentuk fenomena-fenomena sosial yang ada. Pendirian
perusahaan-perusahaan besar di negeri ini adalah salah satu faktor penunjang yang amat
berperan dalam proses pembangunan bangsa yang sedang dijalani. Dan masalah
ketenagakerjaan adalah masalah yang selalu ada dan akan tetap ada sehubungan dengan
pendirian perusahaan tersebut. Karena tenaga kerja adalah pihak yang paling dominan dalam
suatu perusahaan. Kebutuhan akan tenaga ahli yang professional serta kebutuhan akan
teknologi-teknologi yang dapat mendukung suatu proses kerja, membuat perusahaan-
perusahaan swasta, baik itu swasta asing maupun swasta nasional menggunakan tenaga-
tenaga asing sebagai tenaga kerja meskipun tetap mengutamakan penggunaan tenaga kerja
lokal terkususnya di Kota Pekanbaru. Terbatasnya penggunaan tenaga kerja lokal tersebut di
perusahaan- perusahaan yang terdapat di kota Pekanbaru dapat dilihat dari banyaknya tenaga
kerja dari luar yang bekerja, yang mengisi lowongan dan jabatan di perusahaan, bahkan tak
jarang pekerjaan yang memerlukan keahlian (skill), hal inilah yang membuat masyarakat
lokal merasa termarginalkan di daerahnya sendiri dan merasa perlu mendapatkan keadilan
sosial melalui pemerintah daerah yaitu Dinas Tenaga kerja.

B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan Ketenagakerjaan dan Penduduk!
2. Bagaimana Peran Pemerintah dalan ketenagakerjaan dan penduduk?
3. Bagaimana cara agar permasalahan pengangguran dapat merata?

C. Tujuan Penulisan
1) Mengetahui Ketenagakerjaan dan penduduk!
2) Mengetahui Peran Pemerintah dalam menyelesaikan ketenagakerjaan dan penduduk
3) Mengetahui Solusi dalam mengatasi pengangguran
4) Memberikan wawasan terhadap pembaca mengenai kependudukan dan
ketenagakerjaan serta masalah-masalah apa yang sering terjadi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penduduk

Penduduk adalah warga Negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia. Penduduk adalah semua orang yang berdomisili diwilayah geografis Indonesia
selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan
tetapi bertujuan untuk menetap. Pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh adanya tingga
komponen: fertilitas, mortalitas, dan migrasi. Dalam arti luas, penduduk atau populasi
berarti sejumlah makhluk sejenis yang mendiami atau menduduki suatu tempat tertentu.
Bahkan populasi dapat pula dikenakan pada benda-benda sejenis yang terdapat pada suatu
tempat. Dalam kaitannya dengan manusia, maka pengertian penduduk adalah manusia yang
mendiami dunia atau bagian-bagiannya. Kepadatan penduduk dihitung dengan membagi
jumlah penduduk dengan luas area dimana mereka tinggal.

B. Kependudukan

Kependudukan adalah hal yang berkaitan dengan jumlah, pertumbuhan, persebaran,


mobilitas, penyebaran, kualitas, kondisi kesejahteraan, yang menyangkut politik,
ekonomi, sosial, budaya, agama serta lingkungan (UU No. 23 Th 2006). Ilmu kependudukan
dimaksudkan untuk memberikan pengertian yang lebih luas daripada demografi, karena
sejumlah ahli demografi telah menggunakan istilah demografi untuk menunjuk pada
demografi formal, demografi murni, atau kadang-kadang demografi teoritis. Sedangkan
arti dari demografi sendiri berasal dari bahasa yunani, yang terdiri dari kata:

 Demos, yang artinya rakyat/penduduk

 Grafein, yang artinya menggambar atau menulis

 Demografi: tulisan atau karangan tentang rakyat atau penduduk

3
Demografi adalah suatu studi mengenai jumlah distribusi dan komposisi dan koposisi
penduduk serta komponen-komponen yang menyebabkan perubahan yang diidentifikasi
sebagai natalitas, gerak penduduk teriotal dan mobilitas sosial (perubahan status).
Merupakan analisa statistik penduduk, hanya mempersoalkan hubungan antara variable
demografi (dependen dan independen). Ekonomi kependudukan adalah ilmu yang
mengaitkan antara variabel ekonomi dengan variabel demografi. Demografi adalah ilmu yang
mempelajari secara statistik dan matematik tentang besar, komposisi dan distribusi
penduduk dan perubahan-perubahannya sepanjang masa melalui lima komponen yaitu
kelahiran, kematian, perkawinan, migrasi dan mobilitas social, sedangkan studi
kependudukan : Ilmu yang mempelajari tentang kaitannya antara variabel demografi
dengan variabel non demografi (Hardiani,2011).

 Angkatan Kerja Penduduk suatu Negara dapat dibedakan menjadi dua yaitu kelompok
tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Pengertian keduanya dibedakan oleh batas umur
kerja. Angkatan kerja atau labour force adalah jumlah penduduk dengan usia produktif,
yaitu 15-64 tahun yang sedang bekerja maupun mencari pekerjaan. Usia produktif
tersebut dapat digolongkan menjadi dua, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
Bukan angkatan kerja adalah penduduk dengan usia produktif yang tidak bersedia untuk
bekerja. Ukuran besarnya angkatan kerja bergantung pada besarnya jumlah penduduk
yang sedang mencari pekerjaan.

• Dependency ratio Indikator produksi ini dipergunakan untuk mengetahui sejumlah


mana tingkat beban atau ketergantungan penduduk yang tidak produktif terhadap
penduduk yang produktif. Semakin tinggi nilai rasio maka semakin berat pula beban
yang harus ditanggung oleh penduduk yang produktif. Hal ini dapat menghambat
proses menuju kemakmuran secara menyeluruh.

DR = Produk usia kerja / Penuduk diluar usia kerja

• Tingkat partisipasi angkatan kerja

C. Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan merupakan salah satu bidang yang sangat penting dalam usaha untuk
memajukan perekonomian bangsa. Tenaga kerja yang memadai dari segi kuantitas dan
kualitas menjadi aspek penting dalam pembangunan ekonomi, yaitu sebagai sumber daya
untuk menjalankan proses produksi dan distribusi barang dan jasa, serta sebagai

4
sasaran untuk menciptakan dan mengembangkan pasar. Permasalahan paling pokok dalam
ketenagakerjaan Indonesia terletak pada kesempatan kerja. Ketidaseimbangan antara
peningkatan penduduk usia kerja dengan kesempatan kerja yang tersedia akan
menimbulkan pengangguran yang akan berdampak pada ketidastabilan ekonomi dan
bidang kehidupan lainnya. Oleh karenanya dengan meningkatkan kegiatan pembangunan
ekonomi, maka kesempatan kerja yang tersedia juga akan semakin banyak dan
kemajuan kegiatan ekonomi masyarakat akan semakin baik. Dimenis masalah
ketenagakerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan atau peluang maupun
rendahnya produktivitas para pekerja. Akan tetapi disebabkan oleh beberapa faktor-faktor
eksternal seperti memburuknya kondisi neraca pembayaran, meningkatnya masalah
utang luar negeri yang pada akhirnya mengakibatkan kemerosotan pertumbuhan
industry, tingkat upah, dan pada akhirnya penyediaan lapangan kerja (Todaro,2000:253)

D. Struktur Penduduk

meliputi jumlah persebaran dan komposisi penduduk. Struktur penduduk ini selalu berubah-
ubah karena disebabkan oleh proses demografi yakni kelahiran (fertilitas), kematian
(mortalitas) dan juga adanya migrasi penduduk. Struktur penduduk merupakan aspek yang
statis, merupakan gambaran atau potret penduduk dari hasil sensus penduduk (cacah jiwa)
pada hari sensus tertentu.

Data penduduk pada hari sensus penduduk ini dijadikan sebagai basis perhitungan
penduduk. sesudah hari sensus tersebut struktur penduduk akan berubah dari basis penduduk
tadi. Unsur-unsur kependudukan yang dapat merubah struktur kependudukan di atas
merupakan unsur-unsur yang dinamis yang terdiri dari kelahiran, kematian, dan migrasi. (Ida
Bagoes Mantra, 2003) Kelahiran, kematian, dan migrasi penduduk merupakan unsur penting
yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan penduduk. Jika pada suatu penduduk tingkat
kelahiran tinggi maka akan berpengaruh pada struktur penduduk daerah tersebut yaitu
prosentase penduduk usia usia muda jumlahnya akan menjadi lebih besar. Demografi tidak
mempelajari penduduk sebagai individu tetapi penduduk sebagai suatu kelompok, jadi yang
dimaksud dengan penduduk dalam kajian demografi adalah sekelompok orang yang
bertempat tinggal pada suatu wilayah.Adanya kelahiran, kematian dan migrasi akan
berpengaruh terhadap jumlahnya tingkat pertumbuhan penduduk. untuk mengetahui
perkembangan penduduk maka perlu dilengkapi dengan data penduduk.

