Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun paper ini dengan baik
dan tepat pada waktunya. Dalam paper ini penulis membahas mengenai kasus yang berkaitan
dengan etika perlindungan konsumen dan etika periklanan. Paper ini dibuat dengan berbagai
referensi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan
tantangan dan hambatan selama mengerjakan paper ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan paper ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada paper ini.
Oleh karena itu, penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
dapat membangun paper ini. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan paper selanjutnya.Semoga paper ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .....................................................................................................
ii
iii
Etika Periklanan..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada meode yang secara jelas menentukan kapan seseorang atau
produsen telah memberikan perhatian yang memadai.
Asumsi bahwa produsen adalah pihak yang mengambil keputusankeputusan penting bagi konsumen dalam kaitannya dengan tingkat resiko
yang layak diterima konsumen.
Untuk memastikan kedua produk itu tak diproduksi lagi, tim Departemen Pertanian
melakukan inspeksi mendadak ke pabrik PT Megasari Makmur - produsen obat
nyamuk Hit - di Jalan Pancasila V, Desa Cikadas, Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat.
Menurut Direktur Sarana Produksi Direktorat Jendral Tanaman Pangan Departemen
Pertanian Spudnik Sujono, izin produksi dua jenis obat nyamuk itu telah berakhir
pada 2003. Pada April 2004, Komisi Pestisida Departemen Pertanian telah
mengeluarkan larangan resmi pemakaian semua produk yang mengandung diklorvos.
Departemen Pertanian masih mengabulkan permintaan PT Megasari yang meminta
waktu untuk mengganti produk lama. Tetapi, kata Sujono, jika melampaui tenggat dua
bulan, produsen Hit diancam Pasal 62 Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen. (Sumber: It Pin, Pemerhati Inovasi dan Holistic Business
Thinking, 27/06/2007)
Pertanyaan :
a. Apakah produsen Hit sudah sewajarnya mengetahui bahaya penggunaan
diklovors?
b. Dalam iklan produk Hit terdapat kalimat berikut: "Yang lebih bagus dari Hit
tidak ada, tetapi yang lebih mahal banyak!". Apa yang diunggulkan oleh Hit
dalam merebut pasar?
c. Apakah Hit telah memperdaya konsumen?
d. Mudahkah bagi konsumen untuk melindungi kepentingannya dalam
penggunaan produk antinyamuk sejenis Hit?
e. Tindak preventif apa yang sebaiknya dilakukan pemerintah agar produk
membahayakan itu tidak terlanjur beredar dipasar?
Jawaban :
a. Produsen Hit sudah sewajarnya mengetahui bahaya penggunaan diklovors,
namun nampaknya produsen dengan sengaja mengabaikan kewajiban
produsen untuk melindungi kepentingan kosumen seperti dalam teori
kontraktual demi mencari keuntungan sebanyak - banyaknya dengan
memanfaatkan kelemahan pengetahuan konsumen mengenai informasi
b. Yang diunggulkan Hit dalam merebut pasar adalah harganya. Dalam hal ini
konsumen dikatakan sebagai orang selalu menjaga pengeluaran dengan hati hati. Namun, sayangnya hampir semua pilihan konsumen didasarkan pada
perkiraan yang cenderung kurang tepat dan tidak konsisten saat menentukan
pilihan serta didasarkan pada perkiraan biaya atau keuntungan dimasa
mendatang. Konsumen biasanya mengabaikan resiko - resiko yang berbahaya
bagi kehidupan. Oleh karena hal tersebut dalam merebut pasar Hit akan lebih
mengunggulkan Harga yang terjangkau dari produk lain daripada keamanan
produk tersebut bagi konsumennya.
c. Iya, Hit telah memperdaya konsumen. Dikatakan demikian karena demi
meraup keuntungan sebanyak - banyaknya produsen Hit rela memasukkan zat
berbahaya seperti diklovors kedalam dua jenis obat nyamuk produksinya,
walaupun obat nyamuk tersebut memiliki sisi positif yang ampuh membunuh
nyamuk, namun terdapat juga sisi negatif dari bahan kandungannya yang
lebih membahayakan kesehatan konsumen dan lingkungannya. Selain itu
produsen Hit juga melupakan kewajiban memberikan informasi mengenai
bahaya atau peringatan akan produk yang dikandungnya.
7
Etika Periklanan
Iklan mempunyai andil besar dalam menciptakan citra bisnis.
Fungsi Iklan
1. Iklan sebagai pemberi informasi
Menggambarkan seluruh kenyataan yang rinci tentang suatu produk.
Pihak yang bertanggungjawab atas informasi yang disampaikan sebuah iklan:
-
Bintang iklan
Masyarakat
Untuk menarik massa konsumen untuk membeli produk itu dengan cara
menampilkan model iklan yang manipulative persuatif dengan maksud
menggiring konsumen untuk membeli produk tersebut.
2 macam iklan persuatif :
1. Persuasi Rasional
Terletak pada isi argumennya dan bukan pada cara penyajian dan
penyampaian argument itu.
2. Persuasi non-rasional
Hanya memanfaatkan kelemahan psikologis manusia untuk membuat
konsumen tertarik dan terdorong untuk membeli produk yang diiklankan itu.
Beberapa Persoalan Etis Iklan
1. Merongrong ekonomi dan kebebasan manusia
2. Menciptakan kebutuhan manusia dengan akibat manusia modern menjadi
konsumtif
3. Membentuk dan menentukan citra diri manusia modern
4. Merongrong rasa keadilan social masyarakat
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam iklan :
1. Iklan tidak boleh menyampaikan informasi yang palsu dengan maksud
memperdaya konsumen.
2. Iklan wajib menyampaikan semua informasi tentang produk khususnya
menyangkut keamanan dan keselamatan manusia.
3. Iklan tidak boleh mengarah pada pemaksaan
4. Iklan tidak boleh mengarah pada tindakan yang bertentangan dengan
moralitas
Makna menipu dalam iklan
Prinsip etika bisnis yang relevan adalah prinsip kejujuran yakni mengatakan
hal yang benar dan tidak menipu.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia kata tipu mengandung pengertian
perbuatan dan perkataan yang tidak jujur dengan maksud untuk menyesatkan
atau mencari untung.
Secara prinsip kejujuran, iklan yang baik dan diterima secara moral adalah
iklan yang member pernyataan atau informasi yang benar dan sesuai.
periklanan
tampaknya
tidak
mampu
mengurangi
jumlah
tindak
kekerasan,
penipuan,
pelecahan
seksual,
persetujuan
yang
mana
perusahaan
pengiklan
harus
memberikan semua informasi yang akurat dan benar tentang produk yang
akan diiklankan, selain itu pula perusahaan pengiklan harus menyetujui
iklan yang dibuat biro iklan untuk memastikan apakah isi iklan
menggambarkan kenyataan sebenarnya dan tidak ada unsur pemalsuan
informasi yang disengaja untuk menyesatkan konsumen. Jadi, jika iklan
tersebut mendapatkan sambutan negatif karena informasi yang palsu,
tanggung jawab tidak dapat dilemparkan kepada biro iklan saja karena
produsen juga telah mengetahuinya, begitupun sebaliknya.
12
13