Anda di halaman 1dari 19

Makalah

PERMASALAHAN KETENAGAKERJAAN

OLEH:
Kelompok II
Andi Sahriana (K11113308)
Sitti Masriani Pratiwi (K11113343)
Oktaviana Lebonna Kalasuso (K11113350)
Andi Tenri Nur Afni A (K11113508)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Yang


telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya bagi kami melalui
ilmunya yang begitu luas dan tak terkira sehingga kami dapat
menuliskan setetes ilmunya ke dalam sebuah makalah ini.
Shalawat serta salam kita tujukan kepada suri teladan kami, Nabi
Muhammad SAW. beserta seluruh pengikutnya hingga akhir
zaman.
Kami

menyadari

bahwa

Makalah

yang

berjudul

permasalahan ketenagakerjaan ini masih banyak sekali yang


perlu untuk terus dikoreksi. Namun kami berharap agar makalah
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta dapat memberi
beberapa pengetahuan yang bermanfaat. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangaun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Terimakasih kami ucapkan kepada bapak selaku dosen
Keselamatan dan kesehatan kerja telah banyak membantu,
membimbing,

mendidik

serta

memberi

kami

banyak

ilmu

pengetahuan, dorongan dan motivasi dalam banyak hal. Serta


pihak yang membantu penulisan makalah ini sehingga dapat
terselesaikan dengan tepat waktu.

Makassar,16 September 2014

Kelompok 2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

1-2
2
2

PEMBAHASAN

BAB II

A. Pengertian Tenaga Kerja


3
B. Masalah Tenaga Kerja
a. Formal
b. Informal
c. Wanita
d. Anak
e. Remaja
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

3
3-4
4-6
6-8
9-11
11-13
14
14
14
iii

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Ketenagakerjaan merupakan masalah ketatanegaraan yang
tak henti-hentinya diperdebatkan bahkan dari hari ke hari
atau bulan kebulan terus mengisi lembaran-lembaran
perjalanan kehidupan bangsa Indonesia ini. Jika diperhatikan
masalahnya sudah mendekati kebobrokan, yang berujung
pada krisis kepercayaan sehingga pihak manapun tidak
berdaya mengatasinya baru sebatas retorika belaka.
Masalah ketenagakerjaan atau perburuhan hampir di
seluruh negara saat ini selalu tumbuh dan berkembang, baik
di negara maju maupun negara berkembang, baik yang
menerapkan ideologi kapitalisme maupun sosialisme. Hal itu
terlihat dari selalu adanya departemen yang mengurusi
ketenagakerjaan pada setiap kabinet yang dibentuk. Hanya
setiap negara memberikan beragam masalah riil sehingga
terkadang memunculkan berbagai alternatif solusi.
Permasalahan klasik dalam penegakan K3 seperti
penggunaan bahan beracun dan berbahaya dalam proses
produksi, lemahnya penegakan hukum dan kurangnya
pengawasan, serta minimnya perlindungan terhadap pekerja
hampir setiap tahun berlangsung tanpa ada terobosan yang
berarti didalam memperbaiki kondisi kerja bagi pekerja.
Hampir setiap tahun juga angka kecelakaan kerja di Indonesia
sangat tinggi, dengan korban tewas dan cacat yang mencapai
ribuan. Hal ini semakin melanggengkan stigma bahwa tempat
kerja adalah tempat berlangsungnya pembunuhan secara
perlahan terhadap pekerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan instrumen
yang memproteksi pekerja , perusahaan, lingkungan hidup,
dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja .
K3 bertujuan mencegah,mengurangi , bahkan menihilkan
resiko kecelakaan kerja (zero accident) .

Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja di perkotaan


berdampak
terhadap
berbagai
permasalahan
sosial,
lingkungan dan kesempatan kerja.Keterbatasan kemampuan
sektor formal dalam menyerap tenaga kerja, maka muncullah
pekerjaan sektor informal yang dianggap sebagai katup
pengaman dalam penyerapan tenaga kerja.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud tenaga kerja ?
2. Bagaimana masalah ketenagakerjaan yanng terjadi pada
sektor formal dan Informal ?
3. Bagaimana permasalahan ketenagakerjaan yang dihadapi
oleh pekerja wanita ?
4. Bagaimana permasalahan ketenagakerjaan terhadap
pekerja anak dan remaja?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui maksud dari tenaga kerja
2. Untuk mengetahui masalah ketenagakerjaan terhadap
pekerja :
Formal
Informal
Wanita
Anak
Remaja

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tenaga Kerja
Menurut Pasal 1 UU No. 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan , Tenaga kerja adalah Tiap orang laki laki
atau perempuan yang sedang dalam atau akan melakukan
pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Pekerja atau buruh adalah setiap orang yang
bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk
lain.
Masalah ketenagakerjaan di Indonesia adalah masalah
yang kompleks yang tidak hanya biasa diselesaikan dengan
dikeluarkannya undang undang ketenaga kerjaan , apalagi
jika undang undang tersebut hanya peraturan tanpa
realisasi .
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah angkatan kerja
di Indonesia sampai tahun 2011 tercatat sebanyak 117,4 juta
jiwa. Berdasarkan status pekerjaan, tercatat pada Agustus
2011 sekitar 41,5 juta orang (37,83%) bekerja pada kegiatan
formal dan 68,2 juta orang (62,17%) bekerja pada kegiatan
informal.
B. Masalah Tenaga Kerja
1.

Formal
Sektor formal digunakan dalam pengertian pekerja
bergaji atau harian dalam pekerjaan yang permanen
meliputi:Sejumlah pekerjaan yang saling berhubungan
yang merupakan bagian dari suatu struktur pekerjaan yang
terjalin dan amat terorganisir.Pekerjaan secara resmi
terdaftar dalam statistik perekonomian,pembiayaannya
dari sumber resmi,Syarat-syarat bekerja dilindungi oleh
hukum.
Pekerja sektor formal terdiri dari tenaga professional,
teknisi dan sejenisnya ,tenaga kepemimpinan dan

ketatalaksanaan,tenaga tata usaha dan sejenisnya,tenaga


usaha penjualan, tenaga usaha jasa.
Masalah Tenaga kerja formal : Terdapat ketidak serasian
antara kapasitas kerja ,beban kerja dan lingkungan kerja
yang dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa
penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada
akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja.
Pesatnya industrialisasi di perkotaan terutama kota-kota
besar di Indonesia masih merupakan daya tarik yang cukup
kuat dan memicu tingginya arus urbanisasi. Hal ini
menyebabkan pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja
di daerah tujuan urbanisasi meningkat drastis. Kondisi ini
berdampak terhadap berbagai permasalahan sosial,
lingkungan dan kesempatan kerja serta terbatasnya
kemampuan perkotaan dalam penyerapan tenaga kerja
sektor formal.
Kesempatan kerja di sektor formal memang telah
berkembang namun hanya mampu menyerap tenaga kerja
dengan jumlah yang terbatas. Ketidakberdayaan sektor
formal
untuk
menyerap
tenaga
kerja
ini
telah
menyebabkan munculnya sektor alternatif sebagai sektor
pengaman yang mampu menampung tenaga kerja, maka
lahirlah pekerjaan sektor informal.
2.

Informal
Pada ensiklopedia bebas, istilah sektor informal
pertama kali dilontarkan oleh Keith Hart2 dengan
menggambarkan sektor informal sebagai bagian angkatan
kerja kota yang berada di luar pasar tenaga terorganisasi.
Tenaga kerja sektor informal adalah tenaga kerja yang
bekerja pada segala jenis pekerjaan tanpa ada
perlindungan negara dan atas usaha tersebut tidak
dikenakan pajak. Atau segala jenis pekerjaan yang tidak
menghasilkan pendapatan yang tetap ,tempat pekerjaan
yang tidak terdapat keamanan kerja,tidak ada status
permanen atas pekerjaan tersebut dan unit lembaga yang
tidak berbadan hukum.
ILO mendefinisikan sektor informal adalah cara
melakukan pekerjaan apapun dengan karakteristik mudah
dimasuki, bersandar pada sumber daya lokal, usaha milik
sendiri, beroperasi dalam skala kecil, padat karya dan