5
Sesuai dengan uraian tersebut maka ada tiga sumber data demografi, yaitu : sensus penduduk,
registrasi penduduk dan survai. Sumber data yang pertama adalah sensus
pendudukmerupakan suatu proses keseluruhan dari pengumpulan, pengolahan, penilaian,
penganalisisan, dan penyajian data penduduk yang menyangkut antara lain : ciri-ciri
demografi, sosial ekonomi, dan lingkungan hidup. Agar data hasil sensus penduduk dari
beberapa Negara dapat diperbandingkan, perserikatan bangsa-bangsa menetapkan bahwa
informasi kependudukan minimal yang harus ada dalam tiap-tiap sensus penduduk adalah
geografi dan migrasi penduduk, rumah tangga, karakteristik sosial dan demografi, kelahiran
dan kematian, karakteristik pendidikan, karakteristik ekonomi. Sensus penduduk bertujuan
untuk mencacah seluruh penduduk yang ada disuatu Negara, ini berarti pada hari pelaksanaan
sensus, petugas sensus akan datang ke rumahtangga-rumahtangga untuk mencacah seluruh
anggota rumah tangga yang ada.

Sehubungan dengan luasnya daerah pencacahan dan pelaksanaan sensus penduduk


hanya satu hari yaitu pada hari sensus maka pertanyaan yang ditanyakan pada sensus lengkap
hanya pertanyaan yang bersifat umum saja yaitu yang menyangkut jumlah anggota rumah
tangga, jenis kelamin, dan umur. Pertanyaan- pertanyaan yang bersifat spesifik misalnya yang
menyangkut ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan masyarakat, migrasi penduduk
ditanyakan pada sensus sampel. Sumber data yang kedua adalah registrasi penduduk yaitu
pengambilan cara pengumpulan data baru yang dihasilkan dengan komponen penduduk yang
dinamis. Komponen penduduk yang dinamis seperti ; kelahiran, kematian,mobilitas
penduduk,perkawinan, perceraian, perubahan tempat tinggal,perubahan pekerjaan, yang dapat
terjadi setiap saat tidak dapat terjaring didalam sensus penduduk. Sumber data demografis
yang ketiga adalah survei penduduk yaitu pengambilan data yang sifatnya lebih terbatas dan
informasi yang dikumpulkan lebih luas dan mendalam. Biasanya survei kependudukan ini
dilaksanakan dengan sistem sampel atau dalam bentuk studi kasus. ( Ida Bagoes Mantra,
2003).

E. Pertumbuhan penduduk

Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatan-kekuatan


yang menambah dan kekuatan-kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk. Secara terus-
menerus penduduk akan dipengaruhi oleh jumlah bayi yang lahir (menambah jumlah
penduduk), tetapi secara bersamaan akan dikurangi oleh jumlah kematian yang terjadi pada
semua golongan umur. Sementara itu migrasi juga berperan imigran (pendatang) akan
6
menambah dan emigran akan mengurangi jumlah penduduk ( Ida Bagoes Mantra, 2003 ).Laju
pertumbuhan penduduk adalah salah satu indicator yang paling sering digunakan untuk
menggambarkan kondisi kependudukan di daerah, tidak hanya pada saat ini saja tetapi juga
untuk melihat kecenderungannya pada masa yang akan datang. Disamping itu, sering pula
dipakai untuk melihat kemajuan ekonomi suatu daerah atau Negara. Apabila laju
pertumbuhan penduduk lebih tinggi daripada laju pertumbuhan ekonomi, berarti tambahan
produksi yang dihasilkan oleh pertumbuhan ekonomi akan habis dikonsumsi oleh penduduk
sendiri yang bertambah jauh lebih besar. Dalam kondisi seperti ini tidak ada kelebihan
penghasilan yang diarahkan untuk memupuk investasi.

Indonesia Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun ( Ribuan Jiwa )

2020 2021 2022


Indonesia 270.203,9 272.682,5 275.773,8

Note : Sumber data dari website Badan Pusat Statistik

Sumber data  yang digunakan yaitu data hasil sensus penduduk dan proyeksi penduduk.
Untuk tahun yang tidak dilaksanakan sensus penduduk, data kependudukan diperoleh dari
hasil proyeksi penduduk. Sensus penduduk dilaksanakan di tahun 2020,2021,2022. 

Grafik penduduk dari orde Lama - Feformasi

7
Sumber : Badan Pusat Statistik

Laju pertumbuhan penduduk (LPP) Indonesia memiliki kecenderungan menurun.


Kebijakan pemerintah untuk menekan LPP dengan adanya program Keluarga Berencana
(KB) yang diluncurkan pada tahun 1980an semakin nyata hasilnya. Pada tahun 1971-1980
pertumbuhan penduduk Indonesia masih cukup tinggi sekitar 2,33 persen. Pertumbuhan
penduduk ini kemudian mengalami penurunan yang cukup tajam hingga mencapai 1,44
persen pada 1990-2000. Penurunan ini antara lain disebabkan berkurangnya tingkat kelahiran
sebagai dampak peran serta masyarakat dalam program KB. Namun pada periode sepuluh
tahun berikutnya, tepatnya awal masa reformasi tahun 2000-2010 laju pertumbuhan ini
mengalami sedikit peningkatan sekitar 0,05 persen. Laju pertumbuhan penduduk apabila
tidak dikendalikan berakibat pada meningkatnya jumlah penduduk. Dalam kurun waktu lima
tahun terakhir (2010-2015) laju pertumbuhan penduduk Indonesia kembali mengalami
penurunan menjadi 1,43 persen.
F. Masalah penduduk
Masalah Penduduk tidak lepas pada masalah ketenagakerjaan. Tingkat pertumbuhan
penduduk yang tinggi akan menyebabkan tinggi pula penyediaan lapangan pekerjaan oleh
pemerintah. Penawaraan tenaga kerja yang tinggi tanpa diimbangi oleh kesempatan
kerja yang cukup akan menimbulkan pengangguran.
Masalah Kependudukan Masalah-masalah kependudukan yang dialami oleh Indonesia:
A. Demografi
1. Besarnya jumlah penduduk (over population) Permasalahan kependudukan terkait
dengan jumlah yang besar menjadi sebuah masalah yang tidak dapat dihindari. Indonesia
memiliki beberapa potensi terjadinya konflik. Benturan antara berbagai kepentingan
dengan berbagai organisasi masa lainnya membuat masalah besarnya populasi menjadi
hambatan. Penyediaan sumber daya alam dan berbagai kebutuhan penting lainnya ikut
menjadi hal yang penting terkait dengan permasalahan kependudukan ini. Ditambah
dengan tekanan penduduk terhadap daya dukung lingkungan menjadikannya
permasalahan semakin rumit. Permasalahan yang muncul akibat adanya keterkaitan
dengan lingkungan seperti daerah aliran sungai, daerah resapan air, pertanian, penyediann
sumber daya alam. Selain itu, permasalaha yang muncul adalah penyediaan lapangan
pekerjaan. Kebutuhan terhadap bahan pkok menuntut orang untuk bekerja dan mencari
nafkah. Namun penyediaan lapangan kerja sangatlah minim, terlebih penduduk di
Indonesia yang berjumlah sangat banyak, dan yang menjadi masalah adalah penduduk lebih
senang untuk menggantungkan diri terhadap pekerjaan daripada membuka lapangan
pekerjaan. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya masalah baru yaitu pengangguran.
Apabila pengangguran tinggi, maka rasio ketergantungan tinggi sehingga Negara
memiliki tanggungan yang besar untuk penduduknya yang dapat menyebabkan kemiskinan
menjadi lebih tinggi.
2. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk Besarnya laju pertumbuhan penduduk
membuat pertambahan jumlah penduduk semakin meningkat. Semakin besar presentase
kenaikannya maka semakin besar jumlah penduduknya. Kenaikan ini tentunya

