Anda di halaman 1dari 5

BAB 1 AKUNTANSI SEBAGAI SISTEM INFORMASI

A. KONSEP DASAR
1. Sejarah Akuntansi
a. Perkembangan Akuntansi di Dunia
Akuntansi merupakan hasil pemikiran manusia karena dengan akal
pikirannya manusia mampu menciptakan teknik pencatatan dan pelaporan
keuangan (Rudiano: 2009). Akuntansi berawal dari munculnya pusat-pusat
perdagangan di beberapa kota di wilayah Italia. Pada awalnya akuntansi yang
dikenal sebgai sistem pembukuan berpasangan pertama kali diperkenalkan oleh
pedagang Venesia di Italia pada tahun 1494.
Perkembangan akuntansi dalam dunia usaha tidak lepas dari peran Luca
Pacioli, ahli matematika berkebangsaan Italia. Ia mengenalkan sistem pembukuan
berpasangan dengan logika matematika berjudul Summma de Aritmatica,
Geomatrica, Proportioni et Proportionalita.
b. Sistem Informasi Akuntansi
1. Pemakai Informasi Akuntansi
a. Pemakai Internal
Pemakai internal merupakan pihak yang berhubungan langsung dengan
kegiatan pengelolaan perusahaan. Dengan informasi akuntansi, pemakai
internal yaitu manajer atau pimpinan perusahaan dapat membuat
perencanaan, pengendalian, pengawasan, dan evaluasi kinerja perusahaan
secara akurat.
b. Pemakai Eksternal
Pemakai eksternal merupakan pihak yang tidak terlibat langsung dalam
pengelolaan suatu perusahaan. Meskipun tidak terlibat langsung , pemakai
eksternal memiliki kepentingan terhadap informasi akuntansi.
2. Karakteristik Kualitas Informasi Akuntansi
Laporan keuangan sebagai informasi akuntansi harus disajikan berdaarkan
sifat-sifat laporan keuangan agar dapat diterima pemakai informasi keuangan.
Standar kualitas laporan keuanganharus memenuhi karakteristik berikut
(Rudianto: 2009).
a. Relevan, artinya laporan keuangan harus relevan (sesuai) untuk memenuhi
kebutuhan pemakai informasi. Laporan keuangan dapat memengaruhi
proses pengambilan keputusan sehingga metode pelaporan dan
pengukuran yang dipilih harus tepat sesuai kebutuhan.
b. Dapat dimengerti, informasi keuangan harus jelas dan dapat dipahami atau
dimengerti pemakai informasi. Laporan keuangan harus dapat digunakan
sebagai sumber informasi bagi pihak-pihak terkait untuk mengambil
keputusan yang berhubungan dengan aktivitas ekonomi perusahaan.
c. Daya uji, informasi keuangan yan dihasilkan harus dapat diuji
kebenarannya oleh penilai independen. Pengujian dilakukan menggunakan
metode pengukuran yang sama.
d. Netral, informasi keuangan harus ditujukan kepada tujuan umum
pengguna, bukan ditunjukan kepada pihak tertentu. Laporan keuangan
tidak boleh berpihak pada salah satu pengguna.
e. Tepat waktu, artinya laporan keuangan yang disampaikan harus tepat
waktu atau sendini mungkin agar dapat digunakan sebagai dasar untuk
membantu pengambilan keputusan.
f. Daya banding, laporan keuangan dapat dibandingkan antarperiode
akuntansi atau dengan perusahaan lain yang sejenis pada periode sama
untuk mengetahui perkembangan perusahaan pada masa kini dan masa
depan.
g. Lengkap, informasi keuangan harus menyajikan semua fakta yang penting
sekaligus menyajikan fakta agar tidak menyesatkan pengunanya . Fakta
dan informasi tambahan yang dapat memengaruhi perilaku dalam
pengambilan keputusan harus diungkap dengan jelas.
3. Prinsip Dasar Akuntansi
Dalam Charles T. Horngren, Walter T. Harrison Jr.,dan Linda Smith Bamber
(2009), dari sekian banyak prinsip dasar akuntansi, prinsip yang harus
diketahui sebagai berikut
a. Prinsip Biaya Historis (Historical Cost Principle)
Biaya historis sering disebut dengan harga perolehan. Misalnya pihak toko
menetapkan harga jual laptop sebesar Rp4.500.000. Setelah tawar-
menawar, pihak toko menjual satu unit laptop seharga Rp4.300.000.