teknologi yang adaptif, memiliki keahlian di luar sistem


pendidikan formal, tidak terkena langsung regulasi dan
pasarnya kompetitif.
Pekerjaan sektor informal di Indonesia meliputi berbagai
lapangan pekerjaan mulai dari industri rumah tangga,
tukang becak, buruh tani, buruh harian, pedagang kaki
lima, nelayan, pengrajin, dan lain-lain.
Sektor
informal
bersifat
tidak
terorganisasi
(unorganized), tidak teratur (unregulated), dan kebanyakan
legal, tidak terdaftar (unregistered) namun memiliki peran
yang besar di negara-negara sedang berkembang (NSB)
termasuk Indonesia, sekitar 30%-70% populasi tenaga
kerja di perkotaan bekerja di sektor informal yang
merupakan migran dari desa atau daerah lain. Sektor
informal memberikan kemungkinan kepada tenaga kerja
yang berlebih di pedesaan untuk migrasi dari kemiskinan
dan pengangguran.
Permasalahan pada tenaga kerja sektor informal secara
umum adalah :
1. Miskin atau berpenghasilan rendah di bawah upah
minimum sehingga senantiasa mengalami kesulitan
finansial,
2. Berpendidikan rendah bahkan sangat rendah dan nyaris
tidak berpendidikan,
3. Tidak terampil dan berteknologi sederhana,
4. Bertempat tinggal di lingkungan pemukiman kumuh
yang minim pelayanan publik (seperti listrik, air bersih,
sanitasi, pendidikan, kesehatan dan akses jalan) dan
5. Kurang mendapatkan akses informasi yang memadai.
Sementara itu dari aspek kesehatan dan keselamatan
kerja, permasalahan yang dihadapi tenaga kerja sektor
informal adalah:
1. Tidak mempunyai jaminan kesehatan,
2. Tidak terdaftar secara resmi,
3. Serta tidak ada kompensasi akibat kecelakaan kerja
maupun penyakit akibat kerja.
4. Kesadaran dan pengetahuan akan berbagai potensi
bahaya dari pekerjaan, kondisi, bahan dan peralatan di
tempat kerja sangat minim sehingga sangat rentan
untuk terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja.

Para pekerja dalam perekonomian informal di Indonesia


dilaporkan menderita :
1. Malnutrisi (salah/ kurang gizi),
2. Penyakit-penyakit akibat parasit (misalnya cacingan),
asma, alergi kulit, kanker, keracunan bahan kimia,
keracunan makanan, Gangguan otot dan tulang,
3. Gangguan saluran pernafasan, penyakit-penyakit
kelenjar getah bening, penyakit darah, dan lain-lain.
Sementara itu, risiko bahaya yang mereka hadapi di
tempat kerja antara lain meliputi
1. kebisingan,
2. vibrasi,
3. hawa panas,
4. kurangnya pencahayaan, pemasangan kabel listrik
tanpa mengindahkan aspek keselamatan,
5. Terhirup debu dan terkena bahan-bahan kimia
berbahaya, serta ergonomik yang buruk (Joedoatmodjo,
1999).
Masalah Sosial Perkotaan Hasil penelitian Institute of
Liberty and Democracy(ILD) bahwa hambatan yang
mengekang kemajuan sektor informal di daerah perkotaan
adalah tidak adanya hukum (peraturan) yang mampu
melindungi (akomodatif) terhadap sektor ini.atau Tidak
adanya perlindungan hukum, tidak adanya kemudahan
mendapatkan fasilitas usaha dan akses terhadap informasi
dan modal, tidak adanya kesempatan mengembangkan
usaha serta tidak adanya organisasi menyebabkan sektor
ini selalu berada dalam posisi yang inferior (jikapun ada
hanya sebatas lips service atau dilaksanakan dengan
setengah hati)
Kondisi kesehatan dan keselamatan kerja sektor
informal masih memprihatinkan dan perlu penanganan
melalui kerja sama lintas program, lintas sektor dan lintas
instansi.
Jika permasalahan sektor informal ini mau ditangani
secara lebih serius, maka hal pertama yang harus
dilakukan adalah merombak paradigma dan kebijakan
pembangunan yang telah dijalankan selama ini. Paradigma
dan kebijakan pembangunan baik di bidang ekonomi dan
politik perlu dikembalikan pada asas serta prinsip
keadilan
dan
kesamarataan.
Sehingga
proses