8
membawa dampak bagi kependudukan Indonesia. Dalam menentukan kebijakan semakin
banyak yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan baik dalam hal penyediaan
beerbagai fasilitas sarana dan prasarana, fasilitas-fasilitas umum dan yang terpenting adalah
kebijakan dalam mengurangi laju pertumbuhan yang ada di Indonesia. Apabila tingkat
tingginya pertumbuhan penduduk terus dibiarkan maka akan terjadi berbagai masalah baik
masalah pengangguran, tingkat kualitas sumber daya manusia yang menurun, kejahatan,
lapangan pekerjaan, dan lain-lain yang memberikan dampak negatif bagi kelangsungan
umat manusia. Oleh karena itu, usaha untuk menekan laju pertumbuhan sangatlah penting.
Program-program yang ditawarkan pemerintah harus didukung oleh masyarakat seperti
halnya KB, penggunaan alat kontrasepsi, penundaan usia perkawinan, dan lain-lain. ehingga
laju pertumbuhan penduduk diharapkan dapat menurun.
G. Karakteristik Kependudukan Indonesia
Penduduk adalah warga Negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia, sedangkan kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah,
struktur, pertumbuhan, persebaran, mobilitas, penyebaran, kualitas, dan kondisi
kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi, sosial budaya, agama serta lingkungan
penduduk setempat. Oleh karena itu, perkembangan kependudukan dan pembangunan
keluarga adalah upaya terencana untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan
mengembangkan kualitas penduduk pada seluruh dimensi penduduk.
Non demografis bersifat kualitatif
1. Tingkat kesehatan penduduk yang rendah Usaha untuk teru meningkatkan kualitas
hidup manusia Indonesia terus digalakan. Namun, kembali lagi permasalahan itu tetap
muncul dan menjadi PR bagi penentu kebijakan guna meningkatkan kualitas manusia.
Dalam dunia kesehatan, hal yang akan disorot adalah angka kematian bayi. Besarnya
angka kematian yang terjadi menunjukan bagaimana kondisi lingkungan dan juga
kesehatan pada masyarakat.
2. Pendidikan yang rendah Kesadaran masyarakat akan pendidikan di Indonesia masih
tergolong rendah. Dari UU yang dikeluarkan pun terlihat bahwa wajib belajar
penduduk Indonesia masih 9 tahun semenara Negara lain menetapkan lebih dari 12
tahun dalam pendidikannya. Akan tetapi, sebenarnya tingkat pendidikan bukan satu-
satunya indicator untuk mengukur kualitas SDM penduduk suatu Negara. Kualitas SDM
berhubungan dengan produktivitas kerja. Orang yang pendidikannya tinggi diharapkan
memiliki kemampuan atau punya produktivitas yang tinggi.
3. Banyaknya jumlah penduduk miskin Kemiskinan menjadi permasalahan yang melanda
Indonesia, walaupun bukan termasuk Negara miskin menurut PBB namun dalam
kenyataannya lebih dari 30 juta rakyat Indonesia hidup dibawah garis kemiskinan.
Yang lebih disayangkannya lagi, Indonesia merrupakan Negara kaya akan sumber daya
alamyang tersebar dari sabang sampai merauke.tapi sungguh mempprihatikan ketika
melihat bagaimana kemiskinana menjadi bagian permasalahan di negeri yang kaya ini.
Selain kemiskinan, masalah lain adalah kesenjangan sosial yang terlihat jelas. Kaum
konglomerat menjadi penguasa namun pemerintah diam saja dengan kemiskinan yang ada.
Tidak mengherankan apabila Negara Indonesia memiliki jumlah rakyat miskin yang
cukup banyak. Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa Indonesia bisa menjadi Negara

9
yang miskin padahal kaya sedangkan banyak Negara lain yang miskin sumber daya
namun menjadi Negara-negara kaya yang menguasai dunia. Jawabannya kembali lagi
ke sumber dayam manusia, kemakmuran berbanding lurus dengan kualitas SDM.
Semakin tinggi kualitas SDM penduduk, semakin tinggi pula tingkat kemakmurannya.
Struktur Persebaran Penduduk
Dalam demografi ada 3 fenomena penting yang merupakan bagian dari penduduk, yaitu
dinamika kependudukan (change in population), komposisi penduduk (population
composition), besar dan persebaran penduduk (size & population distribution).
1) Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk berdasarkan pengelompokan
penduduk menurut karakteristikkarakteristik yang sama, contohnya pengelompokan
pendudukan berdasarkan etnis, agama, kewarganegaran, bahasa, pendidikan yang
diselesaikan, umur, jenis kelamin, dan golongan pendapatan.
Fungsi pengelompokan penduduk
a) Untuk mengetahui human resources yang ada
b) Sebagai bahan pertimbangan guna mengambil suatu kebijakan yang berhubungan
dengan kependudukan.
c) Untuk membandingkan keadaan suatu penduduk dengan penduduk lainnya.
d) Untuk mengetahui proses demografi yang terjadi pada suatu penduduk.

2) Persebaran Penduduk
Persebaran Penduduk dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Geografis: berdasarkan posisi geografis, misal benua asia, afrika, australia, amerika,
eropa, oceania
b) Administratif dan politis, misal indonesia tersebar di 33 provinsi, kemudian terbagi
dalam kabupaten, kota madya, kecamatan,kelurahan dsb.

1. Piramida Penduduk
Piramida penduduk merupakan sebuah grafik komposisi penduduk menurut umur dan jenis
kelamin yang digambarkan secara visual. Berdasarkan komposisi penduduk menurut umur
dan jenis kelamin, karakteristik penduduk suatu negara dapat dibedakan menjadi tiga
kelompok:
a) Ekspansif
Jika sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur muda. Tipe ini terdapat pada
negara-negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang cepat akibat dari masih tingginya
tingkat kelahiran dan sudah mulai menurunya tingkat kematian. Negara-negara yang
termasuk dalam tipe ini adalah Indonesia, Malaysia, Philipina, India dan Costa Rica.
b) Konstruktif

10
Jika penduduk yang berada dalam kelompok termuda jumlahnya sedikit. Tipe ini terdapat
pada negara-negara yang tingkat kelahiran turun dengan cepat, dan tingkat kematiannya
rendah. Negara-negara yang termasuk dalam tipe ini adalah Jepang, dan negara-negara di
Eropa Barat, misalnya Swedia.
c) Stasione
Jika banyaknya penduduk dalam tiap kelompok umur hampir sama, kecuali pada kelompok
umur tertentu. Tipe ini terdapat pada negara-negara yang memiliki tingkat kematian dan
kelahiran rendah, misalnya Jerman.
H. Pengangguran
Secara umum, pengertian pengangguran adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan.
Pengertian lainnya, pengangguran adalah sebutan untuk orang yang tidak bekerja sama
sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari 2 hari selama seminggu, atau sedang
berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak.
Pengangguran adalah seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja (usia 15-65 tahun) dan
ingin mendapatkan pekerjaan, namun belum berhasil memperolehnya.
Penyebab Pengangguran
Umumnya penyebab pengangguran adalah ketidakseimbangan lapangan kerja yang tersedia
dengan laju pertumbuhan penduduk. Artinya jumlah tenaga kerja lebih banyak dibandingkan
jumlah lapangan kerja, sehingga menyebabkan beberapa orang tidak mendapatkan pekerjaan.
Selain itu, penyebab pengangguran juga bisa dikarenakan oleh beberapa hal berikut:
 Upah yang ditawarkan perusahaan tidak sesuai dengan harapan dari tenaga kerja
 Pertumbuhan ekonomi jauh lebih kecil dibandingkan pertumbuhan angkatan kerja
 Tekanan demografis dengan jumlah angkatan kerja yang tinggi
 Kompetensi tenaga kerja tidak memenuhi kriteria lowongan pekerjaan
 Terjadi PHK atau Pemutusan Hubungan Kerja akibat krisis ekonomi atau keamanan
yang kurang kondusif, hambatan dalam kegiatan ekspor-impor, peraturan yang
menghambat investasi, atau lainnya
 Informasi pasar kerja masih kurang efektif
 Iklim investasi belum kondusif dan maksimal
 Rendahnya tingkat pendidikan
 Resesi ekonomi
 Kemajuan teknologi sehingga menggantikan tenaga kerja manusia
 Kebijakan pemerintah yang menghentikan pengiriman TKI ke luar negeri
 Persaingan pasar global, di mana banyak perusahaan terutama perusahaan asing di
Indonesia lebih memilih tenaga kerja dari negara lain dibanding tenaga kerja lokal
karena dinilai kemampuannya kurang mumpun
Jenis Pengangguran Berdasarkan Ciri-cirinya
Jenis pengangguran berdasarkan ciri-cirinya dapat dibedakan menjadi 4, yaitu.
1. Setengah Menganggur