Dengan demikian harga perolehan laptop harus dicatat sebesar
Rp.4.300.000 karena angka Rp.4.300.000 merupakan harga laptop
sebenarnya. Jika dikaitkan dengan pencatatan akuntansi, prinsip biaya
historis menghendaki digunakannya harga perolehan dalam mencatat aset,
liabilitas (utang), ekuitas, dan biaya. Artinya pencatatan informasi
akuntansi didasarkan pada biaya sesungguhnya. Prinsip ini tentu sesuai
pengalaman ajaran agama karena mengajarkan Anda bersikap jujur.
b. Prinsip Pengakuan Pendapatan (Revenue Recognition Principle).
Pendapatan adalah aliran masuk harta (aset) yang timbul dari penyerahan
barang atau jasa yang dilakukan suatu unit usaha selama periode tertentu.
Dasar untuk mengukur besarnya pendapatan adalah jumlah kas atau
ekuivalennya yang diterima dari transaksi penjualan dengan pihak lain.
c. Prinsip Mempertemukan (Matching Principle)
Prinsip ini mempertemukan biaya dan pendapatan yang timbul karena
biaya tersebut. Prinsip ini berguna untuk menentukan besarnya
penghasilan bersih setiap periode.
d. Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)
Metode dan prosedur-prosedur yang digunakan dalam proses akuntansi
harus diterapkan secara konsisten dan berkesinambungan dari tahun ke
tahun. Konsistensi tidak melarang adanya perubahan metode. Akan tetapi,
jika terdapat penggantian metode, selisih terhadap laba perusahaan harus
dijelaskan dalam laporan keuangan, tergantung sifat dan perlakuan
terhadap perubahan metode atau prinsip tersebut.
e. Prinsip Pengungkapan Penuh (Full Disclosure Principle)
Prinsip ini mengatur penyajian informasi yang lengkap dalam laporan
keuangan. Hal ini diperlukan karena laporan keuangan digunakan untuk
mengetahui kondisi suatu perusahaan dalam mengambil keputusan.
f. Prinsip Objektif
Prinsip ini merujuk pada laporan keuangan yang didukung oleh bukti-
bukti transaksi yang ada. Jika tidak ada bukti transaksi, tidak ada
pencatatan transaksi. Prinsip ini diperlukan dalam pengawasan dan
pengendalian pihak internal untuk menghindari terjadinya kecurangan
untuk memanipulasi bukti transaksi dan pencatatannya.
4. Bidang-Bidang Akuntansi
Bidang-bidang akuntansi dapat dikelompokkan berdasarkan karakteristik dan
kekhususan ruang lingkup (Rudianto: 2009).
a. Akuntansi Keuangan (Financial Accounting)
Akuntansi keuangan bertugas menjalankan keseluruhan proses akuntansi
sehingga dapat menghasilkan informasi keuangan yang secara umum
berguna bagi pihak eksternal perusahaan.
b. Akuntansi Pemeriksaan (Auditing Accounting)
Akuntansi pemeriksaan menjalankan kegiatan utama berupa pemeriksaan
(audit) laporan keuangan yang dihasilkan suatu perusahaan. Tujuan bidang
akuntansi ini adalah menguji kelayakan dan tingkat kepercayaan catatan-
catatan yang mendukung laporan keuangan dan memastikan ketaatan
terhadap kebijakan, prosedur, efisiensi, dan efektivitas kegiatan yang telah
dilakukan.
c. Akuntansi Biaya (Cost Accounting)
Akuntansi biaya menekankan kegiatan pada penetapan dan pencatatan
biaya dan kontrol atas suatu biaya, khususnya biaya yang berhubungan
dengan perencanaan, penetapan, dan pengendalian biaya produksi. Fungsi
utama akuntansi biaya adalah mengumpulkan dan menganalisis data
mengenai biaya yang digunakan pemimpin perusahaan sebagai pengontrol
kegiatan yang telah dilakukan.
d. Akuntansi Manajemen (Management Accounting)
Akuntansi manajemen mengkhususkan pengembangan dan penafsiran
informasi akuntansi dalam kegiatan operasional pada masa datang.
e. Akuntansi Anggaran (Budgeting Accounting)
Akuntansi anggaran adalah bidang akuntansi yang mengkhususkan
pembuatan rencana kerja perusahaan pada masa datang dengan
menggunkan data aktual dari masa lampau. Bidang akuntansi ini bertugas
mengendalikan rencana kerja yang telah dibuat sehingga kegiatan
operasional berjalan sesuai rencana yang ditetapkan.