pembangunan tidak hanya menguntungkan segelintir


orang yang dekat dengan poros kekuasaan, tetapi juga
mengangkat derajat hidup rakyat kecil.
3. Wanita
Salah satu perkembangan sektor ketenagakerjaan yang
perlu mendapat perhatian besar dalam pelaksanaan
pembangunan adalah semakin pentingnya peranan
Angkatan Kerja Wanita. Tenaga kerja wanita makin hari
makin banyak jumlahnya
Perbedaan perbedaan diantara tenaga kerja pria dan
wanita meliputi :
1. Fisik :ukuran dan kekuatan tubuh
2. Biologis: adanya haid , kehamilan, menopauze pada
wanita
3. Sosial kultur : akibat kedudukan wanita sebagai ibu
dalam rumah tangga dan tradisi tradisi sebagai
pencerminan kebudayaan
ILO menetapkan beberapa dalil mengenai pekerja
perempuan yaitu :
1. Adanya kesempatan yang sama dibidang pendidikan
dan latihan serta kesempatan kerja
2. Upah yang sama untuk pekerjaan yang sama nilainya
3. Syarat-syarat kerja yang sama
4. Perlindungan untuk kehamilan
5. Kesehatan kerja, keselamatan kerja dan kesejahteraan
bagi buruh perempuan
Permasalahn tenaga kerja wanita :
Secara fisik, ukuran tubuh dan kekuatan otot dari TKW
relatif kurang jika dibanding dengan laki-laki.
Selain beban pekerjaan , seorang tenaga kerja wanita
yang menjadi ibu dalam suatu rumah tangga dibebani oleh
tugas-tugas dirumahnya yang tidak sedikit Wanita adalah
golongan yang paling efisien dan produktif dalam arti tugas
rumah tangga yang rutin dapat selalu selesai dari hari ke
hari.
Faktor-faktor fisik , biologis, dan sosial dari tenaga kerja
wanita dapat berakibat absenteisme yang lebih besar dan
berarti kurang untungnya produktivitas kerja
Gangguan Kesehatan seperti:
1. Stres akibat kerja : Perang Ganda, pembebanan
tambahan