11
Setengah menganggur merupakan orang yang sebenarnya sudah memiliki pekerjaan, tetapi
jam kerjanya berbeda dengan pekerja pada umumnya. Mereka hanya bekerja berdasarkan
permintaan dari pemberi kerja dalam jangka yang tidak menentu, mungkin satu sampai dua
kali dalam satu minggu atau bekerja kurang dari 7 sampai 8 jam per hari. Orang yang bekerja
secara part time atau freelance bisa disebut juga sebagai setengah menganggur.
2. Pengangguran Terbuka
Pengangguran terbuka diartikan sebagai suatu situasi dimana angka ketersediaan pekerjaan
lebih rendah daripada jumlah tenaga kerja. Pengangguran terbuka akan benar-benar tidak
memiliki pekerjaan yang disebabkan karena menurunnya kegiatan perekonomian pada suatu
waktu, pengurangan jumlah tenaga kerja karena kecanggihan teknologi, serta kemunduran
atau kemerosotan industri.
3. Pengangguran Tersembunyi
Pengagguran tersembunyi merupakan kondisi dimana jumlah tenaga kerja lebih banyak dari
yang seharusnya diperlukan. Kelebihan jumlah tenaga kerja menyebabkan kegiatan tidak
dapat berjalan dengan merata, sebagian ada yang bekerja dan sebagian ada yang tidak
bekerja.
Sebagai contoh, jumlah pelayan kafe yang terlalu banyak daripada kebutuhan sebenarnya.
Sebagian dari mereka akan bekerja melayani pelanggan, tapi sebagian akan banyak
menganggur karena sudah ada yang melayani pelanggan. Hal ini yang dinamakan dengan
pengangguran tersembunyi. Mereka sebenarnya memiliki pekerjaan, namun tidak bekerja
sebagaimana mestinya yang dilakukan.
Contoh lain yang bisa ditemui ada pada masyarakat di pedesaan. Mayoritas bekerja sebagai
petani dengan jumlah yang cukup banyak. Jumlah sawah yang harus digarap oleh para petani
tersebut tidak terlalu luas sehingga jika dikerjakan dengan jumlah yang banyak tidak semua
akan mendapatkan bagian yang sama dalam mengerjakan.
4. Pengangguran Musiman
Biasanya orang akan bekerja sesuai dengan waktu-waktu tertentu. Apabila sedang tidak
memasuki masa bekerja, mereka akan menganggur. Hal demikian disebut sebagai
pengangguran musiman. Pengangguran jenis ini dapat ditemui pada mereka yang bekerja di
bidang pertanian atau nelayan. Ketika memasuki masa panen, petani akan bekerja penuh
waktu untuk mendapatkan hasil panen dalam jumlah yang banyak.
Namun, apabila suatu masa hasil pertaniannya tidak maksimal atau terjadi kegagalan panen
akan membuat mereka menjadi pengangguran. Sama halnya dengan mereka yang bekerja
sebagai nelayan. Ketika musim sedang tidak bagus untuk pergi ke laut, nelayan tidak bisa
bekerja sehingga harus menganggur beberapa waktu dan menunggu sampai ada waktu yang
tepat untuk melaut. Hal-hal tersebut yang menyebabkan mereka menjadi pengangguran
musiman.
Penyebab Tingginya Angka Pengangguran
Setelah tahu pengertian pengangguran dan penyebabnya serta jenis-jenis pengangguran, lalu
apa saja penyebab munculnya pengangguran? Tingginya angka pengangguran di Indonesia
disebabkan oleh banyak hal. Apa saja penyebabnya, simak penjelasannya dibawah ini.
12
1) Tidak Seimbangnya Jumlah Tenaga Kerja dengan Ketersediaan Lapangan Kerja
Alasan pertama penyebab pengangguran adalah ketidaksimbangan antara jumlah tenaga kerja
dengan ketersediaan lapangan pekerjaan. Tingginya jumlah penduduk tidak semua bisa
diserap ke dalam lapangan pekerjaan yang telah tersedia. Hanya beberapa orang yang
memiliki keterampilan dan kemampuan yang sesuai dengan bidang pekerjaan yang akan
diserap. Bagi mereka yang tidak bisa bersaing berdampak pada kecilnya kesempatan untuk
mendapatkan pekerjaan.
2) Teknologi yang Semakin Canggih
Majunya teknologi di suatu negara menjadi hal yang membanggakan. Akan tetapi, tidak
selamanya berdampak positif. Kemajuan teknologi memicu tergantikannya peran manusia
dalam bekerja karena teknologi akan lebih cepat dibandingkan dengan manusia. Bila tidak
diantisipasi dengan baik, kecanggihan teknologi akan semakin menambang tingginya
pengangguran di masa yang akan datang.
3) Keterampilan yang Kurang Memadai
Bagi mereka yang tidak memiliki pengalaman dalam bekerja akan kesulitan ketika mencari
pekerjaan. Penyedia pekerjaan terkadang mencantumkan syarat memiliki pengalaman bekerja
sehingga bagi beberapa fresh graduate hal ini akan menyulitkan mereka mendapatkan
pekerjaan. Bagi yang kurang terampil di bidang yang diinginkan, akan menemui kesulitan
dalam bersaing untuk bisa mendapatkan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan.
4) Kualifikasi Pendidikan yang Kurang Sesuai
Penyebab lain munculnya pengangguran disebabkan oleh kualifikasi pendidikan seseorang
yang tidak sesuai dengan permintaan pasar pekerjaan. Latar belakang pendidikan menjadi
permasalahan banyaknya pengangguran. Pertama, rendahnya akses pendidikan yang
menyebabkan masyarakat kurang kompeten di dunia kerja, padahal pendidikan berguna
membentuk karakter serta kompetensi kerja.
Kedua adalah lapangan pekerjaan yang mencantumkan segala macam jurusan masih terbatas
sehingga bagi mereka yang memiliki latar belakang pendidikan minoritas akan kesulitan
mendapatkan pekerjaan. Namun, sebenarnya tidak menutup kemungkinan mayoritas
pendidikan yang satu jenis juga menyumbang angka pengangguran karena ketatnya
persaingan memperebutkan pekerjaan yang jumlahnya terbatas.
5) Kemiskinan
Banyak permasalahan pengangguran disebabkan karena tingkat kesejahteraan yang rendah.
Tingkat kemiskinan berbanding lurus dengan tingkat pengangguran. Secara umum,
pengangguran berasal dari mereka yang berada di bawah garis kemiskinan. Kemiskinan juga
menyebabkan seseorang kesulitan untuk mendapatkan fasilitas yang menunjang keterampilan
yang bisa digunakan di dunia kerja.