f. Akuntansi Perpajakan (Tax Accounting)
Akuntansi perpajakan memiliki fungsi utama mempersiapkan data tentang
segala sesuatu terkait kewajiban dan hak perpajakan setiap transaksi yang
dilakukan perusahaan. Bidang akuntansi ini meliputi aktivitas
penghitungan pajak yang harus dibayar atas transaksi yang terjadi sampai
perhitungan pajak (restitusi pajak) yang menjadi hak perusahaan.
g. Akuntansi Sektor Publik (Public Sector Accounting)
Akuntansi sektor publik (akuntansi pemerintah) yaitu bidang akuntansi
yang khusus mencatat dan melaporkan transaksi organisasi pemerintah
dan organisasi non profit lain. Tugas akuntansi pemerintah yaitu
mengendalikan pengeluaran anggaran pemerintah agar sesuai peraturan
dan perundang-undangan yang berlaku.
h. Sistem Akuntansi (Accounting System)
Sistem akuntansi berhubungan dengan penyusunan sistem akuntansi suatu
perusahaan sehingga diperoleh informasi yang cepat dan akurat.
Tujuannya untuk mengamankan harta perusahaan.
i. Akuntansi Internasional
Akuntansi internasional memfokuskan diri pada persoalan akuntansi
terkait dengan transaksi internasional (melintas batas negara) yang
dilakukan perusahaan-perusahaan multinasional.
5. Profesi Akuntan
Seseorang yang mempunyai keahlian dalam bidang akuntansi disebut akuntan.
Akuntan berperan besar dalam meningkatkan transparansi dan kualitas
informasi keuangan demi terwujudnya perekonomian nasional yang sehat dan
efisien.
a. Akuntan Internal Perusahaan
Akuntan internal perusahaan adalah akuntan yang bekerja pada suatu
perusahaan dan bertanggung jawab atas berbagai fungsi akuntansi serta
keuangan perusahaan. Akuntan internal mengawasi atau mengontrol arus
keluar masuk uang, menyediakan informasi akuntansi keuangan,
menyusun sistem akuntansi, menyusun anggaran, menangani masalah
perpajakan, serta memeriksa laporan keuangan.
b. Akuntan Publik/Eksternal
Akuntan publik memberikan jasa dalam bidang akuntansi bagi perusahaan
atau organisasi bisnis dan nonbisnis. Jasa yang diberikan akuntan publik
adalah memeriksa kelayakan dan kewajiban laporan keuangan suatu
organisasi.
c. Akuntan Pemerintah
Akuntan pemerintah bekerja di lembaga pemerintahan seperti kantor
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), dan kantor pemerintahan lain. Tugas utama
akuntan pemerintah adalah merencanakan, mengendalikan, memeriksa
penggunaan uang atau kekayaan negara, serta mengamankan kepetingan
pemerintah.
d. Akuntan Pendidik
Akuntan pendidik memiliki tugas mengembangkan dan mengajarkan
akuntansi.
6. Etika Profesi Akuntan
Dalam Kode Etika Akuntan Indonesia tahun 1998, etika profesi akuntan
terdiri atas delapan prinsip berikut.
a. Tanggung jawab profesi. Semua anggota berkewajiban menggunakan
pertimbangan moral dan profesional setiap melakukan kegiatan.
b. Kepentingan publik. Setiap anggota wajib bertindak dalam rangka
pelayanan publik, menghormati kepercayaan publikk, dan menunjukkan
komitmen atas profesionalisme.
c. Integritas. Integritas merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan
publik dan standar bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang
diambi.
d. Objektivitas. Prinsip objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil,
tidak memihak, jujur, intelektual, tidak berprasangka, serta bebas dari
benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain.
e. Kompetensi dan kehati-hatian profesional. Setiap anggota hendaknya
melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensi dan
ketekunan, serta mempertahankan pengetahuan dan keterampilan
pfrofesionalnya.
f. Kerahasian. Setiap anggota wajib menjaga kerahasiaan informasi yang
diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai
atau mengungkap informasi tanpa persetujuan pemakai jasa.
g. Perilaku profesional. Setiap anggota wajib menghindari perbuatan yang
dapat mendiskreditan atau mengurangi tingkat profesi yang harus dipenuhi
anggota sebagai perwujudan tanggung jawab kepada penerima jasa, pihak
ketiga, anggota lain, staf, pemberi kerja, dan masyarakat.
h. Standar teknis. Anggota harus melaksanakan profesionalitas sesuai standar
teknis dan standar profesional yang ditetapkan secara relevan yang
dikeluarkan oleh IAI, IFAC, badan pengatur, dan peraturan perundang-
undangan yang relevan.

Anda mungkin juga menyukai