2. Haid : Pekerja wanita tidak boleh diwajibkan bekerja


pada hari pertama dan kedua waktu haid (undangundang kerja pasal 13 ayat 1).Hal ini perlu diatur
pelaksanaanya dengan baik, apabila tidak dikehendaki
penggunaan secara kurang tepat dan berakibat
meningkatnya absenteisme serta gangguan kerja.Maka
dari itu usaha-usaha pencegahan harus ditujukan
kepada sebabnya termasuk kemungkinan adanya
pengaruh
dari
pekerjaan
(Haid
tidak
normal/dysmenorrhoea)
3. Kehamilan, Lain halnya dengan pekerjaan yang
membahayakan bagi tenaga kerja wanita hamil yang
pada umumnya meliputi:
- Beban pekerjaan berat,terutama fisik
- Lingkungan
fisik
yang
mengakibatkan
pembebanan tambahan yang cukup besar
- Lingkungan kemis yang berakibat keracunan
;dalam berbagai hal tenaga kerja wanita lebih
rentan terhadap racun-racun tertentu
- Pekerjaan pekerjaan dengan tekanan psikis dan
psikologis
Undang-undang kerja mewajibkan cuti hamil,tenaga
kerja bersangkutan dapat memperpanjang istirahatnya.
4. Menopauze (usia sekitar 45 th)berhenti haid : peralihan
dari haid ke tidak haid disertai gejala-gejala gangguan
hormonal
,sperti
marah-marah
gangguan
emosi,pusing ,dll.
Terhadap kemungkinan kecelakaan, pekerja wanita
harus berhati-hati terutama mengenai pakaian , perhiasan
dan rambut . Pada pekerja menghadapi bahaya ,
dianjurkan memakai celana panjang, baju yang pas dan
berlengan pendek dan tanpa perhiasan , Rambut sama
sekali tidak boleh terurai yang memungkinkan ditarik
putaran atau gerakan mesin dengan akibat lepas kulit
kepala , Dari itu harus dipakai tutup kepala
Beberapa hal yang harus diperhatikan perusahaan yang
mempekerjakan wanita antara lain:
a. Para wanita pada umumnya bertenaga lemah, halus,
tetapi tekun;

b. Norma susila harus diutamakan agar tenaga kerja


wanita tidak terpengaruh oleh perbuatan negatif dari
tenaga kerja lawan jenisnya (laki-laki) terutama kalau
bekerja pada malam hari;
c. Para tenaga kerja wanita pada umumnya mengerjakan
pekerjaan halus sesuai dengan kehalusan sifat dan
tenaganya;
d. Para tenaga kerja wanita yang masih gadis dan telah
bersuami yang dengan sendirinya mempunyai beban
rumah tangga yang harus dilaksanakan pula.
Dengan demikian UU No. 13 mulai Pasal 76
menentukan norma kerja perempuan sebagai berikut :
a. Pekerja atau buruh Perempuan yang berumur kurang
dari 18 tahun dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00
sampai 07.00
b. Pekerja atau buruh Perempuan yang hamil yang
menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan
dan keselamatan kandungannya.
c. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja atau buruh
Perempuan antara pukul 23.00 sampai pukul 07.00
wajib :
1. Memberikan makanan dan minuman bergizi; dan
2. Menjaga kesusilaan dan keamanan di tempat kerja
d. Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput
bagi pekerja yang berangkat kerja antara pukul 23.00
sampai 05.00
4. Anak
Ternyata masih banyak anak-anak yang tidak dapat
menikmati hak tumbuh dan berkembang karena berbagai
faktor yang berkaitan dengan keterbatasan kemampuan
ekonomi keluarga atau kemiskinan. Keluarga miskin,
terpaksa mengerahkan sumber daya keluarga untuk secara
kolektif memenuhi kebutuhan hidup. Kondisi demikin
mendorong anak-anak yang belum mencapai usia untuk
bekerja
terpaksa
harus
bekerja.
Hasil
penelitian
menunjukkan anak yang bekerja ternyata bukan untuk
memenuhi kebutuhan sendiri melainkan justru untuk
membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