6) PHK Masal

13
Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK juga menyumbang tingginya angka pengangguran.
Terlebih jika PHK yang dilakukan dalam skala besar, akan banyak orang yang akan
kehilangan pekerjaannya dan menganggur. Kasus baru-baru ini adalah PHK massal akibat
pandemi covid-19 beberapa waktu lalu, banyak pekerja yang dirumahkan dan tidak
mendapatkan penghasilan. Hal ini menandakan bahwa PHK massal menjadi hal yang cukup
serius bagi pekerja apabila tidak mempersiapkan diri dengan mencari alternatif pekerjaan
sampingan diluar pekerjaan utamanya tersebut.
7) Tidak Meratanya Lapangan Kerja
Konsentrasi pekerjaan lebih dipusatkan di kota membuat sebagian orang kesulitan untuk
mengaksesnya. Jauhnya tempat tinggal dengan tempat kerja bisa menjadi pertimbangan
seseorang untuk mengambil pekerjaan yang ada di kota. Walaupun di iming-iming gaji yang
lebih tinggi, namun pengeluaran untuk transportasi juga cukup menguras kantong. Sedangkan
pekerjaan yang ada di kampung atau desa tidak terlalu banyak. Apabila lapangan pekerjaan
lebih merata atau tidak hanya dipusatkan di kota, angka pengangguran yang ada di pedesaan
akan lebih berkurang.
Dampak Pengangguran
Setelah mengetahui pengertian pengangguran dan penyebabnya, jenis-jenis pengangguran,
serta penyebab pengangguran, lalu apa saja dampak yang ditimbulkan dari munculnya
fenomena pengangguran? Dampak dari pengangguran ada dua yaitu sosial dan ekonomi.
1. Dampak Sosial
Tidak bisa dipungkiri bahwa pengangguran bisa membawa dampak permasalahan sosial
masyarakat. Beban psikologis akan dirasakan oleh mereka yang tidak memiliki pekerjaan,
mulai dari munculnya ketimpangan status sosial sampai dengan rendahnya kesejahteraan
hidup.
Rendahnya kesejahteraan menyebabkan munculnya permasalahan sosial yang memicu
meningkatnya angka kriminalitas. Misalnya saja perampokan, pencurian, dan penjambretan
yang dilakukan oleh beberapa orang disebabkan karena sulitnya mereka mencari pekerjaan.
Jalan pintas yang dipilih adalah melakukan tindakan-tindakan yang tidak dibenarkan oleh
hukum. Hal ini jika tidak ditangani dengan serius akan merusak struktur kehidupan sosial di
tengah-tengah masyarakat.
2. Dampak Ekonomi
Munculnya pengangguran dapat berdampak pada kehidupan ekonomi. Dampak dari tidak
memiliki pekerjaan akan menurunkan tingkat kesejahteraan dalam hidupnya bahkan bisa
menurunkan standar kehidupan yang layak. Pertumbuhan ekonomi yang lambat
menyebabkan negara juga akan merugi.
Sebab anggaran untuk mengentaskan kehidupan yang sejahtera bagi masyarakat akan lebih
besar. Misalnya saja pemberian bantuan untuk rakyat miskin akan semakin tinggi bila angka
pengangguran juga tinggi. Disamping itu daya beli masyarakat juga akan menurun yang
mengakibatkan rendahnya pajak yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi.
Faktor-Faktor Munculnya Pengangguran

14
1. Informasi
Informasi mengenai lapangan pekerjaan merupakan hal yang penting dalam rangka
mengurangi angka pengangguran. Namun, tidak semua orang dapat mengakses informasi
tersebut karena keterbatasan atau kurang meratanya persebaran informasi sehingga para
pencari kerja kesulitan untuk mengetahuinya.
2. Integritas Diri
Harus diakui sebenarnya pemerintah sudah turut serta mencoba mengurangi angka
pengangguran. Berbagai pelatihan diberikan untuk menunjang kemampuan para pencari kerja
baik itu soft skill maupun hard skill. Tetapi semua itu kembali lagi ke diri para pencari kerja
untuk memacu diri mengembangkan kemampuan kerjanya. Budaya malas bekerja atau lebih
sering kita dengar dengan kata “mager” membuat sebagian besar orang kesulitan mencari
pekerjaan.
3. Gaji atau Upah
Masalah kesejahteraan pekerjaan juga harus diperhatikan. Pemberian upah yang tidak sesuai
menyebabkan pekerja lebih memilih untuk berhenti dari pekerjaannya untuk mendapatkan
penghasilan yang lebih besar karena tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Apabila
lapangan pekerjaan yang tersedia cukup hal ini tidak menjadi masalah. Akan menjadi
masalah ketika lapangan pekerjaan yang memberikan gaji lebih tidak banyak, hal ini dapat
menjadi faktor munculnya pengangguran.
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan jalan bagi seseorang untuk dapat meningkatkan kemampuan dirinya
sehingga memiliki keterampilan yang lebih dalam bekerja. semakin tinggi seseorang maka
kesempatan untuk dapat bekerja juga semakin tinggi. Orang yang memiliki tingkat
pendidikan strata satu tentu akan lebih dibutuhkan daripada orang yang hanya memiliki
tingkat pendidikan di bawahnya seperti SMA atau SMP karena dipandang memiliki
kemampuan dan pengetahuan yang lebih luas.

15
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 8,42 juta
orang pada Agustus 2022. Jumlah tersebut mengalami kenaikan dibandingkan pada Februari
2022 yang sebanyak 8,40 juta orang. Namun, jika dibandingkan dengan periode yang sama
setahun sebelumnya, jumlah pengangguran di Indonesia tercatat menurun. Pada Agustus
2021, jumlah pengangguran di Indonesia sebanyak 9,1 juta orang. Jika dibandingkan dengan
total angkatan kerja yang sebanyak 143,72 juta orang, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di
Indonesia terpantau sebesar 5,86% pada Agustus 2022. Angka tersebut meningkat 0,03%
poin dibandingkan pada Februari 2022 yang sebesar 5,83%. Berdasarkan jenis kelaminnya,
TPT laki-laki cenderung lebih tinggi, yakni 5,93%. Sementara, TPT perempuan tercatat
sebesar 5,75%. Menurut wilayahnya, TPT di perkotaan terpantau sebesar 7,74% pada
Agustus 2022. Angkanya jauh lebih tinggi dibandingkan TPT di perdesaan yang sebesar
3,43%. Sementara itu, tingkat partisipasti angkatan kerja tercatat sebesar 68,63% pada
Agustus 2022. Persentasenya mengalami kenaikan dibandingkan pada Agustus 2021 yang
sebesar 67,80%. TPAK pada Agustus 2022 juga menjadi yang tertinggi sejak 1986.

16
Data pengangguran sarjana tahun 2021

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran terbuka di Indonesia mencapai
8.746.008 orang pada Februari 2021. Jumlahnya meningkat 26,3% dibandingkan periode
yang sama tahun lalu. Kenaikan angka pengangguran disebabkan krisis ekonomi akibat
pandemi Covid-19. 

Mayoritas pengangguran terbuka Indonesia adalah tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas


(SLTA) atau Sekolah Menengah Umum (SMU). Jumlahnya mencapai 2.305.093 orang
hingga Februari 2021.Sementara itu, SLTA Kejuruan atau Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) mengikuti dengan 2.089.137 orang menganggur. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP) tepat di bawahnya sebab masih ada 1.515.089 orang tak bekerja.Jumlah
pengangguran paling kecil berasal dari kalangan yang tidak atau belum pernah sekolah.
Kelompok itu menyumbang 20.461 orang.

17
Data Pengangguran Sarjana Tahun 2022

Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS),
jumlah pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 8,43 juta jiwa pada Agustus
2022.Pengangguran terbuka paling banyak berstatus lulusan sekolah menengah atas,
sedangkan paling sedikit dari kelompok penduduk yang tidak pernah sekolah.

Rinciannya, ada 673,49 ribu (7,99%) penganggur yang merupakan lulusan universitas,
kemudian 159,49 ribu (1,89%) penganggur lulusan Akandemi/Diploma, dan 1,66 juta jiwa
lulusan SLTA Kejuruan/SMK.Selanjutnya ada 2,48 juta jiwa (29,41%) penganggur lulusan
SLTA Umum/SMU, 1,5 juta (17,81%) lulusan SLTP, dan 1,27 juta jiwa (15,12%) lulusan
SD.Terakhir ada 653,13 ribu jiwa (7,87%) penganggur yang tidak/belum tamat SD, dan 15,21
ribu jiwa (0,18%) tidak/belum pernah sekolah.

Pada Agustus 2022 jumlah penduduk usia kerja di Indonesia mencapai 209,42 juta jiwa. Dari
jumlah tersebut, yang masuk kategori angkatan kerja sebanyak 143,72 juta jiwa, terdiri dari
135,3 juta jiwa bekerja dan 8,42 juta jiwa menganggur/tidak bekerja..Ada pula 65,7 juta jiwa
penduduk yang masuk kelompok usia kerja, tapi bukan angkatan kerja karena masih sekolah,
mengurus rumah tangga, atau melakukan kegiatan lainnya.

Analisis Pengangguran tiap Provinsi :

18
Solusi untuk meminimalisir masalah pengangguran di Indonesia :

1) Membuka Lapangan Kerja Membuka lapangan kerja adalah hal utama untuk
mengurangi pengangguran. Dengan adanya lowongan pekerjaan, maka orang yang
tadinya menganggur akan melamar lowongan tersebut. Jika lowongan pekerjaannya
banyak, maka peluang pencari kerja diterima juga semakin tinggi.
2) Memperbaiki Kondisi Ekonomi Makro Pertumbuhan ekonomi akan merangsang
penciptaan lapangan kerja dan memberi dampak positif bagi kaum muda yang sedang
menganggur. Pemerintah harus memberikan perhatian khusus pada sektor industri
yang ramah terhadap pencari kerja muda untuk menghasilkan tenaga kerja yang
berkualitas.
3) Program Pelatihan dan Pendidikan Program pelatihan dan pendidikan dengan tujuan
pembentukan keterampilan dan pengembangan potensi dapat membantu mengurangi
angka pengangguran. Tenaga kerja yang terampil akan memiliki kesempatan lebih
besar untuk mendapatkan pekerjaan dibandingkan seseorang yang tidak memiliki
keterampilan. Baca juga: Pengangguran di Mana-mana, Covid-19 Sebabkan Luka
Dalam

19
4) Menyediakan Informasi Lowongan Kerja Cara mengatasi pengangguran ini bisa
dilakukan dengan menyediakan platform penyedia info lowongan kerja. Dalam
memberikan informasi yang valid bagi pencari kerja, pemerintah bisa bekerja sama
dengan perusahaan penyedia info lowongan kerja dan perusahaan yang masih
membuka kesempatan berkarir lewat bursa kerja online.
5) Pemberian Subsidi Ketenagakerjaan Memberikan subsidi berupa keringanan pajak
untuk kalangan pengusaha atau subsidi berupa keringanan pajak untuk kalangan
pengusaha atau subsidi kepada pengangguran. Upaya ini memang memerlukan dana
yang tidak sedikit, apalagi jika jumlah pengangguran atau perusahaan yang disubsidi
cukup banyak. Dua langkah ini sebenarnya telah dilakukan oleh pemerintah saat ini.
Pertama dengan memberikan keringanan pajak bagi 193.151 perusahaan yang
terdampak Covid-19, dan kedua yakni memberikan bantuan subsidi bagi yang terkena
PHK lewat program Kartu Prakerja.
6) Menempatkan Pencari Kerja dengan Tepat Salah satu yang membuat pengangguran
meningkat adalah karena banyak pekerja memilih mengundurkan diri dari tempat
mereka bekerja. Sebagian di antaranya mengambil keputusan karena tidak kuat
dengan beban yang ditanggung atau merasa pekerjaannya tidak sesuai dengan
passion. Karena itu pemilik usaha atau bagian rekrutmen pegawai di perusahaan harus
mampu menempatkan para pencari kerja yang melamar dengan tepat. Sehingga
jobdesk mereka pun dapat dikerjakan dengan baik, produktivitas meningkat,
mengurangi angka turnover karyawan.
Peran Pemerintah dalam mengatasi masalah Pegangguran
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang sangat penting dalam
menilai kinerja perekonomian suatu negara, terutama digunakan untuk menganalisis hasil
pembangunan ekonomi pada periode tertentu. Terjadi pertumbuhan ekonomi jika produksi
barang dan jasa meningkat dari periode sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi menjadi salah
satu indikator kesejahteraan masyarat, sehingga menjadi pekerjaan pemerintah untuk
meningkatkan hal tersebut dengan berbagai cara secar mikro dan makro. Semakin tinggi
tingkat pertumbuhan  ekonomi maka semakin baik kesejahteraan masyarakat karena terjadi
aktivitas ekonomi yang lancar, sehingga pendatan masyarakat meningkat. Pertumbuhan
ekonomi memberi gambaran bahwa efektivitas dan perkembangan perekonomian suatu
negara dalam kondisi yang baik. 

    Salah satu masalah makro-ekonomi yang paling krusial dan berdampak negatif terhadap
kesejahteraan masyarakat adalah pengangguran. Pengangguran manjadi permasalahan
bersama secara sosial sekaligus menjadi permasalah pribadi yang bersifat psikoligis bagi
yang bersangkutan (Murtadho, 2008). Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik 2020
menunjukkan jumlah pengangguran di Indonesia cenderung menurun dalam kurun waktu
lima tahun terakhir. Namun pada Februari 2020, terjadi peningkatan jumlah pengangguran
sebanyak 60 ribu orang. Dari 6,82 juta orang pada 2019 menjadi 6,88 juta orang pada tahun
2020 (Pusparisa, 2020). Menurut Badan Pusat Statistik per Agustus 2020 ada 29,1- 2 juta
orang terdampak covid-19. Jumlah tersebut sebanding dengan 14,2-8 persen dari total
penduduk usia kerja di Indonesia. Covid-19 membuat usaha lesu, sehingga banyak terjadi
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada

20
Agustus 2020 mengalami kenaikan dari 5,23 persen menjadi 7,07 persen atau terjadi
kenaikan pengangguran sebesar 2,67 juta (Badan Pusat Statistik, 2020). 
    Tercapainya pemerataan ekonomi kepada masyarakat sehingga terjadi kesejahteraan dan
makmur merupakan cita-cita semua bangsa dan negara, akan tetapi untuk mewujudkan
kondisi yang ideal tersebut membutuhkan perjuangan yang panjang dan masih sedikit negara
yang mampu mewujudkannya. Fakta masalah pengangguran merupakan problem
makroekonomi yang dihadapi di seluruh negara. Oleh karena itu, masalah pengangguran
menjadi fokus utama di beberapa negara untuk mencapai kesejateraan. Jika penanggulangan
masalah pengangguran tidak optimal, maka akan berdampak pada peningkatan jumalah
kemiskinan dan mengurangi kesejahteraan masyarakat (Fajarwati, 2012, pp. 184--185).
Untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran, maka masalah pengangguran harus segera
dituntaskan.
Covid-19 membuat tingkat usaha menurun, sehingga banyak terjadi Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK). Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada Agustus 2020
mengalami kenaikan dari 5,23 persen menjadi 7,07 persen atau terjadi kenaikan
pengangguran sebesar 2,67 juta. Pengangguran merupakan salah satu masalah makro-
ekonomi yang harus dihindari karena mampu menurunkan kesejahteraan masyarakat. Berikut
ini kebijakan pemerintah Indonesia untuk mengatasi masalah pengangguran khususnya akibat
pandemi Covid-19 adalah; ;
1) mengalokasikan dana untuk penanganan Covid-19 sebesar 46,6 miliar dollar AS,
termasuk stimulus ekonomi bagi para pelaku usaha 17,2 miliar dollar AS.
2) menyediakan program-program penguatan ekonomi seperti insentif pajak penghasilan,
relaksasi pembayaran pinjaman atau kredit, dan kebijakan relaksasi iuran jaminan sosial
ketenagakerjaan untuk meringankan sekitar 56 juta pekerja sektor formal.
3) menyediakan jaring pengaman sosial bagi pekerja sektor informal.
4) memprioritaskan pemberian insentif pelatihan melalui Program Kartu Prakerja bagi
pekerja yang terkena PHK.
5) memperbanyak program perluasan kesempatan kerja seperti padat karya tunai, padat
karya produktif, terapan Teknologi Tepat Guna (TTG), Tenaga Kerja Mandiri (TKM),
dan kewirausahaan, yang bertujuan untuk menyerap tenaga kerja.
6) menyediakan panduan pelindungan kerja dan kelangsungan usaha, serta perlindungan
pekerja pada kasus penyakit akibat kerja karena Covid-19. 