Menurut
UU
No.
13
Tahun
2003
Tentang
Ketenagakerjaan anak adalah Setiap orang yang berumur
di bawah 18 Tahun
Pada
prinsipnya
menurut
undang-undang
ketenagakerjaan dilarang mempekerjakan anak . Larangan
bekerja bagi anak dapat dikecualikan bagi anak yang
berumur antara 13- 15 tahun untuk melakukan pekerjaan
ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan
kesehatan fisik, mental, dan sosial dan apabila pengusaha
mempekerjakan anak pada pekerjaan ringan harus
memenuhi persyaratan :
a. Adanya izin tertulis dari orang tua atau wali;
b. Adanya perjanjian kerja antara pengusaha dengan
orang tua atau wali;
c. Waktu kerja maksimum 3 (tiga) jam/hari
d. Dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu
sekolah;
e. Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
f. Adanya hubungan kerja yang jelas;
g. Menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Tidak semua pekerjaan dapat diberlakukaan kepada
anak, dalam hal ini ada kategori pekerjaan tertentu yang
dianggap tidak baik meliputi :
a. Segala sesuatu dalam bentuk perbudakan dan
sejenisnya;
b. Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan,
dan menawarkan anak untuk pelacuran, produksi
pornografi, pertunjukan porno dan perjudian;
c. Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan,
atau melibatkan anak untuk produksi dan perdagangan
minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya; atau
d. Semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan,
keselamatan, atau moral anak.
Secara umum larangan mutlak bagi anak untuk
melakukan pekerjaan ini adalah tepat,sebab akan terdapat
beberapa kerugian atau dampak negative jika akan
melakukan pekerjaan diantaranya adalah:
1. Menghambat
atau
memperburuk
perkembangan
jasmani maupun rohani anak

2. Menghambat kesempatan belajar bagi anak


3. Dalam jangka panjang perusahaan akan menderita
beberapa kerugian apabila mempekerjakan anak
,misalnya kwalitas produksi rendah,pemborosan dan
lain sebagainya.
Pasal 72 UU ketenagakerjaan menyatakan dalam hal
anak dipekerjakan bersama dengan pekerja/buruh dewasa,
maka tempat kerja anak harus dipisahkan dari tempat kerja
pekerja/buruh dewasa.
Berbagai data dan fakta yang ada menunjukkan
memang masih banyak anak-anak usia 10-15 tahun yang
secara ekonomi aktif bekerja. Alasan mempekerjakan anak
ini oleh pengusaha karena buruh anak :
a. dapat digaji murah,
b. mudah diatur ,
c. tidak banyak menuntut,
d. produktivitas tinggi dan dalam beberapa sector tertentu
kualitas pekerjaan buruh anak lebih baik dibandingkan
buruh dewasa.,Namun demikian, realitas yang ada
menunjukkan belum ada suatu studi komprehensif yang
mengungkapkan situasi yang sebenarnya buruh-buruh
anak tersebut. Yang ada hanya hasil survey kuantitatif
terhadap buruh anak.
faktor-faktor
lainnya
yang
turut
mendorong
meningkatnya jumlah buruh anak antara lain faktor
budaya dan kebiasaan masyarakat setempat yang
melatih anak bekerja sejak usia dini, minimnya tingkat
pengetahuan dan kesadaran dan kepedulian tentang
hak-hak anak oleh orangtua dan masyarakat,
Contoh masalah tenaga kerja anak : pengamen cilik
atau pengemis dianggap sesuatu yang taken for
granted,Isu utama persoalan buruh anak ini adalah
bukan terletak pada pekerjaan itu sendiri tapi lebih
pada pengaruh negative dari bekerja yang lebih dini
terhadap perkembangan mental social, emosional dan
fisik anak.
Buruh anak tidak ada yang sempat menikmati
keindahan masa kanak-kanak, mendapat kesempatan
bermain atau pendidikan dan kehidupan yang wajar.
Mereka harus bekerja karena menjadi tempat

bergantung keluarga. Namun lagi-lagi mereka harus


merasakan kekerasan dalam kehidupan masa kanakkanaknya.
Para pekerja anak menghadapi berbagai macam
perlakuan kejam dan eksploitasi, termasuk perlakuan
kejam secara fisik dan seksual, pengurungan paksa,
upah tidak dibayar, tidak diberi makan dan fasilitas
kesehatan, serta jam anak yang sangat panjang tanpa
hari libur. Mereka terpaksa bekerja dan tak jarang harus
melakukan
pekerjaan
yang
membahayakan
perkembangan mental fisik dan emosionalnya.
Sekarang ini ada berbagai masalah yang menimpa
tenaga kerja anak di Indonesia, masalah tersebut
berkaitan dengan sifat dari pekerjaan seperti jam kerja,
tingkat upah, jenis pekerjaan dan lingkungan kerja yang
membahayakan, serta kelangsungan pendidikan dari
pekerja anak
Permasalahan pekerja anak di Indonesia sebenarnya
adalah masalah yang sangat kompleks dan merupakan
salah satu dari fenomena gunung es. Hal ini disebabkan
oleh karena tumpang tindihnya berbagai permasalahan di
Indonesia antara lain masalah sosial ekonomi yang turut
mempengaruhi masalah pekerja anak di Indonesia.
Ketidakmampuan pemerintah dalam menanggapi kasus
pekerja anak menjadikan hal ini semakin rumit dan tidak
terpecahkan secara tuntas. Banyak pekerja anak yang
belum tersentuh oleh perlindungan undang-undang
dikarenakan berbagai faktor. Salah satunya ialah
banyaknya kasus dan jumlah pekerja anak yang ter-under
estimate oleh Badan-Badan Perlindungan Anak. Selain itu
masalah ekonomi merupakan alasan utama yang
menjadikan anak-anak ini mau tidak mau harus bekerja.
5. Remaja
Remaja adalah orang yang belum mencapai 18 tahun ,
Usia antara usia minimum lulus sekolah (sekitar 16 th) dan
18 th, dikenal sebagai remaja, boleh dipekerjakan namun
dalam kondisi yang benar-benar terkendali.
Para remaja yang baru lulus sekolah rawan untuk mulai
bekerja karena mereka :

Memasuki lingkungan yang masih asing buat mereka


Tidak mempunyai kemampuan mengenali permesinan
atau perlengkapan yang berbahaya
Mereka berada pada tingkat perkembangan fisik yang
rentan terhadap bahaya substansi-substansi kimia dan
bahaya fisik yang dapat menyebabkan pengaruhpengaruh atau cacat permanen.
Masalah yang dihadapi remaja yang baru mulai
bekerja :
Dalam masa-masa peralihan dari sekolah ke dunia kerja
, para remaja perlu beradaptasi dengan :
Perubahan kegiatan dari 5 jam sehari menjadi 7
atau 8 jam sehari
Keadaan monoton dan kemungkinan rasa bosan hingga
mereka memahami pekerjaannya
Tidak ada istirahat 40 menit
Ketidakpahaman akan perlengkapan dan permesinan
Adanya bahaya yang tidak familier
Aturan keselamatan yang harus diikuti
Perlengkapan keselamatan kerja yang harus dipelajari
Pakaian pelindung
Mereka tidak boleh dipekerjakan pada pekerjaan yang :
Melampaui kapasitas fisik dan psikologis mereka
Membuat mereka terekspos ke substansi yang
- Karsiogenik (dapat menyebabkan kanker)
- Dapat menyebabkan kerusakan genetik
- Dapat membahayakan bayi dalam kandungan
- Dapat menimbulkan pengaruh kronis terhadap
kesehatan
- Radioaktif
Membuat mereka terekspos terhadap :
- Panas atau dingin yang ekstrem
- Kebisingan
- Vibrasi
Membuat mereka sendiri rawan karena :
- Kurangnya pengalaman
- Kurangnya pelatihan
- Ketidakmampuan mengenali bahaya dan risiko
Undang-undang dan hukum umum meletakkan tugas
khusus di pundak para majikan untuk memastikan para
pekerja remajanya memperoleh pelatihan dan penyeliaan