I. Masalah Distribusi dan Perpindahan Penduduk


Informasi tentang distribusi penduduk secara geografis dan terpusat penduduk di beberapa
pulau terutama Jawa memungkinkan pemerintah mengatasi kepadatan penduduk, dengan
pembangunan dan program-program untuk mengurangi beban kepadatan penduduk atau
melakukan realokasi pembangunan di luar Jawa atau realokasi penduduk untuk bermukim di
tempat lain. Di mana-mana di dunia ini, tidak hanya di Indonesia, perpindahan penduduk
(migrasi) dari satu tempat ke tempat lainnya tidak bisa dihindarkan, baik yang bersifat antar
negara maupun internal dalam satu negara (Indonesia). Analisis dan perkiraan besaran dan
arus migrasi merupakan hal yang penting bagi terlaksananya pembangunan manusia
seutuhnya. Apalagi kalau analisis mobilitas tersebut dilakukan pada satu wilayah administrasi

21
yang lebih rendah daripada tingkat provinsi. Karena justru tingkat mobilitas penduduk baik
yang permanen maupun yang tidak permanen akan tampak lebih nyata terlihat pada satuan
unit administrasi yang lebih kecil seperti kabupaten, kecamatan, dan desa atau kelurahan.
Pada dasarnya migrasi penduduk merupakan refleksi perbedaan kesejahteraan ekonomi dan
kurang meratanya fasilitas pembangunan antara satu negara/daerah dengan negara/daerah
lain.
Penduduk dari negara/daerah yang tingkat kemakmuran ekonominya kurang akan bergerak
menuju ke Negara/daerah yang mempunyai tingkat kemakmuran ekonomi yang lebih tinggi.
Faktor Pendorong dan Penarik Migrasi Migrasi dipengaruhi oleh daya dorong ( push factors)
satu wilayah dan daya tarik ( pull  factors) wilayah lainnya. Daya dorong wilayah
menyebabkan orang pergi ke tempat lain, misalnya karena daerah itu tidak tersedia sumber
daya yang memadai untuk memberikan  jaminan kehidupan bagi penduduknya. Pada
umumnya, hal ini tidak terlepas dari persoalan kemiskinan dan pengangguran yang terjadi di
wilayah tersebut.
Adapun faktor-faktor pendorong ( push factors), antara lain, adalah:
1) Makin berkurangnya sumber-sumber kehidupan, seperti menurunnya daya dukung
lingkungan, menurunnya permintaan atas barang-barang tertentu yang bahan bakunya makin
susah diperoleh seperti hasil tambang, kayu, atau bahan dari pertanian.
2) Menyempitan lapangan pekerjaan di tempat asal, misalnya tanah untuk pertanian di
wilayah pedesaan yang makin menyempit.
3) Adanya tekanan-tekanan seperti, politik, agama, dan suku, sehingga menganggu hak asasi
penduduk di daerah asal.
4) Alasan pendidikan, pekerjaan, atau perkawinan
5) Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami, musim kemarau panjang
atau adanya wabah penyakit.
Sedangkan daya tarik wilayah adalah jika satu wilayah mampu atau dianggap mampu
menyediakan fasilitas dan sumber-sumber penghidupan bagi penduduk, baik penduduk di
wilayah itu sendiri maupun penduduk di sekitarnya dan daerah-daerah lain. Adapun faktor-
faktor penarik ( pull factors), antara lain:
1) Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaiki taraf hidup atau
kesejahteraannya.
2) Adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik
3) Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan misalnya iklim, perumahan,
sekolah dan fasilitas-fasilitas public lainnya
4) Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat kebudayaan
sebagai daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk bermukim di kota besar Perpindahan
penduduk dengan berbagai alasan diistilahkan sebagai migrasi. Secara luas migrasi diartikan
sebagai perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari satu tempat ke tempat lain
melewati batas administratif (migrasi internal) atau batas politik/negara (migrasi
internasional). Dengan kata lain, migrasi diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen

22
dari satu daerah (Negara) ke daerah (Negara) lain. Migrasi dalam Dimensi Spasial dan
Dimensi Waktu Migrasi dapat dikelompokkan berdasarkan dua dimensi penting yaitu dimesti
ruang/daerah (spasial) dan dimensi waktu.
1. Dimensi Ruang/Daerah (Spasial) Dalam dimensi ruang/daerah atau dimensi spasial dikenal
migrasi internasional dan migrasi internal (dalam satu Negara). Migrasi Internasional
merupakan perpindahan penduduk dari satu Negara ke Negara lain atau dari satu benua ke
benua lain. Misalnya saja bangsa-bangsa di Eropa Barat ketika berlomba-lomba menari
daerah baru di benua Amerika, Amerika Latin, Afrika dan juga sampai ke Asia (termasuk
Indonesia). Migrasi internasional ini terdapat juga di Indonesia. Bayangkan banyaknya orang
luar yang bermukim di Indonesia dengn berbagai macam alasan dan tujuan. Migrasi ke luar
Indonesia pun tidak kalah jumlahnya dari yang disponsori oleh pemerintah sampai yang gelap
(tidak resmi). Migrasi ke luar Indonesia yang resmi di sponsori oleh pemerintah, misalnya
untuk TKW (tenaga kerja wanita) yang dikirim ke Timur Tengah, Arab Saudi, Singapura dan
Malaysia. Sekarang ini, banyak orang Indonesia (dari Bali) yang mencari pekerjaan di
Amerika Serikat dan Eropa untuk bekerja di kapal pesiar.
Migrasi internal di Indonesia yang penting meliputi:
A. Transmigrasi
Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk antar provinsi/kabupaten antar pulau. Seperti
perpindahan penduduk dari pulau Jawa, Madura, dan Bali ke pulau Sumatra, Kalimantan, dan
Sulawesi. Meskipun ada juga transmigrasi swakarsa, pada umunya transmigrasi yang sudah
dilaksanakan sampai sekarang ini adalah sponsor pemerintah. Dalam persektif pembangunan
nasional, transmigrasi dapat dikatakan sebagai derivatif dari cita-cita kemerdekaan dalam
mengelola dan mengembangkan wilayah yang diintegrasikan dengan penataan penyebaran
penduduk. Kontibusi transimigrasi terhadap pertumbuhan dan pembangunan wilayah tujuan
perpindahan penduduk ( terutama di luar pulau jawa) cukup signifikan. Melalui transmigrasi
jutaan potensi sumber daya yang kurang bermakna telah berhasil digali dan dikembangkan.
Sekitar 2,2 juta kepala keluarga atau sekitar 8,8 juta orang miskin dan pengangguran
memperoleh secara langsung peluang berusaha dan kesempatan kerja untuk memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya.
B. Urbanisasi dan Deurbanisasi
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari pedesaaan ke wilayah perkotaan. Urbanisasi itu
sendiri ada sejak berkembangnya kota kecil menjadi pusat-pusat perdagangan, pendidikan,
dan pemerintahan. Keadaan di Indonesia hamper sama dengan keadaan di Inggris dan Eropa
Barat setelah revolusi industry, bahwa masyarakat pedesaan berbondongbondong dating ke
kota besar. Keadaan demikian ini mulai terasa sejak awal Orde Baru. Katakanlah, sebagai
contoh, perkembangan kota Batavia menjadi Jakarta sebagai pusat perdagangan dan pusat
pemerintahan. Penduduk dari pedesaan sekitarnya, dari Bekasi, Bogor, Tanggerang, malah
dari daerah pedesaan seluruh Indonesia berdatangan ke Jakarta, sampai-sampai sekarang ini
dihimbau agar para pendatang dibatasi dating ke Jakarta. Demikian juga halnya dengan
kotakota besar lainnya seperti Bandung, Semarang, Yogyakarta, Denpasar dan yang lainnya.
Aliran sebaliknya dari kota ke pedesaan disebut dengan Deurbanisasi. Istilah ini muncul di
Amerika Serikat dan kota-kota besar di Eropa Barat, ketika kota-kota besar sudah begitu
padat sehingga pasangan muda tidak nyaman bermukim di pusat kota. Mereka memilih untuk