yang baik dan secukupnya penyeliaan sangat penting


untuk memastikan keselamatan kerja para pekerja remaja
tersebut .
Risiko-risiko khusus :
Jika pekerjaan melibatkan sembarang proses atau
material berikut ini, perhatian khusus harus diberikan pada
pelatihan, perlindungan, dan penyeliaan para pekerja
remaja:
Membawa barang-barang berbahaya
Logam-logam (berat)yang berbahaya
Permesinan yang berbahaya
Mengemudikan kendaraan kerja,kran, dsb
Bahan peledak
Proses yang berisiko kebakaran yang tinggi
Radiasi ionisasi
Timbal
Penanganan manual
Mesin kempa
Mesin-mesin listrik
Substansi-substansi beracun
Mesin pengerjaan kayu(pada dasarnya dilarang kecuali
dalam pelatihan yang diawasi)
Selain itu,perundang-undangan membuat beberapa
larangan remaja untuk bekerja dilingkungan:
- Perkebunan
- Pengrajin tembikar
- Asbes
- Nuklir
- Bagian-bagian tertentu diindustri kimia
Penanganan dan perhatian khusus diperlukan dalam
melakukan pelatihan terhadap para remaja yang mulai
memasuki dunia kerja guna memperbaiki beberapa
kebiasaan buruk dalam bekerja karena kebiasaan ini akan
dibawa dalam kehidupan sebagai pekerja.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
masalah
ketenagakerjaan adalah faktor kependudukan, perkembangan
pembangunan di bidang pendidikan, masalah pertumbuhan
ekonomi dan pertumbuhan angkatan kerja dan ketersediaan
angkatan kerja. Keempat faktor ini merupakan mata rantai
yang tidak terpisahkan dan yang paling menentukan adalah
pertumbuhan ekonomi, karena sangat menentukan besar
kecilnya kesempatan kerja.
Peranan pendidikan dan pelatihan kerja memiliki arti
penting dalam memenuhi tuntutan kebutuhan tenaga
terampil dalam berbagai jenis pekerjaan. Selain itu,
pendidikan dan pelatihan kerja harus mampu menambah
pengetahuan dan memberi kesempatan kerja yang lebih luas
bagi tenaga kerja yang dihasilkan Sesuai dengan peranan ini,
pendidikan dan pelatihan kerja harus dapat menghasilkan
tenaga yang mampu mengembangkan potensi masyarakat
untuk dapat menghasilkan barang dan jasa yang berguna
termasuk cara-cara memasarkannya. Kemampuan ini amat
penting untuk memperluas lapangan kerja dan lapangan
usaha. Dalam kaitan ini, sumberdaya manusia dikembangkan
sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan. Berbagai
upaya untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja dilakukan
melalui penyempurnaan penyelenggaraan pelatihan tenaga
kerja agar kualifikasi dan kompetensi tenaga kerja yang
dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pemberi kerja (demand
driven).

B. Saran

Permasalahan ketenagakerjaan ini harus mendapatkan


perhatian yang serius dari berbagai pihak baik pemerintah
maupun swasta , Masalah ketenegakerjaan adalah masalah
pokok yang harus dihadapi oleh negara dan masyarakat
Indonesia untuk menuju masyarakat yang adil dan makmur.
Dengan mengeluarkan kebijakan kebijakan yang terkait
dengan ketenagakerjaan dan perlu mendapatkan perhatian
berupa perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja bagi
seluruh pekerja baik formal,informal,wanita,remaja,maupun
anak agar kecelakaan akibat kerja dapat teratasi .

DAFTAR PUSTAKA
Sumamur.1988.Higene perusahaan dan kesehatan kerja.Jakarta:
Haji masagung
Ridley,john.2003.Kesehatan

dan

keselamatan

kerja.England:Erlangga
Indar.2013Konsep dan perspektif etika dan hukum kesehatan
masyarakat.Makassar:Pustaka pelajar
Ramdan,Muhammad,Iwan,maret

2012,jurnal

manajemen

pelayanan kesehatan.volume 15 no. 1


Hakim,Lukmanul,Juli 2011,perkembangan tenaga kerja wanita di
sektor informal hasil analisa dan proxy data sensus
penduduk.volume 4 no.7
http://Mohammadwasil's .Blogspot.com
http://jaringank3Indonesia.blogspot.com/2012/02/catatan-k3indonesia-tahun-2011.html
http://jakaoktasanovajaka.blogspot.com/2012/02/k3-undangundang-ketenagakerjaan.html

Anda mungkin juga menyukai