23
bermukim di pinggir-pinggir kota. Keadaan demikian juga dapat disaksikan di Indonesia. Di
Jakarta misalnya, banyak orang yang memilih tinggal di Bogor dan daerah sekitarnya, dan
pergi tiap hari bekerja di Jakarta.
2. Dimensi Waktu Selain migrasi dalam dimensi ruang atau spasial, kita juga mengenal
migrasi dalam dimensi waktu, yang artinya penduduk pindah ke tempat lain dengan tujuan
menetap dalam waktu enam bulan atau lebih. Jenis migrasi dalam dimensi waktu yang paling
umum adalah:
A. Migrasi Sirkuler (Musim)
Migrasi sirkuler atau migrasi musim adalah penduduk yang berpindah tempat tetapi tidak
bermaksud menetap di tempat tujuan. Migrasi sirkuler biasanya adalah orang yang masih
mempunyai keluarga atau ikatan dengan tempat asalnya seperti tukang becak, kuli bangunan
dan yang lainnya yang sehari-harinya mencari nafkah di kota dan pulang kampungnya setiap
bulan atau beberapa bulan sekali.
B. Migrasi Ulang-Alik (Commuter Migration) Migrasi ulang-alik adalah orang yang pergi
meninggalkan tempat tinggalnya secara teratur, missal setiap hari atau setiap minggu, pergi
ke tempat lain untuk bekerja, berdagang, sekolah atau untuk kegiatan-kegiatan lainnya, dan
pulang ketempat asalnya secara teratur pula. Migrasi ulang-alik biasanya menyebabkan
jumlah penduduk di tempat tujuan lebih banyak pada waktu tertentu, misalnya pada siang
hari. Contoh, jumlah penduduk Jakarta pada siang harinya diperkirakan mencapai 11-12 juta
orang, sedangkan jumlah penduduk di malam hari hanya sekitar 7-8 juta orang. Kriteria
Migrasi Masalah lain yang juga penting dalam hal perpindahan penduduk adalah apa kriteria
seorang agar dia bisa disebut dengan migran.
Dalam hal ini dikenal migrasi seumur hidup, migrasi risen, dan migrasi total. Disebut
migrasi seumur hidup (life time migration) apabila seorang bertempat tinggal pada saat
pengumpulan data berbeda dengan tempat tinggalnya pada waktu mereka lahir. Migrasi risen
(recent migration) adalah apabila tempat tinggal seseorang pada saat pengumpulan data
berbeda dengan tempat tinggalnya pada waktu lima tahun sebelumnya. Sedangkan Migrasi
total (total migration)adalah apabila seseorang pernah bertempat tinggal di tempat yang
berbeda dengan tempat tinggal pada waktu pengumpulan data. Kriteria migrasi risen (recent
migration) lebih mencerminkan dinamika spasial penduduk antar daerah daripada migrasi
seumur hidup (life time migration) yang relatif statis.
Sedangkan migrasi total (total migration) tidak memasukkan batasan waktu antara tempat
tinggal sekarang (waktu pencacahan) dan tempat tinggal terakhir sebelum tempat tinggal
sekarang. Akan tetapi migrasi total biasanya dipakai untuk menghitung migrasi kembali
(return migration). Selanjutnya untuk perhitungan angka migrasi, penduduk yang ada yang
dihitung atau dicacah adalah penduduk usia 5 tahun atau lebih. Penduduk usia 0-4 tahun tidak
dimasukkan, karena kelompok penduduk ini merupakan kelompok penduduk yang lahir pada
periode antar dua survei/sensus. Namun demikian, angka-angka migrasi sangat sulit
diperoleh, baik untuk migrasi internasional, migrasi antar pulau (transmigrasi), apalagi
urbanisasi, oleh karena itu tidak disajikan data mengenai migrasi.
Masalah penduduk di Indonesia, sebagaimana kita ketahui, bukan hanya masalah tingkat
pertumbuhan, melainkan lebih dari itu, yakni menyangkut masalah distribusinya yang
akhirnya bermuara pada kepentingan pembangunan serta kesejahteraannya. Laju

24
pertumbuhan penduduk Indonesia telah mengalami penurunan dan terus mengalami
penurunan setelah program Keluarga Berencana sampai sekarang yang mungkin mencapai
angka pertumbuhan sekitar 1,1 persen per tahun. Informasi tentang jumlah penduduk untuk
kelompok usia tertentu ternyata bahwa rasio ketergantungan pemuda masih lebih jelek
dibandingkan dengan negara maju, namun lebih baik daripada negara berkembang pada
umumnya. Sekitar dua pertiga dari jumlah penduduk yang berumur 15-65 tahun memasuki
angkatan kerja, dari jumlah tersebut sekitar 91 persen mendapatkan kerja dan sekitar 9 persen
menganggur secara terbuka (data tahun 2008). Sekitar 60 persen dari  jumlah penduduk yang
bekerja mendapatkan pekerjaan di pedesaan, dan sisanya sekitar 40 persen mendapatkan
pekerjaan di perkotaan.Dari mereka yang mendapatkan kerja terdapat penduduk yang
setengah menganggur sekitar 27,35 persen dari angkatan kerja.
Kebanyakan penganggur terbuka berpendidikan sampai SD, SMTP dan SMTA, meskipun
ada juga (sekitar 11 persen) yang berpendidikan akademi/diploma dan universitas. Informasi
dari distribusi penduduk antar daerah menunjukkan sekitar 55 persen penduduk Indonesia
pada tahun 2008 bermukim di pulau Jawa + Madura, sedangkan luas wilayah pulau itu
sendiri hanyalah 132.186 km2 (atau hanya sekitar 6,7 persen dari luas wilayah Indonesia
sekitar 1.919.317 km2  .Pada dasarnya perpindahan penduduk merupakan refleksi perbedaan
kesejahteraan ekonomi dan kurang meratanya fasilitas pembangunan antara daerah. Melalui
transmigrasi, pemerintah telah berhasil memindahkan sekitar 2,2 juta kepala keluarga atau
sekitar 8,8 juta orang miskin dan penganggur, membangun dan mengembangkan sekitar
3.325 desa baru yang tersebar di berbagai provinsi dan kabupaten, di antaranya 88 desa telah
berkembang, mendorong pembentukan ibu kota kabupaten dan 235 desa lainnya berkembang
menjadi ibu kota kecamatan. Di daerah tujuan, transmigrasi juga telah berhasil membuka area
produksi baru di bidang pertanian tanaman pangan, perkebunan, serta perikanan seluas
sekitar 3,6 juta hektar dan mampu menyerap sekitar 235 ribu kesempatan kerja langsung
(belum termasuk anak turunannya). Sedangkan di daerah asal, program transmigrasi telah
menciptakan kesempatan kerja jutaan orang dan membantu suksesnya penataan lingkungan
(seperti pembangunan waduk raksasa dan bandara udara internasional Sukarno-Hata).
Mengingat kritik dan keberhasilannya, orientasi transmigrasi, kalau mau dilanjutkan, harus
diubah dari program pemindahan penduduk untuk menunjang pembangunan menjadi
pengembangan wilayah di daerah transmigrasi yang berdampak pada kebutuhan akan
mobilitas penduduk secara spontan (bukan karena program pemerintah). Masalah
perpindahan penduduk lainnya khususnya urbanisasi tampaknya terus berlangsung tanpa bisa
dicegah, yang pada akhirnya mengakibatkan kekurangan angkatan kerja di pedesaan dan di
luar Jawa +Madura , sebelum pembangunan pedesaan itu sendiri (dan pembangunan di luar
Jawa + Madura) dapat mengatasi aliran urbanisasi tersebut.

BAB III

PENUTP

A. Kesimpulan

25
Dari Paparan pembahasan diatas,dapat disimpulkan bahwa bertambahnya pertumbuhan
manusia,maka semakin banyak manusia membutuhkan lapangan pekerjaan untuk
kelangsungan hidup sedangkan ketenagakerjaan tidak memadai dalam pengalokasian potensi
dari tenaga kerja sehingga mengakibatkan pengangguran.Maka dari itu,sangat diperlukan
untuk negara berkembang meningkatkan sumber daya manusia melalui berbagai pendidikan
dan pelatihan.

B. Saran
Sebaiknya pemerintah mengeluarkan kebijakan tertentu yang dapat mengurangi jumlah
pengangguran dan memberikan penyuluhan,pembinaan serta pelatihan kerja kepada
masyarakat untuk bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri sesuai dengan kemampuan
dan minatnya masing masing untuk mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan
kemampuan,produktifitas dan kesejahteraan.Selain itu pemerintah,masyarakat juga harus ikut
berpatisipasi dalam upaya pengurangan jumlah pengangguran yang terjadi di indonesia.

26
DAFTAR PUSTAKA

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/05/31/bps-sarjana-yang-menganggur-
hampir-1-juta-orang-pada-februari 2021#:~:text=BPS%3A%20Sarjana%20yang
%20Menganggur%20Hampir%201%20Juta%20Orang%20pada%20Februari
%202021,Ketenagakerjaan&text=Badan%20Pusat%20Statistik%20(BPS)
%20mencatat,008%20orang%20pada%20Februari%202021
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/01/10/ada-673-ribu-pengangguran-lulusan-
universitas-pada-agustus 2022#:~:text=Ada%20673%20Ribu%20Pengangguran%20Lulusan
%20Universitas%20pada%20Agustus%202022,Ketenagakerjaan&text=Berdasarkan
%20Survei%20Angkatan%20Kerja%20Nasional,juta%20jiwa%20pada%20Agustus%202022
https://dataindonesia.id/sektor-riil/detail/tingkat-pengangguran-indonesia-capai-586-pada-
agustus-2022

27

Anda mungkin juga menyukai